Musculoskeletal Disorder
Musculoskeletal Disorder
Manajemen Praktek
Anggota kelompok:
Galang Rikung E.S (111610101043)
R.Aj. Mahardhika S. P (111610101049)
Vanda Ayu Kartika H (111610101050)
Dian Fajariani (111610101061)
Khamda Rizki Dhamas (111610101069)
Cicik Khildar Rizqi (111610101075)
Yunita Sazkia (111610101078)
Anggi Faradiba (111610101080)
Musriatul Wahida (111610101081)
Yurike Fitriasari (111610101082)
Istibsyaroh (111610101084)
Sisca Arifianti (111610101086)
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan hidayah dan inayahnya-Nya berupa kemampuan berpikir dan analisis sehingga
laporan tutorial skenario II blok Manajemen Pelayanan Kesehatan dapat selesai dengan baik.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas tutorial dengan alasan-alasan penting
yang menjadi pendorong untuk pengetahuan berdasarkan referensi-referensi yang
mendukung. Makalah ini juga untuk mengantisipasi pesatnya perkembangan ilmu dan
teknologi di lingkungan Universitas Jember dan bagi semua pihak yang membutuhkan.
Laporan ini disusun melalui berbagai tahap baik dari pencarian bahan, text book dan
dari beberapa referensi yang penulis dapat lainnya. Makalah ini tidak mungkin terwujud
tanpa adanya komitmen dan kerjasama yang harmonis diantara para pihak yang terlibat. Oleh
karena itu, dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan terimakasih kepada :
1. drg. Agus Sumono, M.Kes
Akhirnya tiada suatu usaha yang besar dapat berhasil tanpa dimulai dari usaha yang
kecil. Semoga makalah ini bermanfaat, terutama bagi mahasiswa Universitas Jember sendiri
dan di ,luar lingkungan Universitas Jember. Sebagai penanggung jawab dan pembuat
makalah ini, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan serta
pemyempurnaan lebih lanjut pada masa yang akan datang.
Penulis
SKENARIO
Seorang dokter gigi praktek sore telah bekerja selama 15 tahun mempunyai pasien
yang banyak. Tiap hari rata-rata jumlah pasien yang berkunjung sekitar 15 orang. Semua
kegiatan perawatan gigi pasien dia tangani sendiri. Beberapa hari yang lalu dokter gigi
tersebut mengeluhkan adanya kelainan di daerah punggung, leher, dan pergelangan
tangannya. Dia merasakan sakit yang luar biasa, bahkan dia tidak bisa beraktivitas secara
normal seperti biasa. Hasil pemeriksaan dokter menunjukkan bahwa dia mengalami
musculoskeletal disorders karen adokter gigi bekerja tidak secara ergonomi. Saran dari dokter
yang merawatnya agar dalam bekerja merawat pasien dibantu oleh asisten sehingga bekerja
secara four handed dentistry.
PENDAHULUAN
Gangguan muskuloskeletal yang kerap terjadi pada praktisi kesehatan. Hal ini terjadi
akibat posisi tubuh sewaktu bekerja kurang ergonomis dan terjadi dalam waktu yang lama
serta berulangulang. Di antara praktisi kesehatan yang rentan dalam menghadapi adanya
ancaman gangguan muskuloskeletal adalah dokter gigi. Secara umum jenis pekerjaan dokter
gigi ditandai dengan adanya posisi tubuh yang statis dan kaku dalam melakukan perawatan
terhadap pasien. Pasien yang dirawat di atas kursi gigi menyebabkan seorang dokter gigi
harus duduk atau berdiri membungkuk dalam waktu lama. Posisi tubuh seperti ini
menyebabkan dokter gigi yang berpraktik sering mengalami rasa sakit atau rasa tidak nyaman
di daerah leher, bahu dan tulang punggung sehingga dapat mengakibatkan antara lain
gangguan muskuloskeletal yang berupa nyeri punggung bagian bawah (lower back pain).
Ergonomik berasal dari bahasa Yunani yaitu ergon berarti kerja dan nomos berarti
hukum. Definisi ergonomik menurut Occupational Safety and Health Administration
(OSHA) adalah hubungan manusia dengan lingkungan kerja yang tidak mengakibatkan suatu
gangguan. Secara garis besarnya ergonomik berarti terciptanya sistem kerjayang sehat, aman,
dan nyaman bagi manusia. Pada dasarnya kondisi ergonomik sangat menguntungkan karena
dapat mencegah terjadinya gangguan muskuloskeletal dan dapat mengurangi kesalahan yang
dapat mengakibatkan cedera pada para pekerja.
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
Musculosceletal disorder
3. Overuse Injuries;
Tahap 2 : Gejala ini tetap ada setelah melewati waktu satu malam setelah
bekerja. Tidak mungkin terganggu. Kadang-kadang menyebabkan
berkurangnya performance kerja;
Tahap 3 : Gejala ini tetap ada walaupun setelah istirahat, nyeri terjadi ketika
bergerak secara repetitive. Tidur terganggu dan sulit untuk melakukan pekerjaan,
kadang-kadang tidak sesuai kapasitas kerja.
a. Sakit Leher
Sakit leher adalah penggambaran umum terhadap gejala yang mengenai leher,
peningkatan tegangan otot atau myalgia, leher miring atau kaku leher. Pengguna
komputer yang terkena sakit ini adalah pengguna yang menggunakan gerakan
berulang pada kepala seperti menggambar dan mengarsip, serta pengguna dengan
postur yang kaku;
b. Nyeri Punggung
d. De Quervains Tenosynovitis
Penyakit ini mengenai pergelangan tangan, ibu jari, dan terkadang lengan
bawah, disebabkan oleh inflamasi tenosinovium dan dua tendon yang berasa di ibu
jari pergelangan tangan. Aktivitas berulang seperti mendorong space bardengan ibu
jari, menggenggam, menjepit, dan memeras dapat menyebabkan inflamasi
pada tenosinovium. Gejala yang timbul antara lain rasa sakit pada sisi ibu jari lengan
bawah yang dapat menyebar ke atas dan ke bawah;
f. Tennis Elbow
Tennis elbow adalah suatu keadaan inflamasi tendon ekstensor, tendon yang
berasal dari siku lengan bawah dan berjalan keluar ke pergelangan tangan.Tennis
elbow disebabkan oleh gerakan berulang dan tekanan pada tendon ekstensor.
Low back pain terjadi apabila ada penekanan pada daerah lumbal yaitu L4 dan
L5. Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan posisi tubuh membungkuk ke depan maka
akan terjadi penekanan pada discus.Hal ini berhubungan dengan posisi duduk yang
janggal, kursi yang tidak ergonomis, dan peralatan lainnya yang tidak sesuai dengan
antopometri pekerja.
1) Peralatan Ergonomik
Peralatan yang ergonomik membantu operator dan asisten dapat bekerja
dengan posisi dan postur tubuh, lengan dan bahu yang baik agar selama melakukan
perawatan yang membutuhkan waktu yang panjang dan posisi tubuh yang menetap.
Peralatan seperti kursi dokter gigi, kursi asisten dan dental unit menunjang
tubuh dari kemungkinan terjadinya ketegangan otot yang dapat menyebabkan
gangguan muskuloskeletal.
- Bentuk tempat duduk yang membantu tubuh dalam posisi yang benar dengan
spinal yang tegak dan dekat dengan kursi gigi.
- Kursi dental dengan sandaran kepala dan belakang yang lebar serta tebal
akan menyulitkan operator bekerja lebih dekat dengan pasien, sehingga cenderung
membungkuk ke arah pasien.
- Kursi dental yang ergonomik adalah dengan sandaran kepala yang sempit
dan tipis. Bentuk demikian memungkinkan operator meletakkan tangannya dengan
mudah di bawah pasien, memudahkan pandangan ke daerah operasi, dan tetap
mempertahankan postur yang optimal.
4) Dental-loupe: adalah alat bantu lihat yang dapat memperbesar obyek yang
dilihat sehingga memungkinkan dokter gigi dapat duduk lebih nyaman dengan postur
leher dan bahu yang optimal.
6) Dental light
Dental light yang dianjurkan adalah jangan terlalu besar dan lebar, pilih yang
sempit dan fokus hanya pada mulut pasien dan tidak menghasilkan bayangan yang
mengganggu. Lebih dianjurkan menggunakan dental light dengan sensor, atau
monitor untuk lampu ditempatkan pada lokasi yang mudah dicapai tanpa harus
memegang tangkai lampu.
Pada dental unit yang dirancang dengan sistem ergonomik, tombol untuk
menyalakan dan memadamkan dental light sudah menyatu pada meja kursi dental dan
pada assistant console, sehingga mudah dijangkau. Operator tidak perlu lagi
menyentuh tombol dental light untuk mengatur posisinya.
Tata letak ruang praktik dokter gigi adalah proses alokasi ruangan, penataan ruangan
dan peralatan sedemikian rupa sehingga pergerakan berlangsung seminimal mungkin, seluruh
ruangan termanfaatkan dan menciptakan rasa nyaman pada operator yang kerja serta pasien
yang menerima pelayanan.
2.1.2 Desain
Static Zone adalah daerah tanpa pergerakan Dokter Gigi Maupun Perawat Gigi serta
tidak terlihat oleh pasien, zona ini untuk menempatkan Meja Instrumen Bergerak (Mobile
Cabinet) yang berisi Instrumen Tangan serta peralatan yang dapat membuat takut pasien.
Assistants Zone adalah zona tempat pergerakan Perawat Gigi, pada Dental Unit di sisi ini
dilengkapi dengan Semprotan Air/Angin dan Penghisap Ludah, serta Light Cure Unit pada
Dental Unit yang lengkap. Transfer Zone adalah daerah tempat alat dan bahan dipertukarkan
antara tangan dokter gigi dan tangan Perawat Gigi. Sedangkan Operators Zone sebagai
tempat pergerakan Dokter Gigi.
Selain pergerakan yang terjadi di seputar Dental Unit, pergerakan lain yang perlu
diperhatikan ketika membuat desain tata letak alat adalah pergerakan Dokter Gigi, Pasien,
dan Perawat Gigi di dalam ruangan maupun antar ruangan. Jarak antar peralatan serta dengan
dinding bangunan perlu diperhitungkan untuk memberi ruang bagi pergerakan Dokter Gigi,
Perawat Gigi, dan Pasien ketika masuk atau keluar Ruang Perawatan, mengambil sesuatu dari
Dental Cabinet, serta pergerakan untuk keperluan sterilisasi.
Prinsip utama dalam desain tata letak penempatan alat kedokteran gigi adalah prinsip
ergonomis, yaitu menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan
baik dalam beraktivitas maupun istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia, baik
fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik. Tata
letak hanyalah salah satu faktor dalam ergonomis, banyak faktor lain yang merupakan unsure
ergonomis seperti desain warna, pencahaaan, suhu, kebisingan, dan kualitas udara ruangan,
serta desain peralatan yang digunakan.
Ruang Periksa adalah ruang utama dalam praktek dokter gigi, tata letak peralatan
dalam ruangan ini berorientasi memberi kemudahan dan kenyamanan bagi Dokter Gigi,
Perawat Gigi, berserta Pasiennya ketika proses perawatan dilakukan. Ukuran minimal Ruang
Perawatan untuk satu Dental Unit adalah 2,5 X 3,5 Meter, dalam ruangan ini dapat
dimasukan satu buah Dental Unit, Mobile Cabinet, serta dua buah Dental Stool. Unsur
penunjang lain dapat turut dimasukan seperti audio-video atau televisi untuk hiburan pasien
yang sedang dirawat.
Perhatian pertama dalam mendesain penempatan peralatan adalah terhadap Dental
Unit. Alat ini bukan kursi statis tetapi dapat direbahkan dan dinaik-turunkan. Pada saat posisi
rebah panjang Dental Unit adalah sekitar 1,8-2 Meter. Di belakang Dental Unit diperlukan
ruang sebesar 1 Meter untuk Operators Zone dan Static Zone, oleh karena itu jarak ideal
antara ujung bawah Dental Unit dengan dinding belakang atau Dental Cabinet yang
diletakkan di belakang adalah 3 Meter; sementara jarak antara ujung bawah Dental Unit
dengan dinding depan minimal 0,5 Meter. Dental Unit umumnya memiliki lebar 0,9 Meter,
bila Tray dalam kondisi terbuka keluar maka lebar keseluruhan umumnya 1,5 Cm. Jarak dari
tiap sisi minimal 0,8 Meter untuk pergerakan di Operators Zone dan Asistants Zone.
Mobile Cabinet sebagai tempat menyimpan bahan dan alat yang akan digunakan pada
saat perawatan diletakan di Static Zone. Zona ini tidak akan terlihat oleh pasien dan terletak
dianatara Operators Zone dan Assistant Zone sehingga baik Dokter Gigi maupun Perawat
Gigi akan dengan mudah mengambil bahan maupun alat yang diperlukan dalam perawatan.
Bila Mobile Cabinet lebih dari satu, maka Mobile Cabinet kedua diletakan di Operators
Zone.
Alat besar terakhir yang berada di Ruang Perawatan adalah Dental Cabinet sebagai
tempat penyimpanan utama bahan maupun alat kedokteran gigi. Umumnya berbentuk buffet
setengah badan seperti Kitchen Cabinet dengan ketebalan 0,6-0,8 Meter. Bila hanya satu sisi,
lemari ini ditempatkan di Static Zone, sedangkan bila berbentuk L, ditempatkan di Static
Zone dan Assistants Zone. Keberadaan Dental Cabinet akan menambah luas ruangan yang
diperlukan untuk menempatkannya.
2.1.3 Syarat
1. Temperatur
2. Pencahayaan
Pada ruangan reseptionis pencahayaan yang lebih decorative dipilih, misalnya meja,
floor lamps yang cukup untuk membaca
Ruang bisnis, laboratorium dan ruang sterilisasi sebaiknya menggunakan fluorescent
lighting yang memilki radiasi yang sedikit panas
Pencahayaan tambahan dibutuhkan di ruang klinisi untuk prosedur dan di
laboratorium
Penggunaan warna yang menenangkan, relaxing, dan tidak terkesan terlalu ramai
Wall covering termasuk cat wallpaper atau keduanya
Pemilihan floor covering dengan karpet yang tahan lama cocok untuk ruang
reseptionis, administrative dan dentists private office
Material untuk control infeksi seperti vinyl cocok untuk ruang sterilisasi
4. Traffic control
Perabot ruangan sebaiknya ditata sedemikian rupa sehingga ketika pasien masuk ke
dalam klinik akan menimbulkan kesan yang nyaman
Ruangan yang trepisah sebaiknya disediakan untuk pasien yang akan check in dan
check out
Di bagian belakang klinik sebaiknya didesain untuk kemudahan masuknya dan
keluarnya dental team tanpa timbul kekacauan
5. Sound control
Ruang praktik sebaiknya meminimalkan suara dari ruang yang satu dengan yang lain
Music sebaiknya diputar untuk mengalihkan perhatian
6. Privacy
7. Ruangan
Pada dental office sebaiknya memillih ruangan : reception area, sterilization area,
administrative area, clinical treatment area, the dentists private office, dental
laboratory
4. Warna, bentuk, tekstur, dan arah gerakan yang diperlukan untuk beroperasi yang dipilih
dalam batas kapasitas manusia
DAFTAR PUSTAKA