BAB I
PENDAHULUAN
Setiap proyek pasti telah memiliki segenap susunan rencana yang telah
dipikirkan secara matang sebelum proses pelaksanaan berlangsung. Segala
kemungkinan yang mungkin terjadi pun telah dipertimbangkan. Namun pada
kenyataannya, suatu proyek pasti mengalami kendala atau masalah yang
memengaruhi kelancaran jalannya pelaksanaan proyek. Hal ini bisa menyangkut
ketenagakerjaan, biaya, kelengkapan alat dan bahan, ketersediaan material, dan
masih banyak lagi. Dalam pelaksanaan proyek renovasi dan pengembangan
masjid agung ini pun terdapat kendala-kendala yang terjadi yang kemudian
mengakibatkan terhambatnya proses pelaksanaan dan menyebabkan
ketidaksesuaian jadwal. Terkait dua ruang lingkup diatas, laporan ini disusun
berdasarkan pengamatan proyek yang berlangsung pada bulan Juni dan Juli 2015
yang difokuskan pada proses finishing renovasi masjid agung kota Lubuk
Linggau.
3. Studi Literatur, Data dari literatur dan beberapa jurnal internet yang sesuai
dengan objek yang dibahas, dapat menambah apa yang telah di dapat dari
data-data dari lapangan.
4. Konsultasi
Metode konsultasi yang dilakukan berupa diskusi terhadap pihak
pelaksanana pembangunan dalam hal ini pengawas dari PT. Barindo
Utama.
BAB I. PENDAHULUAN
Menguraikan secara umum latar belakang pembahasan, rumusan
permasalahan, tujuan pembahasan, ruang lingkup pembahasan, metodologi
penulisan serta sistematika pembahasan laporan kerja praktek.
BAB II. GAMBARAN UMUM
Gambaran umum mengenai lokasi dan kondisi fisik proyek, proyek
renovasi dan pengembangan Masjid Agung dan Lapangan Merdeka Kota
Lubuk Linggau.
BAB III. TINJAUAN PUSTAKA
Memberikan uraian teori tentang manajemen proyek dan kurva-S yang
diperoleh dari literatur dan jurnal internet yang berkenaan dengan topik
yang akan dibahas.
BAB IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN
Berisi uraian mengenai analisa dan pembahasan masalah manajemen
proyek di lapangan sesuai dengan data yang telah didapatkan.
BAB V. PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan dan saran pembahasan dari analisa
perbandingan manajemen antara perencanaan dan pelaksanaan proyek di
lapangan.
LAMPIRAN
Berisi gambar kerja
DAFTAR PUSTAKA
KERJA
PRAKTEK
TERKAIT
PERMASALAHAN
KESIMPULAN
BAB II
GAMBARAN UMUM
Pemilik
PU Cipta Karya
Pengembang
Konsultan Konsultan Perencana
Perencana Pengawas Struktur
PT Barindo PT PT Barindo
Utama Granitindo Utama
Cipta Sejati Project
Manager
P
T
S
Laporan Kerja Praktek 2015 9
b. Konsultan Perencana
Konsultan perencana adalah orang/badan yang membuat
perencanaan bangunan secara lengkap baik bidang arsitektur, sipil dan
bidang lain yang melekat erat membentuk sebuah sistem bangunan.
Konsultan perencana ini menerima pekerjaan perencanaan dari pemilik
proyek. Konsultan perencana dapat berupa perseorangan/perseorangan
berbadan hukum/ badan hukum yang bergerak dalam bidang perencanaan
pekerjaan bangunan. Dan juga berfungsi membantu pimpinan proyek
dalam melaksanakan pengadaan dokumen perencanaan, dokumen
perencana, dokumen lelang, dokumen pelaksanaan dan memberi
penjelasan pekerjaan pada waktu pelelangan yang timbul selama
konstruksi.
4. Logistik Proyek
Logistik proyek mempunyai tugas sebagai penghubung
pihak proyek kepada para suplier bahan, memperhitungkan
keperluan bahan-bahan bangunan dan mencatat setiap pemasukan
dan pemakaian bahan, serta mengawasi keadaan mutu bahan yang
digunakan dalam proses pembangunan sebuah proyek.
5. Mandor
Mandor sangat diperlukan sebagai pengawas langsung bagi
pekerja-pekerja di lapangan agar pekerjaan terarah. Mandor
bertugas mengawasi dan mengkoordinasi, serta memberikan upah
kepada pekerja-pekerja.
6. Pekerja
Pekerja ialah orang-orang yang terkait dalam pembangunan proyek
di lapangan. Pekerja terdiri dari kepala tukang, tukang besi, tukang
kayu, dll.
2.2 Data Teknis
2.2.1 Lokasi Proyek
Lokasi proyek renovasi dan pengembangan Masjid Agung dan
Lapangan Merdeka Kota Lubuk Linggau ini terletak di Jalan
Merdeka, Rejang Lebong, Kota Lubuk Linggau.
Selain time schedule rencan, pada proyek ini tidak dilengkapi time
schedule realisasi dikarenakan data dari pihak kontraktor yang tidak memadai
untuk keperluan masa kerja praktek di bulan Juni dan Juli.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
1 </
http://www.hc-arsitekrumah.com/category/pengertian-umum-tentang-proyek/>,
Diakses tanggal 10 Oktober 2015
22 Dinda Alya Shafira 013121406014
Laporan Kerja Praktek 2015 23
Planning | Perencanaan
Dalam usaha pencapaian tujuan dari sebuah proyek dibutuhkan
suatu planning yang matang. dengan meletakkan dasar sasaran dan
tujuan dari suatu proyek dan sekaligus menyiapkan semua program
administrasi dan teknis supaya bisa diimplementasikan. hal ini
bertujuan untuk memenuhi semua persyaratan dan spesifikasi yang
telah ditentukan dalam keterbatasan waktu, biaya, mutu dan juga
keselamatan kerja. perencanaan sebuah proyek dijalankan dengan
cara studi kelayakan, rekayasa nilai, perencanaan sebuah area
manajemen proyek (cost, waktu, mutu, kesehatan serta keselamatan
kerja, lingkungan, sumber daya, resiko dan sistem informasi)
2
Nicho, Eka.
2015.http://nichonotes.blogspot.co.id/2015/02/manajemen-proyek-project-management.,
Diakses tanggal 8 Oktober 2015
Schedulling | Penjadwalan
Penjadwalan adalah implementasi dari sebuah perencanaan yang
bisa memberi infomrasi mengenai jadwal rencana serta kemajuan
proyek yang terdiri dari sumber daya, durasi dan juga progres
waktu dalam menyelesaikan proyek. penjadwalan proyek ini
mengikuti perkembangan sebuah proyek dengan berbagai
permasalahan yang muncul. Monitoring serta updating harus selalu
dijalankan untuk memperoleh penjadwalan proyek yang relistis
supaya sesusai dengan sasaran proyek. Metode dalam pengelolaan
penjadwalan proyek ada beberapa metode, antara lain:
Keuntungan
a. Mudah dalam pembuatan dan persiapannya.
b. Memiliki bentuk yang mudah dimengerti.
c. Bila digabungkan dengan metode lain, seperti Kurva S,
dapat dipakai lebih jauh sebagai pengendalian biaya.
Kelemahan
a. Tidak menunjukkan secara spesifik hubungan
ketergantungan antara satu kegiatan dan kegiatan yang lain, sehingga
sulit untuk mengetahui dampak yang diakibatkan oleh keterlambatan
satu kegiatan terhadap jadwal keseluruhan proyek.
b. Sulit mengadakan penyesuaian atau perbaikan atau
pembaharuan bila diperlukan, karena pada umumnya ini berarti
membuat bagan balok baru.
c. Cara membuat barchart dapat dilakukan dengan
menentukan aktivitas-aktivitas yang akan ditampilkan. Aktivitas ini
dapat dibuat dengan memecahkan pekerjaan menjadi
kegiatan-kegiatan terkecil, selanjutnya tentukan durasi dari setiap
kegiatan atau aktivitas, dan letakkan setiap balok sesuai dengan
kegiatan dan durasinya
2. Kurva S
Kurva S adalah grafik yang dibuat dengan sumbu vertikal
sebagai nilai kumulatif biaya atau penyelesaian (progress) kegiatan
dan sumbu horizontal sebagai waktu (Soeharto, 1997). Kurva S dapat
menunjukkan kemampuan proyek berdasarkan kegiatan, waktu dan
Nilai pekerjaan
(pekerjaan yang akan dikerjakan x total anggaran )
=
Nilai 100
.
(Bobot kerja yang terjadi) x vol. pada anggaran
=
Bobot rencana kerja
1. Pengendalian Waktu
Lamanya waktu penyelesaian proyek berpengaruh besar dengan
pertambahan biaya proyek secara keseluruhan. Maka dari itu dibutuhkan
laporan progress harian/ mingguan/ bulanan untuk melaporkan hasil
pekerjaan dan waktu penyelesaian untuk setiap item pekerjaan proyek.
Dan dibandingkan dengan waktu penyelesaian rencana agar waktu
penyelesaian dapat terkontrol setiap periodenya.
Time Schedule
Time schedule adalah suatu pembagian waktu terperinci yang
disediakanuntuk masing-masing bagian pekerjaan, mulai dari
permulaan sampai dengan pekerjaan berakhir. Time schedule diperlukan
oleh semua pihak sebagai pedoman koordinasi dan kerjasama antar
bagian pelaksana proyek di lapangan. Dalam time schedule waktu
pekerjaan diatur sedemikian rupa sehingga setiap pekerjaan dapat
berjalan baik dan lancar. Time schedule digunakan sebagai dasar
pertimbangan penambahan personalia sesuai dengan perkembangan
pelaksanaan pekerjaan.
3
http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-7245-3101100077-bab2.pdf, Diakses
pada 8 Oktober 2015
4
Manajemen Proyek, http://eprints.undip.ac.id/33972/5/1857_CHAPTER_II.pdf, Diakses
pada 8 Oktober 2015
Network Planning
Network planning adalah gambar yang memperlihatkan susunan
urutan pekerjaan dan logika ketergantungan antara kegiatan yang satu
dengan yang lainnya serta rencana waktu pelaksanaannya berupa lintasan
kritis maupun yang bukan lintasan kritis. Lintasan kritis adalah lintasan
terpanjang yang menentukan waktu pelaksanaan pekerjaan proyek yang
apabila salah satu kegiatan terlambat, maka pelaksanaan pekerjaan yang
lain ikut terlambat.
2. Pengendalian Biaya
Pengendalian biaya dimaksudkan agar biaya yang dikeluarkan proyek
tersebut sesuai dengan anggaran yang telah direncanakan dan telah
disetujui. Pengendalian biaya ini dilakukan dengan cara pengontrolan
masing-masing bagian pekerjaan dengan perhitungan dari analisa harga
satuan. Biaya-biaya konstruksi proyek perlu dikelompokkan agar dalam
3. Pengendalian Mutu
Pengendalian kualitas bahan dilakukan dengan cara pemeriksaan dan
pengujian bahan bangunan yang dipakai dalam proyek. Sebagai contoh
adalah pengujian mutu beton yang digunakan dalam pengecoran dengan
compression test.
Kesuksesan sebuah proyek pasti membutuhkan tenaga dan pikiran yang menguras
segalanya. Seorang manajer proyek dituntut untuk memastikan bahwa sebuah
proyek sudah berjalan sesuai perencanaan dan tidak berada dalam jalur yang
salah. Namun, hingga saat ini kenyataannya terdapat begitu banyak proyek gagal
atau paling tidak terlambat dalam penyelesaian dimana hal tersebut memicu
membengkakan biaya yang dikeluarkan. Berikut ini beberapa alasan diantaranya
mengapa kegagalan Manajemen Proyek sering terjadi :5
1. Lemahnya Komunikasi
2. Kurangnya Pemantauan
Pelaksanaan sebuah proyek umumnya tidak dipantau secara baik.
Kelemahan ini bisa memunculkan memungkinkan sebuah proyek tidak
berjalan dengan rencana semula. banyak terjadi penyimpangan
penyimpangan disana sini akibat lemahnya pengendalian oleh manajemen
proyek. Pemantauan proyek ini sangat penting dalam mengukur kemajuan
sebuah proyek yang dikerjakan
3. Keterlambatan Tenaga Kerja
Keterlambatan tenaga kerja didalam menyelesaikan sebuah proyek
bukanlah permasalahan sepele, keterlambatan tenaga kerja merupakan
salah satu faktor yang bisa menyebabkan penyelesaian sebuah proyek
menjadi tertunda. Seorang manajer proyek bertugas untuk terus
mengingatkan para pekerjanya untuk tepat waktu dalam bekerja
menyelesaikan proyek.
4. Skill Yang Tidak Memadai
Didalam membangun harusnya diperlukan skill atau kemampuan yang
mumpuni, skill yang tidak mempuni tentu akan menghambat suatu proyek,
entah itu dilihat dari segi biaya, waktu, ataupun tenaga yang digunakan.
5. Anggaran Proyek Tak Kunjung Cair
Didalam pelaksanaan sebuah proyek, anggaran telah ditetapkan untuk
memenuhi seluruh kebutuhan yang diperlukan didalam proyek tersebut,
apabila anggaran untuk proyek tersebut tidak kunjung cair, hal ini akan
membuat pengerjaan proyek tentunya menjadi terhambat, keterlambatan
sebuah proyek maka akan memunculkan masalah masalah baru, biaya
semakin membengkak dan kepercayaan yang menurun
6. Perencanaan Yang Tak Cukup Memadai
Perencanaan adalah hal vital dalam berbagai aspek proyek. Faktor
perencanaan menjadi langkah awal yang bisa menentukan apakah sebuah
proyek akan gagal ataukah berhasil dijalani. Kesalahan dalam perencanaan
akibatnya fatal. Tentu sudah jelas, pelaksanaan sebuah proyek sudah
barang tentu akan mengikuti, menjalani, dan mengeksekusi perencanaan
BAB IV
Proyek ini melibatkan banyak beberapa jenis bangunan yang ingin dicapai,
mulai dari renovasi masjid, pembangunan dan penambahan satu menara masjid,
pembangunan yayasan, pembangunan rumah imam dan marbot, serta
pengembangan Lapapangan Merdeka, yaitu berupa lansekap berukuran luas yang
bisa menjadi alun-alun kota bagi masyarakat. Pada awal perencanaan proyek ini
ditargetkan selesai dalam masa 420 hari kerja (kurang lebih 1 tahun 2 bulan) sejak
tahun 2013. Namun dengan berjalannya waktu banyak kendala yang ditemui
dalam pelaksanaan proyek seperti perubahan desain awal yang meliputi masjid,
yayasan dan lansekap lapangan. Perbuahan desain di tengah jalan tentu akan
memengaruhi jalannya pelaksanaan proyek sehingga semua pelaksanaan harus
mundur. Maalah lain yang timbul dalam pelaksanaan proyek disebabkan oleh
ketidaksiapan penyelenggara proyek untuk memenuhi kebutuhan proyeknya.
Mulai dari kebutuhan akan tenaga kerja hingga kebutuhan material. Setelah
mengalami kemoloran kerja di awal, bangunan juga mengalami banyak
kemunduran setiap harinya.
Sedangkan untuk kurva S realisasi dari proyek ini tidak bisa digunakan
karena time schedule yang ada belum dibuat hingga jalannya proyek selama masa
kerja praktek yaitu bulan Juni dan Juli 2015. Tentu saja hal ini berpengaruh pada
jalannya pekerjaan di lapangan. Salah satu masalahnya pekerjaan di lapangan
tidak diteliti secara mendalam dan banyak jadwal pekerjaan yang mundur. Hingga
bulan Oktober 2015, data yang dapat digunakan dalam proses analisa laporan
adalah data tabel bobot prestasi progress pekerjaan per minggu yang digunakan
untuk mengevaluasi pekerjaan setiap minggunya.
Keberadaan data dari tabel bobot presentase ini tentu sangat membantu
untuk menganalisa jalannya perkerjaan proyek yang berlangsung sehingga dapat
diadakan analisa perbandingan antara kurva-S pada time schedule rencana (dengan
melihat bobot capaian) dan tabel bobot pekerjaan yang didapatkan per minggunya.
Pada Minggu Ke-25 pada rencana proyek bobot pekerjaan arsitektur yang
harus diselesaikan adalah 32,256% dalam waktu 12 minggu (Mei-Juli) sehingga
setiap minggunya didapatkan nilai bobot pekerjaan sebesar 2,688%. Adapun
pekerjaan yang harus diselesaikan adalah pekerjaan penutup lantai dan pekerjan
profilan dengan uraian sebagai berikut :
Bila dikaji melalui proses di lapangan hal yang menjadi faktor turunnya
tingkat prestasi pekerjaan ini adalah karena adanya kemunduran pekerjaan
struktur dan arsitektur di bulan sebelumnya. Terutama karena adanya perubahan
atau revisi desain bangunan yang menyebabkan pekerjaan berhenti sementara dan
mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi pada desain terdapat pada pilar dan
profil lengkungan yang berada di selasar. Namun kemunduran dari satu pekerjaan
menyebabkan kemunduran bagi pekerjaan seterusnya.
revisi. Jika dapat dihindari atau ditolak, maka semestinya proses revisi desain tidak
perlu dilakukan lagi.
2. Pekerjaan Profilan
Lengkung
3. Pekerjaan Profilan +
Acian + Plester Pilar
Pada Minggu Ke-26 sama seperti sebelumnya pada rencana proyek bobot
pekerjaan arsitektur yang harus diselesaikan adalah 32,256% dalam waktu 12
minggu (Mei-Juli) sehingga setiap minggunya didapatkan nilai bobot pekerjaan
sebesar 2,688%. Adapun pekerjaan yang harus diselesaikan adalah pekerjaan
penutup lantai dan pekerjan profilan dengan uraian sebagai berikut :
Hal ini juga berpengaruh pada nilai kumulatif yag juga mengalami
penurunan dari 28,153% menjadi 27,517% atau dengan jumlah deviasi -0,996%.
Terjadinya penurunan tingkat prestasi progress rencana ke realisasi yang stabil ini
disebabkan oleh pembagian pekerjaan tukang yang memecah pekerjaan ke dalam
dua minggu dengan porsi bobot yang sama. Meskipun terjadi kesamaan nilai
bobot yang dicapai dan terjadi penurunan pada masing-masing pekerjaan namun
secara kumulatif nilai proyek tetap naik sehingga tidak menjadi masalah bagi
pekerjaan untuk terus dilanjutkan.
1. Pekerjaan Profilan
Lengkung
Pada Bulan Juni Minggu Ke-27 sama seperti sebelumnya pada rencana
proyek bobot pekerjaan arsitektur yang harus diselesaikan adalah 32,256% dalam
waktu 12 minggu (Mei-Juli) sehingga setiap minggunya didapatkan nilai bobot
pekerjaan sebesar 2,688%. Adapun pekerjaan yang harus diselesaikan adalah
pekerjaan penutup lantai dan pekerjan profilan dengan uraian sebagai berikut :
Pada Minggu Ke-27 ini terjadi penurunan pekerjaan secara cukup drastis
dimana pekerjaan menjadi kemogokan dalam pelaksanaannya terutama pada
pekerjaan penutup lantai. Hal ini dikarenakan adanya keterlambatan material
penutup lantai untuk sampai di lokasi. Material penutup lantai yang dalam hal ini
merupakan granit didatangkan langsung dari kantor pusat PT. Barindo Utama
yang berada di Jakarta sehingga material tidak dapat langsung diambil. Selain hal
itu terjadi pula beberapa hari kekosongan tenaga kerja dikarena upah tenaga kerja
belum dibayarkan sehingga para pekerja merasa tidak perlu terlalu mengejar
pengerjaan.
1. Profil Lengkungan
Selasar
2. Profilan Dak
Pada Bulan Juni Minggu Ke-28 sama seperti sebelumnya pada rencana
proyek bobot pekerjaan arsitektur yang harus diselesaikan adalah 32,256% dalam
waktu 12 minggu (Mei-Juli) sehingga setiap minggunya didapatkan nilai bobot
pekerjaan sebesar 2,688%. Adapun pekerjaan yang harus diselesaikan adalah
pekerjaan penutup lantai dan pekerjan profilan dengan uraian sebagai berikut :
hal ini dikarenakan para pekerja sudah mulai dikurangi dan dipindah tugaskan
untuk menangani proyek lain di kota yang sama yang juga ditangani oleh pihak
pemborng.
Evaluasi / Solusi : Proyek sedikit demi sedikit mengalami kemajuan dan
cukup memuaskan pada pekerjaaan profilan mampu mencapai tingkat deviasi
positif mencapai nilai 4. Sementara pekerjaan lain yang masih belum dikerjakan
seperti pemasangan granit pada selasar dan tangga masuk semestinya sudah mulai
ditangani dengan mendatangkan material yang dibutuhkan karena pekerjaan
proyek ini juga sudah mulai mengalami banyak kemunduran sementara proyek
masjid ini secepat mungkin harus diselesaikan sebelum hari raya Lebaran.
3. Profilan Lengkung
Pada Minggu Ke-29 sama seperti sebelumnya pada rencana proyek bobot
pekerjaan arsitektur yang harus diselesaikan adalah 32,256% dalam waktu 12
minggu (Mei-Juli) sehingga setiap minggunya didapatkan nilai bobot pekerjaan
sebesar 2,688%. Adapun pekerjaan yang harus diselesaikan adalah pekerjaan
penutup lantai dan pekerjan profilan dengan uraian sebagai berikut :
begitu juga dengan pekerjaan profilan lengkung pada selasar yang juga
diberhentikan sementara.
Pada Minggu Ke-30 sama seperti sebelumnya pada rencana proyek bobot
pekerjaan arsitektur yang harus diselesaikan adalah 32,256% dalam waktu 12
minggu (Mei-Juli) sehingga setiap minggunya didapatkan nilai bobot pekerjaan
sebesar 2,688%. Adapun pekerjaan yang harus diselesaikan adalah pekerjaan
penutup lantai dan pekerjan profilan dengan uraian sebagai berikut :
secara keseluruhan per minggu maka indeks nilai kumulatif tetap mengalami
kenaikan setiap minggunya.
1. Profilan Lengkung
Selasar
2. Profilan + Acian +
Plester
3. Profilan Dak
4. Pekerjaan Granit
Selasar
Pada dua minggu pertama terjadi deviasi dengan nilai yang sama, hal ini
disebabkan oleh volume pekerjaan yang dilakukan selama dua minggu pertama
adalah sama sehingga hasil yang didaptkan dapat sama. Sementara pada minggu
ke-tiga selisih progress rencana dan realisasi melonjak tinggi disebabkan
banyaknya pekerjaan yang berhenti dilakukan. Pada minggu ke-empat selisih
progres rencana dan realisasi kembali menipis dengan bantuan beberapa pekerjaan
yang dikerjakan lebih cepat dan optimal. Bila dibandingkan dengan
minggu-minggu lainnya maka minggu ke-empat ini memiliki nilai selisih yang
paling minimal atau paling rendah. Pada minggu ke-lima dan ke-enam selisih
progres rencana dan realisasi tidak jauh berbeda namun pekerjaan yang dilakukan
juga semakin cepat dan semua mulai diselesaikan.
Berdasarkan tabel time schedule bulan Juni dan Juli terdapat pekerjaan kubah
yang juga harus dikerjakan. Sebenarnya pekerjaan kubah ini telah dilakukan pada
beberapa bulan sebelumnya namun harus dilanjutkan kembali pada minggu ke-29.
Namun dalam kegiatan observasi langsung ke lapangan, pekerjaan kubah sama
sekali tidak mengalami perubahan bahkan tidak dikerjakan sama sekali.
Sebenarnya kubah masjid sendiri sudah dipasang sebagaiamana mestinya dan
sudah jadi namun ada penambahan pelat galvanium pada pinggir kubah yang
mengelilinginya yang mesti ditambahkan namun hingga akhir masa kerja praktek
pekerjaan kubah ini tidak ada perkembangan sama sekali, hanya pernah sekali
pada satu minggu beberapa tenaga kerja sedang mengukur dan memotong
lembaran galvanium untuk kubah namun hal tersebut hanya berlangsung sebentar
dan kemudian terbengkalai kembali.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran