ABSTRAK
Gastritis merupakan penyakit yang ditandai dengan inflamasi mukosa lambung. Terdapat tiga komponen penyebab, yaitu pejamu berupa
respons tubuh, agen seperti bakteri H. pylori, dan lingkungan seperti beberapa jenis obat. Diagnosis gastritis melalui pemeriksaan endoskopi
dan histopatologi. Pemeriksaan histopatologi dapat memperlihatkan tipe gastritis, derajat inflamasi, dan premalignansi.
ABSTRACT
Gastritis is a disease characterized by stomach mucosa inflammation. Three components of etiology are human body responses as host, H.
pylori as agent, and drugs as environment. Diagnosis includes endoscopic and histopathological findings. Histopathological examinations
can differentiate fundamental types of gastritis, grading of inflammation, and premalignant lesion. Ricky Alianto. Histopathological
Diagnosis of Gastritis.
dapat membantu pasien dispepsia jika tidak Tabel 1. Atrofi mukosa gaster: klasifikasi histologis dan grading5
disertai pemeriksaan histopatologi jaringan ATROFI
biopsi gaster. Pada penelitian Biasco, et al, 0. Absen
terhadap 81 pasien dispepsia didapatkan 1. Tak terdefinisi
49% pasien dengan pemeriksaan endoskopi Lokasi dan Lesi
Tipe histologi Grading
normal ternyata secara histopatologis Antrum Korpus
memberikan gambaran gastritis.1 2.1 Non-metaplastik Kelenjar hilang (shrinking) 2.1.1 Ringan = G1 (1-30%)
2. Ada Fibrosis lamina propria 2.1.2 Sedang = G2 (31-60%)
2.1.3 Berat = G3 (>60%)
Histopatologi Gastritis
2.2 Metaplastik Metaplasia: Metaplasia: 2.2.1 Ringan = G1 (1-30%)
1. Inflamasi kronik: infiltrat sel mononuklear - Intestinal - Pseudo-pyloric 2.2.2 Sedang = G2 (30-60%)
terutama limfosit. Infiltrat inflamasi seperti - Intestinal 2.2.3 Berat = G3 (>60%)
limfosit, sel plasma, histiosit, dan granulosit
dalam lamina propia (dan kadang di dalam 3. Atrofi mukosa gaster diinisiasi oleh sel punca gaster, biasanya
kelenjar). Istilah gastritis limfositik digunakan Sampel biopsi gaster normal menunjukkan dicetuskan oleh iritasi menetap mukosa
jika limfosit dideteksi dalam epitel kelenjar. kelenjar-kelenjar berbeda (mucosecreting gaster.
Infiltrat limfositik intraglanduler yang atau oxyntic), sesuai dengan kompartemen
lebih berat (noduler) merusak dan/atau fungsionalnya yaitu antrum atau korpus Di gaster, metaplasia tipe intestinal adalah
secara parsial menggantikan kontinuitas (appropriate glands). Definisi atrofi adalah bentuk metaplasia tersering, dapat merupa-
struktur kelenjar. Lesi limfo-epitelial cukup hilangnya appropriate glands. Fenotip kan prekursor kanker gaster, termasuk lesi
patognomonik untuk limfoma gaster primer transformasi atrofik terdiri dari: (1) shrinkage prakeganasan karena berhubungan dengan
(yang hampir selalu berhubungan dengan atau tidak tampak kelenjar, digantikan terjadinya adenoma dan adenokarsinoma
H. pylori).5 oleh lamina propria yang meluas (fibrotik). berdiferensiasi baik.7 Namun, metaplasia
Situasi ini menyebabkan pengurangan intestinal tidak selalu progresif menjadi
massa kelenjar; (2) Penggantian kelenjar kanker gaster. Karsinogenesis gaster sering
oleh kelenjar metaplastik menyebabkan akibat infeksi H. pylori.
metaplasia intestinal dan/atau pseudopilorik.
Jumlah kelenjar belum tentu berkurang, tetapi 5. Displasia
jaringan metaplastik menyebabkan struktur Displasia (neoplasia non-invasif/neoplasia
kelenjar appropriate lebih sedikit (Gambar intraepitel) terjadi akibat gastritis atrofik
4). Kondisi ini sesuai dengan definisi loss of
appropriate glands, berhubungan dengan
kejadian kanker gaster, sehingga merupa-
kan indikator faktor risiko kanker gaster.5
Gambar 2. Gambaran limfosit di mukosa lambung
(panah) sebagai tanda adanya inflamasi kronis (pewarnaan Klasifikasi histologis dan grading atrofi
hematoksilin-eosin/HE)6 mukosa gaster dapat dilihat di tabel 1.
Gambar 3. Gambaran sel neutrofil pada mukosa lambung Gambar 4. Gastritis atrofik multifokal dengan metaplasia Gambar 6. Biopsi gaster menunjukkan metaplasia
(panah) sebagai tanda adanya inflamasi akut (pewarnaan HE)6 intestinal dengan pewarnaan HE7 intestinal8
Tipe Histopatologi
Gastritis Superfisial Atrofi dan inflamasi sulit terlihat di kelenjar-kelenjar, infiltrasi sel inflamatorik hanya di permukaan mukosa
Gastritis Erosiva Defek mukosa superfisial terlihat dengan biorespons relevan (presipitasi fibrin, perdarahan, edema, infiltrasi neutrofil, dan pertumbuhan kapiler)
Gastritis Verrukosa Hiper-regenerasi setelah erosi, dengan serat otot yang berjalan ireguler pada mukosa muskularis dan hiperplasia kelenjar-kelenjar pilorik yang dikelilingi myofibers
pada area kelenjar-kelenjar pilorik dan penggantian kelenjar-kelenjar pseudopilorik dan pergantian pada regenerasi epitelium foveolar
Gastritis Metaplastik Metaplasia intestinal terlihat pada lebih dari 1/3 jaringan mukosa
Gastritis Hipertrofi Kelenjar-kelenjar hipertrofi terlihat, sedangkan epitelium foveolar dapat normal atau hipertrofik
Gastropati Kongestif Dilatasi dan lilitan pembuluh darah submukosa, tidak ada inflamasi yang jelas
berkepanjangan, terutama infeksi H. pylori; Pada tabel 3, masing-masing variabel diberi updated Sydney system. Derajat inflamasi di-
metaplasia intestinal berisiko transformasi skor numerik atau deskriptif: 0 untuk tidak tentukan dari kombinasi derajat lesi inflamasi
lebih jauh, menjadi epitel berdiferensiasi. ada, 1 untuk ringan, 2 untuk sedang, dan 3 di mukosa antrum dan korpus (Tabel 4).12
Displasia epitel masih terbatas dalam untuk berat. Nilai masing-masing spesimen
membran basalis dari struktur kelenjar.5 dirata-rata secara terpisah untuk masing- Derajat atrofi ditentukan dari hilangnya
masing kompartemen (antrum dan korpus). kelenjar (dengan atau tanpa metaplasia
Sistem diagnosis gastritis yang dikembang- Langkah selanjutnya adalah menentukan intestinal). Pada masing-masing kompar-
kan sekarang adalah gabungan temuan derajat inflamasi di dua kompartemen temen (antrum dan korpus) digradasikan
endoskopi dan histologis, dikenal dengan gaster (antrum dan korpus) dan untuk skor 0-4, menurut visual analogue scale dari
Sydney system. Klasifikasi Sydney bertujuan menentukan apakah inflamasi sama updated Sydney system (Tabel 5).12
untuk standarisasi laporan klasifikasi gastritis beratnya (pangastritis) atau lebih berat
per endoskopi berdasarkan tampilan pada antrum (antrum-predominant gastritis) Lokasi biopsi yang berbeda disarankan untuk
mukosa, seperti edema, punctuate and atau korpus (corpus-predominant gastritis).10 mewakili semua mukosa sudah dieksplorasi
confluent erythema, friability, punctuate and (Gambar 8). Proposal OLGA (operative link on
confluent exudate, flat and raised erosion, rugal Derajat inflamasi dinilai dari intensitas sel-sel gastritis assessment) menyarankan setidaknya
hyperplasia and atrophy, visibility of vascular inflamasi (limfosit, sel plasma, dan granulosit) dibuat 5 tempat biopsi, yaitu:13
pattern, punctuate and confluent intramural dalam lamina propria yang digradasikan: 1. Kurvatura mayor dan minor antrum
bleeding spots, dan coarse nodularity. Semua absen (0), ringan (1), moderate (2), dan berat distal (A1-A2 = mucus secreting mucosa)
hasil endoskopi dilaporkan termasuk penilaian (3) berdasarkan visual analogue scales dari 2. Kurvatura minor incisura angularis (A3),
subjektif dari tingkat keparahan, seperti
ringan, sedang, berat, lalu diklasifikasikan ke
dalam salah satu dari 8 kategori, yaitu gastritis
superfisial, gastritis hemorrhagik, gastritis
erosiva, gastritis verrukosa, gastritis atrofik,
gastritis metaplastik, gastritis hipertrofik, dan
gastritis khusus (Tabel 2).9
Tabel 3. Kriteria grading biopsi gaster menurut revised Sydney system oleh Aydin O11
DAFTAR PUSTAKA
1. Darya IW, Wibawa IDN. Korelasi antara derajat gastritis dan rasio pepsinogen I/II pada penderita gastritis kronis. J Peny Dalam 2009; 10(2): 85-98.
2. Rahma M, Ansari J, Rismayanti. Faktor risiko kejadian gastritis di wilayah kerja puskesmas Kampili Kabupaten Gowa. Makassar: Universitas Hasanuddin; 2012. pp. 1-14.
3. Lori MD, Pharm D, Dana EK. Evaluation and management of nonulcer dyspepsia. Am Fam Physician 2004; 70(1): 107-14.
4. Tytgat GNJ. Role of endoscopy and biopsy in the work up of dyspepsia. Gut. 2002; 50(iv): 13-6.
5. Rugge M, Pennelli G, Pilozzi E, Fassan M, Ingravallo G, Russo VM, et al. Gastritis: The histology report. Digestive and Liver Disease 2011; 43: 373-84.
6. Yulida E, Oktaviyanti IK, Rosida L. Gambaran derajat infiltrasi sel radang dan infeksi Helicobacter pylori pada biopsi lambung pasien gastritis. Berkala Kedokt. 2013; (1): 47-58.
7. Szoke D. Genetic factors related to the histological and macroscopic lesions of the stomach [Disertasi]. Budapest: Semmelweis University; 2009. pp. 7-61.
8. Garg B, Sandhu V, Sood N, Sood A, Malhotra V. Histopathological analysis of chronic gastritis and correlation of pathological features with each other and with endoscopic findings. Pol J
Pathol. 2012; 3: 172-8.
9. Guindy AE, Ghoraba H. A study of the concordance between endoscopic gastritis and histological gastritis in nonulcer dyspeptic patients with and without Helicobacter pylori infection.
Tanta Med Sci J. 2007; 2(2): 67-82.
10. Dixon MF, Genta RM, Yardley H, Correa P. Classification and grading of gastritis: The updated Sydney system. Am J Surg Pathol. 1996; 20: 1161-81.
11. Aydin O, Egilmez R, Karabacak T, Kanik A. Interobserver variation in histopathological assessment of Helicobacter pylori gastritis. World J Gastroenterol. 2003; 9: 2232-5.
12. Rugge M, Genta RM. Staging and grading of chronic gastritis. Human Pathol. 2005; 36: 228-33.
13. Rugge M, Correa P, Di Mario F, El-Omar E, Fiocca R, Geboes K, et al. OLGA staging for gastritis: A tutorial. Dig Liver Dis. 2008; 40(8): 650-8. doi: 10.1016/j.dld.2008.02.030.