Bab 1 Pendahuluan: 1.1 Latar Belakang
Bab 1 Pendahuluan: 1.1 Latar Belakang
Bab 1 Pendahuluan: 1.1 Latar Belakang
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Korupsi di tanah negeri, ibarat warisan haram tanpa surat wasiat. Ia tetap
lestari sekalipun diharamkan oleh aturan hukum yang berlaku dalam tiap orde yang datang silih
berganti. Hampir semua segi kehidupan terjangkit korupsi. Apabila disederhanakan
penyebab korupsi meliputi dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
merupakan penyebab korupsi yang datang dari diri pribadi sedang faktor eksternal adalah faktor
penyebab terjadinya korupsi karena sebab-sebab dari luar. Faktor internal terdiri dari aspek
moral, misalnya lemahnya keimanan, kejujuran, rasa malu, aspek sikap atau perilaku misalnya
pola hidup konsumtif dan aspek sosial seperti keluarga yang dapat mendorong seseorang untuk
berperilaku korup. Faktor eksternal bisa dilacak dari aspek ekonomi misalnya pendapatan atau
gaji tidak mencukupi kebutuhan, aspek politis misalnya instabilitas politik, kepentingan politis,
meraih dan mempertahankan kekuasaan, aspek managemen & organisasi yaitu ketiadaan
akuntabilitas dan transparansi, aspek hukum, terlihat dalam buruknya wujud perundang-
undangan dan lemahnya penegakkan hukum serta aspek sosial yaitu lingkungan atau masyarakat
yang kurang mendukung perilaku anti korupsi.
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui apa saja yang menyebabkan korupsi
b. Untuk mengetahui apa-apa saja faktor internal dan eksternal penyebab korupsi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Devinisi Korupsi
Kata korupsi berasal dari bahasa Latin corruptio atau corruptus. Selanjutnya
dikatakan bahwa corruptio berasal dari kata corrumpere, suatu bahasa Latin yang lebih tua.
Dari bahasa Latin tersebut kemudian dikenal istilah corruption,
corrupt (Inggris), corruption (Perancis) dan corruptie/korruptie (Belanda). Arti kata
korupsi secara harfiah adalah kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap,
tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian.
Istilah korupsi yang telah diterima dalam perbendaharaan kata bahasa Indonesia, adalah
kejahatan, kebusukan, dapat disuap, tidak bermoral, kebejatan dan ketidakjujuran. Pengertian
lainnya, perbuatan yang buruk seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok, dan
sebagainya. Selanjutnya untuk beberapa pengertian lain, disebutkan bahwa :
1. Korup artinya busuk, suka menerima uang suap/sogok, memakai kekuasaan untuk
kepentingan sendiri dan sebagainya;
2. Korupsi artinya perbuatan busuk seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok, dan
sebagainya; dan;
3. Koruptor artinya orang yang melakukan korupsi. Dengan demikian arti kata korupsi adalah
sesuatu yang busuk, jahat dan merusak, berdasarkan kenyataan tersebut perbuatan korupsi
menyangkut sesuatu yang bersifat amoral, sifat dan keadaan yang busuk, menyangkut jabatan
instansi atau aparatur pemerintah, penyelewengan kekuasaan dalam jabatan karena pemberian,
menyangkut faktor ekonomi dan politik dan penempatan keluarga atau golongan ke dalam
kedinasan di bawah kekuasaan jabatan.
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya korupsi, baik berasal dari dalam diri pelaku
atau dari luar pelaku. Sebagaimana dikatakan Yamamah bahwa ketika perilaku materialistik dan
konsumtif masyarakat serta sistem politik yang masih mendewakan materi maka dapat
memaksa terjadinya permainan uang dan korupsi Dengan kondisi itu hampir dapat dipastikan
seluruh pejabat kemudian `terpaksa` korupsi kalau sudah menjabat.
Nur Syam memberikan pandangan bahwa penyebab seseorang melakukan korupsi adalah
karena ketergodaannya akan dunia materi atau kekayaan yang tidak mampu ditahannya. Ketika
dorongan untuk menjadi kaya tidak mampu ditahan sementara akses ke arah kekayaan bisa
diperoleh melalui cara berkorupsi, maka jadilah seseorang akan melakukan korupsi.
Dengan demikian, jika menggunakan sudut pandang penyebab korupsi seperti ini, maka
salah satu penyebab korupsi adalah cara pandang terhadap kekayaan. Cara pandang terhadap
kekayaan yang salah akan menyebabkan cara yang salah dalam mengakses kekayaan.
Pandangan lain dikemukakan oleh Arifin yang mengidentifikasi faktor-faktor penyebab
terjadinya korupsi antara lain:
aspek perilaku individu
aspek organisasi,
aspek masyarakat tempat individu dan organisasi berada.
Terhadap aspek perilaku individu, Isa Wahyudi memberikan gambaran, sebab-sebab
seseorang melakukan korupsi dapat berupa dorongan dari dalam dirinya, yang dapat pula
dikatakan sebagai keinginan, niat, atau kesadaran untuk melakukan.
Lebih jauh disebutkan sebab-sebab manusia terdorong untuk melakukan korupsi antara lain :
sifat tamak manusia,
moral yang kurang kuat menghadapi godaan,
gaya hidup konsumtif,
tidak mau (malas) bekerja keras.
Tidak jauh berbeda dengan pendapat di atas, Erry Riyana Hardjapamekas menyebutkan
tingginya kasus korupsi di negeri ini disebabkan oleh beberapa hal diantaranya:
a) Kurang keteladanan dan kepemimpinan elite bangsa,
b) Rendahnya gaji Pegawai Negeri Sipil,
c) Lemahnya komitmen dan konsistensi penegakan hukum dan peraturan perundangan,
d) Rendahnya integritas dan profesionalisme,
e) Mekanisme pengawasan internal di semua lembaga perbankan, keuangan, dan birokrasi belum
mapan,
f) Kondisi lingkungan kerja, tugas jabatan, dan lingkungan masyarakat, dan
g) Lemahnya keimanan, kejujuran, rasa malu, moral dan etika.
Secara umum faktor penyebab korupsi dapat terjadi karena faktor politik, hukum dan
ekonomi, sebagaimana dalam buku berjudul Peran Parlemen dalam Membasmi Korupsi yang
mengidentifikasikan empat faktor penyebab korupsi yaitu faktor politik, faktor hukum,
faktor ekonomi dan birokrasi serta faktor transnasional.
Faktor hukum dapat dilihat dari dua sisi, di stu sisi dari aspek perundang-undangan dan sisi lain
lemahnya penegakan hukum. Tidak baiknya subtansi hukum, mudah ditemukan dalam aturan-
aturan yang diskriminatifdan tidak adil; rumusan yang tidak jelas-tegas (non lex certa) sehingga
multi tafsir; kontradiksi dan overlapping dengan peraturan lain (baik yang sederajad maupun yang
lebih tinggi). Sanksi yang tida equivalen dengan perbuatan yang dilarang sehingga tidak tepat
sasaran serta dirasa terlalu ringan atau terlalu berat; penggunaan konsep yang berbeda-beda
untuk sesuatu yang sama, semua itu memungkinkan suatu peraturan tidak kompatibel dengan
realitas yang daa sehiingga tidaak fungsinal aatau tidak produktif dan mengalami resistensi.
Penyebab kaadaan ini sangat beragam, namun yang domiinan adalah: pertama, tawar-menawar
dan pertarungan kepentingan antara kelompok dan golongan di perlemen, sehingga
memunculkan aturan yang bias dan diskriminatif. Kedua, praktek politik uang dalam pembuatan
hukum berupa suap-menyuap (political bribery), utamanya menyangkut perundang-undangan
dibidang ekonomii dan bisniis. Akibatnya timbul peraturan yang elastis dan multitafsir serta
tumpang-tindih dengan aturan lain sehingga mudah dimanfaatkan untuk menyelamatkan pihak-
pihak pemesan.
Salaras dengan hal itu Susila (dalam Hamzah: 2004) menyambut tindakan korupsi mudah timbul
kkarena ada kelemahan di dalam peraturan perundang-undang, yang mencakup: (a) adanya
peraturan perundang-undanganyang bermuuat kepentingan pihak-pihak tertentu (b) kualitas
peraturan perundang-undangan kurang memadai, (c) peraturan kurang disosialisasikan, (d)
sanksi yang terlalu ringan, (e) penerapan sanksi yang tidak konsisten dan pandanan bulu, (f)
lemahnya bidang evalusi dan revisi peraturan perundang-undangan..
Bibit Samad Riyanto (2009) mangatakan lima hal yang di anggap berpotensi menjadi penyebab
tindakan korupsi. Pertama adalah sistem politik, yang ditandai dengan munculnya peraturan
perundang-undangan, seperti perda, dan peraturan lain ; kedua, adalah intensitas moral seseorang
atau kelompok; ketiga adalah remunerasi atau pendapatan (penghasilan) yang minim; keempat
adalah pengawasan baik bersifat internal-eksternal; dan kelima adalah budaya taat aturan.
Dari beberapa hal yang disampaikan, yang paling penting adalah budaya sadar akan aturan
hukum. Dengan sadar hukum, makaa maasyarakaan akan mengerti konskuensi dari apa yang di
lakukan. Sementara itu Rahmad Saleh merinci ada empat faktor dominan penyebab
merajalelanya korupsi di indonesia, yaknii faktor penegak hukum, mental aparatur, kesadaran
masyarakat yang masih rendah, dan rendahnya political will (rahmad Saleh : 2006).
Faktor ekonoomi juga merupakan salah satu penyebab terjadinya korupsi. Hal itu dapat
dijelaskan dari pendapatan atau gaji yang mencukupi kebutuhan. Pendapatan ini tidak mutlak
benar karena dalam teori kebutuhan Maslow, sebagaimana dikutip oleh Sulistyantoro, korupsi
seharusnya hanya dilakukan oleh orang yang memenuhi dua kebutuhan yang paling bawah dan
logika lurusnya hanya dilkukan oleh komunis masyarakat yang pas-pasan yang bertahan hidup.
Namun saat iini korupsi di lakukan olehorng kaya dan berpendidikan tinggi (Sulistyantoro :
2004).
Selain rendahnya gaji pegawai, bbanyak aspek ekonomi lain yang menjadi penyebab terjadinya
korupsi, diantaranya adalah kekuasaan pemerintah yang di bareni dengan faktor kesempatan bagi
pegawai pemerintah untuk memenuhi kekayaan mereka dan kroninya. Terkaiit faktor ekonomi
dan terjadinya korupsi, banyak pendapat yang menyatakan bahwa kemiskinan merupakan akar
masalahh korupsi. Pernyataan demikian tidak benar sepenuhnya, sebab banyak korupsi yang di
lakukan oleh pemimpin Asia dan Afrika, dan mereka tidak tergolong orang miskin. Dengan
demiikian buukan disebabkan oleh kemiskinan, tetapi juustru sebaliknya, kemiskinan disebabkan
oleh korupsi (pope : 2003).
Menurut Henry Kissinger korupsi politisi membuat sepuluh persen lainnya terlihat buruk. Dari
keinginan pribadi untuk keuntungan yang tidak adil, untuk ketidakpercayaan dalam sistem
peradilan, untuk tidakkestabilan lengkap dalam identitas bangsa, ada banyak faktor motivasi
orang kekuasaan, anggota perlemen termasuk warga biasa, untuk terlibat dalam perilaku korupsi.
Organisasi dalam hal ini adalah organisasi dalam arti yang luas, termasuk sistem
pengorganisasian lingkungan masyarakat. Organisasi yang menjadi korban korupsi atau dimana
korupsi terjadi biasanya memberi adil tejadinya korupsi karena membuka peluang atau
kesempatan untuk terjadi korupsi (tunggal 2000). Bilaman organisasi tersebut tidak membuka
peluang sedikitpun bagi seseorang untuk melakukan korupsi, maka korupsi tidak akan terjadi.
Aspek-aspek penyebab terjadinya korupsi dari sudut pandang dari organisasi ini meliputi: (a)
kurang adanya teladan dari pimpinan, (b) tidak adanya kultur organisasi yang benar, (c) sistem
akuntabilitas di instansi pemerintah kurang memadai, (d) menajemen cendrung menutupi korupsi
di dalam organisasinya.terkait dengan itu Lyman W. Porter (1984) menyebut lima fungsi
penting dalam organizational goals: (1) facus attention; (2) provide a source of legitimacy (3) affect the strecture
of the organization (4) serve as a standard (5) provide clues about the organization.
Focus attention, dapat dijadikan oleh para anggota sebagai semacam guideline
untuk memusatkan
usaha-usaha dan kegiatan-kagiatan anggota-anggota dan organisasi sebagai kesatuan. Melalui
tujuan organisasi, para anggota dapat memilih arah yang jelas tentang segala kegiatan tentang
apa yang tidak, serta apa yang harus dikerjakan dalam kerangka organisasi. Tindak tanduk atas
kegiatan organisasi, oleh karenanya senantiasa berorientasi kepada tujuan organisasi, baik di
sadari maupun tidak.
Dalam fungsinya sebagai dasr legitimasi atau pembenaran tujuan organisasi dapat dijadikan oleh
para anggota sebagai dasar keabsahan dan kebenaran tindakan-tindakan dan keputusan-
keputusannya. Tujuan organisasi juga berfungsi menyediakan pedoman-pedoman (praktis) bagi
para anggotanya. Dalam fungsinya demiikian tujuan organisasi menghubungkan para anggotanya
dengan berbagai tata cara daam kelompok. Ia berfungsi untuk membantu para anggotanya
menentukan cara terbaik dalam melaksanakan tugas dan melakukan suatu tindakan.
Dari beberapa uraian di atas, tindak korupsi pada dasarnya bukanlah peristiwa yang berdiri
sendiri. Perilaku korupsi menyangkut berbagai hal yang bersifat kompleks. Faktor-faktor
penyebabnya bisa dari internal pelaku-pelaku korupsi, tetapi bisa juga bisa berasal dari situasi
lingkungan yang kondusif bagi seseorang untuk melakukan korupsi. Dengan demikian secara
garis besar penyebab korupsi dapat dikelompokan menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor
eksternal.
2.4.1 Faktor Internal, Merupakan Faktor Pendorong Korupsi Dalam Diri, Yang Dapat Dirinci
Menjadi:
2.4.2 Faktor Eksternal, Pemicu Periluku Korupsi Yang Disebabkan Oleh Faktor Di Luar Diri
Pelaku.
Ada beberapa sebab terjadinya praktek korupsi. Singh (1974) menemukan dalam
penelitiannya bahwa penyebab terjadinya tindak pidana korupsi di India adalah kelemahan moral
(41,3%), tekanan ekonomi (23,8%), hambatan struktur administrasi (17,2 %), hambatan struktur
sosial (7,08 %). Sementara itu Merican (1971) menyatakan sebab-sebab terjadinya tindak pidana
korupsi adalah sebagai berikut :
a. Peninggalan pemerintahan kolonial.
Ainan (1982) menjelaskan beberapa sebab terjadinya tindak pidana tindak pidana korupsi
yaitu :
a. Perumusan perundang-undangan yang kurang sempurna.
c. Tradisi untuk menambah penghasilan yang kurang dari pejabat pemerintah dengan upeti atau
suap.
d. Dimana berbagai macam tindak pidana tindak pidana korupsi dianggap biasa, tidak dianggap
bertentangan dengan moral, sehingga orang berlomba untuk korupsi.
e. Di India, misalnya menyuap jarang dikutuk selama menyuap tidak dapat dihindarkan.
f. Menurut kebudayaannya, orang Nigeria Tidak dapat menolak suapan dan korupsi, kecuali
mengganggap telah berlebihan harta dan kekayaannya.
g. Manakala orang tidak menghargai aturan-aturan resmi dan tujuan organisasi pemerintah,
mengapa orang harus mempersoalkan korupsi.
Dari pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sebab-sebab terjadinya tindak
pidana korupsi adalah sebagai berikut :
a. Gaji yang rendah, kurang sempurnanya peraturan perundang-undangan, administrasi yang
lamban dan sebagainya.
b. Warisan pemerintahan kolonial.
c. Sikap mental pegawai yang ingin cepat kaya dengan cara yang tidak halal, tidak ada kesadaran
bernegara, tidak ada pengetahuan pada bidang pekerjaan yang dilakukan oleh pejabat
pemerintah.
d. Konsentrasi kekuasan di pengambil keputusan yang tidak bertanggung jawab langsung kepada
rakyat, seperti yang sering terlihat di rezim-rezim yang bukan demokratik.
f. Kampanye-kampanye politik yang mahal, dengan pengeluaran lebih besar dari pendanaan politik
yang normal.
h. Lingkungan tertutup yang mementingkan diri sendiri dan jaringan "teman lama".
m. Rakyat yang cuek, tidak tertarik, atau mudah dibohongi yang gagal memberikan perhatian yang
cukup ke pemilihan umum.
n. Ketidakadaannya kontrol yang cukup untuk mencegah penyuapan atau "sumbangan kampanye".
BAB III
PENUTUP
3.1kesimpulan
A. Korupsi adalah perbuatan yang busuk, tidak jujur, dan amoral. Korupsi adalah suatu perilaku
yang dengan sengaja memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu kelompok dengan cara
yang menyimpang dan illegal, dimana perilaku tersebut merugikan negara atau pemerintah atau
rakyat atau sebuah instansi. Korupsi dipandang haram dalam agama Islam, dan korupsi juga
merupakan hal yang melanggar hukum, dimana para pelaku korupsi harus dikenakan hukuman
pidana sesuai peraturan dalam Undang-undang RI No. 31 Tahun 1999. Terdapat 6 (enam) bentuk
korupsi, yaitu: memperkaya diri sendiri/orang lain/korporasi, menyalahgunakan kewenangan
jabatan, suap-menyuap, pemerasan, perbuatan curang, dan gratifikasi.
B. Penyebab utama korupsi adalah perilaku inidividu itu sendiri. Apabila individu tersebut
memiliki cara pandang yang menyimpang dalam melihat kekayaan, maka hal itu dapat
mendorong individu untuk melakukan korupsi. Individu yang termasuk dalam golongan tersebut
adalah mereka yang bersifat tamak, kurang iman, dan konsumtif. Kemudian perilaku individu
tersebut didukung dengan adanya kesempatan. Kesempatan itu dapat berasal dari beberapa
aspek, seperti aspek lingkungan, politik, hukum, ekonomi, dll.
- Perlunya penanganan korupsi agar tidak menimbulkan efek yang merugikan masyarakat.
- Bagaimana mulai membangun dan membentuk generasi yang bebas korupsi dimasa yang akan
datang.
- Bagaimana kita akan membentuk pribadi pribadi yang jujur, bersih, dan punya integritas anti
korupsi.
3.2 Saran
- Mudah mudahan kita bisa melakukan langkah langkah penanggulangan atau paling tidak
pencegahan.
- Mari kita bangun generasi masa depan yang jujur, bersih, dan bebas korupsi.
- Pencegahan dimulai dari diri sendiri, keluarga dan lingkungan disekitar kita.