Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Thoracotomy adalah proses pembuatan sebuah potongan ke dalam dinding
dada Thoracotomy merupakan incisi ke dalam dada. Hal ini dilakukan oleh ahli
bedah, dan jarang dilakukan, hal yang darurat oleh dokter danparamedis, untuk
menemukan organ yang berada dalam rongga dada, yang paling sering antara
lain jantung, paru-paru, di kerongkongan atau yang berkenaan dengan
dada aorta, atau akses ke anterior tulang belakang seperti yang diperlukan untuk
menemukan tumor dalam tulang belakang. Thoracotomy merupakan bedah sulit-
langkah pertama dalam banyak yang berada dengan pembedahan dada
termasuk lobectomy atau pneumonectomyuntuk kanker paru-paru dan oleh karena
itu memerlukan anestesi umumdengan endotracheal tabung insersi dan ventilasi
mekanis
Thoracotomy adalah pembedahan dengan pembelahan dinding dada; dapat
juga dilakukan dengan pembelahan antara tulang-tulang rusuk (intercostal atau
lateral thoracotomy) atau dengan pemisahan dari sternum (median sternotomy).
Lobectomy pulmonary adalah pemotongan satu lobus paru-paru (complete) atau
sebagian dari lobus paru-paru (partial). Pneumonectomy adalah pembuangan dari
semua jaringan paru-paru pada satu bagian dari ruang thorac
Thoracotomy merupakan suatu operasi paling sulit, bedah dengan pembukaan
dada tergantung dari menangani pasca operasi, karena dampaknya sakit dan sakit
yang dapat mengakibatkan pasien sulit untuk bernapas secara lancar, operasi ini
mengarah ke atelectasis atau radang paru-paru. Jika dokter dapat memperoleh ke
rongga dada oleh pemotongan melalui dinding dada. Thoracotomy
memungkinkan untuk pengamatan terhadap kondisi paru-paru; kerusakan dari
paru-paru atau bagian dari paru-paru; kerusakan dari tulang rusuk, dan
pemeriksaan, pengobatan, atau penghapusan suatu organ dalam rongga
dada.. Thoracotomy juga dapat dilakukan menuju pada organ jantung,
kerongkongan, diafragma, dan bagian aorta yang melewati melalui rongga dada
(Wim de Jong, 2013)
B. Etiologi
Penyebab atau indikasi dilakukannya operasi thorakotomi adalah:
1. Konfirmasi diagnosis penyakit paru-paru atau dada;
2. Melakukan operasi pada jantung atau pembuluh darah paru-paru dan jantung;
3. Gangguan memperlakukan trakea;
4. Hapus bagian dari paru-paru atau seluruh paru-paru;
5. Gangguan memperlakukan esofagus;
6. Lepaskan jaringan paru-paru, yang runtuh akibat penyakit atau cedera;
7. Hapus nanah dari dada;
8. Menghilangkan bekuan darah dari dada.
9. Kemungkinan komplikasi torakotomi
(Agus Purwadianto, 2010)

C. Manifestasi Klinis
1. Ada jejas pada thorak
2. Nyeri pada tempat trauma, bertambah saat inspirasi
3. Pembengkakan lokal dan krepitasi pada saat palpasi
4. Pasien menahan dadanya dan bernafas pendek
5. Dispnea, hemoptisis, batuk dan emfisema subkutan
6. Penurunan tekanan darah
7. Peningkatan tekanan vena sentral yang ditunjukkan oleh distensi vena leher
8. Bunyi muffle pada jantung
9. Perfusi jaringan tidak adekuat
10. Pulsus paradoksus ( tekanan darah sistolik turun dan berfluktuasi dengan
pernapasan ) dapat terjadi dini pada tamponade jantung.
(Budi Sampurna, 2010)

D. Klasifikasi
Ada berbagai cara untuk melakukan thoracotomy. Cara yang paling umum
dilakukan pada thoracotomy antara lain dengan melalui :
1. Median sternotomy. Median lebar sternotomy menyediakan akses ke
mediastinum dan merupakan pilihan pengirisan untuk kebanyakan operasi
jantung terbuka dan akses ke mediastinum anterior.

2. Posterolateral thoracotomy. sangat umum pendekatan untuk operasi padaparu-


paru atau posterior mediastinum, termasuk kerongkongan. Ketika dilakukan
melalui antara tulang-tulang iga 5. Ruang, memungkinkan akses ke optimal
pulmonary hilum (pulmonary artery dan pulmonary vein) dan karena itu
dianggap sebagai pendekatan pilihan untuk pulmonary
resection(pneumonectomy dan lobectomy).
3. Anterolateral thoracotomy. dilakukan pada dinding dada anterior; kiri
anterolateral thoracotomy adalah torehan pilihan untuk buka dada pijat,
manuver yang penting dalam pengelolaan melukai perhentian
jantung.Anterolateral thoracotomy, seperti kebanyakan potongan bedah,
memerlukan penggunaan jaringan retractors-dalam hal ini, suatu "tulang rusuk
penyebar" seperti Tuffier retractor.
4. Bilateral anterolateral thoracotomy. dikombinasikan dengan garis sternotomy
hasil dalam pengirisan, pengirisan terbesar umum digunakan dalam operasi
yang berkenaan dengan dada. Pada kelompok ini tidak ada mekanisme apapun
untuk menghasilkan dekompresi spontan kolon, memerlukan beberapa bentuk
intervensi bedah segera. (Wim de Jong, 2013)

E. Patofisiologi
Dada merupakan organ besar yang membuka bagian dari tubuh yang sangat
mudah terkena tumbukan luka. Karena dada merupakan tempat jantung, paru dan
pembuluh darah besar. Trauma dada sering menyebabkan gangguan ancaman
kehidupan. Luka pada rongga thorak dan isinya dapat membatasi kemampuan
jantung untuk memompa darah atau kemampuan paru untuk pertukaran udara dan
osigen darah. Bahaya utama berhubungan dengan luka dada biasanya berupa
perdarahan dalam dan tusukan terhadap organ
Luka dada dapat meluas dari benjolan yang relatif kecil dan goresan yang
dapat mengancurkan atau terjadi trauma penetrasi. Luka dada dapat berupa
penetrasi atau non penetrasi ( tumpuln ). Luka dada penetrasi mungkin disebabkan
oleh luka dada yang terbuka, memberi keempatan bagi udara atmosfir masuk ke
dalam permukaan pleura dan mengganggua mekanisme ventilasi normal. Luka
dada penetrasi dapat menjadi kerusakan serius bagi paru, kantung dan struktur
thorak lain (Mowschenson, 2010)
F. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien pot thorakotomi antara lain :
1. Iga : fraktur multiple dapat menyebabkan kelumpuhan rongga dada.
2. Pleura, paru-paru, bronkhi : hemo / hemopneumothoraks - emfisema
pembedahan.
3. Jantung : tamponade jantung ; ruptur jantung ; ruptur otot papilar ; ruptur klep
jantung.
4. Pembuluh darah besar : hematothoraks.
5. Esofagus : mediastinitis.
6. Diafragma : herniasi visera dan perlukaan hati, limpa dan ginjal
(Mowschenson, 2010).

G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Selama periode ini proses keperawatan diarahkan pada menstabilkan
kondisi pasien pada keadaan equlibrium fisiologis pasien, menghilangkan
nyeri dan pencegahan komplikasi. Pengkajian yang cermat dan intervensi
segera membantu pasien kembali pada fungsi optimalnya dengan cepat, aman
dan nyaman. Upaya yang dapat dilakukan diarahkan untuk mengantisipasi dan
mencegah masalah yang kemungkinan muncul pada tahap ini. Pengkajian dan
penanganan yang cepat dan akurat sangat di butuhkan untuk mencegah
komplikasi yang memperlama perawatan di rumah sakit atau membahayakan
diri pasien. Memperhatikan hal ini, asuhan keperawatan postoperative sama
pentingnya dengan prosedur pembedahan itu sendiri. Faktor yang
mempengaruhi yaitu :
a. Mempertahankan jalan nafas
Mempertahankan jalan nafas dengan mengatur posisi,
memasangsuction dan pemasangan mayo atau gudel.
b. Mempertahan kan ventilasi atau oksigenasi
Ventilasi dan oksigenasi dapat dipertahankan dengan pemberian
bantuan nafas melalui ventilaot mekanik atau nasal kanul.
c. Mempertahankan sirkulasi darah
Mempertahankan sirkulasi darah dapat dilakukan dengan pemberian
caiaran plasma ekspander.
d. Observasi keadaan umum, observasi vomitus dan drainase
Keadaan umum dari pasien harus diobservasi untuk
mengetahuikeadaan pasien, seperti kesadaran dan sebagainya. Vomitus
atau muntahan mungkin saja terjadi akibat penagaruh anastesi sehingga
perlu dipantau kondisi vomitusnya. Selain itu drainase sangat penting
untuk dilakukan obeservasi terkait dengan kondisi perdarahan yang
dialami pasien.
e. Balance cairan
Harus diperhatikan untuk mengetahui input dan output caiaran klien.
Cairan harus balance untuk mencegah komplikasi lanjutan, seperti
dehidrasi akibat perdarahan atau justru kelebihan cairan yang justru
menjadi beban bagi jantung dan juga mungkin terkait dengan fungsi
eleminasi pasien.
f. Mempertahankan kenyamanan dan mencegah resiko injury
g. Pasien post anastesi biasanya akan mengalami kecemasan, disorientasi dan
beresiko besar untuk jatuh.
Tempatkan pasien pada tempat tidur yang nyaman dan pasang side
railnya. Nyeri biasanya sangat dirasakan pasien, diperlukan intervensi
keperawatan yang tepat juga kolaborasi dengan medi terkait dengan agen
pemblok nyerinya. (Carpenito, 2015)
H. Pemeriksaan Penunjang
1. EKG : untuk mengetahui disritmia
2. Chest x-ray
3. Hasil laboratoium : darah lengkap, koagulasi, elektrolit, urium, kreatinin, BUN,
HbsAg. (Carpenito, 2015)
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut bd agens cedera fisik
2. Risiko infeksi
3. Ansietas
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Agus Purwadianto, Budi Sampurna. 2010. Kedaruratan Medik. Edisi Revisi.


Jakarta : Penerbit Bina Rupa Aksara
Carpenito. 2015. Diagnosa Keperawatan: Aplikasi pada Praktik Klinis. Edisi 6.
Jakarta: ECG.
Mowschenson Peter M. 2010. Segi Praktis Ilmu Bedah Untuk Pemula. Edisi ke-2.
Jakarta : Penerbit Bina Rupa Aksara.
R. Sjamsuhidajat, Wim de Jong. 2013. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai