Anda di halaman 1dari 25

SEDIAAN EMULSI

Emulsi
Definisi
Emulsi adalah suatu dispersi dimana fase terdispersinya terdiri9 dari bulatan-bulatan kecil zat
cair yang terdistribusi ke seluruh pembawa yang tidak bercampur. (Ansel, Howard. 2005.
Halaman 376 )
Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan lainnya dalam
bentuk tetesan kecil. (FI IV. Halaman 6 )
Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat, terdispersi dalam
cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok. (FI III. Halaman
9)
Emulsi adalah sediaan yang mengandung dua zat cair yang tidak tercampur, biasanya air dan
minyak, cairan yang satu terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam cairan yang lain ( sistem
dispersi, formulasi suspensi dan emulsi Halaman 56 )
Dari beberapa defini yang tertera dapat disimpulkan bahwa emulsiadalah sistem dua fase yang
salah satu cairannya terdispersi dalam cairan pembawa yang membentuk butiran-butiran kecil
dan distabilkan dengan zat pengemulsi/surfaktan yang cocok.
Macam-macam emulsi
Oral
Umumnya emulsi tipe o/w, karena rasa dan bau minyak yang tidak enak dapat tertutupi, minyak
bila dalam jumlah kecil dan terbagi dalam tetesan-tetesan kecil lebih mudah dicerna.
Topikal
Umumnya emulsi tipe o/w atau w/o tergantung banyak faktor misalnya sifat zatnya atau jenis
efek terapi yang dikehendaki. Sediaan yang penggunaannya di kulit dengan tujuan menghasilkan
efek lokal.
Injeksi
Sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau
disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan secara merobek jaringan ke
dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir.Contoh : Vit. A diserap cepat melalui jaringan,
bila diinjeksi dalam bentuk emulsi.
(Syamsuni, A. 2006)
Tipe-tipe emulsi
Tipe emulsi o/w atau m/a : emulsi yang terdiri atas butiran minyak yang tersebar atau terdispersi
ke dalam air. Minyak sebagai fase internal, air sebagai fase eksternal.
Tipe emulsi w/o atau m/a : emulsi yang terdiri atas butiran air yang tersebar atau terdispersi ke
dalam minyak. Air sebagai fase internal, minyak sebagai fase eksternal.
(Syamsuni, A. 2006)
Emulsi yang tidak memenuhi persyaratan
Creaming : terpisahnya emulsi menjadi dua lapisan, yaitu nagian mengandung fase dispersi lebih
banyak dari pada lapisan yang lain. Creaming bersifat reversibel artinya jika dikocok perlahan
akan terdispersi kembali.
Koalesensi dan cacking (breaking) : pecahnya emulsi karena film yang meliputi partikel rusak
dan butiran minyak berkoalesensi/menyatu menjadi fase tunggal yang memisah. Emulsi ini
bersifat irreversible. Hal ini terjadi karena :
a. Peristiwa kimia : penambahan alkohol, perubahan pH
b. Peristiwa fisika : pemanasan, pendinginan, penyaringan
c. Peristiwa biologi : fermentasi bakteri, jamur, ragi
Inversi fase peristiwa berubahnya tipe emulsi o/w menjadi w/o secara tiba-tiba atau sebaliknya
sifatnya irreversible.
Komponen emulsi
A. Komponen dasar yaitu bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat di dalam emulsi, terdiri atas
:
a. Fase dispersi : zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil di dalam zat cair lainnya.
b. Fase pendispersi : zat cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar ( bahan
pendukung ) emulsi tersebut.
c. Emulgator : bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi.
Contoh emulgator :
Gom Arab : Cara Pembuatan air 1,5 kali bobot GOM
Tragacanth : Cara Pembuatan air 20 kali bobot tragacanth
Agar-agar : Cara Pembuatan 1-2% agar-agar yang digunakan
Condrus : Cara Pembuatan 1-2% condrus yang digunakan
CMC-Na : Cara Pembuatan 1-2% cmc-na yang dihunakan
Emulgator alam
Kuning telur : Cara Pembuatan emulsi dengan kuning telur dalam mortir luas dan digerus
dnegan stemper kuat-kuat, setelah itu dimasukkan minyaknya sedikit demi sedikit, lalu
diencerkan dengan air dan disaring dengan kasa.
Adeps lanae
Emulgator mineral
Magnesium Aluminuin Silikat ( Veegum ) : Cara Pembuatan diapaki 1%
Bentonit : Cara Pembuatan 5% bentonit yang digunakan
Emulgator buatan/sintesis
Tween : Ester dari sorbitan dengan asam lemak disamping mengandung ikatan eter
dengan oksi etilen, berikut macam-macam jenis tween :
a. Tween 20 : Polioksi etilen sorbitan monolaurat, cairan seperti minyak.
b. Tween 40 : Polioksi etilen sorbitan monopalmitat, cairan seperti minyak.
c. Tween 60 : Polioksi etilen sorbitan monostearat, semi padat seperti minyak.
d. Tween 80 : Polioksi etilen sorbitan monooleat, cairan seperti minyak.
Span : Ester dari sorbitan dengan asam lemak. Berikut jenis span :
a. Span 20 : Sorbitan monobiurat, cairan
b. Span 40 : Sorbitan monopulmitat, padat seperti malam
c. Span 60 : Sorbitan monooleat, cair seperti minyak
B. Komponen Tambahan yaitu bahan tambahan yang sering ditambahkan ke dalam emulsi untuk
memperoleh hasil yang lebih baik. Misalnya : pewarna, pengaroma, perasa, dan pengawet
Metode Pembuatan Emulsi
Metode GOM kering 4:2:1
~ GOM dicampur minyak sampai homogen
~ Setelah homogen ditambahkan 2 bagian air, campur sampai homogen
Metode GOM basah
~ GOM dicampur dengan air sebagian
~ Ditambahkan minyak secara perlahan, sisa air ditambahkan lagi
Metode botol
~ GOM dimasukkan ke dalam botol + air, dikocok
~ Sedikit demi sedikit minyak ditambahkan sambil terus dikocok.
(Ansel, Howard. 2005)
Stabilitas Emulsi
Jika didiamkan tidak membentuk agregat
Jika memisah antara minyak dan air jika dikocok akan membentuk emulsi lagi
Jika terbentuka gregat, jika dikocok akan homogen kembali.
Evaluasi Sediaan Emulsi

Organoleptis : Meliputi pewarnaan, bau, rasa dan dari seeiaan emulsi pada penyimpanan
pada suhu endah 5oC dan tinggi 35oC pada penyimpanan masing-masing 12 jam.
Volume Terpindahkan (FI IV. Halaman 1089)
Untuk penetapan volume terpindahkan, pilih tidak kurang dari 30 wadah, dan selanjutnya ikuti
prosedur berikut untuk bentuk sediaan tersebut. Kocok isi dari 10 wadah satu persatu.
Prosedur:
Tuang isi perlahan-lahan dari tiap wadah ke dalam gelas ukur kering terpisah dengan kapasitas
gelas ukur tidak lebih dari dua setengah kali volume yang diukur dan telah dikalibrasi, secara
hati-hati untuk menghindarkan pembentukkan gelembung udaa pada waktu penuangan dan
diamkan selama tidak lebih dari 30 menit.
Jika telah bebas dari gelembung udara, ukur volume dari tiap campuran: volume rata-rata
larutan yang diperoleh dari 10 wadah tidak kurang dari 100 %, dan tidak satupun volume wadah
yang kurang dari 95 % dari volume yang dinyatakan pada etiket. Jika A adalah volume rata-rata
kurang dari 100 % dari yang tertera pada etiket akan tetapi tidak ada satu wadahpun volumenya
kurang dari 95 % dari volume yang tertera pada etiket, atau B tidak lebih dari satu wadah volume
kurang dari 95 %, tetapi tidak kurang dari 90 % dari volume yang tertera pada etiket, lakukan
pengujian terdadap 20 wadah tambahan. Volume rata-rata larutan yang diperoleh dari 30 wadah
tidak kurang dari 100 % dari volume yang tertera pada etiket, dan tidak lebih dari satu dari 30
wadah volume kurang dari 95 %, tetapi tidak kurang dari 90 % seperti yang tertera pada etiket.
Penentuan viskositaas: Dilakukan terhadap emulsi, pengukuran viskositas dilakukan dengna
viskometer brookfield pada 50 putaran permenit (Rpm).
Daya hantar listrik : Emulsi yang sudah dibuat dimasukkan dalam gelas piala kemudian
dihubungkan dengan rangkaian arus listrik. Jika mampu menyala maka emulsi tipe minyak
dalam air. Jika sistem tidak menghantarkan listrik maka emulsi tipe air dalam minyak.
Metode pengenceran : Emulsi yang sudah dibuat dimasukkan dalam gelas piala kemudian
diencerkan dengan air. JIka dapat diencerkan maka emulsi tipe minyak dalam air dan sebaliknya.
Metode percobaan cincin: Jika satu tetes emulsi yang diuji diteteskan pada kertas saring maka
emulsi minyak dalam air dalam waktu singkat membentuk cincin air disekeliling tetesan.
Metode warna : Beberapa tetes larutan bahan pewarna lain ( metilen ) dicampurkan ke
dalam contoh emulsi. Jika selurih emulsi berwarna seragam maka emulsi yang diuji berjenis
minyak dalam air, oleh karena air adalah fase luar. Sampel yang diuji bahan warna larut sudan III
dalam minyak pewarna homogen pada sampel berarti sampel tipe air dalam minyak karena
pewarna pelarut lipoid mampu mewarnai fase luar.

Contoh Resep
Resep standart
Fornas hal 13
R/ Oleum Ricini 30
PGA 10
Sach. Alb 15
Aqua ad 250

Resep rancangan
R/ Oleum Ricini 30
PGA 10
Sach. Alb 15
Pengaroma jeruk 10 gtt
Pewarna kuning qs
Aqua ad 250
S.1.dd.1.c.o.n

Monografi :
a) Oleum Ricini / Minyak Jarak (FI IV. Halaman 631)
Pemerian : cairan kental, transparan, kuning pucat atau hampir tidak berwarna, bau lemah, bebas dari bau
asing dan tengik; rasa khas.
Kelarutan : larut dalam etanol; dapat bercampur dengan etanol mutlak, dengan asam asetat glasial, dengan
kloroform dan dengan air.
Khasiat : laksativum / pencahar.
b) Gom Arab / Acasia (FI IV. Halaman 718)
Pemerian : serbuk, putih atau putih kekuningan; tidak berbau.
Kelarutan : larut hampir semua dalam air, tetapi sangat lambat, meninggalkan sisa bagian tanaman dalam
jumlah sangat sedikit, dan memberikan cairan seperti mucilage, tidak berwarna / kekuningan,
kental, lengket, transparan, bersifat asam lemah terhadap kertas lakmus biru, praktis tidak larut
dalam eter dan etanol. Terdiri dari 40% PGA yang dilarutkan dalam 1,5 bagian air.
c) Sacharum Album (FI III. Halaman 334)
Pemerian : hablur tidak berwarna, serta warna putih, tidak berbau rasa manis.
Kelarutan : larut dalam 0,5 bagian air dan dalam 370 bagian etanol 95% P.

Perhitungan Bahan
a) Oleum Ricini = 30 / 250 x 30 = 3,6 gram
b) PGA = 10 / 250 x 30 = 1,2 gram
Air untuk PGA = 1,2 x 1,5 = 1,8 mL
c) Sach. Alb = 15 / 250 x 30 = 1,8 gram
d) Pengaroma jeruk = 10 / 250 x 30 = 1,2 tetes = 2 tetes

Alat dan bahan


Alat : Bahan :
Mortir dan stamper Ol. Ricini
Timbangan dan anak timbangan PGA
Botol 50 mL Sach Alb
Etiket putih Aquadest
Cara pembuatan
1. Disiapkan alat dan bahan, dikalibrasi botol 30 mL.
2. Dibuat korpus emulsi dengan cara digerus 1,2 g PGA dalam mortir, ditambahkan 2,4 mL
ol.ricini, diaduk sampai terbentuk korpus emulsi dan tidak ada tetes minyak di mortir.
3. Ditambahkan sisa ol.ricini sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai dimortir tidak terlihat tetes
minyak.
4. Ditimbang sach alb 1,8 g diletakkan di cawan, ditambahkan aquades 1 mL air diaduk ad
homogen, dimasukkan ke mortir no.3.
5. Ditambahkan air sedikit demi sedikit ad encer, diaduk ad homogen.
6. Ditambahkan pewarna secukupnya, diaduk ad homogen.
7. Dimasukkan ke dalam botol, ditambahkan sisa aquades ad 30 mL + pengaroma jeruk 2 tetes,
dikocok ad homogen.
8. Botol diberi cup, diberi etiket putih dan tanda kocok dahulu.

Pembahasan :
Pada saat pembuatan emulsi ol.ricini dilakukan langkah langkah sesuai dengan langkah
- langkah yang ada di cara pembuatan di atas. Hasilnya sediaan yang dibuat tercampur secara
homogen dan sesuai dengan yang diinginkan. Warna dan aroma sediaan yang dibuat juga sudah
sesuai. Maka cara pembuatan yang dirancang seperti di atas bisa digunakan untuk membuat
emulsi ol.ricini yang baik.

Resep standart
FMS hal 47
R/ Benzyl Benzoat 14
Emulgide 1,750
Ol. Sesami 1,750
Aq.ad 70
s.u.e

Resep Rancangan
R/ Ol. Olivae 14
Triethanolamine 1,4
Acid Stearic 5,6
Pengaroma Jeruk q.s
Pewarna Kuning q.s
Aqua ad 70
s.u.e

Monografi
a) Ol. Olivae/Ol. Olivarum (FI IV. Halaman 630)
Pemerian : minyak, berwarna kuning pucat atau kuning kehijauan terang; bau dan rasa khas lemah dengan
rasa ikutan agak pedas.
Kelarutan : sukar larut dalam etanol; bercampur dengan eter, dengan kloroform, dan dengan karbon
disulfida
Bobot jenis : 0,910 0,915
b) Triethanolamin (FI IV. Halaman 1203)
Pemerian : cairan tidak berwarna; berbau kuat amoniak.
Kelarutan : sukar larut dalam air; dapat bercampur dengan etanol, dengan eter, dan dengan air dingin.
c) Acidum stearicum/Asam stearate (FI III. Halaman 576)
Pemerian : zat padat keras mengkilat menunjukkan susunan hablur; putih atau kuning pucat; mirip lemak
lilin.
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air; larut dalam 20 bagian etanol (95%), dalam 2 bagian kloroform P,
dalam 3 bagian eter P.
d) Ol. Sesami (FI III. Halaman 459)
Pemerian : cairan kuning pucat, bau lemah, rasa tawar.
Kelarutan : sukar larut dalam etanol (95%) P.
Khasiat : emolien.
Bobot jenis : 0,916 0,921.

Kesulitan : sulit mengukur ol.sesami dan ol.olivarum dalam gram.


Usulan : karena bobot jenisnya mendekati 1 maka diukur dalam mL supaya lebih mudah dalam
mengukur.

Perhitungan bahan

a) Ol. Olivae = 14 / 70 x 30 = 6 ml
b) Triethanolamine = 1,4 / 70 x 30 = 0,6 ml

c) Acid stearic = 5,6 / 70 x 30 = 2,4 gram

d) Ol. Sesami = 1,750 / 70 x 30 = 0,75 ml

e) Aqua = 30 (6+0,6+2,4+0,75)

= 30 9,75

=20,25 mL

Alat dan bahan


Alat : Bahan :
Mortir dan stamper Ol. Olivae
Timbangan dan anak timbangan Triethanolamine
Botol 50 mL Acid Stearic
Cawan penguap Pengaroma Jeruk
Pewarna Kuning
Aquades

Cara pembuatan
1. Disiapkan alat dan bahan, dikalibrasi botol 30 ml.
2. Disiapkan mortir panas, disisihkan.
3. Ditimbang acid stearic 2,4 g, diukur ol. Sesami 0,75 mL dimasukkan ke cawan penguap, dilebur
di water bath ad leleh.
4. Setelah leleh dimasukkan ke mortir panas, diaduk.
5. Diukur triethanolamine 0,6 mL ditambahkan sedikit aquades, dimasukkan ke dalam mortir panas
no.4, diaduk kuat ad homogen.
6. Ditambahkan ol. Olivae 6 mL dalam campuran no.5 sedikit demi sedikit dimortir panas, diaduk
ad homogen dan dingin.
7. Ditambahkan aquades untuk mengencerkan, diaduk ad homogen.
8. Ditambahkan pewarna secukupnya, diaduk ad homogen.
9. Dimasukkan ke dalam botol, ditambahkan aquades ad 30 mL + pengaroma jeruk secukupnya,
ditutup, dikocok kuat.
10. Botol di beri cup, diberi etiket biru + tanda kocok dahulu.
Pembahasan :
Pada saat pembuatan emulsi ol.olivarum dilakukan langkah langkah sesuai dengan
langkah - langkah yang ada di cara pembuatan di atas. Hasilnya sediaan yang dibuat tercampur
secara homogen. Warna dan aroma sediaan yang dibuat juga sudah sesuai. Tetapi sediaan yang
dibuat terlalu kental hampir menyerupai krim. Hal ini terjadi karena jumlah triethanolamine dan
acid stearic terlalu banyak. Jumlah triethanolamine dan acid stearic yang digunakan adalah 1,4
dan 5,6 dalam 30 mL sedangkan menurut sumber jumlah triethanolamine dan acid stearic yang
digunakan adalah 1 dan 4 dalam 150 mL. Maka cara pembuatan yang dirancang seperti di atas
bisa digunakan untuk membuat emulsi ol.olivarum yang baik. Hanya saja jumlah perbandingan
triethanolamine dan acid stearic yang digunakan perlu dirubah (disesuaikan) supaya tidak terlalu
kental.

SEMOGA BERMANFAAT,,,,,
I PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Praktikum
Mahasiswa dapat memahami proses pembuatan sediaan emulsi

Mahasiswa dapat menentukan nilai HLB butuh yang digunakan dalam pembuatan sediaan
emulsi

Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh nilai HLB terhadap stabilitas emulsi

Mahasiswa mampu memahami evaluasi sediaan emulsi

1.2 Prinsip Praktikum

Penentuan nilai HLB butuh minyak yang digunakan dalam pembuatan emulssi sesuai dengan
konsentrasi surfaktan sesuai formulasi.

Pembuatan sediaan emulsi dengan terlebih dahulu mencampurkan fase air dengan tween 80 dan
fase minyak dengan span 80, kemudian kedua fase tersebut dicampurkan pada suhu 70 oC hingga
terbentuk suatu emulsi.

Evaluasi stabilitas sediaan emulsi dengan mengamati apakah terjadinya pemisahan antara fase
minyak dan fase air dalam suatu system emulsi.
II TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Definisi Emulsi

Emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang
lain, dalam bentuk tetesan kecil. Jika minyak yang merupakan fase terdispersi dan larutan air
merupakan fase pembawa, sistem ini disebut emulsi air dalam minyak. Sebaliknya, jika air atau
larutan air yang merupakan fase terdispersi dan minyak atau bahan seperti minyak merupakan
fase pembawa, sistem ini disebut sistem emulsi air dalam minyak.
Emulsi dapat distabilkan dengan penambahan bahan pengemulsi yang mencegah
koalesensi, yaitu penyatuan tetesan kecil menjadi tetesan besar dan akhirnya menjadi satu fase
tunggal yang memisah. Bahan pengemulsi (Surfaktan) menstabilkan dengan cara menempati
antar permukaan antara tetesan dan fase eksternal, dan dengan membuat batas fisik disekeliling
partikel yang akan berkoalesensi. Surfaktan juga mengurangi tegangan antar permukaan antar
fase, sehingga meningkatkan proses emulsifikasi selama pencampuran.
Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat, terdispersi
dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok. Emulsi
merupakan sediaan yang mengandung dua zat yang tidak tercampur, biasanya air dan minyak, di
mana cairan yang satu terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam cairan yang lain.
Dispersi ini tidak stabil, butir-butir ini bergabung (koalesen) dan membentuk dua lapisan
air dan minyak yang terpisah. Zat pengemulsi (emulgator) merupakan komponen yang paling
agar memperoleh emulsa yang stabil. Sebagai emulgator agar-agar dilarutkan dulu dalam air
panas dan dibiarkan sehari semalam lalu didihkan lagi. Dalam air dingin agar-agar tidak larut
tetapi mengembang dan larutannya 0,5% agar-agar masih berupa selai.
Digunakan larutan agar-agar sebagai emulgator, adalah karena viskositas larutannya yang
tinggi, maka itu penggunaannya sebagai emulgator adalah merupakan campuran dengan
emulgator lain seperti, PGA, Span dan Tween, Tragacantha. Setelah dibuat larutan lalu dibuat
emulsi dengan minyaknya dengan diaduk kuat-kuat dengan mixer (alat pencampur). Semua
emulgator bekerja dengan membentuk film (lapisan) di sekeliling butir-butir tetesan yang
terdispersi dan film ini berfungsi agar mencegah terjadinya koalesen dan terpisahnya cairan
dispers sebagai fase terpisah. Terbentuk dua macam tipe emulsi yaitu wemulsi tipe M/A di mana
tetes minyak terdispersi dalam fase air dan tipe A/M di mana fase intern adalah air dan fase
extern adalah minyak. Zat pengemulsi adalah P.G.A., Tragacantha, Gelatin, Sapo, Senyawa
Ammonium kwartener, Cholesterol, Surfactan seperti Tween, Spaan dan lain-lainnya. Untuk
menjaga stabilnya emulsi perlu diberi pengawet yang cocok.
Emulsa dapat dibedakan dalam:
1. Emulsa Vera (Emulsi alam) dan
2. Emulsa Spuria (Emulsi buatan)
Pembuatan emulsi minyak lemak biasanya dibuat dengan emulgator gom arab, dengan
perbandingan untuk 10 bagian minyak lemak dibuat 100 bagian emulsi. Gom arab yang
digunakan adalah separo jumlah minyak lemak. Sedangkan air yang digunakan adalah 1,5 x
berat PGA.

2.2 Definisi Sulfaktan


Surfaktan merupakan molekul yang memiliki gugus polar yang suka air (hidrofilik) dan
gugus non polar yang suka minyak (lipofilik) sekaligus, sehingga dapat mempersatukan
campuran yang terdiri dari minyak dan air. Surfaktan adalah bahan aktif permukaan, yang
bekerja menurunkan tegangan permukaan cairan, sifat aktif ini diperoleh dari sifat ganda
molekulnya. Bagian polar molekulnya dapat bermuatan positif, negatif ataupun netral, bagian
polar mempunyai gugus hidroksil semetara bagian non polar biasanya merupakan rantai alkil
yang panjang. Surfaktan pada umumnya disintesis dari turunan minyak bumi dan limbahnya
dapat mencemarkan lingkungan, karena sifatnya yang sukar terdegradasi, selain itu minyak bumi
merupakan sumber bahan baku yang tidak dapat diperbarui.

2.3 Tipe Emulsi


Salah satu fase cair dalam suatu emulsi terutama bersifat polar (sebagai contoh air),
sedangkan lainnya relatif non polar (sebagai contoh minyak).

1. Bila fase minyak didispersikan sebagai bola-bola ke seluruh fase kontinu air, sistem
tersebut dikenal sebagai suatu emulsi minyak dalam air (o/w).
2. Bila fase minyak bertindak sebagai fase kontinu, emulsi tersebut dikenal sebagai produk
air dalam minyak (w/o).

Emulsi yang dipakai untuk obat luar bertipe o/w atau w/o, ntuk tipe o/w menggunakan
zat penegemulsi disamping beberapa yang dikemukakan tadi yakni natrium lauril sulfat,
trietanolamin stearat.
Untuk memperoleh emulsi yang stabil perlu diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut :

1. Penggunaan zat-zat yang mempertinggi viskositas

2. Perbandingan opimum dari minyak dan air. Emulsi dengan minyak 2/3-3/4 bagian
meskipun disimpan lama tidak akan terpisah dalam lapisan-lapisan

3. Penggunaan alat khusus untuk membuat emulsa homogen.

Dikenal beberapa fenomena ketidakstabilan emulsi yaitu :


1. flokulasi dan creaming
Ini terjadi karena penggabungan partikel yang disebabkan oleh adanya energi bebas
permukaan saja. Flokulasi adalah terjadinya kelomok-kelompok globul yang letaknya tidak
beraturan di dalam suatu emulsi. Creaming adalah terjadinya lapisan-lapisan dengan konsentrasi
yang berbeda-beda di dalam suatu emulsi. Lapisan dengan konsentrasi yang paling pekat akan
berada di sebelah atas atau disebelah bawah tergantung dari bobot jenis fasa yang terdispersi.
2. Koalesen dan Demulsifikasi
Fenomena ini terjadi bukan karena semata-mata karena energi bebas permukaan saja,
tetapi juga karena tidak semua globul terlapis oleh film antar permukaan. Koalesen adalah
terjadinya penggabungan globul-globul menjadi lebih besar, sedangkan demulsifikasi adalah
merupakan proses lebih lanjut dari koalesen dimana kedua fasa terpisah menjadi dua cairan yang
tidak bercampur. Kedua fenomena ini tidak dapat diperbaiki dengan pengocokan.
Dalam pembuatan suatu emulsi, pemilihan emulgator merupakan faktor yang penting
untuk diperhatikan karena mutu dan kestabilan suatu emulsi banyak dipengaruhi oleh emulgator
yang digunakan. Salah satu emulgator yang aktif permukaan adalah surfaktan. Mekanisme kerja
emulgator ini adalah menurunkan tegangan antar permukaan air dan minyak serta membentuk
lapisan film pada permukaan globul-globul fasa terdispersinya.
Secara kimia molekul surfaktan terdiri atas gugus polar dan nonpolar. Apabila surfaktan
dimasukkan ke dalam suatu sistem yang terdiri dari air dan minyak, maka gugus polar akan
terarah ke fasa air sedangkan gugus non polar terarah ke gugus ke fasa minyak. Surfaktan yang
memiliki gugus polar lebih kuat akan cenderung membentuk emulsi minyak dalam air,
sedangkan bila gugus nonpolar yang lebih kuat maka akan membentuk emulsi air dalam minyak.
Oleh karena itu diperlukan pengetahuan tentang kekuatan gugus polar-nonpolar dari surfaktan.
Metode yang dapat digunakan untuk menilai efisiensi emulgator yang ditambahkan
adalah metode HLB (Hydrophilic-Lipophilic Balance).
2.4 Nilai HLB
HLB adalah angka yang menunjukkan perbandingan antara senyawa hidrofilik (suka air)
dengan senyawa oleofilik (suka minyak). Semakin besar harga HLB berarti semakin banyak
kelompok senyawa yang suka air. artinya, emulgator tersebut lebih mudah larut dalam air dan
demikian sebaliknya. kegunaan suatu emulgator ditinjau dari harga HLB-nya.
HARGA HLB K E G U N A A N
1 3 Anti foaming agent
4 6 Emulgator tipe w/o
7 9 Bahan pembasah ( wetting agent)
8 18 Emulgator tipe o/w
13 15 Detergent
10 18 Kelarutan (solubilizing agent)

Rumus I
A % b = ((x HLB b)/ HLB a HLB b) x 100 %
B % a = ( 100% A%)
Keterangan :
x = Harga HLB yang diminta ( HLB Butuh)
A = Harga HLB tinggi
B = Harga HLB rendah
Rumus II
(B1 x HLB1) + (B2 x HLB2) = (B campuran x HLB campuran)

2.2 URAIAN BAHAN

1. Oleum Ricini (Sumber FI III, hlm. 459)


Nama Lain : Minyak Jarak
Minyak jarak adalah minyak lemak yang diperoleh dengan perasan dingin biji Ricinus
communis L. yang telah dikupas.
Pemerian : Cairan kental, jernih, kuning pucat atau hamper tidak
berwarna, bau lemah ; rasa manis kemudian agak pedas, umumnya memualkan.
Kelarutan : larut dalam 2,5 bagian etanol (90 %) P , mudah larut
dalam etanol mutlak dan dalam asetat glacial P.
Bobot per mL : 0,953 gram 0,964 gram.
Khasiat : laksativum.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terisi penuh.

2. Air suling (Sumber FI III hlm 96)


Nama Resmi : Aqua destillata
Nama Lain : aquades, air suling
RM\BM : H2O\18,02
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Penggunaan : Sebagai fasa cair
3. Span 80 (Handbook Pharmacy, 121)
Nama Resm : Sorbotin Monooleat
Nama lain : Span 80
Pemerian : Larutan berminyak, tidak berwarna, bau karakteristik dari asam lemak
Kelarutan : Praktis tidak larut, tetapi terdispersi dalam air, dapat bercampur dengan
alkohol, seidikit larut dalam minyak kapas.
Peyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai emulgator tipe minyak
HLB butuh : 4,3
4. Tween 80 (Handbook Pharmacy, 347)
Nama Resmi : Polyoxyethyllene sorbitan monooleate
Nama lain : Tween 20
Pemerian : Cairan kental seperti minyak, jernih kuning, bau karakteristik dari asam
lemak
Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam etanol 95 % P, dalam etanol P, sukar larut
dalam parafin cair P dan dalam minyak biji kapas P.
Peyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai emulgator tipe air
HLB butuh :15,0
III METODE PRAKTIKUM
2.1 Alat dan Bahan

ALAT BAHAN
Timbangan
Mortir dan Stamper
Oleum Richini
Batang pengaduk
Tween 80
Gelas ukur
Span 80
Pipet tetes
Aquadest
Kaca Arloji
Cawan porselin

R/
Oleum Richini 10 gram
Tween 80 2,5 gram
Span 80
Aquadest ad 50 gram

2.2 Formulasi

2.3 Perhitungan HLB butuh


HLB butuh yang digunakan yaitu 12

Konsentrasi Surfaktan 2,5 gram

HLB Tween 80 15,0 HLB Span 80 4,3


Twee 80 = x 100

= x 100 %

= x 100 % = 71,96%

Penimbangan Tween 80 = x 2,5 gram = 1,799 gram ~ 1,8 gram

Span 80 = 100 % - 71,96% = 28,04%

Penimbangan Span 80 = 0,701 gram

2.4 Penimbangan Bahan

Penimbangan Bahan untuk Pembuatan Sediaan Emulsi sebanyak 2 Botol

1. Oleum Richini 10 gram x2 = 20 gram

2. Tween 80 1,8 gram x2 = 3,6 gram

3. Span 80 0,701 gram x 2 = 1,402 gram

4. Aquadest ad 100 mL

2.5 Prosedur Pembuatan


Siapkan semua alat dan bahan yang akan digunakan
Tara botol coklat 50 gram
Panaskan aquadest
Timbang Oleum Richini, Span 80, Tween 80.
Masukan Span 80 dalam fase minyak (Oleum Richini). Panaskan hingga suhu 70oC.(Campuran
1)
Masukan Tween 80 dalam fase air. Panaskan hingga suhu 70oC. (Campuran 2)
Panaskan mortir dengan air panas.
Masukan campuran 2 dan campuran 1 dalam mortir. Aduk ad hingga dingin.
Tambahkan aquadest ad 100mL.
Timbang emulsi dalam botol 50 gram
Lakulan evaluasi terhadap sediaan emulsi.

2.6 Evaluasi Sediaan

1. Uji Pemerian

Keadaan yang di amati yaitu :


- Warna,
- Rasa,
- Bau,
- Kelarutan.
Pemberian dikatakan baik jika warna sirup tidak berubah dan bau tidak hilang.

2. Pemeriksaan BJ

Ditimbang piknometer kosong ( W pikno )


Piknometer kosong diisi air suling hingga penuh, kemudian ditimbang ( W pikno+ air)
Dihitung selisih antara W pikno + air dan W pikno didapat W air
Selanjutnya W air dibagi oleh massa jenis air sehingga didapat volume air ( V air )
Larutan sirup dari masing-masing formula dimasukkan ke dalam piknometer kosong, kemudian
ditimbang ( Wpikno + emulsi )
Dihitung selisih antara W pikno + emulsi dan W pikno didapat W emulsi
Selanjutnya W emulsi dibagi oleh W air, sehingga diperoleh massa jenis emulsi
Massa jenis emulsi selanjutnya dibagi oleh massa jenis air, sehingga diperoleh berat badan
emulsi
Prosedur diatas juga dilakukan untuk masing-masing formula emulsi.
3. Pemeriksaan pH
Emulsi yang telah jadi masing-masing dituangkan dalam gelas piala 20 mL

Lakukan pengukuran pH menggunakan pH meter dengan mencelupkannya dalam emulsi.

4. Volume Terpindahkan

Masukan emulsi yang telah dibuat dalam botol coklat 50 gram yang telah di tara.

Tuang emulsi dari dalam botol ke dalam gelas ukur 100 mL

Amati volume terpindahkan dari sediaan emulsi yang telah dibuat

5. Pemeriksaan Viskositas
Mengukur viskositas emulsi menggunakan Viskometer Brookfield :
Masukan emulsi kedalam beaker glass

Pasang alat brookfield dan masukan spindel dalam emulsi

Pilih pengatur kecepatan; amati jarum penunjuk pada saat konstan

Catat angka yang ditunjuk jarum; hitung viskositasnya.

IV HASIL PENGAMATAN

4.1 . Uji Pemerian

Bentuk : Emulsi tipe M/A (minyak dalam air)

Warna sirup : Putih susu

Bau sirup : Minyak Jarak

Rasa : Hambar

4.2 Pemeriksaan pH

Derajat keasaman sediaan emulsi yang dibuat adalah pH 7,3 (sediaan bersifat Basa Lemah).
4.3 Pemeriksaan BJ

Perhitungan BJ
W pikno = 17,30029 g
Wp + air = 45,1883 g/ml
W air = 45,1883 g 17,30029 g = 27,8880 g/ml
Wp + emulsi = 45,1570 g/ml
W emulsi = 45,1570 g/ml 17,30029 g = 27,8567g/ml
Massa jenis emulsi = = = 0,9988 g/ml

BJ = = 0,9988

4.5 Volume Terpindahkan


Volume terpindahkan dari pembuatan sediaan emulsi adalah 104 mL.

4.6 Uji Viskositas

Kecepatan : 30 rpm Koefisien : 10


Spindel :2 Skala :6
Viskositas = Skala x koefisien
= 2 x 10
= 60 cP

4.7 Pengamatan Kestabilan Emulsi

HLB Volume Awal Volume Akhir (Vu)


F
Butuh (Vo) Fase Minyak Fase Air
12 104 mL 31 mL 73 mL 0,4246

F (Volume Sedimentasi) =
F= = 0,4246

Keterangan :

Setelah emulsi disimpan selama 24 jam, terbentuk lapisan lapisan dengan konsentrasi yang
berbeda beda dalam suatu emulsi (Creaming). Lapisan dengan konsentrasi yang lebih pekat
akan berada dibagian atas atau bawah tergantung dari bobot jenisnya. Dalam sistem emulsi m/a
(minyak dalam air) ini terjadi pemisahan antara fase minyak dan fase air dimana fase minyak
berada dibagian atas dan fase air berada dibawah. Hal itu dikarenakan bobot jenis oleum ricini
lebih rendah dari pada air. Tetapi setelah dilakukan pengocokan kembali emulsi kembali
terdispersi kebentuk semula.
V. PEMBAHASAN
Dalam pembuatan suatu emulsi digunakan suatu emulgator atau surfaktan yang bertujuan
untuk menurunkan tegangan antar muka air dan minyak serta membentuk lapisan film pada
permukaan fase terdispersi. Pada percobaan ini digunakan dua surfaktan yang dikombinasikan
dengan tujuan untuk memperoleh HLB surfaktan yang persis sama dengan HLB minyak yang
dibutuhkan.
Dalam percobaan ini digunakan kombinasi emulgator tipe air (Tween 80) dan emulgator
tipe minyak (span 80). Pada percobaan ini sebagai fase minyak digunakan Oleum Ricini yang
dicampur dengan span 80, sedangkan sebagai fase air adalah aquadest yang dicampur dengan
tween 80.Emulsi oleum ricnini digunakan sebagai laksativum.
Dalam pembuatan emulsi oleum ricini, terlebih dahulu dihitung berapakah nilai HLB
butuh yang akan digunakan dalam pembuatan emulsi. HLB butuh setara dengan HLB campuran
surfaktan yang digunakan untuk mengemulsikan minyak sehingga membentuk emulsi yang
stabil. Dimana nilai HLB (Hydrophylic-Lipophylic Balance) sendiri merupakan angka yang
menunjukan ukuran keseimbangan dan regangan gugus hidrofilk dan lipofilk yaitu tween 80 dan
span 80 sebagai surfaktan yang menjadi emulgator dalam pembuatan emulsi oleum ricini.
Surfaktan adalah suatu zat yang mempunyai gugus hidrofilk dan lipofilk segaligus dalam
molekulnya, oleh karena itu surfaktan digunakan sebagai emulgator yang berfungsi untuk
membuat partikel minyak menjadi terdispersi dalam air.
Nilai HLB butuh yang digunakan adalah 12. Dari hasil perhitungan nilai HLB buth maka
diketahui penimbangan tween 80 dan span 80 untuk setiap 50 gram emulsi yaitu 1,8 gram dan
0,701 gram.
Pembuatan sediaan emulsi dilakukan dengan mencapurkan fase minyak dengan Span 80
dan fase air dengan tween 80. Tween 80 bersifat polar sehingga dapat bercampur dengan air
sedangkan span 80 bersifat nonpolar sehinggan dapat bercampur dengan minyak. Masing-masing
campuran tersebut kemudian dipanaskan hingga suhu 70 oC. Pembuatan emulsi dilakukan pada
suhu yang sama yaitu 70oC untuk mencegah pemisahan kembali antara fase minyak dan fase air
yang telah dicampurkan. Setelah sediaan emulsi terbentuk, kemudian dimasuka ke dalam botol
yang telah ditara 50 gram. Selanjutnya dilakukan beberapa evaluasi terhadap sediaan emulsi
yang telah dibuat.
Emulsi oleum ricini terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan organoleptis untuk
mengetahui kestabilan fisik dari sediaan, namun terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan volume
terpindahkan dari sediaan emulsi yang telah ditara dalam botol. Volume terpindahkannya yaitu
104 mL. Sediaan emulsi mengalami kelebihan volume sebanyak 0,4 mL.
Sediaan emulsi yang dibuat berbentuk emulsi tipe minyak dalam air, berwarna putih susu,
bau minyak jarak serta rasa yang hambar dan lama kelamaan menimbulkan rasa mual. Rasa mual
tersebut disebabkan oleh sifat pemerian dari oleum ricini itu sendiri. Selanjutnya dilakukan
pemeriksaan pH yang menghasilkan pH emulsi yaitu 7,3. Kemudian dilakukan evaluasi
viskositas dari emulsi menggunakan viskometer Brookfield. Hasij uji viskositas dapat diketahui
viskositas sediaan emulsi sebesar 60 cP. Viskositas ini mempengaruhi kestabilan dari emulsi
selama penyimpanan, dimana emulsi yang mempunyai viskositas yang lebih besar tidak mudah
mengalami pemisahan antara fase minyak dan fase air selama penyimpanan. Bobot jenis emulsi
sebesar 0,9988 gram/mL. Bobot jenis emulsi lebih rendah dibandingan dengan bobot jenis air,
hal itu dikarenakan dalam emulsi mengandung fase minyak yaitu oleum ricini, dimana oleum
ricini memiliki bobot jenis yang lebih rendah dibandingkan air yaitu 0,953 gr/ml 0,964 gr/ml.
Nilai bobot jenis yang dihasilkan dari sediaan emulsi yang kami dapat tidak sesuai dengan
literatur, hal itu disebabkan karena adanya kelebihan dalam penambahan aquadest sehingga
bobot jenis menjadi lebih besar dari literatur.
Setelah pembuatan, emulsi kemudian didiamkan selama 24 jam untuk mengamati
kestabilan dari sediaan emulsi yang telah dibuat. Setelah didiamkan selama 24 jam emulsi
terlihat tidak stabil karena terjadi pemisahan antara fase minyak dan fase air. Volume fase
minyak yang terbentuk adalah 31 mL dan volume fase air yang terbentuk adalah 73 mL dengan
nilai F sebesar 0,4246. Fase minyak berada dibagian atas dan fase minyak berada dibagian
bawah, itu disebabkan oleh bobot jenis oleum ricini lebih rendah dibandingkan dengan air.
VI. KESIMPULAN

Emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang
lain, dalam bentuk tetesan kecil. Dalam percobaan ini digunakan kombinasi emulgator tipe air
(Tween 80) dan emulgator tipe minyak (span 80). Pada percobaan ini sebagai fase minyak
digunakan Oleum Ricini yang dicampur dengan span 80, sedangkan sebagai fase air adalah
aquadest yang dicampur dengan tween 80. Emulsi oleum ricnini digunakan sebagai laksativum.
Berdasarkan hasil evaluasi terhadap sediaan emulsi, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1) Uji Organoleptik : sediaan berbentuk emulsi tipe minyak dalam air (m/a), berwarna putih susu,
bau minyak jarak dan rasa hambar diikuti mual.

2) Uji Pemeriksaan pH ; pH sediaan emulsi adalah 7,3


3) Uji Pemeriksaan Bobot Jenis : Bobot jenis sediaan emulsi adalah 0,9988. BJ sediaan tidak
memenuhi persyaratan.
4) Uji Viksositas diperoleh sediaan emulsi dengan viskositas sebasar 60 cP.
5) Volume terpindahkan emulsi adalah 104 ml dan setelah didiamkan selama 24 jam terbentuk
creaming yaitu lapoisan yang memisahkan fase minyak dan fase air dengan nilai volume
sedimentasi (F) sebesar 0,4246.

Anda mungkin juga menyukai