Anda di halaman 1dari 4

Analisis Data

Berdasarkan data hasil pengamatan yang telah ada pada praktikum uji daya antimikroba
tanaman berkhasiat obat Kunyit, Jahe, Kencur, Jeruk Nipis dan Belimbing Wuluh terhadap bakteri
E.coli dan S.aureus dengan menggunakan metode difusi agar yang dilakukan pada tanggal 09
November 2017 dapat dianalisis sebagai berikut:
No Nama Tanaman Diameter zona hambatan (mm)

E.coli S.aureus
1 Kunyit 1.9 mm 2.17 mm
(menghambat) (menghambat)
2 Jahe 4.3 mm 2 mm
(menghambat) (menghambat)
3 Kencur 5.5 mm 9.3 mm
(membunuh) (membunuh)
4 Jeruk Nipis 8 mm 16.83
(membunuh) (membunuh)
5 Blimbing Wuluh 7.4 mm 7.3 mm
(membunuh) (membunuh)

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan menunjukkan bahwa masing-masing


bahan atimikroba yaitu Kunyit, Jahe, Kencur, Jeruk Nipis dan Belimbing Wuluh berpengaruh
terhadap bakteri E. coli dan S.aureus. Pengaruh tersebut berupa pengaruh antimikroba yang
dapat ditunjukkan dengan terbentuknya zona hambat yang berupa zona jernih. Adanya zona
hambatan menunjukkan bahwa bahan tersebut dapat menghambat pertumbuhan bakteri dengan
terbentuknya zona jernih pada medium.
Berdasarkan tabel analisis data di atas dapat dilihat bahwa tanaman jeruk nipis paling
efektif membunuh E.coli. sedangkan kunyit paling tidak efektif membunuh E.coli. pada tanaman
jeruk nipis paling efektif membunuh S.aureus sedangkan jahe palig tidak efektif dalam
menghambat pertumbuhan S.aureus.
Adanya perbedaan diameter zona hambatan yang diperoleh baik dari bahan Kunyit, Jahe,
Kencur, Jeruk Nipis dan Belimbing Wuluh dikarenakan kandungan senyawa antimikroba yang
dikandung dalam bahan tersebut berbeda-beda dan mempunyai manfaat sebagai antibiotik alami.
I. Pembahasan
1. Daya Anti Mikroba Rimpang Jahe Terhadap Bakteri Escherichia coli dan
Staphilococcus aureus
Berdasarkan pengamatan pada bahan perasan rimpang jahe diperoleh hasil yaitu pada
cawan yang berisi inokulasi E.coli diperoleh hasil zona hambatan sebesar 4.3 mm, sedangkan
pada cawan yang berisi inokulasi bakteri S. aureus diamater zona hambatan sebesar 2 mm.
Terbentuknya daerah zona hambatan disekitar sumuran dikerenakan pada jahe mengandung
komponen pembentuk rasa pedas yang tidak menguap. Komponen dalam oleoresin jahe terdiri
atas gingerol dan zingiberen, shagaol, minyak atsiri dan resin. Pemberi rasa pedas dalam jahe
yang utama adalah zingerol (Koswara, 2010). Hal inilah yang menyebabkan adanya daerah zona
hambatan yang dididentifkasi adanya daerah bening disekitar sumuran. Sedangkan cara kerja
antimikroba adalah dengan mempengaruhi reaksi metabolisme sel yang dikatalisis oleh enzim
yang terbuat dari protein. Reaksi metabolisme meliputi reaksi biosntesis penting dan reaksi
penting yang menghasilkan energi. Jadi agen kimia yang berkombinasi dengan protein akan
menghalangi protein untuk melakukan fungsi normalnya mengeluarkan pengaruh bakterio statik
atau bakteriosida (Volk dan Wheeler,1988). Rimpang jahe mengandung minyak atsiri yang
terdiri atas n-nonylaldehide, dcamphene, d--phellandrene, methyl heptenone, cineol, d-borneol,
geraniol, linalool, acetates, caprylate, citral, chavicol, zingiberene. Selain itu juga, mengandung
resin dan serat. Menurut Nursal et al (2006) rimpang jahe mengandung senyawa antimikroba
golongan fenol, flavonoid, terpenoid dan minyak atsiri yang terdapat pada ekstrak jahe
merupakan golongan senyawa bioaktif yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri.
2. Daya Anti Mikroba Rimpang Kunyit Terhadap Bakteri Escherichia coli dan
Staphilococcus aureus
Berdasarkan pengamatan pada bahan perasan rimpang kunyit diperoleh hasil yaitu pada
cawan yang berisi inokulasi E.coli diperoleh hasil zona hambatan sebesar 1.9 mm, sedangkan
pada cawan yang berisi inokulasi bakteri S. aureus diamater zona hambatan sebesar 2.17 mm.
Terbentuknya daerah zona hambatan disekitar sumuran dikerenakan Kunyit (Curcuma
domestica) merupakan salah satu tanaman yang digunakan untuk pengobatan tradisional oleh
nenek moyang kita sejak lama. Senyawa aktif dalam rimpang kunyit mampu menghambat
pertumbuhan jamur, virus, dan bakteri baik Gram positif maupun Gram negatif, seperti E.coli
dan Staphylococcus aureus, karena kunyit mengandung berbagai senyawa diantaranya adalah
kurkumin dan minyak atsiri. Minyak atsiri dapat digunakan sebagai antibakteri karena
mengandung gugus fungsi hidroksil dan karbonil yang merupakan turunan fenol. Turunan fenol
ini akan berinteraksi dengan dinding sel bakteri, selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke dalam
sel bakteri, sehingga menyebabkan presipitasi dan denaturasi protein, akibatnya akan melisiskan
membran sel bakteri. sedangkan aktivitas antibakteri curcumin dengan cara menghambat
proliferasi sel bakteri. Bakteri penyebab gangguan fungsi saluran cerna yang umum ditemukan di
Indonesia diantaranya Bacillus sp dan Shigella dysentriae (Said, 2001).

Kunyit merupakan tanaman herbal yang mengandung senyawa aktif yaitu kurkumin
yang berperan sebagai antitumor, antibakteri, antioksidan (Joe, 2004). Kandungan kurkumin
dan minyak atsiri pada kunyit berkhasiat membunuh bakteri (bakterisida), Kandungan
kurkuminoid terdiri atas senyawa kurkumin dan keturunannya yang mempunyai aktivitas
biologis berspektrum luas diantaranya antibakteri, antioksidan dan antihepatotosi (Hartono,
2005). Kurkumin berwarna kuning alami dan termasuk kelompok senyawa polifenol yang
dapat menyebabkan denaturasi protein dan merusak membran sel (Hartono, 2005).

Kesimpulan

rimpang jahe mengandung senyawa antimikroba golongan fenol, flavonoid, terpenoid


dan minyak atsiri yang merupakan golongan senyawa bioaktif dan dapat menghambat
pertumbuhan bakteri. Sedangkan cara kerja antimikroba adalah dengan mempengaruhi
reaksi metabolisme sel yang dikatalisis oleh enzim yang terbuat dari protein. Jadi agen
kimia yang berkombinasi dengan protein akan menghalangi protein untuk melakukan
fungsi normalnya mengeluarkan pengaruh bakterio statik atau bakteriosida
Kandungan kurkumin dan minyak atsiri pada kunyit berkhasiat membunuh bakteri
(bakterisida), Kurkumin berwarna kuning alami dan termasuk kelompok senyawa
polifenol yang dapat menyebabkan denaturasi protein dan merusak membran sel.
Daftar rujukan

Hartono, Nurwati, I., Ikasari, F., Wiryanto 2005. Pengaruh Ekstrak Rimpang Kunyit (Curcuma
domestica Val.) terhadap Peningkatan Kadar SGOT dan SGPT Tikus Putih
(Rattus norvegicus) akibat Pemberian Asetaminofen. Biofarmasi 3(2): 57-60.
Koswara, Sutrisno. Jahe, Rimpang Dengan Sejuta Khasiat. (Online)
(http://www.Ebookpangan.com Diakses tanggal 15 November 2017).
Nursal, W., Sri dan Wilda S. 2006. Bioaktifitas Ekstrak Jahe (Zingiber officinale Roxb.) Dalam
Menghambat Pertumbuhan Koloni Bakteri Escherichia coli dan Bacillus subtilis.
Jurnal Biogenesis 2(2): 64-66.
Joe. 2004. Senyawa kimia yang terdapat pada rempahrempah. Universitas Indonesia Press.
Jakarta.
Said, Ahmad, 2001. Khasiat & Manfaat Kunyit. PT. Sinar Wadja Lestari.

Wheeler dan Volk. 1993. Mikrobiologi Dasar. Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai