Anda di halaman 1dari 40

Kematian Akibat Keracunan

Abstrak : Peran toksikologi forensik dalam mengungkapkan tindak pidan membantu semua
penegak hukum khususnya dalam menganalisis racun. Adapun pekerjaan utama dari toksikologi
forensik adalah melakukan analisis dari racun sebagai bukti fisik dan menerjemahkan temuan
analisis ke dalam sebuah pernyataan apakah ada atau tidak racun yang masuk dalam melakukan
pembunuhan sebagai bukti di pengadilan. Penyidik memainkan bagian penting dalam melakukan
pemeriksaan kasus keracunan dengan mengumpulkan petunjuk selengkap mungkin, sehingga
terdeteksi penyebab kematian seseorang yang diracuni. Selanjutnya racun ditemukan oleh
toxikolok akan menjadi bukti yang bisa mengungkapkan kematian seseorang.
Kata kunci : Toksikologi Forensik, Kejahatan, Pembunuhan

Abstract : Forensic Role Toksicology in expressing doing an injustice is assist all enforcer
punish specially in analysing poison. As for especial job from forensic toksikologi conduct the
analysis from poison as physical evidence and translate the its analysis finding into a statement
whether there is or not incoming poison in doing an injustice murder as evidence in justice.
Investigator play a part important in conducting inspection of poisoned case by collecting guide
as complete as possible, so that detectable of cause of somebody death which is resulted from a
poisonous. Hereinafter poisonous found by toxicoloog will become the evidence which can
express its death somebody.
Keyword : Forensic Toksicology, Criminal , Murder

Skenario 2

Suatu hari Anda didatangi penyidik dan diminta untuk membantu mereka dalam memeriksa
suatu tempat kejadian perkara (TKP). Menurut penyidik, TKP adalah sebuah rumah yang cukup
besar milik seorang pengusaha perkayuan yang terlihat sukses. Tadi pagi si pengusaha dan
isterinya ditemukan meninggal dunia di dalam kamarnya yang terkunci di dalam. Anaknya yang
pertama kali mencurigai hal itu (pukul 08.00) karena si ayah yang biasanya bangun untuk lari
pagi, hari ini belum keluar dari kamarnya. la bersama dengan pak Ketua RT melaporkannya
kepada Poiisi.
Penyidik telah membuka kamar tersebut dan menemukan kedua orang tersebut tiduran di
tempat tidurnya dan dalam keadaan mati. Tidak ada tanda-tanda perkelahian di ruang tersebut,
segalanya masih tertata rapi sebagaimana biasa, tutur anaknya. Dari pengamatan sementara tidak
ditemukan luka-luka pada kedua mayat dan tidak ada barang yang hilang. Salah seorang
penyidik ditelepon oleh petugas asuransi bahwa ia telah dihubungi oleh anak si pengusaha
berkaitan dengan kemungkinan klaim asuransi jiwa pengusaha tersebut.

Pendahuluan

Peristiwa pelanggaran hukum kerap terjadi di masyarakat, khususnya peristiwa yang


menyangkut tubuh dan nyawa manusia. Pengusutan dan penyidikan serta penyelesaian masalah
hukum ini di tingkat lebih lanjut dan sampai pada akhirnya pada pemutusan perkara di
pengadilan, diperlukan bantuan berbagai ahli untuk membuat jelas dan terang jalannya suatu
peristiwa serta keterkaitan antara tindakan yang satu dengan yang lain dalam rangkaian peristiwa
tersebut. Dalam suatu perkara pidana yang menimbulkan korban, baik yang masih hidup maupun
yang sudah meninggal akibat peristiwa tersebut, diperlukan seorang ahli dalam bidang
kedokteran untuk memberikan penjelasan bagi para pihak yang menangani kasus tersebut, dan
diharapkan dapat menemukan kelainan yang terjadi pada anggota tubuh korban, yang
berpengaruh terhadap kesehatan korban.JHS

Adapun dokter yang diharapkan untuk membantu dalam melakukan proses penyidikan
ialah dokter yang berbekal pengetahuan kedokteran yang telah terhimpun dalam ruang lingkup
kedokteran forensik. Pasal 133 ayat (1) KUHAP menentukan bahwa,Dalam hal penyidik untuk
kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan, ataupun mati yang
diduga karena peristiwa yang merupakant tindak pidana ia berwenang mengajukan permintaan
keterangan ahli kepada kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.
Toksikologi forensik sendiri berkaitan dengan penerapan ilmu toksikologi pada berbagai
kasus dan permasalahan kriminalitas dimana obat-obatan dan bahan-bahan kimia yang dapat
menimbulkan konsekuensi medikolegal serta untuk menjadi bukti dalam pengadilan. Metode-
metode yag dpat digunkaan dalam toksikolgi forensik ini terus berkembang di berbagai belahan
dunia. Penemuan-penemuan baru mengenai obat-obatan klinis dan cara uji laboratoris sangat

1
membantu dalam penggunaan metode tertentu, alat-alat yang diperlukan, serta interpretasi hasil
dari pengujian sampel tersebut.1

Menurut Society of Forensic Toxicologist, Inc. (SOFT), bidang kerja toksikologi forensik
meliputi: 1) analisis dan evaluasi racun penyebab kematian, 2) analisis ada/tidaknya kandungan
alkohol, obat terlarang di dalam cairan tubuh atau nafas yang dapat mengakibatkan perubahan
perilaku (menurunnya kemampuan mengendarai kendaraan bermotor dijalan raya, tindak
kekerasan dan kejahatan serta penggunaan dopping), 3) analisis obat terlarang di darah dan urin
pada kasus penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan obat terlarang lainnya. Tujuan lain dari
analisis toksikologi forensik adalah dapat membuat suatu rekaan rekonstruksi suatu peristiwa
yang telah terjadi, sampai mana obat tersebut telah dapat mengakibatkan suatu perubahan
perilaku.2,3

Pembahasan

Aspek Hukum

Penyelidikan dan Penyidikan


Pasal 4 KUHAP
Penyelidik adalah setiap pejabat polisi Negara Republik Indonesia.
Pasal 5 KUHAP
(1) Penyelidik sebagaimana dimaksud pasal 4:
a. Karena kewajibannya mempunyai wewenang:
1. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak
pidana;
2. Mencari keterangan dan barang bukti;
3. Menyuruh berhenti seseorang yang dicurigai dan menanyakan serta
memeriksa tanda pengenal diri;
4. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.
b. Atas perintah penyidik dapat melakukan tindakan berupa:
1. Penangkapan, larangan meninggalkan tempat, penggeledahan dan
penyitaan;
2. Pemeriksaan dan penyitaan surat;

2
3. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang;
4. Membawa dan menghadapkan seseorang pada penyidik.
(2) Penyelidik membuat dan menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tindakan
sebagaimana tersebut pada ayat (1) huruf a dan huruf b kepada penyidik.4
Pasal 6 KUHAP
(1) Penyidik adalah :
a. pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia;
b. pejabat pegawai negeri sipil yang diberi wewenang khusus oleh Undang-
Undang
(2) Syarat kepangkatan pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) akan diatur
lebih lanjut dalam peraturan pemerintah.4
Pasal 7 KUHAP
(1) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a karena
kewajibannya mempunyai wewenang:
a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang terjadinya tindak
pidana;
b. melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian;
c. menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa surat atau tanda
pengenal diri tersangka;
d. melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan;
e. melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;
f. mengambil sidik jari dan memotret seseorang;
g. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
h. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan
pemeriksaan perkara;
i. mengadakan penghentian Penyidikan;
j. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab
(2) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf b mempunyai
wewenang sesuai dengan Undang-Undang yang menjadi dasar hukumnya masing-
masing dan dalam pelaksanaan tugasnya berada di bawah koordinasi dan
pengawasan penyidik tersebut dalam pasal 6 ayat (1) huruf a.

3
(3) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2), penyidik wajib
menjunjung tinggi hukum yang berlaku.4
o Pasal 2 PP no. 27 / 1983:
(1) Penyidik adalah:
a. Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia tertentu yang sekurang-kurangnya
berpangkat Pembantu Letnan Dua Polisi;
b. Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang sekurangkurangnya berpangkat
Pengatur Muda Tingkat I (Golongan II/b) atau yang disamakan dengan itu.
(2) Dalam hal di suatu sektor kepolisian tidak ada pejabat penyidik sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) huruf a, maka Komandan Sektor Kepolisian yang
berpangkat bintara di bawah Pembantu Letnan Dua Polisi, karena jabatannya
adalah penyidik.
(3) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a ditunjuk oleh Kepala
Kepolisian Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
(4) Wewenang petiunjukan sebagaimana dimakstid dalam ayat (3) dapat dilimpahkan
kepada pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
(5) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b diangkat oleh Menteri
atas usul diri Departemen yang membawahkan pegawai negeri tersebut, Menteri
sebelum melaksanakan pengangkatan terlebih dulu mendengarkan pertimbangan
Jaksa Agung dan Kepala Kepolisian Republik Indonesia.
(6) Wewenang pengangkatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) dapat
dilimpahkan kepada pejabat yang di ditunjuk oleh Menteri.4
o Pasal 3 PP no. 27 / 1983:
(1) Penyidik pembantu adalah:
a. Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia tertentu yang sekurang-kurangnya
berpangkat Sersan Dua Polisi
b. Pegawai Negeri Sipil Tertentu dalam lingkungan Kepolisian Negeri Republik
Indonesia yang sekurang-kurangnya berpangkat Pengatur Muda (Golongan
II/a) atau yang disamakan dengan itu.

4
(2) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a dan huruf b diangkat oleh
Kepala Kepolisian Republik Indonesia atas usul komandan atau pimpinan
kesatuan masing-masing.
(3) Wewenang pengangkatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dapat
dilimpahkan kepada pejabat Kepolisian Negari Republik Indonesia sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.4
o Pasal 79 UU Kesehatan
(1) Selain penyidik pejahat polisi negara Republik Indonesia juga kepada pejabat
pegawai negeri sipil tertentu di Departemen Kesehatan diberi wewenang khusus
sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun
1981 tentang Hukum Acara Pidana untuk melakukan penyidikan tindak pidana
sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini.
(2) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berwenang :
a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan serta keterangan
b. melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga melakukan
c. meminta keterangan dan bahan bukti dan orang atau badan usaha
d. melakukan pemeriksaan atas surat dan atau dokumen lain
e. melakukan pemeriksaan atau penyitaan bahan atau barang bukti
f. meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan
g. menghentikan penyidikan apabila tidak terdapat cukup bukti yang
membuktikan tentang adanya tindak pidana di bidang kesehatan.
(3) Kewenangan penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dilakukan menurut
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.
Penangkapan dan Penahanan
o Pasal 17 KUHAP
Perintah penangkapan dilakukan terhadap seseorang yang diduga keras melakukan
tindak pidana berdasarkan bukti permulaan yang cukup.
o Pasal 19 KUHAP
1) Penangkapan sebagaimana dimaksud dalam pasal 17, dapat dilakukan untuk
paling lama satu hari.

5
2) Terhadap tersangka pelaku pelanggaran tidak diadakan penangkapan kecuali
dalam hal ia telah dipanggil
Barang bukti dan penyitaan
o Pasal 39 KUHAP
Yang dapat dikenakan penyitaan adalah:
a. Benda atau tagihan tersangka atau terdakwa yang seluruh atau sebagian diduga
diperoleh dari tindak pidana atau sebagai hasil dari tindak pidana.
b. Benda yang telah dipergunakan secara langsung untuk melakukan tindak pidana
untuk mempersiapkannya.
c. Benda yang dipergunakan untuk menghalangi penyidikan tindak pidana.
d. Benda khusus dibuat atau diperuntukkan melakukan tindak pidana.
e. Benda lain yang mempunyai hubungan langsung dengan tindak pidana yang
dilakukan.
o Pasal 133 KUHAP
1. Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik
luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan
tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli
kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli lainnya.
2. Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan
secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan
luka atau pemeriksaan mayat atau pemeriksaan bedah mayat.
3. Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah
sakit harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat
tersebut dan diberi label yang memuat identitas mayat, dilakukan dengan diberi
cap jabatan yang dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat.
o Pasal 134 KUHAP
1. Dalam hal sangat diperlukan dimana untuk keperluan pembuktian bedah mayat
tidak mungkin lagi dihindari, penyidik wajib memberitahukan terlebih dahulu
kepada keluarga korban
2. Dalam hal keluarga keberatan, penyidik wajib menrangkan sejelas jelasnya
tentang maksud dan tujuan perlu dilakukannya pembedahan tersebut.

6
3. Apabila dalam waktu dua hari tidak ada tanggapan apapun dari keluarga atau pihak
yang perlu diberitahu tidak ditemukan, penyidik segera melaksanakan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 133 ayat (3) undang undang ini.
o Pasal 179 KUHAP
1. Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedkteran kehakiman atau
dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.
2. Semua ketentuan tersebut diatas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang
memberikan keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan
sumpah atau janji akan memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan sebenar
benarnya menurut pengetahuan dalam bidang keahlianya.

Prosedur Medikolegal

Bentuk Bantuan Dokter Bagi Peradilan dan Manfaatnya


o Pasal 183 KUHAP
Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila dengan
sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu
tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah
melakukannya.
o Pasal 184 KUHAP
(1) Alat bukti yang sah ialah
a. keterangan saksi
b. keterangan ahli
c. surat
d. petunjuk
e. keterangan terdakwa.
(2) Hal yang secara umum sudah diketahui tidak perlu dibuktikan.
o Pasal 185 KUHAP
(1) Keterangan saksi sebagai alat bukti ialah apa yang saksi nyatakan di sidang
pengadilan

7
(2) Keterangan seorang saksi saja tidak cukup untuk membuktikan bahwa terdakwa
bersalah terhadap perbuatan yang didakwakan kepadanya
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak berlaku apabila disertai
dengan suatu alat bukti yang sah lainnya.
(4) Keterangan beberapa saksi yang berdiri sendiri-sendiri tentang suatu kejadian atau
keadaan dapat digunakan sebagai suatu alat bukti yang sah apabila keterangan
saksi itu ada .hubungannya satu dengan yang lain sedemikian rupa, sehingga
dapat membenarkan adanya suatu kejadian atau keadaan tertentu.
(5) Baik pendapat maupun rekaan, yang diperoleh dari hasil pemikiran saja, bukan
merupakan keterangan saksi.
(6) Dalam menilai kebenaran keterangan seorang saksi, hakim harus dengan sungguh-
sungguh memperhatikan
a. persesuaian antara keterangan saksi satu dengan yang lain
b. persesuaian antara keterangan saksi dengan alat bukti lain
c. alasan yang mungkin dipergunakan oleh saksi untuk memberi keterangan
yang tertentu
d. cara hidup dan kesusilaan saksi serta segala sesuatu yang pada umumnya
dapat mempengaruhi dapat tidaknya keterangan itu dipercaya.
(7) Keterangan dari saksi yang tidak disumpah meskipun sesuai satu dengan yang lain
tidak merupakan alat bukti namun apabila keterangan itu sesuai dengan
keterangan dari saksi yang disumpah dapat dipergunakan sebagai tambahan alat
bukti sah yang lain.
o Pasal 186 KUHAP
Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan.
Penjelasan : Keterangan ahli ini dapat juga sudah diberikan pada waktu pemeriksaan
oleh penyidik atau penuntut umum yang dituangkan dalam suatu bentuk laporan dan
dibuat dengan mengingat sumpah di waktu ia menerima jabatan atau pekerjaan.
o Pasal 187 KUHAP
Surat sebagaimana tersebut pada Pasal 184 ayat (1) huruf c, dibuat atas sumpah
jabatan atau dikuatkan dengan sumpah, adalah:

8
a. berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat oleh pejabat umum
yang berwenang atau yang dibuat di hadapannya, yang memuat keterangan tentang
kejadian atau keadaan yang didengar, dilihat atau yang dialaminya sendiri, disertai
dengan alasan yang jelas dan tegas tentang keterangannya itu
b. surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan perundang-undangan atau surat
yang dibuat oleh pejabat mengenal hal yang termasuk dalam tata laksana yang
menjadi tanggung jawabnya dan yang diperuntukkan bagi pembuktian sesuatu hal
atau sesuatu keadaan
c. surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan keahliannya
mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta secara resmi dan padanya
d. surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya dengan isi dari alat
pembuktian yang lain.

Rahasia Jabatan dan Pembuatan SKA / Visum et Repertum


o Peraturan Pemerintah No 26 Tahun 1960 tentang lafal sumpah dokter
"Saya bersumpah/berjanji bahwa: Saya akan membaktikan hidup saya guna
kepentingan perikekemanusiaan;
Saya akan menjalankan tugas saya dengan cara yang berhormat dan bersusila, sesuai
dengan martabat pekerjaan saya;
Saya akan memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan tradisi luhur jabatan
kedokteran;
Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan saya dan
karena keilmuan saya sebagai Dokter. dst.
o Peraturan Pemerintah no 10 tahun 1966 tentang wajib simpan rahasia kedokteran
o Pasal 1 PP No 10/1966.
Yang dimaksud dengan rahasia kedokteran ialah segala sesuatu yang diketahui oleh
orang-orang tersebut dalam pasal 3 pada waktu atau selama melakukan pekerjaannya
dalam lapangan kedokteran.
o Pasal 2 PP No 10/1966.

9
Pengetahuan tersebut pasal 1 harus dirahasiakan oleh orang-orang yang tersebut
dalam pasal 3, kecuali apabila suatu peraturan lain yang sederajat atau lebih tinggi
daripada Peraturan Pemerintah ini menentukan lain.
o Pasal 3 PP No 10/1966
Yang diwajibkan menyimpan rahasia yang dimaksud dalam pasal 1 ialah:
a. tenaga kesehatan menurut pasal 2 Undang-undang tentang Tenaga Kesehatan
(Lembaran Negara tahun 1963 No. 79).
b. mahasiswa kedokteran, murid yang bertugas dalam lapangan pemeriksaan,
pengobatan dan/atau perawatan, dan orang lain yang ditetapkan oleh Menteri
Kesehatan.
o Pasal 4 PP No 10/1966
Terhadap pelanggaran ketentuan mengenai: wajib simpan rahasia kedokteran yang
tidak atau tidak dapat dipidana menurut pasal 322 atau pasal 112 Kitab Undang-
undang Hukum Pidana, Menteri Kesehatan dapat melakukan tindakan administratif
berdasarkan pasal 11 Undang-undang tentang Tenaga Kesehatan.
o Pasal 5 PP No 10/1966.
Apabila pelanggaran yang dimaksud dalam pasal 4 dilakukan oleh mereka yang
disebut dalam pasal 3 huruf b, maka Menteri Kesehatan dapat mengambil tindakan-
tindakan berdasarkan wewenang dan kebijaksanaannya.
o Pasal 6 PP No 10/1966
Dalam pelaksanaan peraturan ini Menteri Kesehatan dapat mendengar Dewan
Pelindung Susila Kedokteran dan/atau badan-badan lain bilamana perlu.
o Pasal 322 KUHP
(1) Barang siapa dengan sengaja membuka rahasia yang wajib disimpannya karena
jabatan atau pencariannya, baik yang sekarang maupun yang dahulu, diancam
dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling
banyak sembilan ribu rupiah
(2) Jika kejahatan dilakukan terhadap seorang tertentu, maka perbuatan itu hanya
dapat dituntut atas pengaduan orang itu.
o Pasal 48 KUHP
Barangsiapa melakukan perbuatan karena pengaruh daya paksa tidak dipidana.

10
o MA 117/K/Kr/1968 2 Juli 1969
Dalam noodtoestand harus dilihat adanya :
1. Pertentangan antara dua kepentingan hukum.
2. Pertentangan antara kepentingan hukum dan kewajiban.
3. Pertentangan antara dua kewajiban hukum.
o Pasal 49
(1) Tidak dipidana, barang siapa melakukan perbuatan pembelaan terpaksa untuk diri
sendiri maupun untuk orang lain, kehormatan kesusilaan atau harta benda sendiri
maupun orang lain, karena ada serangan atau ancaman serangan yang sangat dekat
pada saat itu yang melawan hukum.
(2) Pembelaan terpaksa yang melampaui batas, yang langsung disebabkan oleh
keguncangan jiwa yang hebat karena serangan atau ancaman serangan itu, tidak
dipidana
o Pasal 50
Barang siapa melakukan perbuatan untuk melaksanakan ketentuan undang-undang,
tidak dipidana.
o Pasal 51
(1) Barang siapa melakukan perbuatan untuk melaksanakan perintah jabatan yang
diberikan oleh penguasa yang berwenang, tidak dipidana.
(2) Perintah jabatan tanpa wewenang, tidak menyebabkan hapusnya pidana, kecuali
jika yang diperintah, dengan itikad baik mengira bahwa perintah diberikan dengan
wewenang dan pelaksanaannya termasuk dalam lingkungan pekerjaannya.

Bedah Mayat Klinis, Anatomis dan Transplantasi


Peraturan Pemerintah No 18 tahun 1981 tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat
Anatomis serta Transplantasi Alat dan atau Jaringan Tubuh Manusia
o Pasal 2 PP No 18/ 1981
Bedah mayat klinis hanya boleh dilakukan dalam keadaan sebagai berikut
a. Dengan persetujuan tertulis penderita dan atau keluarganya yang terdekat setelah
penderita meninggal dunia, apabila sebab kematiannya belum dapat ditentukan
dengan pasti;

11
b. Tanpa persetujuan penderita atau keluarganya yang terdekat, apabila diduga
penderita menderita penyakit yang dapat membahayakan orang lain atau
masyarakat sekitarnya
c. Tanpa persetujuan penderita atau keluarganya yang terdekat, apabila dalam jangka
waktu 2x24 jam (dua kali dua puluh empat) jam tidak ada keluarga terdekat dari
yang meninggal dunia datang ke rumah sakit
o Pasal 10 2 PP No 18/ 1981
(1) Transplantasi alat dan atau jaringan tubuh manusia dilakukan dengan
memperhatikan ketentuan-ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a
dan huruf b.
(2) Tata cara transplantasi alat dan atau jaringan tubuh manusia diatur oleh Menteri
Kesehatan.
o Pasal 11 2 PP No 18/ 1981
(1) Transplantasi alat dan atau jaringan tubuh manusia hanya boleh dilakukan oleh
dokter yang bekerja pada sebuah rumah sakit yang ditunjuk oleh Menteri
Kesehatan.
(2) Transplantasi alat dan atau jaringan tubuh manusia tidak boleh dilakukan oleh
dokter yang merawat atau mengobati donor yang bersangkutan.
o Pasal 12 2 PP No 18/ 1981
Dalam rangka transplantasi penentuan saat mati ditentukan oleh 2 (dua) orang dokter
yang tidak sangkut paut medik dengan dokter yang melakukan transplantasi.
o Pasal 13 2 PP No 18/ 1981
Persetujuan tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a, Pasal 14, dan Pasal
15 dibuat diatas kertas bermaterai dengan 2 (dua) orang saksi.
o Pasal 14 2 PP No 18/ 1981
Pengambilan alat dan atau jaringan tubuh manusia untuk keperluan transplantasi atau
BANK MATA dari korban kecelakaan yang meninggal dunia, dilakukan dengan
persetujuan tertulis keluarga yang terdekat.
o Pasal 15 2 PP No 18/ 1981
(1) Sebelum persetujuan tentang transplantasi alat dan atau jaringan tubuh manusia
diberikan oleh calon donor hidup, calon donor yang bersangkutan terlebih dahulu

12
diberitahu oleh dokter yang merawatnya termasuk dokter konsultan mengenai sifat
operasi, akibat-akibatnya, dan kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi.
(2) Dokter sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus yakin benar, bahwa donor
yang bersangkutan telah menyadari sepenuhnya arti dari pemberitahuan tersbeut.
o Pasal 16 2 PP No 18/ 1981
Donor atau keluarga donor yang meninggal dunia tidak berhak atas sesuatu
kompensasi material apapun sebagai imbalan transplantasi.
o Pasal 17 2 PP No 18/ 1981
Dilarang memperjual-belikan alat dan atau jaringan tubuh manusia.
o Pasal 18 2 PP No 18/ 1981
Dilarang mengirim dan menerima alat dan atau jaringan tubuh manusia dalam semua
bentuk ke dan dari luar negeri
o Pasal 19 2 PP No 18/ 1981
Larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 dan Pasal 18 tidak berlaku untuk
keperluan penelitian ilmiah dan keperluan lain yang ditetapkan oleh Menteri
Kesehatan.
o Pasal 70 UU Kesehatan
Bedah mayat hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan untuk itu dan dengan memperhatikan norma yang berlaku dalam
masyarakat.
Keterangan Palsu
o Pasal 267
(1) Seorang dokter yang dengan sengaja memberikan surat keterangan palsu tentang
ada atau tidaknya penyakit, kelemahan atau cacat, diancam dengan pidana penjara
paling lama empat tahun
(2) Jika keterangan diberikan dengan maksud untuk memasukkan seseorang ke dalam
rumah sakit jiwa atau untuk menahannya di situ, dijatuhkan pidana penjara paling
lama delapan tahun enam bulan.
(3) Diancam dengan pidana yang sama, barang siapa dengan sengaja memakai surat
keterangan palsu itu seolah-olah isinya sesuai dengan kebenaran.
o Pasal 7 KODEKI

13
Seorang dokter hanya memberikan keterangan atau pendapat yang dapat dibuktikan
kebenarannya.

Visum et Repertum5
Pemeriksaan medik untuk tujuan membantu penegakan hukum antara lain adalah
pembuatan visum et Repertum terhadap seseorang yang dikirim oleh polisi (penyidik) karena
diduga sebagai korban suatu tindak pidana, baik dalam peristiwa kecelakaan lalu lintas,
kecelakaan kerja, penganiayaan, pembunuhan,perkosaan, maupun korban meninggal yang
pada pemeriksaan pertama polisi, terdapat kecurigaan akan kemungkinan adanya tindak
pidana.

Visum et repertum adalah keterangan yang dibuat oleh dokter atas permintaan penyidik
yang berwenang mengenai hasil pemeriksaan medik terhadap manusia, baik hidup atau mati
ataupun bagian atau diduga bagian dari tubuh manusia, berdasarkan keilmuannya dan di
bawah sumpah, untuk kepentingan peradilan. Visum et repertum turut berperan dalam proses
pembuktian suatu perkara pidana terhadap kesehatan dan jiwa manusia.

Jenis dan bentuk visum et repertum :

a. Visum et Repertum perlukaan

Berdasarkan ketentuan dalam KUHP, penganiayaan ringan adalah penganiayaan yang


tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan jabatan atau pekerjaan,
sebagaimana bunyi pasal 352 KUHP. Umum nya yang dianggap sebagai hasil dari
penganiayaan ringan adalah korban dengan tanpa luka atau dengan luka lecet atau
memar kecil di lokasi yang tidak berbahaya/yang tidak menurunkan fungsi alat tubuh
tertentu. Luka-luka tersebut kita masukkan ke dalam kategori luka ringan atau luka
derajat satu.

KUHP pasal 90 telah memberikan batasan tentang luka berat yaitu : jatuh sakit atau
mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama sekali, atau yang
menimbulkan bahaya maut yang menyebabkan seseorang terus menerus tidak mampu
untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan pencaharian yang menyebabkan
kehilangan salah satu panca indera yang menimbulkan cacat berat yang mengakibatkan

14
terjadinya keadaan lumpuh, terganggu nya daya pikir selama empat minggu atau lebih
serta terjadinya gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.

Di dalam bagiaan pemberitaan visum et repertum biasanya disebutkan keadaan umum


korban sewaktu datang, luka-luka atau cedera atau penyakit yang ditemukan pada
pemeriksaan fisik berikut uraian tentang letak,jenis dan sifat luka serta ukurannya,
pemeriksaan khusus/penunjang, tindakan medik yang dilakukannya, riwayat perjalanan
penyakit selama perawatan dan keadaan akhir saat pengobatan/perawat selesai.
Gejala/keluhan yang dapat dibuktikan secara obyektif dapat dimasukan ke dalam bagian
pemberitaan misalnya sesak nafas,nyeri tekan,nyeri lepas,nyeri sumbu dan sebagainya.
Sedangkan keluhan subyektif misalnya keluhan sakit kepala,pusing,mual dan sebagainya.
Dalam bagian kesimpulan, dokter harus menuliskan luka-luka atau cedera atau penyakit
yang ditemukan, jenis benda penyebab nya serta derajat perlukaan. Derajat luka
dituliskan dalam kalimat yang mengarah ke rumusan delik dalam KUHP. Pada kasus ini
dimana ditemukan mayat dari pengusaha dan istri nya yang ditemukan meninggal dunia
di dalam kamarnya yang terkunci di dalam tidak ditemukan adanya luka pada kedua
mayat tersebut baik luka memar akibat kekerasan benda tumpul, patah tulang baik
terbuka ataupun tertutp ataupun luka terbuka.

b. Visum et Repertum korban kejahatan susila

Pada umumnya, korban kejahatan susila yang dimintakan visum et repertum nya
kepada dokter adalah kasus dugaan adanya persetubuhan yang diancam hukuman oleh
KUHP. Persetubuhan yang diancam pidana oleh KUHP meliputi pemerkosaan,
persetubuhan pada wanita yang tidak berdaya, persetubuhan dengan wanita yang belum
cukup umur. Pembuktian adanya persetubuhan dilakukan dengan pemeriksaan fisik
terhadap kemungkinan adanya deflorasi himen, laserasi vulva atau vagina, serta adanya
cairan mani dan sel sperma dalam vagina terutama dalam forniks posterior. Pembuktian
adanya sel sperma dapat dilakukan dengan pemeriksaan mikroskopik sediaan usap
vagina, baik langsung maupun dengan pewarnaan khusus. Adanya penyakit hubungan
seksual atau kehamilan memperkuat adanya persetubuhan, meskipun tidak diketahui saat
terjadinya. Jejak kekerasan harus dicari tidak hanya di daerah perineum, melainkan juga
daerah-daerah lain yang lazim, seperti wajah, leher, payudara, perut dan paha.

15
c. Visum et Repertum jenasah

Jenasah yang akan dimintakan visum et repertumnya harus diberi label yang memuat
identitas mayat, di-lak dengan diberi cap jabatan, yang diikatkan pada ibu jari kaki atau
bagian tubuh lainnya. Pada surat permintaan visum et repertumnya harus jelas tertulis
jenis pemeriksaan yang diminta, apakah hanya pemeriksaan luar jenasah, ataukah
pemeriksaan autopsi (bedah mayat). Bila pemeriksaan autopsi yang diinginkan maka
penyidik wajib memberitahu kepada keluarga korban dan menerangkan maksud dan
tujuannya pemeriksaan. Autopsi dilakukan setelah keluarga korban tidak keberatan atau
bila dalam dua hari tidak ada tanggapan apapun dari keluarga korban. Jenasah yang
diepriksa dapat juga berupa jenasah yang didapat dari penggalian kuburan. Jenasah hanya
boleh dibawa keluar institusi kesehatan dan diberi surat keterangan kematian bila seluruh
pemeriksaan yang diminta oleh penyidik telah dilakukan. Apabila jenasah dibawa pulang
paksa, maka baginya tidak ada surat keterangan kematian.

d. Visum et Repertum psikiatrik

Visum et Repertum psikiatrik perlu dibuat oleh karena adanya pasal 44 (1) KUHP
yang berbunyi : barang siapa melakukan perbuatan yang tidak dapat dipertanggung
jawabkan padanya disebabkan karena jiwanya cacat dalam tumbuhnya atau terganggunya
karena penyakit tidak dipidana. Jadi yang dapat dikenakan pasal ini tidak hanya orang
yang menderita penyakit jiwa (psikosis) tetapi juga orang yang retardasi mental. Apabila
penyakit jiwa yang ditemukan maka harus dibuktikan apakah penyakit itu telah ada
sewaktu tindak pidana tersebut dilakukan. Tentu saja semakin panjang jarak antara saat
kejadian dengan saat pemeriksaan akan semakin sulit bagi dokter untuk menentukannya.
Demikian pula jenis penyakit jiwa yang bersifat hilang timbul akan mempersulit
pembuatan kesimpulan dokter. Visum et Repertum psikiatrik diperuntukkan bagi
tersangka atau terdakwa pelaku tindak pidana, bukan bagi korban sebagaimana Visum et
Repertum lainnya.

16
Tanatologi

Dalam tanatologi dikenal beberapa istilah tentang mati yaitu :

a. Mati somatis : terjadi akibat terhentinya fungsi ketiga sistem penunjang kehidupan, yaitu
susunan saraf pusat, sistem kardiovaskular dan sistem pernafasan, yang menetap. Secara
klinis tidak ditemukan refleks-refleks, EEG mendatar, nadi tidak teraba, denyut jantung
tidak terdengar, tidak ada gerak pernafasan dan suara nafas tidak terdengar pada
auskultasi.

b. Mati suri : adalah terhentinya ketiga sistim kehidupan di atas yang ditentukan dengan alat
kedokteran sederhana. Dengan peralatan kedokteran canggih masih dapat dibuktikan
bahwa ketiga sistem tersebut masih berfungsi. Mati suri sering ditemukan pada kasus
keracunan obat tidur,tersengat listrik dan tenggelam.

c. Mati seluler: adalah kematian organ atau jaringan tubuh yang timbul beberapa saat
setelah kematian somatis. Daya tahan hidup masing-masing organ atau jaringan berbeda-
beda, sehingga terjadinya kematian seluler pada tiap organ atau jaringan tidak bersamaan.
Pengetahuan ini penting dalam transplantasi organ.

d. Mati serebral : adalah kerusakan kedua hemisfer otak yang ireversibel kecuali batang
otak dan serebelum, sedangkan kedua sistem lainnya yaitu pernafasan dan kardiovaskular
masih berfungsi dengan bantuan alat.

e. Mati otak : adalah bila telah terjadi kerusakan seluruh isi neronal intrakranial yang
ireversibel, termasuk batang otak dan serebelum. Dengan diketahuinya mati otak maka
dapat dikatakan seseorang secara keseluruhan tidak dapat dinyatakan hidup lagi sehingga
alat bantu dapat dihentikan.

A. Tanda kematian tidak pasti


1. Pernafasan berhenti, dinilai selama lebih dari 10 menit
(inspeksi,palpasi,auskultasi)
2. Terhentinya sirkulasi dinilai selama 15 menit, nadi karotis tidak teraba

17
3. Kulit pucat tetapi bukan tanda yang dapat dipercaya karena mungkin terjadi
spasme agonal sehingga wajah tampak kebiruan
4. Tonus otot menghilang. Relaksasi dari otot-otot wajah menyebabkan kulit
menimbul sehingga kadang-kadang membuat orang menjadi tampak lebih muda.
5. Pembuluh darah retina mengalami segmentasi beberapa menit setelah kematian.

6. Pengeringan kornea menimbulkan kekeruhan dalam waktu 10 menit yang masih


dapat dihilangkan dengan meneteskan air.

B. Tanda pasti kematian

1. Lebam mayat (livor motis). Setelah kematian klinis maka eritrosit akan
menempati tempat terbawah akibat gaya tarik bumi (gravitasi), mengisi vena dan
venula membntuk bercak berwarna merah ungu (livide) pada bagian terbawah
tubuh kecuali pada bagian tubuh yang tertekan alas keras. Lebam mayat biasanya
mulai tampak 20-30 menit pasca mati, makin lama intensitasnya bertambah dan
menjadi lengkao dan menetap selama 8-12 jam. Lebam mayat dapat digunakan
untuk tanda pasti kematian memperkirakan sebab kematian, misalnya lebam
berwarna merah terang pada keracunan CO atau CN, warna kecoklatan pada
keracunan anilin, nitrit, nitrat, sulfonal mengetahui perubahan posisi mayat yang
dilakukan setelah terjadinya lebam mayat yang menetap dan memperkirakan saat
kematian.lebam mayat terdapat pada bagian tubuh yang terletak rendah. Bila
terdapat penekanan, pembukuh darah di daerah tersebut tertutup dan karena nya
tidak dapat terisi darah dan darah tersebut akan bebas dari lebam mayat. Pada
kedua jenasah pada kasus meninggal nya pengusaha dan istri nya ditemukan
adanya lebam mayat berwarna merah terang .

2. Kaku mayat (rigor motis). Kelenturan otot setelah kematian masih dipertahankan
karena metabolisme tingkat seluler masih berjalan berupa pemecahan cadangan
glikogen otot yang menghasilkan energi. Kaku mayat dibuktikan dengan
memeriksa persendian. Dimana pada pemeriksaan pada kedua jenasah
pengusahan dan istri nya tersebut ditemukan adanya kaku mayat. Kaku mayat

18
mulai tampak kira-kira 2 jam setelah mati klinis, dimulai dari bagian luar tubuh
(otot-otot kecil) ke arah dalam (sentripetal).

3. Penurunan suhu tubuh (algor mortis) penurunan suhu tubuh terjadi karena proses
pemindahan panas dari suatu benda ke benda yang lebih dingin, melalui cara
radiasi, konduksi, evaporasi dan konveksi.

4. Pembusukan (decomposition, putrefaction). Pembusukan adalah proses degradasi


jaringan yang terjadi akibat autolisis dan kerja bakteri. Autolisis adalah pelunakan
dan pencairan jaringan yang terjadi dalam keadaan steril. Setelah seseorang
meninggal, bakteri yang normal hidup dalam tubuh segera masuk ke jaringan.
Darah merupakan media terbaik bagi bakteri tersebut untuk bertumbuh.
Pembusukan baru tampak kira-kira 24 jam pasca mati berupa warna kehijauan
pada perut kanan bawah, yaitu daerah sekum yang isinya lebih cair dan penih
dengan bakteri serta terletak dekat dinding perut. Selanjutnya rambut menjadi
mudah dicabut dan kuku mudah terlepas wajah menggembung dan berwarna ungu
kehijauan kelopak mata membengkak pipi tembem bibir tebal lidah membengkak
dan sering terjulur diantara gigi. Larva lalat akan dijumpai setelah pembentukan
gas pembusukan nyata yaitu kira-kira 36-48 jam pasca mati. Pada kasus kedua
jenasah tersebut yaitu si pengusaha dengan istri nya belum ditemukan ada nya
pembusukan tersebut.

5. Adiposera atau lilin mayat dimana terbentuknya bahan yang berwarna keputihan,
lunak atau berminyak berbau tengik yang terjadi didalam jaringan lunak tubuh
pasca mati. Adiposera dapat terbentuk di sebarang lemak tubuh, bahkan di dalam
hati, tetapi lemak superfisial yang pertama kali terkena. Biasanya perubahan
berbentuk bercak, dapat terlihat di pipi, payudara atau bokong, bagian tubuh atau
ekstremitas. Jarang seluruh lemak tubuh berubah menjadi adiposera.

6. Mumifikasi adalah proses penguapan cairan atau dehidrasi jaringan yang cukup
cepat sehingga terjadi pengeringan jaringan yang selanjutnya dapat
mengehentikan pembusukan. Jaringan berubah menjadi keras dan kering,

19
berwarnagelap berkeriput dan tidak membusuk karena kuman tidak dapat
berkembang pada lingkungan yang kering.

Pemeriksaan jenazah

Pada pemeriksaan forensik terhadap jenazah meliputi pemeriksaan luar jenazah tanpa
melakukan tindakan yang merusak keutuhan jaringan jenazah. Pemeriksaan diakukan dengan
teliti dan sistematik serta kemudian dicatat secara rinci, mulai dari bungkus atau tutup
jenazah, pakaian, benda-benda di sekitar jenazah, perhiasan, ciri-ciri umum identitas, tanda-
tanda tanatologik, gigi geligi, dan luka atau cedera atau kelainan yang ditemukan di seluruh
bagian luar. Dimana pada kasus jenazah pengusaha dan istri nya belum ditemukan adanya
bungkus atau tutup jenazah, pakaian kedua jenazah masih dalam keadaan utuh tidak ada
bekas robekan, kemudian barang-barang disekitar kamar tidur kedua jenazah masih dalam
keadaan utuh dan tertata rapi. Tidak ditemukan adanya luka atau cedera pada kedua mayat
tersebut.

Apabila penyidik hanya meminta pemeriksaan luar saja, maka kesimpulan Visum et
Repertum menyebutkan jenis luka atau kelainan yang ditemukan dan jenis kekerasan
penyebabnya, sedangkan sebab matinya tidak dapat ditentukan karena tidak dilakukan
pemeriksaan bedah jenazah. Apabila dapat diperkirakan dapat dicantumkan dalam
kesimpulan.

Kemudian dilakukan pemeriksaan bedah jenazah menyeluruh dengan membuka rongga


tengkorak, leher, dada, perut dan panggul. Kadang kala dilakukan pemeriksaan penunjang
yang diperlukan seperti pemeriksaan histopatologik, toksikologik,serologik, dsb.

Dari pemeriksaan dapat disimpulkan sebab kematian korban, selain jenis luka atau
kelainan, jenis kekerasan penyebabnya, dan saat kematian seperti tersebut diatas.

20
Penyebab kematian

A. Traumatologi

Pada pemeriksaan traumatologi pertama dilihat apakah terdapat luka akibat kekerasan
benda tumpul pada kedua jenazah sepasang suami istri tersebut seperti luka memar (kontusio,
hematom)m, luka lecet (ekskoriasi, abrasi) dan luka terbuka/robek (vulnus laseratum).
Memar adalah suatu perdarahan dalam jaringan bawah kulit/kutis akibat pecahnya kapiler
dan vena yang disebabkan oleh kekerasan benda tumpul. Umur luka memar secara kasar
dapat diperkirakan melalui perubahan warnanya. Pada saat timbul memar berwarna merah,
kemudian berubah menjadi ungu atau hitam setelah 4-5 hari akan berwarna hijau yang
kemudian akan berubah menjadi kuning dalam 7 sampai 10 hari dan akhirnya menghilang
dalam 14 sampai 15 hari. Kemudian luka lecet terjadi akibat cedera pada epidermis yang
bersentuhan dengan benda yang memiliki permukaan kasar atau runcing, misalnya pada
kejadian kecelakaan lalu lintas, tubuh terbentur aspal jalan, atau sebaliknya benda tersebut
yang bergerak dan bersentuhan denga n kulit. Luka lecet bisa merupakan luka lecet gores
akibat benda runcing, luka lecet serut yang merupakan variasi dari luka lecet gores yang
daerah persentuhannya dengan permukaan kulit lebih lebar. Kemudian luka lecet tekan
karena penjejakan benda tumpul pada kulit, luka lecet geser yang disebabkan oleh tekanan
linier pada kulit disertai gerakan bergeser misalnya pad akasus gantung atau jerat serta pada
korban pecut. Dan luka robek yang merupakan luka terbuka akibat trauma benda tumpul
yang menyebabkan kulit teregang ke satu arah. Cedera leher dapat terjadi pada misalnya
penumpang kendaraan yang ditabrak dari belakang karena terjadi hiperekstensi kepala yang
disusul dengan hiperfleksi.

Yang dimaksud denga kekerasan benda setengah tajam adalah cedera akibat kekerasan
benda tumpul yang mempunyai tepi rata, misalnya meja,lempengan besi, gigi dan
sebagainya. Luka yang terjadi adalah luka dengan ciri-ciri luka akibat kekerasan tumpul
namun bentuknya beraturan. Pada luka akibat kekerasan benda tajam dimana benda-benda
yang dapat mengakibatkan luka dengan sifat luka seperti ini adalah benda yang memiliki sisi
tajam, baik berupa garis maupun runcing, yang bervariasi dari alat-alat seperti pisau, golok
dan sebagainya hingga keping kaca, gelas, logam, sembilu, nahkan tepi kertas atau rumput.
Gambaran umum luka yang diakibatkannya adalah tepi dan dinding luka yang rata,

21
berbentuk garis tidak terdapat jembatan jaringan dan dasar luka berbentuk garis atau titik.
Luka akibat kekerasan benda tajam dapat berupa luka iris, atau sayat, luka tusuk dan luka
bacok. Pemeriksaan pada kain (baju) yang terkena pisau bertujuan untuk melihat interaksi
antara pisau-kain-tubuh.

Pada luka akibat tembakan senjata api dimana anak peluru yang menembus kulit akan
menyebabkan terjadinya lubang yang dikelilingi bagian yang kehilangan kulit ari berupa
kelim lecet. Selain itu zat yang melekat pada anak peluru seperti minyak pelumas, jelaga dam
elemen mesiu akan terusap pada tepi lubang sehingga terbentuk kelim kesat. Bisa juga luka
yang disebabkan oleh suhu/temperatur ataupun luka bakar akibat kontak kulit dengan bena
bersuhu tinggi.

Pada luka akibat trauma listrik, gambaran makroskopis jejas listrik pada daerah kontak
berupa kerusakan lapisan tanduk kulit sebagai luka bakar dengan tepi yang menonjol di
sekitarnya terdapat daerah yang pucat dikelilingi oleh kulit yang hiperemi. Pada luka akibat
petir dapat ditemukan aborosent mark (kemerahan pada kulit seperti percabangan pohon).

Pada luka akibat trauma bahan kimia misalnya akibat asam kuat dapat menimbulkan
korosi yang kering, keras seperti kertas perkamen sedangkan basa kuat membentuk reaksi
penyabunan intra sel sehingga menimbulkan luka yang basah licin dan kerusakan akan terus
berlanjut sampai dalam.

Reaksi vital terhadap luka yang umum adalah : perdarahan, berupa ekimosis, petachiae
dan terjadinya emboli. Adanya jelaga pada saluran nafas dan lambung serta CO-Hb darah
(10%) serta cyanida (kadang-kadang) menunjukkan bahwa orang tersebut masih hidup
sewaktu terbakar.

B. Toksikologi

Berdasarkan tempat dimana racun berada, dapat ibagi menjadi racun yang terdapat di
alam bebas, misalnya gas racun di alam, racun yang terdapat di rumah tangga; misalnya
deterjen,desinfektan,insektisida,pembersih (cleaners). Racun yang digunakan dalam
pertanian,misalnya insektisida,herbisida,pestisida. Racun yang digunakan dalam industri dan
laboratorium,misalnya asam dan basa kuat,logam berat. Racun yang terdapat dalam makanan
misalnya CN dalam singkong,toksin botulinus, bahan pengawet, zat aditif serta racun dalam

22
bentuk obat,misalnya hipnotik ,sedatif, dll. Ada racun yang bekerja lokal dan menimbulkan
beberapa reaksi misalnya perangsangan,peradangan atau korosif. Keadaan ini dapat
menimbulkan rasa nyeri yang hebat dan dapat menyebabkan kematian akibat syok
neurogenik. Contoh racun korosif adalah asam dan basa kuat : H2SO4, HNO3, NaOH, KOH;
golongan halogen seperti fenol, lisol dan senyawa logam. Racun yang bekerja sistemik dan
mempunyai afinitas terhadap salah satu sistem misalnya barbiturat, alkohol, morfin terhadap
susunan saraf pusat, digitalis, oksalat terhadap jantung, CO terhadap hemoglobi darah.
Terdapat pula racun yang mempunyai efek lokal dan sistemik sekaligus misalnya asam
karbol yang menyebabkan erosi lambung dan sebagian yang diasbsorpsi akan menimbulkan
depresi susunan saraf pusat.

Faktor yang mempengaruhi keracunan :

a. Cara masuk : keracunan paling cepat terjadi jika masuknya racun secara inhalasi. Cara
masuk lain,berturut-turut ialah intravena ,intramuskular, intaperitoneal,subkutan peroral
dan paling lambat ialah bila melalui kulit yang sehat.
b. Umur : kecuali untuk beberapa jenis racun tertentu ,orang tua dan anak-anak lebih sensitif
misalnya pada barbiturat.
c. Kondisi tubuh : penderita penyakit ginjal umum nya lebih mudah mengalami keracunan.
Pada penderita demam dan penyakit lambung, absorpsi dapat terjadi dengan lambat.
Bentuk fisik dan kondisi fisik, misalnya lambung berisi atau kosong.
d. Kebiasaan : sangat berpengaruh pada racun golongan alkohol dan morfin,sebab dapat
terjadi toleransi ,tetapi toleransi tidak dapat menetap,jika pada suatu ketika dihentikan,
maka toleransi akan menurun lagi.
e. Idiosinkrasi dan alergi : pada vitamin E, penisilin ,streptomisisn dan prokain. Pengaruh
langsung racun tergantung pada takaran. Makin tinggi takaran akan makin cepat (kuat)
keracunan.
f. Waktu pemberian : untuk racun yang ditelan, jika ditelan sebelum makan,absorpsi terjadi
lebih baik sehingga efek akan timbul lebih cepat. Jangka pemberian untuk waktu lama
(kronik) atau waktu singkat/sesaat.

23
Klasifikasi Racun

Racun adalah suatu zat yang apabila kontak atau masuk kedalam tubuh dalam jumlah
tertentu (dosis toksik) merusak faal tubuh baik secara kimia mauppun fisiologis sehingga
menyebabkan sakit atau pun kematian. Untuk kepentingan di bidang forensik, racun dibagi
berdasarkan sifat kimia, fisik serta pengaruhnya terhadap tubuh manusia, yaitu:

1. Racun Anorganik.
a. Racun Korosif6
Terdiri atas racun yang dapat menyebabkan kerusakan atau kematian selsel yang
terkena akibat efek lokal. Pada itngkat yang lebih ringan dapat terjadi iritasi atau
keradangan. Beberapa racun korosif juga memberikan efek sistemik dan diabsorpsi
ke dalam peredaran darah sehingga menyebabkan efek umum. Pembagian racun
korosif:
o Acid Corrosif
Mineral Acid (Asam sulfat, asam khlorida dan asam sitrat)
Asam Organik (asam oksalat, asetat, asam formiat)
Halogenida (klorin, bromin, iodin, flourin) d. Corrosive Mineral Salt
o Alkaline Corrosive
o Organic Corrosive
Phenol group (Methyl Phenol, dihydroxibenzene, guiaacol, pyrogallol)
Formaldehyde
b. Racun Metalik6
Terdiri atas semua racun yang mempunyai elemen logam dalam molekulnya.
Bebrapa perkelcualian, beberapa logam seperti arsenikum, merkuri, ataupun timah
hitam jarang toksisi bila berada dalam bentuk logam murninya, kecuali bentuk
senyawa kimianya akan toksis. Banyak senyawasenyawa logam ini mempunyai
daya korosif dan efek lokal yang cukup hebat.
Senyawasenyawa dari logam dapat terdir dari kombinasi asam kuat dengan
logam alkali lemah seperti: seng sulfat atau cupri sulfat yang akan menunjukkan efek
korosif. Juga dapat dibentuk dari logam basa kuat dengan gugus asam lemah seperti
kalium carbonat, sautu garam dengan daya kerja sebagai racun korosif biasa.

24
Efek utama racun metalik setelah absorbsi terjai adalah pada parenkim terutama
organ viseral. Namun, beberapa racun logam lain seperti senyawa radio aktif jarang
menyababkan gangguan pada site of absorption, tetapi akan memeberikan efek pada
jaringan tempat diakumulasikan seperti tulang dan sumsum tulang.
c. Racun nonmetalik
2. Racun Organik
a. Racun Volatil dan non Volatil
Pada racun jenis ini, senyawa yang digunakan adalah turunan dari alkohol, yaitu
Methyl Alcohol (metanol). Metanol juga dikenal sebagai Wood alcohol dimana
lethal dosisnya sangat bervariasi pada setiap orang. Kematian timbul pada 30-60 ml
pemberian methanol. Kadangkadang gejala tidak tampak sampai 26 jam atau lebih
setelah keracunan namun tibatiba penderita dapat meninggal. Hal ini disebabkan
oleh efk depresi CNS, edema serebri dan asidosis akibat dari oksidasi yang lambat
dan tidak sempurna dari methanol dalam tubuh menjadi fermaldehid dan asam
semut.6
b. Racun non alkaloid
3. Racun Gas6,7
Racun gas terdiri dari karbon Dioksida dan Karbon Monoksida. Karbon Dioksida
akan menyebabkan asfiksia karena berkurangnya jumlah oksigen di udarapernafasan dan
proses ini pada tahap awal akan dipercepat dengan adanya efek langsung Karbon
Dioksida pada pusat pernafasan, sehingga tingkat keracunan perinhalasi makin berat.
Gejala keracunan akibat karbon dioksida adalah: sakit kepala serta kepala terasa berat,
tinitus, nausea, perspirasi, ototototmenjadi lemah, somnolensi hebat, tekanan darah
menignkat disertai dengan sianosis, pernafasan cepat dan nadi cepat, collaps, koma dan
meninggal. Penyebab kematian pada akibat keracunan gas karbon dioksida adalah
asfiksia akibat anoksia otak dan jaringan tubuh lainnya. Pada karbon monoksida, gas ini
berasal dari pembakaran yang tidak sempurna dari senyawa organik misal asap kendaraan
bermotor, gas untuk memasak, hasil pembakaran batu bara dan lainlain. Karbon
monoksida akan mengikan Hb secara cepat dan lengkap dan menghambat oksigen
berikatan dengan oksigen. Sehingga suplai oksigen ke organ vital pun akan berkurang
dan akan timbul anoksemia. Lama kelamaan, Hb akan kehilangan kemampuannya untuk

25
mengikat oksigen dan akan mmeperpuruk kondisi anoksemia pada jaringan. Gejala klinis
keracunan karbon monoksida dapat terjadi mendadak, namun biasanya terjadi secara
mendadak, pelipis berdenyut, tinitus, pusing, mual, muntah, pandangan kabur dan
pingsan. Wajah kemerahan, daya ingta menurun, vertigo, anestesia, hilangnya daya untuk
bergerak secara spontan. Selanjutnya denyut nadi akan melemah dan pelan sampai terjadi
henti jantung (cardiac arrest). Pada korban yang mati tidak lama setelah keracunan CO,
ditemukan lebam mayat berwarna merah terang (cherry pink colour) yang tampak jelas
bila kadarkarboksihemoglobin (COHb)mencapai 30% atau lebih.
4. Racun lainlain6
Jenisjenis racun yang termasuk dalam golongan ini adalah insektisida, racun
binatang, dan racun makanan. Insektisida berdasaarkan asal dan sifat kimiawinya dibagi
menjadi:
a. Berasal dari tumbuhtumbuhan seperti Derris, Pyrethrum, Nicotine
b. Insektisida Sintesis, terdiri dari golongan Chlorinated Hydrocarbon,
Organophosphate, Carbamate,dan Dinitrophenol.
Pada keracunan makanan, umumnya disebabkan oleh adanya bahan asing yang bersifat
toksis dalam makanan. Keadaan ini dapat terjadi dan digolongkan dalam 4 golongan
yaitu:
1. Bahan asing anorganik atau organik baik sengaja ataupun tidak tercampur dalam
makanan pada waktu proses pembuatan atau pengawetan.
2. Makanan itu sendiri yang mengandung racun. Misal sianida pada singkong.
3. Adanya kuman atau parasit patogen dalam makanan
4. Adanya toksin kuman dalam makanan

Kriteria diagnostik :

Diagnosa keracunan didasarkan atas adanya tanda dan gejala yang sesuai dengan racun
penyebab. Dengan analisis kimiawi dapat dibuktikan adanya racun pada sisa barang bukti.
Yang terpenting pada penegakan diagnosis keracunan adalah dapat ditemukan racun/sisa
racun dalam tubuh/cairan tubuh korban, jika racun menjalar secara sistemik serta terdapat
nya kelainan pada tubuh korban baik makroskopik maupun mikroskopik yang sesuai dengan

26
racun penyebab. Disamping itu perlu pula dipastikan bahwa korban tersebut benar-benar
kontak dengan racun.

Yang perlu diperhatikan untuk pemeriksaan korban keracunan ialah keterangan tentang
racun apa kira-kira yang merupakan penyebabnya, dengan demikian pemeriksaan dapat
dilakukan dengan lebih terarah dan dapat menghemat waktu, tenaga, dan biaya.

Pemeriksaan kedokteran forensik :

Korban mati akibat keracunan umumnya dapat dibagi menjadi 2 golongan yang sejak
semula sudah dicurigai kematian diakibatkan oleh keracunan dan ada kasus yang sampai saat
sebelum autopsi dilakukan, belum ada kecurigaan terhadap kemungkinan keracunan. Harus
dipikirkan kemungkinan kematian akibat keracunan bila pada pemeriksaan setempat
terdapatkecurigaan akan keracunan,bila pada autopsi ditemukan kelainan yang lazim
ditemukan pada keracunan dengan zat tertentu,misalnya lebam mayat yang tidak biasa
(cheery pink colour pada keracunan CO, merah terang pada keracunan CN; kecoklatan pada
keracunan nitrit, nitrat, anilin, fanasetin dan kina) luka bekas suntikan sepanjang vena dan
keluarnya buih dari mulut dan hidung (keracunan morfin); bau amandel (keracunan CN) atau
bau kutu busuk (keracunan malation) serta bila pada autopsi tak ditemukan penyebab
kematian. Dalam menangani kasus kematian akibat keracunan perlu dilakukan beberapa
pemeriksaan penting yaitu : pemeriksaan di tempat kejadian,autopsi dan analisis
toksikologik.

Pemeriksaan di tempat kejadian (TKP) :

Pemeriksaan di tempat kejadian penting untuk membantu penentuan penyebab kematian


dan menentukan cara kematian. Pemeriksaan harus ditujukan untuk menjelaskan apakah
mungkin orang itu mati akibat keracunan misalnya dengan memeriksa tempat obat, apakah
ada sisa obat atau pembungkusnya. Jika diduga korban adalah seorang morfinis, cari bubuk
heroin, pembungkusnya atau alat penyuntik. Bila terdapat muntahan, apakah berbau fosfor
(bau bawang putih) bagaimana sifat muntahan misalnya seperti bubuk kopi (zat kaustik),

27
berwarna hitam (H2SO4 pekat), kuning (HNO3), biru kehijauan (CuSO4). Apakah terdapat
gelas atau alat minum lain, atau ada surat perpisahan/peninggalan jika merupakan kasus
bunuh diri. Mengumpulkan keterangan sebanyak mungkin tentang saat kematian, kapan
terakhir kali ditemukan dalam keadaan sehat, sebelum kejadian ini apakah si pengusahan
dan istri nya sehat-sehat saja. Berapa lama gejala timbul setelah makan/minum terakhir, dan
apa gejala-gejalanya. Bila sebelumnya sudah sakit, apa penyakitnya dan obat-obat apa yang
diberikan serta siapa yang memberi. Harus ditanyakan pada dokter yang memberi obat, apa
penyakitnya,obat-obat apa yang diberikan dan berapa banyak,juga ditanyakan apakah apotik
memberikan obat yang sesuai. Obat yang tersisa dihitung jumlahnya. Dapat pula ditanyakan
pada keluarga atau anak korban bagaimana keadaan emosi kedua korban tersebut
sebelumnya dan pekerjaan korban,sebab mungkin saja racun diambil dari tempat ia bekerja
atau mengalami industrial poisoning.

Mengumpulkan barang bukti : kumpulkan obat-obatan dan pembungkus nya bila ada,
muntahan harus diambil dengan kertas saring dan disimpan dalam toples periksa adanya
etiket dari apotik dan jangan lupa untuk memeriksa temopat sampah.

Pemeriksaan luar :

1. Bau : dari bau yang tercium dapat diperoleh petunjuk racun apa kiranya yang ditelan oleh
korban. Pemeriksa dapat mencium bau amandel pada penelanan sianida, bau minyak
tanah pada penelanan larutan insektisida, bau kutu busuk pada malation, bau ammonia,
fenol (asam karbolat), lisol, alkohol, eter, kloroform dan lain-lain. Maka pada tiap kasus
keracunan pemeriksa selalu harus memperhatikan bau yang tercium dari pakaian, lubang
hidung dan mulut serta rongga badan. Segera setelah pemeriksa berada di samping mayat
ia harus menekan dada mayat dan menentukan apakah ada suatu bau yang tidak biasa
keluar dari lubang-lubang hidung dan mulut.

2. Pakaian : pada pakaian dapat ditemukan bercak-bercak yang disebabkan oleh tercecernya
racun yang ditelan atau oleh muntahan. Misalnya bercak berwarna berwarna coklat
karena asam sulfat atau kuning karena asam nitrat. Penyebaran bercak perlu diperhatikan
karena dari penyebaran itu kadang-kadang dapat diperoleh petunjuk tentang

28
intensi/kemauan korban yaitu apakah racun itu ditelan atas kemauannya sendiri (bunuh
diri) atau dipaksa (pembunuhan). Dalam hal korban dipegangi dan dicocoki secara paksa,
maka bercak-bercak akan tersebar pada derah yang luas. Selain itu pada pakaian mungkin
melekat bau racun.

3. Lebam mayat : warna lebam mayat yang tidak biasa juga mempunyai makna, karena
warna lebam mayat pada dasarnya adalah manifestasi warna darah yang tampak pada
kulit. Perhatikan adanya kelainan di tempat masuknya racun.

Kulit diperiksa untuk mencari luka bekas suntikan yang baru.

4. Perubahan kulit : misalnya hiperpigmentasi atau melanosis dan keratosis telapak tangan
dan kaki pada keracunan arsen kronik. Kulit berwarna kelabu kebiru-biruan pada
keracunan perak (Ag) kronik (deposisi perak dalam jaringan ikat dan korium kulit). Kulit
akan berwarna kuning pada keracunan tembaga (Cu) dan fosfor akibat hemolisis. Vesikel
atau bula pada tumit, bokong, dan punggung pada keracunan karbon monoksida dan
barbiturat akut. Diperhatikan juga pada kuku korban dimana pada keracunan arsen kronik
dapat ditemukan kuku yang menebal secara tidak teratur. Juga pada keracunan talium
kronik ditemukan kelainan trofik pada kuku. Kebotakan dapat ditemukan pada keracunan
talium,arsen, air raksa dan boraks.ikterik pada keracunan dengan zat hepatotoksik seperti
fosfor, karbon tetra klorida. Perdarahan pada pemakaian dicoumarol atau akibat bisa ular.

Pada pemeriksaan in situ perhatikan warna otot-otot dan alat-alat dimana pada
pemeriksaan kedua korban suami istri itu ditemukan warna merah muda cerah. Pada
sianida berwarna merah cerah. Warna coklat pada pada racun dengan ekskresi melalui
mukosa usus. Lambung mungkin tampak hiperemik atau kehitam-hitaman dan terdapat
perforasi akibat zat korosif.

Pemeriksaan Penunjang

Pada otopsi juga dilakukan prosedur laboratorium yaitu :


1) Sediaan histopatologi dari masing-masing organ.

29
Dari tiap organ diambil sediaan sebesar 2 x 2 x1 cm kubik dan difiksasi dalam formalin
10%.Organ yang diambil adalah: paru-paru, hati, limpa, pankreas, otot jantung, arteri
koronaria, kelenjar gondok, ginjal, prostat, uterus, korteks otak, basal ganglia dan dari
bagian lain yang menunjukkan adanya kelainan.

2) Pemeriksaan toksikologi
Prinsip pengambilan sampel pada kasus keracunan adalah diambil sebanyak-banyaknya
setelah kita sisihkan untuk cadangan dan untuk pemeriksaan histopatolgik. Secara umum
sampel yang harus diambil adalah :

a. Lambung dan isinya


b. Seluruh usus dan isisnya dengan membuat sekat dengan ikatan-ikatan pada usus
setiap jarak sekitar 60 cm.
c. Darah, yang berasal dari sentral (jantung) dan yang berasal dari perifer (V. jugularis,
A. femoralis, dan sebagainya), masing-masing 50 ml dan dibagi dua, satu diberi
bahan pengawet dan yang lain tidak diberi bahan pengawet.
d. Hati, sebagai tempat detoksikasi, diambil sebanyak 500 gram.
e. Ginjal diambil keduanya yaitu pada kasus keracunan logam berat khususnya atau bila
urine tidak tersedia.
f. Otak diambil 500 gram khusus untuk keracunan. Kloroform dan sianida,
dimungkinkan karena otak terdiri dari jaringan lipoid yang mempunyai kemampuan
untuk meretensi racun walaupun telah mengalami pembusukan.
g. Urin, diambil seluruhnya, karena pada umumnya racun akan diekresikan lewat urin,
khususnya pada tes penyaring untuk keracunan narkotika, alkohol dan stimulan.
h. Empedu, diambil karena tempat ekresi berbagai racun.
i. Pada kasus khusus dapat diambil : jaringan suntikan, ajringan otot, lemak di bawah
kulit dinding perut, rambut, kuku dan cairan otak. Pada pemeriksaan intoksikasi,
digunakan alkohol dan larutan garamjenuh pada sampel padat atau organ. NaF 1%
dan campuran NaF dan Na sitrat digunakan untuk sampel cair. Sedangkan natrium
benzoate dan phenyl mercury nitrate khusus untuk pengawet urin.

30
Pada pemeriksaan intoksikasi, digunakan alkohol dan larutan garam jenuh pada sampel
padat atau organ. NaF 1% dan campuran NaF dan Na sitrat digunakan untuk sampel cair.
Sedangkan natrium benzoate dan phenyl mercuric nitrate khusus untuk pengawet urine.3,6
Selain pengambilan sampel melalui autopsi secara diseksi, terdapat teknik lain dalam
melihat kelainan tanpa melakukan diseksi. Alatalat untuk diagnosa seperti endoskopi dan
MRI dapat digunakan untuk melihat kelainan internal tanpa melakukan diseksi pada tubuh
korban. Akan tetapi, diseksi tetap menjadi pilihan utama dalam tindakan.8

Kemungkinan Kematian Korban

Keracunan karbon monoksida :

Karbon monoksida (CO) adalah tracun yang tertua dalam sejarah manusia. Gas CO adalah
gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak merangsang selaput lendir. Sumber gas CO
dapat ditemukan pada hasil pembakaran, motor yang menggunakan bensin, gas arang batu,
alat pemanas berbahan bakar gas, lemari es gas, cerobong asap yang tidak bekerja dengan
baik.

Farmakokinetik : CO hanya diserap ,melalui paru dan sebagian besar diikat oleh hemoglobin
secara reversibel, membentuk karboksi-hemoglobin. Selebihnya mengikat diri dengan
mioglobin dan beberapa protein heme ekstravaskuler lain. CO bukan merupakan racun yang
kumulatif. Absorpsi atau ekskresi CO ditentukan oleh kadar CO dalam udara lingkungan,
kadar COHb sebelum pemaparan , lamanya pemaparan dan ventilasi paru.

Farmakodinamik : CO bereaksi dengan Fe dari porfirin dan karena itu CO bersaing dengan
O2 dalam mengikat protein heme yaitu hemoglobin, mioglobin, sitokrom oksidase dan
sitokrom P-450, Hb dan sitokrom A3. Dengan diikatnya Hb, menjadi COHb mengakibatkan
Hb menjadi inaktif sehingga darah berkurang kemampuannya untuk mengangkut O2.
Konsentrasi CO dalam udara lingkungandan lama nya inhalasi menentukan kecepatan
timbulnya gejala-gejala ataru kematian.

Tanda dan gejala keracunan :

31
Gejala keracunan CO berkaitan dengan kadar COHb dalam darah. Pada gejala saturasi
sampai dengan 10% tidak terdapat gejala-gejala. Pada kondisi ekstrim dimana kadar
presentasi saturasi COHb mencapai 70-80 % gejala-gejala nya nadi lemah, pernafasan
lambat, gagal pernafasan dan mati.

Pemeriksaan kedokteran forensik : diagnosis keracunan CO pada korban hidup biasanya


berdasarkan anamnesis adanya kontak dan ditemukannnya gejala keracunan CO. Pada
korban yang mati tidak lama setelah keracunan CO, ditemukan lebam mayat berwarna merah
muda terang, yang tampak jelas bila kadar COHb mencapai 30% atau lebih. Pada analisa
toksikologik darah akan ditemukan adanya COHb. Kelainan yang dapat ditemukan adalah
kelainan akibat hipoksemia dan komplikasi yang timbul selama penderita dirawat.

Pemeriksaan laboratorium : untuk penentuan COHb secara kualitatif dapat dikerjakan uji
dilusi alkali. Perlu diperhatikan bahwa darah yang dapat digunakan sebagai kontrol dalam uji
dilusi alkali ini. Haruslah darah dengan Hb yang normal. Jangan gunakan darah Foetus
karena dikatakan bahwa darah Foetus juga bersifat resisten terhadap alkali. Pemeriksaan
adanya COHb dalam darah juga dapat melalui penentuan secara spektroskopis. Cara
spektrofotometrik adalah cara yang terbaik untuk melakukan analisis CO atas darah segar
korban keracunan CO yang masih hidup, karena hanya dengan cara ini, dapat ditentukan
rasio COHb : OxiHb. Darah mayat adalah darah yang tidak segar sehingga memberikan hasil
yang tidak dapat dipercaya. Cara kromatografi gas banyak dipakai untuk mengukur kadar CO
dari sampel darah mayat dan cukup dapat dipercaya.

Keracunan Sianida

Sianida (CN) merupakan racun yang sangat toksik karena garam sianida dalam takaran kecil
sudah cukup untuk menimbulkan kematian pada seseorang dengan cepat seperti bunuh diri
yang dilakukan oleh beberapa tokoh nazi. Sumber sianida : hidrogen sianida merupakan
cairan jernih yang bersifat asam, larut dalam air, alkohol, dan eter. Garam sianida yang
dipakai dalam pengerasan besi dan baja, dalam proses penyepuhan emas dan perak serta
dalam fotografi. Sianida juga didapat ari biji tumbuh-tumbuhan genus prunus , singkong liar,
umbi-umbian liar,temu lawak, cherry liar,plum,aprikot,amigdalin liar,jetberry bush,dll.

32
Farmakokinetik : garam sianida cepat diabsorpsi melalui saluran pencernaan cyanogen dan
uap HCN diabsorpsi melalui pernafasan. HCN cair akan cepat diabsorpsi melalui kulit tetapi
gas HCN lambat. Sianida dapat masuk ke dalam tubuh melalui mulut,inhalasi dan kulit.
Setelah diabsorbsi, masuk ke dalam sirkulasi darah sebagai CN bebas dan tidak berikatan
dengan hemoglobin,kecuali dalam bentuk methemoglobin akan terbentuk methemoglobin.

Tanda dan gejala keracunan : cepat menyebabkan kegagalan pernafasan dan kematian dapat
timbul dalam beberapa menit. Korban mengeluh terasa terbakar pada kerongkongan dan
lidah, sesak nafas,hipersalivasi, mual,muntah , sakit kepala, vertigo, fotofobi, tinitus, pusing
dan kelelahan. Dapat pula ditemukan sianosis pada muka, busa keluar dari mulut, nadi cepat
dan lemah, pernafasan cepat dan kadang-kadang tidak teratur,pupil dilatasi dan refleks
melambat. Kemudian mayat berwarna merah terang dan bau amandel .

Pemeriksaan kedokteran forensik : pada pemeriksaan luar jenazah dapat tercium bau amandel
yang patognomonik untuk keracunan CN, dapat tercium dengan cara menekan dada mayat
sehingga akan keluar gas dari mulut dan hidung. Sianosis pada wajah dan bibir,busa keluar
dari mulut, dan lebam mayat berwarna merah terang.

Pemeriksaan laboratorium : uji kertas saring dicelupkan ke dalam larutan asam pikrat jenuh,
yang diteteskan satu tetes isi lambung atau darah korban. Reaksi Schonbein-Pagenstecher
dimana isi lambung 50 mg/jaringan ke dalam botol erlenmeyer.kertas saring kemudian
dicelupkan ke dalam larutan guajacol dalam alkohol,keringkan

Keracunan Arsen

Arsen dahulu sering digunakan sebagai racun untuk membunuh orang lain, dan tidaklah
mustahil dapat ditemukan kasus peracunan dengan arsen di masa sekarang ini. Disamping itu
keracunan arsen kadang-kadang dapat terjadi karena kecelakaan dalam industri dan pertanian
akibat memakan/meminum makanan/minuman yang terkontaminasi dengan arsen. Sumber :
industri dan pertanian terdapat dalam bahan yang digunakan untuk penyemprotan buah-
buahan,insektisida,fungisida,rodentisida,pembasmi tanaman liar dan pembunuhan lalat.juga
kadang-kadang didapatkan dalam cat dan kosmetika. Arsen juga terdapat dalam tanah, air
minum yang terkontaminasi, bir, kerang,tembakau dan obat-obatan.

33
Farmakokinetik : arsen dapat masuk ke dalam tubuh melalui mulut,inhalasi dan melalui kulit.
Setelah diabsorpsi melalui mukosa usus, arsen kemudian ditimbun dalam hati,ginjal , kulit dan
tulang.

Farmakodinamik : arsen menghambat sistim enzim sulfhidiril dalam sel sehingga


metabolisme sel dihambat.pada orang dewasa kadar normal dalam urin 100 ug/L.

Tanda dan gejala keracunan : Timbul gejala gastro-intestinal hebat. Mula-mula rasa terbakar
di daerah tenggorok dengan rasa logam pada mulut.

Pemeriksaan kedokteran forensik : pada pemeriksaan luar ditemukan tanda-tanda dehidrasi.


Pada pembedahan jenazah ditemukan tanda-tandairitasi lambung, mukosa berwarna
merah,kadang-kadang dengan perdarahan. Pada jantung ditemukan perdarahan sub-endokard
pada septum. Bila korban cepat meninggal setelah menghirup arsen, akan terlihat tanda-tanda
kegagalan kardio-respirasi akut. Bila meninggal nya lambat dapat ditemukan ikterus dengan
anemi hemolitik,tanda-tanda kerusakan ginjal berupa degenerasi lemak dengan nekrosis lokal
serta nekrosis tubuli. Pada korban mati akibat keracunan kronik tampak keadaan gizi buruk,
pada kulit terdapat pigmentasi coklat,keratosis telapak tangan dan kaki. Kuku memperlihatkan
garis-garis putih pada bagian kuku yang tumbuh dan dasar kuku.

Pemeriksaan laboratorium : curiga keracunan akut= 0,5 mg/kg, keracunan akut = 30 mg/kg
(pada rambut kepala normal) dan curiga keracunan = 1 mg/kg dan keracunan akut : 80 ug/kg
(kuku normal). Dapat dilakukan uji reinsch.

Keracunan Timbel

Sumber : terdapat dimana-mana,dalam jumlah besar dalam badan accu/baterrai, pipa air,
bahan dasar cat, benda-benda keramik dan gelas.

Farmakokinetik : Timah hitam dapat diasorbsi melalui berbagai cara. Saluran cerna terutama
usus halus mengasorbsi Pb sebanyak 5-10%. Dapat juga melalui kulit yang utuh dan diikat
oleh sel darah merah.

Farmakodinamik : keracunan akan mengakibatkan spasme arteriol, spasme otot polos usus,
ureter, uterus, hambatan pembentukan heme, gangguan fungsi tubuli ginjal .

34
Tanda dan gejala keracunan : pada keracunan akut korban akan merasa sepat (rasa logam),
muntah-muntah berwarna putih karena adanya Pb klorida. Diare dengan feses yang hitam,
nyeri perut, syok, hemolisis akut, globinuri,oligouri,parestesi. Keracunan kronik korban
tampak pucat yang tak sesuai dengan derajat anemi,rasa logam pada
mulut,anoreksia,obstipasi,kadang-kadang diare.

Pemeriksaan kedokteran forensik : pada keracunan akut yang meninggal ditemukan tanda-
tanda dehidrasi,lambung mengerut ,hiperemi,isi lambung berwarna putih.usus spastis dan
feses berwarna hitam. Jika keracunan kronik maka didapatkan tubuh sangat kurus,
pucat,terdapat garis Pb,ikterik,gastritis kronik, dan pada usus ditemukan bercak-bercak
hitam.

Pemeriksaan laboratorium : normal kadar Pb dalam darah kurang dari 60 ug/100 ml. Bila
lebih dari 70 ug/100 ml berarti ada pemaparan abnormal. Bila lebih dari 100 ug/100 ml
berarti telah terjadi keracunan.

Keracunan alkohol

Sumber : terdapat dala berbagai minuman seperti whisky,brandy,rum,vodka,gin


(mengandung 45% alkohol) , wines (10-20%), beer dan ale (48%). Alkohol sintetik seperti
air tape, tuak, dan brem.

Farmakokinetik : alkohol diabsorpsi dalam jumlah sedikit melalui mukosa mulut dan
lambung. Sebagian besar diabsorpsi di usus halus dan sisanya di kolon.

Farmakodinamik : alkohol menyebabkan presipitasi dan dehidrasi sitoplasma sel sehingga


bersifat sebagai astringent. Pada kulit alkohol menyebabkan penurunan temperatur akibat
penguapan, sedangkan pada mukosa akan menimbulkan iritasi dan lebih hebat lagi
mengakibatkan inflamasi.

Tanda dan gejala keracunan : pada kadar yang rendah sudah menimbulkan gangguan berupa
penurunan keapikan ketrampilan tangan dan perubahan tulisan tangan. Pada kadar 30-40
mg% telah timbul penciutan lapang pandangan,penurunan ketajaman penglihatan dan

35
pemanjangan waktu reaksi. Alkohol dengan kadar dalam darah 200 mg menimbulkan gejala
banyak bicara, ramai,refleks menurun.

Pemeriksaan kedokteran forensik : kelainan yang ditemukan pada korban mati tidak khas.
Mungkin ditemukan gejala-gejala yang sesuai dengan asfiksia. Seluruh organ menunjukkan
tanda perbendungan, darah lebih encer, berwarna merah gelap. Organ-organ termasuk otak
dan darah berbau alkohol.

Laboratorium : untuk pemeriksaan toksikologik diambil darah dari pembuluh darah vena
perifer (kubiti atau femoralis).4

Asuransi Jiwa9

Asuransi Jiwa adalah perjanjian hukum antara perusahaaan asuransi dengan pihak yang
menggunakan asuransi. Perjanjian ini disebut kontrak asuransi jiwa. Bentuk fisik kontrak
antara pihak penanggung (insurer) dan pihak tertanggung (insured) disebut Polis Asuransi
Jiwa. Melalui perjanjian ini, pihak tertanggung/pemegang polis membayar sejumlah dana
secara berkala yang disebut premi kepada pihak lain yang disebut pihak penanggung
(Perusahaan Asuransi Jiwa). Pihak penanggung (Perusahaan Asuransi Jiwa) setuju untuk
membayar sejumlah dana atau menyediakan jasa apabila kejadian kejadian yang di-cover
(kecelakaan, sakit atau kematian) muncul selama masa berlakunya polis. Orang yang masih
hidup dan sehat adalah obyek polis asuransi jiwa, yang disebut pihak tertanggung (insured).
Untuk produk tertentu pihak tertanggung sekaligus juga pihak penerima/ahli waris
(beneficiary). Untuk polis asuransi jiwa, pihak yang akan menerima pembayaran
dari kematian pihak tertanggung (insured) adalah pihak penerima/ahli waris (beneficiary).
Biasanya pihak penerima/ahli waris (beneficiary) ditentukan sendiri oleh pihak
tertanggung(insured).

Prosedur Klaim
Definisi Klaim
Klaim adalah tuntutan yang diajukan pemegang polis atau ahli waris.
Jenis klaim :
1) Klaim Jatuh Tempo

36
Pemegang polis bertahan hidup sampai kontrak polis berakhir/ sampai pada jangka waktu
yang telah ditentukan
2) Klaim Lebih Awal
Perusahaan asuransi jiwa tidak mengharapkan kematian dari tertanggung dalam jangka waktu
kurang dari dua tahun sejak dimulainya polis, klaim yang tidak diharapkan ini disebut klaim
lebih awal dan akan dilakukan investigasi secara menyeluruh.
3) Klaim Kematian
Terjadi pada saat tertanggng meninggal pada masa perlindungan polis atau masa asuransi
masih berlaku.
4) Manfaat kelangsungan hidup
Dapat dibayarkan sebelum tanggal jatuh tempo tapi hanya untuk periode tertentu.

Keabsahan klaim
Klaim harus masih berlaku sebab semua perusahaan asuransi melakukan pengecekan
awal yang menyeluruh sebelum mengeluarkan polis untuk menguji kebenaran apakah klaim
itu sah atau tidak.

Pemberitahuan klaim
Pemberitahuan klaim merupakan proses komunikasi antara penanggung dengan
pemegang polis /ahli waris ketika klaim muncul. Alat pemberitahuan yang paling umum
adalah surat , fax, telephone / email. Pemberitahuan klaim berbeda baik untuk jatuh tempo
maupun kematian.

Analisis Kasus:
Fakta-fakta keadaan mayat di TKP, terdapat beberapa hal yang patut dicermati antara lain:

1. Tidak ada tanda-tanda perkelahian;


2. Segalanya masih tertata rapi;
3. Tidak ditemukan luka-luka pada kedua mayat,
4. Tidak ada barang yang hilang, dan

37
5. Si anak pengusaha telah menghubungi petugas asuransi berkaitan dengan kemungkinan
klaim asuransi jiwa pengusaha tersebut.

Berdasarkan fakta-fakta nomor 1-4 tersebut di atas, patut diduga bahwa si pengusaha
dan istrinya telah mengalami keracunan. Namun berdasarkan fakta nomor 5 tersebut di atas,
dimana sebelum kamar dibuka oleh penyidik dan belum diketahui keadaan si pengusaha dan
istrinya apakah sudah meninggal atau belum, si anak pengusaha telah mengetahui bahwa
kedua orang tuanya tersebut sudah meninggal dunia, karena sudah menghubungi petugas
asuransi untuk klaim asuransi jiwa kedua orang tuanya (pengusaha ) tersebut.

Untuk itu, perlu dilakukan penyelidikan lebih lanjut di TKP untuk mengetahui penyebab
kematian yaitu: Pemeriksaan luar, Pemeriksaan kedokteran forensik, dan Pemeriksaan
laboratorium.

Dalam pemeriksaan luar di TKP, perlu diselidiki/dicermati apakah ada tanda-tanda


seperti lebam mayat yang tidak biasa (cherry pink colour pada keracunan CO; merah terang
pada keracunan CN; kecoklatan pada keracunan nitrit, nitrat, anilin, fanacetin dan kina); luka
bekas suntikan sepanjang vena dan keluarnya buih dari mulut dan hidung (keracunan
morfin); bau amandel (keracunan CN) atau bau kutu busuk (keracunan malation). Kemudian
dalam pemeriksaan luar di TKP, perlu juga dicermati ada tidaknya sumber-sumber zat-zat
toxic seperti tabung gas, mesin pemanas ruangan dan sebagainya.

Selanjutnya perlu dilakukan pemeriksaan forensik atas mayat korban maupun


pemeriksaan laboratorium seperti kromatografi gas untuk mengukur kadar CO dari sampel
darah mayat karena metode ini cukup dapat dipercaya.

Hasil pemeriksaan yang lengkap atas kematian pengusaha tersebut kemungkinan akan
dapat mengkonfirmasi zat toxic yang digunakan untuk meracuni pengusaha tersebut yang
mengakibatkan kematian mereka.

Berkaitan dengan klaim asuransi jiwa, harus merujuk kepada persyaratan klaim
meninggal. Salah satu syarat penting yang harus dipenuhi adalah Surat Keterangan dari
Kepolisian atau pihak berwenang jika penerima manfaat meninggal dunia karena kecelakaan.
Akan tetapi dalam kasus ini, si pengusaha meninggal dunia bukan karena kecelakaan,

38
melainkan karena tindak pidana (diracun), sehingga klaim asuransi jiwa tidak dapat
dilakukan.

Penutup

Kesimpulan nya adalah untuk mengetahui penyebab kematian dari si pengusaha dan istri nya
maka perlu dilakukan pemeriksaan yaitu: Pemeriksaan luar, Pemeriksaan kedokteran forensik,
dan Pemeriksaan laboratorium. Hasil pemeriksaan yang lengkap atas kematian pengusaha
tersebut kemungkinan akan dapat mengkonfirmasi zat toksik yang digunakan untuk meracuni
pengusaha tersebut yang mengakibatkan kematian mereka.

Daftar Pustaka

1. The Forensic Toxicology Council. Briefing: What is Forensic Toxicology?. The American
Board of Forensic Toxicology (ABFT). 2010. [disitasi 2014 November 30]; 10:31. Tersedia
dari: http://http://www.abft.org/files/WHATISFORENSICTOXICOLOGY.pdf/.
2. Wirasuta, I M.A.G.,Analisis Toksikologi Forensik dan Interpretasi Temuan Analisis. Ind. J of
Legal and Forensic Sciences.1(1):4755.2008.
3. SOFT (Society of Forensic Toxicologist, Inc.) and AAFS (the American Academy of
Forensic Sciences, Toxicology Section), Forensic Toxicology Laboratory Guidelines, SOFT /
AAFS. 2006.
4. Widiatmaka W. Budiyanto A. Sudiono S, dkk. Ilmu kedokteran forensik. Edisi I, cetakan ke.
Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran UI. 1997.

5. Hanafiah Jusuf, Amir Amri. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan,edisi 4. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007.

6. Fitriana AN. 2015. Forensik Toxicology. J Majority Volume 4.

7. Meena, C. M. Accidental Death due to Carbon Monoxide. Case Report. Int J of Medical
Toxicology and Forensic Medicine. 4(4). 158-61. 2014.
8. Mohanty, M.K., Arum, M., Merezes, R.G., Palmar, V. Autopsy: Changing Trends. Int J of
Medical Toxicology and Forensic Medicine, 1 (1). 17-23. 2011.
9. Diunduh dari http://ayu-widi.blogspot.co.id/2011/11/asuransi-jiwa.html, pada tanggal 16
Desember 2016.

39

Anda mungkin juga menyukai