Anda di halaman 1dari 8

BAB IV

HUBUNGAN WARGA NEGARA DENGAN


NEGARA

A. Peta Normatif Hubungan Negara Dan Warga


Ngara Matriks Hubungan Negara Dengan
Negara Kontitusi

Warga negara Negara


V 1. Poensial 1. Politik V

A 2. Kemampuan 2. Ekonomi A

R 3. Cita-cita 3. Sosial budya R

I 4. Aspirasi 4. Hankam I

A 5. Prilaku 5. Pendidikan A

B 6. Tindakan 6. Hukum B

E 7. Persentasi 7. Agama E

L 8. Dsb. 8. Dsb. L
B. Legitilasi dan korporatasasi negara

Dari segi negara Legitimasi merupakan penerimaan


dan pengakuan masyarakat (yang di pimpin) terhadap
negara atau hak-hak yang memimpin.(surbakti, 1992).
Dari sisi masyarakat Legitimasi lebih bayak
berkaitan dengan persoalan pengakuan atas hak-hak
yang mlekat pada komunitas sosial masyarak (warga
negara).andrain (dalam sutrbakti, 1992) menyebutkan
ada lima objek sasaran dalam legitimasi yaitu :
1. Komunitas politik
2. Hukum Kelima objek tersebut
memiliki hubungan secara
3. Lembaga politik
komulatifdan hierakis
4. Pimpinan politik
5. dan kebijakan
yang mana jika objek pertama tidak mendapat dukungan
maka objk selanjutnya tidak akan mendapat dukungan
Sementar korporasi lebih bayak berlatar dari sebuah
kondisi masyarakat bersifat pluralistis, yang memiliki
pandangan pluaris, suatu masyarakat yangterdiri dari
kelompok-kelompok kepentingan (interes group) yang
di awasi pemerintah
Menurut Schmitter, sebagai mana di kutip oleh
Maswardi Rauf (dalam Budiardjo) korporatisasi
mengandung unsur :
siste perwakilan kepentingan
Organisasi kelompok-kelompok kepentingan
dalam jumlah yang kecil oleh negara yang
bersifa non-kompetitif dan berbeda secara
fungsional
Organisasi-organisai tersebut di akui dan di beri
izin atau bahkan di bentuk oleh negara
Pemberian monopoli yang mewakili angota-
anotanya
Adanya kepatuhan kepada penguasa politik
menentukan pimpinan organisai dan artikulasi
serta dukunganya

C. Negara dan Warga Negara (Refleksi Masa


Ordebaru)
Pradikma kenegaraan pada masa orde baru di peta
sedemikian rupa, di mana negara (pemerintahan)
bertangung jawab sebagai patron (bapak) dan warga
negara atau rakyat di pandang sebagi client
(anak).dengankonsep momong berarti negara memiliki
tugas dan tangung jawab lebih besar dari pada subjek
yang di emong (di asuh)
D. Pemerintah Reformasi
Perinsip reformasi indonesia adalah reformasi total,
artinya gerakan reformasi di arahkan pada upaya
pembaruan total kehidupan bangsa dan negara, cita-cita
reformasi senantiasa di tempatkan pada kerangka
landasan kemerdekaan berdasarkan UUD 1945. Dengan
demikian reformasi di pusatkan pada pembokaran
praktik-praktik hukum,tatanan kekuasaan,dan kezaliman
yang dapat merugikan bangsa.

E. Kajian banding pradikma hubungan negara dan


warga negara (kasus orde baru dan
pemerintahan)
Hubungan negara dan warga negara pada orde baru
dapat di ilhami oleh teori hegemoni yang di ungkapakan
oleh Antonio Gramsci sedangkan pada era reformasi
lebih bayak di ilhami oleh teori struktural yang di
kemukakan Antony Giddens
Munculnya teori hegemoni Gramscian ortodoks
bayak mengunakan kekuatan ekonomi dan teknologi
sebagai penentu
Sementara teori strukturasi (giddrnian) muncul
sebagai suatu reaksi dari pertentangaantar dua kubuh
sosial (Priyono1999), yaitu antara kelompok
struktualisme, fungsionalisme, dan struktur fungsional
(marx, Durkheim dan parsos) dengan kelompok
fenomologi, etnometodologi, pisikoanalisis (goffman,
schuts dan gafinkel)
Teori hegemoni di gunakan untuk mejembatani
konflik kelas penguasa dan yang dikuasai yang
bersumber dari solusi ekonomi sebagai mana
dielaborasi dari kaum marxian ortodoks, dan
mengesernya ke arah solusi politik, idiologi, kltural, dan
moral
BAB V
CARA PANDANG LOKAL DALAM KONTEKS
WAWASAN KEBANGSAAN

A. Masyarakat indonesia adalah masyarakat


pluraliastis

Masyarakat indonesia adalah masyarakat yang majemuk


(pluralistis) yang ditandai oleh beberapa faktor antara lain
perbedaan suku, agama, ras/etnis, golongan dan kebudayaan
lokal yang ber aneka ragam. Konsekuensi masyarakat
pluraliastis, masyarakat indonesia memiliki kebudayaan yang
besifat majemuk (kebinekaan). Hal ini disebabkan karena
setiap etnik memunyai daerah asal yang jelas otonomi dan
batas-batas melainkan juga memilki kultur politik yang
berkembang di masyarakat

B. Wawasan lokal dan wawasan nasional

Wawasan nasional dapat di artikan cara pandang suatu


bangsa yang di dalamnya menampakan bagaimana suatu
bangsa itu melakukan dialogis dengan kondisi geografis dan
sosial budaya, wawasan nasional di indonesia yaitu cara
pandang satu negara, aspek kewilayaan, dan wawasan
pembangunan nasional. Namun demikian dalam tataran lokal
itu di sebabkan oleh suku bangsa, agama (kepercayaan), bahasa
daerah, dan adat istiadat yang berbeda
C. Pemahaman kritis sara dalam pluralitas bangsa

Sara yang merupan akronim dari suku, agama, ras, dan


antar golongan adalah fenomena kemasyarakatan yang tumbuh
dan berkembang dalam masyarakat indonesia. Sarah adalah
gejala inheren (menyerta dan bersama) dengan kondisi
masyarakat indonesia yang bersifat pluralistis sara juga
memiliki sifat yang dapat merubah masyarakat kita menjadi
variatif dan dinamis

D. Wawasan kebangsaan dan integritas nasional

Wawasan kebangsaan dan integritas nasional merupakan


dua hal yang tidak bisa di pisakan, oleh karena itu integritas
nasional yang kokoh akan bayak ditentukan oleh pengetahuan
dan wawasan kebangsaan dengan demikian wawasan
kebangsaan dan interitas nasional adalah kunci untuk membina
dan mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa

E. Nasionalisme dalam perspektif indonesia

Nasionalisme dan negara-bangsa merupakan dua kekuatan


terbesar di dunia keduanya mampu mendominasi dunia pada
abad ke-20 tapi sekarang mulai beradapan dengan sejumlah
tantangan yang menempatkanya pada posisi yang sulit
Nasionalisme dan negara-bangsa secara radikal telah
merombak struktur kesetiaan politik rakyat dan kesetiaan
kepada dinasti menjadi kedaultan rakyat, kesetian pada dinasti
di ubah dengan gagasan kewarganegaraan, subtansi
nasionalisme dengan negara-bangsa mencakup antara lain
keadilan sosial dan HAM
Semua nilai yang ingin di capai oleh peradaban manusia.
Nasionalisme secara politik agar menjauhi suatu atau
menerima sesuatu yang bertentangan dengan hati nurani dan
aspirasi, misalkan kasus pengusuran demi pembangunan. Dan
persoalan pokok nasionalisme di indonesia pada hal ini adalah
bagaimana rakyat bisa di berdayakan, hal iu sama dengan cita-
cita reformasi total terutama dalam pemberdayaan civil society
(masyarakat sipil)

Anda mungkin juga menyukai