DISUSUN OLEH :
NIM : 1610054
SURABAYA
2016
BAB 1
PENDAHULUAN
9.1 MANFAAT
Manfaat pejelasan ini adalah memberikan informasi ilmiah bagi mahasiswa Stikes
Abi Surabaya sehingga bisa bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi para
mahasiswa dibidang kesehatan.
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 DEFINISI
Sindrom Steven Johnson adalah sindrom yang mengenai kulit, selaput lendir
diorifisium, dan mata dengan keadaaan umum bervariasi dengan ringan sampai yanng
berat. Kelainan pada kulit berupa eritema, vesikel/bula, dapat disertai purpura.
(Muttaqin arif, 2012)
Sindrom Steven Johnson (SSJ) adalah sindrom yang mengenai kulit, selaput
lendir di orifisium dan mata dengan keadaan umum bervariasi dan ringan sampai
berat, kelainan pada kulit berupa eritema, vesikel atau bula dapat disertai purpura
(Djuanda,2007).
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasi tubuh dari
lingkungan luar, kulit tidak bisa terpisah dari kehidupan manusia yang merupakan
organ assensial dan vital, kulit juga merupakan cermin kesehatan dari kehidupan
seseorang. Luas kulit orang dewasa 1.5 m2 dengan berat kira-kira 15% berat badan.
Kulit juga sangat komplek, elastis dan sensitif, bervariasi pada keadaaan iklim, umur,
seks, ras, dan juga bergantung pada lokasi tubuh.
Warna kulit berbeda-beda, dari kulit yang bewarna terang (fair skin), pirang
dan hitam, warna merah muda pada telapak kaki dan tangan bayi,sserta warna hitam
kecoklatan pada genetalia orang dewasa.
Kulit secara garis besar tersususn atas 3 lapisan utama yaitu :
1. Lapisan epidermis (kutikel)
Lapisan epidermis terdiri dari :
a. Stratum korneum (lapisan tanduk) adalah lapisan kulit yang paling luar
dan terdiri atas sel gepeng yang mati, tidak berinti, dan protoplasmanya
berubah menjadi keratin (zat tanduk).
b. Stratum lusidum terdapat langsung dibawah lapisan korneum, yang
merupakan lapisan sel-sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang
berubah menjadi protein yang disebut eleidin. Lapisan ini tampak/nyata
pada telapak tangan dan kaki.
c. Stratum granulosum (lapisan keratohialin) merupakan 2 atau 3 lapisan
sel-sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar serta terdapat inti
diantaranya dan terdapat jelas pada telapak tangan dan kaki.
d. Stratum spinosum (stratum malphigi) disebut juga picle cell layer
(lapisan akanta). Sel stratum spinosum mengandung banyak glikogen.
Stratum balase terdiri dari sel yang berbentuk kubus (kolumnar) yang
tersusun vertical pada pebatasan dermo epidermal seperti pagar
(palisade) dan merupakan lapisan epidermis yang paling bawah, sel
basal ini mengadakan mitosis yang berfungsi refroduktif.
Lapisan ini terdiri dari dua jenis sel yaitu?
1) Sel-sel ini berbentuk kolumnar denagn protoplasma terbentuk inti
lonjong dan besar berhubungan satu dengan yang lain oleh
jembatan antar sel.
2) Sel pembentuk melamin (melanosit) atau clear sell merupakan sel
bewarna muda, dengan sitiplasma basofilik dan inti gelap yang
mengandung butir pigmen (melanosomes).
2. Lapisan dermis (korium, kutis vera, true skin)
Lapisan dermis : Lapisan ini tepatnya dibawah epidermis yang jauh lebih
tebal dari pada epidermis dan terdiri atas lapisan elastic dan fibrosa padat.
Secara garis besar elemen seluler dan folikel rambut dibagi dua yaitu :
a. Pars papilare adalah bagian yang menonjol ke epidermis yang berisi
ujung serabut saraf dan pembuluh darah.
b. Pars retikulare adalah bagian yang dibawahnya menonjol kearah
subkutan terdiri dari serabut-serabut penunjang, misalnya serabut
(kolagen, elastin, dan retikulin). Dasar (matriks) lapisan ini terdiri atas
cairan kental, asam hialuronat dan kondroitin sulfat yang terdapat pula
fibroblast. Serabut kolagen dibentuk oleh fibroblast, membentuk ikatan
(bundel) yang mengandung hidroksiprolin dan hidroksisilin. Kolagen
muda bersifat lentur (dengan bertambah umur menjadi kurang larut
sehingga stabil). Serabut elastin biasanya bergelombang, berbentuk
amorf, mudah mengembang dan lebih elastis.
3. Lapisan subkutis (hypodermis)
Lapisan subkutis : Lapisan ini adalah kelanjutan dari dermis dan terdiri dari
jariangan ikat longgar berisi sel-sel lemak didalam nya lapisan sel sel lemak
disebut panikulus adipose yang berfungsi sebagai cadangan makanan.
Bagian lain yang terdapat pada lapisan subkutis adalah :
a. Ujung-ujung saraf tepi
b. Pembuluh darah
c. Getah bening
Vaskularisasi dikulit diatur oleh 2 pleksus yaitu :
a. Pleksus yang terletak dibagian atas dermis (pleksus superficial) dan
mengadakan anastomosis di papil dermis
b. Pleksus yang terletak disubkutis (pleksus profunda) mengadakan
anastomosis.
2.2.2 Adneksa kulit
Adneksa kult terdiri dari :
1. Kelenjar kelenjar
Kelenjar kulit terdapat di lapisan Dermis yang terdiri dari :
a. Kelenjar Keringat (Glandula Sudorifera)
ada dua macam kelenjar keringat yaitu :
1) Kelenjar Ekrin yang kecil-kecil dan terletak dangkal pada dermis
dengan secret yang encer, dan telah terbentuk sempurna pada 28
minggu kehamilan, berfungsi 40minggu setelah kelahiran berbentuk
spiral dan bermuara langsung di permukaan kulit, terbanyak di telapak
dan kaki.
2) Kelenjar Apokrin yang lebih besar, terletak lebih dalam dan sekretnya
lebih kental, dipengaruhi oleh saraf adrenergic, labio minora dan
saluran telinga luar. Fungsi apokrin pada manusia belum jelas, pada
waktu lahir kecil, dan pada pubertas mulai besar dan mengeluarkan
secret keringat yang mengandung air, elektrolit, asam laktat dan
glukosa, pH sekitar 4-6,8.
b. Kelenjar palit (grandula sebasea)
Terletak diseluruh permukaan kulit kecuali di telapak kaki dan kaki.
Kelenjar palit disebut juga kelenjar holokrin karena tidak berlumen dan
secret kelenjar ini berasal dari dekomposisi sel-sel kelenjar.
Kelenjar palit terdapat disampaing akar rambut (folikel rambut).
Sebelum mengandung trigleserida, asam lemak bebas, skualen, wax ester,
dan kolestrol. Sekresi dipengaruhi oleh hormon hedrogen, dan berfungsi
aktif pada usia pubertas.
2. Kuku
Kuku adalah lapisan terminal lapisan tanduk (stratum korneum) yang menebal.
Bagian-bagian dari kuku adalah :
a. Nail vood (akar kuku) terbenam dalam kulit.
b. Badan kuku bagian yang terbuka di atas jaringan lunak kulit
c. Ujung kuku bagian yang bebas (pertumbuhannya lebih kurang 1
mm/minggu)
d. Nail grove (sisi kuku) bagian yang agak cekung membentuk alur kuku.
e. Epinilium (kulit tipis) bagian proksimal yang menutupi kuku
f. Hiponiklum kulit yang ditutupi bagian kulit.
3. Rambu
Rambut adalah suatu pertumbuhan yang keluar dari kulit dan terdapat
diseluruh tubuh, kecuali pada telapak tangan dan kaki. Bagian yang terbenam
dalam kulit disebut akar rambut, bagian yang berada diluar kulit disebut
batang rambut. Dua (2) macam tife rambut yaitu :
a. Rambut lanugo yang merupakan rambut halus tidak mengandung pigmen
dan terdapat pada bayi
b. Rambut terminal yaitu rambut yang lebih kasar dengan banyak pigmen,
mempunyai medulla dan terdapat pada orang dewasa.
2.2.3 Fungsi kulit
Fungsi kulit utama yaitu :
1. Proteksi
Fungsi proteksi adalah menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan
fisi atau meknis.
a. Gangguan fisis missal nya tekanan, gesekan, tarikan
b. Gangguan kimiawi missal nya zat-zat kimia terutama yang bersifat
iritan.
Contohnya : lisol, karbol, asam, dan alkali kuat lainnya.
c. Gangguan bersifat panas misalnya : radiasi, sengatan sinar ultra violet
d. Gangguan infeksi luar terutama kuman/bakteri maupun jamur
2. Fungsi absobsi
Fungsi absobsi adalah kulit yang sehat dan tidak budah menyerab air,
larutan dan benda padat, tetapi cairan yang mudah menguap mudah
diserap, begitu pula yang larut dalam lemak. Stratum korneum mampu
untuk menyerap air dan mencegah kehilangan air dan mencegah
kehilangan air dan elektrolit yang berlebihan dari bagian internal tubuh.
3. Fungsi eksresi
Fungsi eksresi adalah mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna atau
sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCL, Urea, asam urat dan
ammonia.
4. Fungsi persepsi
Fungsi persepsi adalah fungsi terhadap ransangan panas yang
diperankan oleh badan-ruffini di dermis dan subkutis.
5. Fungsi pengaturan suhu tubuh (termoregulasi)
Pengaturan suhu tubuh adalah peran kulit untuk mengeluarkan keringat
dan mengerutkan otot (kontraksi oto) pembuluh darah kulit.
6. Fungsi pembentukan pigmen
Fungsi pembentukan pigmen yang terletak dilapisan basal ini bersal
dari rigi saraf (melanosif) dan peran untuk menentukan warna kulit, ras
maupun individu
7. Fungsi penbentukan vitamin D
Fungsi penbentukan vitamin D yang dapat mengubah 7 dihidrogsi
kolestrol dengan bantuan sinar matahari, kebutuhan vitamin tidak cukup
dengan sinar matahari sehingga vitamin D dapat diperlukan dengan
pemberian system vitamin D sistemik.
8. Fungsi keratinisasi
Fungsi keratinisasi yang terdapat pada epidermis dewasa yang
mempunyai tiga (3) jenis sel utama yaitu :
a. Keratinosis dimulai dari sel basah yang mengadakan pembelahan
sehingga terjadi perubahan bentuk menjadi sel spinosum makin ke
atas sel granulosum
b. Sel langerhans
c. Sel melanosit
2.3 KLASIFIKASI
Adapun klasifikasi dari Sindrom Stevens-Johnson, yaitu tertera dalam tabel
berikut ini.
2.4 ETIOLOGI
2.5 PATOFISIOLOGI
Sindrom ini jarang dijumpai pada usia 3 tahun kebawah. Keadaan umumnya
bervariasi dari ringan sampai berat. Pada yang berat kesadarannya menurun, penderita
dapat soporous sampai koma.
Penyakit SSJ sangat akut dan mendadak dapat di sertai gejala prodromal
berupa demam tinggi ( 38 C 40 C ), mulai nyeri kepala, batuk, pilek dan nyeri
tenggorokan yang dapat berlangsung 2 minggu. Gejala-gejala ini dengan segera akan
menjadi berat yang ditandai meningkatnya kecepatan nadi dan pernafasan, denyut
nadi melemah, kelemahan yang hebat serta menurunnya kesadaran, soporous sampai
koma. Pada sindroma ini terlihat adanya trias kelainan berupa :
1. Kelainan kulit
Kelainan pada kulit dapat berupa eritema, vesikal, dan bulla. Eritema
berbentuk cincin (pinggir eritema tengahnya relative hiperpigmentasi) yang
berkembang menjadi urtikari atau lesipapuler berbentuk target dengan pusat ungu
atau lesi sejenis dengan vesikel kecil. Vesikel kecil dan bulla kemudian memecah
sehingga terjadi erosi yang luas. Disamping itu dapat juga terjadi erupsi
hemorrhagis berupa ptechiae atau purpura. Bila disertai purpura - prognosisnya
menjadi lebih buruk. Pada keadaan yang berat kelainannya menjadi generalisata.
Kelainan selaput lendir di orifisium yang tersering adalah pada mukosa mulut /
bibir (100%), kemudian disusul dengan kelainan dilubang alat genetalia (50%),
sedangkan di lubang hidung dan anus jarang (masingmasing 8%-4%). Kelainan yang
terjadi berupa stomatitis dengan vesikel pada bibir, lidah, mukosa mulut bagian
buccal. Stomatitis merupakan gejala yang dini dan menyolok. Stomatitis ini kemudian
menjadi lebih berat dengan pecahnya vesikel dan bulla sehingga terjadi erosi,
excoriasi, pendarahan, ulcerasi dan terbentuk krusta kehitaman. Juga dapat terbentuk
pseudomembran. Di bibir kelainan yang sering tampak ialah krusta berwarna hitam
yang tebal. Adanya stomatitis ini dapat menyebabkan penderitaan sukar menelan.
Kelainan Dimukosa dapat juga terjadi di Faring, Traktus Respiratorius bagian atas dan
Esophagus. Terbentuknya Pseudo membrane di Faring dapat memberikan keluhan
sukar bernafas dan penderita tidak dapat makan dan minum.
3. Kelainan mata.
Kelainan pada mata merupakan 80% diantar semua kasus, yang sering terjadi
adalah Conjunctivitis Kataralis. Selain itu dapat terjadi Conjunctivitis Purulen,
pendarahan, Simblefaron , Ulcus Cornea, Iritis/Iridosiklitis yang pada akhirnya dapat
terjadi kebutaan sehingga dikenal trias yaitu Stomatitis, Conjuntivitis, Balanitis,
Uretritis.
2.8 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Keperawatan:
1. Epidermal Detachment
a. Secara teratur memonitor perubahan kulit
b. Membersihakan/mengangkat lapisan epidermis yang terkelupas
c. Terapkan dressing nonadherent diresapi dengan 0,5% perak nitrat, kapas
wol sintetik dressing dengan perak ionik atau silver19 nanocrystallic
d. Menstabilkan dressing dengan kapas jaring
e. Gunakan dressing biosintesis (Biobrane)
f. Mandikan pasien dengan ethacridine laktat (Rivanol)
2. Ulserasi rongga mulut
a. Menganjurkan pasien untuk berkumur pasien dengan 1% klorheksidin
b. Memantau gigi untuk mencegah adanya indikasi infeksi
3. Ulserasi pada Konjungtiva
a. Siram konjungtiva dengan garam fisiologis steril
b. Berikan obat tetes mata kortikosteroid
c. Terapkan penggunaa salep antibiotik
4. Menangani Nyeri
a. Menilai nyeri sesuai dengan lisan atau skala numerik, setelah pemberian
obat analgesik
b. Pantau tingkat kesadaran dan pola pernapasan pasien.
5. Cairan dan elektrolit
a. Ganti cairan sesuai dengan jumlah total permukaan tubuh yang terkena
b. Terus memantau parameter hemodinamik (denyut jantung, tekanan darah
invasif, pusat tekanan vena)
c. Secara teratur mengukur kadar elektrolit dan mengisi kembali sesuai yang
dianjurkan
d. Memonitor asupan cairan dan output secara teratur (Bozena Seczynska dkk,
2013)
2.9 KOMPLIKASI
Lisozim terlepas
Kerusakan organ target Akumulasi neutrofil
B2 B3 B4 B5 B6
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKJIAN
1. Identitas
Kaji nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa,
pendidikan, pekerjaan, alamat, dan nomor register.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Kaji apa alasan klien membutuhkan pelayanan kesehatan
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Kaji bagaimana kondisi klien saat dilakukan pengkajian. Klien dengan Steven
Johnson biasanya mengeluhkan dema, malaise, kulit merah dan gatal, nyeri
kepala, batuk, pilek, dan sakit tenggorokan.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji riwayat alergi makanan klien, riwayat konsumsi obat-obatan dahulu,
riwayat penyakit yang sebelumnya dialami klien.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji apakah di dalam keluarga klien, ada yang mengalami penyakit yang sama.
e. Riwayat Psikososial
Kaji bagaimana hubungan klien dengan keluarganya dan interaksi sosial.
3. Pola Fungsional Gordon
a. Pola persepsi kesehatan - manajemen kesehatan
pada pola ini kita mengkaji:
1) Bagaimanakah pandangan klien terhadap penyakitnya?
2) Apakah klien klien memiliki riwayat merokok, alkohol, dan konsumsi obat-
obatan tertentu?
3) Bagaimakah pandangan klien terhadap pentingnya kesehatan?
4) pada klien dengan Steven Johnson, biasanya penting dikaji riwayat
konsumsi obat-obatan tertentu.
b. Pola nutrisi - metabolik
pada pola ini kita mengkaji:
1) Bagaimanakah pola makan dan minum klien sebelum dan selama dirawat
di rumah sakit?
2) Kaji apakah klien alergi terhadap makanan tertentu?
3) Apakah klien menghabiskan makanan yang diberikan oleh rumah sakit?
4) Kaji makanan dan minuman kesukaan klien?
5) Apakah klien mengalami mual dan muntah?
6) Bagaimana dengan BB klien, apakah mengalami penurunan atau
sebaliknya?
7) pada klien dengan Steven Johnson, biasanya mengalami penurunan nafsu
makan, sariawan pada mulut, dan kesulitan menelan.
c. Pola eliminasi
pada pola ini kita mengkaji:
1) Bagaimanakah pola BAB dan BAK klien ?
2) Apakah klien menggunakan alat bantu untuk eliminasi?
3) Kaji konsistensi BAB dan BAK klien
4) Apakah klien merasakan nyeri saat BAB dan BAK?
5) Klien dengan Steven Johnson, biasanya akan mengalami retensi urin,
konstipasi, membutuhkan bantuan untuk eliminasi dari keluarga atau
perawat.
d. Pola aktivitas - latihan
pada pola ini kita mengkaji:
1) Bagaimanakah perubahan pola aktivitas klien ketika dirawat di rumah
sakit?
2) Kaji aktivitas yang dapat dilakukan klien secara mandiri
3) Kaji tingkat ketergantungan klien
0 = mandiri
1 = membutuhkan alat bantu
2 = membutuhkan pengawasan
3 = membutuhkan bantuan dari orang lain
4 = ketergantungan
4) Apakah klien mengeluh mudah lelah?
5) Klien dengan Steven Johnson biasanya tampak gelisah dan merasa lemas,
sehingga sulit untuk beraktifitas.
e. Pola istirahat - tidur
pada pola ini kita mengkaji:
1) Apakah klien mengalami gangguang tidur?
2) Apakah klien mengkonsumsi obat tidur/penenang?
3) Apakah klien memiliki kebiasaan tertentu sebelum tidur?
4) Klien dengan Steven Johnson, akan mengalami kesulitan untuk tidur dan
istirahat karena nyeri yang dirasakan, rasa panas dan gatal-gatal pada kulit.
f. Pola kognitif - persepsi
pada pola ini kita mengkaji:
1) Kaji tingkat kesadaran klien
2) Bagaimanakah fungsi penglihatan dan pendengaran klien, apakah
mengalami perubahan?
3) Bagaimanakah kondisi kenyamanan klien?
4) Bagaimanakah fungsi kognitif dan komunikasi klien?
5) Klien dengan Steven Johnson akan mengalami kekaburan pada
penglihatannya, serta rasa nyeri dan panas di kulitnya
g. Pola persepsi diri - konsep diri
Pada pola ini kita mengkaji:
1) Bagaimanakah klien memandang dirinya terhadap penyakit yang
dialaminya?
2) Apakah klien mengalami perubahan citra pada diri klien?
3) Apakah klien merasa rendah diri?
4) Dengan keadaan kulitnya yang mengalami kemerahan, klien merasa malu
dengan keadaan tersebut, dan mengalami gangguan pada citra dirinya.
h. Pola peran - hubungan
Pada pola ini kita mengkaji:
1) Bagaimanakah peran klien di dalam keluarganya?
2) Apakah terjadi perubahan peran dalam keluarga klien?
3) Bagaimanakah hubungan sosial klien terhadap masyarakat sekitarnya?
i. Pola reproduksi dan seksualitas
Pada pola ini kita mengkaji:
1) Bagaimanakah status reproduksi klien?
2) Apakah klien masih mengalami siklus menstrusi (jika wanita)?
j. Pola koping dan toleransi stress
Pada pola ini kita mengkaji:
1) Apakah klien mengalami stress terhadap kondisinya saat ini?
2) Bagaimanakah cara klien menghilangkan stress yang dialaminya?
3) Apakah klien mengkonsumsi obat penenang?
k. Pola nilai dan kepercayaan
Pada pola ini kita mengakaji:
1) Kaji agama dan kepercayaan yang dianut klien
2) Apakah terjadi perubahan pola dalam beribadah klien?
4. pola pengkajian persistem B1-B6
a. B1 (Breathing)
Kongesti vascular pulmonal : dipsneu, noktural paroksimal, batuk dan edema
pilmonal akut.
b. B2 (Blood)
Inspeksi : adanya paruh pada dada, keluhan kelemahan fisik,edema ekstremitas
Palpasi : denyut nadi perifer melemah. Thrill biasanya ditemukan.
Auskultasi : tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan volume
sekuncup . Bunyi jantung tambahan akibat kelainan katub biasanya ditemukan
apabila penyebab gagal jantung adalah kelainan katub
Perkusi : batas jantung mengalami pergeseran yang menunjukkan adanya
hipertropi jantung (kardiomegali) penurunan curah jantung, bunyi jantung dan
crackles ,disritmia, distensi vena jugularis, kulit dingin,perubahan denyut
jantung.
c. B3 (Brain)
Kesadaran klien biasanya compos mentis. Sering ditemukan sianosis perifer
apabila terjadi gangguan perfusi jaringan berat. pengkajian obyektif klien
meliputi wajah meringis, menangis, merintih, meregang dan menggeliat.
d. B4 ( bladder)
Pengukuran output urine selalu dihubugnkan dengan intake cairan. Perawat
perlu memonitor adanya oliguria karena merupakan tanda awal dari syok
kardiogenik. Adanya edema ekstremitas menunjukkan adanya retensi cairan
yang parah.
e. B5 (bowel)
Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi akibat
pembesaran vena di hepar. Bila proses ini berkembang, maka tekanan dalam
pembuluh darah portal meningkat sehingga cairan terdorong masuk ke rongga
abdomen, suatu kondisi yang dinamakan asiles.
Pengumpalan cairan dalam rongga abdomen ini dapat menyebabkan tekanan
pada diafragma sehingga klien dapat distress pernafasan. Anoreksia (hilangnya
selera makan) dan mual terjadi akibat pembesaran vena dan statis vena didalam
rongga abdomen
f. B6 (bone)
Edema dan mudah lelah
VSD kecil
- Palpasi : impuls ventrikel kiri jelas pada apeks kordis, biasanya teraba,
getaran bising pada SIC III dan IV kiri
- Auskultasi : bunyi jantung biasanya normal dan untuk defek sedang bunyi
jantung II agak keras. Intensitas bising derajat III s/d IV.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi: Warna, suhu, kelembapan, kekeringan
b. Palpasi: Turgor kulit, edema
1) Data fokus:
DS: gatal-gatal pada kulit, sulit menelan, pandangan kabur, aktifitas
menurun
DO: kemerah-merahan, memegang tenggorokan, tampak gelisah, tampak
lemas dalam beraktifitas.
6. Pemeriksaan Laboratorium dan Penunjang
a. Laboratorium : leukositosis atau esosinefilia
b. Histopatologi : infiltrat sel mononuklear, oedema dan ekstravasasi sel darah
merah, degenerasi lapisan basalis, nekrosis sel epidermal, spongiosis dan
edema intrasel di epidermis.
c. Imunologi : deposis IgM dan C3 serta terdapat komplek imun yang
mengandung IgG, IgM, IgA.
3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan volume cairan secara aktif, kegagalan
mekanisme pengaturan
2. Nyeri akut b.d agen cedera biologis (inveksi virus, misalnya: Herpes Simplex, HIV,
Coxsackie; zat kimia, misalnya alergi obat: antikonvulsan, antibiotic, antipiretik)
ditandai dengan melaporkan nyeri secara verbal dan mengekspresikan perilaku
gelisah.
3. Gangguan eliminasi urin ditandai dengan gangguan permukaan kulit dan kerusakan
lapisan kulit rectal (reaksi inflamasi: vesikel, eritema, bula, erosi, purpura).
6. Gangguan citra tubuh b.d timbul rasa malu akibat lesi disekitar tubuh
3.2 INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi
1. Kekurangan volume Setelah dilakukan tindakan NIC :
cairan b.d kehilangan keperawatan selama x24 Fluid management
volume cairan secara jam diharapkan deficit 1. pertahankan
aktif , kegagalan volume cairan dapat diatasi catatan intake dan
mekanisme pengaturan dengan kriteria hasil : output yang akurat
NOC 2. monitor status
- Fluid balance hidrasi
- Hydration (kelembaban
- Nutritional status : membrane
food and fluid intake mukosa, nadi
Kriteria hasil : adekuat tekanan
1) Mempertahankan darah ortostatik),
urine output sesuai jila diperlukan
dengan usia dan BB , 3. monitor hasil lab
BJ urine normal yang sesuai dengan
2) Tekanan darah, nadi, retensi cairan
suhu tubuh dalam (BUN, Hmt ,
batas normal osmolalitas, urin,
3) Tidak ada tanda albumin total
gejala dehidrasi , protein)
elastisitas turgor kulit 4. monitor vital sign
baik, membrane setiap 15 menit 1
mukosa lembab, jam
tidak ada rasa haus 5. kolaborasi
yang berlebihan pemberian cairan
4) Elektrolit, Hb, Hmt iv
dalam batas normal 6. monitor status
5) pH urin dalam batas nutrisi
normal 7. berikan
6) intake oral dan penggantian
intravena adekuat nasogastrik sesuai
output (50-
100cc/jam)
8. dorong keluarga
untuk membantu
pasien makan
9. kolaborasi dokter
jika tanda cairan
berlebih muncul
keburukan
10. monitor intake dan
output setiap 8 jam
Pressure Management
1. Hindari kerutan pada
tempat tidur
(terurama pada linen)
2. Monitor status nutrisi
pasien
Wound care
1. Memonitor
karakteristik luka
meliputi cairan,
warna, ukuran dan
odor.
2. Bersihkan lesi
dengan normal salin
(NaCl 0,9%) atau
pembersih non-toksik
(jika diperlukan)
3. Lakukan teknik
perawatan luka
dengan steril.
4. Ubah posisi pasien
setiap 2 jam sekali
5. Ajarkan pada
keluarga tentang luka
dan perawatan luka
untuk mencegah
infeksi
6. Dokumentasikan
lokasi luka, ukuran
6. Gangguan citra tubuh Setelah dilakukan tindakan NIC
b.d timbul rasa malu keperawatan selama 2x24 Body image
akibat lesi disekitar jam diharap gangguan citra enhancement
tubuh tubuh dapat berkurang 1. Kaji secara verbal dan
dengan kriteria hasil : non verbal respon
NOC : klien terhadap
- Body Image tubuhnya
- Self esteem 2. Monitor frekuensi
Kriteria hasil : mengkritik dirinya
1) Body image positif 3. Jelaskan tentang
2) Mampu pengobatan,
mengidentifikasi perawatan, kemajuan
kekuatan personal dan prognosis
3) Mendiskripsikan penyakit
secara factual 4. Dorong klien
perubahan fungsi mengungkapkan
tubuh perasaannya
4) Mempertahankan 5. Identifikasi arti
interaksi sosial pengurangan melalui
pemakaian alat bantu
6. Fasilitas kontak
dengan individu lain
dalam kelompok kecil
BAB 4
TINJAUAN KASUS
1.1 PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. A
Umur : 45 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Status perkawinan : Menikah
Agama : Hindu
Suku : Bali
Alamat : Jl. Gunung Agung, No. 03, Denpasar -Bali
Tanggal masuk : 19 Februari 2015
Tanggal pengkajian : 19 Februari 2015
Sumber Informasi : Keluarga
Diagnosa masuk : Steven Johnson Syndrome
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama : Lesi pada mata, kulit dan selaput lender diorifisium
b. Riwayat kesehatan sekarang :
Pasien datang ke RS pada tanggal 19 februari 2015 dengan keluhan terdapat lesi
pada seluruh tubuh sejak 1 bulan yang lalu. Awalnya timbul bintik-bintik merah
berisi cairan pada mulut dan hampir seluruh wajah. Kemudian menyebar ke
seluruh tubuh. Ukuran bintik-bintik awalnya seperti titik kemudian membesar
dengan cepat. Tidak disertai rasa gatal namun terasa nyeri. Selain timbul
gelembung di kulit, pada bibir pasien terdapat sariawan yang diderita bertambah
parah dan tidak sembuh, terasa nyeri dan terasa sakit apabila mulut
diregangkan. Pasien mengalami kesulitan untuk makan dan terasa sakit pada
tenggorokan saat menelan namun pasien dapat minum sedikit dengan bantuan
menggunakan sedotan.
SMRS pasien mengalami demam selama 7 hari dan dirasakan terus menerus
hingga menggigil sebelum muncul bintik-bintik merah pada kulit. Pasien juga
mengalami nyeri kepala, namun pasien menyangkal pernah mengalami batuk
dan pilek saat demam. BAB pasien normal dengan frekuensi 1x/hari konsistensi
lunak, berwarna kecoklatan, tidak terdapat darah dan bau khas. BAK pasien
normal berwarna kuning jernih dengan frekuensi 3x/hari dan tidak disertai
adanya lendir.
c. Riwayat kesehatan dahulu :
Pasien tidak pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya. Riwayat
penyakit asma (-), penyakit jantung (-), darah tinggi (-)
d. Riwayat kesehatan keluarga :
Keluarga pasien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit serupa seperti
pasien sebelumnya.
3. Data Subjektif :
Pasien mengeluh demam tinggi, lemah letih, nyeri kepala, batuk, pilek, dan nyeri
tenggorokan atau sulit menelan.
Data Obyektif :
a. Kulit eritema, papul, vesikel, bula yang mudah pecah sehingga terjadi erupsi
yang luas, sering didapatkan purpura
b. Krusta hitam dan tebal pada bibir atau selaput lender, stomatitis dan
pseudomembran di faring
c. Konjungtivitis purulen, perdarahan, ulkus kornea, iritis dan iridosiklitis
4. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-tanda vital :
Keadaan umum : compos mentis
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi : 60x/menit
Suhu : 380C
Respirasi : 25x/menit
b. Head to toe
1. Kulit dan rambut
Inspeksi :
Warna kulit : sawo matang dan terdapat eritema, lesi
Warna rambut : hitam
2. Kepala
Inspeksi : bentuk simetris antara kanan dan kiri, terdapat lesi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
3. Mata
Inspeksi : sklera ikhterik, terdapat lesi pada konjungtiva
4. Telinga
Inspeksi : simetris kanan dan kiri
Palpasi : tidak terdapat benjolan
5. Hidung
Inspeksi : simetris, tidak terdapat sekret
Palpasi : tidak terdapat benjolan
6. Mulut
Inspeksi : bentuk mulut simetris, terdapat lesi pada lidah, mukosa
mulut dan terdapat stomatitis
7. Leher
Inspeksi : bentuk leher simetris, terdapat lesi
Palpasi : tidak terdapat benjolan, terdapat nyeri tekan
8. Paru
Inspeksi : simetris antara kanan dan kiri
Palpasi : getaran lokal fremitus sama antara kanan dan kiri
Auskultasi : normal (sonor)
Perkusi : resonan
9. Abdomen
Inspeksi : perut datar simetris, terdapat lesi
Palpasi : tidak terdapat nyeri
Perkusi : resonan
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium : leukositosis atau esosinefilia
b. Histopatologi : infiltrat sel monoklear, edema, ekstravasasi sel darah merah,
degenerasi lapisan basalis, nekrosis sel epidermal, spongiosis dan edema
intrasel diepidermis
c. Imunologi : deposis IgM dan C3 serta terdapat komplek imun yang
mengandung IgG, IgM, IgA.
d. Chest radiography untuk mengindikasikan adanya pneumonitis
7. Pengkajian 7 ciri lesi kulit
a. Pasien mengeluh nyeri pada seluruh tubuh dan terdapat lesi. Awalnya terdapat
bintik-bintik merah berisi cairan di mulut dan hampir seluruh wajah, kemudian
menyebar ke seluruh tubuh.
b. Pasien sebelumnya mengalami demam dan nyeri kepala tanpa disertai batuk
dan pilek.
c. Pasien mengatakan lesi muncul sejak 1 bulan yang lalu di seluruh tubuh.
Awalnya terdapat bintik-bintik merah berisi cairan di mulut dan hampir seluruh
wajah, kemudian menyebar ke seluruh tubuh.
d. Ukuran bintik-bintik awalnya seperti titik kemudian membesar dengan cepat.
Tidak disertai rasa galat namun terasa nyeri.
e. Bintik-bintik pasien tersebut muncul setelah demam. Kemudian bintik-bintik
tersebut membesar dan menjadi lesi.
f. Pasien mengatakan sebelumnya meminum obat demam.
g. Pasien mengatakan bintik-bintik bertambah parah saat di bawah sinar matahari.
4.2 ANALISA DATA
MASALAH
NO. DATA ETIOLOGI
KEPERAWATAN
1. DS:
Reaksi Simpang Obat
(Antikonvulsan aromatic, Kerusakan
- Pasien mengatakan NSAID, alupurinol,
Integritas Kulit
nyeri di kulit seperti sulfonamide, penisilin)
Kerusakan Integritas
Kulit
2. DS:
DO:
- Tampak vesikel,
bula, dan stomatitis
pada membrane
mukosa oral pasien.
- Tampak
pesudomembran
pada faring dan
esophagus.
Vesikel dan bula di
- Berat badan 20% di mukosa oral
bawah berat badan
ideal. Kesulitan mastikasi
Ketidakseimbangan
Nutrisi: Kurang dari
Kebutuhan Tubuh
3. DS:
Nyeri Akut
- Pasien mengatakan
nyeri di kulit seperti
terbakar (Q), dengan
nyeri di daerah yang
mengalami lesi (R)
(mata, mukosa,
hampir seluruh
permukaan kulit),
skala nyeri pada tiap
bagian lesi berbeda
yakni pada bagian
purpura berskala 7
dan bagian vesikel
dan bula berskala 5
(S), nyeri bertambah
apabila lesi disentuh
atau bergesekan (P),
dan nyeri sudah
terjadi selama satu
minggu sejak gejala
prodromal berakhir
Reaksi inflamasi
dan mulai munculnya
eritema dan vesikel
(T). Adanya vesikel, bula,
erosi dan purpura
DO:
- Tampak edema
periorbital,
perdarahan
subkonjungtival, dan
adanya eksudat
purulen dari saluran
konjungtiva.
- Tampak vesikel,
bula, dan stomatitis
pada membrane
mukosa oral pasien.
3. Nyeri akut b.d agen cedera biologis (inveksi virus, misalnya: Herpes Simplex, HIV,
Coxsackie; zat kimia, misalnya alergi obat: antikonvulsan, antibiotic, antipiretik)
ditandai dengan melaporkan nyeri secara verbal dan mengekspresikan perilaku
gelisah.
4.4 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
NIC Label:
1. Kerusakan integritas Skin surveillance
kulit berhubungan 1. Inspeksi kulit, lihat adanya
dengan lesi, kemerahan, lesi, erosi
penurunan 2. Pantau kemungkinan terjadinya
Setelah dilakukan tindakan
imunologis (reaksi inspeksi, terutama pada area yang
keperawatan selama 5 x24 jam
hipersensitifitas) terjadi kerusakan lapisan
diharapkan kerusakan integritas
ditandai dengan kulit(lesi).
pasien berkurang dengan kriteria
gangguan permukaan
hasil:
kulit ( timbulnya Skin care: Topical treatment
NOC Label:
bula, vesikel, eritema,
Tissue Integrity skin: skin and 1. Lakukan tindakan delegatif
erosi yang luas dan
mucous membranes dengan memberikan obat oral
purpura)
Wound healing : primer and kortikosteroid dan obat topical
sekunder antiinflamasi pada area kulit
1. Lesi teratasi yang terjangkit (bila
2. Menunjukkan adanya dianjurkan).
proses penyembuhan 2. Lakukan pemantauan pada
luka kulit secara berkala
3. Menunjukkan
pemahaman dalam
proses perbaikan kulit Pressure Management
dan mencegah terjadinya 1. Hindari kerutan pada tempat
infeksi tidur (terurama pada linen)
2. Monitor status nutrisi pasien
Wound care
1. Memonitor karakteristik luka
meliputi cairan, warna, ukuran
dan odor.
2. Bersihkan lesi dengan normal
salin (NaCl 0,9%) atau
pembersih non-toksik (jika
diperlukan)
3. Lakukan teknik perawatan luka
dengan steril.
4. Ubah posisi pasien setiap 2 jam
sekali
5. Ajarkan pada keluarga tentang
luka dan perawatan luka untuk
mencegah infeksi
6. Dokumentasikan lokasi luka,
ukuran
E. EVALUASI
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis ( infeksi virus ), zat
kimia : alergi obat ( missal antikonvulsan, antibotik, antipiretik ), ditandai
dengan melaporkan nyeri secara verbal, perubahan selera makan,
mengekspresikan perilaku ( gelisah )
S : Pasien mengatakan nyeri berkurang
O : Pasien tampak tidak merasa gelisah
A : Tujuan tercapai
P : Pertahanan kondis pasien
BAB 4
PENUTUP
2.1 Kesimpulan
1. Definisi
Sindrom Steven Johnson adalah sindrom yang mengenai kulit, selaput
lendir diorifisium, dan mata dengan keadaaan umum bervariasi dengan ringan
sampai yanng berat. Kelainan pada kulit berupa eritema, vesikel/bula, dapat
disertai purpura. (Muttaqin arif, 2012)
Stevens-Johnson Syndrome adalah sebuah kondisi mengancam jiwa
yang mempengaruhi kulit di mana kematian sel menyebabkan epidermis
terpisah dari dermis. Sindrom ini di perkirakan oleh karena reaksi
hipersensitivitas yang mempengaruhi kulit dan membrane mukosa. (NANDA,
NIC-NOC)
2. Anatomi kulit
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasi
tubuh dari lingkungan luar, kulit tidak bisa terpisah dari kehidupan manusia
yang merupakan organ assensial dan vital, kulit juga merupakan cermin
kesehatan dari kehidupan seseorang. Luas kulit orang dewasa 1.5 m2 dengan
berat kira-kira 15% berat badan. Kulit juga sangat komplek, elastis dan
sensitif, bervariasi pada keadaaan iklim, umur, seks, ras, dan juga bergantung
pada lokasi tubuh. Kulit secara garis besar tersususun atas 3 lapisan utama
yaitu :
a. Lapisan epidermis (kutikel) terdiri dari :
1) Stratum korneum (lapisan tanduk)
2) Stratum.
3) Stratum granulosum (lapisan keratohialin)
4) Stratum spinosum (stratum malphigi)
b. Lapisan dermis (korium, kutis vera, true skin).
c. Lapisan subkutis (hypodermis)
3. Etiologi
a) Penyebab utama timbulnya SJS adalah alergi obat, sedangkan
penyebab lainnya adalah infeksi, vaksinasi, penyakit graft-versus-
host, neoplasma dan radiasi.
b) Infeksi : Virus, bakteri , jamur, parasit
c) Alergi Sistemik terhadap : Zat tambahan pada makanan (Food
Additive) dan zat warna, Kontaktan (Bromofluerene, Fire sponge
(Tedania Ignis) dan Rhus (3- Pentadecylcatechol). Dan Faktor fisik
(Sinar X, sinar matahari, cuaca dan lain lain. )
4. Patofisologi
Faktor yang diduga kuat sebagai etiologinya adalah reaksi alergi
obat secara sistemik, infeksi bakteri, virus, jamur, protozoa, neoplasma,
reaksi pascavaksinasi, terapi radiasi, alergi makanan, bahan-bahan kimia
dan penyakit kolagen.
Hampir semua kasus SJS dan TEN disebabkan oleh reaksi toksik
terhadap obat, terutama antibiotik (mis. obat sulfa dan penisilin),
antikejang (mis. fenitoin) dan obat antinyeri, termasuk yang dijual tanpa
resep (mis. ibuprofen). Berdasarkan etiologi reaksi simpang obat
(Sulfonamid, antikonvulsan aromatic, NSAID, alupurinol, sulfonamide,
klormenazon), sehingga mempengaruhi reaksi hipersensitifitas tipe III.
5. Manifestasi
a) Kelainan kulit : Kelainan pada kulit dapat berupa eritema, vesikal, dan
bulla. Eritema berbentuk cincin (pinggir eritema tengahnya relative
hiperpigmentasi) yang berkembang menjadi urtikari atau lesipapuler
berbentuk target dengan pusat ungu atau lesi sejenis dengan vesikel
kecil.
b) Kelainan selaput lendir di orifisium : Kelainan yang terjadi berupa
stomatitis dengan vesikel pada bibir, lidah, mukosa mulut bagian
buccal. Stomatitis ini kemudian menjadi lebih berat dengan pecahnya
vesikel dan bulla sehingga terjadi erosi, excoriasi, pendarahan, ulcerasi
dan terbentuk krusta kehitaman.
c) Kelainan mata : Conjunctivitis Kataralis, Conjunctivitis Purulen,
pendarahan, Simblefaron , Ulcus Cornea, Iritis/Iridosiklitis yang pada
akhirnya dapat terjadi kebutaan sehingga dikenal trias yaitu Stomatitis,
Conjuntivitis, Balanitis, Uretritis.
6. Penatalaksaan
Terhadap penderita Sindrom Stevens-Johnson memerlukan tindakan
yang tepatdan cepat. Penderita biasanya memerlukan perawatan di rumah
sakit. Penanganan yang perlu dilakukan meliputi:
1. Preparat Kortikosteroid
2. Antibiotik
3. Infuse dan Transfusi Darah
4. KCl
5. Adenocorticotropichormon (ACTH)
6. Agen Hemostatik
7. Diet
Diet rendah garam dan tinggi protein
8. Vitamin
7. Komplikasi
2.2 Saran
Diharapkan dapat menjadi acuan bagi pembaca terutama perawat dalam
membuat asuhan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Bozena Seczynska dkk, 2013. Supportive Therapy for a Patient With Toxic
Epidermal Necrolysis Undergoing Plasmapheresis, Vol 33, No. 4.
Amerika: American Association of Critical-Care Nurses.