Anda di halaman 1dari 2

Saat itu aku masih duduk di kelas 3 SMP, ketika seorang guru yang kami hormati

memasuki ruang kelas, tak pernah terpikir oleh kami kalau kali ini sang guru
masuk untuk satu keperluan yang sangat ditakuti oleh banyak siswa yang
sedang beranjak dewasa seperti kami, beliau datang untuk menggeledah isi tas
kami.

Bukan untuk mencari narkoba karena anak-anak kampong seusia kami saat itu
belum mengenal barang haram itu, bukan video mirip artis apa lagi betul-betul artis
karna belum jamannya samartphone, beliau datang untuk memeriksa kemungkinan
adanya surat cinta yang belakangan ini banyak di temukan pada siswa-siswi
sekolah kami.

Namun entah sedang beruntung sehingga siswa-siswi di barisan depan tidak di


dapati seorang pun menyimpan barang tak berijin tersebut, demikian juga di
barisan tengah, sampai kemudian di giliran seorang siswi yang duduk pada barisan
belakang dari kelas kami, siswi itu bernama Lia Rahmawati. Ya Lia, seorang siswi
yang khas dengan jilbab panjangnya, gadis manis yg tak pernah terlihat dengan
siswa laki-laki. Sebuah nama yang kemudian menjadi buah bibir kami saat itu,
karna dari tasnyalah satu-satunya lembar surat itu di temukan. Sontak seisi kelas
bersorak dan semua wajah mengarah pada Lia, setiap kami mulai berasumsi bahwa
hukuman tentu akan di segerakan kepadanya. Namun tak lama kemudian keadaan
berbalik 180 drajat hening seketika, sebagian dari kami tertunduk malu, bahkan
sebagian lagi menitikan air mata, saat sang guru mulai membacakan baris demi
baris suratnya Lia.

**
teruntuk Ayahhanda ku tersayang di tempat peristirahatan abadi , Ayah Lia ..
sudah kelas 3 SMP, sebentar lagi Lia ujian akhir, Lia ingin di ajari Ayah seperti
dulu.. sampai Lia terlelap di pangkuan Ayah,hingga doa yg terangkai begitu indah
berbisik di telinga Lia Lia akan selalu inget pesan Ayah Lia harus jadi anak
shalehah ya? Sayangi bundamu hati-hati dengan pergaulanmu , berteman dengan
teman-teman yang baik ya kata-kata itu akan ada di hati Lia, yah. Lia sayang
Ayah
itulah kata-kata terakhir dalam suratnya.

Ternyata Lia Rahmawati, gadis malang itu baru saja menuangkan isi hatinya dalam
lembaran-lembaran surat yang tak pernah ia kirim. Karna alamat yang ia tuju
hanyalah seonggok tanah bisu, tempat peristirahatan Ayah tercinta. Guru kami pun
tak kuasa Manahan tangisannya, seketika pecah seraya menempelkan wajahnya
pada meja belajar di depannya.. zeera pun menghampiri dan memeluk sahabatnya ,
Lia Rahmawati , gadis yg shalehah yang merindukan sang Ayah.

***

Amanat: Jangan terlalu cepat untuk berburuk sangka pada orang lain , boleh kita
mencurigai seseorang tetapi liat dan selidiki dulu , jangan terlalu cepat karna bias
jadi kita keliru.

Anda mungkin juga menyukai