Laporan Kasus Ibu Hamil Dengan Anemia
Laporan Kasus Ibu Hamil Dengan Anemia
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Anemia adalah masalah kesehatan masyarakat dunia yang dapat meningkatkan angka
morbiditas dan mortalitas. Angka prevalensi anemia masih tinggi, dibuktikan dengan data
World Health Organization (WHO) 2010, yaitu secara global prevalensi anemia pada ibu
hamil di seluruh dunia adalah sebesar 41,8%. Prevalensi anemia pada ibu hamil
diperkirakan di Asia sebesar 48,2%, Afrika 57,1%, Amerika 24,1% dan Eropa 25,1%. Di
negara-negara berkembang ada sekitar 40% kematian ibu berkaitan dengan anemia dalam
kehamilan.
akan pentingnya tablet zat besi dalam masa kehamilan merupakan salah satu faktor yang
dapat menyebabkan anemia (Marlia dkk, 2006). Selain itu, status gizi, jarak kehamilan,
penyakit infeksi, pendidikan, jumlah paritas, umur ibu, dan frekuensi Antenatal Care
(ANC) ternyata juga mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil (Darmawan, 2003).
Depkes (2005) menyatakan bahwa dampak yang menyebabkan timbulnya anemia pada
ibu hamil ialah mengalami pendarahan saat melahirkan, bayi berat lahir rendah (BBLR),
IQ tidak optimal, bayi mudah terinfeksi dan mudah menderita gizi buruk.
Dari hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) yang dilakukan pada
tahun 2007 menyatakan bahwa angka kematian ibu secara nasional yaitu sebesar 248 per
1
Kasus anemia pada ibu hamil di papua sering ditemukan dan merupakan masalah
yang menjadi perhatian semua pihak. Sejauh ini belum didapatkan data yang pasti tentang
Berdasarkan hal tersebut diatas maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui
karakteristik ibu hamil dengan anemia sehingga dapat di jadikan untuk perbaikan status
1.2.Rumusan Masalah
1.3.Tujuan Penelitian
November 2016.
2
4) Mengetahui karakteristik ibu hamil dengan kejadian anemia berdasarkan
1.4.Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam rangka meningkatkan
upaya pencegahan anemia di Puskesmas Perawatan Koya Barat Distrik Muara Tami.
dan pengetahuan dalam rangka penerapan ilmu pengetahuan yang telah diterima
selama kuliah.
1.4.4 Manfaat Bagi Puskesmas Perawatan Koya Barat Distrik Muara Tami
yang mempengaruhi kejadian ibu hamil dan diharapkan para dokter dan bidan
memantau ibu hamil dengan memeriksa kadar hemoglobin pada setiap wanita hamil
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin dibawah
11gr % pada trimester 1 dan 3 atau kadar < 10,5 gr % pada trimester 2, nilai batas
tersebut dan perbedaannya dengan kondisi wanita tidak hamil, terjadi karena hemodilusi,
Anemia yang paling sering dijumpai dalam kehamilan adalah anemia akibat
kekurangan zat besi karena kurangnya asupan unsur besi dalam makanan. Gangguan
penyerapan, peningkatan kebutuhan zat besi atau karena terlampau banyaknya zat besi
umum peredaran darah selama hamil di pengaruhi oleh beberapa factor, antara lain:
b. Terjadi hubungan langsung antara arteri dan vena pada sirkulasi retroplsenter.
Volume darah
4
Bertambahnya jumlah serum darah lebih besar dari pada pertumbuhan
Sel darah.
Terjadi perbedaan nilai nilai hematologic antara wanita hamil dengan wanita
yang tidak hamil yang disebabkan oleh perubahan fisiologik. Darah bertambah banyak
dalam kehamilan, yang sering disebut hidremia atau hipervolemia. Tidak ada
keseimbangan antara pertambahn sel plasma dengan pertambahan sel darah merah
Pertambahan tersebut berbanding sebagai berikut, plasma 30%, sel darah 18%,
dan mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu, secara fisiologis,
pengenceran darah ini untuk membantu meringankan kerja jantung yang semakin berat
oleh karena perubahan sirkulasi yang makin meningkat terhadap plasenta dan
5
pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45 % di mulai pada trimester 2
kehamilan dan maksimum terjadi pada bulan ke 9 dan meningkatnya sekitar 1.000 ml,
menurun sedikit menjelang aterm serta kembali normal 3 bulan setelah partus
(Prawiroharjo).
c. Malabsorpsi.
yaitu:
d. Kekrangan zat besi, vitamin b6, Vitamin B 12, Vitamin C dan asam
folat.
f. Perdarahan kronik.
6
Penyebab utama anemia pada wanita hamil adalah kurang memadai
Penderita anemia biasanya ditandai dengan mudah lelah, letih, lesu, nafas pendek,
muka pucat, susah berkonsentrasi serta fatique atau rasa lelah yang berlebihan. Gejala
ini disebabkan karena otak dan jantung mengalami kekurangan oksigen dari dalam.
kemampuan kerja dan kebugaran tubuh menurun. Kika kondisi ini berlangsung lama,
kerja jantung menjadi berat dan bias menyebabkan gagal jantung kongestif. Anemia zat
besi juga bis menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh mudah terinfeksi
(IPMG,2009;Fatmah, 2010).
Penentuan status anemia dapat dilakukan dengan cara biokimia atau laboratorium
dan secara klinis. Secara klinis penentuan anemia dapat dilakukan dengan cara
Persalian prenatorius.
7
Ancaman decompensasi cordis atau payah jantung (Hb< 6 gr%)
Mola hidatidosa
Hiperemisgravidarum
Perdarahan antepartum.
Gangguan His
Infeksi puerperium.
Abortus
2.8. Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Anemia Pada Ibu Hamil.
Ibu hamil diajurkan untuk mengkonsumsi paling sedikit 90 tablet besi selama masa
kehamilan. Zat besi yang berasal dari makanan belum bisa mencukupi kebutuhan
selama hamil, karena zat besi tidak hanya dibutuhkan oleh ibu saja tetapi juga
8
untuk janin yang ada di dalam kandungannya. Apabila ibu hamil selama masa
kecil (WHO, 2002). Kepatuhan ibu sangat berperan dalam meningkatkan kadar Hb.
2.8.2. Paritas
Paritas adalah banyaknya bayi yang dilahirkan seorang ibu, baik melahirkan yang
lahir hidup ataupun lahir mati. Resiko ibu mengalami anemia dalam kehamilan
salah satu penyebabnya adalah ibu yang sering melahirkan dan pada kehamilan
kehamilan.Hal ini disebabkan karena dalam masa kehamilan zat gizi akan terbagi
untuk ibu dan untuk janin yang dikandung (Herlina, 2009). Kecenderungan
bahwa semakin banyak jumlah kelahiran (paritas), maka akan semakin tinggi
2.8.3.Usia Kehamilan.
Selama kehamilan terjadi pengenceran yang terus bertamabh sesuai dengan umur
(Manuaba, 1998). Bertambahnya umur kehamilan maka kebutuhan zat besi juga
meningkat dan jika asupan zat besi juga meningkat dan jika asupan zat besi tidak
seimbang dengan peningkatan kebutuhan maka akan terjadi kekurangan zat besi.
Umur ibu yang ideal dalam kehamilan yaitu pada kelompok umur 20-35 tahun dan
pada umur tersebut kurang beresiko komplikasi kehamilan serta memiliki reproduksi
yang sehat. Hal ini terkait dengan kondisi biologis dan psikologis dari ibu hamil.
9
Sebaliknya pada kelompok umur < 20 tahun beresiko anemia sebab pada kelompok
umur tersebut perkembangan bilogis yaitu reproduksi belum optimal. Selain itu,
kehamilan pada kelompok usia diatas 35 tahun merupakan kehamilan yang beresiko
tinggi. Wanita hamil dengan umur diatas 35 tahun juga akan rentan anemia. Hal ini
menyebabkan daya tahun tubuh mulai menurun dan mudah terkena berbagai infeksi
Pelayanan yang diberikan kepada ibu hamil oleh petugas kesehatan dalam
ibu dan bayi yang dikandung akan sehat sampai persalinan. Pelayanan Antenatal
dengan distribusi 1 kali pada triwulan pertama (K1), 1 kali pada triwulan kedua
dan 2 kali pada triwulan ketiga (K4). Kegiatan yang ada di pelayanan Antenatal
Care (ANC) untuk ibu hamil yaitu petugas kesehatan memberikan penyuluhan
tentang informasi kehamilan seperti informasi gizi selama hamil dan ibu diberi
tablet tambah darah secara gratis serta diberikan informasi tablet tambah darah
tersebut yang dapat memperkecil terjadinya anemia selama hamil (Depkes RI,
2009).
hamil dengan status ekonomi yang memadai akan mudah memperoleh informasi
10
yang dibutuhkan. Dalam hal ini perlu ditingkatakan lagi bimbingan dan layanan
bagi ibu hamil dengan status ekonomi rendah dengan memanfaatkan fasilitas
dan Anak (KIA). Sarana diatas diharapkan setiap ibu hamil memiliki
2.8.7. Budaya.
masih percaya ibu hamil tidak boleh makan ikan (Budiyanto, 2003).
2.8.8. Pendidikan.
tinggi akan dapat mengambil keputusan yang lebih rasional, umumnya terbuka
untuk menerima perubahan atau hal baru dibandingkan dengan individu yang
2.8.9. Pengetahuan.
Pengetahuan ibu sangat berpengaruh atas gizi bayi yang dikandungnya dan juga
pola konsumsi makanan terutama makanan yang mengandung zat besi, karena
11
apabila kekurangan zat besi pada masa kehamilan dalam waktu yang relatif
2.8.10. Pekerjaan.
Jenis pekerjaan dalam sektor informal dengan beban kerja fisik yang relatif
hamil yang melakukan beban kerja berat memerlukan banyak sekali makanan
untuk kondisi kesehatan tubuh nya mau pun untuk kebutuhan energinya
sebagai faktor dasar penting yang ada berada di sekeliling ibu hamil dengan
Upaya ini sangat penting dilakukan, sebab ibu hamil adalah seorang individu
yang tidak berdiri sendiri, tetapi ia bergabung dalam sebuah ikatan perkawinan
dan hidup dalam sebuah bangunan rumah tangga dimana faktor suami akan
2.8.12. Infeksi
Ibu yang sedang hamil rentan akan terhadap penyakit infeksi dan menular.
dilahirkan. Hal itu diketahui setelah bayi lahir dengan kecacatan, kondisi
12
seperti ini ibu akan mengalami kekurangan cairan tubuh dan zat gizi lainnya
(Bahar, 2006).
2.8.13. Perdarahan.
Pendarahan post partum akibat otonia uteri, dan tubuh tidak mentoleransi
terjadinya kehilangan darah seperti wanita sehat. Kehilangan darah sekitar 150
ml dapat berakibat fatal kepada ibu hamil (Royston dan Amstrong, 2000).
Ada sejumlah kasus anemia dapat memperburuk kehamiln, apabila hasil pengkajian
riwayat atau uji laboratorium menunjukkan kelainan maka perlu mengevaluasi wanita
penatalaksanaan (Varney, 2006). Oleh karena itu perlu segera dilakukan terapi anemia
simpanan besi.
Pada saat hamil kebutuhan tubuh ibu terhadap besi meningkat untuk memenuhi
kebutuhan fetal, plasenta dan pertambahan massa eritrosit. Bila cadangan besi ibu tidak
mencukupi pada waktu belum dan sesudah kehamilan serta asupan gizi yang tidak
adikuat selama kehamilan maka mengakibatkan ibu mengalami anemia defesiensi besi.
Oleh karena itu perlu segera dilakukan terapi anemia dengan tujuan untuk mengoreksi
kurangnya massa hemoglobin dan mengembalikan simpanan besi. Terapi yang dilakukan
yaitu:
Diet yang dianjurkan pada pasien yang anemia adalah diet kaya zat besi. Pada
dasarnya zat besi dari makanan didapat dalam dua bentuk yaitu zat besi heme
(yang didapati pada hati, daging, ikan) zat besi non heme (yang didapati pada padi-
13
padian, buncis, kacang polong yang dikeringkan, buah-buahan dan sayuran
berwarna hijau seperti bayam, daun ubi dan kangkung). Zat besi heme
menyumbangkan sejumlah kecil zat besi (hanya sekitar 10-15%). Namun demikian
zat besi heme diserap dengan baik dimana 10-35% yang di makan akan masuk
kedalam peredaran darah. Zat besi non heme atau zat besi yang berasal dari
Makanan yang dapat mengganggu penyerapan zat besi seperti the dan kopi
Preparat zat besi oral yang biasa diberikan pada ibu hamil adalah : Ferrous
sulfonat, glukonat dan fumarat. Prinsip pemberian terapi zat besi oral ini tidak
hanya untuk mencapai nilai hemoglobin yang normal tetapi juga memperbaiki
cadangan besi didalam tubuh. Cara pemberian zat besi oral ini berbeda-beda
pendapat. Maurer menganjurkan pemberian zat besi selama 2-3 bulan setelah
pengobatan dengan zat besi adalah agar pemberiannya terus dilakukan sampai
morfologi darah tepi menjadi normal dan cadangan besi dalam tubuh terpenuhi.
dimulai minggu kedua. Peningkatan retikulosit 5-10 hari setelah pemberian terapi
besi bisa memberikan bukti awal untuk peningkatan produksi sel darah merah.
14
2.9.3. Pemberian zat besi par-enteral.
pemberian zat besi secara parenteral jarang dilakukan karena mempunyai efek
Riswan,2003)
15
BAB III
METODOLOGI PENILITIAN
register Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Puskesmas Perawatan Koya Barat Distrik
3.3.2 Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode total sampling, yaitu semua
pasien yang termasuk dalam populasi yang berjumlah 101 sampel.
Kriteria penilaian umur ibu hamil yang digunakan pada penelitian ini adalah:
2) Umur 20 35 tahun
16
3.4.2. Pendidikan
Kriteria penilaian pendidikan ibu hamil yang digunakan pada penelitian ini
adalah:
1) TS (tidak sekolah)
2) SD
3) SMP
4) SMA
5) Perguruan Tinggi
3.4.3. Pekerjaan
Kriteria penilaian pekerjaan ibu hamil yang digunakan pada penelitian ini adalah:
Kriteria penilaian jumlah paritas pada ibu hamil yang digunakan pada penelitian
ini yaitu:
1) Primigravida
2) Multigravida
Kriteria penilaian usia kehamilan pada ibu hamil yang digunakan pada penelitian
ini adalah:
1) Trimester I
2) Trimester II
3) Trimester III
17
3.5. Definisi Operasional
3.5.1. Umur
Yang dimaksud dengan umur adalah kelompok umur pasien yang hamil yang
seorang ibu berkaitan dengan alat alat reproduksi wanita. Umur reproduksi
yang sehat dan aman adalah umur 20 35 tahun. Kehamilan diusia < 20 tahun
dan diatas 35 tahun dapat menyebabkan anemia karena pada kehamilan diusia <
kehamilannya. Sedangkan pada usia > 35 tahun terkait dengan kemunduran dan
penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang sering menimpa diusia
ini.
3.5.2. Pendidikan
Proses penggubahan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok orang dalam
berfikir, dengan kata lain seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan dapat
perubahan atau hal baru dibandingkan dengan individu yang berpendidikan lebih
rendah.
3.5.3. Pekerjaan
Jenis pekerjaan dalam sektor informal dengan beban kerja fisik yang relatif lebih
18
mengakibatkan peningkatan pengeluaran zat besi bersama keringat. Wanita hamil
yang melakukan beban kerja berat memerlukan banyak sekali makanan untuk
besi yang dibutuhkan sedikit karena tidak terjadi menstruasi dan pertumbuhan
janin masih lambat. Menginjak trimester kedua dan ketiga, volume darah dalam
tubuh wanita akan meningkat sampai 35%, ini ekuivalen dengan 450 mg zat besi
untuk memproduksi sel-sel darah merah. Sel darah merah harus mengangkut
3.5.5. Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang telah dilahirkan oleh seorang ibu baik lahir
hidup maupun lahir mati. Seorang ibu yang sering melahirkan mempunyai risiko
kebutuhan nutrisi. Karena selama hamil zat zat gizi akan terbagi untuk ibu dan
Data rekam medik penderita dengan diagnosis anemia dalam kehamilan di bagian
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Puskesmas Perawatan Koya Barat Distrik Muara
3.6.2.Kriteria Eksklusi
19
3.7. Cara Pengumpulan dan Pengolahan Data
3.7.1. Sumber Data
Data yang digunakan adalah data sekunder yang diambil dari pencatatan pada
rekam medik pasien di bagian Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Puskesmas
Perawatan Koya Barat Distrik Muara Tami Periode Januari November 2016
Penelitian ini menggunakan master table yang digunakan untuk melihat data Hb,
penelitian dalam mengumpulkan data dari data Rekam Medis (RM) dan registrasi
20
BAB IV
HASIL PENELITIAN
wilayah :
sebagai berikut:
1. Koya Barat 0 KM
2. Koya Timur 4 KM
3. Koya Tengah 6 KM
4. Holtekam 7 KM
Jumlah
Dari 4 desa yang ada, dapat ditempuh dengan kendaraan roda 2 dan roda 4,
21
4.2. Analisis Univariat
Tabel 4.2. Distribusi dan Frekuensi Ibu Hamil Dengan Anemia Berdasarkan Umur.
< 20 20 19,8
20- 35 69 68,3
> 35 12 11,9
Pada tabel 4.2. menunjukkan bahwa umur ibu hamil yang berisiko tinggi mengalami
anemia yaitu terjadi pada umur 20-35 tahun dengan jumlah sekitar 69 orang (68,3%)
sedangkan yang terendah terjadi pada ibu hamil yang berumur > 35 tahun, dengan
Berdasarkan Pendidikan
TS 9 8,9
SD 10 9,9
SMP 33 32,7
SMA 43 42,6
22
Pada tabel 4.3. menunjukkan bahwa ibu hamil dengan pendidikan yang berisiko
tinggi mengalami anemia yaitu terjadi pada ibu hamil dengan pendidikan SMA,
dengan jumlah sekitar 43 orang (42,6%) sedangkan yang terendah terjadi pada ibu
Berdasarkan Pekerjaan
PNS - 0
Pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa ibu hamil dengan pekerjaan yang berisiko tinggi
mengalami anemia yaitu terjadi pada ibu hamil dengan pekerjaan sebagai Ibu Rumah
Tangga, dengan jumlah 101 orang (100%) , sedangkan yang terendah terjadi pada ibu
Trimester I 17 16,8
Trimester II 36 35,7
23
Pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa ibu hamil dengan usia kehamilan yang berisiko
tinggi mengalami anemia yaitu terjadi pada ibu hamil dengan usia kehamilan Trimester
III, dengan jumlah sekitar 48 orang (47,5%) sedangkan yang terendah terjadi pada ibu
Berdasarkan Paritas
Primigravida 38 37,6
Multigravida 63 62,4
Pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa ibu hamil dengan kelompok paritas yang berisiko
tinggi mengalami anemia yaitu terjadi pada ibu hamil dengan jumlah paritas
terdapat pada ibu hamil dengan paritas primigravida, dengan jumlah 38 orang
(37,6%).
24
BAB V
PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran karateristik pada ibu hamil
dengan anemia di puskesmas perawatan koya barat periode bulan January November 2016.
Dari hasil pengumpulan data yang dilakukan di dapatkan sebanyak 101 ibu hamil
yang mengalami anemia dengan Hb < 11 gr/dl. Variabel yang di nilai berdasarkan umur,
Berdasarkan umur dibagi menjadi 3 kelompok yaitu < 20 tahun, 20-35 tahun, dan >
35 tahun.Pada usia < 20 tahun didapatkan sebanyak 19,8% dari total sampel. Pada usia 20-35
tahun didapatkan 68,3% dari total sampel, kemudian pada > 35 tahun didapatkan 11,9% dari
total sampel.
SMP,SMA,Perguruan Tinggi. yang tidak bersekolah didapat sebanyak 8,9 % dari total
sampel, pada pendidikan sekolah dasar didapatkan sebanyak 9,9% dari total sampel, pada ibu
hamil dengan anemia pada pendidikan akhir sekolah menengah pertama di dapatkan 32,7%
dari total sampel, pada pendidikan sekolah menengah atas didapatkan 42,6% dari total
Berdasarkan Pekerjaan. Di bagi menjadi 2 kelompok yaitu Ibu rumah tangga (IRT)
dan PNS (Pegawai Negeri Sipil.Seluruh sampel bekerja sebagai ibu rumah tangga.
25
Berdasarkan usia kehamilan ibu hamil deengan anemia di bagi menjadi 3 yakni
trismester 1, trismester 2, dan trismester 3. ibu hamil dengan anemia pada trismester 1
Berdasarkan paritas di bagi menjadi multi gravida dan primi gravida. ibu hamil
dengan anemia pada primigravida didapatkan37,6 % dari total sampel, dan dengan
Hasil penelitian pada tabel 1 menunjukan hubungan umur ibu dengan kejadian anemia
pada ibu hamil, di dapatkan pada usia 20-35 memiliki presentasi tertinggi yakni
(68,3%), dan paling rendah pada usia 35 tahun (11,9%). Menurut muhilal dkk (1994)
dalam sihadi (1999) ibu hamil yang berusia diatas 30 tahun memiliki kecendrungan
prevalensi anemia lebih tinggi yaitu 54,8% dibandingkan dengan kelompok ibu hamil
yang berusia dibawah 20 tahun yaitu 46,8%. Sari mawar dkk (1986) dalam
prevalensi anemia ibu hamil pada kelompok umur kurang dari 20 tahun dan lebuh dari
30 tahun lebih tinggi (77,4%) dan (78,6%) dibandingkan dengan kelompok umur 20-
30 tahun.
Pada Penelitian ini menunjukan prevalesi anemia lebih banyak ditemukan pada usia
20-35 tahun hal ini tidak sesuai dengan teori karenan penyebab anemia pada ibu hamil
2. Pekerjaan
Dari hasil penelitian pada tabel 2 hubungan pekerjaan terhadap ibu hamil dengan
anemia didapatkan presentasi terbanyak pada ibu yang bekerja sebagai ibu rumah
26
tangga (IRT) yakni sebanyak 100 %. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan
bahwa sebagaian besar ibu hamil tidak bekerja lebih banyak dari pada ibu yang
bekerja. Jenis pekerjaan dalam sektor informal dengan kerja fisik yang relatif lebih
pengeluaran zat besi bersama keringat. Wanita hamil yang melakukan beban berat
memerlukan banyak sekali makanan untuk kondisi kesehatan tubuhnya maupun untuk
3. Pendidikan
Pada hal ini kami hubungkan dengan pengetahuan ibu hamil tentang anemia
sekolah menengah atas (SMA) sebanyak (42,6%) dan paling rendah adalah perguruan
tinggi (5,9%). Hal ini artinya ibu hamil yang berpendidikan rendah beresiko
pendidikan, maka semakin mudah untuk merubah perilakunya ke arah yang lebih
baik. Mariani (2008) menyatakan bahwa pengetahuan dan pendidikan formal serta
keikut sertaan dalam pendidikan non formal dari orang tua dan anak-anak sangat
4. Usia kehamilan
yang paling rendah pada trismester 1 (16,8%) hal ini sesuai dengan teori dimana
kebutuhan zat gizi pada ibu hamil terus meningkat sesuai bertambahnya umur
27
kehamilan, salah satunya zat besi selama kehamilan terjadi pengenceran (hemolusi)
yang terus bertambah sesuai dengan umur kehamilan dan puncaknya yang terjadi
5. Paritas
Berdasarkan hasil sesuai tabel 5 didapatkan ibu hamil dengan anemia tertinggi pada
multigravida yakni 62,4% hal ini sesuai dengan teoriParitas adalah banyaknya bayi
yang dilahirkan seorang ibu, baik melahirkan yang lahir hidup ataupun lahir
mati.Resiko ibu mengalami anemia dalam kehamilan salah satu penyebabnya adalah
ibu yang sering melahirkan dan pada kehamilan berikutnya ibu kurang
memperhatikan asupan nutrisi yang baik dalam kehamilan.Hal ini disebabkan karena
dalam masa kehamilan zat gizi akan terbagi untuk ibu dan untuk janin yang
(paritas), maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia (Wahyudin, 2004).
28
BAB VI
6. 1. Kesimpulan
Beradasarkan uraian hasil dan pembahasan yang dari variabel yang di teliti dapat di
1. Hasil penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Koya barat Kabupaten
Jayapura distrik Muara Tami Periode Bulan Januari- November 2016. Menunjukkan
2. Presentasi terbanyak pada ibu hamil dengan anemia adalah ibu hamil dengan usia
20-35 tahun
3. Hasil penelitian berdasarkan pekerjaan pada ibu hamil dengan anemia banyak di
4. Hasil Penelitian berdasarkan Pendidikan terakhir yang paling berisiko dialami oleh
ibu hamil dengan pendidikan yang rendah dan berdasarkan paritas yang beresiko
adalah multigravida.
6.2. Saran
Pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas mulai di tentukan sejak dari
masa kehamilan, kesehatan ibu hamil selama masa kehamilan sangat menentukan
menyarankan kepada:
29
1. Untuk Ibu hamil
sebaiknya di usia 20-35 agar tidak beresiko untuk mendapatkan resi adanya
- Ibu hamil pada umur resiko di harapkan untuk lebih sering mengontrol
tentang kehamilannya
- Dalam hal Paritas, sebaiknya tidak memiliki anak lebih dari tiga, karena sering
- Ibu yang sudah memiliki anak lebih dari 3 untuk sebaiknya melakukan KB
pemeriksaan Hb.
lain-lain.
30
3. Puskesmas Koya Barat
- Pendataan pada ibu hamil yang ada di wilayah kerja Puskesmas Koya Barat
Secara Berkala.
- Memantau Tablet Zat Besi yang sudah di distribusikan kepada ibu hamil
31
DAFTAR PUSTAKA
Herlina, dkk:faktor Risiko kejadian Anemia Pada Ibu Hamil di wilayah Kerja
Puskesmas Bogor.2005.Jakarta.Bppsdmk
Berencana.1998.Jakarta.EGC
32