Anda di halaman 1dari 22

TUGAS TERSTRUKTUR MATA AJAR

KEPERAWATAN ANAK
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN
DIARE ( GASTROENTERITIS)

Dosen Pembimbing : Agustina Dwiyanti, S.Kep.,Ners


Disusun Oleh :
1. Adelia Widora (20151747)
2. Agnes Erna Thalia (20151748)

AKADEMIK KEPERAWATAN DHARMA INSAN


PONTIANAK

TAHUN AJARAN 2017/2018


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan keperawatan
pada Anak dengan Diare ini sebagai tugas mata kuliah Keperawatan Anak.

Makalah ini disusun berdasarkan bekal ilmu pengetahuan sebatas yang penulis miliki,
sehingga tanpa bantuan, bimbingan dan dorongan dari beberapa pihak akan sulit bagi penulis
ntuk menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Dengan adanya makalah ini penulis berharap semoga pembaca bisa memahami tentang
diare yang terjadi pada anak-anak, sehingga pembaca bisa melakukan penanganan yang cepat
dan tepat sehingga penyalik diare dapat bisa segara disembuhkan.

Penulis menyadari di dalam makalah ini mungkin terdapat kesalahan-kesalahan, oleh


karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun, guna penyempurnaan
makalah ini di kemudian hari.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat bermanfaat
untuk kita semua.

Pontianak,14 Maret 2017

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Di Indonesia penyakit diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat yang utama. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kesakitan
karena diare serta menimbulkan banyak kematian terutama pada anak-anak.
Masih tingginya angka kesakitan dan kematian terutama disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain kesehatan lingkungan yang belum memadai, keadaan
gizi, kependudukan, pendidikan, keadaan sosial ekonomi, dan perilaku masyarakat
yang secara langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi keadaan penyakit
diare ini.

Diare paling sering menyerang anak-anak terutama usia antara 6 bulan dan
2 tahun, juga umum terjadi pada bayi dibawah 6 bulan yang minum susu sapi atau
susu formula. Kematian pada diare terutama disebabkan oleh kekurangan cairan
(dehidrasi). Karena itu tindakan yang paling penting dalam mengatasi diare adalah
pemberian segera cairan. Cairan yang paling tepat untuk diare adalah oralit. Untuk
pencegahan dan penanggulangan diare perlu ditingkatkan sebagai usaha penurunan
derajat kematian pada penderita diare. Salah satu cara adalah dengan memberikan
penyuluhan kepada ibu-ibu terutama yang mempunyai anak-anak dibawah usia 5
tahun, supaya mereka dapat mengetahui tanda dan gejala serta pencegahan diare.

Oleh karena itu peran perawat sangat dibutuhkan dalam mengatasi masalah
yang dihadapi pasien dengan memberikan penyuluhan untuk meningkatkan
pengetahuan pasien, menjaga kebersihan lingkungan, perawat juga berkolaborasi
dengan dokter dalam memberi terapi dan juga memberikan beberapa informasi yang
penting.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Dengan adanya makalah ini diharapkan para pembaca bisa memahami tentang
penyakit diare pada anak yang sering terjadi, penanganan secara tepat dan cepat
sangat penting sehingga pasien bisa sembuh dengan baik mengingat pasiennya
adalah anak anak.
2. Tujuan Khusus
Dengan adanya makalah ini penulis berharap semoga pembaca bisa mengerti dan
memahami tentang :
a. Mampu memahami tentang Kebutuhan Dasar Manusia terhadap pasien diare.
b. Mampu melakukan tahapan pengkajian yang sesuai terhadap pasien diare.
c. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien diare.
d. Mampu menetapkan intervensi yang tepat pada pasien diare.
e. Mampu melakukan implementasi keperawatan yang tepat pada pasien diare.
f. Mampu melakukan evaluasi yang tepat pada pasien diare.

C. METEDO PENULISAN
Dalam penulisan makalah ini penulis mengumpulkan data dengan cara studi
perpustakaan dan di tambah dengan media lain seperti internet.
D. SISTEMATIKA PENULISAN
Dalam penulisan makalah ini, penulis membagi dalam beberapa bab, yaitu
Bab I Pendahuluan meliputi: latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, dan
sistematika penulisan, Bab II Tinjauan Teoritis mencakup: konsep medik yang berisi
definisi, anatomi fisiologi, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, test diagnostik,
terapi, komplikasi, discharge planning, patoflodiagram dan konsep dasar keperawatan
yang berisi pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan. Bab III
Kesimpulan dan diakhiri Daftar Pustaka.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP DASAR MEDIK


1. Definisi
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan
konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih
sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Depkes RI, 2011).

Diare adalah pengeluaran feses yang tidak normal dan cair. Bisa juga
didefinisikan sebagai buang air besar yang tidak normal dan berbentuk cair
dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Bayi dikatakan diare bila sudah
lebih dari 3 kali buang air besar, sedangkan neonatus dikatakan diare bila sudah
lebih dari 4 kali buang air besar (Vivian Nanny Lia Dewi, 2010).

Gastroenteritis adalah suatu keadaan inflamasi pada usus yang ditandai


buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan konsistensi tinja yang lebih
lembek atau cair dan bersifat mendadak datangnya; dan berlangsung dalam waktu
kurang dari 2 minggu (Suharyono, 2008).

Jadi diare adalah buang air besar yang tidak normal atau tidak seperti
biasanya yang frekuensinya lebih dari 3 kali sehari dengan feses cair dengan
frekuensi lebih banyak dari biasanya.

2. Klasifikasi Diare

Menurut Simadibrata (2007), diare dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu:


a. Diare akut

Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 15 hari. Diare
akut biasanya sembuh sendiri, lamanya sakit kurang dari 14 hari, dan akan
mereda tanpa terapi yang spesifik jika dehidrasi tidak terjadi(wong,2009).

b. Diare kronik
Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari.
.
3. Anatomi Fisiologi
Anatomi saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring),
kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus.

Gambar anatomi sistem pencernaan manusia


Sumber : (Adam.com)

Fisiologi sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut


sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima
makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke
dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau
merupakan sisa proses tersebut dari tubuh. Anatomi dan fisiologi sistem
pencernaan yaitu :

a. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air.
Mulut merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap dan jalan
masuk untuk sistem pencernaan yang berakhir di anus. Bagian dalam dari
mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa
yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan sederhana terdiri dari manis,
asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung,
terdiri dari berbagai macam bau. Makanan dipotong-potong oleh gigi depan
(incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi
bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah
akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim
pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan
enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri
secara langsung. Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara
otomatis.
b. Tenggorokan (Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan.
Didalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kelenjar limfe yang
banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap
infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan,
letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang
belakang keatas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung, dengan
perantaraan lubang bernama koana, keadaan tekak berhubungan dengan
rongga mulut dengan perantaraan lubang yang disebut ismus fausium. Tekak
terdiri dari bagian superior yaitu bagian yang sama tinggi dengan hidung,
bagian media yaitu bagian yang sama tinggi dengan mulut dan bagian inferior
yaitu bagian yang sama tinggi dengan laring. Bagian superior disebut
nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang menghubungkan tekak
dengan ruang gendang telinga. Bagian media disebut orofaring, bagian ini
berbatas ke depan sampai di akar lidah. Bagian inferior disebut laringofaring
yang menghubungkan orofaring dengan laring.
c. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang
dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung.
Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses
peristaltik. Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang.
Menurut histologi, esofagus dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian
superior (sebagian besar adalah otot rangka), bagian tengah (campuran otot
rangka dan otot halus), serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot
halus).
d. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar, yang terdiri dari tiga
bagian yaitu kardia, fundus dan antrium. Lambung berfungsi sebagai gudang
makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan
dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat
penting yaitu lendir, asam klorida (HCL), dan prekusor pepsin (enzim yang
memecahkan protein). Lendir melindungi sel sel lambung dari kerusakan
oleh asam lambung dan asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam,
yang diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung
yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara
membunuh berbagai bakteri.

e. Usus halus (usus kecil)


Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang
terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh
darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta.
Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang
membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding
usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan
lemak. Lapisan usus halus terdiri dari lapisan mukosa (sebelah dalam),
lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang dan lapisan serosa. Usus
halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus
kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
1) Usus Dua Belas Jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus
yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong
(jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari
usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum
treitz. Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak
terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari
yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari
terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu.
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum),
yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke
dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna
oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan sinyal kepada
lambung untuk berhenti mengalirkan makanan.
2) Usus Kosong (Jejenum)
Usus kosong atau jejunum adalah bagian kedua dari usus halus, di
antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada
manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 12 meter
adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan
digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium. Permukaan dalam usus
kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili), yang
memperluas permukaan dari usus.
3) Usus Penyerapan (Illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus.
Pada sistem pencernaan manusia ileum memiliki panjang sekitar 2- 4 m
dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus
buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan
berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam empedu.

f. Usus Besar (Kolon)


Usus besar atau kolon adalah bagian usus antara usus buntu dan
rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus besar
terdiri dari kolon asendens (kanan), kolon transversum, kolon desendens
(kiri), kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum). Banyaknya bakteri yang
terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan dan
membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi
membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi
normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan
gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi
yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.
g. Rektum dan Anus
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar
(setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai
tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena
tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika
kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul
keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum
karena penumpukan material di dalam rektum akan memicu sistem saraf yang
menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak
terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, di mana
penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk
periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi. Orang
dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan
anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang
penting untuk menunda BAB. Anus merupakan lubang di ujung saluran
pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk
dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus. Pembukaan dan
penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui
proses defekasi (buang air besar) yang merupakan fungsi utama anus (Pearce,
2010).

4. Etiologi
Diare dapat disebabkan oleh faktor infeksi , malabsorpsi (gangguan
penyerapan zat gizi), makanan, dan faktor psikologis.
a. Faktor infeksi
1) Infeksi enteral, yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak. Infeksi enteral ini meliputi:
2) Infeksi bakteri: Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter,
Aeromonas, dll.
3) Infeksi Virus: Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astovirus, dll.
4) Infeksi parasit: Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris), Protozoa
(entamoeba histolitika, giardia lamblia), jamur (candida albicans).
5) Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat
pencernaan, seperti OMA, tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis,
dsb.
b. Faktor malabsorpsi
1) Malabsorpsi karbohidrat
2) Malabsorpsi lemak
3) Malabsorpsi protein
c. Faktor makanan
Makanan yang menyebabkan diare adalah makanan yang tercemar,
basi, beracun, terlalu banyak lemak, mentah (misal, sayuran), dan kurang
matang.
d. Faktor psikologis
Rasa takut, cemas dan tegang, jika terjadi pada anak akan
menyebabkan diare kronis.

5. Patoflodiagram
6. Patofisiologi
Proses terjadinya penyakit gastroenteritis dilihat dari beberapa faktor
penyebab antara lain :

a. Faktor Kelainan pada Saluran Makanan


Kelainan pada lambung, usus halus dan usus besar yang disebabkan
untuk penyakit antara lain akilia gastrika, humor, pasca gastrektomi,
vagotomi, vistula intestinal. Obstruksi intestinal parsial, divertikulosis, kolitis
ulserosa, poliposis dan endotriatis dapat mengakibatkan perubahan
pergerakan pada dinding usus. Jika pergerakan dinding unsur menurun
(normal 5 30x menit) hal ini menyebabkan perkembang biakan bakteri
bertambah dalam rongga usus atau jika pergerakan dinding usus meningkat,
peristaltik usus juga meningkat, sehingga terjadi percepatan kontak makanan
dengan permukaan usus, makanan lebih cepat masuk kedalam lumen usus
dan kolon, kolon bereaksi cepat untuk mengeluarkan isinya sehingga terjadi
hipersekresi yang menambah keenceran tinja.

b. Faktor Infeksi
Parasit, bakteri, virus dan jamur yang masuk ke dalam lambung akan
dinetralisasi oleh asam lambung (HCL), mikroorganisme tersebut bisa mati
atau tetap hidup, jika masih hidup mikroorganisme tersebut akan masuk ke
dalam usus halus dan berkembang biak. Didalam usus halus akan
mengeluarkan toksin yang sifatnya merusak vili-vili usus dan dapat
meningkatkan peristaltis usus sehingga penyerapan makanan, air, dan
elektrolit terganggu, terjadilah hipersekresi yang mengakibatkan diare.

c. Faktor Makanan
Makanan yang terkontaminasi, mengandung kimia beracun, basi,
masuk melalui mulut ke dalam lambung. Didalam lambung makanan akan
dinetralisir oleh asam lambung. Apabila lolos, makanan yang mengandung
zat kimia beracun akan sulit diserap oleh usus halus dan bersifat merusak,
reaksi usus akan mengeluarkan cairan sehingga terjadi peningkatan jumlah
cairan dalam usus yang mengakibatkan diare (Price, 1997; Corwin, 2000).
7. Manifestasi Klinis
Menurut Suharyono (2008), tanda dan gejala penyakit gastroenteritis antara
lain :
a. Diare (frekuensi tinja meningkat dan feses lembek/ cair).
b. Demam karena adanya organisme invasit yang menyebabkan infeksI.
c. Muntah-muntah.
d. Nyeri abdomen
e. Dehidrasi
f. Penampakan pucat
g. Mata cekung,lidah kering
h. Tidak nafsu makan
i. Weightloss (BB menurun).
8. Penatalaksanaan
a. Pemberian cairan (rehidrasi)
Contoh : Ringer Lactat (RL) dan NaCl

b. Pemberian makanan (bubur)

c. Obat-obatan

1) Obat anti sekresi


2) Obat anti diare
3) Antibiotika
4) Obat anti spasmolitik.
d. Istirahat
e. Diet.

9. Test Diagnostik
a. Pemeriksaan tinja
1) Makroscopis dan microscopis
2) PH dan kadar gula dalam tinja kental lakmus dan tablet clinitest bila
diduga terdapat intoleransi gula.
3) Bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.
b. Pemeriksaan darah
1) Darah perifer lengkap dan elektrolit terutama Na, K, Ca
2) Darah serum pada diare.
c. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui faal ginjal
d. Pemeriksaan analisa gas darah.
10. Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada diare yaitu :
a. Dehidrasi
Tergantung dari persentase cairan tubuh yang hilang, dehidrasi dapat terjadi
ringan, sedang, atau berat.
b. Renjatan hipovolemik
Terjadi pada dehidrasi berat akibat kehilangan cairan yang besar, maka
jantung akan bekerja lebih cepat.
c. Hipokalemia
Kalium rendah< 3,5 keletihan otot, kembung.Ileus paralitik terjadi karena
kurangnya total kalium tubuh (deplesi kalium).
d. Kejang
Pada pasien diare terjadi kejang karena kehilangan cairan yang banyak dan
pemasukan air dan elektrolit berkurang dalam jangka waktu yang lama.
e. Gangguan Asam-Basa (asidosis)
Hal ini terjadi akibat kehilangan cairan elektrolit (bikarbonat) dari dalam
tubuh. Sebagai kopensasinya tubuh akan bernafas cepat untuk membantu
meningkatkan PH arteri.
f. Gangguan Gizi
Gangguan ini terjadi karena asupan makanan yang kurang dan output yang
berlebihan. Hal ini akan bertambah berat bila pemberian makanan dihentikan
serta sebelumnya penderita sudah mengalami kekurangan gizi (malnutrisi).

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
1) Kebiasaan makan dan minum
2) Cara pengolahan
3) Jenis makanan/minuman yang diberikan.
b. Pola nutrisi metabolik
1) Nafsu makan/minum
2) Perut kembung
3) Perubahan berat badan
4) Status hidrasi dan turgor kulit.
c. Pola eliminasi
1) Frekuensi BAB, jumlah, warna, konsistensi, bau
2) Hiperperistaltik usus.
d. Pola aktivitas dan latihan
1) apakah ada kelemahan fisik, letih/lemas
2) apakah nafas, nadi cepat atau tak teraba
3) kemampuan anak untuk bermain dan meraih mainan
e. Pola tidur dan istirahat
1) adakah perubahan pola tidur.
2) apakah sering terbangun karena diare atau nyeri.
f. Pola kognitif dan persepsi sensori
Kurang pengetahuan orang tua tentang higiene makanan dan lingkungan.
g. Pola peran dan hubungan dengan sesama
1) Apakah peran dalam keluarga terganggu
2) Peran dalam masyarakat keluarga terganggu
h. Pola reproduksi seksualitas
1) Bagaimana keadaan alat reproduksi
i. Pola mekanisme koping terhadap stress
1) Apakah ada perasaan takut
2) Cemas
3) Stress
4) Takut
5) Putus asa
j. Pola kepercayaan
1) Apakah kegiatan beribadah terganggu.
2) Apakah sering berdoa
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kekuarangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan berlebihan
melalui feses dan muntah serta intake terbatas (mual).
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
gangguan absorbsi nutrien dan peningkatan peristaltik usus.
c. Nyeri (akut) berhubungan dengan hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.
d. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan frekuensi BAB
yang sering.
e. Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan
terapi berhubungan dengan pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi
informasi dan atau keterbatasan kognitif.

3. Intervensi Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan berlebihan
melalui feses dan muntah serta intake terbatas (mual).

Tujuan : Keseimbangan cairan dan elektrolit dapat dipertahankan secara optimal

Hasil yang diharapkan :

a. Tanda-tanda vital dalam batas normal


b. Tanda-tanda dehidrasi berkurang, turgor kulit elastis, membran mukosa
basah, pengeluaran urine terkontrol, mata tidak cowong dan ubun-ubun
besar tidak cekung.
c. Konsistensi BAB liat/lembek dan frekuensi 1 kali dalam sehari
d. Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit BJ urine 1,008-1,010; BUN
dalam batas normal.
e. Analisa gas darah dalam batas normal

Intervensi :

1) Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan (dehidrasi)

Rasional: Penurunan volume cairan bersirkulasi menyebabkan kekeringan jaringan


dan pemekatan urine. Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera
untuk memperbaiki defisit.

2) Pantau intake dan out put

Rasional : pengeluaran dapat melebihi masukan, yang sebelumnya tidak mencukupi


untuk mengkompensasi kehilangan cairan. Dehidrasi dapat meningkatkan laju
filtrasi glomerulus membuat haluaran tak adeguat untuk membersihkan sesa
metabolisme.

3) Timbang BB setiap hari

Rasional : Penimbangan BB harian yang tepat dapat mendeteksi kehilangan cairan.

4) Anjurkan keluarga bersama klien untuk meminum air yang banyak (LGG, oralit atau
pedyalit 10 cc/kg BB/mencret

Rasional : Kandungan Na, K dan glukosa dalam LGG, oralit dan pedyalit
mengandung elektrolit sebagai ganti cairan yang hilang secara peroral. Bula
menyebarkan gelombang udara dan mengurangi distensi.

5) berikan cairan secara parenteral (IV line) sesuai dengan umur dan peyakit (penyakit
penyerta)

Rasional : Klien yang tidak sadar atau tingkat dehidrasi ringan dan sedang yang
kurang intakenya atau dehidrasi berat perlu pemberian cairan secara parenteral
dengan cepat melalui IV line sebagai pengganti cairan yang telah hilang.

6) Lakukan Pemeriksaan serum elektrolit (Na, K dan Ca serta BUN)

Rasional : Serum elektrolit sebagai koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit.


BUN untuk mengetahui faali ginjal (kompensasi).

7) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian Obat-obatan (antisekresi, antispasmolitik


dan antibiotik)

Rasional : Antisekresi berfungsi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit


untuk keseimbangannya. Antispasmolitik berfungsi untuk proses absrobsi normal.
Antibiotik sebagai antibakteri berspektrum luas untuk menghambat endoktoksin.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan


absorbsi nutrien dan peningkatan peristaltik usus.

Tujuan :Kebutuhan nutrisi terpenuhi


Hasil Yang diharapkan:

a. Nafsu makan baik


b. BB ideal sesuai dengan umur dan kondisi tubuh
c. Hasil pemeriksaan laboratorium (protein) dalam batas normal (3-5 mg/dalam)

Intrvensi :

a) Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan yang berserat tinggi,
berlemak dan air panas atau dingin)

Rasional : Makanan ini dapat merangsang atau mengiritasi saluran usus.

b) Timbang BB setiap hari

Rasional : Perubahan berat badan yang menurun menggambarkan peningkatan


kebutuhan kalori, protein dan vitamin.

c) Ciptakan lingkungan yang menyenagkan selama waktu makan dan bantu sesuai
dengan kebutuhan.

Rasional : Nafsu makan dapat dirangsang pada situasi releks dan


menyenangkan.

d) Diskusikan dan jelaskan tentang pentingnya makanan yang sesuai dengan


kesehatan dan peningkatan daya tahan tubuh.

Rasional : Makanan sebagai bahan yang dibutuhkan tubuh untuk proses


metabolisme dan katabolisme serta peningkatan daya tahan tubuh terutama
dalam keadaan sakit. Penjelasan yang diterima dapat membuka jalan pikiran
untuk mencoba dan melaksanakan apa yang diketahuinya.

e) Berikan Dietetik pada anak usia 1 tahun/> 1 tahun dengan BB < 7 kg diberi susu
(ASI atau formula rendah laktosa), makan setengah padat/makanan padat.
Rasional : Pada diare dengan usus yang terinfeksi enzim laktose inaktif
sehingga intoleransi laktose.

f) Dan berikan pada Usia > 1 tahun dengan BB > 7 kg diberi makan susu/cair dan
padat

Rasional : Makanan cukup gizi dan disesuaikan dengan kondisi kesehatan.

g) Berikan cairan melalui parenteral (IV line)

Rasional : Klien yang tidak sadar atau tingkat dehidrasi ringan dan sedang
yang kurang intakenya atau dehidrasi berat perlu pemberian cairan cepat
melalui IV line sebai pengganti cairan yang telah hilang.

h) Kolaborasi dalam pemberian vitamin A

Rasional : Vitamin merupakan bagian dari kandungan zat gizi yang diperlukan
tubuh terutama pada bayi untuk proses pertumbuhan.

3. Nyeri (akut) berhubungan dengan hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.

Tujuan : nyeri teratasi

Intervensi :

a) Kaji keluhan nyeri (skala 1-10), perubahan karakteristik nyeri, petunjuk verbal
dan non verbal

Rasional : Mengevaluasi perkembangan nyeri untuk menetapkan intervensi


selanjutnya

b) Atur posisi yang nyaman bagi klien, misalnya dengan lutut fleksi.

Rasional : Menurunkan tegangan permukaan abdomen dan mengurangi nyeri.

c) Lakukan aktivitas pengalihan untuk memberikan rasa nyaman seperti memijat


punggung dan kompres hangat abdomen
Rasional : Meningkatkan relaksasi, mengalihkan fokus perhatian kliendan
meningkatkan kemampuan koping.

d) Bersihkan area anorektal dengan sabun ringan dan airsetelah defekasi dan berikan
perawatan kulit

Rasional : Melindungi kulit dari keasaman feses, mencegah iritasi.

e) Kolaborasi pemberian obat analgetik dan atau antikolinergik sesuai indikasi

Rasional : Analgetik sebagai agen anti nyeri dan antikolinergik untuk


menurunkan spasme traktus GI dapat diberikan sesuai indikasi klinis
4. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan frekuensi BAB
yang sering.
Hasil yang diharapkan : Kulit bersih, kering dan utuh.

Intervensi:

a) Berikan popok yang menyerap.


Rasional : Diare bersifat asam dan menyebabkan iritasi kulit.
b) Jaga kebersihan perineum.
Rasional : Daerah perineum merupakan daerah yang gelap dan rentan infeksi.
c) Berikan oitmen diperianal.
Rasional : Melicinkan kulit, memungkinkan feses tidak menempel sehingga tidak
terjadi iritasi.
d) Hindari pengukuran suhu peranus.
Rasional : Penekanan pada anus memberikan rangsangan pada spinter tidak terjadi
iritasi

5. Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi


berhubungan dengan pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi
informasi dan atau keterbatasan kognitif.

Tujuan: agar keluarga mengerti cara mengatasi diare pada anaknya

Intervensi:
a) Kaji kesiapan keluarga klien mengikuti pembelajaran, termasuk pengetahuan
tentang penyakit dan perawatan anaknya.

Rasional : Efektivitas pembelajaran dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan mental


serta latar belakang pengetahuan sebelumnya.

b) Jelaskan tentang proses penyakit anaknya, penyebab dan akibatnya terhadap


gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari aktivitas sehari-hari.

Rasional : Pemahaman tentang masalah ini penting untuk meningkatkan partisipasi


keluarga klien dan keluarga dalam proses perawatan klien.

c) Jelaskan tentang tujuan pemberian obat, dosis, frekuensi dan cara pemberian serta
efek samping yang mungkin timbul.

Rasional : Meningkatkan pemahaman dan partisipasi keluarga klien dalam


pengobatan.

d) Jelaskan dan tunjukkan cara perawatan perineal setelah defekasi.

Rasional : Meningkatkan kemandirian dan kontrol keluarga klien terhadap


kebutuhan perawatan diri anaknya.
4. Implementasi Keperawatan
Setelah intervensi keperawatan, selanjutnya rencana tindakan tersebut
diterapkan dalam situasi yang nyata untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Tindakan
keperawatan harus mendetail agar semua tenaga keperawatan dapat menjalankan tugasnya
dengan baik dalam jangka waktu yang telah ditetapkan.

Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan, perawat dapat langsung memberikan pelayanan


kepada pasien, dapat juga didelegasikan kepada orang lain yang dipercayai di bawah
pengawasan yang masih seprofesi dengan perawat

5. Evaluasi Keperawatan
Merupakan hasil perkembangan dari pasien dengan berpedoman kepada hasil
dan tujuan yang hendak dicapai. Evaluasi dari provesi keperawatan adalah nilai hasil yang
diharapkan terhadap perubahan seberapa besar pengobatan yang diberikan kepada klien dapat
berhasil. Dan mengetahui sejauh mana masalah pada pasien dapat teratasi. Di samping itu,
perawat juga melakukan umpan balik atau pengkajian ulang jika yang ditetapkan belum
tercapai dalam proses keperawatan segera dimodifikasi.

Anda mungkin juga menyukai