Anda di halaman 1dari 10

11/5/2014

TKS 4008
Analisis Struktur I

TM. XVIII :
METODE SLOPE DEFLECTION
Dr.Eng. Achfas Zacoeb, ST., MT.
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Brawijaya

Pendahuluan
Pada 2 metode sebelumnya, yaitu :
1. Metode deformasi konsisten yang menggunakan gaya luar
(reaksi perletakan) sebagai variabel, dan
2. Metode persamaan tiga momen yang menggunakan gaya
dalam (momen batang) sebagai variabel.
Kedua metode tersebut yang menggunakan gaya luar ataupun
gaya dalam sebagai variabel dikategorikan sebagai metode gaya
(force method).
Sedangkan metode slope deflection yang menggunakan rotasi
batang sebagai variabel dikategorikan sebagai metode
fleksibilitas (flexibility method).

1
11/5/2014

Pendahuluan (lanjutan)

Metode slope deflection, seperti kedua metode yang lain bisa


digunakan untuk analisis struktur balok statis tak tentu dan portal
dengan konsep sebagai berikut :
1. Geometri (compatibility) : titik-titik pertemuan antara balok dan
kolom pada suatu portal dianggap kaku, sehingga sudut-sudut
antara pertemuan elemen tersebut tidak berubah pada saat
strukur dibebani.
2. Keseimbangan (equilibrium) : jumlah momen-momen akhir
pada titik pertemuan tersebut sama dengan nol, M = 0.

Pendahuluan (lanjutan)

Sehingga dapat dikatakan jumlah variabel yang ada sama dengan


jumlah titik simpul (joint) struktur tersebut.
Nilai dari variabel-variabel tersebut akan dicari dengan
menyusun persamaan-persamaan sejumlah variabel yang ada
dengan ketentuan memenuhi kondisi equilibrium.
Pada tahapan ini diperlukan perumusan dari masing-masing
momen batang, karena rumus-rumus momen batang tersebut
mengandung variabel yang dicari, yaitu rotasi titik simpul.
Setelah nilai variabel yang dicari diperoleh, kemudian
disubstitusikan ke dalam persamaan yang telah disusun untuk
mendapatkan nilai dari momen batang-batang tersebut.

2
11/5/2014

Penurunan Rumus

Pada bentangan AB, MA dan MB dinyatakan dalam suku-suku


rotasi ujung A dan B dengan pembebanan yang diberikan W1
dan W2.
Dengan pembebanan yang diberikan pada batang tersebut,
diperlukan momen-momen ujung terjepit M0A dan M0B untuk
menahan garis-garis singgungnya tetap di ujung.

Penurunan Rumus (lanjutan)

Momen-momen ujung tambahan MA dan MB harus sedemikian


besarnya, sehingga menyebabkan rotasi A dan B.
Jika A merupakan rotasi ujung yang disebabkan oleh MA dan B
merupakan rotasi ujung yang disebabkan oleh MB, maka syarat-
syarat bentuk yang diperlukan adalah :
Pers. (1) :
= +
= + (1)

3
11/5/2014

Penurunan Rumus (lanjutan)


Pers. (2) :
= +
= + (2)
Pers. (3) :

= =


= = (3)

Pers. (3) disubstitusikan ke (1), sehingga diperoleh :

= +

= + (4)

Penurunan Rumus (lanjutan)


Pers. (4) diselesaikan secara simultan, sehingga diperoleh :

= + +

= + + (5)
Pers. (5) disubstitusikan ke (2), sehingga diperoleh :

= + +

= + + (6)
Pers. (6) merupakan persamaan defleksi kemiringan (slope
deflection) untuk batang yang mengalami lentur.

4
11/5/2014

Prosedur
Penggunaan metode slope deflection pada balok statis tak tentu
dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
1. Tentukan momen-momen ujung terjepit (momen primer) di
ujung-ujung setiap bentangan untuk beban yang diberikan.
2. Semua ujung dinyatakan sebagai suatu fungsi dari momen-
momen ujung terjepit dan rotasi sambungannya dengan
menggunakan Pers. (6).
3. Tetapkan suatu sistem persamaan simultan dengan
menggunakan kondisi keseimbangan, jumlah momen disetiap
sambungan harus sama dengan nol.

Prosedur (lanjutan)

4. Selesaikan persamaan simultan untuk memperoleh rotasi-rotasi


sambungan yang tak diketahui.
5. Substitusikan nilai-nilai rotasi yang sudah diketahui ke dalam
persamaan slope deflection dan hitung momen ujungnya.
6. Tentukan semua reaksi dengan free body diagram, kemudian
gambarkan diagram gaya geser dan momen.

5
11/5/2014

Contoh
Analisis struktur balok menerus berikut :

Contoh (lanjutan)

a. Momen ujung (fixed end moment) :


Bentang AB :
24 6 2
0 = = 72 kNm
12
0 = +72 kNm
Bentang BC :
16 12 2 80 12
0 = = 312 kNm
12 8
0 = +312 kNm
Bentang CD :
72 2 4 2
0 = = 64 kNm
62
72 4 2 2
0 = + = +32 kNm
62

6
11/5/2014

Contoh (lanjutan)

b. Persamaan slope deflection :


2 3
= 0 + 2 + = 72 + 2 +
6
2 3
= 0 + 2 + = +72 + 2 +
6
2 10
= 0 + 2 + = 312 + 3,33 + 1,67
12
2 10
= 0 + 2 + = +312 + 3,33 + 1,67
12
2 2
= 0 + 2 + = 64 + 1,33 + 0,67
6
2 2
= 0 + 2 + = +32 + 1,33 + 0,67
6

Contoh (lanjutan)

c. Syarat batas :
Pertemuan di A : MAB = 0
Pertemuan di B : MBA + MBC = 0
Pertemuan di C : MCB + MCD = 0
Pertemuan di D : MDC 36 = 0
d. Persamaan slope deflection dengan syarat batas :
+2 + = +72
+ + 5,33 + 1,67 = +240
+1,67 + 4,67 + 0,67 = 248
+0,67 + 1,33 = +4

7
11/5/2014

Contoh (lanjutan)

e. Penyelesaian simultan dengan eliminasi dan substitusi :


= +0,20
= +71,60
= 85,23
= +45,62
f. Momen ujung akhir :
= 72 + 2 +0,20 + +71,60 = 0
= +72 + 2 +71,60 + +0,20 = +215,4 kNm
= 312 + 3,33 +71,60 + 1,67 85,23 = 215,4 kNm
= +312 + 3,33 85,23 + 1,67 +71,60 = +147,3 kNm
= 64 + 1,33 85,23 + 0,67 +45,62 = 147,2 kNm
= +32 + 1,33 +45,62 + 0,67 85,23 = +36 kNm

Contoh (lanjutan)

g. Reaksi perletakan dengan free body diagram :

8
11/5/2014

Contoh (lanjutan)

h. Diagram momen lentur (BMD = bending moment diagram) :

Contoh (lanjutan)

i. Diagram gaya geser (SFD = shear force diagram) :

9
11/5/2014

Terima kasih
atas Perhatiannya!

10

Anda mungkin juga menyukai