Corpus Alienum (Benda Asing)
Corpus Alienum (Benda Asing)
A. Pengertian
Corpus Alienum (benda asing) pada saluran pernafasan merupakan istilah yang
sering digunakan di dunia medis. Benda asing di saluran pernafasan adalah benda yang
berasal dari luar tubuh atau dari dalam tubuh, yang dalam keadaan normal tidak ada pada
saluran pernafasan tersebut.
Benda asing pada saluran napas dapat terjadi pada semua umur terutama anak-anak
karena anak-anak sering memasukkan benda ke dalam mulutnya bahkan sering bermain atau
menangis pada waktu makan. Sekitar 70% kejadian aspirasi benda asing terjadi pada anak
berumur kurang dari 3 tahun.Hal ini terjadi karena anak seumur itu sering tidak terawasi,
lebih aktif, dan cenderung memasukkan benda apapun ke dalam mulutnya.
Benda asing dalam saluran pernafasan dapat menyebabkan keadaan yang berbahaya,
seperti penyumbatan dan penekanan ke jalan nafas. Gejala sumbatan benda asing di saluran
napas tergantung pada lokasi benda asing, derajat sumbatan, sifat, bentuk dan ukuran benda
asing. Pada prinsipnya benda asing di esofagus dan saluran napas ditangani dengan
pengangkatan segera secara endoskopik dalam kondisi yang paling aman dan trauma yang
minimal.
Klasifikasi
Benda asing yang berasal dari luar tubuh disebut benda asing eksogen sedangkan
yang berasal dari dalam tubuh disebut benda asing endogen.Benda asing eksogen biasanya
masuk melalui hidung atau mulut.
Benda asing eksogen terdiri dari benda padat, cair atau gas.Benda asing eksogen padat
dapat berupa zat organik seperti kacang-kacangan dan tulang, ataupun zat anorganik seperti
paku, jarum, peniti, batu dan lain sebagainya. Benda asing eksogen cair dapat berupa benda
cair yang bersifat iritatif, yaitu cairan dengan pH 7,4.
Benda asing endogen dapat berupa secret kental, darah atau bekuan darah, nanah,
krusta, cairan amnion, atau mekonium yang dapat masuk ke dalam saluran nafas bayi pada
saat persalinan.
Faktor-Faktor Predisposisi
Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya aspirasi benda asing ke dalam saluran
napas, antara lain:
1.Faktor individual; umur, jenis kelamin, pekerjaan, kondisi sosial, tempat tinggal.
2.Kegagalan mekanisme proteksi yang normal, antara lain; keadaan tidur, kesadaran menurun,
alkoholisme dan epilepsi.
3.Faktor fisik; kelainan dan penyakit neurologik.
4.Proses menelan yang belum sempurna pada anak.
5.Faktor dental, medical dan surgical, misalnya tindakan bedah, ekstraksigigi, belum tumbuhnya
gigi molar pada anak usia kurang dari 4 tahun
6.Faktor kejiwaan, antara lain, emosi, gangguan psikis.
7.Ukuran, bentuk dan sifat benda asing.
8.Faktor kecerobohan, antara lain; meletakkan benda asing di mulut, persiapan makanan yang
kurang baik, makan atau minum tergesa-gesa, makan sambil bermain, memberikan kacang
atau permen pada anak yang gigi molarnya belum tumbuh.
Obstruksi saluran nafas kronis yaitu penyakit yang dikarakterisir oleh adanya
keterbatasan aliran udara yang bersifat irreversibel, yang disebabkan oleh bronkitis kronis,
emphysema atau keduanya. Salah satu dari obstruksi saluran nafas cronis adalah PPOK
dimana Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik yang progresif,
artinya penyakit ini berlangsung seumur hidup dan semakin memburuk secara lambat dari
tahun ke tahun. Dalam perjalanan penyakit ini terdapat fase-fase eksaserbasi akut.
Berbagai faktor berperan pada perjalanan penyakit ini, antara lain faktor resiko yaitu
factor yang menimbulkan atau memperburuk penyakit seperti kebiasaan merokok, polusi
udara, polusi lingkungan, infeksi, genetic dan perubahan cuaca. Derajat obtruksi saluran
nafas yang terjadi, dan identifikasi komponen (kelainan kogenita) yang memugkinkan adanya
reversibilitas. Tahap perjalanan penyakit dan penyakit lain diluar paru seperti sinusitis dan
faringitis kronik. Yang pada akhirnya faktor-faktor tersebut membuat perburukan makin lebih
cepat terjadi. Untuk melakukan penatalaksanaan Obatruksi saluran nafas cronis perlu
diperhatikan factor-faktor tersebut, sehingga pengobatan Obstruksi saluran nafas cronis
menjadi lebih baik.
ETIOLOGI
1. Kelainan kogenital hidung atau jaringan
Atresia koana.
Stenosis supra glottis, glottis dan infra glottis.
Kista dukstus tiroglosus.
Kista brankiogen yang besar.
Laringokel yang besar
2. Trauma
3. Tumor
4. Infeksi akut
5. Paralisis satu atau kedua plika vokalis
6. Pangkal lidah jatuh kebelakang pada pasien tidak sadar
7. Benda asing
Benda- benda asing tersebut dapat tersangkut pada :
a. Laring
Terjadi obstruksi pada laring dapat diketahui melalui tanda-tanda sebagai berikut, yakni
secara progresif terjadi stridor, dispnoe, apnea, disfagia, hemoptisis, pernapasan otot-otot
napas tambahan atau dapat pula terjadi sianosis.Gangguan oleh benda asing ini biasanya
terjadi pada anak-anak yang disebabkan oleh berbagai biji-bijian dan tulang ikan yang tak
teratur bentuknya.
b. Saluran napas
Berdasarkan lokasi benda-benda yang tersangkut dalam saluran napas maka dapat dibagi
pada bagian atas pada trachea, dan pada brongkus.
KLASIFIKASI
1. Sumbatan parsial
Tersendak terjadi bila benda asing masuk kea rah paru-paru dan menyumbat jalan nafas kea
rah paru-paru. Bila penderita bias menghilangkan penyumbata denga cara batuk-batuk keras,
maka tidak perlu dilakukan pertolonga lagi. Tetapi bila penderita terus tersedak sehingga
sesak nafas maka perlu segera dilakukan pertologan pertama.
Gejala :
- Tersedak, tetapi tetap bias bernafas batuk dan berbicara
- Sesak bicara
2. Sumbatan total
Perlu tindakan segera dan anda hanya mempunyai waktu 3 menit untuk mengambil
sumbatan, sebelum terjadi kerusakan otak karena kekurangan oksigen.
Gejala :
- Tersedak dan tidak bias bernafas, batuk atau bicara
- Muka menjadi biru
Kelainan klinis yang terjaid ditentukan oleh 3 faktor :
a. Radiologi
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang diperolah akan timbul bayangan radiologi yang
diakibatkan oleh dua sebab, yakni:
Bila benda asing itu bersifat radioopaque, maka bayangan yang terjadi adlah disebabkan
oleh benda asing itu sendiri.
Bila bayangan yang terjadi disebabkan karna komlikasi, misalnya ateoetksis dan
emfisema,maka akan terkantung pada tipe obstruksi yang terjadi
b. Pemeriksaan faal baru
Dari pemeriksaan faal paru didapatkan defek obstruktif faal paru dan ini tergantung kepada
lokasi obstruksi yang terjadi di daerah laringotrakeal, maka akan terjadi pengurangan dari
kecepatan aliran (flowrate). Bila obstruksi terjadi disuparstrnal notch, maka akan terjadi
pengurangan dari kecepatan aliran inspirasi (inspiratory flow rate), sedangkan bila terjadi di
bawah suparsternal nocht, maka akan terjadi pengurangan dari kecepatan aliran ekspirasi
(expiratory flow rate).
TINDAKAN KEPERAWATAN
Beberapa metode tujuanya adalah mengeluarkan benda benda asing sehingga jalan nafas
tidak terhalang oleh benda asing:
1. Pengambilan
Buka mulut pasien bersihakan benda asing yang ada didalam mulut pasien dengan mengorek
dan menyapukan dua jari penolong yang telah dibukus dengan secarik kain, bebaskan jalan
nafas dari sumbatan benda asing
2. Dihisap
Posisikan kpasien terlentang/miring, kepala lebih rendah dari rungkai.
Buka mulut korban lebar-lebar.
Hisap dengan bahan yang dapt meresap cairan.
Hisap pakai mulut dengan bantuan pipa penghisap atau hisap dengan pipa karet menggunakan
semprot penghisap atau hisap dengan pipa karet menggunakan pipa penghisap mekanik/listrik
3. Abdomen Thrust
Prosedur abdomen thrust :
1. Jika pasien dalam keadaan berdiri atau duduk:
Untuk menghilangkan obstruksi pada jalan nafas atas yang di tangai oleh beberapa atau
semua dari tanda dan gejala beriktu ini:
1) Pada klien sadar, batuk volunteer menghasilan aliran udara yang besar dan dapat
menghilangkan obstruksi.
2) Chest thrust hendaknya tidak digunakan pada klien yang mengalami cedera dada, seperti
flail chest, cardiac contusion, atau fraktur strnal (simon& Brenner, 1994).
3) Pada klien yang sedang hamil tua atau yang sangat obesutas, disarankan dilakukan chest
thrusts.
4) Posisi tangan yang tepat merupakan hal penting untuk menghindari cedera pada organ-
organ yang ada di bawahnya selama dilakukan chest thrust.
Penatalaksanaan
Untuk dapat menanggulangi kasus aspirasi benda asing dengan cepat dan tepat, perlu
diketahui dengan baik lokasi tersangkutnya benda asing tersebut.Secara prinsip benda asing
di saluran napas dapat ditangani dengan pengangkatan segera secara endoskopik dengan
trauma minimum.Umumnya penderita dengan aspirasi benda asing datang ke rumah sakit
setelah melalui fase akut, sehingga pengangkatan secara endoskopik harus dipersiapkan
seoptimal mungkin, baik dari segi alat maupun personal yang telah terlatih.Penderita dengan
benda asing di laring harus mendapat pertolongan segera, karena asfiksia dapat terjadi dalam
waktu hanya beberapa menit.
Persiapan ekstraksi benda asing harus dilakukan sebaik-baiknya dengan tenaga
medis/operator, kesiapan alat yang lengkap. Besar dan bentuk benda asing harus diketahui
dan mengusahakan duplikat benda asing serta cunam yang sesuai benda asing yang akan
dikeluarkan. Benda asing yang tajam harus dilindungi dengan memasukkan benda tersebut ke
dalam lumen bronkoskop.Bila benda asing tidak dapat masuk ke lumen alat maka benda
asing kita tarik secara bersamaan dengan bronkoskop.
Di Instalasi Gawat Darurat, terapi suportif awal termasuk pemberian oksigen, monitor
jantung dan pulse oxymetri dan pemasangan IV dapat dilakukan. Bronkoskopi merupakan
terapi pilihan untuk kasus aspirasi.Pemberian steroid dan antibiotik preoperatif dapat
mengurangi komplikasi seperti edema saluran napas dan infeksi.Metilprednisolon 2 mg/kg IV
dan antibiotik spektrum luas yang cukup mencakup Streptokokus hemolitik dan
Staphylococcus aureus dapat dipertimbangkan sebelum tindakan bronkoskopi.
Riwayat, pemeriksaan fisik dan radiologi sering menunjukkan dugaan benda asing
saluran napas tanpa diagnosis pasti.Pada keadaan ini harus dibuktikan adanya benda asing
secara endoskopi untuk menyingkirkan dari diagnosis diferensial. Keterlambatan
mengeluarkan benda asing akan menambah tingkat kesulitan terutama pada anak, tetapi ahli
endoskopi menyatakan walaupun bronkoskopi harus dilakukan pada waktu yang tepat dan
cepat untuk mengurangi risiko komplikasi terapi tidak harus dilakukan terburu-buru tanpa
persiapan yang baik dan hati-hati. Penatalaksanaan dan teknik ekstraksi benda asing harus
dinilai kasus per kasus sebelum tindakan ekstraksi.
Bronkoskopi
Prinsip penanganan benda asing di saluran napas adalah mengeluarkan benda asing
tersebut dengan segera dalam kondisi paling maksimal dan trauma paling minimal. Penentuan
cara pengambilan benda asing dipengaruhi oleh faktor misalnya umur penderita, keadaan
umum, lokasi dan jenis benda asing, tajam atau tidaknya benda asing dan lamanya benda
asing berada di saluran napas. Sebenarnya tidak ada kontraindikasi absolut untuk tindakan
bronkoskopi, selama hal itu merupakan tindakan untuk menyelamatkan nyawa (life saving).
Pada keadaan tertentu dimana telah terjadi komplikasi radang saluran napas akut, tindakan
dapat ditunda sementara dilakukan pengobatan medikamentosa untuk mengatasi infeksi.Pada
aspirasi benda asing organik yang dalam waktu singkat dapat menyebabkan sumbatan total,
maka harus segera dilakukan bronkoskopi, bahkan jika perlu tanpa anestesi umum.
Benda asing di bronkus dapat dikeluarkan dengan bronkoskopi kaku maupun bronkoskopi
serat optik.Pada bayi dan anak-anak sebaiknya digunakan bronkoskopi kaku untuk
mempertahankan jalan napas dan pemberian oksigen yang adekuat, karena diameter jalan
napas pada bayi dan anak-anak sempit.Pada orang dewasa dapat dipergunakan bronkoskop
kaku atau serat optik, tergantung kasus yang dihadapi.Ukuran alat yang dipakai juga
menentukan keberhasilan tindakan.Keterampilan operator dalam bidang endoskopi juga
berperan dalam penentuan pelaksanaan tindakan bronkoskopi.
Bronkoskop kaku mempunyai keuntungan antara lain ukurannya lebih besar variasi
cunam lebih banyak, mempunyai kemampuan untuk mengekstraksi benda asing tajam dan
kemampuan untuk dilakukan ventilasi yang adekuat. Selain keuntungan di atas, penggunaan
bronkoskop kaku juga mempunyai kendala yaitu tidak bisa untuk mengambil benda asing di
distal, dapat menyebabkan patahnya gigi geligi, edema subglotik, trauma mukosa, perforasi
bronkus dan perdarahan.Pada pemakaian teleskop maupun cunam penting diperhatikan
bahwa ruang untuk pernapasan menjadi sangat berkurang, sehingga lama penggunaan alat-
alat ini harus dibatasi sesingkat mungkin.Bronkoskop serat optik dapat digunakan untuk
orang dewasa dengan benda asing kecil yang terletak di distal, penderita dengan ventilasi
mekanik, trauma kepala, trauma servikal dan rahang.
Beberapa faktor penyulit mungkin dijumpai dan dapat menimbulkan kegagalan
bronkoskopi antara lain adalah faktor penderita, saat dan waktu melakukan bronkoskopi, alat,
cara mengeluarkan benda asing, kemampuan tenaga medis dan para medis, dan jenis
anestesia. Sering bronkoskopi pada bayi dan anak kecil terdapat beberapa kesulitan yang
jarang dijumpai pada orang dewasa, karena lapisan submukosa yang longgar di daerah
subglotik menyebabkan lebih mudah terjadi edema akibat trauma. Keadaan umum anak capet
menurun, dan cepat terjadi dehidrasi dan renjatan. Demam menyebabkan perubahan
metabolisme, termasuk pemakaian oksigen dan metabolisme jaringan, vasokontriksi umum
dan perfusi jaringan terganggu. Adanya benda asing di saluran napas akan mengganggu
proses respirasi, sehingga benda asing tersebut harus segera dikeluarkan.
Pemberian kortikosteroid dan bronkodilator dapat mengurangi edema laring dan
bronkospasme pascatindakan bronkoskopi. Pada penderita dengan keadaaan sakit berat, maka
sambil menunggu tindakan keadaan umum dapat diperbaiki terlebih dahulu, misalnya:
rehidrasi, memperbaiki gangguan keseimbangan asam basa, dan pemberian antibiotika.
Keterlambatan diagnosis dapat terjadi akibat kurangnya pengetahuan dan kewaspadaan
penderita maupun orang tua mengenai riwayat tersedak sehingga menimbulkan
keterlambatan penanganan.
Kesulitan mengeluarkan benda asing saluran napas meningkat sebanding dengan lama
kejadian sejak aspirasi benda asing. Pada benda asing yang telah lama berada di dalam
saluran napas atau benda asing organik, maka mukosa yang menjadi edema dapat menutupi
benda asing dan lumen bronkus, selain itu bila telah terjadi pembentukkan jaringan granulasi
dan striktur maka benda asing menjadi susah terlihat.
Cara lain untuk mengeluarkan benda asing yang menyumbat laring secara total ialah
dengan cara perasat dari Heimlich (Heimlich maneuver), dapat dilakukan pada anak maupun
dewasa. Menurut teori Heimlich, benda asing yang masuk ke dalam laring ialah pada saat
inspirasi. Dengan demikian paru penuh dengan udara, diibaratkan sebagai botol plastik yang
tertutup, dengan menekan botol itu, maka sumbatnya akan terlempar keluar.
Komplikasi perasat Heimlich adalah kemungkinan terjadinya ruptur lambung atau hati
dan fraktur kosta. Oleh karena itu pada anak sebaiknya cara menolongnya tidak dengan
menggunakan kepalan tangan tetapi cukup dengan dua buah jari kiri dan kanan. Pada
sumbatan benda asing tidak total di laring perasat Heimlich tidak dapat digunakan. Dalam hal
ini penderita dapat dibawa ke rumah sakit terdekat yang memiliki fasilitas endoskopik berupa
laringoskop dan bronkoskop.
1) PUKULAN DAN HENTAKAN UNTUK SUMBATAN BENDA ASING
Pada penderita sadar yang mengalami aspirasi sehingga menyebabkan sumbatan
partial sebaiknya penderita disuruh batuk dan meludahkannya. Pada penderita yang
mengalami sumbatan total baik penderitanya sadar ataupun tidak apalagi sianosis, maka
segera lakukan tindakan yang mungkin masih efektif dan dibenarkan.
Langkah-langkah untuk pukulan dan hentakan yang dianjurkan:
Pada penderita sadar:
1. Penderita disuruh membatukkan keluar benda asing tersebut. Bila dalam beberapa detik
tindakan tersebut gagal, suruh penderita membuka mulut, dan bila penderita tidak sadar, buka
mulutnya secara paksa, dan segera bersihkan mulut dan faringnya dengan jari.Kalau keadaan
memungkinkan kita menggunakan laringoskop dan forsep Magill untuk mengeluarkan benda
asing tersebut.
2. Bila cara no.1 gagal, maka pada penderita sadar: Lakukan tiga sampai empat kali
pukulan punggung diikuti tiga sampai lima kali hentakan abdomen atau dada dan ulangi
usaha-usaha pembersihan.
Pada penderita tidak sadar:
Penderita diletakkan pada posisi horizontal dan usahakan ventilasi paru.Jika tindakan ini
gagal, maka lakukan pukulan punggung sebanyak 3-5 kali, diikuti 3-5 kali hentakan abdomen
atau hentakan dada.Ulangi usaha pembersihan dan ventilasi.Jika tindakan tersebut juga
mengalami kegagalan, maka ulangi urutan ventilasi, pukulan punggung, hentakan dada,
penyapuan dengan jari sampai penolong berhasil memberi ventilasi atau sampai perlengkapan
untuk mengeluarkan benda asing dari jalan nafas secara langsung tiba.Selama melakukan
tindakan-tindakan tersebut diatas periksa denyut nadi pembuluh darah besar, bila tidak teraba,
segera lakukan Resusitasi Jantung Paru.
3. Tindakan terakhir yang masih dapat kita lakukan adalah, krikotirotomi, dan ini hanya
dapat dilakukan oleh tenaga terlatih.
2) CARA-CARA MELAKUKAN PEMUKULAN PUNGGUNG DAN HENTAKAN
ABDOMEN
Untuk pukulan punggung (A) lakukan 3 sampai 5 kali pukulan dengan pangkal telapak
tangan diatas tulang belakang korban diantara kedua tulang belikatnya.Jika mungkin
rendahkan kepala dibawah dadanya untuk memanfaatkan gravitasi.
Untuk hentakan abdomen (B) berdirilah di belakang penderita, lingkarkan kedua lengan
penolong mengitari pinggang penderita, pergelangan atau kepalan tangan penolong
berpegangan satu sama lain, letakkan kedua tangan penolong pada abdomen antara pusat dan
prosesus sifoideus penderita dan kepalan tangan penolong menekan ke arah abdomen dengan
hentakan cepat. Ulangi 3 sampai 5 kali.Hindari prosesus sofoideus.Hentakan dada diatas
sternum bawah kurang menimbulkan bahaya, lebih-lebih pada wanita hamil atau gemuk.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien.
2. Riwayat kesehatan yang lalu:
Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya.
Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitifitas terhadap zat/ faktor lingkungan.
Kaji riwayat pekerjaan pasien.
3. Pengkajian keperawatan pasien yang mempunyai masalah pernapasan difokuskan pada
ventilasi, perfusi, kognisi, dan eliminasi.
a. Ventilasi
Bunyi napas
Ronki basah atau mengi dapat terdengar pada banyak masalah pernapasan.Hilangnya atau
berkurangnya bunyi napas merupakan temuan yang signifikan dan mungkin mengindikasikan
pneumotoraks atau beberapa bentuk konsolidasi alveolar. Bunyi napas dapat saja hilang atau
berkurang sebagai akibat konstriksi bronkus kanan yang disebabkan oleh aspirasi benda asing
Pernapasan
Tentukan karakter pernapasan. Frekuensi pernapasan > 50 pernapsan/menit pada bayi atau
>40 pernapsan/menit pada anak-anak usia<3 tahun merupakan kondisi sensitive dan spesifik
adanya infeksi saluran pernapasan bawah.
Lajua aliran ekspirasi
Jika apsien PPOK atau asma, periksa laju aliran ekspirasi puncak dengan menggunakan peak
flowmeter.Jika nilainya kurang dari 200 l/menit, triase segera ke ruang tindakan.
Saturasi oksigen
Tentukan tingkat SpO2 dengan oksimetri nadi kontinu.Jika tingkat SpO2 91 % atau kurang,
diperkirakan pasien harus dirawat di rumah sakit.
Sputum
Jelaskan produksi sputum.Sputum merah muda yang berbusa merupakan tanda edema alveoli
paru kardiogenik.
Dispnea
Kaji dispnea dengan menggunakan skala yang sudah distandarisasi.
b. Perfusi
Bunyi jantung
Bunyi jantung ketiga sering kali terdengar pada kasus-kasus gagal jantung.
Titik impuls maksimal
Palpasi titik impuls maksimal. Bagian apeks jantung biasanya sampai pada dinding anterior
dada atau dekat dengan ruang interkosta lima kiri di garis midklavikula.
Distensi vena jugularis
Tentukan ada tidaknya distensi vena jugularis. Ubah posisi pasien menjadi semifowler
dengan kepala miring kanan atau kiri.
c. Kognisi
Lakukan pengkajian neurologis dan catat nilai GCS. Medikasi misalnya teofilin dan alupent.
Yang digunakan untuk mengatasi gangguan pulmonal menimbulkan efek pada sistem saraf
pusat, seperti kegelisahan, takikardia, dan agitasi. Hipoksemia dan hiperkapnia dapat
menyebabkan kegelisahan dan penurunan kesadaran.
4. Kondisi Pernafasan.
v Dapat menjawab, lengkap tidak terputus-putus , tidak tersendat-sendat , tidak menggeh-
menggeh -> Fungsi pernafasan baik.
v Bila menjawab terputus-putus , tersendat-sendat , menggeh-menggeh -> Fungsi pernafasan
terganggu.
v Bila tidak menjawab, tidak ada suara, tidak ada gerak nafas, tidak ada hawa nafas ->
Pernafasan berhenti
Jika pengobatan mencakup pembedahan, penting artinya jika perawat mengetahui sifat dari
pembedahan sehingga dapat merencanakan asuhan yang sesuai. Jika pasien diperkirakan akan
tidak mempunyai suara lagi, evaluasi paska operatif oleh terapi wicara diperlukan.
Kemampuan pasien untuk mendengar, melihat, membaca, dan menulis dikaji.kerusakan
visual dan buta huruf fungsional dapat menimbulkan masalah tambahan.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan bronkospasme.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen
c. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d. inflamasi trakheobronkial, edema dan peningkatan
produksi sputum, menurunnya fungsi fisiologis saluran pernapasan, ketidakmampuan batuk,
adanya benda asing (ETT, Corpus alienum).
d. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan tidak adekuatnya ventilasi
e. Resiko terhadap aspirasi berhubungan dengan masuknya sekret, benda padat, atau cairan
ke dalam saluran nafas.
f. Cemas pada orang tua dan anak b.d penyakit yang dialami anak.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
e. Resiko terhadap aspirasi berhubungan dengan masuknya sekret, benda padat, atau cairan
ke dalam saluran nafas.
Tujuan : mengeluarkan sekreet, benda padat, atau cairan dari saluran nafas
Intervensi:
Kaji kepatenan jalan napas
Kaji pengembangan dada, kedalaman dan kemudahan bernapas dan auskultasi bunyi paru
Lakukan tindakan Manuver Heimlich
Kaji/awasi secara rutin keadaan kulit klien dan membran mukosa
Awasi tanda vital dan irama jantung
f. Cemas pada orang tua dan anak b.d penyakit yang dialami anak.
Tujuan: menurunkan kecemasan pada orang tua dan anak.
v Intervensi untuk orang tua:
Berikan ketenangan pada orang tua
Memberikan rasa nyaman.
Mendorong keluarga dengan memberikan pengertian dan informasi.
Mendorong keluarga untuk terlibat dalam perawatan anaknya.
Konsultasi dengan tim medis untuk mengetahui kondisi anaknya.
v Intervensi untuk anak :
Bina hubungan saling percaya.
Mengurangi perpisahan dengan orang tuanya.
Mendorong untuk mengekspresikan perasaannya.
Melibatkan anak dalam bermain.
Siapkan anak untuk menghadapi pengalaman baru, misal: pprosedur tindakan.
Memberikan rasa nyaman
Mendorong keluarga dengan memberikan pengertian informasi.