Laporanpraktikumperkerasanjalanrevisifix 150615234124 Lva1 App6892
Laporanpraktikumperkerasanjalanrevisifix 150615234124 Lva1 App6892
Nama Kelompok :
KELAS I ( BangunanTransportasi )
2015
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan khadirat Allah SWT karena atas kelimpahan berkah dan
Rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum mata kuliah
Perkerasan Jalan dengan baik dan tepat waktu. Dengan membuat laporan ini diharapkan
penulis dan pembaca mampu untuk lebih mengerti, mengetahui dan mamahami tentang
Perkerasan Jalan . Adapun kesulitan, tantangan dan hambatan dalam mengerjakan laporan
ini, tetapi dengan dukungan dari berbagai pihak semua tetap berjalan dengan baik. Hal ini
tidak lepas dari peranan Bapak Machsus selaku Dosen Pembimbing kami, yang telah
mengkoreksi dan memberikan masukan kepada pekerjaan kami, serta bantuan teman-teman
kami yang telah membantu kami untuk menyelesaikan laporan ini. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada pihak - pihak yang terkait dalam membantu
menyelesaikan laporan ini sampai selesai.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih belum bisa dikatakan baik dan masih
banyak kekurangan - kekurangan yang mendasar. Maka dari itu penulis mengharapkan
pembaca untuk memberikan saran dan kritik terhadap laporan ini.
Apabila ada kesalahan dalam isi laporan ini penulis mohon maaf. Semoga laporan ini
dapat bermanfaat, menambah wawasan atau pengetahuan bagi penulis dan pembaca. Terima
kasih.
Tim Penyusun
ii
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
DAFTAR ISI
iii
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
iv
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
v
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
vi
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
vii
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
1. Standart Uji
SNI 03-2417-1991 Metode pengujian keausan agregat dengan mesin abrasi Los
Angeles.
2. Tujuan Praktikum
Tujuan Umum
a. Mengetahui, menentukan dan memahami Keausan Agregat.
Tujuan Khusus
a. Mampu menggunakan peralatan sesuai fungsinya.
b. Mampu melakukan perhitungan ketahanan agregat terhadap keausan dengan
menggunakan mesin Abrasi Los Angeles.
3. Dasar Teori
Daya Tahan Agregat adalah ketahanan agregat untuk tidak hancur/pecah oleh
pengaruh mekanis ataupun kimia. Degradasi didefinisikan sebagai kehancuran agregat
menjadi partikel-partikel yang lebih kecil akibat pengaruh mekanis yang diberikan pada
waktu penimbunan pemadatan ataupun oleh beban lalu lintas.
Disintegrasi didefinisikan sebagai pelapukan pada agregat menjadi butir-butir halus akibat
pengaruh kimiawi seperti kelembapan, kepanasan ataupun perbedaan temperatur sehari-hari.
Dengan mesin Los Angeles, hal yang dapat diuji adalah karena pengaruh Mekanis atau
degradasi saja. Sedangkan disintegrasi dengan metode uji yang lain.
Faktor yang mempengaruhi tingkat degradasi adalah:
a. Jenis anggregat
b. Gradasi aggregat
c. Bentuk aggregat
d. Ukuran partikel
e. Energi pemadatan
1
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
Nilai Keausan Agregat dikatakan baik apabila nilai abrasi/keausan kurang dari 35%,
jika nilai abrasi lebih dari 35% maka keausan agregat jelek/tidak baik.
4. Metode Pelaksanaan
4.1 Alat dan Bahan
Saringan No. 12 (1.7 mm).
Timbangan/neraca kapasitas 1 kg dengan ketelitian 5 gram.
Agregat
Baju praktikum (Catelpak).
Wadah (tempat agregat).
2
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
3
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
1" 1250
3/4" 1250
1/2" 1250
3/8" 1250
No.12 3472
Jumlah Berat 5000 3472
Penyelesaian
a = 5000 gram
b = 3472 gram
c =ab
= 5000 gram 3472 gram
= 1528 gram
c
% Abrasi = a x 100 %
1528 gram
= 5000 gram x 100 %
= 30.56 %
6. Kesimpulan
Berdasarkan SNI 03-2417-1991 syarat untuk memenuhi nilai abrasi/keausan adalah
kurang dari 35%. Hasil praktikum abrasi/keausan didapat nilai abrasi sebesar 30.56%. Jadi
nilai keausan agregat tersebut memenuhi yaitu 30.56% < 35%.
4
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
1. Standart Uji
SNI 03-1969-1990 Metode pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat kasar.
Nilai berat jenis agregat minimal 2,5 dan nilai penyerapan agregat maksimal 3%.
2. Tujuan Praktikum
a. Untuk menghitung volume yang ditempati oleh agregat dalam berbagai campuran
yang mengandung agregat termasuk beton semen, beton aspal dan campuran lain yang
diproporsikan atau dianalisis berdasarkan volume absolute.
b. Untuk mendapatkan angka untuk berat jenis curah, berat jenis permukaan jenuh, berat
jenis semu, dan penyerapan air pada agregat halus.
c. Mampu melakukan perhitungan BJ curah, BJ permukaan jenuh, BJ semu dan
penyerapan agregat halus.
3. Dasar Teori
Berat jenis agregat adalah rasio antara massa padat agregat dan massa air dengan
volume sama pada suhu yang sama. Sedangkan penyerapan adalah kemampuan agregat untuk
menyerap air dalam kondisi kering sampai dengan kondisi jenuh permukaan kering (SSD =
Saturated Surface Dry). Untuk menentukan berat jenis efektif agregat harus dihitung terlebih
dahulu :
Berdasarkan standart SNI 03-1970-1990, Nilai BJ agregat minimal 2.5 dan nilai
penyerapan agregat maksimal 3%. Apabila nilai BJ Agregat kurang dari 2.5 dan nilai
Penyerapan Agregat lebih dari 3% maka agregat tersebut tidak dapat digunakan.
5
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
4. Metode Pelaksanaan
4.1 Alat dan Bahan
Agregat halus (1000-2000 gram)
Timbangan konvensional
Timbangan digital
6
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
Oven
Kain lap
Penggorengan baja
Kompor
Spatula
7
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
4. Rendam agregat halus yang lolos ayakan no. 4 dalam air selama minimal 16 jam.
5. Setelah melakukan perendaman buang sebagian air dengan hati-hati, jangan ada
butiran agregat yang hilang terbawa air.
6. Agar agregat halus cepat dalam keadaan SSD (kering permukaan jenuh) taruh
agregat ke wajan lalu hidupkan kompor. Aduk agregat halus sampai keadaan SSD.
7. Masukkan sebagian agregat halus ke dalam picnometer, masukkan air suling
hingga 90% volume picnometer, putar-putar dan guncang hingga gelembung
udara yang ada di dalamnya habis.
8. Rendam picnometer dalam air dan ukur suhu air untuk penyesuaian perhitungan
pada suhu standar 25o C.
9. Tambahkan air sampai mencapai tanda batas, kemudian timbang dengan
timbangan digital dengan ketelitian 0,1 gram (Bt ).
10. Keluarkan benda uji, tuangkan ke dalam penggorengan baja untuk di goreng
hingga dalam keadaan kering.
8
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
11. Setelah benda uji berada dalam keadaan kering, kemudian tunggu hingga dingin
dan timbang berat benda uji.
12. Tuangkan air pada picnometer yang telah digunakan pengujian tersebut hingga
tanda batas dan kemudian timbang dan ukur suhunya.
9
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
W6
BJ Curah = (W
3+ W7 + W4 )
375 gram
=
(644 gram+376 gram888 gram)
= 2.841
10
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
W7
BJ SSD =
(W3 + W7 + W4 )
376 gram
= (644 gram+376 gram888 gram)
= 2.848
W6
BJ Semu = (W
3+ W6 + W4 )
375 gram
= (644 gram+375 gram888 gram)
= 2.863
W7 W6
Penyerapan = x 100%
W6
= 0.267 %
BJ Curah + BJ Semu
BJ Agregat Halus = 2
2.841 +2.863
= 2
BJ Curah = 2.841
BJ SSD = 2.848
BJ Semu = 2.863
Penyerapan = 0.267 %
Rata-rata BJ Halus = 2.852
11
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
Benda uji kering oven (W16 ) 1809 gram W16 = W13 - W15
Berat benda uji kering permukaan jenuh (W17 ) 1857 gram W17 = W11 - W15
W16
BJ Curah = (W
17 W9 )
1809 gram
=
1857 gram 1169 gram
= 2.63
W17
BJ SSD = (W
17 W9 )
1857 gram
= 1857 gram 1169 gram
= 2.7
12
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
W16
BJ Semu =
(W16 W9 )
1809 gram
= 1809 gram 1169 gram
= 2.83
W17 W16
Penyerapan = x 100%
W16
= 2.65 %
BJ Curah + BJ Semu
BJ Agregat Medium = 2
2.63 +2.83
=
2
BJ Curah = 2.63
BJ SSD = 2.70
BJ Semu = 2.83
Penyerapan = 2.65
Rata-rata BJ Medium = 2.73
Benda uji kering oven (W18 ) 3470 gram W18 = W12 - W14
Berat benda uji kering permukaan jenuh (W19 ) 3509 gram W19 = W10 - W14
13
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
W18
BJ Curah =
(W19 W8 )
3470 gram
= 3509 gram 2197 gram
= 2.645
W19
BJ SSD =
(W19 W8 )
3509 gram
= 3509 gram 2197 gram
= 2.675
W18
BJ Semu = (W
18 W8 )
3470 gram
= 3470 gram 2197 gram
= 2.726
W19 W18
Penyerapan = x 100%
W18
= 1.124 %
BJ Curah = 2.645
BJ SSD = 2.675
BJ Semu = 2.726
Penyerapan = 1.124
Rata-rata BJ Kasar = 2.685
BJ Curah + BJ Semu
BJ Agregat Kasar = 2
2.645 +2.726
= 2
14
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
= 1.347 %
6. Kesimpulan
Berdasarkan standart SNI 03-1970-1990, nilai BJ agregat minimal 2.5 dan nilai
penyerapan agregat maksimal 3%. Dan dari hasil praktikum diperoleh nilai BJ agregat
sebesar 2.756 dan nilai penyerapan agregat adalah 1.347%. Jadi dapat disimpulkan agregat
tersebut dapat digunakan dalam pembuatan aspal.
15
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
1. Standart Uji
SNI 03-1974-1990 Metode pengujian tentang analisis saringan agregat halus dan
kasar.
2. Tujuan Praktikum
a. Untuk memperoleh distribusi besaran atau jumlah persentase butiran baik agregat
halus, agregat medium, dan agregat kasar. Distribusi yang diperoleh dapat ditunjukan
dalam tabel atau grafik.
b. Dapat melakukan perhitungan persentase agregat.
3. Dasar Teori
Agregat adalah batuan yang secara umum didefinisikan sebagai formasi kulit bumi
yang keras dan solid.
Gradasi dibedakan menjadi 3, yaitu:
Gradasi seragam (Uniform graded)
Gradasi rapat (dense graded)
Gradasi buruk (poorly gradasi)
Analisis saringan agregat ialah penentuan persentase berat butiran agregat yang lolos
dari satu set saringan kemudian angka-angka persentase digambarkan pada grafik pembagian
butir.
4. Metode Pelaksanaan
4.1 Alat dan Bahan
1. Timbangan atau neraca dengan ketelitian 0.2%
2. Ayakan satu set :
Ayakan no.
Ayakan no.
Ayakan no. 3/8
Ayakan no. 4
Ayakan no. 8
16
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
Ayakan no. 30
Ayakan no. 50
Ayakan no. 80
Ayakan no. 100
Ayakan no. 200
3. Tiga (3) ember plastik kotak
4. Kuas
5. Alat penggetar listrik
6. Loyang
7. Sekrup
8. Agregat halus 1000 sampai dengan 2000 gram
9. Agregat medium 2000 sampai dengan 3000 gram
10. Agregat Kasar 3000 sampai dengan 4000 gram
4.2 Langkah Kerja
3.2.1 Agregat Halus
1. Mempersiapkan alat dan bahan.
2. Mengambil agregat halus yang telah disiapkan dalam bak.
3. Timbang agregat halus yang telah diambil sebanyak 1000-2000 gram.
17
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
6. Letakkan dan getarkan ayakan pada mesin penggetar tunggu selama 10 menit.
7. Pisahkan agregat halus yang tertinggal dalam setiap saringan.
8. Kemudian, masukkan agregat halus yang tertinggal di setiap saringan kedalam
ember plastik kotak dan timbang masing- masing beratnya.
9. Hitung presentase berat yang tertinggal dan presentase lolos yang berada di
setiap saringan.
18
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
19
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
3/4" 0 0 0 100
1/2" 0 0 0 100
3/8" 0 0 0 100
20
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
3/4" 0 0 0 100
1/2" 0 0 0 100
21
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
22
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
Nilai Tengah
Saringan No. % lolos kasar % lolos medium % lolos halus
SPEC AC
1" 100 100 100 100
3/4" 100 98.96995708 100 100
1/2" 87.5 57.91987 100 100
3/8" 72.5 32.44893 92.48427 100
No. 4 46.5 8.676041 40.28138 99.74249
No. 8 33.5 1.857257 1.22177 82.91845
No. 30 19 1.193951 0.481303 39.48498
No. 50 13.5 1.140886 0.44428 26.86695
No. 100 8.5 1.087822 0.33321 17.25322
No. 200 5 1.008225 0.259163 8.583691
6. Kesimpulan
Dari hasil analisis data diatas dapat disimpulkan bahwa persentase dari kasar 36 %,
medium 27 %, dan halus 37 %. Berdasarkan susunan dari butiran agregat tersebut baik untuk
perkerasan jalan.
23
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
1. Standart Uji
Pengujian pada campuran aspal percobaan akan meliputi penentuan Berat Jenis
Maksimum campuran aspal sesuai SNI 03-6893-2002 .
1. Seluruh campuran yang dihampar dalam pekerjaan harus sesuai dengan Formula
Campuran Kerja , dalam batas rentang toleransi yang disyaratkan dalam Tabel Skh
dibawah ini.
2. Setiap bahan yang gagal memenuhi batas-batas yang diperoleh dari Formula
Campuran Kerja (JMF) dan toleransi yang diijinkan harus ditolak.
Tabel SKh . Toleransi Komposisi Campuran
Agregat Gabungan Lolos Ayakan Toleransi Komposisi Campuran
Sama atau lebih besar dari 2,36 mm 5% berat total agregat
2,36 mm sampai No.50 3% berat total agregat
No.100 dan tertahan No.200 2% berat total agregat
No.200 1% berat total agregat
3. Bilamana setiap bahan memenuhi batas-batas yang diperoleh dari Formula Campuran
Kerja (JMF) dan Toleransi yang diijinkan , tetapi menunjukkan perubahan atau tidak
konsisten dan sangat berarti atau perbedaan yang tidak dapat diterima atau jika
sumber setiap bahan berubah , maka suatu Formula Campuran Kerja (JMF) baru atas
biaya Penyedia Jasa dan harus diserahkan dengan cara seperti yang disebut diatas
untuk disetujui , sebelum campuran aspal baru dihampar dilapangan .
24
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
2. Tujuan Praktikum
a. Untuk mengetahui kadar aspal optimum didalam campuran dengan berbagai
perbedaan kadar aspal yang digunakan.
3. Dasar Teori
Joint Mix Formula merupakan suatu pekerjaan pencampuran antara agregat dan aspal
dalam proporsi atau kadar yang telah ditentukan. Spesifikasi campuran berbeda-beda,
dipengaruhi oleh:
Ekspresi gradasi agregat, yang dinyatakan dalam nomor saringan. Nomor-nomor
saringan mana saja yang umum digunakan dalam spesifikasi.
Perencanaan tebal perkerasan, yang dipengaruhi oleh metoda yang digunakan.
Kadar aspal yang umum dinyatakan dalam persen terhadap berat campuran
seluruhnya.
Komposisi dari campuran, meliputi agregat-agregat dengan gradasi yang bagaimana
yang digunakan.
Sifat campuran yang diinginkan, dinyatakan dalam nilai stabilitas dan flow.
Metode campuran yang digunakan. Lapisan aspal yang baik harus memenuhi 4 syarat
yaitu stabilitas, fleksibilitas, durabilitas, dan tahanan geser.
b. Stabilitas
Stabilitas pada lapisan perkerasan jalan adalah kemampuan lapisan menerima beban
lalu lintas tanpa terjadi perubahan bentuk tetap seperti bergelombang, alur atau bleeding.
Kebutuhan akan stabilitas setingkat dengan jumlah lalu lintas dan beban kendaraan yang
melewati jalan tersebut. Jalan dengan volume lalu lintas tinggi dan sebagian merupakan
kendaran berat menuntut stabilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan jalan dengan
volume lalu lintas yang hanya terdiri dari kendaraan penumpang saja.
Stabilitas terjadi dari hasil geseran antar butir, penguncian antar partikel dan daya ikat
yang baik dari lapisan aspal. Dengan demikian stabilitas yang tinggi dapat diperoleh dengan
mengusahakan penggunaan :
a. Agregat dengan gradasi yang rapat (dense graded)
b. Agregat dengan permukaan kasar
c. Agregat berbentuk kubus
d. Aspal dengan penetrasi rendah
25
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
Agregat bergradasi baik, dan rapat memberikan rongga antar butiran agregat (Voids in
Mineral Agregat = VMA) yang kecil, keadaan ini menghasilkan film aspal yang tipis,
mudah lepas yang mengakibatkan lapisan tidak lagi kedap air, sehingga oksidasi mudah
terjadi, dan lapis perkerasan menjadi rusak.
d. Fleksibilitas (Kelenturan)
Fleksibilitas pada lapisan perkerasan adalah kemampuan lapisan untuk dapat
mengikuti deformasi yang terjadi akibat beban lalu lintas berulang tanpa timbulnya retak
dan perubahan volume.
Fleksibilitas yang tinggi dapat diperoleh dengan:
Penggunaan agregat bergradasi senjang sehingga didapat VMA yang besar.
Penggunaan aspal lunak (aspal dengan penetrasi tinggi).
Penggunaan aspal yang cukup banyak sehingga diperoleh VIM yang kecil.
e. Skid Resistance (Tahanan Geser/Kekesatan)
Tahanan geser adalah kekesatan yang diberikan oleh perkerasan sehingga tidak
mengalami slip baik diwaktu hujan atau basah maupun diwaktu kering. Kekesatan
dinyatakan dengan koefisien gesek antar permukaan jalan dan ban kendaraan.
Tahanan geser tinggi jika:
Penggunaan kadar aspal yang tepat sehingga tak terjadi bleeding.
Penggunaan agregat dengan permukaan kasar.
Penggunaan berbentuk kubus.
Pengunaan agregat yang kasar.
Lapisan aspal yang menggunakan gradasi rapat akan menghasilkan kepadatan yang
baik, berarti memberikan stabilitas yang baik, tetapi mempunyai rongga pori yang kecil
sehingga memberikan kelenturan yang kurang baik dan akibat tambahan pemadatan dari
beban lalu lintas berulang serta aspal yang mencair akibat pengaruh cuaca akan
memberikan tahanan geser yang kecil.
Lapisan perkerasan harus memenuhi 4 syarat:
26
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
27
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
i. Kadar aspal efektif, dinyatakan dalam bilangan desimal satu angka dibelakang koma.
Setelah dilakukan pengujian dengan alat Marshall maka langkah selanjutnya untuk
mendapatkan kadar aspal optimum, adalah sebagai berikut:
a. Kumpulkan data-data yang diperoleh dari pengukuran dan perhitungan dari hasil
pengujian dengan alat Marshall tersebut dan masukkan dalam daftar pemeriksaan
serta proses.
b. Dari hasil data tersebut, buat grafik:
Stabilitas
Kelelehan
Rongga-rongga terhadap campuran
Rongga-rongga terisi aspal
Dalam hubungannya dengan kandungan aspal, kemudian kita tentukan besarnya
kandungan aspal yang terbaik. Lalu tentukan kandungan aspal optimum.
4. Metode Pelaksanaan
4.1 Alat dan Bahan
Alat :
Wadah
Timbangan
Wajan
28
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
Cetakan silinder
Kompor
Alat penumbuk
Alat rojok
Bahan :
Agregat halus
Agregat kasar
Agregat medium
29
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
7. Letakkan wajan yang akan digunakan untuk mencampur agregat dengan aspal di
atas timbangan lalu set 0.
30
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
8. Siapkan cetakan silinder aspal dan lapisi oli di semua sisinya, agar cetakan tidak
lengket dengan aspal maka diberi kertas di bawahnya.
9. Setelah itu tuangkan agregat yang telah dipanaskan ke dalam aspal 5% yang telah
ditimbang dengan wajan dan campur hingga merata ke seluruh bagian.
11. Tuangkan campuran agregat dan aspal tadi kedalam cetakan silinder.
31
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
13. Kemudian ditumbuk dengan alat sebanyak 2 x 75 kali agar campuran aspal tersebut
benar-benar padat.
14. Dinginkan campuran tersebut yang setelah ditumbuk dan lepaskan dari cetakannya.
15. Lakukan kembali langkah ke 5 sampai 14, dengan campuran kadar aspal yang
berbeda 5,5% ; 6% ; 6,5% ; 7%.
Nilai Tengah
Saringan No. % lolos kasar % lolos medium % lolos halus
SPEC AC
1" 100 100 100 100
3/4" 100 98.96995708 100 100
1/2" 87.5 57.91987 100 100
3/8" 72.5 32.44893 92.48427 100
No. 4 46.5 8.676041 40.28138 99.74249
No. 8 33.5 1.857257 1.22177 82.91845
No. 30 19 1.193951 0.481303 39.48498
No. 50 13.5 1.140886 0.44428 26.86695
No. 100 8.5 1.087822 0.33321 17.25322
No. 200 5 1.008225 0.259163 8.583691
32
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
60
50
40
30
20
10
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Nilai SPEC AC
33
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
34
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
6. Kesimpulan
Dari hasil analisis data diatas dapat disimpulkan bahwa persentase dari kasar 36 %,
medium 27 %, dan halus 37 %. Berdasarkan susunan dari butiran agregat tersebut baik untuk
perkerasan jalan. Dengan kadar aspal 5%, 5.5%, 6%, 6.5%, dan 7% didapat kadar optimum
aspal sebesar 6.225%.
35
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
1. Standart Uji
Berdasarkan AASHTO T 245-74, pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan
ketahanan (stabilitas) terhadap kelelehan plastis (flow) dari campuran aspal. Ketahanan ialah
kemampuan dari suatu campuran aspal untuk menerima beban sampai terjadi kelelehan
plastis yang dinyatakan dalam kilogram. Kelelehan plastis ialah keadaan perubahan bentuk
suatu campuran aspal yang terjadi akibat suatu beban sampai batas runtuh yang dinyatakan
dalam mm atau 0,01".
2. Tujuan Praktikum
Uji marshall dimaksudkan untuk menentukan ketahanan (stabilitas) terhadap
kelelehan plastisitas dari campuran aspal. Ketahanan (stabilitas) adalah kemampuan suatu
campuran aspal untuk menerima beban sampai terjadi kelelehan plastisitas. Kelelehan
plastisitas ialah keadaan perubahan bentuk suatu campuran aspal yang terjadi akibat suatu
beban atas runtuh yang dinyatakan dalam mm atau 0,01.
3. Dasar Teori
Maksud dari kestabilan campuran aspal ialah kemampuan suatu campuran aspal untuk
menerima beban sampai terjadi kelelahan plastis yang dinyatakan dalam kg atau pound.
Sedangkan kelelahan plastis ialah keadaan perubahan bentuk suatu campuran aspal yang
terjadi akibat suatu beban sampai batas runtuh yang dinyatakan dalam mm atatu 0,01.
Tahap pencampuran aspal :
a. Pemeriksaan mutu bahan
Bahan untuk membuat campuran aspal digunakan hasil pemeriksaan bahan yang
sudah dilakukan selama pengujian praktikum.
b. Spesifikasi terhadap bahan
Spesifikasi bahan yaitu batasan-batasan yang harus dipenuhi agar dapat hasil yang
sesuai standar mutu.
Spesifikasi dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :
- Spesifikasi gradasi (analisa saringan)
- Spesifikasi mutu campuran (mix property)
36
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
37
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
38
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
Laston
Sifat-sifat Campuran
WC BC Base
Penyerapan aspal (%) Maks. 1,7
Jumlah tumbukan per bidang 75 112
Min. 3,5
Rongga dalam campuran (%)
Maks. 5,5
Rongga dalam agregat (VMA) (%) Min. 15 14 13
Rongga terisi aspal (%) Min. 65 63 60
Min. 1000 1800
Stabilitas Marshall (kg)
Maks. - -
Pelelehan (mm) Min. 3 5
Marshall Quotient (kg/mm) Min. 300 350
Stabilitas Marshall sisa (%) setelah
Min. 75
perendaman selama 24 jam, 60C
Rongga dalam campuran (%) pada
Min. 2,5
kepadatan membal (refusal)
Stabilitas dinamis, lintasan/mm Min. 2500
Dept PU, 2005
4. Metode Pelaksanaan
4.1 Alat dan Bahan
Alat Marshall
Aspal
39
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
10. Kepala penekan beserta benda uji dinaikkan hingga menyentuh/menempel alas
cincin penguji dengan memutar tombol up pada mesin penguji. Kedudukan jarum
arloji penekan diatur pada angka nol.
40
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
11. Pemberian beban terhadap benda uji dengan memutar tomnol up pada mesin
penguji. Pembebanan terhadap benda uji dengan kecepatan yang tetap, yaitu 50 mm
per menit. Pembebanan dikatakan maximum apabila putaran jarum arloji penekan
menunjukkan gerak kebalikan arah. Selubung tangkai arloji kelelehan pada segmen
atas dari kepala penekan, ditekan selama pembebanan berlangsung.
12. Apabila pembebanan sudah mencapai maximum, angka kelelehan dicatat yang
ditunjukkan oleh jarum arloji kelelehan. Begitu pula angka ketahanan dicatat yang
ditunjukkan oleh jarum arloji ketahanan. Lepaskan selubung tangkai arloji kelelehan
untuk mengeluarkan benda uji.
13. Waktu yang diperlukan saat diangkatnya benda uji dari rendaman air sampai
tercapainya beban maximum melalui alat Marshall tidak boleh melebihi 30 detik.
41
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
% % Berat % % % Pembac
Berat Bera Berat Berat Volum Volum Jmlh Koreksi
% Aspal Aspal maks. rongga Rongga Rongga aan Stabilit
kerin t dalam Volum Isi thdp thdp Kandunga Stabilita Flow QM
Aspal thdp thdp (Teoriti thdp thdp thdp Stabilita as
g SSD Air benda Aspal Agr. n Rongga s
batuan camp. s) Agr. Aspal Camp. s
Gra
% % % gram gram gram % % % Lbs kg kg mm kg/mm
m
q=px
n = [100 p=ox
a=x- f=d- g=c k = 100 - i l = 100 m=i/l angka
x b c D e h i j - ( 100 x O kalibra r s =q /r
1% e /f -j -j x 100% koreksi
g / h )] si alat
volume
5% 4.00% 3.85 1183 1196 717 479 2.47 2.59 9.19 86.20 4.61 13.80 66.61 4.61 88 1240.8 1414.51 3.65 387.54
5.50
4.50% 4.31 1187 1198 719 479 2.48 2.57 10.33 86.07 3.60 13.93 74.17 3.60 80 1128 1285.92 2.57 500.36
%
6% 5.00% 4.76 1171 1178 713 465 2.52 2.55 11.61 87.05 1.34 12.95 89.66 1.34 103 1452.3 1655.62 5.32 311.21
6.50
5.50% 5.21 1170 1178 709 469 2.49 2.53 12.59 85.83 1.58 14.17 88.84 1.58 89 1254.9 1430.59 4.72 303.09
%
7% 6.00% 5.66 1162 1170 702 468 2.48 2.52 13.60 85.02 1.37 14.98 90.82 1.37 91 1283.1 1462.73 2.45 597.03
42
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
= % Aspal 1%
I = volume thdp aspal , %
b = kadar aspal terhadap campuran, %
= (b x g) / BJ. Aspal
Berat Total Agr. x % Aspal terhadap Agr.
= Berat Total Agr. +(Berat Total Agr x % Aspal terhadap Agr. x 100% j = volume thdp. agregat , %
=d-e = 100 - j
= c/f = i / l x 100%
43
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
= [100 - ( 100 x g / h )]
p = Stabilitas, kg
q = Koreksi Stabilitas , kg
=q/r
44
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
STABILITAS
1800.00
1600.00
1400.00
Koreksi Stabilitas
1200.00
1000.00
800.00 STABILITAS
600.00
SPEC MIN
400.00
200.00
0.00
4.5% 5.0% 5.5% 6.0% 6.5% 7.0% 7.5%
% Aspal
VIM
6.00
% Rongga dalam Campuran
5.00
4.00
3.00 VIM
0.00
4.5% 5.0% 5.5% 6.0% 6.5% 7.0% 7.5%
% Aspal
45
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
FLOW
6
Pembacaan Flow (mm)
3
FLOW
2
SPEC MIN
1
0
4.5% 5.0% 5.5% 6.0% 6.5% 7.0% 7.5%
% Aspal
QM
700.00
600.00
Quotient Marshall (QM)
500.00
400.00
300.00 QM
200.00 SPEC MIN
100.00
0.00
4.5% 5.0% 5.5% 6.0% 6.5% 7.0% 7.5%
% Aspal
46
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
VMA
15.50
% Rongga terhadap Agregat
15.00
14.50
14.00
VMA
13.50
SPEC MIN
13.00
12.50
4.5% 5.0% 5.5% 6.0% 6.5% 7.0% 7.5%
% Aspal
VFA
100.00
90.00
% Rongga terhadap Aspal
80.00
70.00
60.00
50.00
40.00 VFA
30.00 SPEC MIN
20.00
10.00
0.00
4.5% 5.0% 5.5% 6.0% 6.5% 7.0% 7.5%
% Aspal
47
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
6. Kesimpulan
Berdasarkan spesifikasi uji marshall untuk laston (AC) Departemen PU, 2005
diperoleh kadar optimum aspal sebesar 6.225%.
48
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
PRAKTIKUM EKSTRAKSI
1. Standart Uji
Berdasarkan SNI 03-3640-1994 metode ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan
dalam melakukan pengujian kadar aspal dalam campuran beraspal dengan cara ekstraksi
menggunakan alat soklet.
2. Tujuan Praktikum
a. Untuk mengetahui kadar aspal pada campuran.
3. Dasar Teori
Metode ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam melakukan pengujian
kadar aspal dalam campuran beraspal dengan cara ekstraksimenggunakan alat soklet.
Pengujian ini dapat dilakukan terhadap semua jenis bahan yang digunakan sebagai agregat
bahan jalan dan campuran aspal. Hasil pengujian ini selanjutnya dapat digunakan dalam
pengendalian mutu agregat pada pembangunan jalan.
Kadar aspal dalam campuran adalah banyaknya aspal dalam campuran beraspal yang
diperoleh dengan cara ekstraksi menggunakan alat soklet.
Kadar air campuran beraspal adalah jumlah air yang berada dalam campuran beraspal.
Mineral suatu zat padat yang tidak larut dalam pelarut. Agregat adalah batu pecah, kerikil,
pasir atau fraksi halus, baik berupa hasil alam maupun hasil pengolahan.
C=BA (1) Ekstrasi = 100% (2)
45
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
4. Metode Pelaksanaan
4.1 Alat dan Bahan
Centrifuge extractor
Baskom
46
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
47
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
10. Setelah itu diamkan sampai dingin, lalu timbang beserta wadahnya.
11. Hitung nilai kadar aspal nya.
SAMPLE A
Ekstrasi A = 100%
18.853 gram
= 335 .105 gram 100%
= 5.626 %
PERHITUNGAN EKSTRAKSI
X (Berat Kertas + Aspal A) = 335.105 gram
Y (Berat Kertas + Agregat) = 316.252 gram
Z(X- Y) = 18.853 gram
48
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
SAMPLE B
Z
Ekstrasi B = X x 100%
21.104 gram
= 354 .014 gram x 100%
= 5.961 %
= 5.961346161 %
6. Kesimpulan
Berdasarkan SNI 03-3640-1994, dapat disimpulkan bahwa nilai ekstrasi (kadar aspal)
A sebesar 5.626% dan nilai ekstraksi B sebesar 5.961% memenuhi syarat karena nilai
ekstraksi (kadar aspal) tersebut > 5%.
49
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
1. Standart Uji
SNI 03 2440 tentang metoda pengujian kehilangan berat aspal.
2. Tujuan Praktikum
a. Untuk mengetahui kehilangan minyak pada aspal akibat pemanasan berulang,
pengujian ini mengukur perubahan kinerja aspal akibat kehilangan berat
3. Dasar Teori
Cahaya diketahui mempunyai efek yang merusak pada aspal karena kerusakan yang
ditimbulkan sering berasal dari matahari dan dibantu oleh aspek air dan cairan pelarut
lainnya. Kerusakan molekul aspal ini dinamakan oksidasi. Ini dianggap kecil pengaruhnya
apabila dari tebak aspal keseluruhannya, namun proses diatas akibat cuaca pada lapisan
permukaan agregat. Kharakteristik campuran khususnya durabilitas aspal sangat tergantung
pada karakteristik lapis tipis aspal. Pada Pengujian ini, suatu sampel tipis dipanaskan.
Kemudian diperiksa untuk meneliti adanya proses pengerasan atau proses pelapukan atau
proses pelapukan material aspal.
4. Metode Pelaksanaan
4.1 Alat dan Bahan
Cawan diameter 15 mm dengan tinggi 31 mm.
Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi aspal pada suhu TOFT,
piring logam berdiameter 25 cm menggantung dalam oven pada proses vertikal dan
berputar dengan kecepatan 5-6 putaran per menit
Timbangan digital, kapasitas 3 kg dengan ketelitian 0,001 gram
Aspal
50
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
3. Kemudian tuangkan benda uji hingga tinggi cawan tersebut, lalu dinginkan benda uji
pada suhu ruang.
51
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
SAMPLE A
Kehilangan Berat (A) = 100%
60.961 60.855
= 100%
60 .961
OK
Cawan A ( Sample I )
X (Berat Aspal A) = 60.961 gram
Y (Berat Aspal setelah di oven A) = 60.855 gram
52
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
SAMPLE B
XY
Kehilangan Berat (B) = x 100%
X
OK
Cawan B ( Sample II )
X (Berat Aspal A) = 60.114 gram
Y (Berat Aspal setelah di oven A) = 60.02 gram
6. Kesimpulan
Berdasarkan SNI 03 2440 dikatakan memenuhi syarat apabila kurang dari 0.8 %.
Hasil praktikum yang dilakukan hasil dari Kehilangan Berat sample A sebesar 0.174% dan
sample B sebesar 0.156%.
53
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
PRAKTIIKUM PENETRASI
1. Standart Uji
Menurut SNI 06-2456-1991
Nilai penetrasi dinyatakan sebagai rata-rata sekurang-kurangnya dari 3 pembacaan.
Berdasarkan SNI 06-2456-1991 nilai penetrasi dinyatakan sebagai rata-rata sekurang-
kurangnya dari 3 pembacaan dengan ketentuan bahwa hasil pembacaan tidak melampaui
di bawah ini :
Hasil penetrasi 0 - 49 50 - 149 150 - 179 200
Nilai toleransi 2 4 6 8
Nilai penetrasi diukur dinyatakan dalam nilai yang merupakan kelipatan 0,1mm nilai
penetrasi menentukan kekerasan aspal makin tinggi nilai penetrasi makin lunak aspal
tersebut begitu sebaliknya.
Pembagian kekerasan dan kekenyalan aspal :
1. Aspal pen 40/50 : bila jarum penetrasi benda pada range ( 40 59)
Jalan dengan volume lalu lintas tinggi.
Daerah dengan cuaca iklim panas.
2. Aspal pen 60/70 : bila jarum penetrasi benda pada range ( 60 79)
Jalan dengan volume lalu lintas sedang atau tinggi.
Daerah dengan cuaca iklim panas.
3. Aspal pen 85/100 : bila jarum penetrasi benda pada range ( 85 100)
Jalan dengan volume lalu lintas sedang / rendah.
Daerah dengan cuaca iklim dingin.
4. Aspal pen 120/150 : bila jarum penetrasi benda pada range ( 120 150)
Jalan dengan volume lalu lintas rendah.
Daerah dengan cuaca iklim dingin.
5. Aspal pen 200/300 : bila jarum penetrasi benda pada range ( 200 300)
Jalan dengan volume lalu lintas sangat rendah.
Daerah dengan cuaca iklim sangat dingin.
54
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
Aspal yang penetrasinya rendah digunakan untuk daerah panas dan lalu lintas dengan
volume tinggi, sedangkan aspal dengan penetrasi tinggi digunakan untuk daerah bercuaca
dingin dan lalu lintas rendah.
2. Tujuan Praktikum
a. Tujuan umum :
Mahasiswa dapat menentukan nilai kekerasan aspal dengan melakukan pengujian
penetrasi menggunakan alat penetrometer, dimana pengujian ini akan menjadi
acuan penggunaan aspal dilapangan dan kondisi tertentu.
b. Tujuan khusus :
Dapat memahami prosedur pelaksanaan pengujian penetrasi bahan-bahan bitumen
Dapat terampil menggunakan peralatan pengujian penetrasi aspal dengan baik dan
benar
Dapat melakukan pencatatan dan analisa data pengujian yang diperoleh
Dapat menyimpulkan besarnya nilai aspal yang diuji berdasarkan standar yang
diacu
3. Dasar Teori
Yang dimaksud dengan penetrasi adalah masuknya jarum penetrasi ukuran
tertentu, beban tertentu, dan waktu tertentu ke dalam aspal pada suhu tertentu. Aspal
keras (asphalt cement ) adalah suatu jenis aspal minyak yang di dapat dari residu hasil
destilasi minyak bumi pada keadaan hampa udara. Metode ini dimaksudkan sebagai
acuan dan pegangan dakam pelaksanaan pengujian untuk menentukan penetrasi aspal
keras atau lembek 9 solid atau semi solid ). Dengan tujuan menyeragamkan cara
pengujian untuk pengendalian mutu bahan dalam pelaksanaan pembangunan. Pengujian
untuk mendapatkan angka penetrasi dan dilakukan pada aspal keras atau lembek. Hasil
55
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
pengujian tersebut kemudian digunakan dalam pekerjaan : pengendalian mutu aspal keras
atau lembek, untuk keperluan pembangunan atau pemeliharaan jalan.
Aspal adalah material termoplastis yang mencair apabila dipanaskan dan akan
membeku / mengental apabila didinginkan, namun demikian prinsip material tersebut
terhadap suhu prinsipnya membentuk suatu sprektum / beragam tergantung komposisi
unsur-unsur penyusunnya.
Dari sudut pandang rekayasa, ragam dari komposisi unsur aspal biasanya tidak ditinjau
lebih lanjut, untuk menggambarkan karakteristik ragam respon aspal tersebut
diperkenalkan beberapa parameter, salah satunya adalah Pen (penetrasi). Nilai ini
menggambarkan kekerasan aspal pada suhu standar yaitu 25C yang diambil dari
pengukur kedalaman penetrasi jarum standar ( 5gr/100gr) dalam rentang waktu standar (5
detik). BRITISH standar membagi nilai penetrasi tersebut menjadi 10 macam, dengan
rentang nilai penetrasi 15 s/d 40, sedangkan AASTHO mendefinisikan nilai pen 40-50
sebagai nilai pen untuk material sebagai bahan bitumen terlembek / terlunak.
Penetrasi sangat sensitif terhadap suhu, pengukuran diatas suhu kamar
menghasilkan nilai yang berbeda variasi suhu terhadap nilai penetrasi dapat disusun
sedemikian rupa hingga dihasilkan nilai grafik antara suhu dan penetrasi. Penetrasi index
dapat ditentukan dari grafik tersebut.
4. Metode Pelaksanaan
4.1 Alat dan Bahan
Cawan dari baja atau gelas silinder
Sample aspal
56
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
Alat penetrasi
2. Siapkan alat penetrasi, masukkan sample kedalam wadah yang terdapat dalam alat
penetrasi dan atur jarum ke angka nol untuk mengkalibrasikan dan atur jarum sampai
mendekati sample.
57
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
3. Kemudian tuangkan air dingin ke dalam wadah penetrasi hingga melebihi permukaan
cawan sample.
4. Lalu tekan tombol stop 2 kali kemudian tekan start 1 kali , kemudian baca jarum yang
berjalan hingga jarum berhenti dan catat hasilnya.
5. Jika hasilnya 60-80 maka aspal cocok digunakan di daerah tropis, apabila hasilnya 80-
90 maka aspal cocok digunakan didaerah dingin.
6. Lakukan kembali dengan meletakkan jarum penetrasi ditempat yang berbeda dengan
jarak kurang lebih 1cm dari tempat sebelumnya, catat hasilnya dan lakukan sebanyak
6 kali percobaan.
Pengamatan 1 72 65
Pengamatan 2 71 65
Pengamatan 3 66 70
Pengamatan 4 61 65
Pengamatan 5 63 65
Pengamatan 6 63 60
Jumlah 396 390
Rata-rata = 66 65
6. Kesimpulan
Berdasarkan SNI 06-2456-1991, dari hasil percobaan I nilai rata-rata penetrasi
sebesar 66 dan percobaan II nilai rata-rata penetrasi sebesar 65 dapat disimpulkan jalan
tersebut merupakan jalan dengan volume lalu lintas sedang atau tinggi dan daerah dengan
cuaca iklim panas.
58
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
1. Standart Uji
SNI 06-2434-1991 Metode pengujian titik lembek ring and ball.
2. Tujuan Praktikum
Untuk menentukan angka titik leleh aspal
3. Dasar Teori
Aspal adalah material termoplastis yang secara bertahap mencair sesuai dengan
pertambahan suhu dan berlaku sebaliknya pada pengurangan suhu. Namun perilaku material
aspal tersebut terhadap suhu atau prinsipnya membentuk suatu spektrum / beragam.
Tergantung dari komposisi unsur-unsur penyusunannya. Percobaan ini di lakukan karena
pelembekan bahan aspal tidak terjad secara lansung dan tiba tiba pada suhu tertentu artinya
penambahan suhu pada percobaan hendaknya berlansung secara gradual dalam jenjang yang
halus.
Dalam percobaan ini titik leleh ditujukan dengan suhu pada bola baja dengan berat
tertentu mendesak turun suatu lapisan aspal yang tertahan dalam cincin dengan ukuran
tertentu sehingga plat tersebut menyentuh plat dasar yang terletak pada tinggi tertentu sebagai
kecepatan pemanasan.
Titik leleh menjadi suatu batasan dalam penggolongan aspal. Titik leleh haruslah
diperhatikan dalam membangun kontruksi jalan. Titik leleh hendaknya lebih tinggi dari suhu
permukaaan jalan sehingga tidak terjadi pelelehan aspal akibat temperatur permukaan jalan,
untuk itu dilakukan usaha untuk mempertinggi titik lembek antara lain dengan menggunakan
filler terhadap campuarn beraspal. Menurut SK SNI 06 2434 1991, titik leleh aspal
berkisar antara 46 - 54c.
4. Metode Pelaksanaan
4.1 Alat dan Bahan
Thermometer
59
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
Alat pemanas
Gas elpiji
60
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
2. Masukkan aspal dengan bulatan kecil yang telah diletakkan di tabung yang
didalamnya terdapat plat kuning.
3. Lalu hitung suhu setiap menitnya untuk mengetahui titik leleh (meleleh) pada suhu
dan menit keberapa.
Suhu yang
Waktu (detik) Titik Lembek
No. diamati
C I II I II
1 30 0 0
2 32 60 60 41 41
3 34.8 120 120 47 47
4 38.2 180 180 49 49
5 42 240 240
6 46.6 300 300
7 52 360 360
362 375
61
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
49+49
Titik lembek rata-rata: = = 49 derajat celcius
2
6. Kesimpulan
Berdasarkan SNI 06-2434-1991 aspal yang bagus adalah aspal yang memiliki nilai
titik lembek minimium 55 derajat celcius. Dari praktikum yang telah dilakukan, diperoleh
titik lembek sebesar 49 derajat celcius. Jadi dapat disimpulkan bahwa, aspal yang diuji adalah
aspal yang berkualitas tidak bagus, karena nilainya berada di bawah standar. Tetapi untuk
penetrasi 60, hasil praktikum memenuhi syarat dikarenakan berada di atara 48 derajat celcius
58 derajat celcius.
62
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
1. Standart Uji
SNI 06 2441 1991 : Metode Pengujian Berat Jenis Aspal Padat.
RSNI S-01-2003 : Persyaratan Aspal Keras Berdasarkan Penetrasi.
2. Tujuan Test
Untuk memahami, mengetahui dan menentukan berat jenis aspal.
Untuk mendapatkan nilai berat jenis aspal padat dengan menggunakan rumus berat
jenis hasil pengujian.
3. Dasar Teori
Aspal merupakan material perekat (comentitious), berwarna hitam atau coklat tua
dengan unsure utama bitumen. Aspal adalah material yang digunakan untuk bahan pengikat
bahan agregat. Pada suhu ruang, aspal adalah material yang berbentuk padat sampai agak
padat dan bersifat termoplastis, (Sukima, 2003).
Berat jenis aspal adalah perbandingan antara berat jenis aspal padat dan berat air
suling dengan isi yang sama pada suhu 15,6C atau 25 C, (SNI 06 2441 1991).
Berat jenis diperlukan sebagai data konversi di lapangan, yaitu mengkonversi dari
berat ke volume atau dari volume ke berat. Berdasarkan LASTON (SKBI 2.4.26.1987)
parameter yang digunakan untuk menunjukkan berat jensi aspal optimum pada pengujian
mashall yaitu 1 (satu). Hal ini juga sesuai dengan persyaratan aspal keras menurut RSNI S
01 2003, yaitu spesifikasi berat jenis aspal keras berdasarkan penetrasi minimal 1 ( >1 ).
4. Metode Pelaksanaan
4.1 Alat dan Bahan
Piknometer
63
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
Air
Timbangan
64
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
6. Setelah ditimbang lalu diberi air setinggi leher dan timbang kembali.
65
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
= 144.073 gram
= 38,992 gram
= 106,303 cc
= 37,77 cc
66
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
Berat Aspal
Berat Jenis Aspal (A) =
Volume Aspal
38,992 cc
=
37,77 cc
= 1.032354
Berat Air (B) = W3 W1
= 147,311 gram
= 38,436 gram
= 110,134 cc
= 37,177 cc
Berat Aspal
Berat Jenis Aspal (B) = Volume Aspal
38,436 cc
= 37,177 cc
= 1.033865
1,032354 + 1,033865
= 2
= 1,0331095
67
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
6. Kesimpulan
Berdasarkan LASTON (SKBI 2.4.26.1987) dan RSNI S 01 2003 parameter yang
digunakan untuk menunjukkan berat jenis aspal agar memenuhi syarat adalah minimal satu (
>1). Dari hasil praktikum dan perhitungan diperoleh berat jenis aspal (A) = 1,032354 dan
berat jenis aspal (B) = 1.033865, rata-rata yang didapat dari kedua percobaan adalah
1,0331095. Berarti hasil percobaan yang dilakukan memenuhi syarat/spesifikasi 1,0331095 >
1.
68
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
PRAKTIIKUM DAKTILITAS
1. Standart Uji
SNI 06-2432-1991 Metode pengujian daktilitas bahan-bahan bitumen.
2. Tujuan Praktikum
a. Untuk mengetahui ketahanan aspal terhadap retak dalam penggunaannya sebagai lapis
perkerasan
3. Dasar Teori
Pengujian daktilitas aspal yaitu untuk menentukan keplastisan suatu aspal, apabila
digunakan nantinya aspal tidak retak. Percobaan ini dilakukan dengan cara menarik benda uji
berupa aspal dengan kecepatan 50 mm/menit pada suhu 25C dengan dengan toleransi 5 %.
Uji daktilitas digunakan untuk mengetahui ketahanan aspal terhadap retak dalam
penggunaannya sebagai lapis perkerasan. Aspal dengan daktilitas yang rendah akan
mengalami retak-retak dalam penggunaannya karena lapisan perkerasan mengalami
perubahan suhu yang agak tinggi. Oleh karena itu aspal perlu memiliki daktilitas yang cukup
tinggi. Sifat daktilitas dipengaruhi oleh sifat kimia aspal, yaitu susunan senyawa hidrokarbon
yang dikandung oleh aspal tersebut. Pada pengujian daktilitas disyaratkan jarak terpanjang
yang dapat ditarik antara cetakan yang berisi bitumen minimum 100 cm.
Sifat daktilitas ini sangat dipengaruhi oleh kimia aspal yaitu akibat susunan senyawa karbon
yang dikandungnya.
69
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
4. Metode Pelaksanaan
4.1 Alat dan Bahan
Thermometer
Air dingin
Glyserin
Cetakan daktilitas
70
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
6. Kesimpulan
Berdasarkan Standart SNI 06-2432-1991, pengamatan dilakukan 2 kali. Dari
pengujian yang kami lakukan telah diperoleh nilai daktilitas aspal dari 2x percobaan yaitu
155 cm. Persyaratan Aspal menyatakan bahwa nilai minimal daktilitas aspal adalah 100 cm,
sehingga kami dapat menyimpulkan bahwa aspal yang diuji tersebut berkualitas baik dan
memenuhi persyaratan spesifikasi.
71
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
1. Standart Uji
SNI 06 2433 1991 : Cara Uji Titik Nyala dan Titik Bakar Aspal dengan Alat
Cleveland Open Cup.
2. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan titik nyala aspal. Dimana aspal
pada suatu suhu tertentu dapat menyala singkat atau dapat memercikan percikan api
dipermukaan aspal.
3. Dasar Teori
Aspal merupakan senyawa hidrokarbon dengan sedikit mengandung sulfur, oksigen,
dan klor. Aspal sebagai bahan pengikat dalam perkerasan lentur mempunyai sifat
viskoelastis/padat, berwarna hitam/coklat, yang mempunyai daya lekat. Kandungan utama
aspal adalah senyawa karbon jenuh dan tak jenuh, alfatik dan aromatic yang mempunyai
atom karbon sampai 150 per molekul.Aspal akan bersifat padat pada suhu ruang dan bersifat
cair jika dipanaskan. Aspal merupakan bahan yang sangat kompleks dan belum
dikarakteristik dengan baik. Secara kuantitatif, 80% massa aspal adalah karbon, 10%
hydrogen, 6% belerang, dan sisanya oksigen dan nitrogen, serta sejumlah renik besi, nikel,
dan vanadium. Aspal mengandung aspalten 5% sampai 25%. Sebagian besar senyawa di
aspal adalah senyawa polar.
Titik nyala aspal merupakan angka angka yang menunjukkan temperature (suhu)
aspal yang dipanaskan ketika dilewatkan nyala penguji diatasnya terjadi kilatan api selama
sekitar 5 detik. Berdasarkan SNI 06 2433 1991 syarat titik nyala aspal sebesar minimal
200C ( >200C). Semakin tinggi titik nyala dan titik bakar aspal, maka aspal tersebut
semakin baik. Besarnya nilai titik nyala dan titik bakar tidak berpengaruh terhadap kualitas
perkerasan, karena pengujian ini hanya berhubungan dengan keselamatan pelaksanaan
khususnya pada saat pencampuran (mixing) terhadap bahaya kebakaran.
72
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
4. Metode Pelaksanaan
4.1 Alat dan Bahan
Kompor listrik : digunakan untuk memanaskan dan mencairkan aspal yang ada di
dalam Cleveland open cup.
Cleveland open cup digunakan sebagai wadah untuk menempatkanaspal pada saat
pemanasan aspal
73
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
Nyala penguji digunakan untuk tempat nyala api sehingga mempermudah dalam
memperoleh api pada saat proses pengujian
Tongkat sumbu digunakan untuk menghantarkan api dari nyala penguji sampai
keatas Cleveland open cup
74
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
Aspal merupakan bahan yang akan diuji. Aspal digunakan sebagaibahan pengikat
agregat dalam perkerasan jalan.
75
DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jl. Menur 127 Kampus Diploma Teknik Sipil ITS Surabaya
8. Putarlah nyala penguji sehingga melalui permukaan cawan (dari tepi ke tepi cawan)
dalam waktu satu detik. Ulangi pekerjaan tersebut setiap kenaikan 2C.
9. Catat setiap kenaikan suhu pada setiap waktu tertentu.
o
C dibawah titik
o
nyala Waktu C Titik nyala / titik bakar
56 150 31 195
41 150 44 235
36 150 46 239
21
11
6. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan, nilai titik nyala adalah 246 o C, sedangkan nilai
standart menurut SNI 03-1737-1989 Tabel III Persyaratan Aspal Keras, titik nyala bahan
aspal dengan Cleveland open cup pada penetrasi 60 yaitu minimum 200 o C, sehingga bisa
disimpulkan bahwa aspal memenuhi persyaratan spesifikasi.
76