Anda di halaman 1dari 25

PELATIHAN CALON PEMBIMBING LAPANGAN

DOKTER LAYANAN PRIMER

LOGBOOK

PENDALAMAN KETRAMPILAN KLINIS

STASE RUMAH SAKIT

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITASGADJAHMADA
Prodi Dokter Layanan Primer
Alamat:Jl.FarmakoSekipUtara Yogyakarta,55281
Gedung Radiopoetro Lt.1 Sayap Barat
Telp/fax.: 0274 631203

1
PELATIHAN CALON PEMBIMBING LAPANGAN
DOKTER LAYANAN PRIMER
MASA TRANSISI

LOGBOOK
STASE RUAMH SAKIT

Pendalaman Ketrampilan Klinis

FacultyofMedicine,UniversitasGadjahMada,April 2016 PrintedinYogyakarta


PublishedbyFacultyofMedicine,
Universitas GadjahMada
AllRightsreserved

2
ThispublicationisprotectedbyCopyrightlawandpermissionshouldbeobtainedfrompublisherpriortoany
prohibitedreproduction,storagearetrievalsystem,ortransmissioninanyformbyanymeans,electronic,
mechanical,photocopying,andrecordingorlikewise.

3
PENDALAMAN KETERAMPILAN KLINIS

Ketua

Prof. dr. Hari Kusnanto Josep, MPH, Dr.PH

Sekretaris

Dr. Med. dr. Indwiyani Astuti

Departemen Kedokteran Keluarga, Komunitas, dan Bioetika

Prof. Dr. dr. Adi Heru Sutomo, MSc, DCN, DLSHTM

Prof. dr. Hari Kusnanto Josep, MPH, Dr.PH

Dr. dr. Wahyudi Istiono, M.Kes

dr. Mora Claramita, MHPE, PhD

dr. Hikmawati Nurrokhmanti, MSc

dr. Fitriana Murriya Ekawati, MPHC

dr. Aghnaa Gayatri, MSc

dr. Fitriana, MSc.FM

dr. Riadiani Nindya Drupadi

4
Mini Clinical Evaluation Exercise (CEX)

Penguji : ___________________________________ Tanggal :___________________

Residen : __________________________________________ R-1 R-2 R-3

Permasalahan pasien / Diagnosis : _________________________________________

Setting : Rawat Jalan Rawat Inap UGD lainnya

Identitas Pasien : Usia : ______ Jenis Kelamin : ___________ Pasien baru Follow Up

Kompleksitas : Ringan Sedang Berat

Fokus : Anamnesis Diagnosis Terapi Konseling

1. Membangun hubungan yang baik antara dokter dengan pasien


1 2 3 | 4 5 6 | 7 8 9
Unsatisfactory Satisfactory Superior

2. Keterampilan penggalian riwayat penyakit pasien ( not observed)


1 2 3 | 4 5 6 | 7 8 9
Unsatisfactory Satisfactory Superior

3. Keterampilan pemeriksaan klinis ( not observed)


1 2 3 | 4 5 6 | 7 8 9
Unsatisfactory Satisfactory Superior

4. Profesonalisme
1 2 3 | 4 5 6 | 7 8 9
Unsatisfactory Satisfactory Superior

5. Diagnosis
1 2 3 | 4 5 6 | 7 8 9
Unsatisfactory Satisfactory Superior

6. Keterampilan Konseling
1 2 3 | 4 5 6 | 7 8 9
Unsatisfactory Satisfactory Superior

5
7. Sistematis
1 2 3 | 4 5 6 | 7 8 9
Unsatisfactory Satisfactory Superior

8. Overall Clinical Competence


1 2 3 | 4 5 6 | 7 8 9
Unsatisfactory Satisfactory Superior

Waktu Mini CEX : Observasi _____ menit Feedback ____ menit

Kepuasan penguji dalam mini cex

Low 1 2 3 4 5 6 7 8 9 High

Kepuasan residen dalam mini cex

Low 1 2 3 4 5 6 7 8 9 High

Catatan :
__________________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________________
____________

Tanda tangan Residen Tanda tangan Penguji

6
Medical Record P1 Family Medicine

Clinic Note

Encounter Date : 26 Agustus 2017

Subjective : Tn. A,laki-laki 45 th

Chief Complaint : Kontrol Penyakit Jiwa yang diderita dan tambah obat.

Suicide Risk Screening : +

History of Present Illness :

Tangan kanan pasien bergerak tidak terkontrol sejak 7 tahun yang lalu sejak pasien
berumur 40 tahun. Diawali dengan gejala kesemutan yang menjalar dari tangan kanan
sampai kepunggung, dan pada akhirnya seluruh badan. Nyeri dan kaku pinggang, bergerak
dan berjalan menjadi lambat. Kesulitan dalam memakai pakaian. Leher menjadi kaku,
bicara sulit, dan suara menjadi aneh, sulit dimengerti. Pasien mengaku tidak pernah
terjatuh jika berjalan. Tetapi apabila pikiran sedang tegang seluruh tubuh bergetar
termasuk keempat ekstremitas. Pada saat pasien sedang tenang, tidak banyak pikiran
seluruh tubuhnya tidak ada yang bergetar, namun 8 bulan terakhir tangan kanan semakin
sulit terkontrol pergerakannya, dan mulai menimbulkan nyeri. Pasien mengaku tidak
pernah mengkonsumsi obat-obatan jangka panjang. Tidak ada riwayat trauma, hanya saja
pada saat remaja pasien berlatih pencak silat dan sering membenturkan kepala ke lantai
pada saat salto. Untuk penyakit parkinsonnya ini dulu pasien sering kontrol ke dokter
spesialis syaraf dan hanya diberi obat, dimana pasien berhenti mengkonsumsi obat sejak 3
tahun yang lalu, karena dianggapnya tidak efektif dan tidak menyembuhkan. Dalam
menghadapi penyakitnya ini pasien hanya melakukan olahraga seperti pull up dan
bersepeda, menggunakan alat ceragem, serta mengkonsumsi obat herbal. Pasien mengaku
tidak pernah minder dan berbahagia saja walaupun memiliki panyakit parkinson, memang
3 bulan awal gejala ada rasa malu, tapi sekarang tidak.
Pengalaman Sakit Pasien

1. Pikiran
Pasien berpikir bahwa sakitnya adalah sakit medis yang diakibatkan benturan kepala
saat latihan silat di masa remaja.
2. Perasaan
Pasien merasa khawatir akan penyakitnya bertambah parah dan tidak bisa kerja
sebagai satpam karena dia adalah tulang punggung keluarga.
3. Efek pada fungsi
Pasien dapat bekerja seperti biasa
4. Harapan
Pasien berharap penyakitnya bisa dikontrol dan tidak bertambah parah

7
Active Problem List:

Tangan kanan bergerak tidak terkontrol sejak 7 tahun yang lalu dan memburuk 8 bulan
terakhir
Diagnosis: Code ICD

1. Differential Diagnosis
Alzheimer , Dementia dengan Lewy Bodies

2. Diagnosis Kerja
Parkinson Disease
ICD X: G20

Past Surgical History: -

Procedures in hospital: Dates


Gula Darah Sewaktu : 96 mg/dl
Cholesterol total : 118 mg/dl
Asam urat : 5,1 mg/dl

Family History: - Dalam keluarga tidak ada yang mengalami sakit serupa.

Problem Relation Age onset




Current Outpatien Prescriptions

Medication Sig Dispense refill

Non Farmakologi
Psiko terapi memberikan motivasi
Terapi Komplementer: Terapi wicara, Terapi fisik, Terapi okupasi
Pada pasien dokter memberikan terapi akupunktur.
Farmakologi
Tidak diberikan terapi farmakologi untuk menghormati keputusan pasien
Allergies

Allergen Reactions

Riwayat alergi disangkal


Previous History:

8
Pasien mengaku tidak memiliki riwayat sakit kencing manis, jantung maupun darah tinggi.
Pasien bekerja sebagai satpam dan menjadi tulang punggung keluarga. Riwayat alergi tidak
ada.
Social History

Marital status : menikah Life partner: istri


Spouse Name : ny. F
Number of Children: 2
Years of Education: tamatan SMA
Occupational History

Pasien sehari-hari bekerja sebagai Security

Social History Main Topics


Smoking status : tidak merokok
Quit dates :-
Smokeless tobacco : -
Types : -
Alcohol Use :-
Drug Uses :-
Sexual Activity : +
Partners : istri
Birth Control/Protection: suntik 3 bulan
Other topics Concern

Blood Transfusions: -
Stress Concern: -
Social History Narrative

Pasien tinggal dengan seorang istri dan dua orang anak dirumahnya.

Screening for particular age: Age

Cek tekanan darah setiap 2 bulan sekali


Cek kolesterol setiap tahun
Ekg setiap tahun
Cek GDS setiap tahun
Pemeriksaan gigi setiap tahun

9
Review of Systems:

Cerebrospinal : sakit kepala -


Eye : mata berair-
Nasal : hidung simetris ka=ki, mukosa hiperemis, secret +serous di kedua konka
inferior, tidak teraba benjolan/massa, nyeri tekan di pipi kiri+
Cavum oris: Mukosa : Tenang, Gigi geligi : Warna kuning kehitaman , caries (+) di
M1 dan M2 superior sinistra, Uvula : Normal, Lidah : Normal, Halitosis : ( + )
Cardiovaskuler : Tidak berdebar
Respiratori : sesak -
Gastrointestinal : Mual (-) , muntah (-)
Urogenital : BAK normal
Muskoloskeletal : tidak ada keluhan

Objective :

General Appearance : baik


Kesadaran : compos mentis
Tanda Vital : TD 120/80 mmhg , nadi 84 x / mnt , regular, RR 18 x / mnt, Suhu 36.5 C
Tinggi Badan : 171 cm Indeks Massa Tubuh (IMT) : 30,1
Berat Badan : 88 kg [BB (kg)/TB2 (meter)]
Status Gizi : obesitas I
Nervus IX (fungsi motorik)

- Bicara : kurang jelas


- Reflek menelan : kurang baik

Nervus XI (fungsi motorik)

- Mengangkat bahu : sulit


- Memutar kepala : sulit

Nervus XII (fungsi motorik)

- Artikulasi lingualis: artikulasi sedikit berkurang


- Menjulurkan lidah : baik, tidak ada deviasi
- Gerakan Abnormal : kekakuan saat proses awal berjalan
- Tandem gait : tidak ada gangguan berjalan, keseimbangan baik.
10
- Finger nose test : tangan kanan bergerak lambat dan tremor untuk mencari jari
dan hidung.

Assessment :

Parkinson Disease
ICD X: G20
Plan :

Non Farmakologi
Psiko terapi memberikan motivasi
Terapi Komplementer: Terapi wicara, Terapi fisik, Terapi okupasi
Pada pasien dokter memberikan terapi akupunktur.
Menyarankan kepada pasien agar tetap berkonsultasi dangan dokter spesialis
saraf.
Farmakologi
Tidak diberikan terapi farmakologi untuk menghormati keputusan pasien

Staff Physician Comments

Pada kasus ini sebagai DLP diharapkan mampu untuk mengenali Parkinson Disease secara
pemeriksaan fisik maupun penunjang dan mampu mengobati awal pasien dengan keluhan seperti ini
dan tepat saat merujuk ke tingkat lanjut (PPK2)

Staff Involved

Pada penanganan kasus di atas kolaborasi interprofesi dimulai dari penerimaan pasien yang
mana petugas loket pendaftaran melakukan pendataan identitas dan pencatatan rekam medik
pasien.

Pada unit pemeriksaan tenaga perawat melakukan pengkajian keperawatan sedangkan


dokter melakukan pengkajian medis, menegakkan diagnosis, menetapkan rencana penatalaksanaan
pasien selanjutnya serta memberikan terapi. Perawat melakukan asuhan keperawatan sesuai
diagnosis pasien. Analis laboratorium melakukan pemeriksaan laboratorium yang diminta oleh
dokter. Petugas gizi melakukan pengkajian masalah gizi pada pasien.

Dokter melakukan pengkajian medis antara lain anamnesis keluhan utama, perjalanan
penyakit, riwayat penyakit terdahulu, riwayat penyakit dalam keluarga dan Riwayat sosial ekonomi.
Pemeriksaan dilakukan dengan memeriksa tanda- tanda vital dan pemeriksaan fisik umum meliputi
kepala, mata, telinga, hidung, tenggorokan, mulut, leher, dada, jantung dan paru, pemeriksaan
abdomen dan ekstremitas serta kulit. Dokter selanjutnya menegakkan diagnose banding dan
pemeriksaan penunjangnya.

Petugas laboratorium melakukan pengambilan darah dan melakukan pemeriksaan darah


lengkap sesuai permintaan dokter klinik rawat jalan. Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik
dann penunjang maka dokter menegakkan diagnosis pasien tersebut adalah Penyakit Parkison (PD).
11
Pengkajian keperawatan dilakukan kepada pasien oleh perawat dengan melakukan anamnesis
mengenai identitas pasien seperti nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat,
status perkawinan, agama, suku bangsa dll. Keluhan utama, riwayat kesehatan sekarang, riwayat
kesehatan dahulu, riwayat kesehatan dalam keluarga dan riwayat psikososial. Pemeriksaan fisik
dilakukan dengan memeriksa status kesehatan umum dan pemeriksaan fisik head to toe.
Selanjutnya berdasarkan data- data tersebut ditegakkanlah diagnosis keperawatan yaitu 1).
Kurangnya kesadaran pasien mengenai penyakitnya, prognosis penyakit dan kebutuhan pengobatan,
2). Risiko perburukan koordinasi motorik dan keseimbangan tubuh.

12
Evidence Based Medicine
Form Critical Appraisal
Diagnosis Study

Are the results of this diagnostic study valid?

Was there an independent, blind comparison with a reference (gold) standard of


diagnosis?

This paper : Yes No Unclear


Comment :
Artikel merupakan review dari odontogenik maksilari sinusitis yang memerlukan penanganan
multidisiplin

Was the diagnostic test evaluated in an appropiate spectrum of patients (like those in
whom it would be used in practice)?

This paper : Yes No Unclear


Comment :

Was the reference standard applied regardless of the diagnostic test result?

This paper : Yes No Unclear


Comment :

Was the test (or cluster of tests) validated in a second, independent group of patients?

This paper : Yes No Unclear


Comment :

Kesimpulan :

13
Evidence Based Medicine
Form Critical Appraisal
Therapy Study
Searching flow
Source : Evidence-Based Analysis of Physical Therapy in Parkinsons
Disease with Recommendations for Practice and Research

Access date : 27 Oktober 2017


Keyword : practice guideline; physical therapy; Parkinson disease;
evidence-based medicine; International Classification of Functioning, Disability, and
Health (ICF); activities of daily living
Address : Published online 28 November 2006 in Wiley InterScience
(www.interscience.wiley.com). DOI: 10.1002/mds.21244
Are the results of the trial valid? (internal validity)
What question did the study ask?

Patients : Pasien dengan diagnosa Parkinson Disease


Intervention : Six specific core areas for physical therapy were identified: transfers,
posture, reaching and grasping, balance, gait, and physical capacity.
Comparison :-
Outcome(s) :-

1a. R- Was the assignment of patients to treatments randomised?

This paper : Yes No Unclear

Comment : Penelitian ini adalah sitemik review dari guideline yang dicari
dengan elektronik database Medline, Cinahl, Embase, and the Cochrane Library

1b. R- Were the groups similar at the start of the trial?

This paper : Yes No Unclear


Comment :

2a. A Aside from the allocated treatment, were groups treated equally?

This paper : Yes No Unclear


Comment :

2b. A Were all patients who entered the trial accounted for? and were they
analysed in the groups to which they were randomised?

14
This paper : Yes No Unclear
Comment :

3. M - Were measures objective or were the patients and clinicians kept blind to
which treatment was being received?

This paper : Yes No Unclear


Comment :

4. Kesimpulan

What were the result?

1. How large was the treatment effect?

15
(tabel 2 x 2)

Present (case) Absent (control) Total

Intervensi (a) (b)

Placebo (c) (d)

Total

Experimental Event Rate (EER) :


= =%
+

Hal ini berarti dalam kelompok yang diberikan intervensi berupa ...................................,
sebesar ......... % dari seluruh partisipan mengalami .................................... .
Control Event Rate (CER) :


= =%
+

Hal ini berarti dalam kelompok yang diberikan intervensi berupa placebo, sebesar ... %
dari seluruh partisipan mengalami .......................
Dari kedua perhitungan di atas, dapat dilihat kalau EER >/< CER, hal ini berarti terapi
yang diberikan ................. akan ......................., beberapa perhitungannya nantinya akan
menjadi Absolute Risk Reduction (ARR), Relative Risk Reduction (RRR), dan Number
Needed to Treat (NNT).

What is the measure? What does it mean?

Relative Risk (RR):


Dari hasil perhitungan, ditemukan bahwa RR
>/< 1, hal ini berarti terapi yang diberikan
................akan ......................
= =

Dari hasil perhitungan, ditemukan bahwa ARR =
Absolute Risk Reduction (ARR) .... . Hal ini menunjukkan bahwa terapi yang
diberikan ............. tidak/memberikan pengaruh
terhadap......................, namun hal ini
= | | = tidak/cukup signifikan, mengingat nilai ARR
yang negatif/positif.

Relative Risk Reduction (RRR) Dari hasil perhitungan, ditemukan bahwa RRR=
.... . Hal ini menunjukkan bahwa terapi yang

16
diberikan.............. tidak/berpengaruh terhdap
..........................

= =

Number Needed to Treat (NNT)


Dari hasil perhitungan, ditemukan bahwa NNT =
... . Hal ini menunjukkan bahwa tidak/dibutuhkan
1 partisipan yang diterapi dengan ..... .
= =

2. How precise was the estimate of the treatment effect?
95% Confident Interval (CI)

(1 ) (1 )
95% = 1,96 +

1. Kesimpulan

Will the results help me in caring for my patient? (external validity/applicability)

17
Evidence Based Medicine
Form Critical Appraisal
Harm Study
Searching flow
Source :
Access date :
Keyword :
Address :
Are the results of the trial valid? (internal validity)
What question did the study ask?
Are the results of this harm study valid?

Were there clearly defined groups of patients, similar in all important ways other than
exposure to the treatment or other cause?

This paper : Yes No Unclear


Comment :

Who were the cases and control :

What is definition of the exposure :

Is the subjects characteristics similar between cases and control :

Were treatments/exposure and clinical outcomes measured in the same ways in both groups
(was the assessment of outcomes either objective or blinded to exposure)?

This paper : Yes No Unclear


Comment :
What is definition of the exposure and outcome :

How the exposure and outcome were determined :

Was the follow-up of study patients sufficiently long and complete?

This paper : Yes No Unclear


Comment :

Do the results satisfy some diagnostic tests for causation?

18
This paper : Yes No Unclear
Comment :
Is it clear that the exposure preceded the onset of the outcome :

Is there dose-response gradient :

Is there positive evidence from a dechallenge-rechallenge study :

Is the association consistent from study to study :

Does the association make biological sense :

Are the valid results from this harm study important?

What is the magnitude of the association between the exposure and outcome?

Adverse outcome
Totals
Present (case) Absent (control)

Exposed to the (a) (b) (a+b)


treatment
(c) (d) (c+d)

Totals (a+c) (b+d) (a+b+c+d)

Realtive Risk (RR) What does it mean?

a Dalam studi ini didapatkan RR > 1 maka


exposure yang diberikan (rosiglitazone) akan
RR a b meningkatkan risiko kematian ataupun dibawa
c ke rumah sakit karena gagal jantung atau infark
cd miokard. Kemungkinan partisipan yang
mendapatkan exposure (rosiglitazone) akan
mendapatkan risiko 1.25 kali lebih tinggi
daripada yang tidak diberi exposure (tetapi
diberi pioglitazole).

Odds Ratio (OR) What does it mean?

ad Odds Ratio merupakan data yang dilaporkan


OR dalam studi retrospective yang menunjukkan
bc
risiko dari suatu intervensi saat hasil yang
terlihat pada kelompok case daripada kelompok

19
Atau memakai calculator pada web : control.

http://www.hutchon.net/ConfidOR.htm Apabila OR <1 maka exposure yang diberikan


memberi efek protektif.

Apabila OR = 1 maka exposure yang diberikan


tidak memberikan perbedaan.

Apabila OR > 1 maka exposure yang diberikan


memberikan efek yang membahayakan (harm).

Number Needed to Harm (NNH) What does it mean?

NNH untuk RCT dan Cohort = Number needed to harm merupakan besarnya
partisipan yang diperlukan untuk memberikan
1 satu efek bahaya akibat exposure yang
NNH
a c diberikan. Semakin tinggi NNH semakin tidak
berbahaya exposure tersebut. Dan sebaliknya,
ab cd
semakin sedikit NNH semakin berbahay
exposure yang diberikan tersebut.

Jika case-control study, rumus NNH adalah sebagai


berikut :

1 CER 1 OR
OR 1 maka NNH
1 CER CER 1 OR

1 CER OR 1
OR 1maka NNH
1 CER CER OR 1

Selain rumus di atas, kita bisa mendapatkan NNH


dengan menghitung CER ataupun PEER (patients
expected event rate) terlebih dahulu.

c
PEER
cd

Setelah mendapatkan angka PEER, gunakan


calculator dari :

http://ktclearinghouse.ca/cebm/practise/ca/
calculators/ortonnt

20
What is the precision of the estimate of the association between exposure and outcome?

21
Form Kajian Rumah Sakit
Nama pasien dan masalah kesehatan
Nama Dokter dan Dokter Spesialis yang merawat

I. Self Assessment:
a. Format bebas, ditulis rangkuman mengenai data diri pasien,
rangkuman hasil penggalian riwayat penyakit, riwayat keluarga,
rangkuman hasil pemeriksaan dan laboratorium dan penekanan pada
masalah yang memerlukan rujukan ke Rumah Sakit (atau sebenarnya
tidak memerlukan rujukan). Bagaimana pendapat anda sebagai DLP
dalam hal rujukan ini.

Bahan kajian: Diagnosis Holistik dan Komprehensif (Person centered care, specific
problem solving, bio psychosocial-cultural background)

Ceritakan masalah pasien SEBELUM tiba di Rumah Sakit dan alasan rujukan:

Pasien seorang laki-laki 47 tahun dengan Parkinsons Disease, mengeluh


tangan kanan nya terus saja bergerak dan semakin sulit untuk dikontrol,
menganggap obat-obatan medis hanya memperburuk keadaannya, sehingga
suka mencari pengobatan alternatif. Memilik kekhawatiran penyakinya
semakin memburuk sehingga tak mampu bekerja lagi sebagai satpam.

b) Ceritakan masalah pasien PADA SAAT dirawat di Rumah Sakit :


Format bebas, ditulis rangkuman mengenai hasil pemeriksaan dan laboratorium
selama di rumah sakit dan penekanan pada masalah (medis maupun psikososial)
yang pasien temui selama perawatan di rumah sakit (bisa rawat inap maupun rawat
jalan di RS). Bagaimana pendapat anda sebagai DLP dalam hal perawatan RS ini.

Bahan Kajian:
a. Pelayanan Berpusat pada Pasien dan mengutamakan Keselamatan Pasien (Patient-
centered care, Patient Safety)
b. Kerjasama Tim dalam pengelolaan pasien untuk memberikan pelayanan yang
berkualitas (Interprofessional Collaboration to serve the Highest Quality of Care)

Tangan kanan bergerak tidak terkontrol sejak 7 tahun yang lalu dan memburuk
8 bulan terakhir

c) Ceritakan rencana pengelolaan pasien SETELAH pulang dari Rumah Sakit


dan kembali di komunitasnya, di mana anda adalah Dokter Keluarga/ Dokter
Layanan Primernya di FKTP tempat ia dan keluarganya terdaftar
22
a. Format bebas, ditulis rangkuman mengenai rencana tindak lanjut ketika pasien
dipulangkan. Penekanan pada persiapan kepulangan pasien, penerimaan keluarga di
rumah, rencana medis dan psikososial apa yang diperlukan ketika pasien pulang.
Bagaimana rencana kontrol ulang di Rumah Sakit, apa yang harus anda diskusikan
dengan Dokter Spesialis yang merawat di RS maupun kepada Perawat atau Bidan
atau Tenaga Kesehatan lain yang akan merawatnya saat kembali ke FKTP.
Bagaimana rencana anda sebagai DLP dalam hal kepulangan dari RS ini.

b. Bahan Kajian:
a. Kerjasama Tim dalam pengelolaan pasien untuk memberikan pelayanan yang
berkualitas (Interprofessional Collaboration to serve the Highest Quality of Care)
b. Koordinasi dengan Nakes di Sekunder/ Tersier maupun di Primer
(Comprehensive care)

Pasien Centerred :

Non Farmakologi
Psiko terapi memberikan motivasi
Terapi Komplementer: Terapi wicara, Terapi fisik, Terapi okupasi
Pada pasien dokter memberikan terapi akupunktur.
Menyarankan kepada pasien agar tetap berkonsultasi dangan dokter spesialis
saraf.
Farmakologi
Tidak diberikan terapi farmakologi untuk menghormati keputusan pasien

Penatalaksanaan komprehensif dilaksanakan secara IPC berpusat pada pasien


antara lain: Dokter memberikan terapi berdasarkan diagnosis yang telah ditetapkan,
dan menyesuaikan dengan keputusan pasien yang menolak obat medis, dokter
memutuskan merencanakan dan melaksanakan terapi komplementer bagi pasien.
Terapi komplementer ini harus melibatkan keluarga dan mengkonsultasikannya
dengan fisioterapis. Terapi komplementer untuk penderita Parkinson secara umum
dibagi menjadi 3 jenis yaitu terapi wicara, terapi fisik dan terapi okupasi9.
Terapi wicara adalah terapi yang melibatkan unsur terapi dalam
percakapan atau penggunaan bahasa. Terapi ini dilakukan untuk mendiagnosa,
mengobati, dan mengevaluasi gangguan komunikasi pada pasien, juga memperhatikan
kemampuan menelan serta kemampuan komunikasi pasien secara kognitif. Terapi
bicara untuk penderita parkinson dilakukan dengan beberapa arahan diantaranya:
- Meningkatkan volume suara
- Meningkatkan tipe pengucapan kata.
- Meningkatkan kejelasan bicara (artikulasi)
- Memperbaiki masalah kesulitan menelan pasien dengan mengevaluasi dan menerapkan
kombinasi diet yang telah dimodifikasi.
- Meningkatkan komunikasi nonverbal, misalnya ekspresi wajah.
Terapi fisik dilakukan dengan tujuan untuk mengembalikan fungsi,
meningkatkan mobilitas, mengurangi rasa sakit, serta mencegah atau membatasi
cedera atau cacat fisik permanen. Kegiatan ringan yang diajarkan meliputi kegiatan
23
sehari-hari seperti bangun dari tempat tidur, bangun dari kursi, keluar masuk mobil,
dan berjalan.
Terapi okupasi berfokus agar pasien dapat kembali melakukan aktifitas
hariannya secara mandiri. Metode-metode yang diajarkan kepada pasien parkinson
dalam terapi okupasi mencakup cara makan, mandi, berpakaian, serta hal-hal lain
seperti menggunakan gatget dan komputer.
Konsultasi kepada ahli fisioterapis yang dapat membantu:
- Merencanakan gerakan yang lebih efisien untuk kegiatan hidup sehari-hari.
- Meningkatkan keseimbangan dan berjalan.
- Gunakan alat bantu berjalan dengan benar.
Pada pasien ini dokter memberikan terapi akupunktur dengan kombinasi
GB34, SI3, BL62, dan ST36 yang dilakukan satu minggu sekali. Dari pengakuan
pasien terdapat peningkatan kemampuan gerak seperti semakin mudah memakai baju
sendiri, langkah menjadi lebih ringan, peningkatan fungsi seksual, namun tremor pada
tangan kanan belum ada perubahan yang berarti. Mengingat pasien adalah seorang
praktisi pencak silat, berdasarkan artikel yang dibaca bahwa ada perbaikan motorik
pada pasien Penyakit Parkinson yang berlatih Karate dan Taichi, dokter menyarankan
pasien tetap berolahraga dengan melatih jurus silatnya.
Family focus :
Diagnosa Penyakit Parkinson sangat berdampak kepada seluruh keluarga. Penanganan
efek emosional keluarga karena berhadapan dengan penyakit yang kronis.
Penatalaksanaan keluarga membantu keluarga untuk saling membantu satu sama lain
menyelesaikan segala masalah bersama. Setiap anggota keluarga harus tahu
bagaimana bergerak membantu menolong kebutuhan pasien parkinson terutama
membantu dalam terapi komplementer. Manjaga komunikasi yang intim satu sama
lain, dan menghindari segala komunikasi yang memperburuk keadaan. Saling
berkomunikasi dan bereksplorasi serta belajar bersama bagaimana membantu
memperbaiki keadaan pasien parkinson.
Community focus :
Mengadakan penyuluhan tentang penyakit parkinson dan bagaimana menanganinya
secara komunitas. Membuat aktivitas fisik bersama seperti gotong royong, bakti
sosial, berolahraga, yang mengikut sertakan pasien parkinson, sehingga tidak hanya
memperbaiki motoriknya juga menolong pasien mendapat penerimaan masyarakat
untuk mencegah timbulnya depresi akibat penyakit parkinson.

II. Rencana pengelolaan lanjutan atas masalah kesehatan pasien di atas:

Setelah pasien pulang dari RS dan bermaksud kontrol kepada anda di FKTP, apa rencana
pengelolaan pasien Jangka Pendek (3 bulan pertama) dan Jangka Panjang (lebih atau sama
dengan 1 tahun) yang akan anda komunikasikan kepada pasien. Perlukah anda lakukan
Home Visit, apa alasannya.
24
Bahan Kajian: Pelayanan Berkelanjutan (Continuity of Care)

Kita melakukan follow up terhadap perkembangan penyakit dan mengedukasikan


pasien agar tetap kontrol ke dokter spesialis saraf. Kepada pasien dilakukan terapi
komplementer yang mengkolaborasikan dengan setiap anggota keluarga dan
fisioterapis Terapi komplementer terdiri dari 3 jenis terapi, terapi wicara, terapi fisik
dan terapi okupasi. Terapi komplementer ini tidak akan efektif apabila tidak dilakukan
bersama setiap anggota keluarga serta dukungan komunitas.

Referensi yang saya baca dan telah saya lakukan telaah kritis (terlampir):

25

Anda mungkin juga menyukai