Anda di halaman 1dari 147

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 PENGGUNAAN ELEKTRONIKA DAYA


Semakin meningkatnya pemanfaatan tenaga listrik dalam bidang industri terutama
dalam sistem pengaturan bidang kelistrikan. Salah satu bidang utama dalam bidang teknik
kelistrikan adalah bidang Elektronika Daya yang memiliki kemampuan yang sangat efektif
dalam pengontrolan dari penggerak motor listrik
Sistem elektronika daya merupakan gabungan dari daya, listrik, elektronika, dan
sistem kontrol. Elektronika Daya sangat dapat dimanfaatkan dalam sistemrangkaian listrik
statis dan sistem rangkaian listrik dinamis. Elektronika Daya telah dikembangkan dalam
posisi teknologi modern seperti beberapa variasi sistem seperti, kontrol, pengontrolan cahaya,
kontrol motor, kontrol suplay daya dan sistem transmisi arus searah. Hal-hal tersebut dapat
dilihat pada tabel 1.1
Hubungan antara Elektronika Daya dengan daya listrik, elektronika, dan sistem
kontrol dapat dilihat pada gambar 1.1

Peralatan Daya
Listrik Statik dan
Dinamik

Kontrol Analog
Kontrol Digital

Perangkat elektronika
dan Rangkaian

Gambar 1.1 Hubungan antara Elektronika daya pada daya listrik, elektronika, dan sistem
kontrol
Rangkaian Elektronika Daya dapat diklafikasi dalam 4 tipe secara umum
1. AC/DC Converter
a. AC/DC Converter ( Uncontroller Rectifier )
b. AC/DC Converter ( Controller Rectifier )
2. AC/AC Converters ( AC Voltage Controllers )
3. DC/DC Converters ( DC Chopper )
4. DC/AC Converters ( Inverter )
Sistem blok suatu elektronika daya dengan beban-beban ( Motor, Lampu, R,L,C ) dapat
dilihat pada gambar 1.2

AC

DC

AC DC

AC DC

AC

DC

Keterangan :
1. Beban Motor AC
2. Beban Motor DC
3. Beban RLC
4. Beban Lampu

Gambar 1.2 Sistem blok Elektronika Daya dengan beban Motor, Lampu, dan R,L,C
Tabel 1.1 BEBERAPA PEMANFAATAN ELEKTRONIKA DAYA

ADVERTISING MERCURY ARC LAMP BALLAST


AIR CONDITIONING MINING
AIRCRAFT POWER SUPPLIES MODEL TRAINS
ALARMS MOTOR CONTROLS
APPLIANCES MOTOR DRIVERS
AUDIO AMPILIFIERS MOVIE PROJECTORS
BATTERY CHARGES NUCLEAR REACTORS CONTROL
BLOWERS DILWELL DRILLING
BURGLAR ALARM OVEN CONTROLS
CEMENT KILN PAPER MILLS
CHEMICAL PROCESSING PARTICLE ACCELERATOR
CLOTHES DRYERS PEOPLE MOVERS
COMPUTERS PHONGGRAPHS
CONVEYERS PHOTO COPIES
CRANES 2 NOISTS PHOTOGRAPHIC SUPPLIES
DIMMERS POWER SUPPLY
DISPLAYS PRINTING PRESS
ELECTRIC BLANKETS PUMPS DAN COMPRESSOR
ELECTRIC DRYERS RADAR DAN SONAR POWER SUPPLY
ELECTRIC FANS RANGE SURFACE UNIT
ELECTRIC VEHICLES REFRIGERATOR POWER SUPPLIES
ELECTROMAGNET REGULATORS
ELECTRO PLATING RF-AMP
ELECTRONIC IGNITION SECURITY SYSTEM
ELECTROSTATIC PRECIPITATORS SEWING MACHINES
ELEVATORS SOLAR POWER SUPPLY
FANS SOLID STATE CONVACTORS
FOOD MIXERS SOLID STATE RELAYS
FOOD WARMERS SPACE POWER SUPPLY
FLASHERS STATIC SIRCUIT BREAKER
FORKLIFT TRUCKS STATIC RELAY
FURNACES STEEL MILLS
GAMES SYNCHRONOUS MACHINE STARTING
GARAGE DOOR OPENERS SYNTETICS FIBERS
GAS TURBINE STARTING TELEVISION CIRCUITS
GENERATOR EXCETERS TEMPERATUR CONTROL
GRINDERS TIMERS
HAND POWER TOOLS TV DEFLECTION
HEAAT CONTROL ULTRASONIC GENERATORS
HIGH FREQUENCY LIGHTING UPS
HIGH VOLTAGE DC VACUM CLEANERS
INDUCTION HEATING V.A.R COMPENSATION
LASER POWER SUPPLIERS VENDING MACHINE
LATCHING RELAYS VLF TRANSMITTER
LIGHT DIMMER VOLTAGE REGULATORS
LIGHT FLASHERS WASHING MACHINE
LINER INDUCTION MOTOR CONTROLS WELDING
LOCOMOTIVES PLC : PROGRAMABLE LOGIC CONTROL
MAGNETIC RECORDING DC-PM MOTOR APPLICATION
MACHINE TOOLS CNC-MACHINE CONTROL
MAGNETS
CONTOH SEDERHANA

I. AC/DC CONVERTERS

a. AC/DC CONVERTER (Uncontroller Rectifier)

Vs

D1

t
Rl

D2
Vs

b. AC/DC CONVERTER (Controller Rectifier

Vs

T1

Rl t

T2

II. AC/DC CONVERTER (Controller Rectifier)


Vs

TRIAC
t

Rl

t
III. DC/DC CONVERTER (CHOPPER)
Vs

T1

DC SUPPLY t T t
Vs

Rl
D1

t T t

IV. DC/AC CONVERTER (INVERTER


Vs

Q1 Q3

T/2 T t
Vs

R1

DC SUPPLY
T/2 T t
Q2
Vs

T/2 T
t

1.2 PERANGKAT SEMIKONDUKTOR DAYA

Sejak tahun 1970 beberapa tipe dari perangkat semikonduktor daya dibuat dan menjadi
sangat komersial dibagi dalam 4 tipe :
1. Dioda Daya
2. Thyristor
3. Power Bipolar Junction Transistor (BJT)
4. Power Mosfet
Thyristor dapat dibagi atas tipe-tipe
a. Forced commutated thyristor
b. Line commutated thyristor
c. Gate turn off thyristor
d. Reverse conducting thyristor
e. Static induction thyristor
f. Gate assisted turn off thyristor
g. Light activated silicon controlled rectifier

Pada table 1.2 memperlihatkan konfigurasi beberapa piranti semikonduktor daya


Pada table 1.3 memperlihatkan karakteristik v.1 dan symbol dari piranti semikonduktor daya
yang dipakai secara umum.
Tabel 1.2 rating dari perangkat-perangkat semikonduktor daya

VOLTAGE/
SWITCHING ON VOLTAGE
TIPE CURRENT
TIME (MS) AND CURRENT
RATING
General reverse 3000 V / 3500 A - 1,6 V / 10KA
High speed 3000 V / 1000 A 25 2 V / 3000KA
DIODA
Schottky 400 / 60 A 0,23 0,58 V / 60 A

Reverse blocking 3000 V/1000A 400 2,5V/10KA


High speed 1200V/1500A 20 2,1V/4500A
FORCED
Reverse blocking 2500V/400A 40 2,7V/1250A
TURN OFF
Reverse conducting 2500V/1000A 40 2,1V/1000A
THYRISTOR
Gatt 1200V/400A 8 2,8V/1250A
Light triggered 6000V/1500A 200-400 2,4V/4000A
TRIAC 1200V/300A 1,5 V / 420 A
SELF TURNED Gto sith 3600 V / 600 A 25 2,5 V / 1000A
OFF 4000 V/ 2200 A 6,5 2,3 V / 400 A
THYRISTOR
Single 400 V / 250 A 9 1 V / 250 A
POWER Darlington 400 V / 40 A 6 1,5 V / 49 A
TRANSISTOR 630 V / 50 A 1,7 0,3 V / 20 A
900 V / 200A 40 2V
STT - 1200 V/ 10 A 0,55 1,2 OHM
- 500 V / 8,6 A 0,7 0,6
POWER
1000 V / 4,7 A 0,9 2
MOSFET
500 V / 10 A 0,6 0,4

RANCANGAN DARI POWER ELECTRONICS EQUIPMENT


Dalam perancangan peralatan elektronika dapat dibagi kedalam 4 bagian utama
1. Rancangan dari rangkaian daya
2. Proteksi dari piranti daya
3. Perhitungan dari strategi control
4. Rancangan dari logic dan rangkaian gatenya

Bagaimanapun, suatu rancangan, dengan analisis sederhana dari suatu rangkaian


adalah sangat berguna untuk dimengerti cara kerja rangkaian dan menetapkan karakteristik
dan strategi control. Cara kerja dari Konverter daya didasarkan pada saklar dari piranti
semikonduktor daya dan sebagai suatu hasil dari arus dan tegangan harmonic kedalam system
sumber dan pada keluaran converter. Hal tersebut yang dapat muncul persoalan distorsi pada
tegangan output, generasi harmonic ke system supply dan interferensi dengan komunikasi
dan rangkaian signal. Secara normal diterapakan system filter kedalam input dan output
converter tersebut, untuk meredam harmonic.
Pada gambar berikut memperlihatkan blok diagram dari converter secara umum

Input Power Output


Filter Converter Filter

Switching Control
Signal Generator

Gambar 1.4 Struktur Konverter Daya Secara Umum

AC
~ AC
~ DC
= DC
= AC

~ = = ~

~ = = ~
Motor AC Motor DC Motor DC Motor AC

Gambar 1.5 Struktur Konverter-konverter secara keseluruhan (Multi-Converter)


Sebagai Contoh
1. AC/AC Converter

INPUT OUTPUT
~
~
Input : Output :

Tegangan Vi Tegangan V0

Arus Ii Arus I0

Frekuensi Fi Frekuensi F0

Daya Pi Daya P0

Vi = Vmi Sin (t) Vo = Vmo Sin (t)

Ii = Imi Sin (t) Io = Imo Sin (t)

Vs Vo Vs
Vo
Io
Io

t
KESIMPULAN

Sebagai suatu teknologi untuk piranti semikonduktor daya dan pengembangan


rangkaian terintegrasi. Pentingnya untuk pemanfaatan elektronika daya menjadi sangat luas.
Telah banyak sekali piranti elektronika daya yang secara konvensioanl sangat mampu dan
pengembangan bidang ini sangat berlanjut terus. Konverter daya secara umum dikategorikan
dalam (1) AC/DC Konverter (Rectifier), (2) AC/AC Konverter, (3) DC/DC Konverter, (4)
DC/AC Konverter (Inverter). Rancangan rangkaian elektronika daya dinginkan rancangan
daya dan rangkaian control. Tegangan dan arus harmonic yang dibangkitkan oleh converter
daya dapat dikurangi (meminimalkan) dengan pilihan yang menguntungkan dengan strategi
control.
BAB II

PIRANTI ELEKTRONIKA DAYA

2.1 PERANGKAT ELEKTRONIKA DAYA

Sejak perangkat utama elektronika daya dibuat dengan teknologi yang sangat baik
terutama pengaruh dari penemuan dari perangkat konduktor daya. Maka sejak tahun 1970,
perangkat piranti seperti thyristor telah dipakai dengan sangat spesifik dan efektif pada
pemanfaatan terutama di industry yang berkaitan dengan elektronika daya.
Sesuai dengan penemuan tersebut, maka piranti perangkat utama dapat diklafikasi ke
dalam 4 tipe yaitu : 1) Dioda Daya, 2)Thyristor, 3)Power Bipolar Junction Transistor (BJT),
dan 4)MOSFET-Daya. Akibat perkembangan dengan pemanfaatan yang sangat efektif, maka
perangkat Thyristor diklafikasi ke dalam 7 tipe yaitu
1. Forced Commutated Thyristor
2. Line Commutated Thyristor
3. Gate Turn Off Thyristor (GTO)
4. Reverse Conducting Thyristor (RCT)
5. Static Induction Thyristor (SITH)
6. Gate Assisted Turn Off Thyristor (GATT)
7. Light Activated Silicon Controlled Rectifier (LASCR)

2.2 KARAKTERISTIK PIRANTI ELEKTRONIKA


a) Dioda
b) Thyristor

c) Transistor

d) MOSFET
2.3 KARAKTERISTIK KONTROL DARI PIRANTI DAYA
Piranti semikonduktor daya dapat di operasikan sebagai sakelardengan menggunakan
sinyal control pada terminal GATE dari THYRISTOR. Keluaran yang diinginkan diperoleh
dengan variasi-variasi waktu konduktion dari saklar-saklar tersebut, pada gambar berikut
memperlihatkan tegangan keluaran dan karakteristik control dari yang secara umum dipakai
pada perangkat-perangkat saklar daya.
Piranti-piranti saklar semikonduktor daya dapat diklafikasi sesuai dengan sebagai
berikut :
1. Uncontrolled Turn On and Off ( Contoh Dioda)
2. Controlled Turn On and Controlled Turn Off ( Contoh SCR)
3. Karakteristik Controlled Turn On and Off ( Contoh : BJT, MOSFET, GTO)
4. Continous Gate Sinyal Requirment (BJT, MOSFET)
5. Pulse Gate Requirement ( contoh : SCR, GTO )
6. Bipolar Voltage Withstanding Capability (SCR)
7. Unipolar Voltage Withstanding Capability (BJT, MOSFET, GTO)
8. Bidirectional Current Capability (RCT, TRIAC)
9. Unidirectional Current Capability ( Dioda, SCR, GTO, BJT, MOSFET)

2.4 TIPE-TIPE RANGKAIAN ELEKTRONIKA DAYA


Rangkaian elektronika daya dapat diklafikasi ke dalam 4 tipe :
1. a. AC-DC Uncontrolled Converters (Uncontrolled Rectifiers = Diode Rectifiers)
b.AC-DC Converters (Controlled Rectifier)
2. AC-DC Converters (AC Voltage Controllers)
3. DC-DC Converters (DC Choppers)
4. DC-AC Converters (Inverters)
Contoh Sederhana
1.
a. AC DC Uncontrolled Converters

Gambar 2.2.a
b. AC DC Controlled Converters

Gambar 2.2.b
2. AC AC Converter Single Phase

Gambar 2.3
3. DC DC Converters ( DC Chopper )

Gambar 2.4
4. DC AC Converter ( Inverter )

Gambar 2.5

2..5 RANCANGAN DARI PERALATAN ELEKTRONIKA DAYA


Perencanaan peralatan elektronika daya dapat dibagi kedalam 4 bagian
1. Rancangan Rangkaian Daya
2. Pengamanan Piranti Daya
3. Perhitungan dari Strategi control
4. Rancangan Logik dan Rangkaian Gate
Sumber Daya
Input Power Output
Filter Coverter Filter

Switching Control
Sicnal Generator

Gambar 2.6 Structur Umum Dari Converter Daya

Pada penjelasan sebelumnya, ada beberapa tipe rangkaian elektronika-daya yang


berupa uraian dan analisa dasar. Pada analisa-analisa tersebut, perangkat daya diasumsikan
sebagai suatu saklar, dan berupa rangkaian efektif dari tahanan, dan induktansi. Bagaimana
pun rancangan awal suatu analisa yang sederhana dari suatu rangkaian adalah sangat berguna
dan dimengerti. Cara kerja dari rangkaian dan menetapkan karakteristik dan strategi control.
Sebelum prototype dibuat, rancangan dapat dianalisi dari parameter-parameter
rangkaian dan akan dimodifikasi rancangan bila perlu.

2.6 KESIMPULAN
Suatu teknologi untuk piranti semikonduktor daya dan membentuk rangkaian
terintegrasi, maka potensi untuk penggunaan elektronika daya menjadi sangat luas. Telah
banyak piranti semikonduktor daya yang komersial dengan baik. Konverter daya yang secara
umum terdiri atas 1) AC-DC Converters, 2) AC-AC Converters, 3)DC-DC Converters, 4)DC-
AC Converters. Rancangan dari rangkaian Elektronika Daya diharapkan dengan perencanaan
daya dan rangkaian control.

2.7 PERTANYAAN
1. Berikan penjelasan tentang Elektronika Daya
2. Berikan uraian tentang komponen elektronika daya
3. Berikan uraian tentang prinsip AC-DC Converter
4. Berikan uraian tentang prinsip AC-AC Converter
5. Berikan uraian tentang prinsip DC-DC Converter
6. Berikan uraian tentang prinsip DC-AC Converter
BAB III
KONVERTER AC DC
3.1 PENDAHULUAN
Piranti elektronika yang sangat luas pemakaiannya dalam system penyearah ( AC/DC
Converter ) adalah diode. Rangkaian perangkat diode secara umum dipakai di elektronika
daya untuk proses signal dalam mengkonversi system AC ke system DC. Konverter AC-DC
secara umum dikenal sebagai suatu penyearah (rectifier), dan penyearah diode menghasilkan
tegangan keluaran searah yang tepat dan ideal.
Suatu converter AC-DC dapat dianalisa dengan menginput tegangan arus yang
bersifat bolak-balik dan memiliki sifat gelombang berharmonik atau tidak berharmonik.
Sehingga keluaran gelombang searahnya dapat berupa gelombang searah yang berharmonik
atau tak berharmonik, seperti pada gambar 3.1

AC

DC

V2
V2

t t

V2 V2

t t

Gambar 3.1 Karakter Gelombang AC-DC

Pemakaian AC/DC Converter digunakan pada Industri-industri, Kontrol, Motor DC dengan


Variable Speed
Tipe
1. Uncontrol Converter ( 1 Phasa, 2 Phasa,dan Multiphase )
2. Control Rectifier ( 1 Phasa, 2 Phasa,dan Multiphase )
Klasifikasi
1. Single Phase
2. Three Phase
3. Multi Phase

3.2 PENAMPILAN PARAMETER-PARAMETER

Nilai Rata-Rata Dari Tegangan Keluaran (Beban), Vdc


Nilai Rata-Rata Dari Arus Keluaran (Beban), Idc
Daya Keluaran DC : Pdc = Vdc.Idc
Nilai Efektif Tegangan Keluaran Vrms
Nilai Efektif Arus Keluaran Irms
Daya Keluaran AC : Pac = Vrms.Irms

Efisiensi : =
Nilai Komponen Efektif dari komponen AC dari tegangan keluaran

= 2 2

Faktor Bentuk (Form-Factor)



=

Faktor Riak (Ripple Factor) :



=

2 2 2
= = ( ) + 12 = 2 12

Transform Utilization Factor : TUF



=
Displacement Factor

= cos

Harmonic Factor :

1/2 1/2
2 2 2
=( ) = [( ) 1]
2

Input power Factor :



= cos = cos

3.3 TEKNIK KOMUTASI THYRISTOR


Pendahuluan.
Suatu Thyristor secara normal membuat ON dengan menggunakan sebuah pulsa
sinyal gate. Ketika sebuah Thyristor dalam keadaan konduksi tegangan turun 0,25 ke 2 volt.
Ada banyak teknik untuk mengkomutasi sebuah Thyristor, dibagi dalam 2 tipe :
1. Natural Commutation
2. Forced Commutation

Natural Commutation.
Bila tegangan input adalah AC, arus thyristor menjadi nol dan tegangan mundur
muncul lewat thyristor. Piranti secara otomatis menjadi off seharusnya terhadap sifat asli dari
tegangan sumber : ini disebut natural commutation atau Line Commutation

Forced Commutation
Dalam beberapa rangkaian thyristor, tegangan input adalah DC dan arus maju dari
thyristor ditekan kezoo dengan menambah rangkaian komutasi untuk mengoff kan thyristor,
Cara ini disebut forced commutation dan secara normal dipakai dalam DC-DC converter dan
DC-DC converter (Inverter). Ada beberapa klafikasi
1. Self Commuttation
2. Impluse Commutation
3. Resonant Pulse Commutation
4. Complementary Commutation
5. External Pulse
6. Load Side Commutation
7. Line Side Commutation

Vm
T1 Rl

2 t
Thyristor dengan natural commutation

T1 Vm
L

c
t

1
Vs 3 = + = + 1 + ( = 0)

Initial Condition VC (t=0) i


t

() = sin

() = (1 cos )

= 1

t sesudah = =

T1 Rl


Vs

t
T1
L

t
Tipe rangkaian dimana kapasitor voltage Vo
1
Bilamana T1 dinyalakan Arus mengalir dalam rangkaian [ + + ( = 0)] = 0

( = 0) = ( = 0) =0

maka persamaan memberi arus pada C


() = sin

dan tegangan kapasitor C

() = cos

sesudah = = 0 = , arus menjadi nol dan tegangan kapasitor reverse ke V0 ke tr


disebut reversing time

Impulse Commutation

Vs
T1
T3
C
Dm

L t
T2

Vs
T1
C
Dm
t
T2

1
0 = 0 =

0
= =

Contoh Soal :
Rangkaian komutasi mempunyai kapasitansi = 20 , = 25, initial tegangan kapasitor
sama dengan tegangan input 0 = = 2001, Bila arus Im RA 50 = 200 A. Tentukan variasi
dari waktu tq
L

T1
T3
C
Dm

L
T2

T1
C
Dm

T2

= +

1 + ( = 0) = =
= 1
1

Initial condition ( = 0) =
dan ( = 0) = 1 = =


() = 0 sin 1 + cos 1
1

1
() = sin 1 + cos 1

dimana 1 = 1 bila ( = ) = 0
1

= 1 1 ( 0
1

C L1 V0 Im tq
20 F 25 H 200 V 50 A 29,0 s
20 F 25 H 200 V 100 A 23,7 s
20 F 25 H 200 V 200 A 16,3 s
3.3.3 RESONANT PULSE COMMUTATION

T1
T2

Dm
L
C

T3

()

:
t

Vs

Bila T2 menyala, rangkaian resonant di bentukoleh C1 T1 dan T2


Arus resonant
1
() = 0 sin =

= sin

pada saat ( = 1 ) = 0 cos 1 = 1 ( )
0

( = 1 ) = 1 = 0 cos 1
Contoh :
Rangkaian komutasi pulsa resonant C = 30 F, L = 4 H, Initial tegangan kapasitor V0 = 200
V, Hitung waktu pembukaan tq bila arus dalam Im --- a) 250 A, b) 50 A
250 4
a) Im = 250 A 1 = 4 30 1 (200 30) = 5,192

1
= = 91.287,1 rad/det

1 = 0,474
1
1 = 200 cos(0,474) = 177,95 dari persamaan =
30
= 177,95 = 21,35
200

b) Im = 50 A

50 4
1 = 4 30 1 ( ) = 1,0095
200 30

1
= = 9.287,1 rad/det

1 = 0,0914
1
1 = 200 cos(0,0914) = 199,16 dari persamaan =
30
= 199,16 = 119,5
250

3.3.4 Complimentary Commutation

R1 R2

T1 T2

Vc

Vs

1
3 = + ( = 0) +

Bila ( = 0) = 0 =
2
() =


() = (1 2 )

( = ) = 0 = (2)

3.4 AC/DC CONVERTER


1. AC/DC Uncontrolled Converter
2. AC/DC Controlled Converter
1.1 Single Phase Half Wave Rectifier

D1

VS
Vm

2 t
Vl
Vm

2 t

i

2 t

VD

2 t
-Vm

I. Analisis
a. Diketahui : Beban R, f = 1/T
= 2, = sin
b. Ditanyakan
1. Efisiensi =
2. Form Factor = FF
3. Ripple Factor = RF
4. Transform Utilitation Factor = TUF
5. Peak Invers Voltage = PIV
II. Rencana

1 1
= () = 02 sin

= (cos ( 1) = = 0,318
2


= = 0,318 = 1/ = 2

1 1/2
= [ 0 2 ()]

Bila () = sin untuk 0 /2


Nilai efektif dari tegangan keluaran
1/2
1 /2 0,5
= [ ( sin )2 ] = = 0,5 . = =
0 2
III. Penyelesaian
1. = = (0,318 )2 /; = = (0,5 )2 /
(0,318 )2
Efisiensi = = = (0,5 )2 = 40,5 %

0,5
2. Form Factor = = = 0,318 = 1,57 = 157 %

3. Ripple Factor = = 1,572 1 = 1,21 = 121 %


4. = / tegangan efektif sekunder trafo adalah
1/2

= [ ( sin )2 ] = = 0,707
0 2
Arus efektif dari sekunder trafo sama dengan arus beban = IS = 0,5 Vm/R, TUF =
(0,318 Vm)2/R / (0,707 Vm) (0,5 Vm)R = TUF = 0,3182 / (0,707x0,5) = 0,286
5. PIV = Vm

3.5 RANCANGAN DAN RANGKAIAN KONVERTER


Dalam hal control REC,, rating arus dari piranti tergantung pada sudut delay. Rating
dari piranti daya harus dirancang berdasarkan kondisi kasus jelek, dan ini terjadi ketika
converter mendapat tegangan keluaran rata-rata max (Vdm)
Keluaran converter berisi harmonic dan tergantung pada Kontrol sudut, dan kondisi
jeleknya berlaku terhadap tegangan output minimum, maka input/output filter harus
dirancang atas kondisi tegangan keluaran minimum
3.6 KESIMPULAN
Tegangan keluarann rata-rata (daya) dari AC-DC terkontrol converter dapat dikontrol
dengan berbagai waktu konduksi dari thyristor, tergantung dari tipe-tipe sumber, converter
dapat dalam bentuk 1 fasa, 3 fasa, dan setiap tipe bias dalam bentuk gelombang.
Setengah dan semi serta full converter 3 phasa dipakai untuk daya dan tegangan tinggi
factor daya masukan yang tergantung pada beban dan dapat diperbaiki, serta rating tegangan
dapat dinaikkan.
BAB IV
KONVERTER AC/AC

4.1 PENDAHULUAN
Suatu switch thyristor dihubungkan antara sumber AC dengan beban yang mengalir
dapat dikontrol dengan berbagai nilai tegangan rms-nya yang digunakan ke beban.Tipe
rangkaian daya ini dikenal sebagai AC Voltage Controllers.Pemakaian AC Voltage
Controllers kebanyakan digunakan pada industrial heating,load transformer tap
charging,light control,speed control of polyphase,induction motor and AC magnet control.
Ada 2 tipe control secara umum dipakai yaitu :
1. ON-OFF Control
2. PHASE ANGEL Control
AC Voltage Control diklarifikasikan kedalam 2 tipe yaitu :
1. Single phase controllers
2. Three phase controllers
Kedua tipe ini masing-masing dibagi atas :
a. Unidirectional atau Half wave control
b. Bidirectional atau Full Wave Control

4.2 PRINSIP KONTROL ON-OFF


Prinsip control On-Off dapat dijelaskan dengan sebuah pengendali gelombang penuh
atau satu fasa seperti yang diperlihatkan pada gambar 4.1(a). Saklar thyristor
menghubungkan sumber AC dengan beban untuk tn, saklar ditutup dengan sebuah gerbang
penghambat pulsa untuk to waktu On, tn, biasanya terdiri dari sejumlah integral siklus.
Thyristor akan On pada tegangan nol melalui tegangan masukan AC. Pulsa-pulsa gerbang
untuk thyristor T1 dan T2, dan bentuk gelombang masukan dan keluaran diperlihatkan pada
gambar 4.1(b).
Persamaan matematis :
= t (4.1)

Untuk dibeban is connected n cycle disconnecting m cycle


2 1/2
= [2(+) 0 2 2 2 . ()] (4.2)

= + = , K=Duty Cycle

n = Switch On
m = Switch Off

Gambar 4.1 Kontrol ON-OFF

Arus Maksimum Thyristor,



= (4.3)

=

2(+) 0 sin .()


.
= (+) = (4.4)

Arus rms dari thyristor,


1/2
= [2(+) 0 sin .() ]

= (+) = (4.5)
2 2

Contoh 4.1 :
Suatu AC Voltage Controller beban R= 10 Ohm, tegangan input rms 120V 60Hz, dengan
m=75 dan n=25 cyclus. Hitunglah :
a. Tegangan Output rms
b. Daya output
c. Power factor
d. Arus rms
e. Peak thyristor maximum current dan rms current

Jawab :
Diketahui :
Vs = 120V, f=60Hz
R = 10 ohm
m= 75 cyclus; n= 25 cyclus

Ditanyakan :
a. Vo (rms) = ..?
b. Po = ..?
c. PF = ..?
d. Io = ..?
e. Im,IR = ..?

Penyelesaian :
= 2.120 = 169,7
25 25
= + = 25+75 = 100 = 0,25

Maka :
a. () =
= 1200,25 = 60
() 60
() = = 10 = 6

b. = 2 . = 62 . 10 = 360


c. = , = . = 1206 = 720
360
= 720 = 0,5

= = 0,25 = 0,5

d. () = 6

e. The peak Thyristor


169,7
= = = 16,97
10

= 2(+) 0 sin . ()
.
= (+) =
0,2516,97
= 1,35

Arus rms Thyristor,


1/2
= [2(+) 0 sin . ()]


= (+) =
2 2

(16,97)0,25
= = 4,24
2

4.3 PRINSIP KONTROL FASA (Phase angel Control)


Prinsip control fasa dapat dijelaskan berdasarkan gambar 4.2(a). Energi yang mengalir
kebeban dikontrol dengan menunda sudut tembak thyristor T1. Gambar 4.2(b)
mengilustrasikan pulsa-pulsa gerbang thyristor T1 dan bentuk gelombang tegangan masukan
dan keluarannya. Dengan adanya diode D1, daerah hanya dapat bervariasi antara 70,7% dan
100%
Tegangan keluaran dan arus masuk tidak simetris mengandung komponen DC. Jika ada
sebuah trafo masukan akan dapat menyebabkan masalah kejenuhan. Rangkaian ini adalah
pengendali setengah gelombang satu fasa dan cocok hanya untuk beban resistif berdaya
rendah, seperti pemanasan dab pencahayaan, karena aliran daya dikontrol oleh setengah
gelombang positif tegangan masukan, jenis pengontrol ini dikenal juga dengan pengontrol
banyak arah(Unidirectional).

Persamaan matematis :

= sin
(4.6)
= 2 sin
Delay angel T1 --- t=

Rms output voltage,


1 2 1/2
= (2 [ 2 2 sin2 . () + sin2 . ()])

1 2 1/2
=( [ (1 2). d() + (1 2). ()])
2

(4.7)
1 2 1/2
= [2 (2 + )]
3

GAMBAR 4.2 KONTROL SUDUT 1 FASA


Nilai tenggangan output rata-rata,
1 2 1/2
= (2 [ 2 2 sin2 . () + 2 2 sin2 . ()])

(4.8)
2
= ( 1)
2

Contoh 4.2 :
Single phase AC Voltage controller R=10 Ohm, tegangan input Vs=120V,60Hz,delay angle
T1 =/2.Hitunglah :
a. Vo(rms) = .?
b. PF input = .?
c. Vdc (Average) = .?
d. Idc = .?

Jawab:
Diketahui :
Vs = 120 V, f=60Hz
R = 10 Ohm
= /2
Dintanyakan :
a. Vo(Rms) = .?
b. PF input = .?
c. Vdc (Average) = .?
d. Idc (Avarage) = .?

Penyelesaian :
3
a. 0 () = 1204

= 103,92

b. PF-
0 () 103,92
0 () = = = 10,392
10

Load power,
0 = 02 . = (10,392)2 . 10 = 1079,94
= . 0 = 12010,392 = 1247,04
1079,94
= 0 = 1247,04 = 0,866

2
c. Vdc = 120 = 27

27
d. Idc = = = 2,7
10

Catatan :
Tanda negative berarti arus input selama setengah siklus positif kurang dibandingkan
arus masukan selama setengah siklus negative. Jika ada sebuah masukan trafo, inti trafo dapat
terjadi saturasi. Pada prakteknya control unidirectional ini tidak dapat digunakan.

4.4 Pengontrol Dua Arah Satu Fasa Dengan Beban Resitif


Masalah arus masukan DC dapat dicegah dengan menggunakan control dua arah atau
gelombang penuh.Pengontrolan satu fasa gelombang penuh dengan beban resitif,
rangkaiannya ditunjukkan pada gambar 4.3(a). Selama tegangan masukan setengah siklus
positif, daya yang mengalir dikontrol oleh beberapa sudut tunda dari thyristor T1, dan
Thyristor T2 mengontrol daya selama tegangan masukan setengah siklus negative. Pulsa-
pulsa yang dihasilkan pada thyristor T1 dan T2 terpisah 180o. Bentuk gelombang tegangan
masukan, tegangan keluaran dan sinyal gerbang T1 dan T2 diperlihatkan pada gambar 4.3(b).

Gambar 4.3 pengontrol gelombang penuh 1 fasa


Persamaan matematis :
=
(4.9)
= sin

Delay angel T1 dan T2 -- 1 = 2 =


Rms output Voltage,
2 1/2
0 = ( [ 22 sin2 . ()])
1/2
42
=( [ (1 2) . ()])
4

(4.10)
1 2 1/2
= [ ( + 2
)]

Arus Beban rms,


()
() =

(4.11)
VA = Vs.Is
= 2 .

Faktor Daya Input, PF


0 1 2 1/2
= = = [ ( + )]
2

(4.12)

Arus rata-rata Thyristor,



1
= 2 . ()
2

2
= ( + 1)
2

(4.13)
Arus rms thyristor,
1 1/2
= (22 [ 2 2 2 . ()])
1/2
2 2
= [42 (1 2 ). ()]

(4.14)
1 sin 2 1/2
= [ ( + )]
2 2

Contoh 4.3 :
Sebuah single phase full wave AC Voltage Controller dengan beban resitif R=10 Ohm,
tegangan input rms 120 V 60 Hz, delay angel T1,T2 1, 2, =/2. Hitungla :

a. Rms output voltage Vo


b. Input Power Factor, PF
c. Average Current Thyristor, IA
d. Rms current of thyristor, IR

Jawab :
Diketahui :
Vs = 120Volt, F=60Hz
R = 10Ohm
= /2

Ditanyakan :
a. Vo (rms) = ..?
b. PF = ..?
c. IA = ..?
d. IR = ..?
Penyelesaian :
a. Rms output Voltage,
120
() = = 84,85
2

b. Rms load current,


() 84,85
() = = = 8,485
10
= . = 1208,485 = 1018,2
= 2 . = (8,485)2 . 10 = 719,95
1 2 1/2
= = = [ ( + )]
2
719,95
= 1018,2 = 0,707

c. Average Thyristor Current,


1
= 2 2 . ()
2
= ( 1)
2

2120
= = 5,7
2.10

d. Rms Thyristor Current,


1 1/2
= (22 [ 2 2 2 . ()])
1/2
22
= (42 (1 2). ())

1 sin 2 1/2
= [ ( + )]
2 2
120
= 210 = 6

4.5 Pengontrol satu fasa dengan beban Induktif


Telah diuraikan pengontrol satu fasa dengan beban resistif pada bagian 4.4 pada
prakteknya, hamper semua beban adalah bersifat induktif. Pengontrol gelombang dengan
beban RL ditunjukkan pada gambar 4.4(a). Kita asumsikan bahwa Thyristor T1 Firing pada
waktu setengah siklus positif dan membawa arus beban. Karena induktansi pada rangkaian,
arus thyristor T1 tidak akan menuju nol pada t=, ketika tegangan masukan mulai menjadi
negative, Thyristor T1 akan terus terhubung sampai arus i1 jatuh menjadi nol pada t=.
Sudut konduksi thyristor T1 adalah = dan tergantung pada sudut tunda dan sudut
factor daya beban . Bentuk gelombang dan pulsa-pulsa gerbang diperlihatkan pada gambar
4.4(b).
Sinyal-sinyal gerbang thyristor dapat berupa pulsa-pulsa pendek untuk pengontrol
dengan beban resitif. Namun demikian pulsa-pulsa pendek tersebut tidak cocok untuk beban
induktif. Sebagaimana diperlihatkan pada gambar 4.4(b). Ketika thyristor T2 firing pada
= + , thyristor T1 masih terhubung karena beban induksi. Pada saat arus thyristor T1
jatuh menjadi nol dan T1 menjadi off pada = = + , pulsa gerbang thyristor T2 telah
berhenti dan mengakibatkan T2 tidak menjadi On. Hasilnya hanya thyristor T1 akan
beroperasi, yang mengakibatkan gelombang tidak simetris pada arus dan tegangan keluaran.
Kesulitan ini dapat diatas dengan menggunakan sinyal-sinyal gerbang yang kontinyu dengan
masa durasi (-) seperti pada gambar 4.4(c). Namun demikian,pulsa gerbang yang kontinyu
akan menyebabkan meningkatnya rugi saklar thyristor dan memerlukan trafo isolasi yang
lebih besar untuk rangkaian gerbang.Biasanya digunakan pulsa-pulsa dengan durasi pendek
untuk mengatasi masalah ini seperti gambar 4.4(d).

Gambar rangkaian 4.4 pengontrol gelombang penuh 1 fasa beban RL

Persamaan matematis :
Vs= VL + VR

= + . 1 () = 2 (4.15)
2
1 = . ( ) + 1 / (4.16)

= [ 2 + ()2 ]1/2 , = , 1 = 0 (4.17)



2
1 = . ( ). ( )()

(4.18)

2
1 = [( ) ( ). ( )() ] (4.19)


Sudut ,Saat 1 ke zero dan T1 ke off,didapat 1 ( = ) = 0,( ). ( )()
Dimana =extending angel
2 1/2
0 () = (2 [ 22 sin2 . ()])
1/4
4 2
= ( 4 [ (1 cos 2). ()])

(4.20)
1 2 1/4
= [ ( + )]
2

Arus rms thyristor,


1 1/2
= (2 [ 12 . ()])
1/2
1
= [ (sin( ) sin( ) . ( )() . ()]

(4.21)
1 2 1/2
= [ ( + ]
2 2

0 () = (2 + 2 ) = 2.
(4.22)

Arus rata-rata thyristor,


1
= 2 . ()

2 ( )( )
= [() ( ) ] . ()
2

(4.23)

Catatan :
1. = 0, sin( ) = sin( ) = 0; = =
2. < <
BAB V
KONVERTER DC/DC (Chopper)

5.1 PENDAHULUAN
Pada banyak aplikasi industry, diperlukan untuk mengubah sumber tegangan dc
tetap menjadi sumber tegangan dc yang bersifat variable. DC Chopper mengubah secara
lansung dari dc ke dc dan biasanya hal ini biasa disebut disebut converter dc ke dc.Chopper
dapat disebut sebagai dc, sama dengan trafo ac dengan mengsuplai tegangan yang variable
secara terus menerus. Seperti trafo, chopper dapat digunakan untuk menaikkan dan
menurunkan sumber tegangan dc.
DC Chopper merupakan rangkaian yang mengkonversi input DC yang tidak
dikontrol ke output DC yang dikontrol dengan tingkat tegangan yang diinginkan.Ada dua
macam cara pengolahan daya : tipe linier dan tipe peralihan(Switching).Tergantung dari jenis
aplikasinya, masing-masing tipe memiliki kelebihan dan kekurangan.
Namun dalam perkembangannya, tipe peralihan Nampak semakin terlihat
kepopulerannya terutama karena kelebihannya dalam mengubah daya secara jauh ebih efisien
dan pemakaian komponen ukurannya lebih kecil. Pengubah daya DC-DC (DC-DC
Converter) tipe peralihan dikenal juga dengan sebutan DC Chopper.
DC Chopper dimamfaatkan terutama untuk penyediaan tegangan keluaran DC
yang bervariasi besarannya sesuai dengan permintaan pada beban. Daya masukan dari proses
DC-DC tersebut adalah berasal dari sumber daya DC yang biasanya memiliki tegangan
masukan yang tetap.
Pada dasarnya, penghasilan tegangan keluaran DC yang ingin dicapai adalah
dengan cara pengaturan lamanya waktu penghubungan antara sisi keluaran dan sisi masukan
pada rangkaian yang sama.Komponen yang digunakan untuk menjalankan fungsi
penghubung tersebut tidak lain adalah swith (Solid State electronic switch) seperti misalnya
Thyristor,MOSFET,IGBT,GTO.
Chopper secara luas digunakan untuk mengkontrol perputaran motor traksi pada
automobile elektrik, mobil trolley,kapal pengangkut, truk forklift dan lain-lain. Chopper
menghasilkan putaran yang baik, efisiensi yang tinggi dan respons dinamik yang tepat.
Selain itu dapat pula digunakan untuk pengereman regenerative pada motor-motor
DC untuk mengembalikan energy pada sumber, dan hal ini menghasilkan adanya
penghematan energy transportasi dengan adanya penghentian yang sering dilakukan. Chopper
digunakan pada regulator tegangan dc dan juga digunakan pada penghubung dengan
inductor,untuk membangkitkan sumber arus dc,terutama untuk pembalik arus.
Secara umum ada dua fungsi pengoperasian dari DC Chopper yaitu penaikan
tegangan (step-up)dimana tegangan keluaran yang dihasilkan lebih tinggi dari tegangan
masukan, dan penurunan tegangan(step-down) dimana tegangan keluaran lebih rendah dari
tegangan masukan.

5.2 PRINSIP KERJA DC CHOPPER


DC Chopper mempunyai Prinsip kerja diantara lain :
a. Prinsip kerja step-Down
Prinsip kerja step down dapat dijelaskan melalui gambar 5.1(a).Ketika saklar SW
ditutup selama waktu t1,tegangan masukan Vs muncul melalui beban.Bila saklar tetap
off selama waktu t2, tegangan melalui beban dan arus beban juga ditunjukkan pada
gambar 5.1(b)

Tegangan keluaran rata-rata diberikan oleh :

1 1 1
= 0 = = = (5.1)

Dan arus beban rata-rata,


= = / (5.2)

Dengan T adalah periode chopping, k=t1/T adalah duty cycle chopper, dan f adalah
frekuensi chopping. Nilai rms tegangan keluaran ditentukan dari :

1 1/2
0 () = ( [0 2 . ]) (5.3)

1 1 2 2
= 0 2 . = 0 . = (5.4)

Gambar 5.1 Chopper Step-down dengan beban resistif

Dengan mengasumsikan bahwa tidak ada rugi-rugi pada chopper maka daya
masukan pada chopper sama dengan daya yang diberikan dengan, resistansi masukan efektif
yang dilihat dari sumber adalah :

1 = = / =

(5.5)
Duty cycle k dapat divariasikan dari 0 sampai 1 dengan bervariasi menurut t1, T
dan f. Maka tegangan keluaran V0 dapat divariasikan dari 0 sampai Vs dengan mengatur k,
dan aliran daya dapat diatur melalui :
1. Operasi pada frekuensi konstan.
Frekuensi chopping f(atau periode chopping T) dijaga tetap dan waktu on t1
divariasikan. Lebar pulsa bervariasi dan control jenis ini dikenal dengan nama control pulse-
width-modulation(PWM).
2. Operasi Pada frekuensi yang variable
Frekuensi chopping f bervariasi. Pada waktu on t1 atau pada waktu off t2 dijaga tetap. Ini
disebut modulasi frekuensi.Frekuensi divariasikan untuk batasan yang lebar untuk
mendapatkan batasan tegangan keluaran yang penug.Kontrol jenis ini membangkitkan
harmonisa pada frekuensi yang tidak bias ditentukan sehingga akan sangat sulit untuk
merancang filter.
Contoh 5.1 :
Chopper dc gambar diatas (Gambar 5.1), dengan nilai tahanan R=10 Ohm, dan Vs=220V,
Voltage drop 2V,Frekuensi chopping f=1 kHz, duty cycle 50%. Hitung :
a. Tegangan output rata-rata
b. Tegangan rms output
c. Efesiensi
d. Tahanan input efektif
e. Harga rms dari komponen fundamental dari teganga harmonic keluaran
Jawab :
Diketahui :
R= 10 Ohm, Vs=220 V, Voltage drop=Vch 2 V, frekuensi chopping
F= 1 kHz, Duty Cycle=k=50%=0,5
Dintanyakan :
a. V0 = .?
b. V0(rms) = .?
c. N = .?
d. Ri = .?
e. V0(t) = .?
Penyelesaian :
a. 0 = = (0,5). (220 2) = 109
b. 0 () = = (0,5). (220 2) = 154,15
c. Daya Keluaran :
1/2
1 2 ( )
0 = 0 . = 0 . =

2202
= 0,5 = 2376,2
10

Daya masukkan :
1 ( ) ()
1 = 0 . = 0 . =

(220).(2202)
= 0,5 = 2398
10
2376,2
= 0 = 100% = 99,09 %
1 2398
10
d. = = (.)

= = 0,5 = 20 =
2



e. 0 () = + .
=1 sin 2 cos 2 + . =1(1

cos 2) sin 2
= 1,

1 () = [sin 2 2 + (1 cos 2) sin ]

2202
= [sin(2. 1000)] = 140,06 sin(6283,2)

140,06
= = 99,04
2

b. Prinsip kerja step-up


Chopper dapat digunaka untuk menaikkan tegangan dc.susunan kerja untuk
operasi step-up ditunjukkan pada gambar. Bila saklar dibuka selama waktu t2, energy
yang tersimpan pada inductor akan dipindahkan kebeban melalui diode D1 dan arus
inductor menjadi jatuh. Dengan asumsi bahwa arus yang mengalir adalah tetap,
bentuk gelombang untuk inductor ditunjukkan pada gambar 5.2.

Gambar 5.2 susunan kerja untuk operasi step-up

Bila chopper di On-kan, tegangan yang melalui inductor adalah ;



= (5.6)

Dan ini memberika arus ripple puncak pada inductor,



= 1 (5.7)

Tegangan keluaran instantaneous adalah :

1
0 = + = (1 + 1 ) = 1 (5.8)
2 2

Bila sebuah kapasitor CL dihubungkan dengan beban seperti terlihat pada garis putus-
putus pada gambar 5.3, Tegangan keluaran akan tetap dan V0 akan menjadi nilai rata-rata Va.
Instantaneous bahwa tegangan yang melalui beban dapat dinaikkan dengan memvariasikan
duty cycle, k dan tegangan keluaran minimum adalah Vs bila k=0.

Namun demikian chopper tidak dapat On terus- menerus shingga k=1. Untuk nilai k
yang cenderung menuju satu, tegangan keluaran menjadi sangat besar dan sangat sensitive
untuk mengubah nilai k, seperti terlihat pada gambar 5.3(a).

Prinsip ini dapat diaplikasikan untuk memindahkan energy dari satu sumber tegangan
ke lainnya seperti terlihat pada gambar 5.3(a). Rangkaian ekivalen untuk mode-mode operasi
ditunjukkan pada gmabar 3.11(c). Arus inductor untuk mode I diberikan sebagai berikut.

1
= (5.9)

Dan dinyatakan sebagai,


1 () = + 1 (5.10)

Gambar 5.3 susunan gelombang arus

Dimana i1 adalah arus mula untuk mode 1. Selama mode 1, arus harus menungkat dan
kondisi yang penting adalah,


>0 > 0

Arus untuk mode 2 diberikan sebagai berikut,

2
= + (5.11)

Dan penyelesaian adalah ;


2 () = + 2 (5.12)

Dengan I2 adalah arus mula untuk mode 2. Untuk system yang stabil, arus harus turun
dan kondisi yang memenuhi adalah;
2
< 0 <

Bila kondisi ini tidak memenuhi, arus inductor akan tetap naik dan akan menjadi tidak
stabil. Maka, kondisi untuk pemindahan daya yang terkontrol adalah :

0 < <
Persamaan (5.12) menyatakan bahwa sumber tegangan Vs, Harus lebih kecil dari
tegangan E agar transfer daya dari sumber yang tetap (atau Variable) ketegangan DC tetap
bias dilakukan, pada pengereman elektris motor-motor dc, dengan motor-motor bekerja
sebagai generator dc, tegangan terminalnya akan jatuh bila kecepatan mesin berkurang.
Chopper dapat memindahkan daya kesumber dc tetap atau rheostat.
Bila chopper di-on-kan, energy akan dipindahkan dari sumber Vs ke inductor L. dan
bila chopper di-off-kan sejumlah energy yang tersimpan pada inductor akan dipindahkan ke
baterai E.

5.3 RANCANGAN RANGKAIAN CHOPPER

Yang paling diharapkan untuk rancangan ragkaian komtasi adalah mendapat sesuatu
yang memuaskan waktu turn-off untuk mensaklar thyristor utama ke-off. Analisis-analisis
dari bentuk persamaan untuk chopper klasik, memperlihatkan bahwa waktu turn-off
tergantung pada tegangan kapasitor komutasi Vc.

Adalah sangatlah lebih sederhana merancang rangkaian komutasi bila induktansi


sumber dapat diabaikan atau arus beban tidak tinggi, tetapi dikasus arus beban lebih tinggi
induktansi kesasar yang selalu muncul dalam praktek. Induktansi sumber membuat persoalan
rancangan non-linier dan metode interactive diharapkan menghitung komponen komutasi dari
piranti daya tergantung pada induktansi seumber dan arus beban.

Tidak ada aturan yang tetap untuk merancang rangkaian chopper dan berbagai
rancangan dengan tipe rangkaian yang terpakai. Perancangan memiliki batasan-batasan luas
dari pilihan dan nilai komponen Lm, C. komponen dipengaruhi oleh tegangan puncak dan
tegangan yang diizinkan. Batas-batas tegangan dan arus komponen Lm,C dan piranti
memberikan batasan maksimum.

Langkah-langkah dalam perancangan :


1. Identifikasi tipe-tipe operasi untuk rangkaian chopper.
2. Hitung rangkaian equivalen sesuai tipe.
3. Hitung arus dan tegangan sesuai tipe dan bentuk gelombangnya.
4. Evaluasi nilai komponen komutasi Lm, C yang cocok dengan batas rancangan.
5. Hitung batas tegangan dan arus dari komponen dan piranti.
Kita dapat mencatat bahwa tegangan keluaran berisi harmonic-harmonik, sehingga filter tipe
C, tipe L dan LC bias dihubungkan ke output yang diharapkan untuk mengurangi keluaran
harmonic.
Sebuah chopper dengan beban induktif yang tinggi seperti ditunjukkan pada gambar
5.4. arus beban ripple diabaikan( = 0). Bila arus beban rata-rata adalah Ia , arus beban
puncak adalah


() = +
=1 2. cos 2 + =1(1 cos 2 ) sin 2

(5.13)

Komponen fundamental (n=1), arus harmonis yang dibangkitkan chopper pada bagian
masukan diberikan,

() = sin 2. cos 2 + (1 2)2 (5.14)

Nilai Harmonis ke-n pada sumber dapat dihitung,


1 1
() = 1+(2)2 = 2 (5.15)
1+( )
0

Gambar 5.4 bentuk gelobang arus masukan chopper


Dimana f adalah frekuensi chopper dan 0 = 1/(2 ) adalah frekuensi
resosinansi system. Bila (f/f0) >>1, yang merupakan kasus umum, arus hermonis ke-n pada
sumber menjadi,

= (0 ) (5.16)

Frekuensi chopping yang tinggi mengurangi jumlah elemen filter masukan. Namun
frekuensi harmonis yang dibangkitkan oleh chopper pada sumber line juga meningkat, hal ini
dapat menyebabkan masalah interfensi terhadap sinyal control dan komunikasi.

Gambar 5.5 Chopper dengan filter masukan

Gambar 5.6 rangkaian pengganti untuk arus harmonik


Contoh 5.2 :
Diinginkan merancang chopper komutasi impulse seperti gambar rangkaian berikut
(gambar 5.7), dioperasikan dengan sumber tegangan Vs=220V dan arus beban puncak
Im=440A. tegangan keluaran minimum harus harus lebih kecil 5% Vs dan arus resonansi
puncak dibatasi menjadi 80% Im . waktu turn-off diingkan Ioff = 25 dan induktansi sumber
L=4. Hitunglah :
a. Nilai komponen LmC
b. Frekuensi chopping maksimum yang diinginkan
c. Rating semua komponen dan divais asumsikan bahwa arus ripple diabaikan.
d. Gambar 5.7 Chopper tiga thyristor impuls-commutated

Gambar 5.7 Chopper tiga thyristor impuls-commutated

Jawab :
Diketahui :
Vs = 220 V
Im = 440 A
Ioff = 25
Vo(min) = 0,05 x 220 = 11 V
L = 4
Ditanyakan :
a. LmC = ?
b. Fchopping = ?
c. Rating Komponen = ?
Penyelesaian :
a. Waktu turn-off adalah :
. .
= = ( + ) = +

Atau
. 2 . 2 22 .
( ) = 2 + ( ) =

Dengan mengsubtitusikan nilai : 25C2 29C + 625 = 0 didapatkan C=87,4 atau


28,6. Pilih nilai C terkecil yaitu 28,6 dibulatkan 30.
4
b. Tegangan lebih adalah = 44030 = 160

Tegangan Kapasitor adalah = = 220 + 160 = 380


Arus resonansi puncak adalah :
30
= 380 = 0.8 440 = 352

Atau Lm = 34,96
Misalkan nilai Lm = 35 dan arus balik

= 3530 = 101,8,
30
= 380 (440) = 25,9
30
= 220 (440) = 15

= 25,9 + 15 = 40,9.
Frekuensi chopping dapat ditentukan melalui kondisi tegangan minimum sebagai
berikut :
|| = [(220110,8) + (0,540,9)(380 + 220)106 ] = 317
Gambar 5.8 bentuk gelombang contoh 5.2

C. Penentuan rating peralatan dan piranti :


T1 : Arus rata-rata Iav = 440 A ( asumsi duty cycle k=1)
Arus puncak Ip = 440 + (0,8x 3340)=792 A
Arus rms maksimum karena beban Irms = 440 A
Arus rms karena resonansi balik.
BAB VI

DC/AC KONVERTER ( INVERTER )

6.1 PENDAHULUAN

Konverter DC/AC dikenal sebagai INVERTER. Fungsi suatu inverter adalah merubah
tegangan input DC ketegangan output AC yang simetris dengan besar frekuensi tertentu.
Tegangan keluaran dapat berbentuk tetap atau variable dan pada frekuensi tetap ataupun
variable.

Inverter sebagain luas penggunaannya dalam industry :


Variabel Speed AC Motor Drives
Inducting Heating
Standby Power Supplies
Uninterrupted Power Supplies
Ballast Elektronik
Microwave Heating
Static VAR Generators
FACTS (Flexible AC Transmission System)
Filter Daya Aktif
Penyearah

Input Inverter bias berupa : baterei, fuell-cell dan sumber DC lainnya.


Tipe keluaran :
1 fasa :
120 Volt, 60 Hz,
115 Volt, 400 Hz,
220 Volt, 50 Hz
3 fasa :
220/380 Volt, 50 Hz,
115/200 Volt, 400 Hz
120/208 Volt, 60 Hz

Inverter dapat diklasifikasikan ke dalam 2 tipe yaitu :


1. Inverter satu fasa
2. Inverter tiga fasa

Setiap tipe dibagi atas 4 kategori :


a. Pulse width modulation (PWM) inverter
b. Resonant inverter
c. Auxiliary commutated inverter
d. Complementary commutated inverter

Inverter dengan tegangan input tetap disebut Voltage-Fed Inverter (VFI)


Inverter dengan arus input tetap disebut Current-Fed Inverter (CFI)
Inverter dengan tegangan input terkontrol disebut Variable DC Linked Inverter

6.2 PRINSIP KERJA INVERTER

Suatu inverter memiliki prinsip dasar yaitu mengkonversi system arus searah ke
system arus bolak-balik. Prinsip kerja inverter seperti pada gambar 6.1(a) dimana terdiri dari
2 choppers. Bila hanya transistor Q1 menyala ON pada saat waktu T0/2 maka tegangan
instantenaous yang lewat dibeban Vo adalah Vs/2. Bila transistor Q2 menyala ON pada saat
waktu T0/2 maka nilai Vs/2 akan lewat beban. Maka rangkaian logikanya dapat dirancang
sesuai dengan Q1 dan Q2 tidak boleh dinyalakan ON bersamaan waktu. Seperti pada gambar
dengan beban R.

Tegangan beban V0 = Vs/2

Tegangan output rms :

1/2
2 /2 2
= [ 0 . ] = (6.1)
4 2

Tegangan output instantaneous dengan analisa fourir :

2
=
=1,3,5,.. sin (6.2)
Dimana = 2f0

2
Untuk n = 1 1 = = 0,45 (6.3)
2

Transistor dapat diganti dengan GTO atau forced commutated thyristor

Gambar 6.1 Inverter Jembatan Setengah (Half-Bridge) satu fasa

6.3 PENAMPILAN PARAMETER INVERTER

Keluaran suatu inverter dalam prakteknya berisi harmonic-harmonik, sehingga parameter


unjuk kerja (Performance parameters) suatu inverter adalah :

1. Harmonic factor (Faktor Harmonisa) HF, perbandingan komponen tegangan pada


harmonisa ke n dengan komponen dasar tegangan.
2. Total Harmonic Distortion (THD) mengukur kedekatan bentuk gelombang output
terhadap bentuk komponen dasar.
3. Distortion Factor (DF) ukuran tingkat keefektifan dalam menghilangkan harmonisa.
4. Lowest-Order Harmonisa (LOH), tingkat harmonisa terrendah yang frekuensi
terdekat ke frekuensi dasar dan amplitudonya lebih besar atau sama dengan 3% dari
komponen dasarnya.
Harmonic factor (HF) :


= (6.4)
1

Total harmonic distortion (THD) :

1 1/2
= ( 2
=1,2,3.. ) (6.5)
1

Distortion Factor (DF) :

1/2
1 2
= [
=1,2,3.. ( 2 ) ] (6.6)
1


= faktor didistorsi ke -n
12

Contoh 6.1 :

Sebuah inverter setengah jembatan (half-bridge) satu fasa seperti Gambar 6.1 mempunyai
beban resitif R = 2.4 dan tegangan input dc Vs = 48 volt, hitunglah :

a. Tegangan keluaran rms pada frekuensi fundamental (V1).


b. Daya keluaran inverter (P0).
c. Arus puncak dan arus rata-rata setiap transistor.
d. Tegangan puncak balik setiap transistor.
e. Total distorsi harmonic (THD).
f. Factor distorsi (DF).
g. Factor harmonic dan factor distorsi pada harmonic order paling rendah.

Jawab :

Diketahui : R = 2.4

Vs = 48 V
Ditanyakan :

a. V1 = ..?
b. P0 = ..?
c. Ip = ? Dan ID = ? Setiap transistor.
d. VB = ?
e. THD = .?
f. DF = ..?
g. Faktor harmonic dan factor distorsi pada harmonic order paling rendah, V3 = ?

Penyelesaian :

a. Dari persamaan (6.3),


2
1 = = 0,45 = 0.45. (48) = 21.6
2
b. Dari persamaan (6.1),
48
= = = 24
2 2
2 242
= = = 240
2.4
24
c. = = = 10
2.4

Karena setiap transistor membagi arus 50 % selama siklus konduksi, maka arus rata-
rata tiap transistor ID = 0.5 x 10 = 5 A
d. Arus balik puncak transistor VB = 2 x V0 = 2 x 24 = 48 V
e. Dari persamaan (6.5)

1/2
1
= ( 2 )
1
=1,2,3..

Dengan,
1/2
1/2
( 2 ) = (2 1 2 ) = 0.2176
=1,2,3..

0.2176
= = 48.34 %
0,45
f. Dari persamaan (6.6)
1/2
1 2
=
1
[=1,2,3.. ( 2 ) ]

Dimana,

1/2 1/2
2 3 2 5 2 7 2
[ ( 2) ] = [( ) + ( ) + ( ) + ] = 0.01712
3 5 7
=1,2,3..

0.01712
= = 3.804%
0.45

g. Faktor harmonic dan factor distorsi pada harmonic order paling rendah, V3 = V1/3,
HF3 = 1/3 = 33,33 % dan DF3 = 1/27= 3.704%

6.4 INVERTER JEMBATAN SATU FASA

Suatu inverter jembatan satu fasa seperti pada Gambar 6.2(a), terdiri dari 4 chopper.
Bila Q1 dan Q2 ON bersamaan, Vs muncul lewat beban, bila Q3 dan Q4 ON bersamaan,
tegangan lewat beban di reverse sebesar Vs, perhatikan gelombangnya maka tegangan
output rms :

2 /2 1/2
() = [ 0 2 . ] = (6.7)

Bila D1 dan D2 konduksi, energy kembali kesumber dc dan dikenal sebagai feedback
diodes. Gambar 6.2(c) diperlihatkan bentuk gelombang dari arus beban untuk beban induktif.

Tegangan intantanaous dalam bentuk fourier :

4
=
=1,2,3.. sin (6.8)

Untuk n = 1, tegangan komponen fundamental V1 :

4
1 = = 0,90 (6.9)
2
a. Rangkaian

b. Bentuk Tegangan
c. Bentuk Gelombang

Gambar 6.2 Inverter Jembatan penuh satu fasa

Contoh 6.2 :

Ulangi contoh soal 6.1, untuk sebuah inverter jembatan penuh (full-bridge) satu fasa seperti
Gambar 6.2 (a).

Jawab :

Diketahui :

R = 2.4

Vs = 48 V
Ditanyakan :

a. V1 = ?
b. Po = ?
c. Ip = .? Dan ID = .? Setiap transistor
d. VB = ?
e. THD = .?
f. DF = .?
g. Factor harmonic dan factor distorsi pada harmonic order paling rendah, V3
= .?

Penyelesaian :

a. Dari persamaan (6.9),


V1 = 0,9 Vs = 0.9 .(48) = 43.2 V
b. Dari persamaan (6.7),
Vo = Vs = 48 V
2 482
= = = 960
2.4
48
c. =
= 2.4
= 20

Karena setiap transistor membagi arus 50 % selama siklus konduksi, maka arus rata-
rata tiap transistor ID = 0.5 x 20 = 10 A

d. Arus balik puncak transistor VB = 48 V


e. Dari persamaan (6.5),
1 2 1/.2
= (
=3,5,7.. )
1

Dengan,

2 1/2 1/2
(
=3,5,7.. ) = ( 2 1 2 ) = 0.4352

0.4352
= = 48.34 %
0.9

f. Dari persamaan (6.6),


1/2
1 2
= [=1,2,3.. (2 ) ]
1

Dimana,

2 1/2 2 2 2 1/2
[
=1,2,3.. (2 ) ] = [( 33 ) + ( 55 ) + ( 77 ) + ] = 0.03424

0.03424 0.03424
= = 3.804 %
0.9

g. Factor harmonic dan factor distorsi pada harmonic order paling rendah adalah
harmonic ke-3, V3 = V1/3, HF3 = 1/3 = 33,33 % dan DF3 = 1/27 = 3.704 %

Catatan :

Tegangan puncak balik transistor dan kualitas tegangan untuk inverter half-bridge dan full-
bridge sama. Namun demikian untuk inverter full-bridge dengan beban resitif, daya
outputnya empat kali lebih besar dan komponen fundamental dua kali lebih dari inverter half-
bridge.

6.5 INVERTER TIGA FASA

Inverter tiga fasa umumnya dipakai untuk penggunaan daya tinggi. Inverter satu fasa penuh
atau setengah dapat dihubungkan parallel seperti Gambar 6.3.

Untuk beban delta-wye :

Untuk Beban Delta :


Tegangan phasa : tegangan line arus phasa diperoleh secara langsung dari tegangan
line to line, satu arus phasa diketahui, arus line dapat dihitung.
Untuk Beban Wye :
Tegangan line dapat dihitung untuk arus line atau arus phasa. Ada tiga mode untuk
beban R tipe wye seperti gambar 6.5 (a)

Mode 1 ( 0 t /3 ) :
Req = R + R/2 = 3R/2 (6.10)
2
1 = = (6.11)
3
1
= = = (6.12)
2 3
2
= 1 = (6.13)
3

Mode 2 ( /3 t 2/3 )
Req = R + R/2 = 3R/2 (6.14)
2
2 = = (6.15)
3

1
= = (6.16)
2 3
2
= 2 = (6.17)
3

Mode 3 ( 2/3 t )
Req = R + R/2 = 3R/2 (6.18)
2
2 = = (6.19)
3

3
= = = (6.20)
2 3

2
= 3 = (6.21)
3

Gambar 6.5(b) dapat di ekspresikan ke dalam deret fourier sebagai berikut :

4
=
=1,3,5.. cos sin ( + 6 ) (6.22)
6

4
=
=1,3,5.. cos sin ( 2 ) (6.23)
6

4 7
=
=1,3,5.. cos sin ( ) (6.24)
6 6

Kita perhatikan persamaan (6.22), (6.23), (6.24) pada harmonic kelipatan 3 ( n = 3, 9, 15)
diperoleh tegangan line-line sama dengan nol, tegangan line-line rms, diperoleh :

2 2/3 2 1/2 2
(6.25)
=[ . ( )] = =0.8165
2 0 3

Untuk n = 1 nilai rms komponen fundamental dari persamaan (6.22) sebagai berikut :
4 cos 300
1 = = 0.7797 (6.26)
2

Tegangan rms line-netral adalah :

2
= = = 0.4714 (6.27)
3 3

Gambar 6.3 Inverter tiga fasa yang dibentuk dari tiga inverter satu fasa
Gambar 6.4 Inverter Jembatan Tiga fasa
Gambar 6.5 Rangkaian ekuivalen hubungan wye

Contoh :

Suatu inverter tiga fasa seperti Gambar 6.4 mempunyai beban resistif yang terhubung bintang
(wye), R = 10 , frekuensi inverter 60 Hz dan tegangan input dc Vs = 220 V, a) uraikan
tegangan instantinous line to line, Vab (t) dan hitunglah b) tegangan line rms VL, c) tegangan
phasa rms, d) tegangan line rms pada frekuensi fundamental, e) tegangan phasa rms pada
frekuensi fundamental, f) total distorsi harmonic, g) factor distorsi, h) Faktor harmonic dan
factor distorsi pada harmonic order paling rendah, i) daya beban, P 0, j) arus rata-rata
transistor dan arus rms transistor.

Jawab :

Diketahui :

R = 10

Vs = 220 V

f0 = 60 Hz

= 2. x 60 = 337 rad/s
Ditanyakan :

a. Tegangan instantinous line to line, Vab (t) = .?


b. V1 = ?
c. Vp = ?
d. VL1= ?
e. Vp1= ?
f. THD = .?
g. DF = .?
h. Factor harmonic dan factor distorsi pada harmonic order paling rendah, V5
= .?
i. Po = ?
j. ID = ?
k. IR = ?

Penyelesaian :

a. Tegangan instantinous line to line, Vab (t),

Vab (t) = 242.58 sin (377t + 30o) 48.52 sin (377t + 30o)

-34.66 sin 7(377t + 30o) + 22.5 sin 11(377t + 30o)

+18.66 sin 13(377t + 30o) 14.27 sin 17(377t + 30o) +

()
Tegangan phasa adalah () = dengan sudut delay 30o , sehingga arus
3

phasa instantinous pada beban R = 10 ohm adalah,

Ia (t) = 14 sin(377t) 2.801 sin 5(377t) 2sin 7(377t)

11.273 sin 11(377t) + 1.007 sin 13(377t)

0.824 sin 17(377t) +

b. Dari persamaan (6.25),

VL = 0.8165Vs = 0.8165.(220) = 179.63 V

c. Dari persamaan (6.27),

Vp = 0.4714Vs = 0.4714.(220) = 103.7 V


d. Dari persamaan (6.26),

VL1 = 0.7797 Vs = 0.7797.(220) = 171.53 V


1
e. = = 99.03
3

f. Dari persamaan (6.26)

VL1 = 0.7797 Vs

1/2
2 1/2
( ) = ( 2 1 2 ) = 0.2423
=5,7,11

0.24236
= = 31.08 %
0.7797

1/2 1/2
2 5 2 7 2 11 2
g. [=5,7,11 (2 ) ] = [( 5 ) + ( 7 ) + ( 11 ) + ] = 0.00668

0.00668
= = 3.857 %
0.7797

h. Faktor harmonic dan factor distorsi pada harmonic order paling rendah adalah

harmonic ke 5, sehingga VL5 = VL1 / 5, HF5 = 1/5 = 20% dan DF5 = 1/125 = 0.8%

i. Untuk beban yang terhubung wye arus saluran sama dengan arus phasa dan arus line

rms IL = Vp/10 = 103.7/10 = 10.37 A, sehingga,

Po = 3.Vp.Ip = 3.(103.9).(10.37) = 3226.4 W


3226.4
j. = = = 14.67
220

ID = 14.67/3 = 4.89 A
10.37
k. = = = 7.33
2 2

6.6 PENGENDALI TEGANGAN PADA INVERTER SATU FASA


Pada kebanyakan aplikasi industry, selalu diinginkan untuk mengontrol tegangan
keluaran dari inverter dengan maksud :
1. Untuk mengatasi variasi tegangan input dc
2. Untuk regulasi tegangan inverter
3. Untuk tegangan dan frekuensi tetap

Ada beragam teknik untuk variasi keluaran inverter, namun secara umum teknik yang
digunakan adalah sebagai berikut :

1. Single pulse modulation


2. Multi pulse width modulation
3. Sinusoidal pulse width modulation
4. Modified sinusoidal pulse width modulation
5. Phase displacement control

6.6.1 Single Pulse Widht Modulation

Pada Single Pulse Widht Modulation hanya ada satu pulsa persetengah siklus dan
lebar pulsa divariasi untuk mengontrol keluaran inverter. Gambar 6.6 diperhatikan bentuk
gelombang sinyal gerbang dan tegangan keluaran dari inverter jembatan penuh satu fasa.
Sinyal-sinyal gerbang secara umum dibandingkan antara sinyal referensi (bentuk rectangular)
pada amplitude Ar, dengan sinyal pembawa (bentuk triangular) pada amplitude Ac,
Perbandingan antara AR dan AC adalah variable control yang dikenal sebagai indeks modulasi
(modulation index/M).


= (6.28)

Tegangan output rms,

2 (+)/2 1/2
= [2 ()/2 2 . ()] = (6.29)

Tegangan output dalam deret fourier ,

4
() =
=1,3,5.. sin sin (6.30)
2
Gambar 6.6 Single Pulse Widht Modulation

6.6.2 Multi Pulse Widht Modulation

Keberadaan harmonic dapat direduksi dengan menggunakan beberapa pulsa disetiap


setengah siklus dari tegangan keluaran. Secara umum sinyal gerbang untuk turn on dan turn
off ditunjukkan pada gambar 6.7(a). Tipe modulaasi ini juga disebut Uniform Pulse Widht
Modulation (UPWM). Jumlah pulsa per setengah siklus dihitung :


= (6.31)
2

Dengan fc adalah frekuensi carier / pembawa, fo adalah frekuensi output dan N adalah jumlah
pulsa per setengah siklus.

Variasi indeks modulasi M dari 0 sampai 1, variasi lebar pulsa dari 0 sampai /p dan
tegangan keluaran dari 0 sampai Vs. Bentuk tegangan keluaran dari Single Pulse Widht
Modulation ditunjukkan pada Gambar 6.7(b)
Jika adalah lebar setiap pulsa, maka tegangan-tegangan keluaran :

1/2
2 ( +)/2
2
= [2 . ()] = (6.32)
( )/2

Tegangan keluaran dalam deret fourier.

() =
=1,3,5( cos + sin ) (6.33)

Gambar 6.7 Multiple Pulse Widht Modulation

Dengan koefisien,

4
= =1 sin cos( + /2) (6.34)
2

4
= =1 sin sin( + /2) (6.35)
2

6.6.3 Sinusiodal Pulse Width Modulation

Tipe modulasi ini umumnya digunakan pada aplikasi industry dan dikenal dengan
singkatan SPWM. Kelebihan tipe ini disbanding dengan Multiple Pulse Widht Modulation
adalah factor distorsi dan harmonic order rendah tereduksi secara signifikan. Bentuk
gelombangnya ditunjukkan pada gambar 6.8.
Gambar 6.8 sinusiodal pulse width modulation

Tegangan keluaran dapat divariasikan dari 0 sampai Vs dengan variasi indeks modulasi M
dari 0 sampai 1. Seperti persamaan (6.33) dikembangkan, sehingga tegangan keluaran rms,

1/2
= (=1 ) (6.36)

Tegangan keluaran dalam deret fourier,

() =
=1,3,5( cos + sin ) (6.37)

Dengan koefisien,

4
= =1 [sin( + ) sin ] (6.38)

4
= =1 [cos cos ( + )] (6.39)
6.6.4 Modified Sinusioadal Pulse Width Modulation

Tipe modulasi ini dikenal sebagai MSPWM dan bentuk gelombang ditunjukkan pada
gambar 6.9. Tipe ini modifikasi dari karakteristik gelombang sinus dengan teknik SPWM
yang mana gelombang carrier diaplikasikan 60o selama interval stengah siklus. ( contoh 0 ke
60o dan 120o ke 180o). Jumlah pulsa q pada periode 60o secara normal berhubungan dengan
ratio frekuensi, pada inverter tiga fasa dirumuskan :

= 6 + 3 (6.40)

Gambar 6.9 Modified Pulse Width Modulation

6.6.5 Phase Displacement Control


Pengendali tegangan bias didapatkan dari penggunaan multi inverter dan penjumlahan
tegangan keluaran pada masing-masing inverter. Inverter jembatan penuh satu fasa yang telah
diuraikan sebelumnya dapat dikatakan sebagai penggabungan dua inverter setengah
jembatan. Gambar 6.10, menunjukkan tegangan keluaran dan sebuah pergeseran phasa 180o
dengan sudut tunda . Tegangan keluaran rms dapat dinyatakan sebagai :
Vao
t

180o 360o

180o 360o

180o 360o

t
o
360
180o

180o
t
360o

Gambar 6.10 Phase Displacement Control


= (6.41)

2
=
=1,3,5 sin (6.42)

2
=
=1,3,5 sin ( ) (6.43)

Tegangan keluaran sesaat,

2
= 0 0 =
=1,3,5 [sin sin ( )] (6.44)

4
=
=1,3,5 sin cos ( /2) (6.45)
2

Nilai rms tegangan fundamental,

4
1 = sin 2 (6.46)
2
Persamaan (6.46) mengindikasikan bahwa tegangan keluaran dapat divariasikan
dengan mengatur sudut delay . Tipe pengendalian ini secara khusus digunakan untuk
aplikasi daya tinggi dengan sejumlah transistor atau thyristor besar disusun paralel.
BAB VII
MULTI KONVERTER AC-DC

7.1 PENDAHULUAN
Multi converter merupakan gabungan dari converter AC-DC, converter AC-AC,
Konverter DC-DC, dan koverter DC-AC yang memiliki fungsi sebagai sumber AC dan
sumber DC. Dalam hal pemakaian sangat tergantung setiap beban, apakah bersifat beban DC
Multi-konverter adalah salah satu bagian penggunaan elektronika-Daya yang
berhubungan dengan penggunaan piranti-piranti converter, terutama dalam pemamfaatan
dalam industry dengan kapasitas yang luas. Pada gamabar berikut gambar 7.1 adalah pola
system gambaran tentang ruang lingkup pemamfaatan Multi-Konverter pada beban tertentu,
terutama pada beban Industri.

Penyearah Penyearah

~ =
= ~
AC ke DC DC ke AC

Aliran Daya

DC - CHOPPER Regulator AC

= ~
= ~
DC ke DC AC ke AC

Gambar 7.1 Ruang Lingkup Multi-Konverter

7.2 RUANG LINGKUP MULTI-KONVERTER


Dari ke 4 konverter dasar tersebut, maka untuk memproses menjadi multi-konverter
ada beberapa kemungkinan yang bias dirancang seperti berikut
1. Konverter AC-AC = Konverter AC-DC
2. Konverter AC-DC = Konverter DC-DC
3. Konverter DC-DC = Konverter DC-AC
4. Konverter AC-AC = Konverter AC-DC = Konverter DC-DC
5. KOnverter AC-AC = Konverter AC-DC = Konverter DC-DC =
Konverter DC-AC
Dari ke-4 modul multi-konverter tersebut dapat menghasilkan karateristik yang
memiliki kapasitas daya yang sesuai dengan beban, maka gambaran umum untuk multi
converter dapat dilihat pada gambar 7.2 berikut.

~ ~ = =
~ = = ~

~ = = ~
Motor AC Motor DC Motor DC Motor AC

Gambar 7.2 Multi Konverter Daya Listrik

Dengan Proses dan kombinasi dari converter dasar yang 4 tipe tersebut, bila
dikombinasi untuk siklus konversi daya listrik dan dengan untuk beban yang dibutuhkan
dapat dilihat pada sirkulasi koversi daya-listrik pada gambar 7.3

Keterangan :
1. Beban Motor AC
2. Beban Motor DC
3. Beban RLC
4. Beban Lampu
AC

DC

AC DC

AC DC

AC

DC

Gambar 7.3 Gambaran Umum Multi Konverter untuk siklus konversi daya listrik

Contoh 7.1
Suatu Konverter AC-AC dikonversi dengan converter AC-DC. Tegangan Input pada
converter AC-AC adalah = , dihubung dengan beban R pada converter AC-DC,
dimana R=10 Ohm. Hitunglah :
a. Tegangan output converter AC-AC
b. Tegangan Output Konverter AC-DC
c. Daya output
d. Gambar diagram gelombang

AC AC

~ ~ ~ R
~
AC
DC

Tegangan Input pada converter AC-AC


= = 2

Bila mana memiliki duty-Cycle = +

I. Analisis :
a. Diketahui : R= 10 Ohm
Vs= 120v, 60Hz
M= 75 Cycle, n=25 cycles
b. Ditanyakan :
1.(Vo)rms
2.PF
3.Irms

II. Rencana : = (+) , = = +

= 2 , = , = /
= /
III. Penyelesaian:
a. Diposisi converter AC-AC

25
( ) = = = 120 = 60
+ 75 + 25
( ) 60
( ) = = = 6
10
b. = 2 = 62 10 = 360
Input Volt ampere = = = = 1206 = 720
360
= = 0,5()
720
BAB VIII
ELEKTRONIKA DAYA DALAM POWER SUPPLY

8.1 PENDAHULUAN

Power supply banyak dipakai secara intensif di industry, kebanyakan memiliki


spesifikasi sebagai berikut :

1. Mengisolasi antara sumber dan beban


2. Muatan daya tinggi untuk mengurangi ukuran dan berat
3. Pengontrolan arah aliran daya
4. Efesiensi konversi tinggi
5. Gelombang input/output dengan distorsi harmonic rendah untuk filter kecil
6. Mengontrol factor daya jika sumber tegangannya AC

Power supply dapat dikategorikan kedalam 2 (dua) tipe yaitu :

1. Power Supply DC
2. Power Supply AC

8.2 POWER SUPPLY DC

Berdasarkan jenis teknik konversi dan arah pengendalian daya, power supply DC
dibagi kedalam 3 (tiga) tipe yaitu :

1. Switched-mode DC power Supply


2. Resonant DC Power Supply
3. Bidirectional DC Power Supply

8.2.1 Switched-Mode DC Power Supply

Switched-mode DC power Supply dapat dibagi menjadi 4 (empat) kategori yaitu :

1. Flyback converter dan flyback converter with reset winding


2. Push-pull converter
3. Half bridge converter
4. Full-bridge converter
Persamaan untuk rangkaian flyback reset winding


= (1 + ) (8.1)

1
= = (8.2)

Dimana Np adalah jumlah belitan primer transformator, Np adalah jumlah belitan reset dan ar
adalah ratio belitan.

Gambar 8.1 Konfigurasi Switched-mode DC power Supply

Konfigurasi push-full sebagaimana pada 8.1(c). Ketika transistor Q1 turned on Vs muncul


lewat setengah di primer trafo, ketika Q2 turned on Vs lewat setengah yang lain dari
transformator. Tegangan diprimer bergerak dari -Vs ke Vs. Arus rata-rata transformator
idealnya adalah nol.

Tegangan output rata-ratanya adalah,


= 2 = 1 = . 1 = (8.3)

Transistor Q1 dan Q2 beroperasi 50% selama satu siklus sehingga,

Tegangan rangkaian terbuka Voc = 2Vs,

Arus rata-rata dari transistor IA = Is/2

Arus puncak transistor Ip = Is

Rangkaian Half bridge converter ditunjukkan pada Gambar 8.1(d). Ketika transistor Q1 turned
on Vs/2 muncul lewat setengah di primer trafo, ketika Q2 turned on, tegangan balik Vs/2
lewat setengah diprimer trafo. Tegangan diprimer bergerak dari Vs/2 ke Vs/2

Tegangan rangkaian terbuka Voc = Vs

Arus rata-rata dari transistor IA = Is

Arus puncak transistor Ip = 2 Is

Tegangan output rata-rata adalah,



= 2 = = . 1 = 0.5 (8.4)
1

Rangkaian Full Bridge converter ditunjukkan pada Gambar 8.1(e). Ketika transistor
Q1 dan Q2 turned on, Vs lewat diprimer trafo, ketika transistor Q3 dan Q4 turned on,
transistotegangan balik primer sebesar Vs.

Tegangan rangkaian terbuka,

Arus rata-rata dari transistor,

= /2

Arus puncak transistor,

=
Tegangan output rata-rata adalah,

= 2 = 1 = . 1 = (8.5)

8.2.2 Resonant DC Power Supply

Jika variasi keluaran tegangan DC tidak luas, inverter pulsa resonant dapat digunakan.
Konfigurasi resonant DC power supply dapat dilihat pada gambar 8.2

a) Half-Bridge Inverter

b) Full-Bridge Inverter

Gambar 8.2 Konfigurasi Resonant DC Power Supply

8.2.3 Bidirectional DC Power Suppply

Dalam beberapa aplikasi seperti charging dan discharging baterei, dapat digunakan
Bidirectional DC Power Supply seperti ditunjukkan pada Gambar 8.3. Arah aliran daya
ditentukan oleh nilai Vo, Vs, dan perbandingan belitan transformator ( a = Ns/Np). Untuk
aliran daya dari sumber ke beban, inverter dioperasikan dalam mode inversion, jika :

0 < (8.6)

Untuk aliran daya dari output ke input, inverter dioperasikan sebagai penyearah, jika :

0 < (8.7)

Gambar 8.3 Konfigurasi Bidirectional DC Power Supply

ambar 8.4 Konfigurasi system UPS


8.3 POWER SUPPLY AC

Sama halnya dengan power supply DC, power supply AC dibagi kedalam tiga tipe yaitu :

1. Switched-Mode AC Power Supply


2. Resonant AC Power Supply
3. Bidirectional AC Power Supply

8.3.1 Switched-Mode AC Power Supply

Ukuran trafo pada Gambar 8.4 dapat mereduksi frekuensi tinggi dari dc link separti
ditunjukkan pada Gambar 8.5

Gambar 8.5 Konfigurasi Switched-Mode AC Power Supply

8.3.2 Resonant AC Power Supply

Konfigurasi resonant AC Power Supply dapat dilihat seperti pada Gambar 8.6

Gambar 8.6 Konfigurasi Resonant AC Power Supply


8.3.3 Bidirectional AC Power Supply

Konfigurasi Bidirectional AC power supply dapat dilihat seperti pada Gambar 8.7

Gambar 8.7 Konfigurasi Bidirectional AC Power Supply

Contoh 8.1 :

Tegangan rata-rata DC dari power supply push-pull seperti Gambar 8.1(c), Vo = 24 V, beban
resistif R = 1 , tegangan jatuh pada transistor Vt = 1.2 V dan tegangan jatuh pada diode Vd =
0.7 V, factor belitan trafo a = 0.25. Hitunglah :

a. Arus input rata-rata, Is


b. Efisiensi,
c. Arus rata-rata transistor, IA
d. Arus puncak transistor, Ip
e. Arus rms transistor, IR

Jawab :

Diketahui :

Vo = 24 V

R=1
Vt = 1.2 V

Vd = 0.7 V

a = 0.25

Ditanyakan :

a. Arus input rata-rata, Is = ..?


b. Efesiensi, = ..?
c. Arus rata-rata transistor, IA = ?
d. Arus puncak transistor, Ip = .?
e. Arus rms transistor, IR = ..?

Penyelesaian :

a. Io = Vo/R = 24/1 = 24 A
Po = Vo, Io = 24.(24) = 576 W
Tegangan sekunder,
V2 = Vo+ Vd = 24 + 0.7 = 24.7 V
Tegangan Primer,
V1 = V2/a = (24.7)/0.25 = 98.8 V
Tegangan input,
Vs = V1 + Vt = (98.8(1.2) = 100 V
Daya Input,
Pi = Vs. Is = 1.2 IA + 1.2 IA + Vd.Io + Po
Substitusi Ia = Is /2, diperoleh
Is (99.2 1.2) = (0.7 x 24) + 576
Is = (92.8) / (98) = 6.048 A
b. Pi = Vs . Is = 100 x 6.048 = 604 W sehingga
Efisiensi, = 576 / 604 = 95.3 %
c. IA = Is /2
d. Ip = Is = 6.048 A
e. = . = 0.5. (6.048) = 4.276
f. Voc = 2 Vs = 2 x 100 = 200 V
BAB IX
ELEKTRONIKA DAYA DALAM MOTOR LISTRIK DC

9.1 PENDAHULUAN

Motor DC memiliki karateristik variable dan dipakai secara intensif untuk penggerak
kecepatan variable. Motor DC dapat memberikan torka star tinggi dan sangat mngkin
diperoleh control kecepatan dalam skala luas.metode control kecepatan secara normal lebih
sederhana dan lebih murah dibandingkan dengan penggerak AC. Industry modern dengan
kombinasi AC/DC, DC/AC converter akan didapatkan tegangan tepat.
Penggerak DC dapat diklarifikasian sebagai berikut :
1. Penggerak DC satu fasa (Single-pahase dc droves)
2. Pengaruh DC chopper (chopper dc drives)
3. Penggerak dc tiga fasa(single three phase drives

9.2 KARATERISTIK DASAR MOTOR DC


Sebuah motor dc berpenguatan bebas memiliki rangkaian ekuibalen seperti gambar
9.1. persamaan dan karateristik motor DC berpengaruh bebas seperti pada gambar 9.1 sebagai
berikut :

Gambar 9.1 Rangkaian ekuivalen motor DC berpenguatan bebas



= . + (9.1)


= . + + (9.2)


= . + (9.3)

= . . (9.4)

= + + (9.5)

Dimana :
= Kecepatan motor (rad/s)
B = Koefisien gesek (N.m/rad/s)
Kv = Konstanta tegangan (V/A-rad/s)
La = Induktansi jangkar (H)
Lf = Induktansi medan (H)
Ra = Tahanan jangkar ()
Rf = Tahanan medan ()
TL = Torka beban (N.m)
If = Arus medan (A)
Ia = arus jangkar (A)
eg = Tegangan emf balik (V)

Kondisi Steady state :


= . (9.6)
= . + = . + (9.7)
= . . = + (9.8)
Daya yang berbentuk,
= . (9.9)

Kecepatan motor,

= = (9.10)
/

Oleh karena itu, sesuai dengan persamaan (9.10), maka kecepatan motor ditentukan
berdasarkan.
1. Mengatur tegangan armature, Va dikenal sebagai control tegangan
2. Mengatur arus medan, If dikenal sebagai control medan.
3. Mengatur torka yang terhubung dengan ,
Ketiga cara control diatas disebut sebagai control dasar. Dalam prakteknya untuk kecepatan
yang lebih kecil kecepatan dasar, arus jangkar dan arus medan diusahakan tetap.

Gambar 9.2 Karateristik motor DC berpenguatan bebas

Untuk motor DC tipe seri rangkaian ekuivalen seperti gambar 9.3(a) dan karateristiknya
seperti pada gambar 9.3(b).

Gambar 9.3 a) Motor DC tipe seri,


B) Karateristik motor DC tipe seri

Persamaan matematis berdasarkan rangkaian motor DC tipe seri tersebut sebagai berikut :
= (9.11)
= . + = . + (9.12)
= . + + (9.13)

9.3 PENGGERAK DC SATU FASA (Single-Phase-Dc-Drives)


Penggerak DC satu fasa dibagi atas 4 (Empat) kelompok yaitu :
1. Single-phase half-wave-converter Drives (Penggerak converter satu fasa
setengah gelombang)
2. Single-Phase-Converter Drives (Penggerak converter satu fasa penuh)
3. Single-Phase Full-Coonverter Drivers (Penggerak converter satu fasa penuh)
4. Single-Phase dual-converter Drives (Penggerak dual converter satu fasa)

Gambar 9.4 Rangkaian Dasar Dari single-Phase-DC-Drives.

9.3.1 Single-Phase Half-Wave-Converter Drives


Gambar rangkaian, bentuk gelombang dari single-Phase Half-Wave-Converter Drives
ditunjukkan pada gambar 9.5
Persamaan rangkaian,

= ( + ) Untuk 0 (9.14)
2

= ( + ) Untuk 0 (9.15)

Dimana :
= Tegangan Jangkar rata-rata
= Tegangan Medan rata-rata
= Tegangan puncak dari sumber AC
Gambar 9.5 Single-Phase Half-Wave-Converter Drives

9.3.2 Single-Phase semikonverter-Drives


Gambar rangkaian, bentuk gelombang dari single-Phase semikonverter Drives
ditunjukkan pada gambar 9.6
Persamaan rangkaian,

= (1 + cos ) Untuk 0 (9.16)


= (1 + cos ) Untuk 0 (9.17)

Gambar 9.6 Single-Phase semi converter Drives.


9.3.3 Single-Phase Full-Converter Drives
Gambar rangkaian, bentuk gelombang dari single-phase full-converter Drives
ditunjukkan pada gambar 9.7

Gambar 9.7 Single-Phase full-converter Drives.


Persamaan rangkaian,

= cos Untuk 0 (9.18)

2
= cos Untuk 0 (9.19)

9.3.4 Single-Phase Dual-Converter Drives


Gambar rangkaian, bentuk gelombang dari single-phase dual-converter Drives
ditunjukkan pada gambar 9.8

Gambar 9.8 Single-Phase dual-Converter Drives.


Persamaan rangkaian,
Jika converter 1 beroperasi pada sudut delay , Maka :
2
= cos Untuk 0 2

(9.20)
Jika converter 2 beroperasi pada sudut delay 2 , maka :
2
= cos 2 Untuk 0 2

(9.21)
Dimana 2 = 1 dan
2
= cos Untuk 0

(9.22)
BAB X
ELEKTRONIKA DAYA DALAM MOTOR LISTRIK AC

10.1 PENDAHULUAN
Motor AC memiliki keuntungan :
Ringan (20%-40%) dibandingkan dengan motor DC
Murah
Perawatan/Maintenance rendah
Pengaturan kecepatan motor AC dapat dilakukan dengan :
1. Kontrol frekuensi
2. Control tegangan
3. Control arus
Converter daya, inverter dan control tegangan AC dapat mengontrol :
Frekuensi
Tegangan
Arus
Ada 2 (dua) tipe penggerak AC yaitu :
1. Motor penggerak induksi
2. Motor penggerak Sinkron

10.2 PENGGERAK MOTOR INDUKSI


Motor adalah tiga fasa secara umum dipakai pada pengaturan kecepatan dan memiliki
belitan tiga fasa pada rotot dan startor. Gambar 10.1 adalah rangkaian ekuivalen motor AC.
Kecepatan medan sinkron,
2
= (10.1)

Tegangan fasa stator,


= 2 sin (10.2)
Fluks lingkage,
() = cos( + ) (10.3)
Tegangan induksi per fasa pada belitan rotor,

= = ( [ + ])

= ( )[( ) ] (10.4)
= ( )
= 2 ( )
dimana,
Nr = Jumlah belitan rotor/fasa
t = Kecepatan sudut rotor
= Posisi relative rotor
Er = Tegangan rms induksi rotor
Bila ada slip,

= + + (10.5)

Gambar 10.1 Rangkaian Ekuivalen Motor AC

10.2.1 Karateristik Performance


Rugi chopper stator,
= 3. 2 . (10.6)

Rugi chopper motor,


= 3. 2 . (10.7)
Rugi Inti,
2
3 32
= = (10.8)

Daya Celah,

= 3. 2 . (10.9)

Daya terbentuk,

= = 32 . (1 ) (10.10)

Daya Input,
= 3 = + + (10.11)
Daya ouput,
0 = (10.12)
Efisiensi,

= = (10.13)
1 + +

Bila ( + ) , ,
(1)
= = (10.14)

10.2 Pendekatan rangkaian ekuivalen per fasa


Impedansi input dari motor,

( + )+ ( + )

= (10.15)
+ +( + + )

Faktor daya motor,



+ + +
= tan1 + + tan1 (10.16)
+ /

Arus rotor,

= [( 2 2 1/2
(10.17)
+ /) +( + ) ]

Subtitusi persamaan (10.17) ke persamaan (10.11) dan (10.12) diperoleh,


32 2
= 2 +( + )2 ]
(10.18)
2 [( + /)

Saat star = 0 = 1,
32 2
= 2 2 1/2
(10.19)
2 [( + /) +( + ) ]

Gambar 10.3 Karakteristik Torsi-Kecepatan

= 0,


= 2 1/2 (10.20)
[ +( + )2 ]
Jika S = Sm maka,
32
= (10.21)
2 [ + +( + )2 ]

Jika S = -Sm maka torsi regenerating,


32
= (10.22)
2 [ +2 +( + )2 ]

Bila Rs Kecil diandingkan impedansi rangkaian, maka


3 2
= 2
(10.23)
[( / )+( + ) ]

3 2
= 2 (10.24)
2 [ +( + )2 ]

= (10.25)
+

32
= = 2 (10.26)
( + )

Dari persamaan (10.23),(10.24) dan dilanjutkan dengan persamaan (10.26) diperoleh,


2 ( + ) 2

= [( 2 2
= 2 +1 (10.27))
+ ) +( / ) ]

Dan,
2 2 ( + )
2
= 2 +( = 2 +1 (10.28)
+ )2

Bila s < 1, S2 << S2 m maka


2 2( )
= = (10.29)

Maka kecepatan sebagai fungsi torka adalah,



= (1 2 ) (10.30)

Kecepatan dan torsi dari motor induksi dapat dirubah oleh salah satu metode berikut :
1. Pengaturan tegangan stator
2. Pengaturan tegangan rotor
3. Pengaturan frekuensi
4. Pengaturan frekuensi dan tegangan stator
5. Pengaturan arus stator
6. Pengaturan tegangan, arus dan frekuensi
10.2.2 Pengaturan Tegangan Stator
Persamaan (10.18) mengintimidasikan bahwa torsi proporsional dengan kuadrat
tegangan stator dan penurunan kecepatan. Bila tegangan terminal adalah penurunan bVs
maka persamaan (10.18) dikembangkan menjadi,

32 ( )2
= 2 2
dimana b I
2 [( + / )+( + ) ]

= =

= (10.31)

Gambar 10.4 Karakteristik Kecepatan Torsi Dengan Pengaturan Tegangan Stator

10.2.3 Pengaturan Tegangan Rotor


Pada belitan rotor, tahana 3 fasa eksternal dihubungkan untuk slip ring seperti
ditunjukkan gambar 10.5 tahanan 3 fasa bias diganti dengan penyearah diode 3 fasa dan
sebuah chopper seperti ditunjukkan gambar 10.6(a), dimana GTO dipoerasikan sebagai
sebuah saklar chopper. Nduktor Ld, arus sumber sebenarnya Id dan pengaturan tahanan efektif
chopper dirumuskan sebagai,
= (1 )
(10.32)
Dimana k adalah selama siklus chopper. Kecepatan dapat diatur dengan pengaturan k.

Gambar 10.5 Pengaturan kecepatan dengan resistor pada rotor

Gambar 10.6 Kontrol Slip Daya


10.2.4 Pengaturan Frekuensi
Kecepatan dan torsi motor induksi dapat dikontrol dengan merubah frekuensi sumber.
Jika tegangan sumber dijaga tetap pada nilai ratingnya maka frekuensi dapat direduksi
dibawa nilai ratingnya, maka fluks akan meningkat, hal ini dikenal celah fluks saturasi dan
parameter motor lainnya seharusnya tidak dipertimbangkan untuk menghitung karateristik
kecepatan-torsi, pada frekuensi rendah, reaktansi akan meningkat dan arus motor menjadi
tinggi. Tipe pengaturan frekuensi seperti ini tidak digunakan
Jika frekuensi meningkat diatas ratingnya, fluks dan torsi seharusnya menurun. Jika
kecepatan sinkron berada pada frekuensi rating disebut control dasar. Kecepatan sinkron dan
frekuensi menjadi,
=

= (10.33)

Dan torsi menjadi,


3 2
= [( 2 2 (10.34)
+ /) +( + ) ]

Karateristik kecepatan-torsi ditunjukkan seperti pada gambar 10.7 untuk variasi nilai , torsi
maksimum pada kecepatan dasar,
32
= 2 (10.35)
( + )

Torsi maksimum pada frekuensi lain,


3 2
= 2 ( ) (10.36)
( + )

Slip maksimumnnya,

= ( + (10.37)
)

1
= (10.38)
2

2 = (10.39)

Dari persamaan (10.38 dan 10.39) disimpulkan torsi maksimum proporsional dengan kuadrat
frekuensi
Gambar 10.7 Karakteristik Kecepatan-Torsi Dengan Pengaturan Frekuensi

10.2.5 Pengaturan Tegangan dan Frekuensi


Jika tegangan frekuensi dijaga konstan, maka fluks juga menjadi konstan. Torsi
maksimum independen terhadap frekuensi, sehingga dapat dijaga konstan. Pada frekuensi
rendah fluks celah udara mereduksi impedansi stator dan tegangan meningkat untuk menjaga
level torsi, hal ini dikenal sebagai control Volt/Hertz. Jika = dan rasio tegangan
frekuensi tetap, maka-

= (10.40)

Torsi menjadi,
3 2 2 ( )
= 2 ( 2 2
(10.41)
+ ) +[( )( + )]

Dan slip untuk torsi maksimum,



= 2 2 1/2 (10.42)
[( + )( + )]

Karateristik kecepatan-torsi ditunjukkan pada gambar 10.8, dengan mengatur


tegangan dan frekuensi, maka torsi dan kecepatan dapat diatur seperti hubungan persamaan
diatas. Secara normal torsi dijaga konstan dengan variasi tegangan.
Gambar 10.8 Karakteristik Kecepatan-Torsi Dengan Pengaturan Tegangan/Frekuensi

Gambar 10.9 adalah rangkaian pengatur tegangan dan frekuensi yang mungkin dapat
disusun dari fixed dan PWM inverter, variable dc dan inverter, variable dc dual converter dan
inverter.

Gambar 10.9 Karateristik kecepatan-torsi engan pengaturan tegangan/frekuensi.


10.2.6 Pengatur Arus
Torsi pada motor induksi dapat dikontrol dengan mengatur arus rotor. Karateristik
kecepatan-torsi dengan pengaturan arus rotor dapat dilihat pada gambar 10.10 arus rotor
didapat dari persamaan,

= = < 1 (10.43)
+ +( + + )

Torsi,
3 ( )2
= 2 [( 2 2
(10.44)
+ /) ( + + ) ]

Torsi Star (s=1)


3 ( )2
= 2 [( 2 2
(10.45)
+ /) ( + + ) ]

Torsi, Td

I1 > I2 > I3 > I4

Gambar 10.10 Karakteristik Kecepatan-Torsi Dengan Pengaturan Arus Rotor

Slip untuk torsi maksimum,



= 2 1/2 (10.46)
[ +( + + )2 ]

= (10.47)
+

Torsi maksimum ( s=Sm ),


2
3 32
= 2 2 = 2[ 2 (10.48)
[ + ] + ]
Gambar 10.11 current-source inductor motor drive

10.2.7 Pengaturan tegangan, Arus, dan Frekuensi


Karateristik Kecepatan torsi pada motor induksi bergantung pada tipe pengaturan. Hal ini
diperlukan untuk mengatur tegangan, arus dan frekuensi untuk mendapatkan torsi dan
kecepatan yang diinginkan. Ada tiga cara pengaturan pada motor induksi yaitu :
1. Kecepatan dapat diatur dengan pengaturan tegangan/arus pada torsi konstan
2. Motor induksi dioperasikan pada arus konstan dan slip diatur.
3. Kecepataan diatur dengan frekuensi yang mereduksi arus stator.
BAB XI
ELEKTRONIKA DAYA DALAM MOTOR STEPPER
11.1 PENDAHULUAN
Motor step merupakan suatu alat digital yang operasinya berdasarkan prinsip
reluktansi atau motor sinkron, dimana inputnya merupakan suatu rangkaian pulsa (train of
pulses) dan output yang dihasilkan adalah :
Putaran poros motor sebesar sudut tertentu dari posisi awalnya, baik
dalam arah jarum jam maupun kebalikannya
Putaran poros motor dengan kecepatan tertentu dalam arah jarum jam
maupun kebalikannya.
Dalam hal tersebut diatas, maka jumlah pulsa dari suatu rangkaian pulsa yang menjadi
input dari motor step akan menentukan besarnya perubahan posisi sudut dari poros motornya,
sedang frekuensi pulsanya akan menentukan kecepatan putarannya.
Motor step mempunyai dua bagian utama yaitu rotor dan stator, dengan 2, 3 dan 4
phase kumparan yang terdistribusi secara seragam dalam slot-slot pada statornya. Gambar
11.10.2014
Step angle = sudut langkah = 360o/(sn)
S = jumlah staks
N = gigi setiap stak

Gambar 11.1 Skematis motor step (peramanent magnet)


11.2 MODE SWITCHING (Step Putaran Sebesar 90o)
Ada beberapa switching mode yang biasa dilakukan untuk mendapatkan step putaran
yang dikehendaki, misalnya step putaran sebesar 90o atau putaran 45o.
a. Mode Switching A (Step Putaran Sebesar 90o)

Gambar 11.2 Mode switching A untuk memutar rotor searah dengan jarum jam dan
step perputaran sebesar 90o.
Tabel 11.1 Mode Switching A untuk memutar jarum jam dan step perputaran sebesar
90o.
Terminal
STEP
T1 T2 T3 T4
1 + -
2 + +
3 - +
4 -
5 + -

Tabel 11.2 Mode switching A untuk mendapatkan putaran rotor berlawanan dengan
arah putaran jarum jam
Terminal
STEP
T1 T2 T3 T4
1 + -
2 - +
3 - +
4 + -
5 + -
Dengan mode switching A rotor akan berputar dengan step perputaran sebesar 90o.
Perpindahan tegangan positif dan negative dari satu terminal ke terminal lainnya
untuk menghasilkan putaran rotor yang searah dengan jarum jam.(lihat table 11.1)

Untuk mendapatkan arah putaran yang berlawanan dengan arah putaran jarum jam
dengan mode switching A ini, maka tegangan positif dan negative dari catu daya
harus dipindahkan dari satu terminal ke terminal lain seperti yang ditunjukkan dalam
table 11.2

b. Mode Switching B
Pada mode switching B step perputaran rotor yang dihasilkan adalah 90o,seperti
halnya pada mode switching A

Gambar 11.3 Mode Switching B.


Dimana satu step ekuivalen dengan putaran sebesar 90o dan arah putarannya searah
jarum jam.
Tabel 11.3 Mode switching B, dengan step perputaran 90o dan arah putaran searah
dengan arah putaran jarum jam.
Terminal
STEP
T1 T2 T3 T4
1 + + - -
2 - + + -
3 - - + +
4 + - - +
5 + + - -

Dalam gambar 11.3 dan table 11.3 ditunjukkan mode switching B dengan 2 kutub
stator dieksitasi secara bersamaan dan menghasilkan putaran rotor searah dengan
jarum jam dengan step perputaran sebesar 90o.

c. Mode Switching C
Mode switching C merupakan gabungan dari mode switching A dan mode switching
B yang dapat menghasilkan step perputaran rotor sebesar 45o.

Tabel 11.4 Mode switching C. satu step sama dengan putaran rotor sebesar 45o dan
arah putaran searah dengan arah putaran jarum jam.

Terminal
STEP
T1 T2 T3 T4
1 + -
2 + + -
3 + -
4 - + + -
5 - +
6 - - + +
7 - +
8 + - - +
9 + -
Gambar 11.4 Mode switching C Satu step sama dengan putaran rotor sebesar 45o dan
arah putaran searah dengan arah putaran jarum jam.

d. Mode Switching D, E, F dan G


Proses switching tersebut akan menjadi sederhana bila motor step dilengkapi dengan
center tap pada kumparan-kumparan statornya, seperti yang diperlihatkan pada
gambar 11.5. Dengan cara ini kumparan stator menjadi 4 phase. Dalam prakteknya
kedua center tap tersebut dihubungkan ke tegangan positif dari catu daya secara
permanen dan terminal dari stator dihubungkan ke tegangan negative melalui suatu
peralatan switching.
Tabel-tabel 11.5, 11.6 dan 11.7 menunjukkan mode switching pada motor step yang
memilikicenter tap untuk step perputaran sebesar 90o dan 45o dan selanjutnya
dinamakan mode D, mode E dan mode F yang memiliki keterkaitan dengan mode A,
mode B, mode C di depan.
Gambar 11.5 Kumparan stator

Tabel 11.5 Mode Switching D


Step perputaran 90o dan center tap dihubungkan ke tegangan positif dari catu daya
Terminal
STEP
T1 T2 T3 T4
1 -
2 -
3 -
4 -

Tabel 11.6 Mode Switching E


Step perputaran 90o dan center tap dihubungkan ke tegangan positif dari catu daya
Terminal
STEP
T1 T2 T3 T4
1 - -
2 - -
3 - -
4 -
Tabel 11.7 Mode Switching F
Step perputaran 45o dan center tap dihubungkan ke tegangan positif dari catu daya

Terminal
STEP
T1 T2 T3 T4
1 -
2 - -
3 -
4 - -
5 -
6 - -
7 -
8 - -

Tabel 11.8 Perbandingan dari berbagai mode switching

Torsi per daya


Mode switching Torsi electromagnet Daya input
input
A 71% 25% 2,84
B 100% 50% 2,00
C 84% (rata-rata) 37,5 % (rata-rata) 2,24 % (rata-rata)
D 71 % 50 % 1,42
E 100 % 100 % 100 %
F 84 % (rata-rata) 75 % (rata-rata) 1,12 (rata-rata)

Gambar 11.6 Motor Step dengan variable reluktansi


11.3 KONSTRUKSI MOTOR STEP
Ada dua jenis motor step jika ditinjau dari konstruksinya, yaitu :
a. Motor step variable reluktansi lihat gambar 11.6
b. Motor Step denganmagnit permanen (lihat gambar 11.7)
Motor step variable reluktansi memiliki step perputaran sebesar 18o, yaitu bila digunakan
mode switching D dan E, atau memiliki step perputaran sebesar 9o bila menggunakan mode
switching F. Center tap dari kumparan stator pada motor step dihubungkan dengan tegangan
positif dari catu daya, kemudian terminal T1 dihubungkan ke tegangan negatifnya. Bila
tegangan negative dari catu daya dipindahkan dari terminal T1 ke terminal T2, maka rotor
akan berputar searah jarum jam sebesar 18o demikian seterusnya.

Gambar 11.7 Motor step dengan magnit permanen

Gambar 11.8 Karakteristik dari torsi perlawanan sebagai fungsi dari posisi pergerakan rotor,
karena dipaksa berputar oleh suatu torsi dari luar.
11.4 PRESTASI (PERFORMANCE)
a. Dalam kondisi static
Apabila rotor berada pada suatu posisi keseimbangan untuk suatu kondisi eksitasi
yang tertentu, kemudian rotor dipaksa berputar dengan memberi torsi dari luar, maka
dari dalam motor sendiri akan timbul perlawanan untuk mempertahankan posisi
keseimbangan rotornya. Tosi perlawanan dari dalam tersebut dinamakan restoring
torque.
Besarnya torsi perlawanan tersebut bervariasi secara sinusoidal terhadap besarnya
sudut perputaran. Torsi perlawanan akan berharga maksimum bila sudut
perputarannya 90o, baik dalam arah putaran jarum jam maupun kebalikannya (dilihat
gambar 11.8).
b. Dalam kondisi dinamik
Dengan dilakukannya proses switching, maka rotor akan berputar secara bertahap dari
posisi keseimbangan yang satu ke posisi keseimbangan yang lain, sesuai dengan arah
eksitasi medan magnet yang diberikan.
Bila selang waktu (time interval) antara suatu proses switching ke proses switching
berikutnya cukup lama, sehingga osilasi yang terjadi dapat teredam, maka proses
switching tersebut menghasilkan suatu operasi perputaran rotor yang stabil meskipun
disertai dengan proses osilasi yang teredam (lihat gambar 11.9). Bila laju proses
switching dipercepat (selang waktu antara proses switching yang satu dengan proses
switching yang berikutnya menjadi berkurang) sedemikian rupa sehingga proses
perputaran yang disertai dengan osilasi dieliminir, maka dihasilkan proses perputaran
rotor seperti yang ditunjukkan dalam gambar 11.10 Dalam gambar 11.11 ditunjukkan
bagaimana laju proses switching dapat diatur untuk menghindari terjadinya
perputaran rotor yang disertai proses isolasi, walaupun masih terjadi proses
percepatan dan perlambatan dalam perputaran rotor yang relative lebih halus
(smooth).
Gambar 11.9 Proses switching yang menghasilkan perputaran rotor yang stabil,
walaupun disertai dengan terjadinya proses osilasi yang teredam.

Gambar 11.10 Proses switching yang diatur sedemikian rupa sehingga mengeliminir
terjadinya proses osilasi teredam perputaran rotor.
Gamabr 11.11 Pull rate, pull out rate, daerah respond an slew range dari motor step
sebagai fungsi dari laju switching.

11.5 CONTOH APLIKASI


Motor step merupakan alat digital yang tidak memiliki saingan jika digunakan dalam
system penggerak dengan loop terbuka (open loop). Output dari motor step adalah putaran
rotor dengan kecepatan dan posisi akhir yang tertentu dan merupakan fungsi dari frekuensi
pulsa dan jumlah pulsa yang menjadi inputnya. Dalam daerah responnya, motor step dapat
digunakan sebagai penggerak dari suatu system positioning dengan loop terbuka.
Motor step dapat digunakan sebagai system penggerak dari beberapa peralatan seperti
printer, recorder, plotter dan system positioning lainnya. Dalam table 11.9 ditunjukkan
spesifikasi ari 2 buah motor step.
Tabel 11.9 Spesifikasi teknik dari beberapa motor step.
Merek motor
Spesifikasi Unit
dan tipe
Perputaran rotor per pulsa Derajat
Laju switching maksimum Pps
Daya output Watt
Torsi output Nm
(static)
. ..
. ..
. ..
. ..
. ..
Inersia beban yang diizinkan Kgm2

11.12 Sistem Pengontrolan Motor Step


Sistem control untuk penggerak motor step (stepper motor driver) pada umumnya
terdiri dari tiga bagian utama, yaitu :
Generator pembangkit pulsa, yang berupa suatu unit perangkat keras (hardware) atau
berupa program (software) dalam suatu computer.
Rangkaian logika penggerak (logic driver)
Penguat daya (amplifier)
Masing-masing bagian tersebut akan diuraikan lebih lanjut.
a. Generator Pembangkit Pulsa
Pada system NC, generator pembangkit pulsa merupakan suatu rangkaian perangkat
keras (yang berfungsi sebagai interpolator) yang disebut DDA (Digital Differentian
Analyzer). Sedangkan pada system CNC, generator pembangkit pulsa merupakan
suatu program yang tersimpan dalam memori CNC. Generator pembangkit pulsa ini
akan diuraikan lebih lanjut dalam bab terpisah, yaitu bab tentang interpolator.
b. Penggerak Logika (Logic Driver)
Penggerak logika diperlukan untuk melakukan proses switching secara elektronis,
yaitu memutus dan menghubungkan arus listrik dari sumber catu daya melalui setiap
phase dari kumparan statornya. Proses switching dapat juga dilakukan dengan
menggunakan computer. Salah satu cara yang digunakan untuk proses switching
dengan perangkat keras adalah menggunakan rangkaian logika (logic circuit).
Rangkaianlogika tersebut (lihat gambar 11.12 terdiri dari 3 komponen utama, yaitu :
Up/Down Counter (misalnya 74 LS 193)
3 to 8 decoder (misalnya 74 LS 138)
Gerbang NAND, open collector (misalnya 74 LS 12).
Gambar 11.12 Rangkaian logika, untuk penggerak motor step.

Gambar 11.13 Output dari up/down Counter bila pada pin UP diberi serangkaian pulsa.

Apabila ada suatu rangkaian pulsa masuk sebagai input pada pin UP dari UP/DOWN
COUNTER, maka sebagai outputnya (pada pin QA, QB dan QC) dihasilkan pulsa-pulsa seperti
yang ditunjukkan dalam gambar 11.13. Selanjutnya output dari counter menjadi input dari
decoder. Hubungan antara input dan output pada decoder tersebut ditunjukkan dalam table
11.10.
Output dari decoder tersebut diatas selanjutnya digunakan sebagai input dari Gerbang
Logika NAND (NAND Gate) open collector, sedemikian rupa sehingga output dari Gerbang
logika NAND secara bergantian melakukan proses switching, misalnya dimulai dengan
mengalirnya arus listrik menuju penguat daya melalui titik K-N, K, K-L, L, L-M, M, M-N, N
dan akhirnya kembali ke K-N. Laju dari proses switching ini merupakan fungsi dari frekuensi
sinyal pulsa yang merupakan input dari UP/DOWN Counter (lihat gambar 11.12 Selanjutnya
output dari Gerbang Logika NAND digunakan sebagai input dari penguat daya (amplifier).

Tabel 11.10 Hubungan antara input dengan output dari 3 to 8 decoder.


Input Output
A B C Y7 Y6 Y6 Y4 Y3 Y2 Y1 Y0
0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0
0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1
0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1
0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1
1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1
1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1
1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1

Gambar 11.14 Penguat daya R/L (Resistance Limited).


Gambar 11.15 Rangkaian penggerak logika untuk motor step dengan penguat dayanya.

c. Penguat Daya
Salah satu jenis penguat daya yang akan dijelaskan adalah jenis L/R (Limited-
Resistance) seperti yang ditunjukkan pada gambar 11.14 Kumparan phase dari motor
step dinyatakan sebagai hambatan Rm dan induktansi L yang dihubungkan secara seri
(lihat gambar 11.14) Time constant elektris dari motor step ini (L/Rm) biasanya
berkisar antara 10 mili-detik. Bila suatu tegangan disuplai dari catu daya yang
tegangannya konstan ke kumparan motor step tersebut, maka besar arus listrik yang
terjadi akan mencapai 95% dari harga maksimumnya dalam waktu 3 kali dari time
constantnya, sehingga akan mempengaruhi laju switching yang diperbolehkan.
Beberapa metoda yang dapat dipergunakan untuk mempercepat arus listrik mencapai
harga maksimumnya pada suatu kumparan dalam suatu proses switching adlah
sebagai berikut :
a. Digunakan tegangan catu daya yang tinggi, kemudian memasang hambatan (R)
secara seri dengan kumparan motor, sehingga time konstannya menjadi L/(Rm +
R). Suatu diode dipasang secara parallel terhadap kumparan motor (lihat gambar
11.14) untuk proses discharging pada akhir dari setiap proses switching OFF.
b. Berusaha mendapatkan arus konstan di kumparan motor stepnya, untuk setiap laju
switching yang dilakukan
BAB XII
ELEKTRONIKA DAYA DALAM MOTOR DC-PM

12.1. PRINSIP OPERASI


Motor servo DC-PM terdiri dari beberapa komponen utama, yaitu(lihat gambar 12.1):
Rotor dengan kumparan armature dan komutatornya
Magnet permanen pada statornya
Sikat-sikat (brushes) dengan beserta dudukannya.
Fungsi komutator adalah membalik arah aliran arus listrik yang melalui kumparan
armaturnya, pada saat kumparan armature berpindah dari kutub utara ke kutub selatan
(atau sebaliknya), untuk mendapatkan putaran motor sesuai dengan yang dikehendaki.
Beberapa contoh motor servo DC-PM yang menunjukkan proses pembalikan arah
aliran arus listrik dikumparan armaturnya ditunjukkan dalam gambar 12.2. apabila
arus listrik masuk kekumparan armature motor servo DC-PM melalui titik 0 (lihat
digambar 12.3), maka arus listrik tersebut akan meninggalkan kumparan armature
melalui titik P.

Gambar 12.1 Model Dari Motor Servo Dc-Pm

Gambar 12.2 Proses pembalikan arah aliran arus listik pada beberapa jenis motor
servo DC-PM
Gambar 12.3 Formasi kumparan pada rotor dari motor DC-PM

Bila kumparan Q dihubungkan ke kumparan R yang terletak disebelah kumparan P


dan kumparan P dihubungkan kekumparan S yang terletak didekat kumparan Q dam proses
ini dilakukan secara berkesinambungan, maka akan terbentuk suatu kumparan tertutup pada
permukaan rotor.

Gambar 12.4 Kontrak antara sikat dengan komutator

Gambar 12.5 Hubungan antara torsi T dengan tegangan arus searah V dan putaran n, dengan
beberapa batasan dari daerah operasinya.
Tegangan arus searah (VI) yang diberikan pada terminal-terminal dari motor DC-PM
akan menghasilkan putaran motor sebesar n rpm dengan torsi sebesar T Nm. Yang
hubungannya dinyatakan dalam gambar 12.5

12.2 KARATERISTIK MOTOR SERVO DC-PM


Suatu motor DC-PM ditunjukkan secara skematis dalam gambar 12.6. tegangan listrik
arus searah Va yang diberikan pada kumparan armature selanjutnya dapat dinyatakan sebagai
persamaan berikut :

= . + + ( . )

(12.1)
Dimana,
= Tegangan listrik arus searah pada kumparan armature.
I = Arus listrik pada kumparan.
R = Hambatan pada kumparan.
L = Induktansi pada kumparan
= Konstanta back emf.
0
= =

D = Besarnya perubahan posisi sudut rotor.

Gambar 12.6 gambar skematis dari motor DC-PM


Torsi yang dihasilkan motor DC-PM dalam gmabar 12.6 adalah sebagai berikut :
2
= . + 2 + + 1 (12.2)
2
Dimana,
= Konstanta torsi dari motor
= Inersia rotor
= Koefisien peredaman
= torsi untuk melawan gesekan (Friction Torque)
= torsi untuk melawan beban.
Apabila induktansi kumparan motor dapat diabaikan, maka persamaan 12.1 akan
menjadi :
= . + .
1
= [ . ] (12.3)

Apabila efek peredaman(damping) dan gesekan juga diabaikan, maka persamaan 13.4
akan menjadi :
2
= . . 2 + 1 (12.4)

Dari persamaan 12.3 dan persamaan 12.4 akan diperoleh :



= [ . ] . + 1

.
= . . . . . 1 (12.5)

Gambar 12.7 Hubungan antara kecepatan dengan torsi/arus listrik.

a. KARATERISTIK DALAM KONDISI STATIS



Dalam keadaan stationer 0, sehingga persamaan 12.5 menjadi sama dengan :

1
= . . 1 (12.6)

Stalling toeque pada kecepatan = 0 adalah sama dengan :



= [ ] .

(12.7)
Dalam keadaan tanpa beban (no load) kecepatan stationernya adalah :

= (12.8)

Selanjutnya hubungan antara kecepatan dengan torsi/arus tersebut dapat dilihat dalam
gambar 12.7.

b. KARATERISTIK DINAMIK
Dari persamaan 12.5 dapat diperoleh hubungan antara kecepatan motor dangan tegangan
listrik arus searah pada terminal input dari motornya :
. 1
[. . + ] = . . 1

(12.9)
.
Dimana : . = (time constant mekanis)

Dengan transformasi laplace, persamaan 12.9 dapat diubah menjadi dalam domain p
sebagai berikuut :
1 1
[ + 1] () . () . . 1 () (12.10)


(1/ )[ ()]( . )[1 ()]

() (12.11)
1+ .

Bila kondisi awal nol, input Va berbentuk fungsi step dan T1=0, maka solusi dari
persamaan 12.11 dalam bentuk domain waktu adalah :
1
() . [1 1 / ] (12.12)

Dari persamaan 4.13 dapat dilihat bahwa solusi untuk t mendekati tidak
terhingga(telah mencapai kondisi stationer) adalah (1/ ) .
Contoh soal 12.1
Suatu motor servo DC-PM memiliki konstanta torsi dan back emf sebagai berikut :
K1 = 0,824 Nm/A
Kv = 0,824 Volt.detik/rad
Bila hambatan kumparan adalah 0,41 ohm dan inersia rotor 2,15.10-2 kg.m2, hitunglah
a. Time constant mekanis dari motor tersebut
b. Kecepatan putaran motor dalam kondisi stationer (Va = 85 Volt), untuk kondisi
tanpa beban dan kondisi beban penuh (13,57 Nm)

Pemecahan contoh soal 12.1


a. Time constant mekanis :
.
= .

2,15.102.0,41 .2 .
= (0,824)2 [./][/]

= 12,98 .
b. Kecepatan dalam kondisi stationer :
1
= . ( . ) . 1

Dalam kondisi tanpa beban (T1 = 0), kecepatan adalah :


1
= .

1
= 0,824 . 85 (.)/

= 103 /
= 103(60/2)
= 983,6
Dalam kondisi beban penuh (T1 = 13,57Nml), kecepatannya akan menjadi :
.1
= 103(/) .

0,41.13,57 .
= 103 (0,824)2 (./)(/)

= 103 8,19(/)
= 94,81 /
60
= 94,81 2

= 905,4
Kecepatan motor setelah mencapai keadaan stationer, untuk kondisi tanpa beban dan
beban penuh digambarkan pada gambar 12.8

Gambar 12.8 Respon motor dalam keadaan stationer untuk kondisi tanpa beban dan beban
penuh, dari contoh soal 12.1

Perbandingan putaran motor dan ulir penggerak ditentukan oleh perbandingan jumlah
gigi dari reduksinya,
1
=
1

(12.13)
Untuk mengetahui time constant dari system penggerak ini, inersia beban (meja+ball
screw+roda gigi) harus dipindahkan ke rotor dari motornya.

=

Dimana,
Jeq = J ekuivalen yang dinnyatakan sebagai berikut :
.2
= + 1 + 2 [2 + 1 + (2)2 ] (12.14)

Dimana,
= Inersia motor
1 = Inersia roda gigi 1
2 = Inersia roda gigi 2
1 = Inersia ulir penggerak
= Masa dari meja
= pits dari ulir gerak
1 = Kecepatan putaran ulir penggerak
= Kecepatan putaran motor

12.3 TEKNIK PENGONTROLAN MOTOR SERVO DC-PM


Servo DC-PM yang digunakan sebagai motor penggerak dalam mesin-mesin
perkakas NC, yaitu :
- Converter DC to DC (Chopper), misalnya :
a. Pulse frequency modulation (PFM)
b. Pulse width modulation (PWM)
- Phase Controlled Rectifier (AC to DC)
Dalam bab ini yang akan dibahas lebih lanjut adalah converter DC to DC dengan
teknik PWM (Pulse Width Modulation).
Dalam gambar 12.9 ditunjukkan suatu gambar skematis yang menjelaskan prinsip
dasar dari teknik PWM untuk mengontrol kecepatan dan arah putaran motor servo DC-PM.
Suatu catu daya tegangan searah (DC Power Suplly) dengan tegangan sebesar V
Volt dignakan untuk mengsuplai motor DC-PM (lihat gambar 12.9a). bila saklar S ditutupi
(terjadi kontak) maka arus listrik akan mengalir melalui kumparan motor servo DC-PM (lihat
gambar 12.9a dan 12.9b).

Gambar 12.9 Prinsip dasar dari teknik PWM (Pulse Width Modulation)
Bila saklar S dibuka, arus listrik akan mengalir dimotor servo DC-PM, karena masih
ada energy tersimpan dalam kumparan motornya.arus ini mengalir melalui diode D dan
dinamakan free whelling current. Selanjutnya, bila saklar S ditutup kembali, maka arus listrik
dari catu daya mengalir kembali melalui motor. Dengan demikian jelas bahwa teknik
pengontrolan PWM ini hanya menggunakan prinsip pemutusan dan penyambungan aliran
arus listrik melalui motor servo DC-PM.
Dalam gambar 12.9 dapat dilihat bahwa lebar pulsa (Pulse Width) akan bervariasi
dalam daerah 0<Ton<T, dimana T menyatakan suatu harga konstan dan f ( frekuensi
switching) = 1/T.
Dalam praktek, switching tersebut bias dilakukan denga thyristor atau transistor.
Rangkaian dasar dari chopper PWM dapat dilihat pada gambar 12.10.

Gambar 12.10 Rangkaian dasar chopper PWM

12.10 Rangkaian dasar chopper PWM yang ditunjukkan dalam gambar hanya dapat
mengalirkan arus listrik dari catu daya ke motor. Tetapi tidak sebalinya, dengan demikian
proses regenerasi tidak dapat dilakukan (regenerasi merupakan proses penggeraman yang
paling disukai untuk system-sistem penggerak dengan beban energy yang tinggi, dimana
energy kinetic dari beban disisipi oleh discharging resistor atau rem gesek).
Dalam gambar 12.11 ditunjukkan rangkaian dasar chopper PWM dua kuadran yang
mampu melakukan proses regenerasi. Q1 dan D1 berfungsi sama seperti Q dan D pada
gambar 12,10
Bila beban dari motor ditambah dan ton juga ditambah untuk mempertahankan
kecepatan putaran pada kondisi pembebanan yang meningkatkan tersebut, maka bentuk
gelombang arus listrik ia akan sama seperti yang ditunjukkan dalam gambar 12.10
Gambar 12.11 Chopper 2 kuadran.

Bila sebalinya, suatu penuruanan kecepatan harus dilakukan dengan menurunkan


harga ton, maka Q1 dan D1 untuk sementara tidak mengalirkan arus listrik seperti yang
ditunjukkan dalam gambar 12.11c dalam hal ini, ia untuk sementara waktu dalam periode
pengereman akan berharga negative, dan proses pengereman regenerasi. Rangkaian chopper
PWM 2 kuadran yang ditunjukkan dalam gambar 12.11 hanya dapat memutar motor dalam
satu arah saja.
Berikut ini akan ditunjukkan suatu rangkaian dasar chopper PWM 4 kuadran, yang
dapat memutar motor dalam arah CW maupun CCW dan sekaligus dapat melakukan proses
pengereman regenerasi dalam dua arah tersebut.
Gambar 12.12 Proses modulasi lebar pulsa (PWM) dalam rangkaian chopper 4 kuadran.

Gambar 12.13 Rangkaian transistor yang digunakan bersama-sama dengan rangkaian dalam
gambar 12.13
Dalam gambar 12.13 ditunjukkan rangkaian dasar dari transistor yang digunakan
bersama-sama dengan hasil modulasi yang ditunjukkan dalam gambar 12.12.
Apabila putaran motor dalam arah CW tersebut terjadi pada saat transistor B dan
transistor C meneruskan arus listrik pada collectornya, maka :
- Untuk berputar dalam arah CW tersebut, transistor B dan transistor C harus
dalam keadaan menghantar arus listrik pada collectornya, sehingga akan
terjadi aliran arus listrik melalui suplai +, transistor C, melalui motor,
transistor B dan akhinya ke suplai -.
- Arus free whelling mengalir dari motor melalui diode A, transistor C, dan
akhirnya kembali ke motor.
- Arus regenerasi (pada saat terjadinya pengereman) mengalir dari motor,
melalui diode C, suplai +, dan suplai -, diode B dan akhirnya kembali
kemotor.
BAB XIII
ELEKTRONIKA DAYA DALAM HVDC
13.1 PENDAHLUAN
Sistem transmisi tegangan tinggi arus searah (HVDC) mempunyai beberapa kelebihan
dibandingkan system transmisi tegangan tinggi arus bolak-balik, antara lain : jumlah
koduktor yang digunakan lebih sedikit dan stress tegangan yang ditimbulkan lebih kecil.
Walaupun demekian, keterbatasan dalam perubahan nilai tegangan masih membuat system
transmisi arus searah kurang umum digunakan.
Penggunaan saluran transmisi DC dimungkinkan berdasarkan atas pertimbangan
teknis sebagai berikut :
a. Route saluran transmisi sanagat panjang
b. Intrkoneksi dari suatu system yang berbeda frekuensi
c. Kabel laut yang cukup panjang
d. Stabilisasi dari jaringan yang sudah ada
e. Pengurangan arus hubung singkat pada system penerima yang menggunakan arus
bolak-balik.
Suatu system transmisi tegangan tinggi arus searah memerlukan converter untuk
mengkonversi daya AC menjadi DC. Thyristor dengan daya maupun tegangan yang tinggi
dapat dimanfaatkan untuk peralatan converter. System transmisi tegangan tinggi arus searah
secara umum terdiri dari sumber tegangan, filter AC, transformator, thyristor, smoothing
reactor dan medium transmisi.
Dalam BAB 13 ini akan dibahas peranan Elektronika Daya dalam HVDC dengan
memanfaatkan converter AC-DC dan inverter DC-AC. Dengan demikian maka :
1. Menganalisis tegangan rata-rata DC, Arus DC, dan Daya Output DC, dengan
menggunakan penyearah jembatan tiga fase tanpa control, dan terkontrol
2. Menganalisis tegangan rata-rata AC, Arus AC daya output AC, dengan menggunakan
inverter DC-AC.
Komponen-komponen utama dari suatu system tegangan tinggi arus searah adalah
stasiun converter di sisi pengirim yang disebut inverter, medium transmisi dan elektroda.
Stasiun converter ini memiliki beberapa komponen peralatan sebagi berikut :
a. Thyristor
b. Transformator
c. Filter AC dan Kapasitor Bank Filter AC
d. Smoothing Reaktor
e. Filter DC
f. Sistem Kontrol
g. Medium Transmisi

Untuk transmisi daya listrik di atas daratan, medium transmisi paling sering yang
digunakan adalah saluran udara (overhead). Saluran overhead ini secara normal berkutub dua,
yaitu dua konduktor dengan polaritas yang berbeda. Kabel tegangan tinggi arus searah secara
normal digunakan untuk transmisi bawah laut. Paling umum digunakanjenis kabel padat
(solid) dan oil-filled. Jenis yang padat banyak digunakan karena paling ekonomis.
Beberapa piranti lain juga diperlukan oleh stasiun converter, seperti pemutus kontak,
transducer tegangan dan arus, surge arrester, dan lain-lain. Gambar 13.1 memperlihatkan
rangkaian peralatan-peralatan pada stasiun converter.

Gambar 13.1 Stasiun Konverter

Beberapa masalah dalam transmisi arus bolak-balik yang saat ini dapat diatasi dengan
transmisi arus searah antara lain :
1. Transmisi tenaga listrik dengan kabel tanah ataupun kabel laut melalui jarak-jarak
yang jauh dengan tegangan tinggi arus bolak-balik memerlukan daya reaktif yang
sangat besar. Masalah ini tidak ada pada tegangan tinggi arus searah.
2. Operasi parallel dari dua system arus bolak-balik melalui interkoneksi dapat
mengalami masalah-masalah stabilitas, terutama dengan daya-daya besar. Bilamana
interkoneksi dilakukan dengan tegangan tinggi arus searah maka stabilitas tidak
menjadi masalah.
3.2 KONVERTER AC-DC
Pada umumnya penyearah atau converter yang dimaksud ialah peubah tegangan tinggi
arus bolak-balik menjadi tegangan tinggi arus searah. Komponen utama yang umum
digunakan ialah diode dan thyristor (SCR).
Apabila ditinjau dari jenis komponen yang digunakan maka dikenal penyearah tidak
terkendali dan penyearah terkendali. Dalam makalah ini akan digunakan penyearah jembatan
tiga fasa tanpa control dan semi control.

13.3 PARAMETER-PARAMETER PENYEARAH


Penyearah adalah suatu rangkaian yang mengubah system tegangan arus bolak-balik
menjadi system tegangan arus searah\. Konverter ini terdiri dari rangkaian diode untuk
mengubah sinyal arus bolak-balik menjadi sinyal arus searah. Rangkaian penyearah
dibutuhkan terutama untuk suplai daya arus searah bagi rangkaian pengendali atau rangkaian-
rangkaian elektronika lainnya. Terdapat bebrapa tipe penyarah, dan penampilannya
dievaluasi dari parameter-parameter berikut :
Tegangan keluaran rata-rata, Vdc adalah :
1
= (). (13-1)
0

Arus keluaran rata-rata, Vdc adalah :



= (13-2)

Efesiensi atau perbandingan penyearah :



= (13-3)

Daya masukkan ac, Pac adalah daya yang ditunjukkan oleh pembacaan watt-meter
yang dihubungkan pada rangkaian penyearah dengan kumpara tegangan dihubungkan dengan
belitan sekunder transformator.

Faktor Bentuk, form factor (ff) :



= (13-4)

Factor riak (ripple factor) :



= = = ( 2 1)1/2 (13-5)

Regulasi tegangan :

% =
100% (13-6)
Transformer Utilitation Factor, TUF adalah

= (13-7)

13.4 TEGANGAN DAN ARUS SALURAN TRANSMISI DC


Rangkaian ekivalen untuk saluran transmisi DC ditunjukkan pada gambar 2.4 berikut
:
PQ P I I

Power Beban
System

V V

Gambar 13.2 Diagram satu garis saluran transmisi tegangan tinggi arus searah

Sebuah generator 3 fasa (power sistem) menyalurkan daya ke beban pada suatu
rangkaian yang seimbang adalah 3 kali daya pada semua fasa, karena daya rangkaian
penyearah tiga fasa ditunjukkan pada gambar 13.2. Bentuk gelombang tegangan dan aruspada
tiap bagian ari gambar 13.2 ditunjukkan pada gambar 13.3pada saat D1 dan D6 konduksi, D1
dan D6 memblok tegangan sumber Vab dengan nilai maksimum sebesar 3 . Dengan
demikian, tiap dioda yang digunakan harus memiliki PIV sebesar 3 . Dari bentuk
gelombang tegangan di atas maka nilai tegangan keluaran rata-rata dapat ditentukan:
Tegangan keluaran rata-rata :
3 /2 33
= /6 ( + 6 ) = = 1,654 (13-8)

Tegangan efektif pada beban adalah :


1/2
3 2 2 2
= [ ( + 6 ) ]
= 1,6554 Vm (13-9)
6

Arus keluaran penyearah adalah :


33
= (13-10)

Gambar 13.3 Penyearah Jembatan Tiga Fasa Gelombang Penuh Tanpa Control
Strafo = 3VrmsIrms, dimana Vrms = Vm/2, sedang arus pada lilitan sekunder trafo dapat
tentukan dengan :
1
5 2
3
= [
2
2 ( + 6 ) + 2 ( 6 ) ] = 1,3517 /

6

6 2

Dengan demikian,
2
= 2,8673 (13-12)

Dari nilai-nilai besaran tersebut di atas dapat ditentukan parameter-parameter


penyearah sebagai berikut :
Faktor bentuk :

= = 1,000885 (13-13)

Factor riak :
= [ 1] = 0,042 (13-14)
faktor penyearah :

= = 0,998 (13-15)

2
33
( ) (1,6554)2

dimana : = , =

Transformator Utilitation Faktor :



= = 0,954 (13-16)

2
33
( ) (2,8673)2

dimana : = =

Dari beberapa parameter yang ada Nampak bahwasanya penyearah tiga fasa sistem
jembatan ini memiliki penampilan yang jauh baik disbanding penyearah sebelumnya. selain
efesiensi dan TUF yang lebih baik serta faktor riak yang sangat rendah pada belitan
transformator sekunder, tidak akan terjadi saturasi magnetisasi DC, karena pada lilitan
sekundernya dialiri oleh arus bolak-balik. Dengan faktor riak yang rendah ini akan
memudahkan untuk membuat filter guna memperoleh tegangan DC yang benar-benar rata.

13.5 PENYEARAH JEMBATAN TIGA FASA SEMI CONTROL


Penyearah jembatan tiga fasa semi control adalah mengontrol setengan gelombang
saja, yang positif atau negative. dengan semi control ini harga tegangan dc rata-rata tidak
dapat mencapai harga nol. Pada kontrol penuh, baik gelombang positif maupun gelombang
negative dikontrol keduanya.
Penyearah semi control ini ditunjukkan pada gambar 13.4 dengan tegangan dc rata-rata dari
penyearah ini adalah :
33 1
= [2 1(1 cos ) 2 (cos cos( + )] (13.17)
2

33
Bila diambil = , maka persamaan (17) menjadi
2
1 1
= [2 1(1 cos ) 2 (cos cos( + )] (13.18)
2

Jika sudut overlap diabaikan, maka persamaan (18) menjadi


1
= [1 + cos ] (13.19)
2

pada semua fasa adalah sama. Jika besarnya tegangan ke netral Vp dan arus fasa Ip untuk
suatu beban yang terhubung Y, maka daya 3-fasa total adalah :
= 3 cos (13.20)
Dimana adalah sudut fasa dengan arus fase tertinggal terhadap tegangan fasa. Jika VL dan
IL berturut-turut adalah besarnya tegangan antar-saluran dan arus saluran, maka :

= dan = (13.21)
3

Total vars adalah :


= 3 sin (13.22)
Daya Voltamper dari beban adalah :
|| = 2 + 2 = 3 (13.23)
Untuk daya pada saluran transmisi DC adalah :
= (13.24)
Dan daya yang diserap oleh beban adalah :
= (13.25)
Gambar 13.4 Konverter Jembatan 3 Fasa Semi Kontrol

13.6 ANALISI RANGKAIAN


DIAGRAM SATU GARIS SALURAN TRANSMISI DC

300 MW

R
AC DC

DC AC
T

Transformator 300 KM Transformator

Gambar 13.5 Diagram Satu Garis Saluran Transmisi Dc


Dari diagram satu garis diatas terlihat bahwa daya yang disalurkan sebesar 300 MW,
tegangan pada sisi penerimaan converter sebesar 250 kV, jarak saluran transmisi 300 km
dimana akan ditentukan tegangan arus searah pada sisi pengiriman (sending) converter pada
sisi penerimaan.
ANALISI
A. Penyearah Jembatan Tiga Fasa Tanpa Kontrol
= 2 = 2250 = 353,553
Tegangan keluaran rata-rata (Vdc) ialah :
= 1,654 = 1,654 353,553 = 584,777
Tegangan efektif pada beban (Vrms) ialah :
= 1,6554 = 1,6554 353,553 = 585,272
= = 300
Besarnya arus yang akan mengalir melalui kabel ialah :
=
300
= = = 513,016 = 0,513
584,777
Regulasi tegangan adalah :
= ( )

= 584,77 - ( 0,0255 x 0,3048 x 300 )


= 584,777 1,196 = 583,581 KV
Jatuh tegangan atau Drop Voltage adalah :
V = VDC - VR
= 584,777 583,581 = 1,196 KV
Dalam persen,
1,196
100 % = 0,21 %
583,581

B. Penyearah Jembatan 3 Fasa Semi Kontrol


= 20
Tegangan keluaran rata-rata(VDC) ialah :
1
VDC = 2 (1 + cos )
1
= 2 584,777 (1 + cos )

= 292,389 x 1,939
= 566,943 KV
Besarnya arus yang akan mengalir melalui kabel ialah :
300
= = = 529,154 = 0,529
566,943
Regulasi tegangan adalah :
VR = VDO ( IDC x RDC)
= 566,943 ( 0,529 x 0,0255 x 0,3048 x 300 )
= 566,943 1,233 = 565,71 KV
Jatuh tegangan atau Drop Voltage adalah :
V = VDC - VR
= 516,359 516,007 = 0,352
Jatuh tegangan atau Drop Voltage adalah :
V = VDC - VR
= 566,943 565,71 = 1,233 KV
Dalam Persen,
1,233
100 % = 0,218 %
565,71
= 40
Tegangan keluaran rata-rata(VDC) ialah :
1
VDC = 2 (1 + cos )
1
= 2 584,777 (1 + cos 40 )

= 292,389 x 1,766
= 516,359 KV
Besarnya arus yang akan mengalir melalui kabel ialah :
300
= = = 580,991 = 0,58
516,359
Regulasi tegangan adalah :
VR = VDO ( IDC x RDC)
= 516,359 ( 0,58 x 0,0255 x 0,3048 x 300 )
= 516,359 1,352 = 516,007 KV
Jatuh tegangan atau Drop Voltage adalah :
V = VDC - VR
= 516,359 516,007 = 0,352 KV
Dalam Persen,
0,352
100 % = 0,068 %
516,007
= 60
Tegangan keluaran rata-rata(VDC) ialah :
1
VDC = 2 (1 + cos )
1
= 2 584,777 (1 + cos 60 )

= 292,389 x 1,5
= 438,584 KV
Besarnya arus yang akan mengalir melalui kabel ialah :
300
= = = 684,019 = 0,684
438,584
Regulasi tegangan adalah :
VR = VDO ( IDC x RDC)
= 438,584 ( 0,684 x 0,0255 x 0,3048 x 300 )
= 438,584 1,595 = 436,989 KV
Jatuh tegangan atau Drop Voltage adalah :
V = VDC - VR
= 438,584 436,989 = 1,595 KV
Dalam Persen,
1,595
100 % = 0,365 %
436,989

13.7 KESIMPULAN
Dari hasil analisis di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Jika semakin besar penyuluhan pada thyristor, maka regulasi tegangan akan
semakin kecil. Sebaliknya, semakin kecil penyuluhan pada thyristor, maka regulasi
tegangan akan semakin besar. Hal ini berlaku hanya jika menggunakan semi control.
2. Sudut pengoperasian thyristor yang optimal adalah 0 60o, jika dioperasikan antara
sudut 60o sampai sudut 120o, maka system tidak akan optimal. Hal tersebut
dikarenakan rugi daya atau losses pada jaringan yang besar.
BAB XIV
ELEKTRONIKA DAYA DALAM SAKELAR STATIK
14.1 PENDAHULUAN
Thyristor dapat dinyalakan dan dimatikan dalam beberapa mili detik yang bias
mengoperasikan sakllar cepat yang bias menggantikan saklar sirkuit breaker mekanik dan
elektro mekanik. Untuk penggunaan daya dc daya rendah, transistor daya dapat juga dipakai
sebagai saklar-saklar. Saklar static memiliki keuntungan-keuntungan (contoh : kecepatan
pensaklaran yang tinggi, tidak ada bagian bergerak, dan tidak ada kontak (Loncatan bunga
api) yang terjadi terhadap penutupan.
Sebagai tambahan untuk penggunaan sebagai saklar static rangkaian thyristor (atau
transistor) dapat dirancang untuk memperoleh, time delay, latching, arus rendah dan lebih
dan pendeteksian tegangan. Transduser untuk pendeteksi mekanik, listrik, posisi, pendekatan
dan lain-lain. Sinyal-sinyal dapat diperoleh dengan gate untuk Thyristor (atau transistor-
transistor).
Saklar static dpat diklasifikasikan ke 2 tipe yaitu Saklar AC dan Saklar DC
1. Saklar AC dibagi atas satu fasa dan tiga fasa
Dalam hal sebagai saklar AC, thyristor0thyristor adalah komutasi tipe natural dan
kecepatan pensaklaran dibatasi oleh frekuensi dari sumber AC dan waktu pematikan
dari thyristor-thyristor.
2. Saklar DC adalah komutasi paksa dan kecepatan pensaklaran tergantung pada
rangkaian komutasi dan waktu pematikan dari thyristor.
Saklar DC dan saklar AC dapat dilihat pada gambar 14.1 yang merupakan suatu gambaran
prinsip dasar suatu saklar static
Saklar Statik AC

Vi (t) Vo (t)
Ii (t) Io (t)
~
~

Saklar Statik DC

Vi (t) Vo (t)
Ii (t) Io (t)
=
=
Gambar 14.1 Prinsip dasar saklar static

14.2 ANALISIS TIPE-TIPE SAKLAR STATIS


14.2.1 Single Phase AC Switches

Bilamana
() = sin (14-1)
2 1/2
= [2 0 2 2 ] = (14-2)
2
2
= 2 0 sin () = (14-3)

2 1/2
= [2 0 2 2 ()] = (14-4)
2

Rangkaian seperti pada gambar 11.1(a), dimana dua thyristor dihubungkan ddalam
parallel. Thyristor T1 dinyalakan pada t = 0, dan thyristor T2 dinyalakan pada t = .
Tegangan keluaran adalah sama tegangan masuk thyristor beraksi sebagai saklar-saklar
adalah komutasi Line. Gelombang-gelombang untuk tegangan input tegangan ouput, arus
keluaran seperti pada gambar 14.1(b). Dengan beban induktif T1 akan menyala bila arus
lewat melalui zero crossing selama setengah siklus positif dari tegangan input T2 menyala
pada saat arus lewat melalui zero crossing selama setengah siklus negative dari tegangan
input. Pulsa trigger untuk T1

14.2.2 Analisa Tipe-Tipe Yang Lain


a. Single Phase Bridge Diode and Thyristor AC Switch
b. Single Phase Bridge Rectifier and Thyristor AC Switch
Bilamana arus line instantaneous adalah () = sin , maka persamaan (14.1),
2 1/2
diperoleh = [2 0 2 2 ()] = , dan
2

= , serta = sesuai dengan rumus (14.2) dan rumus (14.3)
2

c. AC Switch 3 Phase

Gambar 14.5 Sakelar AC 3 Phase

14.3 SAKELAR STATIK TIPE DC


Tegangan input adalah DC-- Transistor Daya, Thyristor dapat dipakai


() = sin

() = (1 cos )
1
dimana =

setelah = 0 = , arus pelepasan


menjadi zero, dan kapasitor terisi ke 2Vs

Gambar 14.6 Sakelar Statik Tipe DC

Pada gambar 14.7 berikut beberapa tipe-tipe AC solid state. Relay dan DC solid state relay
yang terkait fungsi dan penggunaanya.
a) DC Solid State Relay
b) AC Solid State - Relay

Gambar 14.7 AC dan DC Solid State Relay

14.4 RANCANGAN DARI STATIC SWITCHES

Sakelar Solid State adalah cocok untuk komersial dengan membatasi tegangan dan
arus dengan rating antara 1 A 50 A, tegangan sampai 440 Volt. Kalau perlu merancang SSR
( Static Switches Relay ). Sesuai dengan keinginan, rancangan sederhana diinginkan
menghitung rating tegangan dan arus sesuai dengan piranti daya

Prosedur Rancangan Sebagai Berikut

Contoh :

1 AC Switch seperti gambar dipaki 120 V 60 Hz dan beban induktif, Daya beban 5 KW pf
= 0,88 ( lagging)

a) Hitung rating V dan I dari Thyristor


b) Hitung sudut penyalaan thyristor

P0 = 5 kw = 5000 W , pf = 0,88 lag, Vs = 120 v

2 2.5000
a) 0 = 3 cos = cos0 = = 66,96
120 0,88

1
persamaan (5.2) = ( = 2 0 sin =

1 1/2
= [2 0 2 2 ] = 2

66,96
= = 21,31

66,96
= = 33,48
2

= 2 120 = 169,7

b) cos = 0,88 = 28,36o


sudut penyalaan dari T1 = 1 = 28,360 T2 - 2 = 180 + 28,360

Contoh Soal :
Sebuah AC Switch 1 seperti gambar 5.1a dipakai pada 120 V, 60 Hz sebagai sumber.
Beban induktif daya beban 5 kw, pf = 0,88 lagging
Hitung:
a) Tegangan dan arus rating pada thyristor
b) Sudut penyalaan Thyristor

I. Analisis:
a. Diketahui : AC Switch 1 Vs = 120 V, f = 60 Hz, P = 5 kw, pf = 0,88 lag
b. Ditanyakan : 1. rus dan tegangan rating 2. Sudut Penyalaan

II. Rencana :
2
= 3 cos = cos
1
= = 2 0 sin =

1 1/2
= [2 1 2 2 ] = 2

= 2
III. Penyelesaian :
2 25000
a) = cos0 = 120 0,88 = 66,96
66,96
= = 21,31

66,96
= = 33,48
2

= 120 = 169,7
b) Cos = 0,88 = 28,360
T1 = 1 = 28,360 T2 - 2 = 180 + 28,360 = 208,30

14.5 KESIMPULAN
Sakelar solid state AC DC memiliki sejumlah keuntungan terhadap sakelar / relay
yang konventional. Setelah dibuat semikonduktor dan rangkaian terintegrasi sakelar state
dapat dihitung dengan range luas. Pada penggunaan control industry. Sakelar stattik dapat
diintegrasi dengan digital atau system control computer.

Anda mungkin juga menyukai