Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

PEMBUKTIAN AIR TANAH MELEWATI BERKAS PENGANGKUT

Oleh
Nama : Reny Dwi Irfiana
Nim : 150210103071
Kelas :B
Kelompok :4

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
I. JUDUL
Pembuktian Air Tanah Melewati Berkas Pengangkut
II. TUJUAN
Untuk membuktikan bahwa air tanah masuk ke dalam tumbuhan melalui
berkas pengangkut.
III. TINJAUAN PUSTAKA
Air membentuk sebagian besar massa sel tumbuhan, kita dapat dengan
mudah mengenalinya jika kita melihat bagian mikroskopis dari sel tanaman
dewasa: Setiap sel berisi vakuola yang berisi banyak air. Dalam sel, sitoplasma
hanya menyusun 5 sampai 10% volume sel, sisanya adalah vakuola. Air
membentuk 80 sampai 95% massa jaringan tanaman yang sedang tumbuh.
Sayuran komersil seperti wortel dan selada bisa mengandung 85 sampai 95% air.
Kayu, yang sebagian besar terdiri dari sel-sel mati, memiliki wadah air yang lebih
rendah; gubal, yang berfungsi dalam transportasi di xilem, mengandung 35
sampai 75% air; dan kayu hati memiliki kandungan air sedikit lebih rendah.
Benih, memiliki kandungan air 5 sampai 15%, termasuk di antara jaringan
tanaman yang paling kering, namun sebelum berkecambah mereka harus
menyerap cukup banyak air. Air dibilang sebagai pelarut terbaik. Sebagai pelarut,
air merupakan media untuk pergerakan molekul di dalam dan di antara sel dan
sangat mempengaruhi struktur protein, asam nukleat, polisakarida, dan konstituen
sel lainnya (Taiz and Zeiger, 2002).
Salisbury dan Ross (1997) menyatakan bahwa ketersediaan air yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan air bagi tanaman sangat penting. Peranan air pada
tanaman sebagai pelarut berbagai senyawa molekul organik (unsur hara) dari
dalam tanah kedalam tanaman, transportasi fotosintat dari sumber (source) ke
limbung (sink), menjaga turgiditas sel diantaranya dalam pembesaran sel dan
membukanya stomata, sebagai penyusun utama dari protoplasma serta pengatur
suhu bagi tanaman. Apabila ketersediaan air tanah kurang bagi tanaman maka
akibatnya air sebagai bahan baku fotosintesis, transportasi unsur hara ke daun
akan terhambat sehingga akan berdampak pada produksi yang dihasilkan. Air
yang dapat diserap dari tanah oleh akar tanaman disebut air tersedia, merupakan
perbedaan antara jumlah air dalam tanah pada kapasitas lapang (air yang
tersimpan dalam tanah yang tidak mengalir karena gaya gravitasi) dan jumlah air
dalam tanah pada persentase pelayuan permanen dimana tanaman akan layu dan
tidak akan segar kembali dalam atmosfer dengan kelembapan relative 100%)
{(Gardner dkk, 1991) dalam Maryani, 2012}.
Transportasi pada tumbuhan adalah proses pengambilan dan pengeluaran
zat ke seluruh bagian tubuh tumbuhan. Tumbuhan tingkat rendah melakukan
transportasi air dan zat hara menggunakan seluruh bagian tubuh tumbuhan. Pada
tumbuhan tingkat tinggi proses pengangkutan terdiri atas xylem dan floem.
Menurut Nurwahyuni et al (2016), terdapat dua tipe transportasi pada tumbuhan
yaitu pengangkutan ekstravaskuler dan pengangkutan intravascular. Pengangkutan
ekstravaskular merupakan pengangkutan yang berlangsung di luar berkas
pembuluh. Pengangkutan ekstravaskular dibagi menjadi simplas dan apoplas.
Pengangkutan intravascular merupakan pengangkutan yang berlangsung di dalam
pembuluh angkut yaitu di dalam xylem dan floem. Air dan mineral dalam tanah
akan masuk melalui bulu akar, epidermis, korteks, endodermis, perisikel dan
menuju xylem.
Jaringan pembuluh pada tumbuhan ada dua, yaitu xilem dan floem. Xylem
berfungsi mengangkut air dan mineral dari dalam tanah yayng akan dibawa ke
daun untuk fotosintesis. Sedangkan floem berfungsi mengangkut hasil fotosintesis
dari daun yag akan disalurkan ke seuruh organ tumbuhan. Xylem memiliki
struktur yang lebih kuat sehingga dapat utuh meskipun dalam jangka waktu yang
lama dan dapat dipakai sebagai bahan identifikasi. Maka dari itu xylem dijadikan
indikator untuk membedakan struktur anatomi jaringan pembuluh (Kurniawati,
2015).

Mekanisme naiknya air dari akar menuju bagian tumbuhan terjadi


karena adanya gaya kohesi dan adhesi pada tumbuhan. Kohesi dan adhesi
memfasilitasi transport jarak jauh melalui alairan massa. Molekul-molekul air
yang keluar dari xylem pada daun menyeret molekul-molekul air di
sebelahnya, dan tarikan ini akan diteruskan molekul-molekul yang selanjutnya
akan menuruni keseluruhan kolom air di dalam xylem. Sementara itu adanya
gaya adhesi molekul-molekul air yang berikatan dengan hydrogen ke dinding
hidrofil sehingga menyebabkan sel-sel xylem membantu mengatasi gata
gravitasi ke bawah (Campbell et al, 2010).

IV. METODE PENELITIAN


4.1 Alat dan Bahan
4.1.1 Alat
a. Erlenmeyer
b. Mikroskop
c. Kaca benda dan kaca penutup
d. Stop watch
e. Silet
f. Tempat air
4.1.2 Bahan
a. Tumbuhan Impatiens balsamina beserta daunnya
b. Air
c. Eosin/pewarna
4.2 Langkah Kerja

Mengisi labu Erlenmeyer dengan larutan eosin. Larutan eosin


dibuat agak terkonsentrasi sehingga warnanya sedikit pekat

Memotong batang tumbuhan dalam air, tekan erat bekas


potongan dengan jari, masukkan ke dalam Erlenmeyer berisi
larutan eosin

Mengamati peristiwa yang terjadi dan catat waktunya


(perubahan warna pada batang dan rangka daun)
Menghitung kecepatan (cm/s) eosin yang merambat dari ujung
cabang ke rangka daun

Membuat irisan batang yang sudah berubah warna dan amati di


bawah mikroskop

Membandingkan warna batang, cabang dan rangka daun


sebelum dan sesudah percobaan

V. HASIL PENGAMATAN

Kel. Bagian Parameter Laju Ket.


Panjang Waktu Diameter (cm/s)
(cm) (s) (cm)
1 Batang 8 304 0,4 0,026 Lambat
Cabang 0,5 114 - 0,004 Lambat
Rangka daun 7,4 102 - 0,07 Cepat
2 Batang 6,2 120 0,3 0,05 Cepat
Cabang 0,5 36 - 0,014 Cepat
Rangka daun 5 39 - 0,13 Cepat
3 Batang 10,5 328 0,2 0,03 Cepat
Cabang 0,5 182 - 0,003 Cepat
Rangka daun 6 650 - 0,009 Lambat
4 Batang 3,8 90 0,3 0,042 Lambat
Cabang 0,6 40 - 0,015 Lambat
Rangka daun 1,5 11 - 0,136 Cepat
5 Batang 9,4 191 0,3 0,049 Lambat
Cabang 0,5 64 - 0,015 Lambat
Rangka daun 5,3 98 - 0,136 Cepat
6 Batang 8 420 0,3 0,019 Lambat
Cabang 1,4 57 - 0,024 Cepat
Rangka daun 6 12 - 0,5 Cepat

VI. PEMBAHASAN

Praktikum kali ini bertujuan untuk membuktikan bahwa air tanah masuk
ke dalam tumbuhan melalui berkas pengangkut. Adapun peralatan yang
dibutuhkan meliputi: Erlenmeyer, mikroskop, kaca benda, kaca penutup,
stopwatch, silet dan tempat air. Sedangkan bahan yang digunakan berupa:
tanaman pacar air (Impatiens balsamina) yang batangnya berwarna terang,
eosin/pewarna dan air. Langkah pertama untuk melakukan percobaan ini yaitu
menyiapkan bahan berupa tanaman pacar air (Impatiens balsamina) yang
dimasukkan ke dalam tempat air untuk menjaga kesegarannya. Kemudian mengisi
labu Erlenmeyer dengan larutan eosin, buat konsentrasinya agak pekat. setelah itu
memotong batang tumbuhan pacar air (Impatiens balsamina) di dalam air dan
menekan erat bekas potongan dengan jari, kemudian memasukkan potongan tadi
ke dalam Erlenmeyer yang berisi larutan eosin. Pemotongan di dalam air dan
penekanan ke bekas potongan tersebut bertujuan untuk mencegah terbentuknya
ruang udara pada pembuluh xylem sehingga kerja pembuluh xylem dapat efektif
untuk mengangkut larutan ke bagian atas tanaman. Langkah selanjutnya yaitu
mengamati perubahan yang terjadi dan catat waktunya (perubahan warna batang
dan rangka daun). Setelah melakukan pengamatan, hitunglah kecepatan (cm/s)
eosin yang merambat dari ujung cabang ke rangka daun. Langkah berikutnya
yakni membuat irisan batang sebelum perlakuan eosin dan setelah berubah warna
(perlakuan eosin) dan amati di bawah mikroskop. Berikutnya adalah
membandingkan perubahan warna yang terjadi pada batang, cabang dan ragka
daun sebelum dan sesudah percobaan.

Pengamatan yang dilakukan meliputi pengamatan kecepatan laju cairan


sampai ke bagian batang, cabang dan rangka daun tanaman pacar air. Parameter
yang diamati meliputi panjang, waktu dan diameternya. Berdasarkan hasil
pengamatan yang telah dilakukan, diketahui bahwa tanaman pacar air yang
memiliki diameter terbesar adalah kelompok 1 dengan diameter sebesar 0,4 cm
dan diameter terkecil dimiliki oleh kelompok 3 yakni sebesar 0,2 cm, sedangkan
kelompok lainnya rata-rata diameter batangnya adalah 0,3 cm. Kelompok 1
dengan panjang batang 8 cm membutuhkan waktu lambat yaitu sebesar 304 s
untuk mencapai batang tanaman dengan kecepatan sebesar 0,026 cm/s, sedangkan
untuk mencapai cabang yang panjangnya 0,5 cm membutuhkan waktu lambat
yaitu sebesar 114 s dengan kelajuan sebesar 0,004 cm/s, dan untuk mencapai
rangka daun yang panjnagnya 7,4 cm membutuhkan waktu relative cepat yaitu
sebesar 102 s dengan kelajuan 0,07 cm/s. kelompok 2 membutuhkan waktu relatif
cepat semua agar cairan sampai ke batang, cabang dan rangka daunnya. Batang
dengan panjang 6,2 cm membutuhkan waktu sebesar 120 s dengan kelajuan 0,05
cm/s. Cabang dengan panjang 0,5 cm membutuhkan waktu sebesar 36 s dengan
kelajuan 0,014 cm/s dan rangka daun dengan panjang 5 cm membutuhkan waktu
sebesar 39 s dengan kelajuan 0,13 s. kelompok selanjutnya yakni kelompok 3
memiliki laju relative cepat pada bagian batang dan cabangnya serta relative
lambat pada bagian rangka daunnya. Batang dengan panjang 10,5 cm
membutuhkan waktu 328 s untuk menaikkan cairan sampai ke batang dengan
kelajuan sebesar 0,03 cm/s. cabang dengan panjang 0,5 cm membutuhkan waktu
182 s dengan kelajuan 0,02 cm/s dan rangka daun dengan panjang 6 cm
membutuhkan waktu 650 s dengan kelajuan 0,009 cm/s.

Pengamatan selanjutnya yaitu kelompok 4, memiliki laju cairan relatif


lambat untuk mencapai batang dan cabang serta relatif cepat ke rangka daunnya.
Batang dengan panjang 3,8 cm membutuhkan waktu 90 s dengan kelajuan 0,042
cm/s. Cabang dengan panjang 0,6 cm memerlukan waktu 40 s dengan kelajuan
0,015 cm/s dan rangka daun dengan panjang 1,5 cm membutuhkan waktu 11 s
dengan kelajuan 0,136 cm/s. Kelompok 5 memiliki kelajuan cairan relatif cepat
sampai ke batang, cabang dan rangka daun. Batang dengan panjang 9,4 cm
membutuhkan waktu 191 s dengan kelajuan 0,049 cm/s. Cabang dengan panjang
0,5 cm membutuhkan waktu 64 s dengan kelajuan sebesar 0,007 cm/s serta rangka
daun dengan panjang 5,3 cm membutuhkan waktu 58 s dengan kelajuan sebesar
0,054 cm/s. Kelompok terakhir yakni kelompok 6, memiliki laju penyerapan air
relatif lambat untuk sampauu ke batangnya dan relatif cepat untuk sampai cabang
dan rangka daunnya. Batag dengan panjang 8 cm membutuhkan waktu sebesar
420 s dengan kelajuan 0,019 cm/s. cabang dengan panjang 1,4 cm membutuhkan
waktu 51 s dengan kelajuan 0,024 cm/ serta rangla daun dengan pajang 6 cm
membutuhkan waktu 12 s dengan kelajuan 0,5 cm/s.

Berdasarkan data tersebut, setelah dilakukan akumulasi baik terhadap


panjang, waktu maupun diameternya diketahui bahwa kelompok 3 memiliki laju
tercepat naiknya cairan eosin sampai ke seluruh bagian tumbuhan, padahal
diameter batangnya paling kecil diantaran lainnya. Menurut literature, semakin
besar diameter batang tumbuhan maka laju kenaikan airnya tinggi sebab semakin
besar diameter maka ia memiliki lebih banyak xylem yang memungkinkan lebih
banyak mengangkut cairan. Tetapi berdasarkan hasil pengamatan, teori ini kurang
sesuai sebab kelompok 1 dengan diameter batang 0,4 cm kelajuannya justru lebih
rendah dibanding kelompok 3 yang diameter batangnya 0,3 cm. Selain
dipengaruhi oleh diameter batangnya laju naiknya eosin dipengaruhi pula oleh
panjang tanaman dan waktu. Semakin panjang tanaman atau jarak maka waktu
yang dibutuhkan untuk air bergerak pun semakin lama.

Batang tanaman pacar air sebelum dan sesudah diberi perlakuan memiliki
perbedaan warna yaitu sebelum diberi perlakuan batangnya bening, sedangkan
setelah diberi perlakuan berupa eosin batangnya berubah warna menjadi
kemerahan mengikuti warna eosin. Fungsi eosin disini adalah sebagai indikator
bahwa air masuk ke tanaman melalui pembuluh angkut (xylem). Selain
pengamatan morfologinya dilakukan pula pengamatan anatominya melalui
penyayatan bagian batang. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
irisan batang pacar air sebelum dan sesudah diberi eosin, jika dilihat secara
mikroskopis maka terlihat berkas-berkas pengangkutnya menjadi lebih jelas
setelah pemberian eosin yang mengindikasikan bahwa eosin melewati berkas
pengangkut tersebut. Adanya perubahan ini membuktikan bahwa air tanah dapat
masuk ke tanaman melalui berkas pengangkut (xylem).

Menurut Campbell (2010) proses pengangkutan air dari akar ke atas yaitu
air dari akar ditarik ke daun dengan cara potensial negative yang ada di xylem.
Gaya tarik xylem berkaitan erat dengan gaya kohesi dan adhesi serta tegangan
permukaan. Pergerakan cairan disebabkan oleh perbedaan potensial air pad
akedua ujung jaringan xylem. Perbedaan potensial air terjadi di ujung xylem pada
daun akibat evaporasi air pada sel daun. Evaporasi ini menurunkan potensial air
antarmuka udara-air, sehingga membangkitkan tekanan negative (tegangan) yang
menarik air melaui xylem. Untuk menuju ke atas (daun) air dibantu oleh gaya
kohesi yaitu gaya tarik menarik antar molekul air serta dibantu pula dengan
adanya gaya adhesi yaitu gaya tarik menarik antar molekul air dan dinding xylem
sehingga air dapat naik ke atas.

Pengangkutan air dari akar ke tanaman dipengaruhi beberapa faktor


diantaranya yaitu tekanan akar dan kapilaritas. Tekanan akar merupakan
kemampuan akar untuk memompa air ke daun. Kapilaritas merupakan
pengupamaan batang tanaman yang tersusun atas xylem yang dianggap sebagai
pipa kapiler, dimana air dapat melalui pipa kapiler itu karena adanya gaya kohesi
antara molekul air dengan air dan adhesi antara molekul air dengan dinding
pembuluh xilem. Gaya kohesi dan adhesi ini menyebabkan air tertarik ke bagaian
tanaman atas.

Selama siklus hidupnya tanaman memperoleh air dengan cara menyerap


air dari lingkungannya. Yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan faktor
tanaman. Faktor lingkungan yang berpengaruh adalah kandungan air tanah,
kelembaban udara dan suhu tanah. Faktor tanaman yang berpengaruh adalah
efisiensi perakaran, perbedaan tekanan difusi air tanah ke akar, dan keadaan
protoplasma tanaman (Nofyangtri 2011) dalam (Ai dan Patricia, 2013).
Sedangkan menurut Nurwahyuni et al (2016), faktor yang menyebabkan air di
dalam xilem dapat bergerak ke atas melawan gravitasi adalah: 1)Daya
kapilaritas, Pembuluh xilem yang dianggap pada tumbuhan dianggap sebagai pipa
kapiler. Air akan naik melalui pembuluh kayu sebagai akibat dari gaya adhesi
antar dinding pembuluh kayu dengan molekul air. 2) Daya tekan akar, Epidermis
akan menyerap air dari dalam tanah secara terus- menerus mengakibatkan
kadar air dan tekanan turgor akan meningkat. Peningkatan kadar air pada ujung
akar menyebabkan perbedaan konsentrasi antara sel pada ujung akar dan sel- sel
yang berada diatasnya. Tekanan akar pada setiap tumbuhan berbeda- beda.
Besarnya tekanan akar dipengaruhi oleh besar kecil dan tinggi rendahnya
tumbuhan. Bukti adanya tekanan akar adalah pada batang yang dipotong,
maka air tampak menggenang dipermukaan tunggaknya. 3) Daya isap daun,
disebabkan adanya penguapan (transpirasi) air dari daun yang besarnya dan
berbanding lurus dengan luas bidang penguapan (intensitas penguapan). Oleh
karena itu konsentrasi sel yang berada di daun lebih tinggi dibadingkan pada
bagian tumbuhan yang lainnya. Perbedaan konsentrasi ini yang mendorong
perpindahan air dari sel-sel yang beradadibawahnya naik ke sel daun. 4)
Pengaruh sel- sel yang hidup, Perjalanan air dari akar hingga ke daun dibantu oleh
sel- sel yang hidup disekitar xylem yaitu sel- sel parenkim kayu dan sel sel
empulur.
VII. PENUTUP
7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum, terbukti bahwa air tanah masuk ke


tanaman melalui berkas pembuluh pengakut. Hal ini dapat diamati
secara morfologi dan anatominya..

7.2 Saran

Estimasi waktu mohon diperhatikan kembali, supays praktikum 2


acara dapat
DAFTAR PUSTAKA
Ai, Nio Song dan Patricia Torey. 2013. Karakter Morfologi Akar Sebagai
Indikator Kekuatan Air Pada Tanaman. Jurnal Bioslogos. Vol. 3(1): 31-39.
Campbell, Neil, A., dan R. Jane, B., dkk. 2012. Biologi. Edisi kedelapan jilid 2.
Jakarta: Erlangga.
Kurniawati, Feby, S. Zaenab, S. Wahyuni. 2015. Analisis Perbandingan Bentuk
Jaringan Pembuluh Trakea pada Preparat Maserasi Berbagai Genus Piper
sebagai Suumber Belajar Biologi. Jurnal Pendidika Biologi. 1(2).
Maryani, Anis Tatik. 2012. Pengaruh Volume Pemberian Air Terhadap
Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit Di Pembibitan Utama. Program Studi
Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Jambi. 1(2).
Nurwahyuni, isnaini dan Ernawati dkk. 2016. Penuntun Praktikum Fisiologi
Tumbuhan. Medan: Universitas Sumatra Utara.
Taiz, Lincoln and Eduardo Zeiger. 2002. Plant Physiology. USA: Sinauer
Associaties.
Lampiran

Bagian Sebelum Sesudah


Morfologi batang

Irisan batang M = 4 x 10 M = 4 x 10

Anda mungkin juga menyukai