Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Anemia adalah masalah kesehatan masyarakat dunia yang dapat meningkatkan angka

morbiditas dan mortalitas. Angka prevalensi anemia masih tinggi, dibuktikan dengan data

World Health Organization (WHO) 2010, yaitu secara global prevalensi anemia pada ibu

hamil di seluruh dunia adalah sebesar 41,8%. Prevalensi anemia pada ibu hamil

diperkirakan di Asia sebesar 48,2%, Afrika 57,1%, Amerika 24,1% dan Eropa 25,1%. Di

negara-negara berkembang ada sekitar 40% kematian ibu berkaitan dengan anemia dalam

kehamilan.

Ketidakpatuhan ibu hamil mengkonsumsi tablet Fe dan pengetahuan yang kurang

akan pentingnya tablet zat besi dalam masa kehamilan merupakan salah satu faktor yang

dapat menyebabkan anemia (Marlia dkk, 2006). Selain itu, status gizi, jarak kehamilan,

penyakit infeksi, pendidikan, jumlah paritas, umur ibu, dan frekuensi Antenatal Care

(ANC) ternyata juga mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil (Darmawan, 2003).

Depkes (2005) menyatakan bahwa dampak yang menyebabkan timbulnya anemia pada

ibu hamil ialah mengalami pendarahan saat melahirkan, bayi berat lahir rendah (BBLR),

IQ tidak optimal, bayi mudah terinfeksi dan mudah menderita gizi buruk.

Dari hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) yang dilakukan pada

tahun 2007 menyatakan bahwa angka kematian ibu secara nasional yaitu sebesar 248 per

100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2007).

1
Kasus anemia pada ibu hamil di papua sering ditemukan dan merupakan masalah

yang menjadi perhatian semua pihak. Sejauh ini belum didapatkan data yang pasti tentang

jumlah kasus anemia pada ibu hamil.

Berdasarkan hal tersebut diatas maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui

karakteristik ibu hamil dengan anemia sehingga dapat di jadikan untuk perbaikan status

kesehatan ibu dan anak.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti merumuskan masalah sebagai

berikut: Bagaimana Gambaran Karakteristik Ibu hamil dengan Anemia di Puskesmas

Perawatan Koya Barat Distrik Muara Tami periode Januari-November 2016.?

1.3.Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum


Untuk mengetahui Gambaran Karakteristik Ibu Hamil dengan Anemia di

Puskesmas Perawatan Koya Barat Distrik Muara Tami periode Januari

November 2016.

1.3.2. Tujuan Khusus


1) Mengetahui karakteristik ibu hamil dengan kejadian anemia berdasarkan

umur di Puskesmas Perawatan Koya Barat Distrik Muara Tami periode

Januari November 2016.

2) Mengetahui karakteristik ibu hamil dengan kejadian anemia berdasarkan

pendidikan di Puskesmas Perawatan Koya Barat Distrik Muara Tami

periode Januari November 2016.

3) Mengetahui karakteristik ibu hamil dengan kejadian anemia berdasarkan

pekerjaan di Puskesmas Perawatan Koya Barat Distrik Muara Tami

periode Januari November 2016.

2
4) Mengetahui karakteristik ibu hamil dengan kejadian anemia berdasarkan

usia kehamilan di Puskesmas Perawatan Koya Barat Distrik Muara Tami

periode Januari November 2016.

5) Mengetahui karakteristik ibu hamil dengan kejadian anemia berdasarkan

paritas di Puskesmas Perawatan Koya Barat Distrik Muara Tami periode

Januari November 2016.

1.4.Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan

kesehatan masyarakat, terutama pentingnya pemeriksaan kehamilan untuk

menghindari terjadinya anemia dalam kehamilan.

1.4.2 Manfaat Praktis Langsung

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam rangka meningkatkan

upaya pencegahan anemia di Puskesmas Perawatan Koya Barat Distrik Muara Tami.

1.4.3 Manfaat Peneliti Sendiri

Merupakan pengalaman berharga dan wadah latihan untuk memperoleh wawasan

dan pengetahuan dalam rangka penerapan ilmu pengetahuan yang telah diterima

selama kuliah.

1.4.4 Manfaat Bagi Puskesmas Perawatan Koya Barat Distrik Muara Tami

Sebagai bahan masukan dalam hal perencanaan dan penanggulangan faktor-faktor

yang mempengaruhi kejadian ibu hamil dan diharapkan para dokter dan bidan

memantau ibu hamil dengan memeriksa kadar hemoglobin pada setiap wanita hamil

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Anemia

Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin dibawah

11gr % pada trimester 1 dan 3 atau kadar < 10,5 gr % pada trimester 2, nilai batas

tersebut dan perbedaannya dengan kondisi wanita tidak hamil, terjadi karena hemodilusi,

terutama pada trimester 2 (Cunningham. F, 2005).

Anemia yang paling sering dijumpai dalam kehamilan adalah anemia akibat

kekurangan zat besi karena kurangnya asupan unsur besi dalam makanan. Gangguan

penyerapan, peningkatan kebutuhan zat besi atau karena terlampau banyaknya zat besi

yang keluar dari tubuh, misalnya pada perdarahan.

2.2. Fisiologi Ibu Hamil.

Terjadinya peningkatan daya metabolisnme energy selama kehamilan. Selama

kehamilan terjadi proses pertumbuhan pematangan janin dan plasenta yang

menyebabkan terjadinya perubahan fisiologis peredarah darah selama kehamilan secara

umum peredaran darah selama hamil di pengaruhi oleh beberapa factor, antara lain:

a. Terjadinya peningkatan kebutuhan sirkulasi darah agar dapat memenuhi

kebutuhan untuk pertumbahan dan perkembangan janin.

b. Terjadi hubungan langsung antara arteri dan vena pada sirkulasi retroplsenter.

c. Makin meningkatnya hormone estrogen dan progestron.

Factor- factor tersebut mengakibatkan terjadinya perubahan peredaran darah

selama kehamilan, antara lain:

Volume darah

4
Bertambahnya jumlah serum darah lebih besar dari pada pertumbuhan

sel darah yang mengakibatkan volume darah semakin meningkat.

Volume darah yang meningkat menyebabkan terjadinya pengenceran

darah (Hemodilusi) dan mencapai puncaknya pada usia kehamilan 32

minggu. Volume darah bertambah sebesar 25-30 % sedangkan sel

darah bertambah sekitar 20 %.

Sel darah.

Untuk mengimbangi pertumbuhan janin terjadi peningkatan sel darah

merah, tetapi peningkatan sel darah tidak sebanding dengan

peningkatan volume darah yang jauh lebih besar sehingga terjadi

hemodilusi yang disertai anemia fisiologi (Manuaba,1998)

Terjadi perbedaan nilai nilai hematologic antara wanita hamil dengan wanita

yang tidak hamil yang disebabkan oleh perubahan fisiologik. Darah bertambah banyak

dalam kehamilan, yang sering disebut hidremia atau hipervolemia. Tidak ada

keseimbangan antara pertambahn sel plasma dengan pertambahan sel darah merah

sehingga mengakibatkan pengenceran darah.

Pertambahan tersebut berbanding sebagai berikut, plasma 30%, sel darah 18%,

dan hemoglobin 19 % (Hanifa,1997).

2.3. Patofisiologi Anemia Ibu Hamil.

Bertambahnya darah dalam kehamila sudah di mulai sejk kehamilan 10 minggu

dan mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu, secara fisiologis,

pengenceran darah ini untuk membantu meringankan kerja jantung yang semakin berat

dengan adanya kehamilan. Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamiln adalah

oleh karena perubahan sirkulasi yang makin meningkat terhadap plasenta dan

5
pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45 % di mulai pada trimester 2

kehamilan dan maksimum terjadi pada bulan ke 9 dan meningkatnya sekitar 1.000 ml,

menurun sedikit menjelang aterm serta kembali normal 3 bulan setelah partus

(Prawiroharjo).

2.4. Penyebab Anemia Pada Kehamilan.

Penyebab anemia pada umumnya adalah :

a. Kurang gizi (Malnutrisi).

b. Kurang zat besi dalam diet.

c. Malabsorpsi.

d. Kehilangan darah banyak : persalinan yang lalu, haid, dll

e. Penyakit kronik : TBC Paru, cacing usus, malaria (Moechtar,1998)

Etiologi anemia defisiensi besi pada kehamilan menurut prawiroharjo (2002),

yaitu:

a. Hipervolemia, menyebabkan terjadinya pengenceran darah.

b. Pertambahan darah tidak seimbang dengan pertambahan plasma.

c. Kurangnya zat besi dalam makanan.

d. Kekrangan zat besi, vitamin b6, Vitamin B 12, Vitamin C dan asam

folat.

e. Gangguan pencernaan dan abortus.

f. Perdarahan kronik.

g. Kehilangan darah akibat perdarahan dalam atau siklus haid wanita

h. Terlalu sering menjadi donor darah.

i. Gangguan penyerapan nutrisi.

6
Penyebab utama anemia pada wanita hamil adalah kurang memadai

asupan makanan sumber Fe, meningkatnya kebutuhan Fe saat hamil

(Perubahan fisiologis) dan kehilangan banyak darah (Safiq dkk, 2008).

2.5. Tanda dan Gejala Anemia

Penderita anemia biasanya ditandai dengan mudah lelah, letih, lesu, nafas pendek,

muka pucat, susah berkonsentrasi serta fatique atau rasa lelah yang berlebihan. Gejala

ini disebabkan karena otak dan jantung mengalami kekurangan oksigen dari dalam.

Denyut jantung penderita anemia biasanya lebih cepat karena berusaha

mengkompensasi kekurangan oksigen dengan memompa darah lebih cepat. Akibatnya

kemampuan kerja dan kebugaran tubuh menurun. Kika kondisi ini berlangsung lama,

kerja jantung menjadi berat dan bias menyebabkan gagal jantung kongestif. Anemia zat

besi juga bis menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh mudah terinfeksi

(IPMG,2009;Fatmah, 2010).

2.6. Penentuan Status Anemia .

Penentuan status anemia dapat dilakukan dengan cara biokimia atau laboratorium

dan secara klinis. Secara klinis penentuan anemia dapat dilakukan dengan cara

anamnesa dan observasi dengan ditemukan keluhan klinis.

2.7. Bahaya dan Dampak Anemia Pada Kehamilan.

a. Bahaya selama kehamilan.

Dapat terjadi abortus.

Persalian prenatorius.

Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim.

Mudah terjadi infeksi.

7
Ancaman decompensasi cordis atau payah jantung (Hb< 6 gr%)

Mola hidatidosa

Hiperemisgravidarum

Perdarahan antepartum.

Ketuban pecah dini selama proses melahirkan.

b. Bahaya saat Persalinan.

Gangguan His

Kala pertama dapat berlangsung lama dan terjadi partus terlantar.

Kala dua berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering

memerlukan tindakan operasi kebidanan.

Retensio plasenta, perdarahan postpartum,atonia uteri.

c. Bahaya pada kala Nifas.

Infeksi puerperium.

Pengeluaran ASI berkurang.

Anemia kala nifas.

Mudah terjadi infeksi mamae.

d. Bahaya pada Janin.

Abortus

Terjadi kematian intra uteri

2.8. Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Anemia Pada Ibu Hamil.

2.8.1. Kepatuhan Konsumsi Tablet Fe

Ibu hamil diajurkan untuk mengkonsumsi paling sedikit 90 tablet besi selama masa

kehamilan. Zat besi yang berasal dari makanan belum bisa mencukupi kebutuhan

selama hamil, karena zat besi tidak hanya dibutuhkan oleh ibu saja tetapi juga

8
untuk janin yang ada di dalam kandungannya. Apabila ibu hamil selama masa

kehamilan patuh mengkonsumsi tablet Fe maka resiko terkena anemia semakin

kecil (WHO, 2002). Kepatuhan ibu sangat berperan dalam meningkatkan kadar Hb.

Kepatuhan tersebut meliputi ketepatan jumlah tablet yang dikonsumsi, ketepatan

cara mengkonsumsi dan keteraturan frekuensi mengonsumsi tablet Fe (Hidayah

dan Anasari, 2012).

2.8.2. Paritas

Paritas adalah banyaknya bayi yang dilahirkan seorang ibu, baik melahirkan yang

lahir hidup ataupun lahir mati. Resiko ibu mengalami anemia dalam kehamilan

salah satu penyebabnya adalah ibu yang sering melahirkan dan pada kehamilan

berikutnya ibu kurang memperhatikan asupan nutrisi yang baik dalam

kehamilan.Hal ini disebabkan karena dalam masa kehamilan zat gizi akan terbagi

untuk ibu dan untuk janin yang dikandung (Herlina, 2009). Kecenderungan

bahwa semakin banyak jumlah kelahiran (paritas), maka akan semakin tinggi

angka kejadian anemia (Wahyudin, 2004).

2.8.3.Usia Kehamilan.

Selama kehamilan terjadi pengenceran yang terus bertamabh sesuai dengan umur

kehamilan dan puncaknya terjasi pada umur kehamilan 32 sampai 34 m8inggu

(Manuaba, 1998). Bertambahnya umur kehamilan maka kebutuhan zat besi juga

meningkat dan jika asupan zat besi juga meningkat dan jika asupan zat besi tidak

seimbang dengan peningkatan kebutuhan maka akan terjadi kekurangan zat besi.

2.8.4. Umur Ibu

Umur ibu yang ideal dalam kehamilan yaitu pada kelompok umur 20-35 tahun dan

pada umur tersebut kurang beresiko komplikasi kehamilan serta memiliki reproduksi

yang sehat. Hal ini terkait dengan kondisi biologis dan psikologis dari ibu hamil.

9
Sebaliknya pada kelompok umur < 20 tahun beresiko anemia sebab pada kelompok

umur tersebut perkembangan bilogis yaitu reproduksi belum optimal. Selain itu,

kehamilan pada kelompok usia diatas 35 tahun merupakan kehamilan yang beresiko

tinggi. Wanita hamil dengan umur diatas 35 tahun juga akan rentan anemia. Hal ini

menyebabkan daya tahun tubuh mulai menurun dan mudah terkena berbagai infeksi

selama masa kehamilan (Manuaba, 2007).

2.8.5. Frekuensi Antenatal Care.

Pelayanan yang diberikan kepada ibu hamil oleh petugas kesehatan dalam

memelihara kehamilannya. Hal ini bertujuan untuk dapat mengidentifikasi dan

mengatahui masalah yang timbul selama masa kehamilan sehingga kesehatan

ibu dan bayi yang dikandung akan sehat sampai persalinan. Pelayanan Antenatal

Care(ANC) dapat dipantau dengan kunjungan ibu hamil dalam memeriksakan

kehamilannya. Standar pelayanan kunjungan ibu hamil paling sedikit 4 kali

dengan distribusi 1 kali pada triwulan pertama (K1), 1 kali pada triwulan kedua

dan 2 kali pada triwulan ketiga (K4). Kegiatan yang ada di pelayanan Antenatal

Care (ANC) untuk ibu hamil yaitu petugas kesehatan memberikan penyuluhan

tentang informasi kehamilan seperti informasi gizi selama hamil dan ibu diberi

tablet tambah darah secara gratis serta diberikan informasi tablet tambah darah

tersebut yang dapat memperkecil terjadinya anemia selama hamil (Depkes RI,

2009).

2.8.6. Sosial Ekonomi .

Depkes RI (2009), peran status ekonomi dalam kesehatan sangat berpengaruh

terhadap kesehatan seseorang dan cenderung mempunyai ketakutan akan

besarnya biaya untuk pemeriksaan, perawatan, kesehatan dan persalinan. Ibu

hamil dengan status ekonomi yang memadai akan mudah memperoleh informasi

10
yang dibutuhkan. Dalam hal ini perlu ditingkatakan lagi bimbingan dan layanan

bagi ibu hamil dengan status ekonomi rendah dengan memanfaatkan fasilitas

yang disediakan puskesmas seperti posyandu, pemanfaatan buku Kesehatan Ibu

dan Anak (KIA). Sarana diatas diharapkan setiap ibu hamil memiliki

pengetahuan yang baik tanpa memandang status ekonomi.

2.8.7. Budaya.

Pantangan pada makanan tertentu, sehubungan dengan panganyang biasanya

dipandang pantas untuk dimakan, dijumpai banyak pola pantangan.Tahayul dan

larangan yang beragamyang didasarkan kepada kebudayaan dan daerah yang

berlainan di dunia, misalnya pada ibu hamil, ada sebagian masyarakatyang

masih percaya ibu hamil tidak boleh makan ikan (Budiyanto, 2003).

2.8.8. Pendidikan.

Pendidikan yang dijalani seseorang memiliki pengaruh pada peningkatan

kemampuan berpikir, dengan kata lain seseorang yang berpendidikan lebih

tinggi akan dapat mengambil keputusan yang lebih rasional, umumnya terbuka

untuk menerima perubahan atau hal baru dibandingkan dengan individu yang

berpendidikan rendah. Tingkat pendidikan ibu hamil yang rendah

mempengaruhi penerimaan informasi sehingga pengetahuan tentang anemia dan

faktor-faktor yang berhubungan dengannya menjadi terbatas, terutama

pengetahuan tentang pentingnya zat besi (Budiono, 2009).

2.8.9. Pengetahuan.

Pengetahuan ibu sangat berpengaruh atas gizi bayi yang dikandungnya dan juga

pola konsumsi makanan terutama makanan yang mengandung zat besi, karena

11
apabila kekurangan zat besi pada masa kehamilan dalam waktu yang relatif

lama akan menyebabkan terjadinya anemia (Notoatmodjo, 2003).

2.8.10. Pekerjaan.

Jenis pekerjaan dalam sektor informal dengan beban kerja fisik yang relatif

lebih berat menyebabkan seseorang mengeluarkan banyak keringat . Hal ini

menyebabkan peningkatan pengeluaran zat besi bersama keringat. Wanita

hamil yang melakukan beban kerja berat memerlukan banyak sekali makanan

untuk kondisi kesehatan tubuh nya mau pun untuk kebutuhan energinya

sehingga zat- zat gizi yang di butuhkan harus tercukupi.

2.8.11. Dukungan Suami.

Upaya yang dilakukan dengan mengikutkan peran serta keluarga adalah

sebagai faktor dasar penting yang ada berada di sekeliling ibu hamil dengan

memberdayakan anggota keluarga terutama suami untuk ikut membantu para

ibu hamil dalam meningkatkan kepatuhannya mengkonsumsi tablet besi.

Upaya ini sangat penting dilakukan, sebab ibu hamil adalah seorang individu

yang tidak berdiri sendiri, tetapi ia bergabung dalam sebuah ikatan perkawinan

dan hidup dalam sebuah bangunan rumah tangga dimana faktor suami akan

ikut mempengaruhi pola pikir dan perilakunya termasuk dalam

memperlakukan kehamilan (Ekowati, 2007).

2.8.12. Infeksi

Ibu yang sedang hamil rentan akan terhadap penyakit infeksi dan menular.

Penyakit infeksi yang biasanya diderita tidak terdeteksi saat

kehamilan.Penyakit yang diderita sangat menetukan kualitas janin bayi yang

dilahirkan. Hal itu diketahui setelah bayi lahir dengan kecacatan, kondisi

12
seperti ini ibu akan mengalami kekurangan cairan tubuh dan zat gizi lainnya

(Bahar, 2006).

2.8.13. Perdarahan.

Pendarahan post partum akibat otonia uteri, dan tubuh tidak mentoleransi

terjadinya kehilangan darah seperti wanita sehat. Kehilangan darah sekitar 150

ml dapat berakibat fatal kepada ibu hamil (Royston dan Amstrong, 2000).

2.9. Penanggulangan Anemia Pada Ibu Hamil.

Ada sejumlah kasus anemia dapat memperburuk kehamiln, apabila hasil pengkajian

riwayat atau uji laboratorium menunjukkan kelainan maka perlu mengevaluasi wanita

tersebut untuk menentukan etiologi anemian dan kemudian menyusun rencana

penatalaksanaan (Varney, 2006). Oleh karena itu perlu segera dilakukan terapi anemia

dengan tujuan untuk mengoreksi kurangnya massa hemoglobin dan mengembalikan

simpanan besi.

Pada saat hamil kebutuhan tubuh ibu terhadap besi meningkat untuk memenuhi

kebutuhan fetal, plasenta dan pertambahan massa eritrosit. Bila cadangan besi ibu tidak

mencukupi pada waktu belum dan sesudah kehamilan serta asupan gizi yang tidak

adikuat selama kehamilan maka mengakibatkan ibu mengalami anemia defesiensi besi.

Oleh karena itu perlu segera dilakukan terapi anemia dengan tujuan untuk mengoreksi

kurangnya massa hemoglobin dan mengembalikan simpanan besi. Terapi yang dilakukan

yaitu:

2.9.1 Diet kaya zat besi dan Nutrisi yang adekuat

Diet yang dianjurkan pada pasien yang anemia adalah diet kaya zat besi. Pada

dasarnya zat besi dari makanan didapat dalam dua bentuk yaitu zat besi heme

(yang didapati pada hati, daging, ikan) zat besi non heme (yang didapati pada padi-

13
padian, buncis, kacang polong yang dikeringkan, buah-buahan dan sayuran

berwarna hijau seperti bayam, daun ubi dan kangkung). Zat besi heme

menyumbangkan sejumlah kecil zat besi (hanya sekitar 10-15%). Namun demikian

zat besi heme diserap dengan baik dimana 10-35% yang di makan akan masuk

kedalam peredaran darah. Zat besi non heme atau zat besi yang berasal dari

tumbuh-tumbuhan merupakan bagian terbesar yang dikonsumsi sehari-hari, namun

diserap dengan buruk (hanya sekitar 2-8%) (Tan, 1996).

Makanan yang dapat mengganggu penyerapan zat besi seperti the dan kopi

sebaiknya dihindari. Sedangkan makanan yang mengandung vitamin C seperti

buah-buahan sebaiknya diberikan untuk membantu peningkatan penyerapan zat

besi (Riswan, 2003).

2.9.2.Pemberian zat besi oral

Preparat zat besi oral yang biasa diberikan pada ibu hamil adalah : Ferrous

sulfonat, glukonat dan fumarat. Prinsip pemberian terapi zat besi oral ini tidak

hanya untuk mencapai nilai hemoglobin yang normal tetapi juga memperbaiki

cadangan besi didalam tubuh. Cara pemberian zat besi oral ini berbeda-beda

pendapat. Maurer menganjurkan pemberian zat besi selama 2-3 bulan setelah

hemoglobin menjadi normal. Beutler mengemukakan bahwa yang penting dalam

pengobatan dengan zat besi adalah agar pemberiannya terus dilakukan sampai

morfologi darah tepi menjadi normal dan cadangan besi dalam tubuh terpenuhi.

Pendapat yang lain mengatakan biasanya dalam 4-6 minggu perawatan

hematokrit meningkat sampai nilai yang diharapkan, peningkatan biasanya

dimulai minggu kedua. Peningkatan retikulosit 5-10 hari setelah pemberian terapi

besi bisa memberikan bukti awal untuk peningkatan produksi sel darah merah.

14
2.9.3. Pemberian zat besi par-enteral.

Metode sederahana 250 mg besi elemental sebanding dengan 1 gram Hb.

pemberian zat besi secara parenteral jarang dilakukan karena mempunyai efek

samping yang banyak seperti; nyeri, inflamasi, phlebitis ,demam,atralgia,

hipotensi,dan reaksi analfilaktik. Indikasi dari pemberian parenteral yaitu anemia

devfisiensi berat ,mempunyai efek samping pada pemberian oral ,gangguan

absorbs.mempunyai efek samping pada pemberian oral ,gangguan adsorbsi

.pemberiannya dapat diberikan secara intramuscular maupun intravena (

Riswan,2003)

15
BAB III

METODOLOGI PENILITIAN

3.1. Desain Penelitian


Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode penelitian deskriptif retrospektif.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian


3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Perawatan Koya Barat Distrik Muara Tami.
3.2.2. Waktu Penelitian
Dilakukan selama 1 minggu, terhitung dari tanggal 5 Desember 2016 10
Desember 2016

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian


3.3.1. Populasi
Semua Ibu hamil yang menderita anemia dalam kehamilan yang terdaftar di

register Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Puskesmas Perawatan Koya Barat Distrik

Muara Tami periode Januari-November 2016.

3.3.2 Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode total sampling, yaitu semua
pasien yang termasuk dalam populasi yang berjumlah 101 sampel.

3.4. Variabel Penelitian


3.4.1. Umur

Kriteria penilaian umur ibu hamil yang digunakan pada penelitian ini adalah:

1) Umur <20 tahun

2) Umur 20 35 tahun

3) Umur >35 tahun

16
3.4.2. Pendidikan

Kriteria penilaian pendidikan ibu hamil yang digunakan pada penelitian ini

adalah:

1) TS (tidak sekolah)

2) SD

3) SMP

4) SMA

5) Perguruan Tinggi

3.4.3. Pekerjaan

Kriteria penilaian pekerjaan ibu hamil yang digunakan pada penelitian ini adalah:

1) Ibu Rumah Tangga (IRT)

2) Pegawai Negeri Sipil (PNS)

3.4.4. Paritas (Para)

Kriteria penilaian jumlah paritas pada ibu hamil yang digunakan pada penelitian

ini yaitu:

1) Primigravida

2) Multigravida

3.4.5. Usia Kehamilan

Kriteria penilaian usia kehamilan pada ibu hamil yang digunakan pada penelitian

ini adalah:

1) Trimester I

2) Trimester II

3) Trimester III

17
3.5. Definisi Operasional

3.5.1. Umur

Yang dimaksud dengan umur adalah kelompok umur pasien yang hamil yang

mendapat perawatan anemia pada Puskesmas Perawatan Koya Barat. Umur

seorang ibu berkaitan dengan alat alat reproduksi wanita. Umur reproduksi

yang sehat dan aman adalah umur 20 35 tahun. Kehamilan diusia < 20 tahun

dan diatas 35 tahun dapat menyebabkan anemia karena pada kehamilan diusia <

20 tahun secara biologis belum optimal emosinya cenderung labil, mentalnya

belum matang sehingga mudah mengalami keguncangan yang mengakibatkan

kurangnya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat zat gizi selama

kehamilannya. Sedangkan pada usia > 35 tahun terkait dengan kemunduran dan

penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang sering menimpa diusia

ini.

3.5.2. Pendidikan

Proses penggubahan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok orang dalam

usaha mendewasakan manusia melalui penerapan ilmu yang diperoleh dalam

pengetahuannya tentang hal-hal yang berkaitan dengan kehamilannya. Pendidikan

yang dijalani seseorang memiliki pengaruh pada peningkatan kemampuan

berfikir, dengan kata lain seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan dapat

mengambil keputusan yang lebih rasional, umumnya terbuka untuk menerima

perubahan atau hal baru dibandingkan dengan individu yang berpendidikan lebih

rendah.

3.5.3. Pekerjaan

Jenis pekerjaan dalam sektor informal dengan beban kerja fisik yang relatif lebih

berat, menyebabkan seseorang mengeluarkan banyak keringat. Hal ini

18
mengakibatkan peningkatan pengeluaran zat besi bersama keringat. Wanita hamil

yang melakukan beban kerja berat memerlukan banyak sekali makanan untuk

kondisi kesehatan tubuhnya maupun untuk kebutuhan energinya, sehingga zat-zat

gizi yang dibutuhkan harus tercukupi.

3.5.4. Usia Kehamilan

Usia kehamilan mempengaruhi anemia pada trimester pertama kehamilan, zat

besi yang dibutuhkan sedikit karena tidak terjadi menstruasi dan pertumbuhan

janin masih lambat. Menginjak trimester kedua dan ketiga, volume darah dalam

tubuh wanita akan meningkat sampai 35%, ini ekuivalen dengan 450 mg zat besi

untuk memproduksi sel-sel darah merah. Sel darah merah harus mengangkut

oksigen lebih banyak untuk janin

3.5.5. Paritas

Paritas adalah jumlah anak yang telah dilahirkan oleh seorang ibu baik lahir

hidup maupun lahir mati. Seorang ibu yang sering melahirkan mempunyai risiko

mengalami anemia pada kehamilan berikutnya apabila tidak memperhatikan

kebutuhan nutrisi. Karena selama hamil zat zat gizi akan terbagi untuk ibu dan

untuk janin yang dikandungnya.

3.6. Kriteria Penelitian


3.6.1. Kriteria Inklusi

Data rekam medik penderita dengan diagnosis anemia dalam kehamilan di bagian

Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Puskesmas Perawatan Koya Barat Distrik Muara

Tami periode Januari-Desember 2016.

3.6.2.Kriteria Eksklusi

Data rekam medik pasien yang tidak lengkap.

19
3.7. Cara Pengumpulan dan Pengolahan Data
3.7.1. Sumber Data

Data yang digunakan adalah data sekunder yang diambil dari pencatatan pada

rekam medik pasien di bagian Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Puskesmas

Perawatan Koya Barat Distrik Muara Tami Periode Januari November 2016

3.7.2. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan master table yang digunakan untuk melihat data Hb,

umur, pendidikan, pekerjaan, usia kehamilan dan paritas untuk mempermudah

penelitian dalam mengumpulkan data dari data Rekam Medis (RM) dan registrasi

Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).

20
BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Puskesmas Perawatan Koya Barat

4.1.1. Data Geografi

Puskesmas Perawatan Koya Barat merupakan Puskesmas Rawat Inap yang

berjarak kurang lebih 40 km dari pusat Kota Jayapura dengan batas-batas

wilayah :

Utara : Kampung Holtekam

Selatan : Kelurahan Koya Karang

Timur : Kelurahan Koya Timur

Barat : Kelurahan Barat

Tabel 4.1. Gambaran Wilayah Puskesmas Perawatan Koya Barat adalah

sebagai berikut:

Jumlah Desa meliputi 4 kampung/Kelurahan, sebagai berikut:

No Desa/Kelurahan Jarak dari Puskesmas Ket

1. Koya Barat 0 KM

2. Koya Timur 4 KM

3. Koya Tengah 6 KM

4. Holtekam 7 KM

Jumlah

Dari 4 desa yang ada, dapat ditempuh dengan kendaraan roda 2 dan roda 4,

melalui jalan Negara, Kabupaten dan jalan Desa.

21
4.2. Analisis Univariat

Tabel 4.2. Distribusi dan Frekuensi Ibu Hamil Dengan Anemia Berdasarkan Umur.

Umur (Tahun) Jumlah Presentasi (%)

< 20 20 19,8

20- 35 69 68,3

> 35 12 11,9

Total 101 100 %

Pada tabel 4.2. menunjukkan bahwa umur ibu hamil yang berisiko tinggi mengalami

anemia yaitu terjadi pada umur 20-35 tahun dengan jumlah sekitar 69 orang (68,3%)

sedangkan yang terendah terjadi pada ibu hamil yang berumur > 35 tahun, dengan

jumlah 12 orang (11,9%)

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Ibu Hamil Dengan Anemia

Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan Jumlah Presentasi (%)

TS 9 8,9

SD 10 9,9

SMP 33 32,7

SMA 43 42,6

Perguruan Tinggi 6 5,9

Total 101 100 %

22
Pada tabel 4.3. menunjukkan bahwa ibu hamil dengan pendidikan yang berisiko

tinggi mengalami anemia yaitu terjadi pada ibu hamil dengan pendidikan SMA,

dengan jumlah sekitar 43 orang (42,6%) sedangkan yang terendah terjadi pada ibu

hamil dengan pendidikan perguruan tinggi, dengan jumlah 6 orang (5,9%)

Tabel 4.4. Distribusi dan Frekuensi Ibu Hamil Dengan Anemia

Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Jumlah Presentasi (%)

IRT 101 100

PNS - 0

Total 101 100 %

Pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa ibu hamil dengan pekerjaan yang berisiko tinggi

mengalami anemia yaitu terjadi pada ibu hamil dengan pekerjaan sebagai Ibu Rumah

Tangga, dengan jumlah 101 orang (100%) , sedangkan yang terendah terjadi pada ibu

hamil dengan pekerjaan sebagai PNS, dengan jumlah 0 (0%)

Tabel 4.5. Distribusi dan Frekuensi Ibu Hamil dengan Anemia

Berdasarkan Usia Kehamilan

Usia kehamilan Jumlah Presentasi (%)

Trimester I 17 16,8

Trimester II 36 35,7

Trimester III 48 47,5

Total 101 100 %

23
Pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa ibu hamil dengan usia kehamilan yang berisiko

tinggi mengalami anemia yaitu terjadi pada ibu hamil dengan usia kehamilan Trimester

III, dengan jumlah sekitar 48 orang (47,5%) sedangkan yang terendah terjadi pada ibu

hamil dengan usia kehamilan Trimester I, dengan jumlah 17 orang (16,8%).

Tabel 4.6. Distribusi dan Frekuensi Ibu Hamil dengan Anemia

Berdasarkan Paritas

Paritas Jumlah Presentasi (%)

Primigravida 38 37,6

Multigravida 63 62,4

Total 101 100 %

Pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa ibu hamil dengan kelompok paritas yang berisiko

tinggi mengalami anemia yaitu terjadi pada ibu hamil dengan jumlah paritas

multigravida, dengan jumlah sekitar 63 orang (62,4%) sedangkan yang terendah

terdapat pada ibu hamil dengan paritas primigravida, dengan jumlah 38 orang

(37,6%).

24
BAB V

PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran karateristik pada ibu hamil

dengan anemia di puskesmas perawatan koya barat periode bulan January November 2016.

Dari hasil pengumpulan data yang dilakukan di dapatkan sebanyak 101 ibu hamil

yang mengalami anemia dengan Hb < 11 gr/dl. Variabel yang di nilai berdasarkan umur,

pendidikan, pekerjaan, usia kehamilan, paritas.

Berdasarkan umur dibagi menjadi 3 kelompok yaitu < 20 tahun, 20-35 tahun, dan >

35 tahun.Pada usia < 20 tahun didapatkan sebanyak 19,8% dari total sampel. Pada usia 20-35

tahun didapatkan 68,3% dari total sampel, kemudian pada > 35 tahun didapatkan 11,9% dari

total sampel.

Berdasarkan Pendidikan akhir di bagi menjadi 5 kelompok yakni tidak sekolah,SD,

SMP,SMA,Perguruan Tinggi. yang tidak bersekolah didapat sebanyak 8,9 % dari total

sampel, pada pendidikan sekolah dasar didapatkan sebanyak 9,9% dari total sampel, pada ibu

hamil dengan anemia pada pendidikan akhir sekolah menengah pertama di dapatkan 32,7%

dari total sampel, pada pendidikan sekolah menengah atas didapatkan 42,6% dari total

sampel, pada perguruan tinggi didapatkan 5,9% dari total populasi.

Berdasarkan Pekerjaan. Di bagi menjadi 2 kelompok yaitu Ibu rumah tangga (IRT)

dan PNS (Pegawai Negeri Sipil.Seluruh sampel bekerja sebagai ibu rumah tangga.

25
Berdasarkan usia kehamilan ibu hamil deengan anemia di bagi menjadi 3 yakni

trismester 1, trismester 2, dan trismester 3. ibu hamil dengan anemia pada trismester 1

ditemukan16,8 %, trismester 235,7%, dan trismester 3 47,5% dari total sampel.

Berdasarkan paritas di bagi menjadi multi gravida dan primi gravida. ibu hamil

dengan anemia pada primigravida didapatkan37,6 % dari total sampel, dan dengan

multigravida didapatkan 62,4% dari total sampel.

Variabel yang berhubungnan dengan kejadian anemia pada ibu hamil

1. Umur ibu hamil

Hasil penelitian pada tabel 1 menunjukan hubungan umur ibu dengan kejadian anemia

pada ibu hamil, di dapatkan pada usia 20-35 memiliki presentasi tertinggi yakni

(68,3%), dan paling rendah pada usia 35 tahun (11,9%). Menurut muhilal dkk (1994)

dalam sihadi (1999) ibu hamil yang berusia diatas 30 tahun memiliki kecendrungan

prevalensi anemia lebih tinggi yaitu 54,8% dibandingkan dengan kelompok ibu hamil

yang berusia dibawah 20 tahun yaitu 46,8%. Sari mawar dkk (1986) dalam

ppenelitiannya melaporkan hubungan antara ibu hamil dan kejadian anemia,

prevalensi anemia ibu hamil pada kelompok umur kurang dari 20 tahun dan lebuh dari

30 tahun lebih tinggi (77,4%) dan (78,6%) dibandingkan dengan kelompok umur 20-

30 tahun.

Pada Penelitian ini menunjukan prevalesi anemia lebih banyak ditemukan pada usia

20-35 tahun hal ini tidak sesuai dengan teori karenan penyebab anemia pada ibu hamil

bukan hanya faktor usia, namun banyak faktor yang mempengaruhi.

2. Pekerjaan

Dari hasil penelitian pada tabel 2 hubungan pekerjaan terhadap ibu hamil dengan

anemia didapatkan presentasi terbanyak pada ibu yang bekerja sebagai ibu rumah

26
tangga (IRT) yakni sebanyak 100 %. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan

bahwa sebagaian besar ibu hamil tidak bekerja lebih banyak dari pada ibu yang

bekerja. Jenis pekerjaan dalam sektor informal dengan kerja fisik yang relatif lebih

berat, menyebabkan seseorang mengeluarkan banyak keringat. Hal ini meningkatkan

pengeluaran zat besi bersama keringat. Wanita hamil yang melakukan beban berat

memerlukan banyak sekali makanan untuk kondisi kesehatan tubuhnya maupun untuk

kebutuhan energinya, sehingga zat-zat gizi yang di butuhkan harus tercukupi.

3. Pendidikan

Pada hal ini kami hubungkan dengan pengetahuan ibu hamil tentang anemia

berdasarkan tabel 3 didapatkan presentasi terbanyak yakni yang berpendidikan akhir

sekolah menengah atas (SMA) sebanyak (42,6%) dan paling rendah adalah perguruan

tinggi (5,9%). Hal ini artinya ibu hamil yang berpendidikan rendah beresiko

terjadinya anemia pada kehamilanya di bandingkan yang berpendidikan tinggi.

Menurut Notoatmodjo (2001) pengetahuan merupakan sesuatu hal yang sangat

penting untuk terbentuknya perilaku dan tindakan seseorang, semakin tinggi

pendidikan, maka semakin mudah untuk merubah perilakunya ke arah yang lebih

baik. Mariani (2008) menyatakan bahwa pengetahuan dan pendidikan formal serta

keikut sertaan dalam pendidikan non formal dari orang tua dan anak-anak sangat

penting dalam menentukan setatus kesehatan.

4. Usia kehamilan

Berdasarkan tabel 4 di dapatkan presentasi tertinggi pada trismester 3 yakni (47,5%),

yang paling rendah pada trismester 1 (16,8%) hal ini sesuai dengan teori dimana

kebutuhan zat gizi pada ibu hamil terus meningkat sesuai bertambahnya umur

27
kehamilan, salah satunya zat besi selama kehamilan terjadi pengenceran (hemolusi)

yang terus bertambah sesuai dengan umur kehamilan dan puncaknya yang terjadi

pada usia kehamilan 32-34 minggu menurut manuaba, (1998).

5. Paritas

Berdasarkan hasil sesuai tabel 5 didapatkan ibu hamil dengan anemia tertinggi pada

multigravida yakni 62,4% hal ini sesuai dengan teoriParitas adalah banyaknya bayi

yang dilahirkan seorang ibu, baik melahirkan yang lahir hidup ataupun lahir

mati.Resiko ibu mengalami anemia dalam kehamilan salah satu penyebabnya adalah

ibu yang sering melahirkan dan pada kehamilan berikutnya ibu kurang

memperhatikan asupan nutrisi yang baik dalam kehamilan.Hal ini disebabkan karena

dalam masa kehamilan zat gizi akan terbagi untuk ibu dan untuk janin yang

dikandung (Herlina, 2009). Kecenderungan bahwa semakin banyak jumlah kelahiran

(paritas), maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia (Wahyudin, 2004).

28
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6. 1. Kesimpulan

Beradasarkan uraian hasil dan pembahasan yang dari variabel yang di teliti dapat di

buat beberapa kesimpulan dan saran sebagai berikut:

1. Hasil penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Koya barat Kabupaten

Jayapura distrik Muara Tami Periode Bulan Januari- November 2016. Menunjukkan

bahwa 101 ibu hamil mengalami anemia.

2. Presentasi terbanyak pada ibu hamil dengan anemia adalah ibu hamil dengan usia

20-35 tahun

3. Hasil penelitian berdasarkan pekerjaan pada ibu hamil dengan anemia banyak di

alami pada Ibu Rumah Tangga (IRT).

4. Hasil Penelitian berdasarkan Pendidikan terakhir yang paling berisiko dialami oleh

ibu hamil dengan pendidikan yang rendah dan berdasarkan paritas yang beresiko

adalah multigravida.

5. Hasil penelitian menunjukan adanya hubungan bermakna antara umur ibu,

pendidikan, pekerjaan, usia kehamilan, dan paritas.

6.2. Saran

Pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas mulai di tentukan sejak dari

masa kehamilan, kesehatan ibu hamil selama masa kehamilan sangat menentukan

outcome yang dihasilkan.Anemia merupakan masalah kesehatan yang masih menjadi

masalah utama di Indnesia, berdasarkan hasil penelitian ini maka penulis

menyarankan kepada:

29
1. Untuk Ibu hamil

- Dalam hal ibu, untuk setiap hendaknya dapat merencanakan kehamilan

sebaiknya di usia 20-35 agar tidak beresiko untuk mendapatkan resi adanya

anemia dalam kehamilan

- Pada saat kontak pertama kefasilitas kesehatan ibu diberikan penyuluhan

mengenai batasan umur yang aman dalam kehamilan.

- Ibu hamil pada umur resiko di harapkan untuk lebih sering mengontrol

tentang kehamilannya

- Dalam hal Paritas, sebaiknya tidak memiliki anak lebih dari tiga, karena sering

mengalami kehamilan, beresiko untuk terjadi anemia dalam kehamilan.

- Ibu yang sudah memiliki anak lebih dari 3 untuk sebaiknya melakukan KB

2. Dinas Kesehatan/Pemerintah setempat di Kota.

- Diharapkan melengkapi intrumen pemeriksaan Hb disetiap Puskesmas, Pustu,

Polindes, Poskesdes dan Posyandu di wilayah kerja Dinas

Kesehatan/Pemerintah kesehatan setempat serta memonitor pelaksanaan

pemeriksaan Hb.

- Mendistribusikan Tablet tambah darah sesuai kebutuhan kepada remaja

putri,Wanita Usia Subur (WUS), ibu hamil dan nifas

- Menyediakan media penyuluhan tentang anemia seperti Poster, Leaflet dan

lain-lain.

- Sehubungan dengan otonomi daerah dnas kesehatan kabupaten perlu ada

pelaksanaan program penangulangan anemia ibu hamil

- Memberikan makanan tambahan (PMT) pada ibu hamil.

30
3. Puskesmas Koya Barat

- Pendataan pada ibu hamil yang ada di wilayah kerja Puskesmas Koya Barat

Secara Berkala.

- Memantau Tablet Zat Besi yang sudah di distribusikan kepada ibu hamil

- Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan kader posyandu untuk

melakukan pemantauan terhadap posyandu dan turut mempromosikan manfaat

kunjungan ANC secara teratur kepada setiap ibu hamil.

31
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier,S:Prinsip dasar ilmu Gizi. 2001. Jakarta.Gramedia

Amiruddin,dkk:Dalam Artikel ilmiah.Studi Kasus Kontrol Bio Medis Terhadap

kejadian AnemiaIbu Hamil di Puskesmas Batimurung2005. Jakarta

Arisman:Gizi Dalam Kehidupan.2007.Jakarta:EGC

Herlina, dkk:faktor Risiko kejadian Anemia Pada Ibu Hamil di wilayah Kerja

Puskesmas Bogor.2005.Jakarta.Bppsdmk

Moechtar,Rustam: Sinopsis Obstetri.1998. Jakarta.EGC

Manuaba IBG:Ilmu kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga

Berencana.1998.Jakarta.EGC

Notoadmodjo:Metodologi Penelitian kesehatan.2010Jakarta: Rinea Cipta

Profle Puskesmas Koya Barat distrik Muara Tami Kabupaten jayapura

Supariasa I.D.N. dk. Penilaian Status Gizi.2002.Jakarta.EGC

Thaha,dkk Pangan dan Gizi.DPP pergizi Pangan Indonesia.

32

Anda mungkin juga menyukai