Anda di halaman 1dari 5

SEJARAH TARI JANGER

Bahwa di Banjar Kedaton telah ada Janger sejak tahun 1906 dan terus dipelihara dari
waktu ke waktu tentu merupakan prestasi tersendiri. Lestarinya kesenian di sebuah desa di Bali
umumnya dikaitkan dengan hal-hal mistis. Janger Kedaton pun demikian. Masyarakat boleh
beralih profesi, tetapi kesenian tetap dipertahankan karena dipayungi oleh hal-hal mistis dan
sakral. Perjalanan Janger ini menjadi sisi menarik yang layak didokumentasikan.
Seni tari Janger mengalami banyak perubahan dari waktu ke waktu. Ini disebabkan pola dasar
tari Janger adalah adanya dua kelompok yang bertembang saling bersautan. Di daerah-daerah
lain Nusantara, jenis kesenian yang bertembang bersautan juga ada, baik berupa kidung
tradisional maupun berpantun. Dan, kesenian seperti itu mengalami perubahan yang sama
dengan Janger, yakni masuknya unsur-unsur aktual tentang situasi dan kondisi masyarakat pada
zamannya.
Janger yang tradisional, meski belum ada penelitian tentang itu, bercerita tentang
kelompok muda-mudi yang lagi dimabuk asmara, yang sangat populer di Bali yang dilakukan
oleh sekitar 10 pasang muda-mudi. Selama tarian berlangsung kelompok penari wanita (Janger)
dan kelompok penari pria (Kecak) menari dan bernyanyi bersahut-sahutan tentang kisah-kisah
asmara, dari cara berkenalan, menanyakan identitas, dan menjurus ke rayuan. Semuanya
dilakukan dengan riang gembira. Mungkin keriangan itu ciri khas Janger yang tidak mengalami
perubahan.. Pada umumnya lagu-lagunya bersifat gembira sesuai dengan alam kehidupan
mereka. Gamelan yang biasa dipakai mengiringi tari Janger disebut Batel (Tetamburan) yang
dilengkapi dengan sepasang gender wayang. Munculnya Janger di Bali diduga sekitar abad ke
XX, merupakan perkembangan dari tari sanghyang. Jika kecak merupakan perkembangan dari
paduan suara pria, sedangkan jangernya merupakan perkembangan dari paduan suara wanita.
Lakon yang dibawakan dalam Janger antara lain: Arjuna Wiwaha, Sunda Upasunda dan lain
sebagainya. Tari Janger dapat dijumpai hampir di seluruh daerah Bali, masing-masing daerah
mempunyai variasi tersendiri sesuai dengan selera masyarakat setempat.
* Di daerah Tabanan tari Janger biasa dilengkapi dengan penampilan peran Dag (seorang
berpakaian seperti jenderal tentara Belanda dengan gerak-gerak improvisasi yang kadang-kadang
memberi komando kepada penari Janger maupun Kecak).
* Di desa Metra (Bangli) terdapat tari Janger yang pada akhir pertunjukannya para penarinya
selalu kerauhan
* Di desa Sibang (Badung) terdapat tari Janger yang diiringi dengan Gamelan Gong Kebyar yang
oleh masyarakat setempat menamakannya Janger Gong.
Pada dasawarsa 1960-an, terutama menjelang tahun 1965, Janger di Bali diracuni
masalah politik yang mencerminkan adanya pertentangan di tengah-tengah masyarakat. Ada
Janger PKI dan ada Janger PNI dan mereka saling sindir. Pakaian penari pun, terutama kelompok
pria, mengalami perubahan sesuai dengan situasi saat itu. Janger kelompok pria memakai celana
dan sering di tangannya ada pedang. Jadi, gerak tarinya adalah kombinasi dari gerakan silat.
Mereka berteriak dengan cara koor: Marhaen menang, Pancasila jaya, itu bagi Janger PNI.
Sedangkan janger PKI bernyanyi koor: Sama rata, sama rasa, sosialisme ala Indonesia. Banyak
lagi jargon-jargon khas zaman itu, yang saat ini menjadi sesuatu yang menggelikan untuk
dikenang.
Janger politik itu tidak lagi bercerita tentang kisah asmara, tetapi kisah keluarga,
melalui tembang-tembangnya. Misalnya, Janger kelompok pria bertembang tentang
kepergiannya memperjuangkan nasib rakyat, kalau dia meninggal, jangan cari suami yang
berlainan partai. Kelompok Janger wanita menjawab dengan tegas, bahwa ia akan melanjutkan
perjuangan.
Tetapi tidak semua sekaa Janger terlibat dalam politik praktis. Ada yang netral, namun
cara berpakaian dan isi tembang mengikuti perkembangan saat itu. Misalnya, Janger kelompok
pria bernyanyi tentang kepergiannya menjadi sukarelawan. Koor yang dikumandangkan selalu
diakhiri dengan jargon: Ganyang Malaysia. Janger kelompok wanita bertembang tentang cinta
kasih sambil menyiapkan bekal untuk mengganyang Malaysia.
Setelah meletusnya G-30-S/PKI, lama kesenian Janger menghilang. Masyarakat Bali
trauma dengan Janger, seolah-olah kesenian itu adalah simbol dari sisi gelap Bali, betapa
mudahnya orang Bali diadu-domba dan saling membunuh sesamanya. Janger baru muncul
kembali di masa Orde Baru. Dan lagi-lagi Janger menjadi corong politik, kali ini politik
pembangunan. Maka ada Janger tentang Keluarga Berencana. Meski kisah-kisah asmara masih
ada, tetapi itu hanya sebagai pembuka sebelum masuk ke kisah intinya yaitu propaganda
pemerintah tentang keberhasilannya. Orang tentu masih ingat, Gubernur Bali Ida Bagus Oka
hampir setiap HUT Pemda Bali mengajak stafnya menari Janger.
Sekaa Janger yang kini masih aktif antara lain Janger Kedaton (Denpasar) dan Janger Singapadu
(Gianyar).
Sejarah Janger semestinya diteliti lebih jauh. Kalaupun tak bisa menyeluruh, dimulai dari
sejarah Janger lokal. Bagaimana perjalanan Janger Kedaton yang berusia 100 tahun itu,
bagaimana perjalanan Janger Peliatan yang termasyur itu. Lagu bagaimana dengan kisah-kisah
janger politik yang banyak muncul di Jembrana dan Tabanan di masa lalu. Apa kita harus
menunggu penulis asing, seperti halnya tentang Gambuh, untuk membukukan riwayat Janger?
*Dari berbagai sumber
https://kevinabali.wordpress.com/2009/07/03/sejarah-janger/

SEJARAH TARI JANGER


Tari Janger adalah salah satu tari Bali yang terpopuler. Diciptakan pada tahun 1930-an,
Janger adalah tari pergaulan muda mudi Bali. Tari ini dibawakan oleh 10 penari yang
berpasangan, yaitu kelompok putri (janger) dan putra (kecak). Mereka menari sambil
menyanyikan Lagu Janger secara bersahut-sahutan.
Gerakan Janger sederhana namun ceria dan bersemangat. Musik yang menjadi latar
belakang tari adalah Gamelan Batel atau Tetamburan dan gender wayang.

Sejarah dan perkembangan


Merupakan jenis tari kreasi yang lebih baru, Janger diadaptasikan dari aktivitas para
petani yang menghibur diri karena lelah bekerja. Lirik lagunya diadaptasikan dari nyanyian
Sanghyang, sebuah tarian ritual. Jika dikategorikan dalam Tari Bali, Janger termasuk Tari Balih-
balihan, tarian yang memeriahkan upacara maupun untuk hiburan.
Karena populernya, pada tahun 1960-an, Janger mulai dipentaskan dalam kegiatan
berbagai partai politik, tak terkecuali PKI. Kelompok-kelompok tari Janger mendukung
kampanye pemutusan hubungan RI dengan Malaysia pada tahun 1963. Presiden Soekarno
memberi banyak perhatian kepada tari ini, salah satunya dengan membawa penari-penari Janger
pentas di Istana Tampaksiring. Setelah peristiwa G30S/PKI terjadi, banyak seniman janger yang
dianggap berpihak kepada PKI dibunuh dan dikucilkan.Masa ini merupakan periode kejatuhan
Tari Janger. Baru pada tahun 1970-an, popularitasnya kembali naik.
Pada perkembangannya, kini Janger juga dapat dibawakan oleh orang dewasa.Terdapat
kelompok-kelompok tari yang anggotanya wanita dewasa yang berperan sebagai janger maupun
kecak.Janger juga dibawakan dalam bentuk drama tari yang disebut Janger Berkisah.Kisah-kisah
yang dimainkan antara lain Arjuna Wiwaha, Sunda Upasunda dan sebagainya.
Selama puluhan tahun, Janger telah diajarkan kepada para pemuda pemudi di Bali.Lama
kelamaan, tari ini menjadi ajang kenalan pemuda antar desa satu dengan desa lain. Karena
berkembang di masing-masing komunitas, muncul varian yang dibumbui dengan gaya tersendiri.

Pemerintah daerah Bali ikut mempopulerkan Janger sebagai tari pembuka pada macam-macam
kegiatan dan acara, misalnya program Keluarga Berencana, pemilihan umum, kesehatan untuk
lansia, sampai kampanye anti narkoba.
Selain dari gerak tarian, lagu Janger kemungkinan lebih populer di luar Bali. Lagu Janger
banyak dikenal karena sering dinyanyikan oleh tim Indonesia dalam kejuaraan paduan suara
internasional.

Varian
Janger dari Tabanan. Pada Janger dari daerah ini, muncul Dag, tokoh berpakaian tentara
Belanda yang tugasnya memberi aba-aba kepada para penari.
Janger dari Desa Metra, Bangli, dipentaskan dengan ritual kesurupan pada akhir
pertunjukkannya.Janger jenis ini dinamakan Janger Maborbor, para penarinya yang kesurupan
menari sambil menginjak bara api.
Janger dari Desa Sibang, Badung, dinamakan juga Janger Gong karena diiringi dengan
Gamelan Gong Kebyar.
Janger dari Desa Bulian, Buleleng, khusus dipentaskan oleh warga desa yang mengalami
tunawicara.

Terdapat sekaa (organisasi pemuda) yang khusus mementaskan Janger, antara lain Janger
Kedaton (Denpasar) dan Janger Singapadu (Gianyar).

https://id.wikipedia.org/wiki/Tari_Janger

Anda mungkin juga menyukai