Askep Diare
Askep Diare
KEPERAWATAN ANAK
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN
DIARE ( GASTROENTERITIS)
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan keperawatan
pada Anak dengan Diare ini sebagai tugas mata kuliah Keperawatan Anak.
Makalah ini disusun berdasarkan bekal ilmu pengetahuan sebatas yang penulis miliki,
sehingga tanpa bantuan, bimbingan dan dorongan dari beberapa pihak akan sulit bagi penulis
ntuk menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Dengan adanya makalah ini penulis berharap semoga pembaca bisa memahami tentang
diare yang terjadi pada anak-anak, sehingga pembaca bisa melakukan penanganan yang cepat
dan tepat sehingga penyalik diare dapat bisa segara disembuhkan.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat bermanfaat
untuk kita semua.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Di Indonesia penyakit diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat yang utama. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kesakitan
karena diare serta menimbulkan banyak kematian terutama pada anak-anak.
Masih tingginya angka kesakitan dan kematian terutama disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain kesehatan lingkungan yang belum memadai, keadaan
gizi, kependudukan, pendidikan, keadaan sosial ekonomi, dan perilaku masyarakat
yang secara langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi keadaan penyakit
diare ini.
Diare paling sering menyerang anak-anak terutama usia antara 6 bulan dan
2 tahun, juga umum terjadi pada bayi dibawah 6 bulan yang minum susu sapi atau
susu formula. Kematian pada diare terutama disebabkan oleh kekurangan cairan
(dehidrasi). Karena itu tindakan yang paling penting dalam mengatasi diare adalah
pemberian segera cairan. Cairan yang paling tepat untuk diare adalah oralit. Untuk
pencegahan dan penanggulangan diare perlu ditingkatkan sebagai usaha penurunan
derajat kematian pada penderita diare. Salah satu cara adalah dengan memberikan
penyuluhan kepada ibu-ibu terutama yang mempunyai anak-anak dibawah usia 5
tahun, supaya mereka dapat mengetahui tanda dan gejala serta pencegahan diare.
Oleh karena itu peran perawat sangat dibutuhkan dalam mengatasi masalah
yang dihadapi pasien dengan memberikan penyuluhan untuk meningkatkan
pengetahuan pasien, menjaga kebersihan lingkungan, perawat juga berkolaborasi
dengan dokter dalam memberi terapi dan juga memberikan beberapa informasi yang
penting.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Dengan adanya makalah ini diharapkan para pembaca bisa memahami tentang
penyakit diare pada anak yang sering terjadi, penanganan secara tepat dan cepat
sangat penting sehingga pasien bisa sembuh dengan baik mengingat pasiennya
adalah anak anak.
2. Tujuan Khusus
Dengan adanya makalah ini penulis berharap semoga pembaca bisa mengerti dan
memahami tentang :
a. Mampu memahami tentang Kebutuhan Dasar Manusia terhadap pasien diare.
b. Mampu melakukan tahapan pengkajian yang sesuai terhadap pasien diare.
c. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien diare.
d. Mampu menetapkan intervensi yang tepat pada pasien diare.
e. Mampu melakukan implementasi keperawatan yang tepat pada pasien diare.
f. Mampu melakukan evaluasi yang tepat pada pasien diare.
C. METEDO PENULISAN
Dalam penulisan makalah ini penulis mengumpulkan data dengan cara studi
perpustakaan dan di tambah dengan media lain seperti internet.
D. SISTEMATIKA PENULISAN
Dalam penulisan makalah ini, penulis membagi dalam beberapa bab, yaitu
Bab I Pendahuluan meliputi: latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, dan
sistematika penulisan, Bab II Tinjauan Teoritis mencakup: konsep medik yang berisi
definisi, anatomi fisiologi, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, test diagnostik,
terapi, komplikasi, discharge planning, patoflodiagram dan konsep dasar keperawatan
yang berisi pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan. Bab III
Kesimpulan dan diakhiri Daftar Pustaka.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Diare adalah pengeluaran feses yang tidak normal dan cair. Bisa juga
didefinisikan sebagai buang air besar yang tidak normal dan berbentuk cair
dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Bayi dikatakan diare bila sudah
lebih dari 3 kali buang air besar, sedangkan neonatus dikatakan diare bila sudah
lebih dari 4 kali buang air besar (Vivian Nanny Lia Dewi, 2010).
Jadi diare adalah buang air besar yang tidak normal atau tidak seperti
biasanya yang frekuensinya lebih dari 3 kali sehari dengan feses cair dengan
frekuensi lebih banyak dari biasanya.
2. Klasifikasi Diare
Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 15 hari. Diare
akut biasanya sembuh sendiri, lamanya sakit kurang dari 14 hari, dan akan
mereda tanpa terapi yang spesifik jika dehidrasi tidak terjadi(wong,2009).
b. Diare kronik
Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari.
.
3. Anatomi Fisiologi
Anatomi saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring),
kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus.
a. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air.
Mulut merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap dan jalan
masuk untuk sistem pencernaan yang berakhir di anus. Bagian dalam dari
mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa
yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan sederhana terdiri dari manis,
asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung,
terdiri dari berbagai macam bau. Makanan dipotong-potong oleh gigi depan
(incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi
bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah
akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim
pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan
enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri
secara langsung. Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara
otomatis.
b. Tenggorokan (Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan.
Didalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kelenjar limfe yang
banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap
infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan,
letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang
belakang keatas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung, dengan
perantaraan lubang bernama koana, keadaan tekak berhubungan dengan
rongga mulut dengan perantaraan lubang yang disebut ismus fausium. Tekak
terdiri dari bagian superior yaitu bagian yang sama tinggi dengan hidung,
bagian media yaitu bagian yang sama tinggi dengan mulut dan bagian inferior
yaitu bagian yang sama tinggi dengan laring. Bagian superior disebut
nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang menghubungkan tekak
dengan ruang gendang telinga. Bagian media disebut orofaring, bagian ini
berbatas ke depan sampai di akar lidah. Bagian inferior disebut laringofaring
yang menghubungkan orofaring dengan laring.
c. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang
dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung.
Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses
peristaltik. Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang.
Menurut histologi, esofagus dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian
superior (sebagian besar adalah otot rangka), bagian tengah (campuran otot
rangka dan otot halus), serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot
halus).
d. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar, yang terdiri dari tiga
bagian yaitu kardia, fundus dan antrium. Lambung berfungsi sebagai gudang
makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan
dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat
penting yaitu lendir, asam klorida (HCL), dan prekusor pepsin (enzim yang
memecahkan protein). Lendir melindungi sel sel lambung dari kerusakan
oleh asam lambung dan asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam,
yang diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung
yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara
membunuh berbagai bakteri.
4. Etiologi
Diare dapat disebabkan oleh faktor infeksi , malabsorpsi (gangguan
penyerapan zat gizi), makanan, dan faktor psikologis.
a. Faktor infeksi
1) Infeksi enteral, yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak. Infeksi enteral ini meliputi:
2) Infeksi bakteri: Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter,
Aeromonas, dll.
3) Infeksi Virus: Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astovirus, dll.
4) Infeksi parasit: Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris), Protozoa
(entamoeba histolitika, giardia lamblia), jamur (candida albicans).
5) Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat
pencernaan, seperti OMA, tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis,
dsb.
b. Faktor malabsorpsi
1) Malabsorpsi karbohidrat
2) Malabsorpsi lemak
3) Malabsorpsi protein
c. Faktor makanan
Makanan yang menyebabkan diare adalah makanan yang tercemar,
basi, beracun, terlalu banyak lemak, mentah (misal, sayuran), dan kurang
matang.
d. Faktor psikologis
Rasa takut, cemas dan tegang, jika terjadi pada anak akan
menyebabkan diare kronis.
5. Patoflodiagram
6. Patofisiologi
Proses terjadinya penyakit gastroenteritis dilihat dari beberapa faktor
penyebab antara lain :
b. Faktor Infeksi
Parasit, bakteri, virus dan jamur yang masuk ke dalam lambung akan
dinetralisasi oleh asam lambung (HCL), mikroorganisme tersebut bisa mati
atau tetap hidup, jika masih hidup mikroorganisme tersebut akan masuk ke
dalam usus halus dan berkembang biak. Didalam usus halus akan
mengeluarkan toksin yang sifatnya merusak vili-vili usus dan dapat
meningkatkan peristaltis usus sehingga penyerapan makanan, air, dan
elektrolit terganggu, terjadilah hipersekresi yang mengakibatkan diare.
c. Faktor Makanan
Makanan yang terkontaminasi, mengandung kimia beracun, basi,
masuk melalui mulut ke dalam lambung. Didalam lambung makanan akan
dinetralisir oleh asam lambung. Apabila lolos, makanan yang mengandung
zat kimia beracun akan sulit diserap oleh usus halus dan bersifat merusak,
reaksi usus akan mengeluarkan cairan sehingga terjadi peningkatan jumlah
cairan dalam usus yang mengakibatkan diare (Price, 1997; Corwin, 2000).
7. Manifestasi Klinis
Menurut Suharyono (2008), tanda dan gejala penyakit gastroenteritis antara
lain :
a. Diare (frekuensi tinja meningkat dan feses lembek/ cair).
b. Demam karena adanya organisme invasit yang menyebabkan infeksI.
c. Muntah-muntah.
d. Nyeri abdomen
e. Dehidrasi
f. Penampakan pucat
g. Mata cekung,lidah kering
h. Tidak nafsu makan
i. Weightloss (BB menurun).
8. Penatalaksanaan
a. Pemberian cairan (rehidrasi)
Contoh : Ringer Lactat (RL) dan NaCl
c. Obat-obatan
9. Test Diagnostik
a. Pemeriksaan tinja
1) Makroscopis dan microscopis
2) PH dan kadar gula dalam tinja kental lakmus dan tablet clinitest bila
diduga terdapat intoleransi gula.
3) Bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.
b. Pemeriksaan darah
1) Darah perifer lengkap dan elektrolit terutama Na, K, Ca
2) Darah serum pada diare.
c. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui faal ginjal
d. Pemeriksaan analisa gas darah.
10. Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada diare yaitu :
a. Dehidrasi
Tergantung dari persentase cairan tubuh yang hilang, dehidrasi dapat terjadi
ringan, sedang, atau berat.
b. Renjatan hipovolemik
Terjadi pada dehidrasi berat akibat kehilangan cairan yang besar, maka
jantung akan bekerja lebih cepat.
c. Hipokalemia
Kalium rendah< 3,5 keletihan otot, kembung.Ileus paralitik terjadi karena
kurangnya total kalium tubuh (deplesi kalium).
d. Kejang
Pada pasien diare terjadi kejang karena kehilangan cairan yang banyak dan
pemasukan air dan elektrolit berkurang dalam jangka waktu yang lama.
e. Gangguan Asam-Basa (asidosis)
Hal ini terjadi akibat kehilangan cairan elektrolit (bikarbonat) dari dalam
tubuh. Sebagai kopensasinya tubuh akan bernafas cepat untuk membantu
meningkatkan PH arteri.
f. Gangguan Gizi
Gangguan ini terjadi karena asupan makanan yang kurang dan output yang
berlebihan. Hal ini akan bertambah berat bila pemberian makanan dihentikan
serta sebelumnya penderita sudah mengalami kekurangan gizi (malnutrisi).
3. Intervensi Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan berlebihan
melalui feses dan muntah serta intake terbatas (mual).
Intervensi :
4) Anjurkan keluarga bersama klien untuk meminum air yang banyak (LGG, oralit atau
pedyalit 10 cc/kg BB/mencret
Rasional : Kandungan Na, K dan glukosa dalam LGG, oralit dan pedyalit
mengandung elektrolit sebagai ganti cairan yang hilang secara peroral. Bula
menyebarkan gelombang udara dan mengurangi distensi.
5) berikan cairan secara parenteral (IV line) sesuai dengan umur dan peyakit (penyakit
penyerta)
Rasional : Klien yang tidak sadar atau tingkat dehidrasi ringan dan sedang yang
kurang intakenya atau dehidrasi berat perlu pemberian cairan secara parenteral
dengan cepat melalui IV line sebagai pengganti cairan yang telah hilang.
Intrvensi :
a) Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan yang berserat tinggi,
berlemak dan air panas atau dingin)
c) Ciptakan lingkungan yang menyenagkan selama waktu makan dan bantu sesuai
dengan kebutuhan.
e) Berikan Dietetik pada anak usia 1 tahun/> 1 tahun dengan BB < 7 kg diberi susu
(ASI atau formula rendah laktosa), makan setengah padat/makanan padat.
Rasional : Pada diare dengan usus yang terinfeksi enzim laktose inaktif
sehingga intoleransi laktose.
f) Dan berikan pada Usia > 1 tahun dengan BB > 7 kg diberi makan susu/cair dan
padat
Rasional : Klien yang tidak sadar atau tingkat dehidrasi ringan dan sedang
yang kurang intakenya atau dehidrasi berat perlu pemberian cairan cepat
melalui IV line sebai pengganti cairan yang telah hilang.
Rasional : Vitamin merupakan bagian dari kandungan zat gizi yang diperlukan
tubuh terutama pada bayi untuk proses pertumbuhan.
Intervensi :
a) Kaji keluhan nyeri (skala 1-10), perubahan karakteristik nyeri, petunjuk verbal
dan non verbal
b) Atur posisi yang nyaman bagi klien, misalnya dengan lutut fleksi.
d) Bersihkan area anorektal dengan sabun ringan dan airsetelah defekasi dan berikan
perawatan kulit
Intervensi:
Intervensi:
a) Kaji kesiapan keluarga klien mengikuti pembelajaran, termasuk pengetahuan
tentang penyakit dan perawatan anaknya.
c) Jelaskan tentang tujuan pemberian obat, dosis, frekuensi dan cara pemberian serta
efek samping yang mungkin timbul.
5. Evaluasi Keperawatan
Merupakan hasil perkembangan dari pasien dengan berpedoman kepada hasil
dan tujuan yang hendak dicapai. Evaluasi dari provesi keperawatan adalah nilai hasil yang
diharapkan terhadap perubahan seberapa besar pengobatan yang diberikan kepada klien dapat
berhasil. Dan mengetahui sejauh mana masalah pada pasien dapat teratasi. Di samping itu,
perawat juga melakukan umpan balik atau pengkajian ulang jika yang ditetapkan belum
tercapai dalam proses keperawatan segera dimodifikasi.