Febriyanti (6200065) Jurnal Kajian Awal Pembuatan Fish Glue PDF
Febriyanti (6200065) Jurnal Kajian Awal Pembuatan Fish Glue PDF
Abstrak
Kata kunci/Key words: fish glue, kolagen, gelatin, limbah ikan kakap merah.
1. Pendahuluan
Pengolahan ikan-ikan baik di tempat pelelangan ikan maupun di rumah tangga memiliki banyak
sisa yang terbuang, seperti ekor, kulit, dan kepala ikan. Pembuangan limbah ini merupakan masalah yang
muncul di sekitar kita, karena dapat menimbulkan gangguan, baik bau maupun pengaruh yang timbul dari
pembusukan proteinnya. Tumbuhnya jasad-jasad renik (misal: salmonella) dapat menimbulkan penyakit
yang mudah sekali tersebar oleh adanya lalat-lalat yang juga berkembang di sekitar buangan limbah
tersebut. Pada proses penyiapan ikan untuk fillets, sejumlah besar limbah ikan (seperti kepala, tulang,
daging yang terpotong, sirip, ekor, dan isi perut) dibuang. Salah satu alternatif pemanfaatan limbah ikan
yang akan dilakukan adalah dengan mengolah limbah perikanan menjadi bahan perekat atau lem (fish
glue).
Jenis ikan yang digunakan untuk membuat fish glue dalam penelitian ini adalah ikan kakap merah
yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat sehari-hari. Ikan kakap merah hidup di daerah tropis maupun
subtropis, yang merupakan species yang sangat toleran terhadap lingkungan sehingga dapat hidup di
tambak bahkan di air tawar. Budidaya kakap sudah dapat dilakukan dengan berhasil, baik pembenihan
maupun pembesarannya. Dengan demikian, kebutuhan benih dapat dipenuhi tanpa ketergantungan pada
alam. Ikan kakap yang dikenal dengan nama dagang snapper, red snapper, maupun blood snapper
biasanya dimanfaatkan dagingnya saja untuk fillet, smoke fish, fish cake, fish sousage maupun sebagai
ikan kaleng, sedangkan limbahnya terbuang begitu saja.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan metode pengolahan limbah ikan yang tepat untuk
menghasilkan fish glue dengan perolehan dan kualitas semaksimal mungkin, melihat pengaruh pelarut,
temperatur, lama ekstraksi, perbandingan umpan dan pelarut terhadap perolehan dan kualitas fish glue,
serta menganalisis kualitas fish glue yang dihasilkan.
Pembuatan fish glue yang sudah dipasarkan adalah ikan laut dalam. Di Indonesia, telah dilakukan
penelitian untuk membuat fish glue dari ikan pari, ikan hiu, dan ekstraksi gelatin dari ikan tuna melalui
proses asam. Proses pembuatan fish glue secara umum meliputi pencucian, perendaman, ekstraksi, filtrasi,
dan evaporasi (pemekatan). Pengekstraksian gelatin dari kulit ikan tuna melalui proses perendaman,
sedangkan pembuatan fish glue dari ikan pari tidak melalui tahap perendaman. Fish glue terbaik yang
dibuat dari tulang ikan pari adalah lem yang dihasilkan dengan penambahan asam asetat 5% dan direbus
selama 4 jam. Pembuatan gelatin dari kulit tuna sebaiknya menggunakan asam asetat sebagai larutan
perendaman selama 24 jam dan pengekstraksian dengan air selama 3 jam dengan suhu ekstraksi 60oC.
2. Metodologi
Percobaan pada penelitian ini dilakukan sebanyak 11 tempuhan. Tempuhan 1 hingga tempuhan 4
merupakan percobaan untuk menentukan waktu kesetimbangan, sedangkan tempuhan 5 hingga tempuhan
11 merupakan percobaan untuk menentukan metode pembuatan fish glue yang tepat. Variasi yang
dilakukan adalah temperatur, pelarut perendaman, pelarut ekstraksi, lama ekstraksi, lama evaporasi, dan
temperatur evaporasi.
Tahapan-tahapan yang dilakukan pada pembuatan fish glue di penelitian ini meliputi lima tahap,
yaitu: pencucian, perendaman, ekstraksi, filtrasi, dan evaporasi. Tahap pencucian berguna untuk
menghilangkan sepihan daging, darah, dan kotoran lain agar fish glue yang dihasilkan tidak kotor dan
berfungsi untuk menurunkan kadar lemak karena lemak dapat menutupi permukaan (pori-pori) tulang
ekstraksi kolagen terhalang. Pencucian ini dilakukan menggunakan air dingin. Tahap perendaman
menggunakan larutan asam berfungsi untuk menghilangkan kalsium phosphat, karbonat, dan mineral-
mineral tulang lain agar tulang menjadi lunak. Selain itu, tahap perendaman juga berfungsi untuk
mempermudah terurainya struktur rantai molekul kolagen sehingga dapat larut ke dalam pelarut, dan
sebagai pengawet yang dapat memperpanjang umur simpan lem.
Tahap utama dalam pembuatan fish glue adalah tahap ekstraksi yang berfungsi untuk menarik
kolagen keluar dari limbah ikan sekaligus menghidrolisis kolagen menjadi gelatin. Reaksi yang terjadi
adalah sebagai berikut: C102H149O38N31 + H2O C102H151O39N31
(kolagen) (gelatin)
Setelah diekstraksi, gelatin yang terbentuk akan difiltrasi untuk memisahkan gelatin dan padatan, lalu
dievaporasi untuk memekatkan gelatin. Evaporasi dilakukan hingga total padatan 50%, ditandai dengan
larutan yang dihasilkan mengalir seperti susu kental. Namun, untuk tempuhan 1 hingga 10 setelah
dievaporasi selama 12 jam, gelatin yang dihasilkan masih sangat encer. Maka evaporasi hanya dilakukan
hingga sifat-sifat fisik gelatin (pH, densitas, viskositas) konstan.
Hasil pada tempuhan 1 hingga tempuhan 10 yang diperoleh dari penelitian ini hanya berupa gelatin,
sedangkan pada tempuhan 11 berupa fish glue. Gelatin tersusun dari dua substansi, yaitu gluten yang
memberikan sifat adhesif (daya rekat) pada gelatin dan chondrin yang memberikan sifat gel. Metode
percobaan pada penelitian dapat dilihat dari Tabel 1.
Keterangan:
*** hingga massa gelatin konstan
### hingga sifat fisik (densitas, viskositas, pH) gelatin konstan
1.2
densitas (g/mL)
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
Standar 3 6 9
tempuhan
5
4
3
pH
2
1
0
Standar 3 6 9
tempuhan
Gambar 3 Analisis pH
Viskositas () gelatin yang mendekati standar hanya pada tempuhan terakhir, sedangkan
tempuhan-tempuhan lain jauh sekali dari standar karena penggunaan temperatur yang tinggi sehingga
gelatin terurai menjadi semiglutin dan hemicollin yang encer. Analisis protein menggunakan metode
Lowry memperlihatkan bahwa kadar protein pada ekstrak jauh lebih tinggi daripada pelarut yang
digunakan untuk perendaman. Hal ini menunjukkan bahwa kolagen yang tertarik saat ekstraksi jauh lebih
banyak.
4. Kesimpulan
1. Fish glue tidak hanya dapat dibuat dari limbah ikan laut dalam. Limbah ikan kakap merah yang
merupakan ikan yang biasa dikonsumsi sehari-hari juga dapat dibuat menjadi fish glue.
2. Metode untuk menarik kolagen dari tulang, kulit, dan sirip ikan kakap merah adalah ekstraksi padat
cair (leaching) selama 3 jam.
3. Tahap-tahap yang digunakan untuk membuat fish glue dari limbah ikan kakap merah adalah
perendaman dengan asam asetat 5% (v/v) selama 24 jam pada temperatur ruang, pembilasan dengan
air, ekstraksi pada temperatur ruang menggunakan air, dan F:S = 1:1.
4. Ekstraksi pada temperatur lebih tinggi dari 25C dan lama menyebabkan gelatin kehilangan sifat
adhesifnya sehingga tidak dapat digunakan untuk mengelem.
5. Fish glue yang dihasilkan dapat digunakan untuk mengelem kertas dengan baik (semua permukaan
perekatan rusak) dan kayu dengan cukup baik (merekat tetapi tidak merusak permukaan kayu).
NOTASI
densitas [kg/m3]
viskositas [Pa.s]
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonymous, Chondrin. http://www.hyperdictionary.com/search.aspx?define=chondrin
2. Anonymous. (1992), Citric Acid, McGraw-Hill Encyclopedia of Science and Technology 7th
Edition Volume 3, USA.
3. Anonymous. (November 2003), Citric Acid, http://en2.wikipedia.org/wiki/Citric_acid.
4. Anonymous, Collagen, http://www.wikipedia.org/wiki/Collagen. .
5. Anonymous, Fish Gelatin, http://www.norlandprod.com/techrpts/fishgelrpt.html
6. Anonymous. 63550 Fish Glue, http://www.kremerpigmente.de/intl.catalog/63550e.htm
7. Anonymous, Gelatin. http://www.lsbu.ac.uk/water/hygel.html.
8. Anonymous. Gelatin and Protein Digestion (Activity IV) ,
http://ep.llnl.gov/msds/TechPrep/Activity-IV.
9. Anonymous, Gluten. http://www.hyperdictionary.com/search.aspx?define=gluten.
10. Anonymous, Handbook of Separation Techniques for Chemical Engineers Third Edition, halaman
5-3.
11. Anonymous, Highgel. http://www.kggelatin.co.kr/m_product.htm.
12. Anonymous. (Januari 2001), Lem, http://www.indomedia.com/intisari/2001/jan/usas.htm
13. Anonymous. (2001), Physicochemical Properties of Gelatin, http://www.cda-gelatin.com/glutin-
e.htm.
14. Anonymous, Physical Properties of Liquids, http://www.trimen.pl/witek/ciecze/old_liquids.html.
15. Anonymous, Red Snapper Conservation Associationhttp://www.rsca.org/
16. Anonymous. (Agustus 2003), Safety (MSDS) Data For Acetic Acid,
http://physchem.ox.ac.uk/MSDS/AC/acetic_acid.html.
17. Anonymous, http://www.confex2.com/store/items/ift/jfs66-0213.htm.
18. Djajadiredja, R., dkk. (1990), Buku Pedoman Pengenalan Sumber Perikanan Air Tawar, Direktorat
Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian, Jakarta.
19. Edwards, Patrick W. (November 2001). What is Gluten (gliaden protein)?. Journal Of The Society
Of American Period Furniture Makers. http://www.juliemay.getdh.net/gluten.html
20. Fennema, O. R. (1996), Food Chemistry Third Edition, New York: Marcel Dekker, Inc.
21. Firth, Frank E. (editor), (1969), The Encyclopedia of Marine Resources, hal 229, van Nostrand
Reinhold Company, New York.
22. George T. Austin. (1984), Shreves Chemical Process Industries Fifth Edition, Singapore:
McGraw-Hill, Inc.
23. Husen Pelu, dkk. (1998), Ekstraksi Gelatin dari Kulit Ikan Tuna Melalui Proses Asam, Jurnal
Penelitian Perikanan Indonesia Vol IV No.2, Departemen Pertanian Jakarta, hal 66-72.
24. Mohammad Saleh, dkk. (1998), Ekstraksi Lem Ikan dari Tulang Ikan Pari, Jurnal Penelitian
Perikanan Indonesia Vol I No.2, Departemen Pertanian Jakarta, hal 28-38.
25. Othmer Kirk. (1996), Encyclopedia of Chemical Technology, USA: John Wiley and Sons.
26. Pardjoko. (2001), Ikan Kakap Merah: Sumber Daya Hayati Laut Yang Diekspor,
http://rudyct.tripod.com/sem1_012/pardjoko.htm
27. Richardson, M.L. (editor), (1992), The Dictionary of Substances and Their Effects Volume 1 (A-B),
England: Royal Society of Chemistry.
28. Satas, D., Tracton, Arthur A. (2001), Coatings Technology Handbook 2nd Ed, Revised and
Expanded, New York: Marcel Dekker, Inc.
29. Singgih Wibowo & Heru Susanto. (1995), Sumber Daya & Pemanfaatan Hiu, Jakarta: PT Penebar
Swadaya, hal 144-148.