Bilangan Kotak3
Bilangan Kotak3
Kgjhgjhg.
Llnkjh
Bilangan Bulat:
Bilangan bulat terdiri dari bilangan cacah (0, 1, 2, 3, ...) dan negatifnya (-
1, -2, -3, ...; -0 adalah sama dengan 0 sehingga tidak lagi dimasukkan
secara terpisah). Bilangan bulat dapat dituliskan tanpa komponen desimal
atau pecahan.
Himpunan semua bilangan bulat dalam matematika dilambangkan
dengan Z (atau ), berasal dari Zahlen (bahasa Jerman untuk "bilangan").
Himpunan Z tertutup di bawah operasi penambahan dan perkalian. Artinya,
jumlah dan hasil kali dua bilangan bulat juga bilangan bulat. Namun
berbeda dengan bilangan asli, Z juga tertutup di bawah operasi
pengurangan. Hasil pembagian dua bilangan bulat belum tentu bilangan
bulat pula, karena itu Z tidak tertutup di bawah pembagian.
Sekarang kita belajar cara membandingkan bilangan bulat. Jika kita ingin membandingkan bilangan bulat
kita dapat membandingkan dengan cara melihat dari garis bilangan. Semakin ke kanan maka semakin
besar, sebaliknya jika semakin ke kiri nilai bilangan tersebut semakin kecil.
Dari tabel di atas kita dapat membandingkan dua bilangan bulat bernilai besar berdasarkan posisi dan
nilai angkanya. Jadi kita tidak perlu membuat garis bilangan yang sangat panjang sekali.
Contoh 1 :
Manakah yang lebih besar dari A = 6585467 dengan B = 6536588 ? Jelaskan.
Setelah diurutkan ternyata nilai A dan B sama-sama bernilai jutaan. Jadi yang dilakukan selanjutnya
adalah mencari dimana posisi angka yang berbeda pertama kali dari kiri ke kanan.
Setelah dicari ternyata angka yang berbeda pertama kali adalah angka 8 di posisi puluhan ribu pada A
dan angka 3 di posisi puluhan ribu pada B. jadi yang berbeda adalah angka 8 dan angka 3.
Selanjutnya tinggal melihat garis bilangan. Manakah yang lebih besar dari 8 dan 3?
Menurut garis bilangan angka 8 lebih besar dari angka 3, yang berarti nilai A lebih besar dari nilai B.
Contoh 2 :
Rudi dan Sinta memiliki dua bilangan yang berbeda. Rudi memiliki bilangan yang terdiri dari 9 angka
dengan susunan pqrstuvwx. Sedangkan Sinta memiliki bilangan yang terdiri dari 8 angka dengan
susunan pqrstuvw. Maka tentukanlah :
1. Bilangan siapakah yang lebih besar jika kedua bilangan adalah bilangan bulat positif? Jelaskan.
2. Bilangan siapakah yang lebih kecil jika kedua bilangan merupakan bilangan bulat negatif?
Jelaskan.
Pembahasan :
1. Dikarenakan kedua bilangan merupakan bilangan bulat positif, maka bilangan Rudi > Sinta.
Karena Rudi lebih banyak angka penyusunnya. (Untuk bilangan bulat positif semakin banyak
angka penyusunnya maka semakin besar nilainya.)
2. Dikarenakan kedua bilangan merupakan bilangan bulat negatif, maka bilangan Rudi < Sinta.
Karena Rudi lebih banyak angka penyusunnya. (Untuk bilangan bulat negatif semakin banyak
angka penyusunnya maka semakin kecil nilainya.)
Operasi Hitung Bilangan Bulat Sifat,
Contoh Soal, Rumus Matematika
Admin Matematika
Bilangan bulat merujuk pada angka yang terdiri dari bilangan cacah (0, 1, 2, 3 sampai tidak
terhingga) dan juga bilangan negatifnya (dimulai dari -1, -2, -3 sampai tidak terhingga).
Perlu diperhatikan bahwa 0 masuk ke dalam bilangan cacah positif, bukan negatif.
Artikel ini membahas tentang operasi hitungan bilangan bulat, oleh karena itu akan berfokus
pada bilangan cacah positif, karena jika menggabungkannya dengan bilangan cacah negatif,
maka itu akan menjadi operasi hitung campuran bilangan bulat.
1. SIFAT KOMUTATIF
Sifat komutatif disebut juga dengan pertukaran. Maksudnya sifat komutatif hanya terdapat pada
dua operasi hitung yaotu penjumlahan dan perkalian.
Contoh Soalnya:
Soal Pertama:
87 + 43 = 130
48 + 87 = 130
Jadi, 87 + 43 = 43 + 87
Soal Kedua:
15 + 21 = 36
21 + 15 = 36
Jadi, 15 + 21 = 21 + 15
Sifat komutatif perkalian
Sama halnya dengan penjumlahan. Sifat komutatif ini hanya dibedakan dengan perkalian. Jika D
x F maka, D x F = F x D.
Contoh Soalnya:
Soal Pertama:
25 x 14 = 350
14 x 25 = 350
Jadi, 25 x 14 = 14 x 25
Soal Kedua:
34 x 7 = 238
7 x 34 = 238
Jadi, 34 x 7 = 7 x 34
2. SIFAT ASOSIATIF
Sifat asosiatif disebut juga dengan sifat pengelompokan.
Contoh Soalnya:
Soal Pertama:
30 + 52 + 16 = . . . . .
Penjumlahan di atas dapat dikelompokkan menjadi (30 + 52) + 16 = 82 + 16
Jadi, jawabannya adalah 98
Soal Kedua:
18 + 29 + 6 = . . . . .
Penjumlahan di atas dapat dikelompokkan menjadi 18 + ( 29 + 6) = 18 + 35
Jadi, jawabannya adalah 53.
Keterangan:
Harus mengerjakan operasi hitung yang ada di dalam kurung terlebih dahulu agar bisa dapat
jawaban yang benar.
Sifat asosiatif perkalian
Apabila tiga bilangan dikalikan, misal A x B x C kemudian bilangan itu dikelompokkan menjadi
(A x B) x C. Sama dengan A x (B x C).
Contoh Soalnya:
Soal Pertama:
19 x 25 x 56 = . . . .
Perkalian tersebut dapat dikelompokkan menjadi 19 x ( 25 x 56 ) = 19 x 1400
Jadi, jawabannya adalah 26600
Soal Kedua:
20 x 6 x 3 = . . . . .
Perkalian tersebut dapat dikelompokkan menjadi (20 x 6) x 3 = 120 x 3
Jadi, jawabannya adalah 360
3. SIFAT DISTRIBUTIF
Sifat distributif adalah sifat penyebaran perkalian terhadap penjumlahan. Perhatikan contoh
dibawah ini:
Contoh Soalnya:
Soal Pertama:
6 x (18 + 23) = 6 x 41 = 246
atau
6 x (18 + 23) = (6 x 18) + (6 x 23) = 108 + 138 = 246
Jadi, 6 x (18 + 23) = 246
***
Jadi sifat operasi hitung bilangan bulat terbagi menjadi tiga yaitu sifat komutatif yang berarti
pertukaran, sifat asosiatif yang berarti pengelompokan dan sifat distributif yang berarti
penyebaran perkalian terhadap penjumlahan.
Bilangan komutatif terbagi lagi menjadi dua yaitu sifat komutatif penjumlahan dan perkalian.
Sifat asosiatif juga terbagi lagi menjadi dua yaitu sifat asosiatif penjumlahan dan perkalian.
Himpunan:
Dalam matematika, himpunan adalah (kumpulan objek yang memiliki sifat yg dapat didefinisikan
dengan jelas) segala koleksi benda-benda tertentu yang dianggap sebagai satu kesatuan.
Walaupun hal ini merupakan ide yang sederhana, tidak salah jika himpunan merupakan salah
satu konsep penting dan mendasar dalam matematika modern, dan karenanya, studi mengenai
struktur kemungkinan himpunan dan teori himpunan, sangatlah berguna.
Irisan dari dua himpunan yang dinyatakan dengan diagram Venn
Teori himpunan, yang baru diciptakan pada akhir abad ke-19, sekarang merupakan bagian yang
tersebar dalam pendidikan matematika yang mulai diperkenalkan bahkan sejak tingkat sekolah
dasar. Teori ini merupakan bahasa untuk menjelaskan matematika modern. Teori himpunan dapat
dianggap sebagai dasar yang membangun hampir semua aspek dari matematika dan merupakan
sumber dari mana semua matematika diturunkan.
Daftar isi
[sembunyikan]
1Notasi Himpunan
2Himpunan kosong
3Relasi antar himpunan
o 3.1Himpunan bagian
o 3.2Superhimpunan
o 3.3Kesamaan dua himpunan
o 3.4Himpunan Kuasa
4Kelas
5Kardinalitas
o 5.1Himpunan Denumerabel
o 5.2Himpunan Berhingga
o 5.3Himpunan Tercacah
o 5.4Himpunan Non-Denumerabel
6Fungsi Karakteristik
o 6.1Representasi Biner
o 6.2Operasi dasar
6.2.1Gabungan
6.2.2Irisan
6.2.3Komplemen
7Hukum himpunan
8Referensi
9Bacaan lanjutan
10Pranala luar
Biasanya, nama himpunan ditulis menggunakan huruf besar, misalnya S, A, atau B, sementara
anggota himpunan ditulis menggunakan huruf kecil (a, c, z). Cara penulisan ini adalah yang umum
dipakai, tetapi tidak membatasi bahwa setiap himpunan harus ditulis dengan cara seperti itu. Tabel
di bawah ini menunjukkan format penulisan himpunan yang umum dipakai.
Nama Notasi Contoh
Himpunan-himpunan bilangan yang cukup dikenal, seperti bilangan kompleks, riil, bulat, dan
sebagainya, menggunakan notasi yang khusus.
Notasi
Simbol Arti
Himpunan kosong
atau
Himpunan kuasa
Enumerasi, yaitu mendaftarkan semua anggota himpunan. Jika terlampau banyak tetapi
mengikuti pola tertentu, dapat digunakan elipsis (...).
{apel, jeruk}
{jeruk, pisang}
{apel, mangga, pisang}
Ketiga himpunan di atas memiliki sifat umum, yaitu setiap anggota
himpunan itu adalah juga anggota himpunan A. Himpunan-
himpunan ini disebut sebagai himpunan bagian dari A. Jadi dapat
dirumuskan:
B adalah himpunan bagian dari A jika setiap anggota B juga
terdapat dalam A.
Superhimpunan[sunting | sunting
sumber]
Kebalikan
dari subhimpunan adalah superhimpunan, yaitu
himpunan yang lebih besar yang mencakup
himpunan tersebut.
Kesamaan dua
himpunan[sunting | sunting sumber]
Himpunan A dan B disebut sama, jika setiap
anggota A adalah anggota B, dan sebaliknya,
setiap anggota B adalah anggota A.
atau
Himpunan
Kuasa[sunting | sunting
sumber]
Himpunan kuasa atau himpunan
pangkat (power set) dari A adalah
himpunan yang terdiri dari seluruh
himpunan bagian dari A. Notasinya
adalah .
Jika A = {apel, jeruk, mangga, pisang},
maka :
{ { },
{apel}, {jeruk},
{mangga}, {pisang},
{apel, jeruk}, {apel,
mangga}, {apel, pisang},
{jeruk, mangga}, {jeruk,
pisang}, {mangga, pisang},
{apel, jeruk, mangga},
{apel, jeruk, pisang},
{apel, mangga, pisang},
{jeruk, mangga, pisang},
{apel, jeruk, mangga,
pisang} }
Kelas[sunting | sunting
sumber]
Suatu himpunan disebut
sebagai kelas, atau keluarga
himpunan jika himpunan tersebut
terdiri dari himpunan-himpunan.
Kardinalitas[sunting | s
unting sumber]
Kardinalitas dari sebuah
himpunan dapat dimengerti
sebagai ukuran banyaknya
anggota yang dikandung oleh
himpunan tersebut. Banyaknya
Himpunan
Denumerabel[sunting | su
nting sumber]
Jika sebuah himpunan ekivalen
sebagai kardinalitas .
Himpunan semua bilangan genap
positif merupakan himpunan
denumerabel, karena memiliki
korespondensi satu-satu antara
himpunan tersebut dengan
himpunan bilangan asli, yang
dinyatakan oleh .
Himpunan
Berhingga[sunting | su
nting sumber]
Jika sebuah himpunan
memiliki kardinalitas yang
kardinalitas , karena
terdapat korespondensi satu-
satu dari himpunan tersebut
dengan himpunan seluruh
bilangan riil, yang salah
satunya adalah .
Fungsi
Karakteristik[suntin
g | sunting sumber]
Fungsi karakteristik
menunjukkan apakah sebuah
anggota terdapat dalam
sebuah himpunan atau tidak.
Jika maka:
Terd
apat
kores
pond
ensi
satu-
satu
antar
a
himp
unan
kuas
a
deng
an
himp
unan
dari
semu
a
fungs
i
karak
teristi
k
dari
S.
Hal
ini
meng
akiba
tkan
kita
dapat
menu
liska
n
himp
unan
seba
gai
baris
an
bilan
gan 0
dan
1,
yang
meny
ataka
n ada
tidak
nya
sebu
ah
angg
ota
dala
m
himp
unan
terse
but.
Re
pre
sen
tasi
Bin
er[s
untin
g|s
untin
g
sum
ber]
Jika konteks pembicaraan adalah pada sebuah himpunan semesta S, maka setiap himpunan bagian
dari S bisa dituliskan dalam barisan angka 0 dan 1, atau disebut juga bentuk biner. Bilangan
biner menggunakan angka 1 dan 0 pada setiap digitnya. Setiap posisi bit dikaitkan dengan masing-
masing anggota S, sehingga nilai 1 menunjukkan bahwa anggota tersebut ada, dan nilai 0
menunjukkan bahwa anggota tersebut tidak ada. Dengan kata lain, masing-masing bit merupakan
fungsi karakteristik dari himpunan tersebut. Sebagai contoh, jika himpunan S = {a, b, c, d, e, f,
g}, A = {a, c, e, f}, dan B = {b, c, d, f}, maka:
Cara menyatakan himpunan seperti ini sangat menguntungkan untuk melakukan operasi-operasi
himpunan, seperti union (gabungan), interseksi (irisan), dan komplemen(pelengkap), karena kita
tinggal menggunakan operasi bit untuk melakukannya. Representasi himpunan dalam bentuk biner
dipakai oleh kompiler-kompiler Pascal dan juga Delphi.