Anda di halaman 1dari 64

RESUME KOMPILASI

SKENARIO 3
BLOK 4

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2011
SKENARIO 3:

Aaaghh,,,tidaak,,, teriak Nobita, seorang mahasiswa yang sedang belajar karena


tiba-tiba mati lampu. Dengan tergesa-gesa dia menyalakan lilin, tapi sial tangannya
terkena api, spontan dia menarik tangannya sebagai refleks untuk melindungi
tangannya. Jantungnya berdebar-debar karena terkejut. Setelah lampu menyala,
Nobita segera pergi ke warung untuk membeli obat anti nyeri, untuk mengurangi rasa
nyeri di tangannya.
TUJUAN BELAJAR

1. Mengetahui antomi dan fisiologi system saraf tepi


2. Mengetahui dan memahami mekanisme reflek
3. Mengetahui dan memahami tentang nyeri

MAPPING

N.CRANIALIS

SOMATIK

N.SPINALIS
ANATOMI

SIMPATIK

SST OTONOM

PARASIMPATIK
REFLEKS

FISIOLOGI

NYERI
SISTEM SARAF TEPI

1. Anatomi
1.1 Saraf Cranial
Tempat keluar dari
No Nama Saraf Komponen Fungsi
cranium
Lubang-lubang di
I. N. olfactorius Sensoris Pengbau lamina cribrosa ossis
ethmoidalis
II. N. opticus Sensoris Penglihatan Canalis opticus
Mengangkat palpebra superior,
N. memutar bola mata ke atas, bawah dan
III. Motoris Fissura orbitalis superior
oculomotorius medial; mengecilkan pupil; dan
akomodasi
Membantu memutar bola mata ke
IV. N. trochlearis Motoris Fissura orbitalis superior
bawah dan lateral
V. N. trigeminus
Cornea, kulit dahi, kulit kepala,
Divisi palpebra dan hidung; juga membrana
Sensoris Fissura orbitalis superior
Opthalmicus mucosa sinus paranasalis dan cavum
nasi
Kulit wajah di atas maxilla dan bibir
Divisi atas; gigi-geligi rahang atas;
Sensoris Foramen rotundum
Maxilaris membrana mucosa hidung, sinus
maxillaries, dan palatum
Otot-otot pengunyah, m.
Divisi mylohyoideus, venter anterior m.
Motoris Foramen ovale
Mandibularis Digastricus, m. tensor veli palatini, dan
m. tensor tympani
Sensoris Kulit pipi, kulit di atas mandibula,
bibir bawah, dan pelipis; gigi-geligi
rahang bawah dan articulatio
temporomandibularis; membrana
mucosa mulut dan dua pertiga anterior
lidah
M. rectus lateralis; memutar bola mata
VI. N. abduscen Motoris Fissura orbitalis superior
ke lateral
Otot-otot wajah, pipi, dan kulit kepala; Meatus acusticus
VII M. stapedius telinga tengah; M. internus, canalis facialis,
N. facialis Motoris
. stylohyoideus; dan venter posterior m. foramen
Digastrici stylomastoideum
Pengecap dua pertiga anterior lidah,
Sensoris
dasar mulut dan palatum
Sekretomot Glandula salivaria submandibularis
orik dan sublingualis, glandula lacrimalis,
parasymph dan glandula-glandula hidung dan
atis palatum
N.
VII
vestibulocochl
I.
earis
Meatus acusticus
N. vestibularis Sensoris Posisi dan gerakan kepala
internus
N. cochlearis Sensoris Pendengaran
N.
M. stylopharyngeus; membantu
IX. glossopharyng Motoris Foramen jugulare
menelan
eus
Sensasi umum dan pengecap dari
Sensoris sepertiga posterior lidah dan pharynx;
sinus caroticus dan glomus caroticum
Sekretomot Glandula saliva parotidea
orik
parasymph
atis
Mm. Constrictor pharyngeus dan otot-
otot intrinsik larynx; otot-otot
involunter trachea dan bronchus,
X. N. vagus Motoris Foramen jugulare
jantung, tractus digestivus dari
pharynx sampai ke flexura lienalis
colon; hepar dan pankreas
Pengecap dari epiglottis dan vallecula M.
Sensoris dan serabut-serabut aferen dari sternocleidomastoideus
struktur-struktur di atas dan m. trapezius
XI. N. acessorius
Otot-otot palatum molle, pharynx, dan
Radix cranialis Motoris Foramen jugulare
larynx
M. sternocleidomastoideus dan m.
Radix spinalis Motoris
Trapezius
Otot-otot lidah yang mengatur bentuk
XII N.
Motoris dan gerakan lidah (kecuali m. Canalis hypoglossi
. hypoglossus
palatoglossus)
12 pasang saraf cranial
N. Olfactorius
Merupakan saraf sensorik yang bekerja pada daerah cavum nasi dan
digunakan sebagai penciuman. Saraf ini keluar dari lamina cribosa
diantara crista frontalis. Mekanisme penciuman adalah saraf
menghantarkan bau menuju otak dan kemudian diolah lebih lanjut.
Akson-akson pada saraf olfaktorius dapat mengalami degenerasi karena
neuronnya dapat memberlah. Serat-serat aferen olfaktorius akan
bersinap dengan bulbus olfaktorius.
Bulbus olfaktorius rute subkortikal
rute talamus kortikal
N. Opticus
N. opticus atau saraf penglihatan, panjangnya lebih kurang 1,6 inci (
4 cm ). Saraf ini meninggalkan rongga orbita dengan berjalan melalui
canalis opticus bersama dengan a. ophthalmica dan masuk ke dalam
rongga otak. Di dalam orbita, saraf ini dibungkus oleh ketiga saraf
meningen, yang mengikutinya sampai ke spatium subarachnoideum.
Kedua saraf dari kedua sisi kemudian bergabung membentuk chiasma
opticum. Disini serabut saaraf yang berasal dari medial retina menyilang
garis tengah dan masuk tractus opticus sisi kontralateral. Sedangkan
serabut saraf dari belahan lateral retina berjalan ke posterior di dalam
tractus opticus di sisi yang sama.
Tractus opticus keluar dari sudut posterolateral chiasma opticus dan
berjalan ke belakang di sekitar sisi lateral mesencephalon untuk menuju
corpus geniculatum lateral. Sebagian kecil saraf, yang berfungsi pada
reflex pupil dan reflex mata, tidak menuju corpus genulatum lateral,
tetapi menuju ke nucleus pretectalis dan colliculus superior. Dari corpus
genulatum laterale, radiato optica melengkung ke belakang menuju
cortex visual hemispherium cerebri.
N. Occulomotoris
o Masuk orbita melalui Fissura Orbitalis Superior (FOS)
o Mensarafi otot pergerakan mata (rectus medialis, superior, interior,
obliqua inferior dan levator palpebra)
o Mengandung serabut saraf parasimpatis
N. Trochlearis
N. Trochlearis adalah saraf motorik dan merupakan saraf otak paling
halus Saraf ini mengurus M. Obliquus superior di dalam orbita. Saraf ini
muncul dari permukaan posterior mesencephalon, tepat di bawah
colliculus inferior. Kemudian membelok ke depan di sekeliling sisi
lateral pedunculus cerebri. Saraf ini berjalan ke depan di dalam dinding
lateral sinus cavernosus, terletak sedikit di bawah N. Oculomotorus. N.
Trochlearis masuk ke orbita melalui fissure orbitalis superior.
N. Trigeminus
o Merupakan saraf cranial terbesar
o Teridiri dari saraf motorik dan sensorik
o Neuron sensorik membentuk saraf sensorik utama pada wajah, rongga
nasal dan rongga oral
o Neuron motorik berasal dari pons dan menginervasi otot-otot
mastikasi (pengunyah)
o Memiliki tiga cabang, yaitu :
i. N. Opthalmicus :
menginervasi kelopak mata, bola mata, kelenjar air mata,
rongga nasal, dan kulit kepala
keluar cranii melalui fissura orbitalis superior
ii. N. Maxillaris
Menginervasi kulit wajah, rongga oral (gigi, gusi, bibir bagian
atas), palatum
Keluar cranii melalui foramen rotundum
iii. N. Mandibularis
Menginervasi gigi, gusi, bibir bagian bawah, kulit rahang
bawah dan area temporal kulit kepala, m.mylohyoid dan
m.digastricus venter anterior
N. Abduscens
Saraf motoris kecil dan mempersarafi m. rectus lateralis bola mata.
Sehingga fungsinya adalah untuk memutar bola mata ke posisi lateral.
Saraf ini muncul dari permukaan anterior otak, di antara pinggir bawah
pons dengan medulla oblongata. Mula-mula saraf ini terletak di dalam
fossa cranii posterior. Kemudian ia membelok dengan tajam ke depan
melintasi pinggir superior pars petrosa ossis temporalis. Setelah masuk
sinus cavernosus, saraf ini berjalan ke depan bersama a. carotis interna.
Masuk ke rongga orbita melalui fisura orbitalis superior.
N. Facialis
Nervus facialis atau nervus VII merupakan saraf gabungan antara
saraf motorik dan saraf sensorik. Saraf ini muncul sebagai dua radix dari
permukaan anterior otak belakang di antara pons dan medulla oblongata,
radix ini masuk ke Os temporalis dan melalui Meatus Acusticus Internus
(MAI).
N. Facialis ini mempersarafi otot-otot wajah, pipi, dan kulit kepala;
m. Stylohyoideus; venter posterior; m. Digastricus; dan m. Stapedius
telinga tengah. Radix sensoris membawa serabut-serabut pengecap dari
dua pertiga bagian anterior lidah, dasar mulut, dan palatum. Serabut-
serabut sekretomotorik parasimpatis mempersarafi glandula
submandibularis dan sublingualis, glandula lacrimalis, dan kelenjar-
kelenjar hidung serta palatum.
N. Vestibulocochlearis
Nervus Vestibulocochlearis (VIII, acoustic, atau auditory) nervus
adalah saraf sensori yang timbul dari medulla oblongata.nervus ini
Memiliki 2 bagian cabang ; cabang vestibular, dan cabang koklearis.
o Perikaryon dari serabut2 saraf cabang vestibular terletak di ganglia
dekat vestibula dan kanalis semicircular, memiliki reseptor yang
secara spesifik mengatur perubahan posisi kepala dan kemudian
mengirimkan impulse ke cerebellum yang kemudian mempergunakan
informasi tersebut untuk mempertahankan keseimbangan tubuh.
o Perikaryon dari serabut2 saraf cabang koklearis terletak di ganglion
koklearis bagian dari telinga bagian dalam yang berperan sebagai
pusat reseptor pendengaran. Impuls dihantarkan melewati medulla
oblongata dan otak tengah dalam perjalanannya menuju bagian pusat
pengolah informasi pendengaran yakni lobus temporal.
N. Glossopharingeus
o Merupakan saraf motorik
o Mempunyai 3 macam nukleus:
Nukleus Motorik
Nukleus ini terletak dalam di formatio retikularis medulla
oblongata dan dibentuk oleh ujung superior nucleus ambiguss.
Nukleus ini menerima serabut2 kortikonuklearis dari kedua
hemisfer serebrii. Serabut-serabut ini mempersarafi
m.stylopharyngeus.
Nukleus Parasimpatis
Nukleus ini disebut juga nukleus salivatorius inferior. Nkleus ini
menerima serabut2aferen dari hipotalamus melalui
jaras2desendens. Struktur ini juga memiliki hubungan dengan
daerah olfaktori melalui formatio retikularis. Informasi yang
berhubungan dengan pengecap juga diterima dari nucleus traktus
solitarius dari rongga mulut.
Serabut2 eferen postganglionik parasimpatis mencapai ganglion
oticum melalui ramus tympanicus, plexus tympanicus,dan n
petrosus minor. Serabut2 post ganglionik berjalan menuju
glan.parotis.
Nukleus sensorik
Bagian ini merupakan bagian dari nukleus traktus solitarius.
Sensasi pengecap berjalan melalui ak son perifer sel2saraf yang
terletak dalam ganglion n.glossopharyngeus. Proc.sentralis sel sel
ini bersinaps dengan sel-sel saraf didalm nukleus. Serabut serabut
eferen menyilang median dan naik menuju kelompok nuklei
vntralis thalami sisi yang berlawanan, dan juga ke beberapa nuklei
di hipotalamus. Dari talamus, akson sel2talamus berjalan menuju
capsula interna dan corona radiata, serta berakhir di bagian bawah
gyrus post centralis.
Informasi mengenai aferen masuk melalui batang otak melalui
ganglion superior n.IX, namun berakhir didalam nuclei spinalis
nervi trigemini. Impuls-impuls aferen dari sinus carotis
baroreseptor yang terletak di bifurcatio arteri comunis juga
berjalan bersama n IX. Keduanya berakhir di nukleus traktus
solitarius dan berhubungan dengan nukleus motorius dorsalis
n.vagi. reflek sinus caroticus yang melibatkan n IX dan n X
membantu regulasi tekanan darah.
o Perjalanan N.Glossopharyngeus
N IX meinggalkan permukaan anterolateral bagian atas
medulla oblongta sbg ragkaian kecil didalam alur antara oliva dan
npendunculus cerebrallis inferior. Saraf ini lalu berjalan ke lateral
didalam fossa cranii posterior kluar melalui foramen jugulare. Di
tempat ini terdapat ganglia sensorik superior dan inferior n IX.
Selanjutnya, saraf turun melalui bagian atas leher di ikuti oleh vena
jugularis interna dan a. Carotis interna untuk mencapai tepi posterior
musculus stylopharyngeus yang dipersyarafinya. Setelah itu, saraf
berjalan ke depan diantara m.constricsor pharyngeus superior dan
medius untuk bercabang cabang ke membran mukosa faring dan
sepertiga lidah posterior.
N. Vagus
o Merupakan saraf kranial-X
o serabut saraf campuran, sensoris dan motoris
o Berasal dari sejumlah radix kecil pada daerah lateral medula oblongata
o Distribusi saraf ini turun melalui foramen jugularis, membentuk
ganglion superior melalui thorax dan abdomen
o Menginervasi serabut sensoris untuk telinga, lidah, faring, laring,
esofagus, serta mempercabangkan serabut parasimpatis dan aferen
viseral untuk daerah thorax dan abdomen
o karena jangkauan saraf ini sangat luas, maka disebut juga sebagai saraf
pengembara
N. Accesoris
Adalah saraf motoris yang terdiri atas radix cranialis dan radix
spinalis. Radis cranialis muncul dari permukaan anterior medulla
oblongata, diantara oliva dan pendunculus cerebrellaris inferior. Berjalan
ke lateral dalam fossa cranii posterior dan bergabung dengan radix
spinalis.
Radix spinalis berawal dari sel-sel saraf dari collumna grisera
anterior. Saraf ini berjalan naik di samping medulla spinalis. Saraf ini
berjalan masuk ke cranium melalui foramen magnum. Kemudian
membelok ke lateral dan bergabung dengan radix cranialis. Kedua radiks
bersatu dan meninggalkan cranium melalui foramen jugulare.
Jadi nervus accessorius mengurus gerakan palatum molle, pharynk,
dan larynx dan mengendalikan gerakan dua otot besar leher yaitu
m.sternocleidomastoideus dan m.trapezius.
N. Hypoglossus
Berjalan turun di dalam selubung carotis. Sampai di pinggir
bawah venter posterior m.digasstricus kemudian belok ke depan, menyilang
lengkung A.lingualis, tepat di atas ujung cornu majus ossis hyoideus.
Selanjutnya ke depan pada permukaan lateral m.hyoglossus dan permukaan
medial m.mylohyoideus. Sarar ini terletak di bawah pars profundus glandula
submandibularis, ductus submandibularis dan n. Lingualis. Saraf ini berakhir
dengan lengkung ke atas ke arah ujung lidah dan memberikan cabang-cabang
untuk otot.
1.2 Saraf Spinal
31 pasang saraf spinal
Macam
Saraf spinal keluar dari medulla spinalis pada kolumna
vertebralis melalui foramina intravertebralis (lubang pada tulang
vertebra). Saraf spinal diberi nama sesuai foramina intravertebralis
tempat keluarnya sarf-saraf tersebut. Ada 31 pasang saraf spinal, yakni
8 cervikalis, 12 torakalis, 5 lumbalis, 5 sacral, 1 coxygeus. Semua
saraf ini punya jumlah yang sama dengan vertebranya, tapi hanya ada
7 vertebra cervikalis karena C1 keluarnya diantara tulang oksipital dan
vertebra cervical.
Medulla spinalis berkembang lebih lambat dari pada kolumna
vertebra. Medulla spinalis berhenti pada lumbal 1. Radiks dibawah
lebih panjang dari pada radiks diatasnya. Daerah cervical atas radius
spinalisnya lebih pendek dan berjalan hampir horizontal. Tapi radiks
nervi dibawahnya medulla spinalis mebentuk berkas saraf vertical
yang disebut cauda equine.
Masing-masing saraf spinal dihubungkan dengan medulla
spinalis dengan dua radiks, yaitu radiks anterior yang membawa
impuls menjauhi susunan SSP (eferen) dan radiks posterior yang
membawa ke SSP (aferen). Radiks anterior dan posterior bersatu jadi
saraf spinal, sehingga saraf spinal dibentuk dari gabungan serabut
motorik dan saraf sensorik. Saat keluar dari foramen intervertebrale,
sartaf spinal terbagi jadi ramus anterior dan ramus posterior. Ramus
anterior lebih besar dari pada ramus posterior. Ramus posterior
berjalan kebelakang disekitar columna verterbralis dan menyarafi otot-
otot dan kulit punggung. Ramus anterior berjalan kedepan dan
menyarafi otot-otot dan kulit di anterolateral dinding tubuh dan semua
otot, kulit dan ekskremitas.

Divisi
Cabang meningeal kecil masuk kembali ke medulla spinalis
melalui foramen sama yang digunakan saraf untuk keluar dan
mempersarafi meninges, pembuluh darah medulla spinalis, dan
ligament intervertebral.
Ramus dorsal (posterior) terdiri dari serabut yang menyebar kea
rah posterior untuk mempersarafi otot dan kulit pada bagian
belakang kepala, leher, dan pada trunkus di regia saraf spinal.
Cabang ventral (anterior) terdiri dari serabut yang mensuplai
bagian anterior dan lateral pada trunkus dan anggota gerak.
Cabang visceral adalah bagian dari SSO. Cabang ini memilki
ramus alba dan ramus grissea yang membentuk hubungan antara
medulla spinalis dan ganglia pada trunkus simpatis SSO.
Pleksus
Pleksus adalah jaring-jaring serabut saraf yang terbentuk dari
ramus ventral seluruh saraf spinal, kecuali T1 dan T11 (yang
merupakan awal saraf interkostal).
Pleksus dibagi 5 yaitu:
Pleksus serviks
- Terbentuk dari ramus ventral keempat saraf serviks pertama
(C1,C2,C3,C4) dan sebagian C5.
- Saraf ini menginervasi otot leher dan kulit kepala, leher serta dada.
- Saraf terpenting adalah saraf frenik, yang menginervasi
diafragma.
Pleksus brakial
- Terbentuk dari ramus ventral saraf serviks C5,C6,C7,C8 dan saraf
toraks pertama,T1 dengan melibatkan C4 dan T2.
- Saraf dari pleksus ini mensuplai lengan atas dan beberapa otot
pada leher dan bahu
Pleksus lumbal
- Terbentuk dari ramus saraf lumbal L1,L2,L3 dan L4 dengan
bantuan T12.
- Saraf dari pleksus ini menginervasi kulit dan otot dinding
abdomen,paha, dan genitalia eksternal.
- Saraf terbesar adalah saraf femoral yang mensuplai otot fleksor
paha dan kulit pada paha anterior,regia panggul, dan tungkai
bawah.
Pleksus sakral
- Terbentuk dari ramus ventral saraf sakral S1, S2 dan S3 serta
kontribusi dari L4, L5, dan S4.
- Saraf dari pleksus ini menginervasi anggota gerak bawah, bokong,
dan regia perineal.
- Saraf terbesar adalah saraf skiatik.
Pleksus koksiks
- Terbentuk dari ramus ventral S5 dan saraf spinal koksiks dengan
kontribusi dari ramus S4.
- Pleksus ini merupakan awal saraf koksiks yang mensuplai regia
koksiks.
vvvvv
1.3 Saraf Otonom
Sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari otak
maupun dari sumsum tulang belakang dan menuju organ yang bersangkutan.
Dalam sistem ini terdapat beberapa jalur dan masing-masing jalur membentuk
sinapsis yang kompleks dan juga membentuk ganglion. Urat saraf yang
terdapat pada pangkal ganglion disebut urat saraf pra ganglion dan yang
berada pada ujung ganglion disebut urat saraf post ganglion.
Sistem saraf otonom dapat dibagi atas sistem saraf simpatik dan sistem
saraf parasimpatik. Perbedaan struktur antara saraf simpatik dan parasimpatik
terletak pada posisi ganglion. Saraf simpatik mempunyai ganglion yang
terletak di sepanjang tulang belakang menempel pada sumsum tulang
belakang sehingga mempunyai urat pra ganglion pendek, sedangkan saraf
parasimpatik mempunyai urat pra ganglion yang panjang karena ganglion
menempel pada organ yang dibantu.
Fungsi sistem saraf simpatik dan parasimpatik selalu berlawanan
(antagonis). Sistem saraf parasimpatik terdiri dari keseluruhan "nervus vagus"
bersama cabang-cabangnya ditambah dengan beberapa saraf otak lain dan
saraf sumsum sambung.
Tabel Fungsi Saraf Otonom
Parasimpatik Simpatik
mengecilkan pupil memperbesar pupil
menstimulasi aliran ludah menghambat aliran ludah
memperlambat denyut jantung mempercepat denyut jantung
membesarkan bronkus mengecilkan bronkus
menstimulasi sekresi kelenjar menghambat sekresi kelenjar
pencernaan pencernaan
mengerutkan kantung kemih menghambat kontraksi kandung
kemih
Saraf Otonom
Simpatis
Merupakan subdivisi dari saraf otonom
Terdapat pada spinal chord pada daerah thorakal dan lumbal
Keluar dari torakal dan lumbal menuju ganglion kolateral
simpatis mempunyai serabut praganglion yang pendek
Untuk serabut postganglion memiliki bentuk yang panjang
Serabut preganglion disebut serabut kolinergik, mengeluarkan
neurotransmitter jenis Ach. terletak pada kornus
intermediolateral medula spinalis. Serabut-serabutnya berjalan
melewati radiks anterior medula menuju saraf terkait.
Serabut postganglion disebut serabut adrenergik, mengeluarkan
neurotansmitter jenis norepinefrin. berasal dari salah satu
ganglia rantai simpatis atau salah satu ganglia perifer yang
berjalan menuju organ tujuan.
Ss.simpatis mengontrol organ2viseral secara involunter
Ss,simpatis meningkatkan respons-respons yang
mempersiapkan tubuh untuk melakukan aktivitas yang berat
dalam menghadapi situasi stres atau darurat.
Pembagian segmen serabut saraf simpatis yaitu:
Serabut medula spinalis pada segmen T-1 melewati
rantai simpatis naik untuk berakhir di daerah kepala.
Serabut medula spinalis pada segmen T-2 berakhir di
daerah leher.
Serabut medula spinalis pada segmen dari T-3, T-4, T-
5, T-6 berakhir di daerah thoraks.
Serabut medula spinalis pada segmen L-1 dan L-2 ke
daerah tungkai.
Parasimpatis

Karakteristik Sistem Parasimpatis


Asal serat Praganglion Otak dan daerah sacral korda spinalis
Asal serat pascaganglion Ganglion terminal (di dalam atau di dekat organ
efektor)
Panjang dan jenis serat Serat praganglion kolinergik panjang
Serat pascaganglion kolinergek pendek
Organ efektor yang Otot jantung, otot polos, sebagian besar kelenjar
dipersarafi eksokrin dan endokrin
Jenis reseptor untuk Nikotinik, muskarinik
neotransmiter
Dominasi Mendominasi dalam situasi yang tenang, rileks;
mendorong aktifitas rumah tangganya sendiri
Jenis lepas muatan Biasanya lebih melibatkan organ-organ tersendiri dan
jarang melepaskan muatan secara missal
Serabut-serabut parasimpatis meninggalkan sistem saraf pusat melalui saraf
cranial III, VII, IX, dan X.
Serabut saraf lainnya meninggalkan dari bagian paling bawah medula
spinalis melalui saraf sakral 2 dan 3, kadang 1 dan 4.
75% serabut saraf parasimpatis terdapat pada nervus vagus yang
menyediakan serabut-serabut saraf parasimpatis ke jantung, paru-paru,
esofagus, lambung, seluruh usus halus, setengah bagian proksimal kolon,
hati, kandung empedu, pankreas, ginjal dan bagian atas ureter.
Saraf cranial III menyediakan serabut-serabut saraf parasimpatis ke sfingter
pupil dan otot siliaris mata.
Saraf cranial VII menyediakan serabut-serabut saraf parasimpatis ke
kelenjar lakrimalis, nasalis dan submandibularis.
Saraf cranial IX menyediakan serabut-serabut saraf parasimpatis ke kelenjar
paroti
Serat-serat praganglion simpatis dan parasimpatis menghasilkan
neurotransmitter yang sama yaitu asetilkolin, sementara ujung-ujung
pascaganglion berbeda, ujung pascaganglion saraf simpatis menghasilkan
norepinefrin yang disebut serat-serat adrenergic, sementara ujung pascaganglion
parasimpatis menghasilkan asetilkolin, disebut serat kolinergik.
Keseluruhan organ visceral involunter dipengaruhi oleh saraf otonom
simpatis dan parasimpatis bersama-sama, bukan bekerja secara sel satu per satu.
Pengecualian:
1. Pembuluh darah yang dipersarafi (arteriol dan vena dipersarafi, arteri dan kapiler
tidak) hanya menerima saraf-saraf simpatis.
2. Kelenjar keringat dipersarafi saraf otonom simpatis.
3. kelenjar liur dipersarafi oleh saraf simpatis dan parasimpatis tetapi bekerja tidak
secara antagonistic, sama-sama merangsang sekresi air liur hanya komposisi dan
bentuk yang berbeda tergantung cabang otonom mana yang dominan.
a. Saraf Simpatis
o Merupakan subdivisi dari saraf otonom
o Terdapat pada spinal chord pada daerah thorakal dan lumbal
o Keluar dari torakal dan lumbal menuju ganglion kolateral
simpatis mempunyai serabut praganglion yang pendek
o Untuk serabut postganglion memiliki bentuk yang panjang
o Serabut preganglion disebut serabut kolinergik, mengeluarkan
neurotransmitter jenis Ach. terletak pada kornus
intermediolateral medula spinalis. Serabut-serabutnya berjalan
melewati radiks anterior medula menuju saraf terkait.
- Serabut postganglion disebut serabut adrenergik, mengeluarkan
neurotansmitter jenis norepinefrin. berasal dari salah satu
ganglia rantai simpatis atau salah satu ganglia perifer yang
berjalan menuju organ tujuan.
o Ss.simpatis mengontrol organ2viseral secara involunter
o Ss,simpatis meningkatkan respons-respons yang
mempersiapkan tubuh unuk melakukan aktivitas yang berat
dalam menghadapi situasi stres atau darurat.
Pembagian segmen serabut saraf simpatis yaitu
- Serabut medula spinalis pada segmen T-1 melewati rantai
simpatis naik untuk berakhir di daerah kepala.
- Serabut medula spinalis pada segmen T-2 berakhir di daerah
leher.
- Serabut medula spinalis pada segmen dari T-3, T-4, T-5, T-6
berakhir di daerah thoraks.
- Serabut medula spinalis pada segmen T-7, T-8, T-9, T-10, T-
11 ke arah abdomen.
- Serabut medula spinalis pada segmen L-1 dan L-2 ke daerah
tungkai.

b. Parasimpatis/Kraniosakral
Parasimpatis merupakan sistem sarafotonom yang bekerja dibawah sadar
untuk memperthankan fungsi tubuh.
Secara histologist, sistem parasimpatis memiliki inti yang berasal dari
Medulla dan Mesensephalon, serta dari bagian sacral dari Medulla
Spinalis.
Serabut-serabut parasimpatis meninggalkan sistem saraf pusat melalui
saraf cranial :
- Saraf cranial III menyediakan serabut-serabut saraf parasimpatis ke
sfingter pupil dan otot siliaris mata.
- Saraf cranial VII menyediakan serabut-serabut saraf parasimpatis
ke kelenjar lakrimalis, nasalis dan submandibularis.
- Saraf cranial IX menyediakan serabut-serabut saraf parasimpatis ke
kelenjar parotis
- Saraf cranial X menyediakan serabut-serabut saraf parasimpatis ke
ke jantung, paru-paru, esofagus, lambung, seluruh usus halus,
setengah bagian proksimal kolon, hati, kandung empedu, pankreas,
ginjal dan bagian atas ureter.

Serabut saraf lainnya meninggalkan dari bagian paling bawah medula


spinalis melalui saraf sakral 2 dan 3, kadang 1 dan 4. Kemudian serabut
saraf ini membentuk saraf Splanknik Pelvis yang akan menginervasi
uranius dan usus besar bagian bawah.
Mediator kimia dari parasimpatis pada preganglion dan pascaganglion
adalah Asetilkolin, dimana mediator ini mudah dinonaktifkan oleh
Asetilkolinestrase, sehingga stimulasi parasimpatis punya kerja yang
lebih jelas dan terlokalisir daripada sistem saraf simpatis.
Kerja dari parasimpatis berlawanan dengan simpatis. Sistem saraf
parasimpatis berperan untuk menyimpan dan mengubah energy lewat
penurunan frekuensi jantung dan tekanan darah serta stimulasi sakuran
cerna.

3. Saraf Aferen ( Saraf Somatik )


Merupakan saraf sadar yang dapat dikontrol sesuai kesadaran kita. Saraf ini
menginervasi otot rangka melalui jalur eferen lewat neuron motoris. Badan sel saraf
somatik terdapat dalam tanduk vebtral korda spinalis. Aksonnya terjulur ari korda
spinalis sampai otot rangka. Terminal aksonnya menghasilkan neurotransmitter
berupa asetil kolin yang berfungsi dalam eksitasi serabut otot. Aktivitas motorik otot
rangka dalam otak terdapat pada nukleus basal, cerebellum, daerah motoris otak dan
batang otak.
Saraf somatik terdiri dari 12 pasang saraf kranial dan 31 pasang saraf spinal.
Fungsi utamanya adalah menghantarkan informasi antara kulit, sistem saraf pusat dan
otot rangka serta mengatur interaksi tubuh dengan lingkungan luar.
Saraf somatik terdiri dari 2 divisi yaitu :
1. Saraf Somatomotorik
Neuron yang mencetuskan impuls somatomotorik adalah sel sel di lamina
V atau lamina ganglionaris dalam korteks serebri yang biasa disebut sel
piramidal. Mengendalikan gerak tubuh manusia melalui pengaturan kerja
otot rangka, meliputi sistem UMN (Upper Motor Neuron) dan LMN (Lower
Motor Neuron). Saraf ini memiliki 2 lintasan yaitu lintasan piramidal yang
meliputi traktus kortikobularis dan traktus kortikospinalis serta lintasan
ekstrapiramidal.
2. Saraf Somatosensorik
Saraf-saraf spesifik somatosensorik ialah reseptor kulit, otot dan persendian.
Jenis reseptor somatosensorik ada 2 yaitu reseptor somatosensorik umum tak
berkapsul dan reseptor somatosensorik umum yang berkapsul. Dalam saraf
somatosensorik terdapat 3 bagian sensasi yaitu :
a. Sistem eksterosptik
Sensasi yang timbul akibat impuls yang berasal dari reseptor bagian luar
tubuh. Misalnya rasa tekan, sentuh, suhu, penglihatan, pendengaran,
penciuman, dll.
b. Sistem interoseptik
Sensasi yang timbul akibat impuls yang berasal dari reseptor bagian
dalam tubuh. Misalnya rasa lapar, haus, lelah, sakit, dll.
c. Sistem propioseptik
Sensasi yang memberikan informasi tentang posisi dan pergerakan
anggota tubuh. Misalnya duduk, berdiri, berlari.

A. Histologi
Sistem saraf tepi, selanjutnya disebut SST, tersusun atas akson- akson yang
keluar menuju organ efektor dan diorganisasikan menjadi saraf. Akson SST pada
ummnya termielinasi, sehingga terlihat berwarna putih. Organisasi akson-akson saraf
tepi menjadi berkas saraf melalui jaringan pengikat .
Saraf-saraf tepi terdiri atas serabut-serabut saraf (akson) yang saling
berkumpul bersama, dan disatukan melalui jaringan penyambung, sehingga
menghasilkan kumpulan serabut saraf, disebut dengan fasikulus.
Dalam satu fasikel pada umumnya mengandung persarafan baik sensorik maupun
motorik. Beberapa fasikulus membentuk bundel berkas serat saraf. Bundel berkas
serat saraf ini diikat olehEpi ne uri um, yakni suatu jaringan ikat yang padat, tidak
beraturan, tersusun mayoritas oleh kolagen dan sel-sel fibroblas. Disusun oleh
berkas-berkas saraf, yang dipersatukan oleh jaringan ikat.
Kebanyakan saraf tepi nampak putih karena mengandung serabut
bermielin,walaupun kebanyakan mengandung juga serabut tak bermielin.
Kebanyakan saraf adalah campuran, mengandung serat saraf sensorik (aferen) dan
motorik (eferen).
Epineurium
Menyelimuti beberapa fasikulus yang bersatu membentuk sara f
Keseluruhan saraf dikelilingi selubung jaringan ikat yang relatif kuat, yang
disebut epineurium.
Tersusun dari fibroblas dan serat kolagen yang terutama tersusun secara
longitudinal dan sedikit serat elastis.
Epineurium berisi pembuluh darah utama (besar) untuk saraf.
Di epineurium pula bisa ditemukan pembuluh darah. Ketebalan epineurium
bervariasi, paling tebal di daerah dura yang dekat dengan SSP, makin tipis
hingga percabangan saraf-saraf ke arah distal.
Perineurium
adalah selaput pembungkus satu fasikulus yang tersusun atas jaringan ikat padat
kolagen yang tersusun secara kosentris, serta sel-sel fibroblas. Di bagian dalam
perineurium terdapat pula lapisan sel-sel epiteloid yang direkatkan melalui zonula
okludens; serta dikelilingi oleh lamina basal yang menjadikan suatuba rrie r
(sawar) materi bagi fasikulus.
Di dalam epineurium, serat-serat saraf tergabung membentuk
berkas/fasikulus.
Masing-masing berkas diselubungi oleh selubung jaringan ikat yang
disebut perinerium.
Selubung perinerium itu sendiri disusun oleh lapisan-lapisan atau
lembaran konsentris terdiri dari sel-sel serupa fibroblas yang gepeng,
tiap lapisan setebal 1 sel.
Bila ditelusuri ke sentral, perinerium merupakan lanjutan membran
araknoid-pia dari susunan saraf pusat.
Fungsi dari perinerium itu sendiri sebagai sawar terhadap keluar
masuknya materi dari fasikulus saraf.
Endoneurium
adalah lapisan terdalam yang mengelilingi satu akson. Lapisan ini tersusun ats
jaringan ikat longgar (berupa serat retikuler yang dihasilkan oleh sel Schwann
yang bertanggung jawab untuk akson tersebut), sedikit fibroblas, dan serat
kolagen. Di daerah distal akson, endoneurium hampir tidak ada lagi, hanya
menyisakan sedikit serat retikuler yang menyertai basal lamina sel Schwann
Di dalam perinerium terdapat untaian jaringan ikat halus yang meluas
sekeliling dan diantara serabut saraf masing-masing, yang disebut
endoneurium.
Disusun oleh saraf-saraf kolagen dan retikulin halus dan fibroblas panjang
dan gepeng.
Endoneurium berhubungan erat dengan neurolema, walaupun ia dipisahkan
oleh lamina basal yang mengelilingi sel-sel neurolema. Sistem saraf tepi, selanjutnya
disebut SST, tersusun atas akson- akson yang keluar menuju organ efektor dan
diorganisasikan menjadi saraf. Akson SST pada ummnya termielinasi, sehingga
terlihat berwarna putih. Organisasi akson-akson saraf tepi menjadi berkas saraf
melalui jaringan pengikat .

1. Ganglia saraf
Ganglia adalah struktur lonjong yang mengandung badan sel neuron
dan sel glia yang ditunjang oleh jaringan ikat. Ganglia dapat dibedakan
menjadi ganglia sensorik dan ganglia otonom.
a. Ganglia sensorik
Menerima impuls aferen yang menuju SSP. Ganglia sensorik dapat
dibedakan pula menjadi ganglia spinalis dan ganglia kranialis.
Neuron pada ganglia ini merupakan neuron pseudounipolar yang
meneruskan informasi dari ujung saraf ganglion ke substansi grissea
medula spinalis.
b. Ganglia otonom
Tampak sebagai pelebaran bulat pada saraf otonom. Ganglia
otonom mempunyai neuron multipolar.

2. Serabut saraf
Serabut sraf terdiri dari akson akson yang dibungkus selubung khusus
yang berasal dari sel ektodermal. Pada serabut saraf tepi, sel
penyelubungnya adalah Sel Schwann, dan pada serabut saraf pusat sel
penyelubungnya adalah Oligodendrosit. Akson berdiameter kecil
umumnya tak bermielin sedangkan yang berdiameter besar adalah
serabut saraf bermielin. Mielin adalah lapisan penyelubung akson yang
disusun oleh lipoprotein dengan unsur lipid yang dapat dihilangkan
dengan unsur histologik standar.
o Pada serabut bermielin di susunan saraftepi, plasmalema sel
Schwann mengitari dan menyelubungi akson. Lapisan-lapisan
membran sel penyelubung menyatu dan membentuk mielin, yakni
sutu kompleks lipoprotein dengan unsur lipid. Selubung mielin
memperlihatkan adanya celah di sepanjang jalannya yang disebut
nodus Ranvier. Jarak antara dua nodus disebut internodus yang
terdiri atas satus el Schwann.
o Serabut saraf tak bermyelin
- tidak memiliki selubung myelin
- bagian organ (otak dan medulla spinalis) yang sarafnya tak
bermyelin disebut substansia grisea/gray matter
- Substansia grisea otak berada di sebelah luar, sedangkan pada
medulla spinalis berada di dalam
3. Akhiran Saraf
Terdapat dua jenis akhiran saraf, yaitu :
a. Akhiran saraf eferen
- Efektor somatic
Mempunyai perikarion yang terletak di dalam :
Cornu anterior medula spinalis yang disebut sel tanduk depan
Nukleus motoris pada serebrum
Dari perikarion ini keluar akson bermyelin dan akson ini
berakhir pada efektor dalam otot bergaris. Akhiran saraf
eferen disebut motor end plate
- Efektor autonomik
Mempunyai perikarion yang terletak di dalam ganglion otonom
Keluar akson yang tidak bermyelin
Akson berakhir pada efektor dalam otot polos dari pembuluh
darah, visera, kelenjar, rambut dan juga otot jantung.

b. Akhiran saraf aferen


Ketika impuls merambat di sepanjang neuron motoris
mencapai bagian terminal akson, maka impuls tersebut akan menyebar
sesuai cabang akson yang kehilangan serabut mielinnya. Setiap ujung
akson akan membentuk taut khusus yang disebut taut neuromuscular
(Neuromuscular Junction). Strukturnya mirip seperti sinapsis namun
terdapat beberapa perbedaan yaitu:

Sinapsis Neuromusculair Junction

o Merupakan pertautan o Merupakan pertautan antara


antara dua neuron neuron motoris dengan
serabut otot rangka.
o Efeknya hanya eksitatoris
o Efeknya bisa
eksitatoris maupun
inhibitoris

Synaps adalah kontak khusus antar membran dari sel saraf dengan sel
saraf yang lain atau sel saraf dengan organ efektor.
Jenis synaps:
- akso-denritik = synaps antara akson dengan dendrit yang lain
- akso-somatik = synaps antara akson dengan perikarion yang lain
- akso-aksonik = synaps antara akson dengan akson yang lain
- synaps antara akson dengan organ efektor : motor end plate

Reseptor : bagian tubuh yang menerima rangsang dan


mengandung akhiran saraf aferen
Macam Reseptor:
Tidak berkapsul/ non capsulated/ akhiran saraf aferen bebas
- tersebar pada jaringan epitel, jar.otot, jar.ikat dan memebran
serosa
- terdiri atas sabut saraf yang tidak bermyelin becabang-cabang
dengan ujung membulat
- pada epitel kulit disebut : korpuskulum dari Merckel
Berkapsul/ encapsulated
- korpuskulum dari vater pacini : menerima rangsang getaran dan
tekanan, terdapat pada dermis kulit
- korpuskulum dari meissner : menerima rangsang raba, terletak
pada dermal papil dari kulit
- korpus dari krause : menerima rangsang dingin dan mekanis
- korpus dari ruffini : menerima rangsang panas dan mekano
reseptor
- neuro muskular spindle : mekano reseptor, pada otot bergaris
- akhiran saraf aferen pada pancaindra

2. Fisiologi
2.1 Refleks
a. Mekanisme Refleks
Pada gerak refleks, impuls melalui jalan pendek atau jalan pintas,
yaitu dimulai dari reseptor penerima rangsang, kemudian diteruskan oleh
saraf sensori ke pusat saraf, diterima oleh set saraf penghubung (asosiasi)
tanpa diolah di dalam otak langsung dikirim tanggapan ke saraf motor
untuk disampaikan ke efektor, yaitu otot atau kelenjar. Jalan pintas ini
disebut lengkung refleks. Gerak refleks dapat dibedakan atas refleks otak
bila saraf penghubung (asosiasi) berada di dalam otak, misalnya, gerak
mengedip atau mempersempit pupil bila ada sinar dan refleks sumsum
tulang belakang bila set saraf penghubung berada di dalam sumsum tulang
belakang misalnya refleks pada lutut.
Refleks merupakan respon otomatis terhadap stimulus tertentu
yang menjalar pada rute khusus yang disebut dengan lengkung refleks.
Lengkung refleks pada semua jenis refleks selalu meliputi jalur:
1. Reseptor : ujung distal dendrite
2. Jalur Aferen : neuron sensorik
3. Pusat : sinaps (dalam substansi grisea)
4. Jalur Eferen : neuron motorik
5. Efektor : otot atau kelenjar yang merespon
Mekanisme :
Stimulus reseptor membentuk potensial aksi dipancarkan melalui jalur
aferen pusat integrasi jalur eferen efektor (otot/kalenjar)
Medulla spinalis dan batang otak untuk refleks dasar
Pusat integrasi
=SSP Otak untuk refleks didapat(diolah untuk mengambil
keputusan mengenairespon yang akan diambil)

b. Komponen
a. Letak reseptor yang menerima rangsangan:
Refleks ektroseptif, timbul karena rangsangan pada reseptor
permukaan tubuh
Refleks interoreseptif (viseroreseptif), timbul karena rangsangan pada
alat-alat dalam atau pembuluh darah, misalnya dinding kandung kemih
dan lambung.
Refleks proreseptif, timbul karena rangsangan pada reseptor otot
rangka, tendon, dan sendi untuk keseimbangan sikap.
b. Bagian saraf pusat yang terlibat:
Refleks spinal, melibatkan neuron di medulla spinalis
Refleks bulbar, melibatkan neuron di medulla oblongata
Refleks kortikal, melibatkan neuron korteks serebri
c. Jenis atau ciri jawaban:
Refleks motorik, efektornya berupa otot dengan jawaban berupa
relaksasi atau kontraksi otot
Refleks sekretorik, efektornya berupa kelenjar dengan jawaban berupa
peningkatan atau penurunan sekresi kelenjar
Refleks vasomotor, efektornya berupa pembuluh darah dengan
jawaban berupa vasodilatasi atau vasokontriksi
d. Timbulnya refleks:
Refleks tidak bersyarat , refleks yang dibawa sejak lahir, bersifat
mantap, tidak pernah berubah, dan dapat ditimbulkan bila ada
rangsangan yang cocok, misalnya mengisap jari pada bayi.
Refleks bersyarat didapat pertumbuhan berdasar pengalaman hidup,
memelukan proses belajar. Mempunyai ciri-ciri: bersifat individual
(seseorang memiliki tetapi orang lain belum tentu), tidak mantap
(dapat diperkuat dan bisa hilang), dapat timbul oleh berbagai jenis
rangsangan pada beberapa jenis reseptor asal disusuli oleh rangsangan
bersyarat.
e. Jumlah neuron yang terlibat:
Refleks monosinaps melalui satu sinaps dan dua neuron (satu neuron
aferen, satu neuron eferen), yang langsung berhubungan pada saraf
pusat.
contoh: refleks regang
Refleks polisinaps melalui beberapa sinaps, terdapat beberapa interneuron
yang menghubungkan neuron aferen dengan neuron eferen, semua
refleks lebih dari satu sinaps kecuali refleks regang otot
c. Macam Gerak Refleks
Fisiologi
a. Gerak Refleks Monosinaptik
Gerak refleks yang hanya melibatkan 1 sinaps saja dalam proses
penghantaran sinyal-sinyalnya dan tidak memerlukan persetujuan otak.
Misalnya :
gerak refleks pada lutut apabila dipukul (knee-jerk),
gerak refleks pada kaki yang terkena batu runcing,
gerak telapak kaki apabila digores (refleks babinski), dsb.
b. Gerak Refleks Polisinaptik
Gerak refleks yang melibatkan minimal 2 sinaps dalam proses
penghantaran sinyal-sinyalnya.
Misalnya : refleks nyeri pada kulit apabila terkena benda panas.
Pada refleks ini tangan akan menghindari benda panas terlebih dahulu,
baru setelah itu impuls akan diteruskan ke otak lewat traktus
kortikospinalis yang nantinya akan diterjemahkan sebagai sensasi
nyeri.
Patologis
Lengkung reflek terdiri dari dua neuron, yaitu satu neuron sensorik
yang yang berasal dari reseptor sensorik atau ujung sensorik dan satu
neuron motorik yang menyampaikan impuls ke otot atau kelenjar. Namun,
biasanya kedua neuron ini tidak saling berhubungan langsung, tetapi
terdapat satu atau lebih neuron internunsial diantara kedua neuron
tersebut.
Mekanisme seperti ini memungkinkan respon yang tidak bergantung
pada puasat-pusat yang lebih tinggi dan sudah cukup untuk
melaksanakankegiatan-kegiatan yang sederhana., seperti menarik diri dari
rangsang nyeri. Reflek dapat melibatkan hanya satu tingkat segmental
medulla spinalis, atau mungkin juga melibatkan beberapa tingkat.
2.2 Nyeri
Teori
Teori spesifisitas
Teori yang dikemukakan oleh Descartes bahwa nyeri berjalan dari
reseptor-reseptor nyeri spesifik melalui jalur neuroanatomik tertentu ke
pusat nyeri di otak dan bahwa hubungan antara stimulus dan respon
nyeri bersifat langsung dan variabel. Walaupun teori ini merupakan
penyederhanaan dari pengetahuan yang sudah ada, namun 2 prinsipnya
masih sahih ;
1. reseptor somatosensorik adalah reseptor yang mengalami spesialisasi
untuk berespon secara optimal terhadap satu atau lebih tipe stimulus.
2. tujuan perjalanan neuron afferen primer dan jalur ascendens
merupakan faktor kritis dalam membedakan sifat stimulus di perifer.
Teori Pola / Penjumlahan
Teori yang di cetuskan oleh goldscheider pada tahun 1989 yang
menyebutkan bahwa penjumlahan input sensorik kulit di sel-sel tanduk
dorsal menimbulkan pola khusus impuls saraf yang memicu nyeri. Nyeri
dihasilkan oleh stimulasi intens dari reseptor-reseptor nonspesifik, dan
bahwa penjumlahan impuls-impuls itulah yang dirasakan sebagai nyeri.
Pada tahun 1943, Livingstone mengemukakan sebuah konsep
penjumlahan sentral yaitu pada waktu setelah terjadi cidera, akan
terbentuk sirkuit-sirkuit serat saraf dalam kelompok interneuron spinal
(reverberating circuit) yang menyebabkan nyeri tetap dapat dilanjutkan
tanpa adanya stimulus seperti pada phantom pain.
Teori pengontrolan nyeri (Gate control theory)
Terdapat berbagai teori yang berusaha menggambarkan bagaimana
nosireseptor/reseptor nyeri dapat menghasilkan rangsang nyeri. Sampai
saat ini dikenal berbagai teori yang mencoba menjelaskan bagaimana
nyeri dapat timbul, namun teori gerbang kendali nyeri dianggap paling
relevan (Tamsuri, 2007)
Teori gate control dari Melzack dan Wall (1965) mengusulkan bahwa
impuls nyeri dapat diatur atau dihambat oleh mekanisme pertahanan di
sepanjang sistem saraf pusat. Teori ini mengatakan bahwa impuls nyeri
dihantarkan saat sebuah pertahanan dibuka dan impuls dihambat saat
sebuah pertahanan tertutup. Upaya menutup pertahanan tersebut
merupakan dasar teori menghilangkan nyeri.
Suatu keseimbangan aktivitas dari neuron sensori dan serabut kontrol
desenden dari otak mengatur proses pertahanan. Neuron delta-A dan C
melepaskan substansi C melepaskan substansi P untuk mentranmisi
impuls melalui mekanisme pertahanan. Selain itu, terdapat
mekanoreseptor, neuron beta-A yang lebih tebal, yang lebih cepat yang
melepaskan neurotransmiter penghambat. Apabila masukan yang
dominan berasal dari serabut beta-A, maka akan menutup mekanisme
pertahanan. Diyakini mekanisme penutupan ini dapat terlihat saat
seorang terapis menggosok punggung klien dengan lembut. Pesan yang
dihasilkan akan menstimulasi mekanoreseptor, apabila masukan yang
dominan berasal dari serabut delta A dan serabut C, maka akan
membuka pertahanan tersebut dan klien mempersepsikan sensasi nyeri.
Bahkan jika impuls nyeri dihantarkan ke otak, terdapat pusat kortek
yang lebih tinggi di otak yang memodifikasi nyeri. Alur saraf desenden
melepaskan opiat endogen, seperti endorfin dan dinorfin, suatu
pembunuh nyeri alami yang berasal dari tubuh. Neuromedulator ini
menutup mekanisme pertahanan dengan menghambat pelepasan
substansi P. tehnik distraksi, konseling dan pemberian plasebo
merupakan upaya untuk melepaskan endorfin (Potter, 2005).
Respon fisiologis terhadap nyeri
1) Stimulasi Simpatik:(nyeri ringan, moderat, dan superficial)
a) Dilatasi saluran bronkhial dan peningkatan respirasi rate
b) Peningkatan heart rate
c) Vasokonstriksi perifer, peningkatan BP
d) Peningkatan nilai gula darah
e) Diaphoresis
f) Peningkatan kekuatan otot
g) Dilatasi pupil
h) Penurunan motilitas GI
2) Stimulus Parasimpatik (nyeri berat dan dalam)
a) Muka pucat
b) Otot mengeras
c) Penurunan Hearth Rate dan Blood Pressure
d) Nafas cepat dan irreguler
e) Nausea dan vomitus
f) Kelelahan dan keletihan

Meinhart & McCaffery mendiskripsikan 3 fase pengalaman nyeri:


1) Fase antisipasi (terjadi sebelum nyeri diterima)
Pada fase ini memungkinkan seseorang belajar tentang nyeri dan upaya
untuk menghilangkan nyeri tersebut. Peran fisioterapi dalam fase ini
sangat penting, terutama dalam memberikan informasi pada klien.
2) Fase sensasi (terjadi saat nyeri terasa)
Fase ini terjadi ketika klien merasakan nyeri. karena nyeri itu bersifat
subyektif, maka tiap orang dalam menyikapi nyeri juga berbeda-beda.
Toleransi terhadap nyeri juga akan berbeda antara satu orang dengan
orang lain. orang yang mempunyai tingkat toleransi tinggi terhadap
nyeri tidak akan mengeluh nyeri dengan stimulus kecil, sebaliknya
orang yang toleransi terhadap nyerinya rendah akan mudah merasa
nyeri dengan stimulus nyeri kecil. Klien dengan tingkat toleransi tinggi
terhadap nyeri mampu menahan nyeri tanpa bantuan, sebaliknya orang
yang toleransi terhadap nyerinya rendah sudah mencari upaya
mencegah nyeri, sebelum nyeri datang.
Keberadaan enkefalin dan endorfin membantu menjelaskan bagaimana
orang yang berbeda merasakan tingkat nyeri dari stimulus yang sama.
Kadar endorfin berbeda tiap individu, individu dengan endorfin tinggi
sedikit merasakan nyeri dan individu dengan sedikit endorfin
merasakan nyeri lebih besar. Klien bisa mengungkapkan nyerinya
dengan berbagai jalan, mulai dari ekspresi wajah, vokalisasi dan
gerakan tubuh. Ekspresi yang ditunjukan klien itulah yang digunakan
fisioterapi untuk mengenali pola perilaku yang menunjukkan nyeri.
Fisioterapi harus melakukan pengkajian secara teliti apabila klien
sedikit mengekspresikan nyerinya, karena belum tentu orang yang tidak
mengekspresikan nyeri itu tidak mengalami nyeri. Kasus-kasus seperti
itu tentunya membutuhkan bantuan fisioterapi untuk membantu klien
mengkomunikasikan nyeri secara efektif.
3) Fase akibat (terjadi ketika nyeri berkurang atau berhenti)
Fase ini terjadi saat nyeri sudah berkurang atau hilang. Pada fase ini
klien masih membutuhkan kontrol dari fisioterapi, karena nyeri bersifat
krisis, sehingga dimungkinkan klien mengalami gejala sisa pasca nyeri.
Apabila klien mengalami episode nyeri berulang, maka respon akibat
(aftermath) dapat menjadi masalah kesehatan yang berat. Fisioterapi
berperan dalam membantu memperoleh kontrol diri untuk
meminimalkan rasa takut akan kemungkinan nyeri berulang.
Teori Endorphin-enkefalin

Tubuh kita mempunyai zat antinyeri alami yaitu neuropeptida


endorgenic morphin atau biasa disebut endorphin atau endorphin dan
enkephalin. Enkefalin diproduksi dalam adrenal yang letaknya di ujung atas
dari ginjal sedangkan endorphin dibuat di dalam kelenjar pituitary (pituitary
glands) yang letaknya di dasar otak. Keduanya adalah sejenis morfin alam.
Selain bekerja di otak dan saraf, keduanya beredar bersama aliran darah. Zat
morfin alami ino selalu ada dalam tubuh dengan kadar tertentu. Kadar normal
dalam tubuh yang sehat berada di antara kadar minimal dan maksimal. Kadar
endorphin yang terlalu rendah akan menimbulkan rasa sakit di bagian tubuh-
tubuh, sedangkan jika terlalu banyak, tidak ada rasa sakit dengan akibat organ
yang rusak tidak terdeteksi sehingga semakin rusak. Endorphin menutupi rasa
sakit yang tidak diperlukan. Contohnya jika kita menekankan lengan di meja,
seharusnya terasa sakit karena otot lengan beradu dengan meja yang keras.
Namun terasa tidak sakit, karena endorphin (dalam kadar normal) yang
meniadakan rasa sakit tersebut.
Kedua zat antinyeri tersebut dapat dimanipulasi dengan olahraga, terutama
endorphin. Olahraga dapat memblok rasa sakit karena telah dibuktikan bahwa
olahraga dapat meningkatkan produksi endorphin, memperbanyak sirkulasi,
melemaskan otot-otot dan memudahkan tidur nyenyak. Dengan demikian,
tubuh menjadi resisten terhadap rasa sakit, mampu bertahan terhadap
kelelahan dan sakit kepala yang disebabkan ketegangan.

a. Fisiologi Nyeri
Tranduksi nyeri
Adalah proses rngsangan yang mengganggu sehingga
menimbulkan aktivitas listrik di reseptor nyeri.
Mekanisme transduksi:
Kerusakan sel pembebasan kalium intrasel dan sintesis
prostaglandin dan bradikinin prostaglandin menyebabkan
peningkatan sensitivitas reseptor terhadap bradikinin stimulus
sampai ke reseptor
Transmisi nyeri
Melibatkan proses penyaluran impuls nyeri dari tempat tranduksi
melewati saraf perifer sampai terminal di medula spinalis dan
jaringan neuron pemancar yang naik dari medula spinalis ke otak.
Melibatkan 3 komponen utama:
o Saraf perifer, yang menghantarkan impuls dari reseptor ke
medula spinalis.
o Saraf ascendens, yang meneruskan impuls ke atas, dari
medula spinalis ke talamus.
o Saraf yang meneruskan impuls dari talamus ke cortex.
Mekanisme transmisi:
Transduksi serat A- (nyeri cepat) dan serat C (nyeri lambat)
medula spinalis di akar dorsal memisah di kornu dorsalis medula
spinalis substansi gelatinosa (lamina II dan III) modulasi
traktus spinotalamikus

Traktus spinotalamikus

Traktus neospinotalamikus Traktus paleospinotalamikus


- Untuk nyeri cepat - Untuk nyeri lambat
- Nosiseptor A- - Nosiseptor C
Talamus

Otak

Persepsi
Modulasi nyeri
Proses dimana terjadi interaksi antara system analgesic endogen (endorphin,
serotonin, noradrenalin) dengan asupan nyeri yang masuk ke kornus posterior
sehingga asupan nyeri dapat ditekan. Jadi merupakan proses desendern yang
dikontrol oleh otak seseorang, pada fase modulasi terdapat suatu interaksi dengan
system inhibisi dari transmisi nosisepsi berupa suatu analgesic endogen. Konsep dari
system ini yaitu berdasarkan dari suatu sifat, fisiologik, dan morfologi dari sirkuit
yang termasuk koneksi antara periaqueductal gray matter dan nucleus raphe magnus
dan formasi retikuler sekitar dan menuju ke medulla spinalis Modulasi nyeri dapat
timbul di nosiseptor perifer, medula spinalis atau supraspinal. Modulasi nyeri
ditentukan oleh keseimbangan antara aktivitas reseptor penghambat (inhibitory) dan
pemacu (excitatory). Persepsi, nyeri sangat dipengaruhi oleh faktor subyektif,
walaupun mekanismenya belum jelas. Nyeri dapat berlangsung berjam-jam sampai
berhari- hari.Fase ini dimulai pada saat dimana nosiseptor telah mengirimkan sinyal
pada formatio reticularis dan thalamus, sensasi nyeri memasuki pusat kesadaran dan
efek. sinyal ini kemudian dilanjutkan ke area limbik. Area ini mengandung sel sel
yang bisa mengatur emosi. Area ini yang akan memproses reaksi emosi terhadap
suatu nyeri. Proses ini berlangsung sangat cepat sehingga suatu stimulus nyeri dapat
segera menghasilkan emosi. Tahap Persepsi ini merupakan tahapan yang amat
komplek. Sangat banyak faktor yang mempengaruhinya secara berkaitan.

Ada beberapa tingkat dalam susunan aferen dimana nyeri dapat dikelola atau dapat di
modulasi antara lain :
a)Tingkat reseptor : Pada tingkat ini sasaran modulasi pada reseptor di perifer.
Modulasi diperoleh dengan cara menurunkan ekstabilitas reseptor, menghilangkan
faktor perangsang reseptor misalnya dengan memperlancar proses pembuangan iritan
melalui peredaran darah (peredaran pembuluh darah menjadi lancar sehingga zat-zat
penghantar nyeri yaitu Zat mediator inflamasi diantaranya adalah: bradikinin,
histamin, katekolamin, sitokinin, lekotrien, prostaglandin dan substansi-P terbawa
oleh aliran darah, serta menurunkan aktifitas nosisensorik misalnya dengan
pemanasan.
b)Tingkat spinal : Pada tingkat ini sasaran modulasi pada substansia gelatinosa
dengan tujuan memberikan inhibisi terhadap transmisi impuls nyeri. Berdasarkan
teori gerbang kontrol nyeri oleh Melzack dan Wall maka untuk dapat menghilangkan
atau mengurangi nyeri, substansia gelatinosa harus diaktifkan sehingga gerbang
menutup, untuk dapat menutup gerbang tersebut, perlu ada stimulasi terhadap serabut
berdiameter besar (A-beta) dengan rangsang non-reciceptive,Apabila serabut
berukuran besar terangsang, SG menjadi aktif dan gerbang menutup, ini berarti
bahwa rangsang yang menuju ke pusat melalui Transiting Cell (T-Cell) terhenti atau
menurun. Serabut A-beta adalah penghantar rangsang non-nociceptif, misalnya
sentuhan, propioceptif. Apabila kelompok berdiameter kecil (A-delta dan C)
terangsang, SG menurun aktifitasnya sehingga gerbang membuka. A-delta dan C
serabut pembawa rasa nociceptive, sehingga kalau serabut ini terangsang, gerbang
akan membuka dan rangsang nyeri diteruskan ke pusat. Pada tingkat ini juga
diaktifkan sistem neuron penghambat (inhibitory neuronal sistem) supraspinal dan
turun ke sel-sel sensoris (dorsal horn) medulla spinalis interneuronal pool di medulla
spinalis sehingga menghambat impulse serabut afferent pembawa nyeri (nociceptive)
atau serabut afferent tipe A delta dan C melalui serabut afferent tipe II/III A. cara ini
dapat dilakukan misalnya dengan: TENS dan manipulasi yang lembut
c)Tingkat Supraspinal : Metode ini dapat menggunakan stimulasi elektris dengan
arus frekuensi rendah dan frekuensi menengah (arus interfernsi)). Pada prinsipnya
akan merangsang nociceptive untuk pembebasan substance P yang bermanfaat
sebagai vasodilatator pembuluh darah perifer sehingga akan terjadi perbaikan sistem
vaskularisasi. Pada tingkat ini kontrol nyeri dilakukan oleh peri aquaductal gray
matter (PAG) di midbrain. PAG mengirim stimulus ke nucleus rache magnus (NRM)
yang selanjutnya ke tanduk belakang medulla spinalis (PHC). NRM akan
menghambat aferen A delta. Selain itu NRM juga memacu timbulnya serotonin. PAG
juga memodulasi nyeri memalui produksi endorfin di PHC dengan perantaraan NRM.
Melalui locus ceruleus (LC) dan medial lateral pada brachial nucleus. PAG juga
memodulasi nyeri dengan enkephalin di PHC. Mayer dan Price menemukan bahwa
Low frequency high voltage TENS menghasilkan endorphin (endogenous morphine
seperti substansia, identik dengan opium). Dengan uraian tersebut, maka modulasi
nyeri pada tingkat supraspinal mempunyai 2 kemungkinan mekanisme yang terlibat,
yaitu jalur endorphine dan jalur serotonin.
d)Tingkat sentral : Pada tingkat sentral ini komponen kognitif dan psikologis
berperan di dalam memodulasi nyeri. Hal ini ditentukan oleh sikap seseorang
terhadap nyeri dan emosi yang mengendalikan. Misal seorang tentara yang sedang
berperang tidak merasa nyeri yang hebat meskipun menderita luka berat. Hal ini
menunjukkan bahwa nyeri meliputi dua aspek sensoris dan aspek psikologis. Dengan
demikian susunan saraf pusat juga berperan dalam memodulasi nyeri. Konsep dari
system ini yaitu berdasarkan dari suatu sifat, fisiologik, dan morfologi dari sirkuit
yang termasuk koneksi antara periaqueductal gray matter dan nucleus raphe magnus
dan formasi retikuler sekitar dan menuju ke medulla spinalis. Sistem analgesik
endogen ini memiliki kemampuan menekan input nyeri di kornu posterior dan proses
desendern yang dikontrol oleh otak seseorang, kornu posterior diibaratkan sebagai
pintu gerbang yang dapat tertutup adalah terbuka dalam menyalurkan input nyeri.
Proses modulasi ini dipengaruhi oleh kepribadian, motivasi, pendidikan, sta tus
emosional & kultur seseorang. Secara skematik proses modulasi dapat dilihat pada
skema dibawah ini.
Persepsi nyeri
Adalah pengalaman subjektif nyeri yang bagaimanapun juga dihasilkan oleh aktivitas
tranmisi nyeri oleh saraf. Fase ini merupakan titik kesadaran seseorang terhadap nyeri
dimana saat individu tersebut sadar akan nyeri yang dialami maka akan terjadi suatu
reaksi kompleks
Penafsiran oleh system saraf pusat yang diberikan oleh saraf sensorik (aferen).
Penafsiran ini merupakan hasil interaksi system saraf sensorik, informasi kognitif
pada korteks serebri dan pengalaman emosional dan persepsi menentukan berat
ringannya nyeri yang dirasakan.
Fase ini dimulai saat nosiseptor mengirimkan sinyal pada formation reticularis dan
thalamus kemudian sensasi tersebut memasuki pusat kesadaran . Sinyal ini
dilanjutkan ke system limbic yang mengandung sel sel yang bisa mengatur emosi dan
memproses reaksi emosi terhadap nyeri. Setelah transmisi saraf berakhir di pusat otak
, individu akan mempresepsikan nyeri. Proses ini berlangsung cepat sehingga suatu
stimulus dapat segera menghasilkan emosi.

Jalur Nyeri
Ascendens
Transduksi (aktivasi reseptor)
Stimulus nyeri (termal, mekanik, atau kimia) diubah menjadi energi
listrik. Rangsangan ini mengirimkan impuls melintasi serat saraf perifer
(nociceptor).
Mekanisme secara pasti tidak diketahui, Tetapi beberapa interaksi mekanis
dan kimiawi diketahui dapat mempengaruhi aktivitas di nociceptors aferen
primer pada ujung saraf bebas dari serat aferen primer. Nociceptors ini
dapat dibagi menjadiA-delta dan C-fiber
Transmisi:
Impuls saraf yang dihasilkan secara demikian dilakukan sepanjang saraf
perifer, saraf akar, saraf tulang belakang, batang otak, talamus dan
korteks (spinothalamic tracts) yang pada akhirnya mengarah pada
kesadaran rasa sakit.
Traktus Spino Thalamical dibagi menjadi
1. Divisi lateral yang berakhir di kelompok nuklir posterior dan ventrobasal
nuclei (VPM & VPC). Proyeksi utama berasal dari lamina I & V dengan
bidang reseptif terbatas pada satu sisi tubuh; biasanya bagian ekstremitas
2. Divisi medial disebut traktus paleo spinothalamic dan berakhir di pusat lateral
nucleusProyeksi utama berasal dari seluruh permukaan tubuh;
3. Proyeksi spino retikuler tampaknya terlibat dalam lamina V, VI, VII, &
VIIIdan memiliki bidang perseptif kompleks dari kedua sisi seperti pada
traktus paleo spinotalamic.

Persepsi:
Seseorang menyadari nyerisomatosensory cortex mengidentifikasi
lokasi dan intensitas nyeri
Seseorang menguraikan reaksi kompleks- tanggapan fisiologis dan
perilaku dirasakan
Modulasi:
Neurotransmiter inhibisi seperti opioid endogen bekerja untuk
menghambat transmisi rasa sakit
Halangan impuls rasa nyeri ini dikenal sebagai modulasi

Descendens
Jalur desendens serat eferen merupakan sistem modulasi nyeri atau sistem
analgesik. Tiga komponen utamanya, antara lain:
a. Substansia Periakuaduktus Grisea
b. Nukleus Rafe Magnus
c. Kornu dorsalis Medulla Spinalis
Sinyal berjalan dari neuron di area periakuaduktus grisea ke nukleus rafe
magnus. Selanjutnya, sinyal urutan kedua dijalarkan ke bawah menuju ke
kompleks penghambat nyeri di kornu dorsalis medulla spinalis. Di kompleks
tersebut, sinyal analgesia dapat menghambat sinyal nyeri sebelum masuk ke
otak.
Transmitter yang berperan antara lain serotonin dan enkefalin. Serotonin
dihasilkan di neuron lokal kornu medulla spinalis yang memicu
pengekskresian enkefalin. Enkefalin disekresi di periakuaduktus grisea yang
berfungsi untuk menekan sinyal nyeri dan menghambat hantaran pre dan post
sinaps pada serabut tipe C dan A-delta.

Skala Penilaian Nyeri


Skala Wajah
Skala nyeri enam wajah dengan ekspresi yang berbeda , menampilkan wajah
bahagis hingga wajah sedih, juga di gunakan untuk "mengekspresikan" rasa nyeri.
Skala ini dapat dipergunakan mulai anak usia 3 (tiga) tahun.
Penilaian Nyeri berungsi untuk:
1. Mengetahui kausa nyeri dan mencari penanganannya.
2. Memahami pengalaman nyeri pasien.
Skala wajah untuk nyeri

Skala keterangan
10 Sangat dan tidak dapat dikontrol oleh klien.
9, 8, 7 Sangat nyeri tetapi masih dapat dikontrol oleh klien dengan aktifitas
yang bisa dilakukan.
6 Nyeri seperti terbakar atau ditusuk-tusuk
5 Nyeri seperti tertekan atau bergerak.
4 Nyeri seperti kram atau kaku.
3 Nyeri seperti perih atau mules.
2 Nyeri seperti meliiti atau terpukul.
1 Nyeri seperti gatal, tersetrum atau nyut-nyutan
0 Tidak ada nyeri

Salah satu diantara penilaian nyeri, kita melakukan anamnesis kepada pasien
untuk mendukung keluhan utama dari nyeri yang dideritanya. Seperti:
Karakteristik Nyeri Pertanyaan untuk Pasien
Lokasi 1. Dimana terasa nyeri?
2. Apakah nyeri menyebar?
3. Apakah nyeri di permukaan atau di dalam?
Cara Awitan 1. Kapan nyeri dimulai
2. Apakah nyeri timbul mendadak atau perlahan?
3. Apakah ada kejadian tertentu yang tampak
menimbulkan nyeri saat nyeri tersebut
dimulai?
Pola (penentuan waktu, 1. Kapan nyeri timbul (pagi, siang, malam)?
frekuensi, durasi) 2. Seberapa sering nyeri timbul?
3. Apakah nyerinya terus-menerus atau hilang-
timbul?
4. Seberapa lama nyeri menetap?
Faktor yang 1. Apa yang kira-kira memicu nyeri?
memperlambat dan 2. Apa yang menyebabkan nyeri bertambah parah
mengurangi (misalnya gerakan atau perubahan posisi,
batuk atau mengejan, minum atau makan)?
3. Apa yang menyebabkan nyeri berkurang
(misalnya beristirahat, tidur, merubah posisi,
misalnya berdiri, duduk, berbaring atau
membungkuk, makan atau antasid)?
Kualitas Seperti apa nyeri terasa (misalnya berdenyut,
tumpul, pegal, tajam, seperti tertusuk, perih,
seperti terbakar)?
Intensitas Seberapa hebat nyerinya (Minta pasien mengukur
nyeri menggunakan skala analog visual atau
verbal sebelum dan sesudah pengobatan?
Gejala terkait Apakah ada masalah lain yang dapat ditimbulkan
oleh nyeri (misalnya anoreksia, mual, muntah,
insomnia)?
Efek pada gaya hidup 1. Apakah nyeri mengganggu aktivitas anda
dirumah, pekerjaan atau interaksi sosial
normal?
2. Apakah nyeri mengganggu kesehatan hidup
anda (misalnya makan, tidur, aktivitas seksual,
menyetir)?
Metode untuk mengurangi 1. Apa yang pernah dapat menolong nyeri anda?
nyeri 2. Apa yang tidak bermanfaat untuk mengurangi
nyeri anda?

Selain itu, kita juga bisa menggunakan penilaian yang lebih formal, seperti
Kuisioner Nyeri McGill yang merupakan alat yang sering digunakan untuk
menilai nyeri. Alat ini sudah diterjemahkan dalam berbagai bahasa dan dapat
digunakan baik dalam lingkup nyeri akut atau kronik, serta untuk riset. Kuisioner
ini mengukur dimensi fisiologik dan patologik nyeri dan dibagi menjadi 4 bagian,
diantaranya:
1. Pasien menandai lokasi nyeri disebuah gambar tubuh manusia.
2. Pasien memilih 20 kata yang menjelaskan kualitas sensorik, afektif, evaluatif
dan kualitas lain dari nyeri.
3. Pasien memilih kata seperti, singkat, berirama atau menetap untuk
menjelaskan pola nyeri pada suatu skala 0 sampai 5.

KUISIONER NYERI McGill


Nama pasien: Tanggal Jam

PRI: S: ____________A____________E_____________M____________Pri (T)_______PPI_____

(1-10) (11-15) (16) (17-20) (1-20)

1. Berkedip 2. Lelah
Gemetar Letih Singkat Ritmik Kontinue
Berdenyut Sementara Periodik Stabil
Berdetak Transien Intermiten Konstan
Diketok
3. Melompat 4. Mual KETERANGAN:
Flashing Tercekik
Sakit Menyentak
5. Menusuk 6. Ketakutan
Dibor Kengerian
Ditikam
Ditombak
7. Tajam 8. Menghukum
Dipotong Letih
Laserasi Lalim
Nyeri hebat
Membunuh
9. Dijepit 10. Sulit
Ditekan Tersembunyi
Perih
Keram
Remuk
11. Ditarik 12. Mengganggu
Dipilin Menyulitkan
Menyedihkan
Intens
SKALA ANALOG VISUAL
Tidak tertahankan
13. Panas 14. Penyebaran
Terbakar Penjalaran
Mendidih Penetrasi
Menusuk
15. Geli 16. Ketat/Sesak
Gatal Mati rasa
Smarting Tarikan
Tersengat Diperas
Dirobek
17. Tumpul 18. Sejuk
Nyeri Dingin
Sakit sekali Beku
Berat
19. Nyeri tekan 20. Mengomel PPI
Tegang Muntah 0 Tidak ada Nyeri
Parau Menderita Sekali 1 Ringan
Pecah Menakutkan 2 Tidak Nyaman
Tersiksa 3 Tertekan
Ambang dan Toleransi Nyeri
Titik saat suatu stimulus yang dirasakan sebagai suatu nyeri disebut ambang
nyeri. Ambang ini secara minimalis bervariasi dari orang ke orang. Salah satu
faktor yang memengaruhi ambang nyeri adalah dominansi perseptual, yang
menjelaskan situasi klinis nyeri yang dirasakan di salah satu bagian tubuh
mengurangi atau menghilangkan nyeri yang dirasakan di bagian yang lain.
Toleransi nyeri mengacu kepada lama atau intensitas nyeri yang masih
dapat ditahan oleh pasien, sampai secara eksplisit pasien tersebut mengaku dan
mencari pengobatan. Berbeda dengan ambang nyeri, toleransi nyeri lebih besar
kemungkinannya bercariasi dari orang ke orang. Respons perilaku pasien
terhadap nyeri dipengaruhi oleh kepribadian, status kejiwaan, pengalaman
terdahulu, latar belakang sosio-kultural, dan arti nyeri. Faktor yang menurunkan
toleransi nyeri antara lain kelelahan, kekurangan tidur, pajanan berulang ke nyeri,
rasa cemas, dan ketakutan.

1. Reaksi/Respon
a. Respon perilaku/motorik
- menghindar dari stimulus, meringis atau menangis, diam
menahan, melindungi tempat yang nyeri
b. Respon fisiologik
Respon Simpatik (pada nyeri akut atau superficial dan
merupakan respon homeostatis)
- peningkatan tekanan darah, peningkatan denyut nadi dan
pernafasan, dilatasi pupil, ketegangan otot dan kaku,
dingin pada perifer, sering buang air kecil, kadar gula
darah meningkat
Respon Parasimpatik (pada nyeri berat dan menunjukkan bahwa
tidak mampu lagi melakukan hemeostatis)
- mual dan muntah, penurunan kesadaran, penurunan tekanan
darah, pernafasan cepat dan tidak teratur, lemah
c. Respon Afektif
diam tidak berdaya, depresi, marah, takut, tidak punya harapan,
tidak punya kekuatan
b. Reseptor Nyeri
Reseptor nyeri merupakan ujung saraf bebas. Reseptor rasa nyeri yang
terdapat di kulit dan jaringan lain, semuanya merupakan ujung saraf bebas.
Reseptor ini tersebar luas pada permukaan superfisial kulit dan juga di
jaringan dalam tertentu, misalnya periosteum, dinding arteri, permukaan
sendi, dll. Sebagian besar jaringan dalam lainnya hanya sedikit sekali
dipersarafi oleh ujung saraf rasa nyeri; namun, setiap kerusakan jaringan
yang luas dapat bergabung sehingga pada kebanyakan daerah tersebut
akan timbul tipe nyeri pegal yang lambat dan kronik. Ujung saraf penerima
dan penyalur rangsangan nyeri disebut nosiseptor.
Nosiseptor adalah saraf aferen primer yang menerima dan
menyalurkan rangsangan nyeri. Ujung-ujung saraf bebas nosiseptor
berfungsi sebagai reseptoe yang peka terhadap rangsangan mekanis, suhu,
listrik, atau kimiawi yang menimbulkan nyeri. Distribusi nosiseptor
bervariasi di seluruh tubuh, dengan jumlah terbesar terdapat di kulit.
Nosiseptor terdapat di jaringan subkutis, otot rangka, dan sendi.
Serat aferen primer ada bermacam-macam, misalnya saja serat aferen
A-alfa dan A-beta, yang berukuran paling besar dan bermielin serta
memiliki kecepatan hantaran tertinggi. Namun, serat ini tidak berespons
terhadap rangsangan yang menganggu sehingga tidak dapat disebut sebagai
nosiseptor. Sebaliknya, serat aferen primer A-delta dan C bisa
digolongkan menjadi nosiseptor.
A delta
a. Merupakan serabut bermyelin
b. Diameternya besar
c. Mengirimkan pesan secara cepat
d. Menghantarkan sensasi yang tajam, jelas sumber, dan lokasi
nyerinya
e. Reseptor berupa ujung-ujung saraf bebas di kulit dan struktur dalam
seperti , otot tendon dll
f. Biasanya sering ada pada injury akut
C fibers
a. Terdistribusi di otot, periusteum dan visera
b. Diameter 0.4 1.2 mm
c. Daya hantar 0.5 2 m/s (slow conducting)
d. Tidak bermielin
e. Sensari nyeri menyebar, tumpul dan terbakar
f. Penghantar nyeri kronik
g. Menstransmisikan rangsang panas, kimia, mekanik kuat
h. Nyeri yang timbul sukardilokalisasikan
i. struktur nyerinya terdapat pada daerah yang lebih dalam sperti
tulang, pembuluh darah, saraf, otot dan jaringan penyangga lain
c. Faktor Penyebab Nyeri
Fisiologi
a. Stimulus
Ada 3 jenis stimulus yaitu mekanis,suhu dan kimiawi. Hampir semua
stimulus nyeri dapat menyebabkan jaringan cedera atau alergi.
Mekanisme nyeri karena alergi:
Stimulus nyeri menyebabkan alergi.Alergi merangsang
pelepasan bradikinin,dan zat-zat kimia lain yang marangsang
nosiseptor.Nosiseptor menstimulasi pelepasan prostaglandin
yang nantinya diubah menjadi impuls saraf yang dibawa oleh
serabut saraf perifer ke kornu dorsalis di medula spinalis.
Setelah itu, impuls saraf dibawa oleh saraf motorik menuju
efektor. (impuls saraf juga dibawa ke otak untuk menghasilkan
persepsi nyeri).
Mekanisme nyeri karena jaringan yang cedera
Stimulus nyeri menyebabkan pelepasan prostaglandin yang
menyebabkan hiperalgesia(peningkatan sensitivitas serabut
saraf). Pelepasan prostaglandin menstimulus pelepasan
bradikinin dan zat-zat kimia. Zat-zat tersebut merangsang
serabut saraf.Bradikinin dan zat kimia lain diubah menjadi
impuls dan dibawa oleh serabut saraf perifer ke kornu dorsalis
pada medula spinalis. Dari medula spinalis, impuls saraf
dibawa oleh saraf motorik menuju efektor. (impuls saraf juga
dibawa ke otak untuk menghasilkan persepsi nyeri).
b. Iskemia
Bila aliran darah yang menuju jaringan terhambat dalam waktu
beberapa menit saja jaringan sering merasa nyeri sekali. Bila
metabolisme jaringan makin cepat rasa nyeri yang timbul semakin
cepat pula.
c. Spasme Otot
Disebabkan karena pengaruh spasme otot yang menekan pembuluh
darah dan menyebabkan iskemia. Spasme otot juga meningkatkan
kecepatan metabolism dalam jaringan otot, sehingga relative
memperberat keadaan iskemia.
Patologi
a. Hiperalgesia
Adalah suatu keadaan hipersensitif terhadap rasa nyeri,
penyebabnya:
Hiperalgesia Primer, yaitu reseptor nyeri itu sendiri yang
sangat peka. Contohnya, sensitivitas ekstrem pada kulit yang
terbakar kulit
Hiperalgesia Sekunder, yaitu adanya fasilitasi penjalaran
sensoris. Hal ini terjadi apabila ada jejas di medulla oblongata
atau di thalamus
b. Herpes Zoster (Shingles)
Nyeri yang dialami penderita herpes zoster merupakan nyeri tipe
segmental yang biasanya terasa di sepanjang setengah lingkar
tubuh yang terserang herpes virus. Nyeri ini disebabkan oleh 2
faktor, antara lain:
Herpes virus menginfeksi neuron dalam ganglion radiks
dorsalis
Sitoplasma neuron membawa herpes virus ke akson perifer
neuron sehingga dapat menyebabkan ruam dan kusta di bagian
kutaneus.
c. Tic Doloureux / Neuralgia Trigeminal / Neuralgia Glossofaringeal
Nyerinya seperti tertusuk atau terkena kejutan listrik yang terasa
pada bagian wajah yang terkena distribusi saraf kelima atau
kesembilan. Nyeri ini biasanya dirasakan bila pasien mengunyah
makanan kemudian terkena tonsil di rongga mulutnya. Sensasi
nyeri ini dapat diblok dengan operasi pemotongan saraf perifer
yang hipersensitif tersebut.
Nyeri karena panas atau dingin yang berlebih:
Tingkatan suhu dibedakan oleh paling tidak tiga jenis organ akhir
sensoris: reseptor dingin, reseptor hangat dan dua subtipe reseptor nyeri,
reseptor nyeri dingin dan reseptor nyeri panas. Dua jenis reseptor nyeri ini
hanya dapat dirangsang oleh panas atau dingin dalam derajat yang ekstrim
sehingga bertanggung jawab untuk sensasi dingin yang membekukan dan
panas yang membakar.
Pada daerah sangat dingin hanya serabut nyeri dingin yang terangsang.
Pada suhu 10 - 15 derajat celcius impuls nyeri berhenti, tetapi reseptor dingin
mulai terangsang. Kemudian, di atas kira kira tigapuluh derajat celcius,
reseptor hangat mulai terangsang progesif sedangkan reseptor dingin menjadi
mereda ketika suhu empat puluh tiga derajat celcius. Akhirnya sekitar suhu 5
derajat celcius serabut nyeri panas juga terangsang.
Sensasi suhu bereaksi mencolok terhadap perubahan suhu di samping
dapat bereaksi terhadap suhu yang stabil. ini berarti bahWa bila suhu kulit
turun secara aktif, orang merasa jauh lebih dingin daripada bila suhu tersebut
tetp pada tingkat yang sama. Sebaliknya jika suhu meningkat secara aktif,
orang tersebut merasa jauh ebih hangat daripada yang akan dirasakanya pada
suhu yang sama seandainya ia konstan.
Pada waktu nyeri terjadi, maka hipotalamus akan memproduksi
hormon adrenalin epinefrin. Epinefrin meningkatkan kecepatan denyut
jantung dengan mengikat reseptor 1 jantung. Hal ini menyebabkan pasokan
energi untuk otot tubuh bertambah sehingga tubuh mendapatkan energi yang
cukup untuk melakukan gerak refleks. Selain itu Epinefrin juga menyebabkan
vasokonstriksi arteriol umum di kulit, saluran pernafasan, dan ginjal melalui
pengaktifan reseptor ., sehingga menyebabkan tampak pucat di wajah.
d. Jaringan Peka Terhadap Nyeri
Jaringan yang peka terhadap nyeri : salah satunya saluran empedu,
bronki, pleura parietalis, kapsul hati sangat peka terhadap trauma langsung
dan peregangan
Jaringan yang tidak peka terhadap nyeri : daerah parenkim hati dan
alveoli paru
e. Terapi Nyeri
1. Farmakologi
NSAID
Obat analgesic antipiretik serta anti imflamasi nonsteroid
merupakan suatu kelompok obat yang heterogen, secara kimia. Obat-
obat ini ternyata memiliki banyak persamaan dalam efek terapimaupun
efek samping. Sebagian besar efek terapi dan efek sampingnya
berdasarkan atas penghambatan biosistesis prostaglandin (PG).
Prototip obat golongan ini adalah aspirin
Berdasarkan sifak selektifnya terhadap enzim siklooksigenase,
NSAID dibagi menjadi:
NSAID

COX 1- non selektif COX 2 Preferensial COX 3

- Aspirin - Nimesulid parasetamol


- Indometasin - Meloksikam
- Piroksikam - Nabumeton
- Ibuprofen - Diklofenak
- Naproksen
Mekanisme kerja : - Etodolak
- Asam COX 2 selektif
mefenamat
*Generasi 1 Trauma

- selekoksib
Kerusakan membrane sel
- rofekoksib

- valdekoksib

- parekoksib

- eterikoksib
Fosfolipid

NSAID
Asam arakidonat

COX-1 COX-3 COX-2


Endoperoksida

Tromboksan A2 PGE2M, PGD2, PGF2 Prostaklinin


Enzim siklooksigenase terdapat dalam 2 isoform disebut COX-
1 dan COX-2. Kedua isoform tersebut di kode oleh gen yang berbeda.
Secara garis besar COX-1 esensial dalam pemeliharaan berbagai
fungsi dalam kondisi normal di berbagai jaringan khususnya ginjal,
saluran cerna dan trombosit. Di mukosa lambung, aktivasi COX-1
menghasilkan prostasiklin yang bersifat sitoprotektif. Siklooksigenase
semuladiduga diinduksi berbagai stimulus inflamatur, termasuk
sitokin, endotoksin dan factor pertumbuhan. Ternyata COX -2 juga
mempunyai fungsi fisiologis yaitu di gijal, jaringan vascular dan pada
proses perbaikan jaringan. Tromboksan A2, yang disitesis trombosit
oleh COX-1, menyebabkan agregasi trombosit, vasokonstriksi dan
poliferasi otot polos. Sebaliknya prostasiklin (PGI2) yang disintesis
oleh COX-2 di endotel makrovaskular melawan efek tersebut dan
menyebabkan penghambatan agregasi trombosit, vasodilatasi dan efek
anti proliferatif.
Anti inflamasi nonsteroid yang tidak selektif dinamakan
NSAID tradisional. Khusus parasetamol, hambatan biositesis PG
hanya terjadi bila lingkungannya rendah kadar peroksid yaitu di
hipotalamus. Parasetamol diduga menghambat isoenzim COX-3, suatu
variant dari COX-1. COX-3 ini hanya ada di otak. Aspirin sendiri
menghambat dengan mengesetilasi gugus aktif serin 530 dari COX-1.
Dosis tunggal aspirin 40 mg sehari cukup untuk menghambat
siklooksigenase trombosit manusia selama masa hidup trombosit, yaitu
8-11 hari. Ini berarti pembentukan trombosit kira-kira 10% sehari.
Untuk fungsi pembekuan darah 20% aktivitas siklooksigenase
mencukupi sehingga pembekuan darah tetap dapat berlangsung.
Pada Nyeri: PG hanya berperan pada nyeri yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan atau inflamasi. Bahwa PG yang
menyebabkan sensitisasi reseptor nyeri terhadap stimulasi mekanik
dan kimiawi. Jadi PG menimbulkan keadaan hiperalgesia, kemudian
mediator kimiawi seperti bradikinin dan histamine merangsangnya dan
menimbulkan nyeri yang nyata.
Efek Samping NSAID
Terhadap saluran cerna, menaikkan sekresi asam lambung dan
menurunkan sntesis mucus protektif dalam lambung dan usus,
sehingga terjadi distress epigastrium, ulkus, dan perdarahan.
Terhadap trombosit, COX 1 menurunkan agregasi trombosit,
sehingga darah sukar membeku dan pada COX 2 menaikkan
agregasi trombosit, sehingga dikhawatirkan menjadi
penghambatan bahkan termampatnya pembuluh darah.
Terhadap ginjal, penurunan prostaglandin dapat terjadi retensi
natrium dan air yang menyebabkan edema dan hiperkalemia

Obat Obat Otonom


1.Simpatomimetik
1.1 Simpatomimetik langsung
1.1.1 Agonis adenergik katekolamin
- Berikatan dengan reseptor adrenergic, tempat mereka menyalakan
pembawa pesan ke-2
- Katekolamin : zat kimia dari gugus katekol dan amin (COMT &
MAO) merupakan enzim degradatif yang cepat memetabolisme
katekolamin, sehingga memperpendek durasi efek katekolamin
-Katekolamin secara klinis untuk obati anafilaksis, henti jantung, gagal
jantung dn syok.
Contoh: norepinefrin, epinefrin & androgen
1.1.2 Agonis adrenergic non katekolamin
- Punya paruh waktu serum lebih panjang dari katekolamin karena
tidak dimetabolisme oleh COMT & MAO
- Kebanyakan simpatomimetik non katekolamin kerja pada 2 dan
dipasarkan sebagai bronkodilator / relaksan uterus
- Kecuali fenilefrin dan metoksamin merupakan vasopresor 1 poten,
dipasarkan sebagai dekongestan hidung.
Contoh: metaproterenol, albuterol an bitolterol
1.2 Simpatomimetik tak langsung dan campuran
1.2.1 Simpatomimetik tak langsung : disebabkan pelepasan norepinefrin dari
terminal prasinaptik tapi tidak mengikat reseptor adrenergic
1.2.2 Simpatomimetik campuran : menggeser norepinefrin dari terminal
prasinaptik dan mengikat reptor adrenergic

2. Bloker adrenergic
Neurotransmisi adrenergic dapat di blok dengan:
- Menurunkan aliran simpatis dari otak
- Menekan pelepasan norepinefrin dari terminal prasinaptik
- Memblok reseptor adrenergic pascasinaptik
2.1 Anti adrenergic sentral
- Reseptor adrenergic 2 hambat neurotransmisi sinaptis dengan 2 mekanisme
- Neuropascasinaptik 2 hambat:
a. Neuron simpatis yang keluar dari otak
b. Di terminal saraf prasinaptik, menghambat norepinefrin
- Obat2 anti adrenergic sentral, sering untuk obati hipertensi
Contoh : klonidin , guanabenz, guanifasin, alfa-metil-DOPA

2.2 Anti adrenergic prasinaptik perifer


- Hambat pelepasan norepinefrin dari terminal prasinaptik
Contoh : guanadrel dan reserpin , kerjanya mengosongkan norepinefrin dari
vesikel prasinaptik.
- Penggunaan obat ini tidak boleh bersamaan dengan MOA dan simpatomimetik
langsung

2.3 Anti adrenergic pascasinaptik


2.3.1 Bloker : antagonis adrenergic bersaing dengan katekolamin untuk
menempel di reseptor 1 & 2
- Karena epinefrin dan norepinefrin tidak bisa mengikat reseptor yang
ditempati antagonis, kerja katekolamin di reseptor adrenergic dihambat
Contoh : fenoksibenzamin, fentolamin, prasozin
2.3.2 Bloker : memblok reseptor 1 dan 2
- Digunakan sebagai obat anti hipertensi tahap pertama
- Blok 1 & 2, dapat terjadi bronkospasma
Contoh : propanolol, nadolol, tinolol

3. Kolinomimetik
3.1 Agonis kolinergik langsung
- Asetilkolin merupakan neurotransmitter pada system saraf parasimpatis,
hubungan neuromuscular dan ganglion otonom
- Reseptor muskarinik (M) perantarai fungsi asetilkolin di parasinaptik,
pascaganglionik dan SSP.
- Reseptor nikotinik, ditemukan di ganglia & hubungan neuromuscular
Contoh :
Derivate kolin : Ester kolin
Derivate alkaloid : alkaloi kolinomimetik dan nikotin
3.2 Penghambat kolinesterase
- Kerja asetilkolin dihentikan di celah sinaptik oleh asetilkolinesterase,
memotong transmitter pada ikatan ester
- Penghambat kolinesterase menurut mekanisme kerja :
a. Penghambat ester karbamil
b. Edroporium : suatu kolinesterase kompetitif
- Penghambat organofosfor : memiliki afinitas sangat tinggi untuk tempat aktif
asetilkolinesterase, sekali terikat, zat ini membuat tiak aktif asetilkolinesterase
dengan fosfirilasi. Regenerasi lambat, sehingga dosis tunggal DFP
menghambat asetilkolinesterase sampai lebih dari satu minggu.
- Penghambat kolinesterase biasa digunakan untuk mengobati :
a. Glaucoma : bentukan tumor aqueus melebihi aliran keluar,
menyebabkan terjadi peningkatan tekanan intraokuler
b. Miastenia gravis: penyakit otoimun, yakni antibody berikatan dengan
reseptor nikotinik pada hubungan neuromuscular sehingga mencegah
degradasi asetilkolin, meningkatkan kemungkinan sisa reseptor akan
mengikat asetilkolin

4. Antagonis kolinergik
Macam :
- Bloker muskarinik
- Bloker ganglion
- Bloker neuromuscular
- Ketiganya merupakan antagonis kompetitif, namun dapat diatasi oleh kadar
agonis kolinergik yang adekuat
Dosis terapeutik :
- Antagonis kolinergik tidak berikatan dengan reseptor nikotinik
- Bloker neuromuscular tidak berikatan dengan reseptor muskarinik
- Sebaliknya, sebagian besar agonis kolinergik berikatan dengan reseptor
muskarinik / nikotinik

4.1 Antagonis muskarinik


Contoh : Atropin, suatu alkaloid yang iisolasi dari atropa belladonna dan banyak
tanaman lain
- Atropinmemblok kerja muskarinik dan agonis agonis kolinergik, kerjanya
bergantung pada dosis.

4.2 Bloker ganglion


- Memblok reseptor nikotinik pada ganglia simpatis dan parasimpatis
- Untuk mengobati krisis hipertensi
- Bloker ganglion mengurangi efek system apapun yang dominan
- Pada individu yang istirahat, control parasimpatik mendominasi semua organ
kecuali pembuluh darah dan kelenjar keringat
- Bila bloker ganglion diberikan pada orang yang tidak mengalami stress, dapat
mengganti dominan parasimpatik, menjadi dominan simpatik
Contoh : heksametonium, mekamilamin, trimetefan

4.3 Bloker neuromuscular


- Transmisi dan blockade neuromuscular
- Akibat blockade, sebabkan paralysis semua otot. Termasuk otot pernafasan,
peralatan intubasi dan ventilasi harus dipersiapkan sebelum menyuntikkan bloker
neuromuscular. Zat zat pemulih harus tersedia
- Non depolarisasi : antagonis murni, bersaing dengan agonis untuk memperebutkan
reseptor nikotinik.
- Depolarisasi : agonis berikatan dengan reseptor, diikuti disosiasi lambat, agonis dari
reseptor.
Contoh :
Non depolarisasi : Vekuronium, atrakurium, muakurium
Depolarisasi : suksinilkolin

5. Anestesi local
- Untuk memblok penghantaran nyeri oeh saraf
- Mekanisme kerja: menghambat penghantaran saraf dengan mengurangi
permeabilitas membrane neuron terhadap natrium, mencegah influx natrium untuk
penghantaran potensial aksi.
Contoh :
Golongan amida : lidukain , bipuvakain
Golongan ester: prokain , kloropokain

2. Non-Farmakologi
1. Terapi dan Modalitas Fisik misalnya pijat, Stimulasi saraf elektris
transkutan
a. Pijat
Pijat merupakan bentuk stimulasi fisik. Dasar stimulasi fisik
adalh teori pengendalian gerbang pada transmisi nyeri. Stimulasi
kulit akan merangsang serat-serat non-nosiseptif yang berdiameter
besar untuk menutup gerbang bagi serat-serat berdiameter kecil
yang menghantarkan nyeri sehingga nyeri dapat dikurangi.
Stimulasi kulit juga dapat menyebabkan tubuh mengeluarkan
endorphin dan neutransmitter lain untuk menghambat nyeri.
b. Stimulasi saraf elektris transkutan
Menggunakan unit yang dijalankan baterai dengan elektroda
yang dipasang pada kulit untuk menghasilkan sensasi kesemutan ,
menggetar pada area nyeri
2. Stimulasi kognitif dan perilaku misalnya relaksasi, guided imagery,
biofeedback
a. Teknik relaksasi
Relaksasi otot skeletal dipercaya dapat menurunkan nyeri
dengan merilekskan ketegangan otot yang menunjang nyeri
b. Imajenasi terbimbing/Guided Imagery
Berimajenasi membayangkan hal-hal yang menyenangkan
c. Biofeedback
Terapi perilaku yang dilakukan dengan memberikan individu
informasi tentang respon nyeri fisiologi dan cara untuk melatih
control terhadap respo tersebut

KESIMPULAN

Gerak reflek berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi secara otomatis,
tanpa adanya kontrol dari otak. Karena impuls saraf hanya melewati medula spinalis,
maka gerak yang dihasilkan merupakan gerak otonom (dibawah kesadaran), sehingga
reaksi dari gerak refleks tidak terintegrasi.
Nyeri adalah suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang sudah atau berpotensi
terjadi, atau dijelaskan berdasarkan kerusakan tersebut. Mekanisme nyeri terbagi
menjadi 4, antara lain transduksi, transmisi, modulasi, dan persepsi. Pada waktu nyeri
terjadi, maka hipotalamus akan memproduksi hormon adrenalin epinefrin. Epinefrin
meningkatkan kecepatan denyut jantung dengan mengikat reseptor 1 jantung. Hal ini
menyebabkan pasokan energi untuk otot tubuh bertambah sehingga tubuh
mendapatkan energi yang cukup untuk melakukan gerak refleks
Pemberian obat anti nyeri dimaksudkan untuk mengurangi rasa nyeri pada
luka/ aerah yang mengalami nyeri. Obat anti nyeri dapat meredakan nyeri, karena
mengandung analgesik (anti nyeri), anti inflamasi (anti peradangan), dan anti piretik
(pereda panas).

Anda mungkin juga menyukai