Anda di halaman 1dari 31

Modul Distosia

Skenario 1

Kelompok 2

Akhsanul Kaffi : 10542 0259 11

Muh. Fajri J : 10542 0299 11

Amanda Dyna F. : 10542 0260 11

Andi Aswiny : 10542 0262 11

Andi Dwi Ummu : 10542 0263 11

Andi Farahnisa : 10542 0264 11

Rani Asriani : 10542 0323 11

Rahmaniar : 10542 0321 11

Rahmawatinin : 10542 0322 11

Rahmat : 10542 0 09

Nurfitriani Yunus : 10542 0142 09

Blok Reproduksi

Fakultas Kedokteran

Universitas Muhammdiyah Makassar

2013
DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN.

1.1 : HISTORY TAKING .


1.2 MIND MAPPING.

BAB II: PEMBAHASAN

BAB III: KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN REFERENSI
BAB 1

PENDAHULUAN

I.1 HISTORY TAKING

Wanita, 20 tahun, hamil anak pertama di rujuk oleh bidan puskesmas dengan keluhan

persalinan tidak maju. Pada pemeriksaan fisik didapatkan bahwa tanda vital batas normal,

tinggi fundus 2 jari bawah processus xyphoideus, punggung di kiri ibu, bagian terendah

kepala dan belum masuk panggul. Jarak antara simfisis pubis- tinggi fundus uteri 38 cm ,

lingkar perut 98 cm. Denyut jantung janin 130x/menit. His 3 x dalam 10 menit dengan durasi

40-45 detik.

Dari skenario di atas, didapatkan keluhan:

Wanita, 20 tahun

Hamil anak pertama ( primigravida)

Persalinan tidak maju

Hasil pemeriksaan fisik:

tanda vital batas normal

Tinggi fundus 2 jari di bawah proc. xyphoideus

Punggung di kiri ibu

Bagian terendah kepala dan belum masuk panggul

Jarak antara simfisis pubis tinggi fundus uteri 38 cm

Lingkar perut 98 cm

Denyut jantung janin 130x/menit

His 3x dalam 10 menit dengan durasi 40-45 detik


I.2 MIND MAPPING

Keluhan: Persalinan
tidak maju

Power passage passanger


His

Pemeriksaan
penunjang

diagnosa

penatalaksanaan pencegahan
BAB II

PEMBAHASAN

II.1 KLARIFIKASI HASIL PEMERIKSAAN FISIK

Dari scenario di atas, diketahui bahwa hasil pemeriksaan fisik wanita tersebut

didapatkan tanda vital batas normal. Pemeriksaan untuk tanda vital meliputi

Umur Suhu Nadi Pernafasan Tekanan darah

18 atau lebih 37.0C 70-75 kali/menit 15-20 kali/menit 120/80 mmHg

65 atau lebih 36.0C 70-75 kali/menit 15-20 kali/menit 140/90 mmHg

Tinggi fundus dua jari di bawah proc. xyphoideus. Tinggi fundus uteri ini dapat

digunakan untuk menentukan usia kehamilan ibu

Ukuran Tinggi fundus Uteri menurut Spiegelberg

Umur kehamilan dalam minggu Tinggi fundus uteri dalam cm

22-28 minggu 24-25 cm diatas sympisis

28 minggu 26,7 cm diatas sympisis

30 minggu 29,5-30 cm diatas sympisis

32 minggu 29,5-30 cm diatas sympisis

34 minggu 31 cm diatas sympisis

36 minggu 32 cm diatas sympisis

38 minggu 33 cm diatas sympisis

40 minggu 37,7 cm diatas sympisis


Jarak antara simfisis os pubis dengan tinggi fundus uteri adalah 38 cm dan lingkar

perut ibu 98 cm. Tinggi fundus uteri dan lingkar perut ibu dapat digunakan untuk menghitung

taksiran berat badan janin dengan rumus:

(TBBJ) = (TFU (cm) N) x 155

Keterangan :

N= 13 bila kepala belum melewati pintu atas panggul

N= 12 bila masih berada diatas spina isciadica

N= 11 bila sudah berada dibawah spina isciadica

Denyut jantung janin 130x/menit. Jumlah denyut jantung janin ini normal sebab

berada diantara 110 sampai 160x/menit

His 3x dalam 10 menit dengan durasi 40-45 menit. Tanda-tanda inpartu adalah

terjadinya his yang kuat, teratur, ada relaksasi. Dengan demikian his pada ibu tersebut normal.

II.2 PERSALINAN

Definisi

Persalinan merupakan suatu peristiwa normal yang alamiah yang akan dialami oleh

setiap wanita. Di,mana dalam menghadapi kehamilannya seseorang wanita akan mengalami

tanda-tanda seperti his , nyeri akibat his dan pecahnya ketuban.

Namun adakalnya kita menghadapi persalinan dari kehamilan yang lewat waktu yang

tentunya perlu penanganan segera, terminasi kehamilan secepatnya, tentunya dengan cara

yang tepat, baik itu dengan induksi persalinan maupun dengan operasi. Hal tersebut perlu

penangan yang cepat mengingat resiko yang terjadi pada ibu maupun pada janin jika tidak

segera dilakukan tindakan.


Anatomi Persalinan

Dalam setiap persalinan harus di perhatikan 3 faktor yaitu jalan lahir, janin dan

kekuatan-kekuatan yang ada pada ibu. Jalan lahir di bagi atas (a) bagian tulang, terdiri atas

tulang-tulang panggul dengan persendiannya (artikulasio) dan (b) bagian lunak, terdiri atas

otot-otot, jaringan-jaringan dan ligamen-ligamen.

Tulang-tulang panggul

Tulang-tulang panggul terdiri atas 3 buah tulang yaitu (1) os koksa dua buah kiri dan

kanan (2) os sakrum dan (3) os koksigis. Os koksa merupakan fusi dari os ilium, os iskium

dan os pubis.

Tulang tulang ini satu dengan lainnya berhubungan dalam suatu persendian

panggul. Di depan terdapat hubungan antara kedua os pubis kanan dan kiri, disebut simfisis.

Secara fungsional panggul terdiri atas 2 bagian yang disebut pelvis mayor dan pelvis minor.

Pelvis mayor adalah bagian pelvis yang terletak di atas linea terminalis, disebut pula false

pelvis. Bagian yang terletak di bawah linea terminalis disebut pelvis minor atau true pelvis.

Bagian akhir ini adalah bagian yang mempunyai peranan penting dalam obstetri dan harus

dapat di kenal dan dinilai sebaik-baiknya untuk dapat meramalkan dapat-tidaknya bayi

melewatinya.

Pintu Atas Panggul

Pintu atas panggul merupakan suatu bidang yang dibentuk oleh promontorium

korpus vertebra sakral 1, linea innominata dan pinggir atas simfisis. Terdapat 4 diameter pada

pintu atas panggul, yaitu diameter anteroposterior, diameter transversa dan dua diameter

oblikua.
Cara mengukur konjugata vera ialah jari tengah dan telunjuk di masukkan ke dalam

vagina untuk meraba promontorium. Jarak bagian bawah simfisis sampai ke promontorium di

kenal sebagai konjugata diagonalis. Secara statistik diketahui bahwa konjugata vera sama

dengan konjugata diagonalis dikurangi 1,5 cm. Apabila promontorium dapat di raba, maka

konjugata diagonalis dapat diukur. Selain kedua konjugata ini di kenal pula konjugata

obstetrika yaitu jarak dari tengah simfisis bagian dalam ke promontorium.

Dalam obstetri dikenal 4 jenis panggul yang mempunyai ciri-ciri pintu atas panggul

sebagai berikut :

1. Jenis ginekoid: panggul paling baik untuk perempuan . Bentuk pintu atas panggul hampir

bulat. Panjang diamater antero-posterior kira-kira sama dengan diameter transversa. Jenis

ini di temukan pada 45 % perempuan.

2. Janin android: bentuk pintu atas panggul hampir segitiga. Umumnya pria mempunyai

jenis seperti ini. Panjang diameter anteroposterior hampir sama dengan diameter

transversa, akan tetapi yang terakhir ini jauh lebih mendekati sakrum. Dengan demikian,

bagian belakangnya pendek dan gepeng, sedangkan bagiam depannya menyempit ke

depan. Jenis ini ditemukan pada 15% perempuan.

3. Jenis antropoid:bentuk pintu atas panggul agak lonjong, seperti telur. Panjang diameter

antero-posterior lebih besar daripada dimateter transversa. Jenis ini ditemukan pada 35%

perempuan.

4. Jenis platipelloid: sebenarnya jenis ini adalah jenis ginekoid yang menyempit pada arah

muka belakang. Ukuran melintang jauh lebih besar daripada ukuran muka belakang. Jenis

ini ditemukkan pada 5% perempuan.

Tidak jarang pula ditemukan jenis kombinasi keempat jenis klasik ini.
Bidang Hodge

Bidang-bidang Hodge ini dipelajari untuk menentukan sampai di manakah bagian

terendah janin turun dalam panggul dalam persalinan.

Bidang Hodge 1 : ialah bidang datar yang melalui bagian atas simfisis dan promontorium

Bidang ini dibentuk pada lingkaran pintu atas panggul

Bidang Hodge 2: ialah bidang yang sejajar dengan Bidang Hodge I terletak setinggi

bagian bawah simfisis

Bidang Hodge 3: ialah bidang yang sejajar dengan Bidang Hodge I dan II terletak

setinggi spina iskiadika kanan dan kiri. Pada rujukan lain, bidang Hodge III ini disebut

juga bidang O. Kepala yang berada di atas 1 cm (-1) atau sebaliknya.

Bidang Hodge 4: ialah bidang yang sejajar dengan Bidang Hodge I,II,III terletak setinggi

os koksigis.

Pintu Bawah Panggul

Pintu bawah panggul tidak merupakan suatu bidang datar, tetapi tersusun atas 2

bidang datar yang masing-masing berbentuk segitiga, yaitu bidang yang di bentuk oleh garis

antara kedua buah tuber os iskii dengan ujung os sakrum dan segitiga lainnya yang alasnya

juga garis antara kedua tuber os iskii dengan bagian bawah simfisis. Dalam keadaan normal

bersarnya sudut ini kurang lebih 90 derajat atau lebih besar sedikit. Bila kurang sekali (lebih

kecil) dari 90 derajat, maka kepala janin akan lebih sulit di lahirkan karena memerlukan

tempat lebih banyak ke aras dorsal ( ke arah anus) .


Bagian Lunak Jalan Lahir

Pada kala pengeluaran ( kala II) segmen bawha uterus, serviks uteri dan vagina ikut

membentuk jalan lahir. Pada akhir kehamilan, pada usia kehamilan kurang lebih 38 minggu,

serviks lebih pendek daripada waktu kehamilan 16 minggu. Seperti yang telah di kemukakan,

ismus uteri pada kehamilan 16 minggu menjadi bagian uterus tempat janin berkembang.

Umumnya serviks disebut matang apabila teraba sebagai bibir dan ini terjadi pada usia

kehamilan 34 minggu. Pada primigravida hal ini di temukan apabila hampir aterm.

Di samping uterus dan vagina, otot-otot, jaringan-jaringan ikat dan ligame-ligamen

yang berfungsi menyokong alat-alat urogenitalia perlu diketahui oleh karena semuanya

mempengaruhi jalan lahir dan lahirnya kepala atau bokong pada partus. Otot yang menahan

dasar panggul di bagian liar adalah muskulus sfingter ani eksternus, muskulus

bulbokavernosus yang melingkari vagina dan muskulus perinei transversus superfisialis. Di

bagian tengah di temukan otot-otot yang melingkari vagina bagian tengah dan anus. Lebih

kedalam lagi di temukan otot-otot dalam yang paling kuat, disebut diafragma pelvis, terutama

muskulus levator ani yang berfungsi menahan dasar panggul. Ia menutup hampir seluruh

bagian belakang pintu bawah panggul. Letak muskulus levator ini sedemikian rupa sehingga

bagian depan muskulus ini berbentuk segitiga disebut trigonum urogenitalis. Di dalam

trigonum ini berada di uretra, vagina dan rektum.

Muskulus levator ani mempunyai peranan penting dalam mekanisme putaran paksi

dalam janin. Kemiringan dan kelentingan otot ini membantu memudahkan putaran paksi

dalam janin. Pada otot yang kurang miring dan kurang melenting ( lebih mendatar) , putaran

paksi dalam lebih sulit.


Selain faktor otot, putaran paksi dalam juga di tentukan oleh ukuran panggul dan

mobilitas leher janin. Tumor atau lilitan tali pusat di leher janin juga mempersulit putaran

paksi dalam.

Arteri dan vena yang berjalan dalam rongga panggul adalah cabang bawah dari arteri

dan vena uterina serta cabang-cabang arteri dan vena hemorroidalis superior.

Fisiologi Persalinan

Persalinan didefinisikan sebagai kontraksi uterus yang teratur yang menyebabkan

penipisan dan dilatasi serviks sehingga hasil konsepsi dapat keluar dari uterus. Persalinan

meliputi tiga proses kunci (1) perubahan aktivitas miometrium (2) perlunakan dan dilatasi

serviks (3) pecahnya membran janin.

Persalinan juga didefinisikan sebagai proses fisiologis di mana janin, membran, tali

pusat, dan plasenta dikeluarkan dari rahim.

Secara fisiologis dan klinis, parturisi dapat di bagi menjadi tiga fase yang berbeda,

tetapi tumpang tindih: (1) persiapan uterus untuk persalinan, (2) kontraksi kuat saat persalinan

aktif dan pelahiran (his) , serta (3) kontraksi pueperium (nifas) serta involusi uterus. Fase

pertama biasanya dapat dikenali dari tanda-tanda khas proses persiapan, termasuk pematangan

serviks, peningkatan komtraksi uterus yang tidak nyeri, dan iritabilitas uterus. Fase kedua

dimulai dengan awitan partus ( onset of labor ) kontraksi uterus yang teratur, kuat dan nyeri

(his) yang menyebabkan dilatasi serviks dan penurunan janin- dan berakhir dengan pelahiran.

Fase kedua ini di bagi lagi menjadi tiga kala/tahap persalinan. Fase ketiga di mulai setelah

pelahiran janin, dengan kontraksi persisten uterus yang memastikan hemostasis nifas, dan
berlanjut sampai involusi sempurna uterus, yaitu suatu proses yang mengembalikan organ ini

keadaan tidak hamil.

Perubahan Uterus Pada Kehamilan

Peregangan, replikasi sel, peradangan, trauma, dan tandur jaringan asing diketahui

merupakan perangsang pembentukan prostaglandin, dan masing-masing proses tersebut

sangat penting bagi kehamilan. Selama kehamilan, ukuran uterus ,meningkat dari sebuh organ

berberat 50g menjadi organ berberat 1 kg. Hal ini disebabkan oleh adanya peningkatan

sepuluh kali lipat ukuran sel miometrium akibat hipertrofi sel. Dan pada saat yang sama,

kapasitas volume uterus meningkat beberapa kali lipat.

Progesteron dan Parturisi Manusia

Segera setelah ovulasi pada perempuan, sel-sel granulosa folikel mengalami

luteinisasi untuk membentuk korpus luteum. Organ temporer di dalam organ ini

mengeluarkan progesteron dalam jumlah besar, tetapi hanya dalam waktu singkat. Usia

korpus luteum pada siklus ovarium nonfertil adalah sekitar 12-14 hari, tetapi setelah 10 hari

sekresi progesteron mulai turun secara cepat. Namun , dengan tertanamnya blastokista,

terbentuk hCG di trofoblas yang kemuadian masuk ke darah ibu melalui lengan plasental

sistem komunikasi ibu-janin. Jika dibandingkan dengan jumlah LH yang diproduksi oleh

hipofisis, hCG dibentuk dalam jumlah yang besar dan pengganti LH ini berfungsi

menyelamtkan korpus luteum serta memperpanjang usia organ penghasil progesteron ini.

Fungsi blastokista ini mungkin sangat penting untuk mengoptimalkan kondisi agar kehamilan

muda tersebut dapat berhasil.


Progesteron bekerja mempengaruhi perubahan-perubahan sekretorik di endometrium,

yang diperkirakan menjadi optimal untuk implantasi blastokista. Pada kenyatannya,fungsi

korpus luteum mulai menurun pada usia gestasi sekitar 6 minggu (usia haid) dan pada minggu

ke 8, ovarium tidak atau hanya sedikit menghasilkan progesteron. Dengan demikian, usia

korpus luteum selama kehamilan hanya 4-6 minggu, tetapi urin ini lebih lama daripada usia

korpus luteum siklus haid yang hanya 10-14 hari.

Menurut At A Glance, fase-fase persalinan terdiri atas beberapa fase sebagai berikut.

1. Fase 0 meliputi mayoritas kehamilan.

Selama fase ini, uterus tetap dalam keadaan tenang akibat satu atau lebih penghambat

kontraktilitas. Zat-zat penghambat meliputi progesteron, prostasiklin, nitrat oksida,

peptida yang terkait dengan hormon paratiroid ( parathyroid hormone-related peptide,

PTHrP ), peptida yang terkait dengan gen kalsitonin, relaksin, adrenomedulin, dan

peptida intestinal vasoaktif.

2. Fase1

Menjelang akhir kehamilan yang normal, uterus mengalami proses aktivasi ( fase 1 ).

Selama aktivasi, sejumlah protein yang berhubungan erat dengan kontraksi meningkat di

bawah pengaruh estrogen. Protein ini meliputi reseptor miometrium untuk prostaglandin

dan oksitosin, kanal ion membran dan koneksi 43, suatu komponen kunci pada gap

junction. Peningkatan gap junction

3. Fase dua

Fase dua dalam persalinan disebut stimulasi. Selama stimulasi, oksitosin dan

prostaglandin yang menstimulasi dapat menginduksi kontraksi pada uterus.Serviks


berdilatasi. Janin, membran dan plasenta dikeluarkan dari uterus pada proses yang di

sebut kelahiran.

4. Fase 3

Fase 3 pada persalinan yang terjadi setelah kelahiran dan disebut involusi. Selama

involusi, kontraksi yang terus menerus pada uterus menyebabkan hemostasis yang

diperlukan dan akhirnya mengurangi uterus postpartum yang membesar masif ke ukuran

yang sedikit lebih besar dari keadaan sebelum kehamilan.

Tanda-tanda Inpartu

1. Rasa sakit adanya his yang dating lebih kuat, sering dan teratur

2. Keluar lender bercampur darah yang lebih banyak karena robekan-robekan kecil

pada serviks

3. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya

4. Pada pemeriksaan dalam serviks mendatar dan pembukaan telah ada

II.3 PERSALINAN TIDAK MAJU (DISTOSIA)

Pada tahun 2013, para peneliti menerbitkan sebuah laporan terhadap 38.484 sampel

perempuan yang mengalami C-sesaria untuk pertama kali. Tingkat CS secara keseluruhan di

antara ibu yang pertama kali adalah 30,8%. Satu dari tiga (35%) bedah caesar ini adalah

karena diagnosis "kegagalan untuk kemajuan," atau lambatnya kemajuan dalam persalinan.

Ini berarti bahwa 10%, atau 1 dalam 10, semua ibu yang pertama kali di Amerika Serikat

memiliki caesar untuk kegagalan untuk kemajuan selama tahun 2002-2008 (Boyle, Reddy et

al. 2013).

Definisi
Persalinan tidak maju atau persalinan lama yang disebut juga distosia, didefinisikan

sebagai persalinan yang abnormal/sulit.

Persalinan tidak maju atau biasa disebut dengan failure to progress in labor atau

prolonged labor dapat ditentukan dengan tahap persalinan dan apakah leher rahim telah

menipis dan membuka tepat selama persalinan. Jika bayi tidak lahir setelah sekitar 20 jam

kontraksi yang teratur, hal itu dapat dikatakan sebagai persalinan tidak maju. Beberapa ahli

kesehatan mengatakan itu mungkin terjadi setelah 18 sampai 24 jam.

Sebab-sebabnya dapat di bagi dalam 3 golongan berikut ini.

Kelainan tenaga ( kelainan his). His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya

menyebabkan kerintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan,

tidak dapat diatasi sehingga persalinan mengalami hambatan atau kemacetan.

Kelainan janin. Persalinan dapat mengalami gangguan atau kemacetan karena kelainan

dalam letak atau dalam bantuk janin.

Kelainan jalan lahir. Kelainan dalam ukuran atau bentuk jalan lahir bisa menghalangi

kemajuan persalinan atau menyebabkan kemacetan.

Penyebab Distosia

Distosia terjadi karena beberapa faktor, yaitu kelainan power, passage, dan passanger

a). Kelainan Power

Power adalah kekuatan ibu mendorong janin, yaitu kekuatan hisdan kekuatan ibu dalam

mengejan. His normal yaitu his yang timbuldominan pada fundus uteri, simetris, kekuatannya

semakin lama semakinkuat dan sering serta mengalami fase relaksasi yang baik. Kelainan

hisini dapat berupa inersia uteri hipertonik atau inersia uteri hipotonik.Kontraksi uterus atau

his secara normal terjadi pada awal persalinanyakni pada kala 1, pada awal kala 1 his yang
timbul masih jarang yaitu 1kali dalam 15 menit dengan kekuatan 20 detik, his ini semakin

lamaakan timbul semakin cepat dan sering yakni interval 2 sampai 3 kalidalam 10 menit

dengan kekuatan 50 sampai 100 detik. Apabila kontraksitidak adekuat, maka serviks tidak

akan mengalami pembukaan, sehingga pada kondisi tersebut dilakukan induksi persalinan,

dan apabila tidak adakemajuan persalinan maka dilakukan seksio sesaria, namun

pada persalinan kala II apabila ibu mengalami kelelahan maka persalinan persalinan kala II

apabila ibu mengalami kelelahan maka persalinandilakukan dengan menggunakan vacum

ekstraksi (Cuninghamet al ,2010).

Persalinan kala III yaitu melahirkan plasenta, apabila placenta belum lahir dalam waktu 30

menit maka hal ini terjadi karena tidak ada kontraksi uterus atau karena adanya perlengketan

sehingga merangsang uterus maka di berikan pemberian induksin dan melakukan

massageuterus (Cuningham et al, 2010)

b). Kelainan Passage

Distosia karena adanya kelainan Passage yaitu karena adanyakelainan pada jalan lahir, jalan

lahir sendiri terbagi atas jalan lahir lunak dan jalan lahir keras. Jalan lahir keras atau tulang

panggul dapat berupakelainan bentuk panggul, dan kelainan ukuran panggul. Sedangkan

jalanlahir lunak yang sering dijumpai karena adanya tumor ovarium yangmenghalangi jalan

lahir dan adanya edema pada jalan lahir yangdipaksakan (Winkjosastro et al , 2006). Jenis

kelainan pada jalan lahir keras berupa kelainan bentuk yaitu bentuk panggul yang tidak

normal, diantaranya gynecoid, antropoid,android, dan platipeloid. Terutama pada panggul

android distosia sulitdiatasi, selain itu terdapat kelainan panggul yang disertai

dengan perubahan bentuk karena pertumbuhan intrauterine yaitu panggul Naegele, robert,

split pelvis dan panggul asimilasi. Perubahan bentuk panggul juga dapat terjadi karena
adanya penyakit seperti rakhitis,osteomalasia, neoplasma, fraktur, atrifi, karies, nekrosis

maupun penyakit pada sendi sakroiliaka dan sendi sakrokoksigea. Penyakit tulang

belakangseperti kifosis, skoliosis dan spondilolistesis serta penyakit pada kakiseperti koksiis,

luksasio koksa dan atrofi atau kelumpuhan satu kakimerupakan termasuk penyulit dalam

proses persalinan pervaginam(Winkjosastro et al , 2006)

c). Kelainan Passanger

Kelainan passanger merupakan kelainan pada letak, ukuranataupun bentuk janin, kelainan

letak ini termasuk dalam kelainan presentasi dan kelainan posisi, pada kondisi normal, kepala

memasuki pintu atas panggul dengan sutura sagitalis dalam keadaan melintang atauoblik

sehingga ubun-ubun kecil berada dikanan atau dikiri lintang ataudikanan atau kiri belakang,

setelah kepala memasuki bidang tengah panggul (Hodge III), kepala akan memutar ke depan

akibat terbentur spina ischiadika sehingga ubun-ubun kecil berada didepan (putaran paksi

dalam), namun terkadang tidak terjadi putaran sehingga ubun-ubun keciltetap berada

dibelakang atau melintang, keadaaan ini disebut dengandeep transvere arrest, oksipitalis

posterior persisten atau oksipitalistransversus persisten, keadaan ini akan mempersulit

persalinan(Winkjosastro et al, 2006).

Presentasi muka merupakan salah satu kelainan janin, diagnosis presentasi muka berdasarkan

pemeriksaan luar yakni dada akan terabaseperti punggung, bagian belakang kepala

berlawanan dengan bagiandada, dan daerah dada ada bagian kecil denyut jantung janin

terdengan jelas, dan berdasarkan pemeriksaan dalam umumnya teraba mata, hidung,mulut dan

dagu atau tepi orbita. Pada presentasi dahi pada umumnyamerupakan kedudukan sementara

sehingga biasanya dapat menjadi presentasi belakang kepala dan presentasi muka

(Cuningham et al , 2010).
Letak sungsang merupakan keadaan dimana letak janin memanjangdengan kepala dibagian

fundus uteri dan bokong dibagian bawah cavumuteri hal ini pula merupakan penyulit dalam

persalinan. Selain letak sungsang, letak lintang pula cukup sering terjadi, presentasi

inimerupakan presentasi yang tidak baik sama sekali dan tidak mungkindilahirkan

pervaginam kecuali pada keadaan janin yang sangat kecil atautelah mati dalam waktu yang

cukup lama (Cuningham

et al

, 2010).Beberapa kelainan dalam bentuk janin yaitu karena adanya pertumbuhan janin yang

berlebihan, berat neonatus pada umunya adalah4000 gram, makrosomia atau bayi besar

apabila lebih dari 4000 gram,umumnya hal ini karena adanya faktor genetik, kehamilan

dengandiabetes mellitus, kehamilan post matur atau pada grande multipara.Hidrocephalus

pula merupakan kelainan bentuk janin, hal ini merupakankeadaan dimana cairan serebrospinal

dalam ventrikel janin berlebihsehingga kepala janin menjadi besar dan keadaan ini dapat

menyebabkan

cephalo pelvic disproportion

(Winkjosastro et al , 2006)

Mekanisme distosia

Pada akhir masa kehamilan, kepala janin melintasi jalan lahir, berhadapan dengan

segmen bawah rahim yang menebal dan serviks yang tidak berdilatasi. Otot fundus uterus

tidak terlalu berkembang dan kurang bertenaga. Kontraksi uterin, resistensi serviks dan

tekanan ke depan oleh kepala janin merupakan faktor yang sangat berperan dalam kala satu

persalinan.
Setelah dilatasi serviks lengkap, bagaimanapun juga, hubungan mekanik antara

kepala janin, posisi dan kapasitas pelvis, yang disebut dengan proporsi fetopelvik, menjadi

lebih jelas ketika bayi mulai mengalami penurunan. Otot otot uterin menjadi lebih tebal dan

kekuatannya bertambah. Jadi abnormalitas fetopelvik menjadi lebih jelas terlihat ketika

persalinan kala dua sudah tercapai.

Malfungsi otot uterus dapat berasal dari kelebihan distensi uterin atau his yang macet

atau keduanya. Dengan demikian, his yang tidak efektif secara umum dapat diterima sebagai

salah satu kemungkinan tanda peringatan disproporsi fetopelvik. Secara sederhana,

pembagian abnormalitas persalinan menjadi disfungsi uterus dan disproporsi fetopelvik

tidaklah tepat, karena keduanya sangat berkaitan erat. Tentu saja, menurut ACOG, tonjolan

tulang tulang pelvik bukanlah faktor, dengan sejumlah pengecualian yang jarang terjadi,

yang membatasi persalinan lewat vagina.

Abnormalitas tenaga pendorong Dilatasi serviks dan pendorongan dan pengeluaran

janin disebabkan oleh kontraksi uterus, dibantu oleh aksi otot dinding perut yang disadari

maupun tidak. Kedua faktor ini mungkin saja kurang intens dan berakibat pada tertundanya

atau terganggunya persalinan. Diagnosis disfungsi uterus pada fase laten sangat sulit

dilakukan dan terkadang hanya dapat dilakukan dengan metode retrospektif. Salah satu

kesalahan yang sering dilakukan adalah melakukan penatalaksanaan disfungsi uterus pada

wanita yang belum berada pada fase persalinan aktif.

Dari scenario di atas, di ketahui bahwa kepala bayi belum masuk pintu atas panggul

ibu. Ada beberapa kemungkinan yang dapat menyebabkan hal tersebut, seperti : panggul

sempit, anak besar >4000 gr, tidak proporsionalnya kepala janin dengan panggul ibu, adanya
lilitan tali pusat yang lebih dari satu, dan tumor di dalam rahim yang menghambat penurunan

kepala.

Penanganan Distosia

A). Distosia Karena Kelainan Tenaga

1. Hypotonic uterine contraction

Penanganan kasus inersia uteri hipotoni yaitu dilakukan pengawasan yang meliputi tekanan

darah, denyut jantung janin, dehidrasiserta tanda-tanda asidosis, diberikan diet cair sebagai

persiapan operasi,infus D5% atau NaCl dan apabila nyeri diberikan pethidine 50 mg,

sertadilakukan pemeriksaan dalam di analisa apakah ada CPD menggunakan pelvimetri atau

MRI (Winkjosastro

et al, 2006).

Apabila pasien inersia uteri dengan CPD maka dilakukan seksiosesaria, apabila tidak

ditemukan CPD maka perbaiki terlebih dahulukeadaan umum pasien, apabila kepala atau

bokong sudah masuk panggulmaka pasien di edukasi untuk aktivitas berjalan, lakukan

pemecahanketuban, berikan oksitosin drip 5 IU per D5% dimulai 8 tetes permenitsampai

dengan 40 tetes permenit, pasien harus diawasi terus menerusmengenai kekuatan interval his

dan denyut jantung janin dan apabilaoksitosin drip gagal, maka dilakukan seksio sesaria

(Winkjosastro et al ,2002).
2. H y p e r t o n i c u t e r i n e c o n t r a c t i o n

Dalam menghadapi persalinan lama oleh sebab apapun, keadaanwanita yang bersangkutan

harus diawasi dengan seksama. Tekanan darahdiukur tiap empat jam, pemeriksaan ini perlu

dilakukan lebih seringapabila ada gejala preeklampsia. Denyut jantung janin dicatat

dalamsetengah jam dalam kala I dan lebih sering kala II. Kemungkinandehidrasi dan asidosis

harus mendapat perhatian sepenuhnya. Karena pada persalinan lama selalu ada kemungkinan

untuk melakukan tindakan pembedahan dengan narkosis, hendaknya wanita jangan diberi

makanan biasa melainkan dalam bentuk cairan. Sebaiknya diberikan infus larutanglukosa 5%

dan larutan NaCl isotonik secara intravena berganti-ganti.Untuk mengurangi rasa nyeri dapat

diberi pethidin 50 mg yang dapatdiulangi; pada permulaan kala I dapat diberi 10 mg morfin.

Pemeriksaandalam perlu diadakan, akan tetapi harus selalu disadari bahwa tiap pemeriksaan

dalam mengandung bahaya infeksi. Apabila persalinan berlangsung 24 jam tanpa kemajuan

yang berarti, perlu diadakan penilaian yang seksama tentang keadaan. Selain penilaian

keadaanumum, perlu ditetapkan apakah persalinan benar-benar sudah mulai ataumasih dalam

tingkat false labour, apakah ada inersia uteri atau incoordinate uterine action dan apakah tidak

ada disproporsi sefalopelvik biarpun ringan. His terlalu kuat. pada partus presipitatus tidak

banyak yang dapatdilakukan karena biasanya bayi sudah lahir tanpa ada seorang

yangmenolong. Kalau seorang wanita pernah mengalami partus presipitatus,kemungkinan

besar kejadian ini akan berulang pada persalinan berikutnya. Karena itu sebaiknya wanita

dirawat sebelum persalinan,sehingga pengawasan dapat dilakukan dengan baik. Pada

persalinankeadaan diawasi dengan cermat, dan episiotomi dilakukan pada waktuyang tepat

untuk menghindarkan terjadinya ruptura uteri. Dalam keadaan


demikian janin harus segera dilahirkan dengan cara yang memberikantrauma sedikit-

sedikitnya bagi ibu dan anak dapat menjalar kebagian bawah uterus. Oleh karena itu setiap

wanitayang pernah mengalami operasi pada serviks, selalu diawasi persalinannya di rumah

sakit.

B. Distosia Karena Kelainan Letak dan Bentuk Janin

1. Posisi Oksipitalis Posterior Persisten (POPP)

Proses persalinan pada kasus POPP ini apabila dengan presentasikepala dan panggung

longgar, maka dapat dilahirkan dengan spontannamun dengan proses yang lama sehingga

perlu adanya pengawasanketat dengan harapan janin dapat dilahirkan spontan

pervaginam.Tindakan baru dilakukan apabila kala II terlalu lama atau adanya tanda-tanda

kegawatan pada janin. Pada persalinan dapat terjadi robekan perineum yang teratur atau

ekstensi dari episiotomi karena mekanisme persalinan pervaginam pada POPP yaitu ketika

kepala sudah sampai padadasar panggul, ubun-ubun besar dibawah symphisis sebagai

hipomoklionoksiput lahir melewati perineum, jalan lahir dengan Sirkum

FarensiaFrontooksipitalis lebih besar dari Sirkum Suboksipito Bregmatikasehingga kerusakan

perineum atau vagina lebih luas. Sebelumnya periksaketuban pasien, apabila masih intake

maka pecahkan terlebih dahulu

ketubannya, apabila penurunan kepala sudah lebih dari 3/5 diatas PAPatau diatas 2 maka

sebagiknya dilakukan seksio sesaria, apabila pembukaan serviks belum lengkap dan tidak ada

tanda obstruksi makadiberikan oksitosin drip, bila pembukaan lengkap dan tidak ada

kemajuan pada fase pengeluaran, dipastikan kembali tidak adanya obstruksikemudian apabila

tidak ada tanda obstruksi diberikan oksitosin drip,namun bila pembukaan lengkap dan kepala

masuk tidak kurang dari 1/5PAP atau pada kala II bila kepala turun sampai dengan Hodge III
danatau UUK lintang sudah dipimpin namun tak ada kemajuan sehinggamenyebabkan deep

transvered arrest maka dilakukan vacum ekstraksiatau forceps, namun apabila ada tanda

obstruksi serta gawat janin makaakhiri kehamilan dengan seksio sesaria.

2. Presentasi Puncak Kepala

Mekanisme persalinan pada presentasi puncak kepala, putaran paksi dalam ubun-ubun besar

(UUB) berputar ke simfisis, UUB lahir kemudian dengan glabella sebagai hipomoglion,

kepala fleksi sehinggalahirlah oksiput melalui peineum. Lingkaran kepala yang

melewati panggul adalah circum fronto-occiput sebesar kurang lebih 34cm, olehkarena itu

partus akan berlangsung lebih lama dibandingkan dengan persalinan normal dimana diameter

yang melewati panggul adalahcirkum suboksipitobregmatikus (32cm). Kepala masuk panggul

palingsering pada diameter transversa PAP. Kepala turun perlahan-lahan,dengan ubun-ubun

kecil dan dahi sama tingginya (tidak ada fleksimaupun ekstensi) dan dengan sutura sagitalis

pada diameter transversa panggul, sampai puncak kepala mencapai dasar panggul. Sampai di

siniada beberapa kemungkinan penyelesaiannya, sering kali kepalamengadakan fleksi, ubun-

ubun kecil (UUK) berputar ke depan dankelahiran terjadi dengan kedudukan occipitoanterior,

atau kepalamungkin tertahan pada diameter transverse panggul, diperlukan pertolongan

operatif untuk deep transverse arrest, atau pada keadaankepala mungkin berputar ke belakang

dengan atau tanpa fleksi, UUK menuju ke lengkung sacrum dan dahi ke pubis, mekanisme

pada kondisiini adalah kedudukan UUK belakang menetap dan kelahiran dapatspontan atau

dengan seksio sesaria. Presentasi puncak kepala dapat ditunggu hingga

memungkinkankelahiran spontan, namun bila 1 jam dipimpin mengejan bayi tidak lahir dan

kepala bayi sudah didasar panggul maka dilakukan ekstraksi forceps,umunya persalinan pada

presentasi puncak kepala dilakukan episiotomy


Secara umum manajemen distosia yaitu

Medical care : Manajemen distosia tergantung pada faktor-faktor yang mendasari kondisi ibu

dan status janin . Ketika distosia adalah hasil dari kontraksi uterus yang tidak memadai ,

oksitosin digunakan . Distosia akibat posisi janin abnormal dapat diperbaiki dan dikelola oleh

pengiriman forsep

Bertahun-tahun lalu , kebijakan manajemen aktif persalinan diadopsi di Irlandia di Rumah

Sakit Bersalin Nasional untuk mencegah partus lama . Pada masa itu, persalinan lama

dikaitkan dengan peningkatan morbiditas demam ibu-janin dan lebih lama tinggal di rumah

sakit . Sebuah kriteria manajemen yang ketat digunakan sebagai berikut :

1. Pasien dirawat dalam apa yang dianggap di sebagian besar tenaga kerja awal dunia

2. Diagnosis kerja dibuat jika , di hadapan kontraksi rahim , leher rahim telah dihapuskan

3. Amniotomi dini ( pecah buatan dari membran janin ) dilakukan . Pasien ulang setelah 2

jam , dan jika dilatasi serviks tidak memadai ( < 1 cm / jam ) , dosis tinggi oksitosin intravena

dimulai . Dosis tinggi adalah 6 mU / menit dan dosis ditingkatkan setiap 15 menit . Buruh

dianggap berkepanjangan jika melebihi 24 jam .

Program ini mencakup 1 - to- 1 keperawatan bidan dan program pendidikan prenatal yang

kuat tentang tenaga kerja.

Hasil dari Irlandia menunjukkan bahwa pendekatan ini aman untuk ibu dan janin . Hal ini

juga menunjukkan penurunan pengiriman operasi , serta penurunan panjang kerja . Kritik
utama dari pengalaman Irlandia pada manajemen aktif persalinan ( AMOL ) adalah bahwa

data tidak diperoleh dengan uji klinis acak .

Di AS , sebuah uji klinis acak beberapa ( RCT ) telah dilakukan untuk mempelajari

manajemen aktif persalinan . Perbedaan yang melekat ditemukan di antara RCT dalam

definisi awal fase aktif dan protokol untuk manajemen aktif persalinan . Meskipun hasil RCT

ini tidak begitu dramatis dalam penurunan tingkat kelahiran sesar , semua secara konsisten

menunjukkan penurunan durasi tenaga kerja dan penurunan persalinan lama . Juga, semua 3

penelitian secara konsisten menunjukkan penurunan morbiditas demam maternal , yang

mungkin menjadi efek langsung dari tenaga kerja yang lebih pendek . Lebih penting lagi ,

harus dicatat bahwa tidak ada RCT menunjukkan setiap peningkatan kejadian komplikasi

maternal atau neonatal .

Bedah Perawatan : pengiriman tang dapat dilakukan penangkapan melintang dari kepala janin

. Tucker - McLane atau Kielland forsep dapat digunakan . Posisi normal seperti posterior

oksiput dapat dikelola dengan forsep . Ekstraksi vakum juga dapat digunakan dalam beberapa

kasus dengan posisi abnormal. Kriteria untuk penggunaan ekstraksi vakum harus

mencerminkan kriteria untuk penggunaan forsep . Rotasi merupakan kontraindikasi dengan

ekstraktor vakum . Setiap pengiriman instrumen harus dilakukan oleh seseorang yang akrab

dengan instrumen dan kriteria yang terkait .

Forceps Outlet pengiriman : kulit kepala ini terlihat pada introitus tanpa memisahkan labia ,

tengkorak janin telah mencapai dasar panggul , sutura sagitalis adalah anteroposterior , kanan
atau kiri anterior oksiput , atau posterior , dan rotasi kurang dari 45 derajat .

Rendah pengiriman forsep : Kepala janin di lebih dari +2 station dan rotasi lebih besar dari

45 derajat.

Midforceps pengiriman : Kepala di atas +2 cm , namun bergerak .

Forceps tinggi tidak lagi dipraktekkan .

PENGOBATAN

Obat yang paling umum digunakan untuk pengobatan distosia adalah oksitosin .

Komplikasi Distosia

Persalinan lama dapat menimbulkan konsekuensi serius bagi salah satu atau

keduanya sekaligus.

Infeksi Intrapartum

Infeksi adalah bahaya yang serius yang mengancam ibu dan janinnya pada partus lama,

terutama bila disertai pecahnya ketuban. Bakteri di dalam cairan amnion menembus

amnion dan menginvasi desidua serta pembuluh korion sehingga terjadi bakteremia dan

sepsis pada ibu dan janin. Pneumonia pada janin, akibat aspirasi cairan amnion yang

terinfeksi adalah konsekuensi serius lainnya. Pemeriksaan serviks dengan jari tangan

akan memasukkan bakteri vagina ke dalam uterus. Pemeriksaan ini harus dibatasi selama

persalinan, terutama apabila di curigai terjadi persalinan lama.

Ruptura Uteri

Penipisan abnormal segmen bawah uterus menimbulkan bahaya serius selama partus

lama, terutama pada ibu dengan paritas tinggi dan pada mereka dengan riwayat seksio

sesarea. Apabila disproporsi antara kepala janin dan panggul sedemikian besar sehingga
kepala tidak cakap dan tidak terjadi penurunan, segmen bawah uterus menjadi sangat

teregang kemudian dapat menyebabkan rupture.

Cincin Retraksi Patologis

Walaupun sangat jarang, dapat timbul konstriksi atau cincin local uterus pada persalinan

yang berkepanjangan. Tipe yang paling sering adalah cincin retraksi patologis Bandl,

yaitu pembentukan cincin retraksi normal yang berlebihan. Cincin ini sering timbul

akibat persalinan yang terhambat, disertai peregangan dan penipisan berlebihan segmen

bawah uterus.

Pembentukan Fistula

Apabila bagian terbawah janin menekan kuat ke pintu atas panggul, tetapi tidak maju

untuk jangka waktu yang cukup lama, bagian jalan lahir yang terletak di antaranya dan

dinding panggul dapat mengalami tekanan yang berlebihan. Karena gangguan sirkulasi,

dapat terjadi nekrosis yang akan jelas dalam beberapa hari setelah melahirkan dengan

munculnya fistula vesikovaginal, vesikoservikal atau rektovaginal.

Cedera Otot-otot Dasar Panggul

Suatu anggapan yang telah lama dipegang adalah bahwa cedera otot-otot dasar panggul

atau persarafan atau fasia penghubungnya merupakan konsekuensi yang tidak terelakan

pada persalinan pervaginam, terutama apabila persalinannya sulit. Saat kelahiran bayi,

dasar panggul mendapat tekanan langsung dari kepala janin serta tekanan ke bawah

akibat upaya mengedan.


Prognosis

1. Diagnosis distosia bisa sulit, rumit, dan memakan waktu. Mengidentifikasi faktor-faktor

yang berkontribusi dengan cepat dan berusaha megoreksinya dari masalah. Prinsip-prinsip

manajemen aktif persalinan dapat diterapkan dengan aman kepada pasien yang bekerja dalam

upaya untuk menurunkan kejadian persalinan lama dan tingkat kelahiran sesar.

2. Aspek medikolegal dari komplikasi, baik neonatal atau ibu, sangat besar. Inilah sebabnya

mengapa sangat penting untuk melakukan evaluasi yang cermat, metodis, dan komprehensif

setiap pasien yang bekerja.


BAB III

KESIMPULAN

Distosia merupakan persalinan yang sulit, tidak ada kemajuan dalam persalinanatau

merupakan persalinan yang membawa satu akibat buruk bagi janinmaupun ibu.2.

Distosia terjadi karena beberapa faktor, yaitu

1. Kelainan Power

2. Kelainan Passage

3. Kelainan Passanger

Penanganan distosia tergantung dari jenis distosianya, dapat dilakukanmanuver

obsteterik tambahan agar dapat dilahirkan secara pervaginam ataumelakukan persalinan

perabdominam.
DAFTAR PUSTAKA

1. http://www1.cgmh.org.tw/intr/intr5/c6700/OBGYN/f/web/Dystocia/index.htm

2. Gant, F. Norman & Cunningham, Gary F. Dasar-Dasar Ginekologi & Obstetri. EGC.

Jakarta. 2011

3. Heffner, Linda J. & Schust, Danny J. At A Glance Sistem Reproduksi Edisi Kedua.

EMS. Jakarta. 2008

4. Prawirohardjo,Sarwono. Ilmu Kebidanan.BP-SP.2010

5. http://emedicine.medscape.com/article/260036-overview

6. http://www.webmd.com/baby/guide/prolonged-labor-causes-treatments

7. http://evidencebasedbirth.com/friedmans-curve-and-failure-to-progress-a-leading-

cause-of-unplanned-c-sections/

Anda mungkin juga menyukai