Disusun oleh :
KELOMPOK 12 / PERIKANAN B
Pipit Widia N 230110140083
Imas Siti N 230110140084
Lina Aprilia 230110140087
Darajat Prasetya 230110140098
Didi Arvindi 230110140101
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2017
KATA PENGANTAR
Meskipun saya berharap isi dari laporan praktikum saya ini bebas dari kekurangan
dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, saya
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar tugas laporan praktikum
maturasi dan gametogenesis ini dapat lebih baik lagi.
Akhir kata saya mengucapkan terimakasih, semoga hasil laporan praktikum saya
ini bermanfaat.
Jatinangor
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB Halaman
KATA PENGANTAR......................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................ ii
DAFTAR TABEL.................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR............................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN............................................................ v
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................ 1
1.2 Identifikasi Masalah........................................................ 1
1.3 Tujuan.............................................................................. 2
1.4 Kegunaan ........................................................................ 2
ii
3.3.1 Persiapan Praktikum.............................................. 16
3.3.2 Pelaksanaan Praktikum.......................................... 17
3.4 Metode............................................................................ 18
3.5 Parameter yang Diamati..................................................... 18
3.5.1 Diameter Telur ....................................................... 18
3.5.2 Persentase Tingkat Kematangan Telur Ikan........... 18
3.5.3 Indeks Kematangan Gonad (GSI).......................... 19
3.5.4 Hemasotopik indeks (HSI)................................. 19
3.5.5 Fekunditas Ikan...................................................... 19
3.5.6 Analisis Data...................................................... 19
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil dan Pembahasan Kelas............................................. 20
4.1.1 Perbedaan Pakan Komersil..................................... 22
4.1.2 Pengaruh Perbedaan Pakan Komersil.................... 25
4.1.3 Dalam 5gr Ikan Sampel.......................................... 27
4.1.4 Pengaruh Perbedaan Pakan Komersil.................... 29
4.2 Hasil dan Pembahasan Kelompok..................................... 31
4.2.1 Indeks Kematangan Gonad (GSI)......................... 32
4.2.2 Hemasotopik Indeks (HSI).................................... 32
4.2.3 Diameter Telur ...................................................... 33
4.2.4 Persentase Tingkat Kematangan Telur Ikan ......... 33
4.2.5 Fekunditas Ikan.................................................. 34
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan.................................................................... 35
5.2 Saran.............................................................................. 35
DAFTAR PUSTAKA.................................................................. 36
LAMPIRAN................................................................................. 37
iii
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
iv
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
v
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halaman
1. Dokumentasi Praktikum............................................................... 37
2. Diagram Alir Tahapan Praktikum................................................ 39
vi
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
3
4
bahan alami untuk menggantikan dalam penggunaan bahan kimia tersebuat tanpa
menghilangkan fungsinya. Testosteron merupakan kunci dalam proses
pematangan gonad karena sebagai bahan dasar sintesis estradiol yang berperan
utama dalam vitelogenesis.
1.3 Kinerja Reproduksi
2.3.1 Reproduksi Ikan Komet
Secara alami, pemijahan terjadi pada tengah malam sampai akhir fajar.
Menjelang memijah, induk-induk ikan mas aktif mencari tempat yang rimbun,
seperti tanaman air atau rerumputan yang menutupi permukaan air. Substrat inilah
yang nantinya akan digunakan sebagai tempat menempel telur sekaligus
membantu perangsangan ketika terjadi pemijahan.
Sifat telur ikan Komet adalah menempel pada substrat. Telur ikan Komet
berbentuk bulat, berwarna bening, berdiameter 1,5-1,8 mm, dan berbobot 0,17-
0,20 mg. Ukuran telur bervariasi, tergantung dari umur dan ukuran atau bobot
induk. Embrio akan tumbuh di dalam telur yang telah dibuahi oleh spermatozoa.
Antara 2-3 hari kemudian, telur-telur akan menetas dan tumbuh menjadi larva.
Larva ikan Komet mempunyai kantong kuning telur yang berukuran relatif besar
sebagai cadangan makanan bagi larva. Kantong kuning telur tersebut akan habis
dalam waktu 2-4 hari.
Larva ikan Komet bersifat menempel dan bergerak vertikal. Ukuran larva
antara 0,50,6 mm dan bobotnya antara 18-20 mg. Larva berubah menjadi kebul
(larva stadia akhir) dalam waktu 4-5 hari. Pada stadia kebul ini, ikan Komet
memerlukan pasokan makanan dari luar untuk menunjang kehidupannya. Pakan
alami kebul terutama berasal dari zooplankton, seperti rotifera, moina, dan
daphnia.
Kebutuhan pakan alami untuk kebul dalam satu hari sekitar 60-70% dari
bobotnya. Setelah 2-3 minggu, kebul tumbuh menjadi burayak yang berukuran 1-
3 cm dan bobotnya 0,1-0,5 gram. Antara 2-3 minggu kemudian burayak tumbuh
menjadi putihan (benih yang siap untuk didederkan) yang berukuran 3-5 cm dan
bobotnya 0,5-2,5 gram. Putihan tersebut akan tumbuh terus. Setelah tiga bulan
berubah menjadi gelondongan yang bobot per ekornya sekitar 100 gram.
6
terdapat di bagian selatan pada umur 1 tahun dengan berat 180 gram, gonadnya
telah masak dan siap bereproduksi. Sedangkan ikan large mouth bass yang
terdapat dibagian utara dengan umur yang sama yaitu 1 tahun dengan ukuran yang
lebih besar yaitu 25cm dan beratnya 230gram tetapi pada gonad tiak ditemukan
telur yang masak dan belum siap untuk memijah.
tulang, otot, ginjal, jantung, pembuluh darah, dan alat kelamin. 3) Endoderm
menjadi kelenjar-kelenjar yang mempunyai hubungan dengan alat pencernaan,
paru-paru, dan alat-alat pencernaan. Setelah organogenesis selesai, selanjutnya
penyempurnaan embrio menjadi fetus yang telah siap dilahirkan (larva ikan)
(Gusrina, 2008).
telurnya dan dianggap matang. Sesudah memijah indeknya turun menjadi 3 4%.
Untuk tingkat kematangan gonad tertentu nilai indek tidak merupakan suatu nilai
melainkan nilainya merupakan suatu nilai batas kisar. Sebagai contoh misalnya:
Tingkat kematangan IKG
III 6 11
IV 8 14
V 13-20
Namun didapatkan pula pada ikan belanak (Effendie dan subardja, 1976)
bahwa pada tingkat kematangan yang sama (IV), tiap bulan indeknya bervariasi
dari 1 20. Sudah barang tentu indek untuk jenis ikan lainnya berbeda-beda. Bagi
jenis ikan-ikan di Indonesia masih banyak sekali yang belum diketahui. Sekali
lagi hal ini merupakan peluang yang baik untuk diteliti lebih lanjut.
Dari awal perkembangan gonad sampai memijah, garis tengah telur yang
dikandungnya semakin membesar pula. Dengan demikian maka akan didapatkan
hubungan antara IKG dengan garis tengah telur. Hubungan ini dapat
dinyatakan dalam gambar histigram seperti yang dikemukakan oleh Arsjad
(1973) pada ikan baung seperti pada gambar 9.
Selain indek kematangan gonad seperti termaksud di atas ternyata Batts
(1972) mengemukakan indek lain yang dinamakan Gonad Indeks (GI) yaitu
perbandingan antara berat gonad dengan panjang ikan, yang rumusnya:
GI = w/Ls X 10s
Dimana:
GI = Gonad Indek
W = Berat gonad segar dalam gram
L = panjang ikan dalam mm.
Harga 10s merupakan suatu faktor agar nilai GI mendekati harga satu.
Apabila tidak dikalikan dengan faktor tersebut akan didapatkan suatu nilai yang
sangat kecil (beberapa angka di belakang koma) sehingga apabila nilai tersebut
dipakai untuk membandingkan dengan nilai lainnya tidak sepeka dengan
menggunakan faktor 10s tadi.
13
mengandung telur dari berbagai tingkat dan akan lebih sulit lagi menentukan telur
yang benar-benar akan dikeluarkan pada tahun yang akan datang. Jadi fekunditas
individu ini baik diterapkan pada ikan-ikan yang mengadakan pemijahan tahunan
atau satu tahun sekali (Wahyuningsih dan Barus, 2006).
Fekunditas individu akan sukar diterapkan untuk ikan-ikan yang
mengadakan pemijahan beberapa kali dalam satu tahun, karena mengandung telur
dari berbagai tingkat dan akan lebih sulit lagi menentukan telur yang benar-benar
akan dikeluarkan pada tahun yang akan datang. Jadi fekunditas individu ini
baik diterapkan pada ikan-ikan yang mengadakan pemijahan tahunan atau satu
tahun sekali. Selanjutnya Royce (1972) menyatakan bahwafekunditas total ialah
jumlah telur yang dihasilkan ikan selama hidupnya. Fekunditas relatif adalah
jumlah telur per satuan berat atau panjang. Fekunditas inipun
sebenarnya mewakili fekunditas individu kalau tidak diperhatikan berat atau
panjang ikan. Penggunaan fekunditas relatif dengan satuan berat menurut Bagenal
(Gerking, 1967) lebih mendekati kepada kondisi ikan itu sendiri dari pada dengan
panjang. Bahkan menurut Nikolsky (1969) lebih mencerminkan status ikan betina
dan kualitas dari telur kalau berat yang dipakai tanpa berat alat-alat pencernaan
makanannya. Ikan-ikan yang tua dan besar ukurannya mempunyai fekunditas
relatif lebih kecil. Umumnya fekunditas relatif lebih tinggi dibanding dengan
fekunditas individu. Fekunditas relatif akan menjadi maksimum pada golongan
ikan yang masih muda (Nikolsky, 1969). (Wahyuningsih dan Barus, 2006).
Royce (1972) menyatakan bahwa fekunditas total ialah jumlah telur yang
dihasilkan ikan selama hidupnya. Fekunditas relatif adalah jumlah telur per satuan
berat atau panjang. Fekunditas inipun sebenarnya mewakili fekunditas individu
kalau tidak diperhatikan berat atau panjang ikan. Penggunaan fekunditas relatif
dengan satuan berat lebih mendekati kepada kondisi ikan itu sendiri dari pada
dengan panjang. Bahkan menurut Nikolsky (1969) lebih mencerminkan status
ikan betina dan kualitas dari telur kalau berat yang dipakai tanpa berat alat-alat
pencernaan makanannya. Ikan-ikan yang tua dan besar ukurannya mempunyai
fekunditas relatif lebih kecil.
BAB III
BAHAN DAN METODE
15
16
Maturasi
- Akuarium
- Instalasi aerasi
- Timbangan analitik
- Baki
- Baskom
- Mangkuk
- Sendok
- Alat tulis
- Kamera digital
3.2.2 Bahan Praktikum
Gametogenesis
- Induk ikan komet
- Larutan sierra
Maturasi
- Induk betina ikan komet
- 17 Metil Testosteron
- Alkohol 70%
- Pakan komersil
3.3 Tahapan Praktikum
3.3.1 Persiapan Praktikum
3.3.1.1 Persiapan Praktikum Maturasi
1) Persiapan Alat dan bahan praktikum
Membersihkan aquarium, isi 2/3 dengan mengunakan air
Memasang dan pastikan instalasi aerasi berfungsi dengan baik
Menimbang bobot ikan uji
Menimbang bobot pakan yang diperlukan
Menimbang hormon yang diperlukan
3.3.1.2 Persiapan Praktikum Gametogenesis
Menimbang bobot ikan komet
Membedah tubuh ikan
17
3.4 Metode
3.4.1 Metode Maturasi
Metode yang dilakukan yaitu dengan menggunakan percobaan secara
eksperimental mengunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4
perlakuan dengan 3 ulangan
3.4.2 Metode Gametogenesis
Metode yang digunakan dengan Parameter Percobaan :
a. Diameter Telur
b. Persentase Tingkat Kematangan Telur Ikan
c. Hemasotopik Indeks
d. Indeks Kematangan Gonad
e. Fekunditas Ikan
X rata-rata = xi/n
Keterangan : xi = diameter telur yang diamati
n = jumlah telur yang diamati
3.5.2 Persentase Tingkat Kematangan Telur Ikan
F=
Keterangan:
F = Jumlah telur di dalam gonad yang akan dicari
(Fekunditas)
W = Berat seluruh gonad
w = Berat sampel sebagian kecil gonad
n = Jumlah telur dari sampel sebagian kecil gonad (w)
12 6 mg 45,7 25,7 0,0006 9,87 0,47 3983 597 797 1912 1,82 0,12
20
21
Ulangan Rata-
Perlakuan Jumlah
1 2 3 rata
Kontrol 0 0 119 39,67 119,00
4 mg 394 26 0 140,09 420,28
6 mg 921 0 597 506,00 1518,00
8 mg 0 572 0 190,67 572,00
Total 1315 598,28 716 876,43 2629,28
Ulangan Rata-
Perlakuan Jumlah
1 2 3 rata
Kontrol 0 0 59 19,67 59,00
4 mg 394 223 0 205,67 617,00
6 mg 1382 0 797 726,33 2179,00
8 mg 0 673 0 224,33 673,00
Total 1776 896 856 1176,00 3528,00
Ulangan Rata-
Perlakuan Jumlah
1 2 3 rata
Kontrol 0 0 119 39,67 119,00
4 mg 3149 669 0 1272,67 3818,00
6 mg 2303 0 1912 1405,00 4215,00
8 mg 0 2121 0 707,00 2121,00
Total 5452 2790 2031 3424,33 10273,00
576092,69
SK db JK KT F hit F tab
0,05
PERLAKUAN 3 364675,35 121558,45 1,28 4,07
GALAT 8 761153,59 95144,20
TOTAL 11 1125828,94
1037232
SK db JK KT F hit F tab
0,05
PERLAKUAN 3 824481,33 274827,11 1,63 4,07
GALAT 8 1344794,67 168099,33
TOTAL 11 2169276,00
8794544,083
24
SK db JK KT F hit F tab
0,05
PERLAKUAN 3 3490839,58 1163613,19 0,81 4,07
GALAT 8 11550733,33 1443841,67
TOTAL 11 15041572,92
Pada tingkat kematangan telur vitalogen jumlah yang paling besar adalah
perlakuan 6mg dengan jumlah 1518, jumlah yang paling kecil adalah perlakuan
kontrol dengan jumlah 119. Pada tingkat kematangan telur awal matang jumlah
yang paling besar pada perlakuan 6mg dengan jumlah 2179, jumlah yang paling
kecil pada perlakuan kontrol dengan jumlah 59. Pada tingkat kematangan telur
matang jumlah yang paling besar adalah perlakuan 6 mg dengan jumlah 4251,
jumlah yang paling kecil pada perlakuan kontrol dengan jumlah 119. Pemberian
17 Metil sebanyak 6mg merupakan perlakuan yang paling efisien untuk
mempercepat proses tingkat kematangan telur pada ikan komet.
Dilihat dari Tabel Sidik Ragam TKT Matang di atas, dapat dilihat bahwa
perbedaan perlakuan tersebut tidak berbeda nyata. Dapat dibuktikan dengan nilai
F hit lebih kecil daripada nilai F tabel. Jadi, perlakuan pemberian 17 Metil
Testosteron terhadap TKT Matang tidak ada perubahan yang signifikan.
Seperti dikutip dari (Yaron, 1995) bahwa Ikan yang memasuki fase
pematangan oosit dipengaruhi oleh hormon tropik hipotalamus dan kelenjar
pituitari. Lalu pada saat proses vitelogenesis berlangsung, granula kuning telur
bertambah dalam jumlah dan ukurannya, sehingga volume oosit membesar.
Peningkatan nilai gonad somatik indek, fekunditas, dan diameter telur dapat
disebabkan oleh perkembangan oosit. Perkembangan gonad yang semakin matang
juga merupakan bagian dari reproduksi ikan sebelum terjadi pemijahan. Selama
proses tersebut, sebagian besar hasil metabolisme tertuju kepada perkembangan
gonad.
25
Ulangan Rata-
Perlakuan Jumlah
1 2 3 rata
Kontrol 1,82 1,03 0,37 1,07 3,22
4 mg 0,16 3,29 2,66 2,04 6,11
6 mg 1,84 5,48 1,82 3,05 9,14
8 mg 1,97 11,77 3,4 5,71 17,14
Total 5,79 21,57 8,25 11,87 35,61
105,672675
SK db JK KT F hit F tab
0,05
PERLAKUAN 3 36,00 12,00 1,34 4,07
GALAT 8 71,46 8,93
TOTAL 11 107,47
26
Indeks Kematangan Gonad (IKG) adalah suatu nilai dalam persen yang
merupakan hasil dari perbandingan antara berat gonad dengan berat ikan termasuk
gonadnya, dikalikan dengan 100% (Effendi 2002). Nilai Indeks Kematangan
Gonad (IKG) akan sejalan dengan perkembangan gonad, dimana indeks
kematangan gonad akan semakin bertambah besar dan nilai akan mencapai
kisaran maksimum pada saat akan terjadi pemijahan (Effendie 1979).
Berdasarkan hasil yang didapat, kemungkinan besar nilai IKG tidak
bergantung dari perlakuan yang diberikan, melainkan dari umur ikan itu sendiri
atau sudah berapa kali ikan tersebut berpijah. Apalagi, data mengenai umur dan
siklus reproduksi ikan komet yang menjadi objek penelitian tersebut tidak
diketahui.
Dilihat dari Tabel Sidik Ragam GSI di atas, dapat dilihat bahwa perbedaan
perlakuan tersebut tidak berbeda nyata. Dapat dibuktikan dengan nilai F hit yang
lebih kecil daripada nilai F tabel. Jadi, perlakuan pemberian 17 MT terhadap GSI
tidak ada perubahan yang signifikan.
Tabel 10. HSI
Ulangan Rata-
Perlakuan Jumlah
1 2 3 rata
Kontrol 0,22 0,10 0,41 0,24 0,73
4 mg 0,63 0,13 0,12 0,29 0,88
6 mg 0,14 0,72 0,12 0,33 0,98
8 mg 0,54 0,5 0,38 0,47 1,42
Total 1,53 1,445 1,03 1,335 4,005
1,33666875
27
SK db JK KT F hit F tab
0,05
PERLAKUAN 3 0,09 0,03 0,51 4,07
GALAT 8 0,47 0,06
TOTAL 11 0,56
Dilihat dari Tabel Sidik Ragam HSI di atas, dapat dilihat bahwa
perbedaan perlakuan tersebut tidak berbeda nyata. Dapat dibuktikan dengan nilai
F hit yang lebih kecil daripada nilai F tabel. Jadi, perlakuan pemberian 17 MT
terhadap HSI tidak ada perubahan yang signifikan.
Ulangan Rata-
Perlakuan Jumlah
1 2 3 rata
Kontrol 0,12 0,05 0,02 0,06 0,19
4 mg 0,51 0,16 0,14 0,27 0,81
6 mg 0,09 0,36 0,09 0,18 0,54
8 mg 0,09 0,59 0,16 0,28 0,85
Total 0,81 1,16 0,41 0,80 2,39
Ulangan Rata-
Perlakuan Jumlah
1 2 3 rata
Kontrol 0 0 55 18,33 55,00
4 mg 833 199 0 344,00 1032,00
6 mg 832 1008 775 871,67 2615,00
8 mg 0 647 0 215,67 647,00
Total 1665 1854 830 1449,67 4349,00
28
0,474062378
Tabel 14. Sidik Ragam Bobot Gonad Per 5 gr Berat Ikan Sampel
SK db JK KT F hit F tab
0,05
PERLAKUAN 3 0,09 0,03 0,89 4,07
GALAT 8 0,28 0,04
TOTAL 11 0,37
Dilihat dari Tabel Sidik Ragam Bobot Gonad Per 5 gr Berat Ikan Sampel
di atas, dapat dilihat bahwa perbedaan perlakuan tersebut tidak berbeda nyata.
Dapat dibuktikan dengan nilai F hit yang lebih kecil daripada nilai F tabel. Jadi,
perlakuan pemberian 17 MT terhadap Bobot Gonad Per 5 gr Berat Ikan Sampel
tidak ada perubahan yang signifikan.
Perbedaan bobot gonad ikan komet dapat dipengaruhi berbagai hal selama
praktikum, dimana salah satunya adalah adanya kematian pada ikan beberapa
kelompok yang membuatnya mengganti ikan dengan yang baru, sehingga
perlakuan tidak serentak dari awal praktikum dan data menjadi kurang valid.
Selain itu, data mengenai ikan mana yang diganti tersebut tidak dicantumkan
sehingga ketika muncul hasil yang beragam. Maka tidak dapat terjawab mengapa.
Ada baiknya bila data tersebut dimasukkan sehingga dapat dibandingkan antara
ikan yang memang dari awal praktikum sudah diberi perlakuan dan ikan yang
baru diberi perlakuan di pertengahan praktikum.
29
1576150,083
SK db JK KT F hit F tab
0,05
PERLAKUAN 3 1198810,92 399603,64 4,64 4,07
GALAT 8 689076,00 86134,50
TOTAL 11 1887886,92
Ulangan Rata-
Perlakuan Jumlah
1 2 3 rata
Kontrol 0 0 41,2 13,73 41,20
4 mg 38,5 43,1 0 27,20 81,60
6 mg 11,96 22,2 9,87 14,68 44,03
8 mg 0 55,03 0 18,34 55,03
Total 50,46 120,33 51,07 73,95 221,86
30
4101,821633
SK db JK KT F hit F tab
0,05
PERLAKUAN 3 339,16 113,05 0,21 4,07
GALAT 8 4357,92 544,74
TOTAL 11 4697,08
Berdasarkan hasil praktikum dengan perlakuan dosis 6mg memberikan tingkat kematangan yang tinggi untuk ikan komet.
Tingginya nilai GSI, HSI, fekunditas, diameter telur akan memepercepat tingkat kematangan gonad ikan. Bobot gonad ikan akan
mencapai maksimum sesaat ikan akan memijah kemudian akan menurun dengan cepat selama proses pemijahan berlangsung sampai
selesai. Menurut Effendie (1997), umumnya pertambahan bobot gonad ikan betina pada saat stadium matang gonad dapat mencapai
10-25 persen dari bobot tubuh dan pada ikan jantan 5-10 persen. Lebih lanjut dikemukakan bahwa semakin rneningkat tingkat
kematangan gonad, diameter telur yang ada dalam gonad akan menjadi semakin besar.
32
Dari hasil yang kelompok 12, kami mendapatkan diameter telur terkecil
yaitu sebesar 9,87 mm. Jika dibandingkan dengan kelompok 4 dengan 11,96 mm
dan kelompok 7 dengan 22,2 mm kelompok kami memiliki diameter telur terkecil
dari kelompok tersebut dengan perlakuan yang sama.
Hasil pengamatan diameter yang diambil yaitu dari bagian ujung, tengah,
dan tepi gonad. Semakin besar diameter telur, menunjukkan bahwa ikan komet
yang diamati semakin matang telur. Ukuran diameter telur sendiri akan
menggambarkan apakah ikan sudah siap melepaskan telurnya atau belum, dimana
telur yang diameternya besar dan ukurannya seragam berarti sudah siap
dilepaskan oleh ikan, atau ikan sudah siap ovulasi.
TKT (%)
Kelompok
Vitelogen Awal Matang Matang
4 921 1382 2303
7 0 0 0
12 597 797 1912
Tingkat kematangan telur ikan dapat dilihat dari 3 fase yaitu fase
vitelogenik, fase awal matang, dan pada fase matang.
34
ini menujukan bahwa besar atau kecilnya nilai fekunditas dipengaruhi oleh bobot
ikan masing-masing kelompok yang di amati.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum penggunaan 17 MT untuk mempercepat
kematangan gonad ikan komet dilakukan empat perlakuan sebagai kontrol, 4 mg,
6 mg dan 8 mg. Dosis 17 MT yang paling besar diberikan pada kelompok 2 dan
5 yaitu sebesar 0,0008 mg atau 8 mg. Sedangkan jika dilihat dari perlakuan
kontrol kelompok 1, 8, dan 9 ikan komet belum mengalami pemijahan dengan
belum terbentuknya telur yang ada. Hal ini menujukan bahwa 17 MT tepat untuk
mempercepat kematangan gonad ikan. Semakin tinggi dosis yang diberikan akan
semakin cepat kematangan gonad.
5.2 Saran
Praktikan harus lebih teliti dalam melakukan penimbangan dosis perlakuan
serta jangan lalai dalam pemeliharaan induk ikan komet karena akan
menyebabkan hasil yang tidak sesusai.
36
DAFTAR PUSTAKA
Gusrina. 2008. Budidaya Ikan Jilid II. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen. Jakarta
Royce, W.F. 1972. Introduction to The Fisheries Science. Academic Press. New
York.
37
LAMPIRAN
37
Tahapan Praktikum
Persiapan Praktikum
Persiapan Praktikum
Maturasi
Persiapan Praktikum
Gametogenesis
Pelaksanaan Praktikum
Pelaksanaan Praktikum
Pembuatan Pakan
berat pakan
100 gr
Jumlah hormon
10 mg
berat ikan
20 gr dan 25 gr
Jumlah CMC - -
berat gonad - -
berat hati - -
volume gonad - -
volume hati - -
berat sampel gonad - -
jumlah telur dalam sampel 300 -