Desain Coil Tubing Pada Pemboran
Desain Coil Tubing Pada Pemboran
PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN
Merupakan bab pendahuluan yang berisi latar belakang,
tujuan, batasan dan sistematika penulisan studi literatur ini.
BAB IV PEMBAHASAN
Berisi pembahasan terhadap hal-hal penting yang perlu
diperhatikan ketika menerapkan teknologi coiled tubing pada
suatu operasi pemboran.
BAB V KESIMPULAN
Bab ini berisi kesimpulan penting yang dapat ditarik dari
studi literatur yang disusun oleh penulis.
4
BAB II
TEKNOLOGI COILED TUBING
Gambar 2.1
Perbandingan Coiled Tubing Drilling Unit (kiri)
dan Conventional Rotary Drilling Unit (kanan)
120 ft/mnt), diameter tubing yang kecil dan tanpa sambungan ini dapat
diangkat dari sumur dan digulung dalam reel dengan cepat, kemudian
bisa dipindahkan ke lokasi lain dalam waktu yang relatif singkat pula.
Coiled tubing menawarkan beberapa keuntungan lebih daripada
conventional jointed tubing, diantaranya penghematan waktu dan biaya,
pressure integrity yang lebih baik pada sumur yang masih berproduksi,
slimhole capability, continuous telemetry, meminimalkan kerusakan
formasi dan aman terhadap lingkungan disekitar.
Gambar 2.2
Peralatan Coiled Tubing di Atas Permukaan
8
Gambar 2.3
Tubing Injector Head
Tubing injector heads terdiri dari beberapa komponen, yaitu:
1. Hydraulic motors
Memberikan daya tarik yang diperlukan untuk menggerakkan
tubing keluar maupun masuk ke dalam sumur. Dengan cara
mengontrol tekanan dan flowrate dari fluida hidrolik untuk
mengontrol motor, kecepatan dan energi potensial yang
digunakan oleh injector head.
2. Drive chains (rantai)
Terdiri dari mata rantai, gripper blocks dan roller bearings. Pada
waktu terjadi beban pada rangkaian tubing yang disebabkan
oleh adanya gesekan, maka kinerja block ini sangat penting
untuk menjamin effisiensi operasi dari tubing injector head dan
menghindari terjadinya kerusakan mekanik pada tubing.
9
3. Chain tensioners
Pada waktu tubing dimasukkan ke dalam sumur, beban pada
injector chain bertambah sehingga diperlukan tenaga pada
gripper block untuk mempertahankan daya tarik. Untuk
mengatasi hal ini digunakan tekanan hidrolik pada bagian
samping dari sistem chain tensioner.
4. Gooseneck
Gooseneck berbentuk lengkungan yang mempunyai radius
kelengkungan tertentu berfungsi untuk mengarahkan CT string
yang berasal dari reel masuk ke injector head melalui bagian
atas dari injector head chains.
5. Weight indicator
Berfungsi untuk menunjukkan besarnya tegangan yang terjadi
pada tubing yang tergantung dalam sumur, termasuk efek yang
terjadi karena tekanan di kepala sumur maupun efek buoyancy.
Weight indicator dapat dijalankan dengan cara hidrolik,
elektronik maupun kombinasi diantara keduanya.
Tabel II. 1
Spesifikasi Injector Head
b. Stripper
Terletak diantara injector dan BOP, berfungsi untuk memberikan
tekanan kecil untuk menutup dan mengerakkan coiled tubing
masuk atau keluar dari sumur sehingga tidak terjadi hubungan
antara tekanan sumur dengan tekanan permukaan. Ketika
melakukan pemboran ataupun trip proses, stripper akan menyegel
anulus. Tekanan pada stripper dapat diatur oleh operator didalam
kontrol kabin, dengan minimum working pressure 5000 psi.
10
Gambar 2.4
CT Reel
d. Power Pack
Berfungsi memberikan tenaga untuk operasi dan mengontrol unit
coiled tubing. Umumnya power pack terdiri dari diesel engine
sebagai penggerak untuk mengatur system dan sirkulasi suplai
pompa hydraulic dengan tekanan dan laju aliran yang dikehendaki.
11
Gambar 2.5
Dual BOP 5000 psi untuk sumur dengan diameter > 4 (kiri),
dan Quad BOP 10000 psi untuk sumur dengan diameter < 4 (kanan)
Untuk melakukan pengontrolan sumur pada operasi coiled tubing,
dibutuhkan komponen berikut untuk menghubungkan, memonitor, dan
mengoperasikan pressure-controlled equipments, yaitu:
Kill line, untuk jalur memasukkan killing fluid ke annulus
Choke line, menyalurkan tekanan ke choke manifold
12
Gambar 2.6
CT Unit dengan Injector Head (kiri atas), dan BOP (bawah)
Gambar 2.7
Wireline BHA dan MWD BHA
Spesifikasi peralatan di bawah permukaan yang digunakan dalam
suatu operasi coiled tubing memiliki perbedaan khusus tergantung dengan
jenis pekerjaan atau aplikasi yang dilakukan menggunakan coiled tubing
13
Gambar 2.8
Pelengkungan yang Terjadi Pada Reel dan Gooseneck
I (OD ) 2 ( ID) 2
r = ; I =
As 64
Sedangkan jika effective slenderness ratio lebih kecil dari column
slenderness ratio maka buckling yang terjadi adalah local buckling dan
besarnya buckling ditentukan dengan persamaan :
SR 2
F . A
Buckling load = y s 1
2 (2-
2 .C c
4)
2.E
Cc = Fy
Gambar 2.9
Gooseneck dan personel yang bekerja
19
Gambar 2.10
Kondisi Coiled Tubing
2.4.3. KELELAHAN COILED TUBING (FATIGUE)
Kelelahan coiled tubing disebabkan oleh kombinasi tekanan dan
siklus pelengkungan yang terjadi pada coiled tubing serta komposisi kimia
fluida pemboran yang melewati coiled tubing. Hal ini sulit untuk diukur
karena berhubungan dengan karakteristik material yang khusus.
Berdasarkan program pengujian yang ekstensif barulah dapat ditentukan
model matematika yang kompleks. Model ini menghitung kerusakan yang
terjadi pada coiled tubing yang disebabkan oleh pemberian tekanan dan
pelengkungan yang berulang-ulang. Hal-hal yang perlu diperhatikan
adalah diameter coiled tubing dan lingkungan kimia disekitarnya. Dengan
22
Gambar 2.11
Coiled Tubing Fatigue Model
Aw = x t x (ID-t) .. (2-7)
Untuk berat akhir (w) secara teoritis didasarkan pada dimensi
coiled tubing dan dihitung dengan persamaan berikut :
w = 10.68 (OD t) x t ... (2-8)
Pipe body yield load (Ly) merupakan gaya axial tension load yang
mana menghasilkan stress pada tubing ditentukan berdasarkan batas
minimum yield strength (SMYS) dalam tension .
Ly = x (OD-t) x SMYS . (2-9)
Internal yield pressure (psi), yang terjadi pada coiled tubing dapat
ditentukan berdasarkan harga minimum yield strength coiled tubing.
2 x( SMYS ) xtmin
P . (2-10)
OD
Tekanan tes pada coiled tubing ditentukan berdasarkan tekanan
fluida yang terjadi dalam coiled tubing dan perlu diperhitungkan
berdasarkan safety factor yang diizinkan.
Pt = 0.8 x P ......... (2-11)
Batasan tension maksimum pada coiled tubing digunakan besaran
safety factor 20% untuk persamaan :
Tmax = 80% A (y + Po) . (2-12)
Sedangkan tekanan collapse yang terjadi akibat dari tekanan
external fluida dan dapat dites sebelum coiled tubing dimasukkan ke
sumur dengan safety faktor sebesar 50 %.
y
Pcol 50% .................. (2-13)
2 1
Umur atau masa kerja coiled tubing dipengaruhi oleh beban dan
tegangan-tegangan yang bekerja pada coiled tubing itu sendiri. Standard
industri untuk mengukur umur coiled tubing adalah running feet atau
tubing movement, yang merupakan cerminan dari apa yang terjadi pada
coiled tubing disumur. Umur coiled tubing hampir seluruhnya ditentukan
oleh fatigue yang disebabkan oleh metoda penanganan coiled tubing
diluar lubang bor.
Kelelahan coiled tubing disebabkan oleh pelengkungan dan
pelurusan berulang yang terjadi pada gooseneck dan reel. Pelengkungan
yang berulang menyebabkan kerusakan struktur kristal dari material
pembentuk coiled tubing. Kelelahan ini akan semakin bertambah jika
pelengkungan dilakukan sambil memberikan tekanan di dalam coiled
tubing (internal pressure).
Sifat fisik dan metalurgi coiled tubing string terus meningkat seiring
peningkatan teknik pembuatan dan prosedur kontrol kualitas.
Proses pembuatan coiled tubing pertama kali dilakukan dengan
menggabungkan beberapa tubing string yang pendek dengan pengelasan
sistem butt welding. Hal ini akan mengakibatkan kelemahan pada bagian
material yang dekat dengan pengelasan. Kegagalan hampir selalu terjadi
pada daerah dipengaruhi panas (heat-affected zone).
Coiled tubing pada saat ini kebanyakan dibuat dari material
lempengan panjang dan kontinyu yang dilas dengan sistem bias welding.
Pada sistem bias welding dilakukan pemotongan secara diagonal pada
akhir lempengan baja dan merapatkannya sebelum dilas. Bias welding
meningkatkan kekuatan coiled tubing dengan menyebarkan zona yang
dipengaruhi panas secara spiral disekeliling tubing.
2.4.4. PEMOMPAAN
Pemompaan gas hidrokarbon atau kondensat sangat dilarang
karena belum ada metoda yang dapat memprediksikan akibat adanya
lubang di coiled tubing (pinhole). Pemompaan minyak mentah (crude oil)
melalui coiled tubing diperbolehkan, asalkan tidak mengandung gas.
Sirkulasi balik (reverse circulation) melalui coiled tubing dapat dilakukan
25
jika ukuran coiled tubing 1- in atau lebih dan sumur dalam keadaan
mati atau penuh dengan fluida untuk mematikan sumur. Jika hanya
menggunakan peralatan kontrol tekanan, produksi fluida reservoir melalui
coiled tubing dilarang. Fluida reservoir dapat diproduksikan dengan
menggunakan teknik komplesi coiled tubing dengan peralatan yang
didesain khusus.
Gambar 2.12
Susunan Power Pack (kiri bawah), Control Cabin (kiri atas),
Reel (tengah), dan Gooseneck (kanan)
26
BAB III
APLIKASI COILED TUBING PADA PEMBORAN
Gambar 3.1
Data Jumlah CT Drilling Jobs 1991 - 1997
27
Gambar 3.2
Peralatan Pemboran Coiled Tubing
3.1.1. PERALATAN PEMBORAN DI ATAS PERMUKAAN
Peralatan di atas permukaan pada operasi pemboran coiled tubing
meliputi coiled tubing unit, peralatan sirkulasi, sistem control sumur dan
peralatan pengangkatan. Tata letak peralatan yang digunakan pada
operasi coiled tubing drilling merupakan komposisi dari berbagai peralatan
penunjang operasional pemboran selain coiled tubing unit itu sendiri.
Pengaturan tata letak dalam operasi pemboran dengan menggunakan
coiled tubing, dapat dilihat pada gambar berikut.
28
Gambar 3.3
Lay Out CT Drill Site
Gambar 3.4
Jacking Framed Coiled Tubing Unit
Gambar 3.5
CT Driller Console
b. Peralatan Sirkulasi
Sistem sirkulasi relatif sama dengan pada pemboran
konvensional. Sistem ini terdiri dari beberapa tangki-tangki air, mixing
hopper dan chemical, reserve pit, mud pit, mud pump, mud-gas
separator, shale shaker, degaser dan desilter.
Pompa Lumpur pada pemboran dengan coiled tubing harus
memiliki kapasitas tekanan dan laju alir yang sesuai dengan
persyaratan dalam pemboran. Umumnya persyaratan tekanan berkisar
30
antara 4000-5000 psia, laju alir maksimum yang diijinkan 170 gpm,
tergantung pada ukuran motor, jet nozzle, kedalaman pemboran,
ukuran coiled tubing, ukuran lubang bor dan rheologi fluida pemboran.
Biasanya dapat dipakai pompa triplex dengan 500 hp, seperti yang
digunakan untuk program cementing dan acidizing.
Yang perlu diperhatikan adalah bahwa sistem lumpur pada
pemboran dengan coiled tubing mempunyai kapasitas yang lebih
sedikit dibandingkan pada pemboran konvensional karena
berkurangnya ukuran lubang bor. Fluida pemboran harus mampu
mengimbangi tekanan dasar lubang bor dan mampu mengangkat
padatan keluar dari lubang bor serta melepaskannya dipermukaan.
Sifat-sifat fisik lumpur yang diperlukan relatif sama dengan pemboran
konvensional dengan drill pipe.
c. Sistem Kontrol Sumur
Pada pemboran konvensional, tujuan utama kontrol sumur
adalah mempertahankan tekanan hidrostatik agar sedikit lebih besar
dari tekanan formasi, dan BOP akan ditutup jika terjadi kick.
Sedangkan pada operasi dengan coiled tubing, BOP adalah peralatan
utama dalam control sumur.
Gambar 3.6
Konfigurasi BOP Stack Pemboran Coiled Tubing
31
BOP untuk coiled tubing terdiri dari stripper head, blind ram,
cutter ram, kill line spool dengan isolasi, slip ram dan tubing ram.
Sedang BOP untuk BHA terdiri dari annular preventer, blind ram, pipe
ram dan drilling spool dengan katup isolasi. Return line hanya
digunakan untuk mensirkulasi fluida kick keluar, atau saat membor
dengan kondisi underbalance. Return line ini akan menuju ke dual
choke manifold dan drilling choke yang digunakan untuk mengontrol
laju aliran fluida dari lubang bor. Antara BOP coiled tubing dan BHA
dihubungkan dengan flange tee.
Pressure rate pada BOP stack harus lebih besar dari Maximum
Anticipated Surface Pressure (MASP), yaitu suatu harga tekanan
tertinggi yang mungkin terjadi di permukaan pada saat operasi
pemboran dilakukan. MASP merupakan fungsi dari tekanan hidrostatik
dan tekanan statik di dasar sumur.
d. Peralatan Pengangkatan
Pekerjaan pengangkatan (hoisting system) dilakukan oleh trailer
dan crane. Trailer digunakan untuk mengangkut dan menyediakan
dasar/ landasan untuk peralatan-peralatan operasi. Trailer merupakan
deck float yang dilengkapi dengan telescopic crane, dengan integral
dari crane merupakan system hydraulic yang menstabilkan/
memantapkan trailer ketika operasi. Seluruh unit reeled tubing
dipasang pada trailer dan disambungkan untuk operasinya. Pada
lokasi pemboran, pengangkatan dan penempatan coiled tubing dan
BOP ke well head dilakukan oleh crane.
Namun saat ini penggunaan crane telah dapat digantikan oleh
suatu unit trailer (CT Express Schlumberger) yang dirancang khusus
dengan reel, gooseneck, injector, stripper dan BOP yang telah
terintegrasi permanen didalamnya. Dimana unit ini hanya
membutuhkan waktu 30 menit untuk rig-up dan cukup dikendalikan
oleh 3 orang personel (bandingkan dengan rig konvensional yang
membutuhkan lebih banyak personel).
32
Gambar 3.7
Landasan Alat Operasi Pemboran CT
Gambar 3.8
Berbagai bentuk bit untuk coiled tubing drilling;
(berurutan searah jarum jam): TSD bit, polycrystaline diamond bit, star
tricone bit, genesis slimhole bit, impregnated bit dan eccentric drill bit
33
Tabel III-1
Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Bit
Sedangkan Roller Cone Bit meliputi Milled Tooth Roller Cone Bit
untuk formasi yang lunak dan insert bit untuk formasi yang lebih keras.
Penggunaan masing-masing bit tersebut mempunyai kelebihan dan
kelemahan tersendiri.
Tabel III-2
Spesifikasi Drilling Bit
Rotary speed,
Manufacturer
IADC Code
Bit name
rpm
Geo D51 M614 3 7/8 12 800 4000 80 500
7
Diamond D52 M614 3 /8 12 800 4000 80 500
D53 M714 3 7/8 12 800 4000 80 500
D54 M713 3 7/8 6 800 4000 80 500
M19 M442 3 1/2 12 500 - 4000 60 - 600
Hycalog 263ND M722 3 7/8 12 600 3500 Variable
585 M812 3 - 12 2000 4000 Variable
473 M842 4 1/8 17 1000 - 4000 Variable
Slimdrill ND-1 M812 1-8 500 3000 60 1000
ND-1ST M811 4 1/8 12 500 3000 60 1000
ND3 M812 3 7/8 8 3/4 500 - 2500 60 - 1000
b. Downhole Motor
Karena pada coiled tubing tidak menggunakan rotary table maka
pada coiled tubing string tidak terjadi rotasi, melainkan hanya sliding yang
bergerak menggeser permukaan lubang bor. Untuk itu tenaga untuk
memutar bit berasal dari downhole motor yang digerakkan oleh lumpur
bertekanan tinggi yang melewati rotor didalam motor tersebut. Terdapat 3
tipe down hole motor, yaitu van motor, turbine motor dan positive
displacement motor (PDM). Turbine motor dan van motor tidak bisa
digunakan dalam pemboran dengan coiled tubing karena ukuran diameter
motor yang relatif besar. Sehingga untuk pemboran dengan coiled tubing
ini praktis digunakan PDM. Jenis PDM yang umum digunakan untuk
memutar bit adalah high speed low torque, medium speed medium torque,
dan low speed high torque. Umumnya high speed low torque motor
35
digunakan dengan TSD bit atau Natural Diamond Bit, sedangkan medium
speed medium torque motor digunakan untuk memutar PDC bit.
Pemilihan PDM ini tergantung pada ukuran lubang bor dan
perencanaan trayek pemboran, serta klasifikasi dari motor tersebut. Tabel
III-3 menyajikan spesifikasi PDM dari Anadril Power pack. Tekanan
menunjukan diferensial tekanan, merupakan perbedaan antara tekanan
pemompaan saat bit di dasar sumur belum berputar dan tekanan
pemompaan dengan bit sudah berputar mendesak formasi. Stall Torque
menunjukkan torsi yang dipakai ketika bit mogok (stall) dalam formasi dan
tidak berputar, hal ini merupakan faktor kritis agar ukuran motor tak
melampaui batasan torsi pada batasan coiled tubing yang diizinkan.
Sedangkan range flow rate (GPM) dan speeds (RPM) menggambarkan
hubungan antara minimum dan maksimum tekanan pemompaan.
Tabel III-3
Positive Displacement Motor
1. Grapple connector
2. Dimple connector
3. Roll on connector
Gambar 3.9
CT Connector
Gambar 3.10
CT BHA dengan Non Rotating Joint
Check Valve
Dihubungkan dengan connector yang berada pada ujung dari
coiled tubing yang berfungsi untuk mencegah masuknya aliran
balik fluida sumur ke dalam coiled tubing drill string.
Gambar 3.11
CT Check Valves
37
Swivel Joint
Digunakan untuk menyusun peralatan bawah permukaan agar
dapat dirangkaikan secara berurutan dan dapat digerakkan.
Disconnect Joint
Berfungsi untuk melepas string kerja dari sistem CT dan
memutuskan hubungan CT dengan BHA jika mengalami stuck
(terjepit). Metoda pemutusan yang digunakan:
1. Tension-Active Release Joint
Dengan menganggap suatu titik lemah di tool string sebelum
mengakibatkan beberapa kerusakan dalam tool string
retrieve atau coiled tubing, menggunakan shear pin atau
screw. Dibutuhkan tension pada mekanisme pemutusan.
2. Pressure-Active Release Joint
Menggunakan semacam bola didalamnya, digerakkan
dengan menggunakan tekanan yang melewati coiled tubing,
kemudian berbalik dengan menggunakan perbedaan
tekanan didalam dan diluar coiled tubing.
Centralizer
Adalah suatu peralatan bawah permukaan yang berfungsi untuk :
1. Menjaga posisi peralatan tetap berada ditengah lubang bor.
2. Mencegah rintangan dalam lubang bor.
3. Meminimalkan distorsi
4. Memberikan stabilitas ketika operasi pemboran
5. Memberikan tempat untuk aliran fluida.
Orienter
Digunakan untuk mengontrol arah lubang bor dan mengarahkan
tool kearah yang diinginkan. Alat ini dapat dijalankan dengan
mechanical reciprocating, pressure cycling, torsi dari motor atau
kombinasi ketiganya. Toolface diset sesuai dengan yang
dikehendaki. Alat ini bekerja berdasarkan perbedaan tekanan
antara internal CT dan annulus yang akan menggerakkan piston
yang selanjutnya menggerakkan orienter.
38
sudut, biasanya MWD juga dilengkapi dengan sensor tekanan, WOB, torsi
dan sinar gamma ray. Semua sensor parameter tersebut dapat diterima
dan dikontrol melalui komputer dipermukaan. Selain itu data yang didapat
ini dapat disimpan di memory internal alat MWD untuk evaluasi lanjut
nantinya. Selain digerakkan oleh wireline, peralatan-peralatan dibawah
permukaan bisa juga mendapatkan tenaga dari batery pack.
Gambar 3.12
BHA Equipment
hal yang kritis dalam operasi coiled tubing. Aliran fluida di annulus
akan berubah dengan penambahan luas permukaan pipa yang
mengalami kontak dengan fluida.
3.3.2. WEIGHT ON BIT (WOB)
Kebutuhan WOB yang diperlukan untuk mempertahankan penetrasi
pemboran dapat dihasilkan dari dua sumber. Bila pemboran vertikal atau
pemboran dengan sudut deviasi kecil, drill collar digunakan untuk
memberikan WOB, dimana coiled tubing dipertahankan dalam kondisi
tension untuk mencapai trayek yang stabil. Dan bila dalam pemboran
berarah dengan sudut deviasi yang besar, maka coiled tubing digunakan
untuk menyediakan kebutuhan WOB.
WOB pada coiled tubing drilling berbeda dengan rotary drilling
biasa yang umumnya menggunakan WOB tinggi (4000 6000 lbs) dan
RPM kecil (<700 rpm). Pada coiled tubing sendiri, digunakan sistem
dengan RPM besar (>700 rpm) dan WOB kecil (2000 3000 lbs). Efek
dari hal ini terhadap laju penembusan (ROP) adalah sama dengan
pemboran rotary umumnya. Untuk itu dibutuhkan pemilihan serta optimasi
bit dan hidrolika yang baik. Penentuan WOB ini tergantung pada tipe bit,
kekuatan coiled tubing, daya pada motor dan drillability formasi.
Minimum Downhole Weight on Bit (DWOB) untuk pemboran
horizontal dengan coiled tubing adalah :
3 4 WOB minimum = 1200 lbs
4 1/8 4 WOB minimum = 1500 lbs
6 WOB minimum = 2500 lbs
Minimum DWOB berkaitan dengan gaya minimum yang diperlukan
pada bit bila pemboran mencapai bagian horizontal. Gaya/ beban ini harus
disediakan dengan bantuan dorongan injector head terhadap coiled tubing
untuk masuk ke dalam sumur, dan merupakan salah satu kunci penentuan
seberapa jauh bagian berarah/ horizontal dari lubang sumur dapat dibor.
3.3.3. KECEPATAN ALIR DI ANNULUS (ANNULAR VELOCITY)
Merupakan suatu parameter yang berhubungan dengan
kemampuan fluida pemboran dan sistem sirkulasi untuk membersihkan
47
maksimum yang dibutuhkan dalam operasi pada kondisi lubang bor yang
diharapkan. Batas keamanan/ keselamatan untuk overpull (15000 lbs)
ditambah antisipasi tension maksimum. Jumlah total ini harus di bawah
tension maksimum yang diijinkan.
Torsi yang berlebihan pada dasarnya tidak menimbulkan problem
yang serius dalam operasi pemboran coiled tubing. Tetapi juga perlu
diketahui bahwa ada batas torsi maksimum yang diizinkan (contoh untuk
coiled tubing dengan diameter 2 3/8 , tebal 0,156 torsi maksimum adalah
2924 ft-lbs). Maka, downhole motor harus diatur agar torsi yang terjadi
tidak melampaui batasan torsi tersebut.
3.3.6. ASPEK PEMBEBANAN COILED TUBING
Dalam operasinya, coiled tubing dapat mengalami
pembebanan: burst, collapse, compression maupun buckling, serta
problem yang disebabkan oleh aspek pembebanan, seperti lockup. Yang
terpenting dalam operasi pemboran dengan coiled tubing adalah
penentuan beban buckling dan distribusi beban axial.
a. Beban Buckling Sumur Horizontal
Dalam lubang horizontal, coiled tubing berada dalam kondisi
tertekan oleh berat bit (desakan bit terhadap formasi) dan gaya
gesekan. Apabila beban kompresif aksial melebihi beban buckling kritis
(Fcr) secara sinusoidal, maka coiled tubing akan melengkung berbentuk
sinusoidal. Persamaan Dawson dan Peasley:
0,5
EIWe
Fcr 2 ................ (3-5)
r
Fhel 2 2 * 2 0, 5 1
EIWe
.......... (3-
r
7)
dan helical buckling load untuk sumur horizontal menjadi :
49
0,5
EIWe sin
Fhel 2 2 * 2 0,5 1
r
. (3-8)
Gambar 3.13
Skema Buckling pada Sumur Horizontal (kiri) dan Vertical (kanan)
50
Grafik 3.1
Helical Buckling Load Horizontal Wellbore 4.5 in dan 6 in
Persamaan (3-11) didapat dengan model tubing tanpa berat, ini tidak
dapat memprediksi kejadian awal helical buckling. Persamaan ini
digunakan untuk menentukan puncak helical buckling (helical buckling
51
12)
1 1
5,5 EIWe 2 2 .
WeLhel 0,14( EIWe ) 3
3
Fhel , t
(3-13)
dengan panjang puncak adalah :
1
16 2 EI 3
Lp , hel
We
............ (3-14)
Tabel III. 5
Beban Buckling Pada Coiled Tubing Sumur Vertikal dan Horizontal
Grafik 3.2
Buckling Load 2.375 in CT, Lubang 4.5 in, pada Build Curve
EIWe
0, 5
urWe 0,5 ur
0, 5
17)
Beban kompresiv aksial maksimum yang dihasilkan pada lubang
vertikal bagian bawah dengan slacking-off di permukaan diartikan
berada pada kondisi beban pada hook sama dengan nol. Untuk
kedalaman lubang vertikal D, total slack-off berat pada kondisi beban
hook nol adalah:
Fs = D We ................................................................. (3-18)
f. Distribusi Beban Aksial Bagian Build-Up
Beban kompresif aksial pada titik KOP dapat dihubungkan dengan
beban pada titik EOC (end of coiled tubing) :
FKOP FEOC WeR
1 u 2 e u 2 WeR 2u .(3-
2
1 u2 (1 u
19)
Buckling yang terjadi pada sistem coiled tubing secara signifikan
akan mempengaruhi tubing axial load, hook load, dan panjang maksimum
horizontal. Berikut dapat dilihat contoh bagaimana menentukan coiled
tubing buckling dan selanjutnya memprediksikan kondisi suatu sumur
horizontal yang mengalami helical buckling.
54
Grafik 3.3
Grafik Slack Off berbagai OD CT pada lubang bor vertikal 6 in
Contoh: Pemboran horizontal 3 7/8 menggunakan 2 CT (3.07 lbt/ft) dan
berat bit 1000 lbf, densitas lumpur 8.6 ppg. Vertical section 6000 ft, BUR
15 deg/ 100 ft, casing 4.5 (4.052 ID). Friction factor 0.3 untuk semua
bagian. Tentukanlah: 1. Kedalaman helical buckling pada CT.
2. Hook load pada 3000 ft bagian horizontal.
3. Max. bagian horizontal yang bisa dicapai.
4. Berat bit ketika membor bagian horizontal 3700 ft
dan hook load 6000 lbf (tension)
Solusi:
1. Ambil harga bit weight 1000 lbf sebagai harga axial compressive
load pada ujung build section, hitung hubungannya dengan axial
compressive load di kickoff point;
Fkop = [1000(2.667)(382)(1-0.32)/(1+0.32)] e(0.3)(/2)
+ (2.667) (382) (2) (0.3)/(1+0.32) = 800 lbf
Dari tabel III.5 sebelumnya, Fkop = 800 lbf > Fhel.b = 461 lbf. Maka
dapat dikatakan helical buckling akan terjadi pada bagian
vertikal tepat pada titik kick off.
2. Axial compressive load pada ujung build section dapat dihitung;
Feoc = 1000+(0.3)(2.667)(3000) = 3400 lbf
Dari tabel III.5 diketahui Feoc = 3400 lbf < Fhel = 6066 lbf; maka
tidak ada helical buckling pada bagian horizontal.
Fkop = [3400-(2.667)(382)(1-0.32)/(1+0.32)] e(0.3)(/2)
+ (2.667) (382) (2) (0.3)/(1+0.32) = 4645 lbf
55
Fkop = 4645 lbf > Fhel.b = 461 lbf; helical buckling akan terjadi
pada bagian vertikal. Untuk menentukan titik awal helical buckling
gunakan harga Fo = Fkop = 4645 lbf dan F(x) = Fhel.t = 12 lbf
x= [4El/(We r)]0.5 (arc tanh {(4645)[r/4ElWe)]0.5}
arc tanh {(12)[r /4ElWe)]0.5}) = 2394 ft
F hook = 12 (6000 2394)We = -9605 lbf (tension)
3. Perhitungan max compressive load pada KOP
Fb.max = 2[El/(We r)]0.5 (arc tanh {(4645)[r/4ElWe)]0.5}
arc tanh {(12)[r /4ElWe)]0.5}) = 5744 lbf
Feoc = [ 5744 (2.667) (382) (2) (0.3) / (1+0.32) ] e(0.3)(/2)
+ (2.667) (382) (1-0.32) / (1+0.32) = 4086 lbf
karena Feoc = 4086 lbf < Fhel = 6066 lbf, tidak ada helical buckling
pada bagian horizontal, maka panjang bagian horizontalnya:
LH = (4086 1000) / [(0.3)(2.667)] = 3857 ft
4. Pertama dihitung awal helical buckling dari KOP, dimana axial
loadnya adalah 12 lbf
X = 6000 (6000+12)/2.667 = 3746 ft
Dengan harga x = 3746 ft, Fx = F hel.t = 12 lbf, selanjutnya:
Fo = Fkop = 2[El/(We r)]0.5 tanh ([(3.746)?(12)[rWe / 4El)]0.5
arc tanh {(12)[r /4ElWe)]0.5}) = 5435 lbf
Feoc = [5435 (2.667)(382)(2)(0.3)/( (1+0.32) ] e(0.3)(/2)
+ (2.667) (382) (1-0.32) / (1+0.32) = 3893 lbf
karena Feoc = 3893 lbf < Fhel = 6066 lbf, tidak ada helical buckling
pada bagian horizontal. Maka berat bit;
Fbit = 3893 (0.3)(3700)(2.667) = 933 lbf
Platform Jacking-Frame
Sistem ini lebih kompleks daripada sistem wellhead-supported
dan terdiri dari struktur pemboran coiled tubing standard yang
dimodifikasi dengan penambahan platform yang dibantu empat
silinder hidrolik. Platform ini dapat dinaikkan dan diturunkan
secara relatif menuju platform dibawahnya (lower platform)
dengan menggunakan silinder-silinder tersebut dan power slips
disusun pada lower dan upper platform. Platform ini cocok
digunakan untuk operasi-operasi dimana kapasitas yang
dibutuhkan hingga 100 ton, serta mampu menangani casing 7
atau yang lebih besar.
putaran bit (rpm) yang diberikan cukup tinggi dengan batasan daya
downhole motor. Pada dasarnya, torsi yang tinggi pada pemboran
dengan coiled tubing cenderung tidak akan memberikan problem yang
serius saat pemboran berlangsung. Hal ini dikarenakan rangkaian
pemboran coiled tubing tidak ikut berputar, dan pembebanan pada
rangkaian cenderung disebabkan oleh gaya beratnya sendiri.
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam perencanan maupun
operasi pemboran dengan coiled tubing adalah pemilihan fluida
pemboran yang tepat, hidrolika lubang bor, pengangkatan serbuk bor,
WOB dan kombinasi motor bit. Optimasi hal-hal tersebut akan
memperbesar laju penetrasi dalam pemboran.
3.4.2. PEMBORAN BERARAH DAN HORIZONTAL
Pemboran berarah dengan coiled tubing mempunyai pengertian
yang relatif sama dengan sistem pemboran rotary, perbedaannya adalah
rangkaian coiled tubing tidak berputar. Pemutaran bit tidak dilakukan
dengan sistem steerable motor, yang banyak dipakai adalah jenis positive
displacement motor (PDM) dan kontrol arah lubang bor dijaga dengan
menggunakan directional survey saat pemboran berlangsung (MWD).
Untuk mengubah orientasi arah lubang bor digunakan orienting tool yang
dihubungan melalui electric wireline ke control system di permukaan.
Pada pemboran dengan cara ini, umumnya hanya diperlukan satu jenis
BHA untuk setiap lubang bor, sebagai contoh adalah bit, PDM dengan
bent sub, non magnetic drill collar, orienting tool dan MWD sebagai kontrol
arah. Desain dan optimasi pada directional dan horizontal coiled tubing
drilling, dilakukan dengan komputer dan software pendukungnya.
Penerapan teknologi coiled tubing didalam pemboran berarah
meliputi pemboran re-entry dan pemboran sumur baru yang biasanya
ditujukan untuk sumur injeksi atau sumur observasi. Pemboran re-entry
dilakukan dengan window cutting, kemudian dilanjutkan dengan
directional drilling dan akhirnya diteruskan dengan membor bagian
horizontal sesuai dengan target yang ingin dicapai.
60
Gambar 3.14
Directional Coiled Tubing Drilling
a. Window Cutting
Operasi dimulai dengan penurunan whipstock assembly, yang
ditempatkan pada dasar yang keras agar tidak bisa tergelincir/ meleset
kedalam karena perputaran window mill. Penurunan whipstock dapat
dilakukan dengan coiled tubing menggunakan peralatan khusus
pemasangan secara hidrolik (special hydraulic setting tool).
Gambar 3.15
Window Cutting
61
Oman
Tujuan : Melakukan multi well through tubing re-entry proyek
dengan CT drilling. Dan dilakukan bersamaan dengan
identifikasi formasi dan karakteristik lithology untuk
membantu geo-steering.
Solusi : Digunakan Baker Hughes INTEQ terintegrasi dengan US
MPR (Ultra Slim Multiple Propagation Resistivity) untuk
me-log sumur selama pemboran berlangsung (LWD).
63
Gambar 3.16
BHA yang digunakan di Alaska (kiri), dan
BHA yang digunakan di Oman (kanan)
64
BAB IV
PEMBAHASAN
Gambar 4.1
Coiled Tubing Unit dan Personel
Grafik 4.1
Perbandingan biaya ($/m) antara proyek CTD dan CRD pada operasi
pemboran horizontal di Alberta Field Canada (1996)
RPM berkisar 40-100 rpm. Penggunaan WOB dan RPM yang ideal pada
pemboran coiled tubing dengan penggunaan downhole motor berkisar
1000-6000 lbs dan 250-750 rpm.
Pressure dan tension formasi sangat mempengaruhi operasi
pemboran coiled tubing. Tekanan pada batuan formasi merupakan
tekanan yang diberikan oleh zat yang mengisi rongga reservoir baik
berupa gas, minyak maupun air. Tekanan yang terjadi pada dasarnya
disebabkan oleh tekanan hidrostatik dari fluida dalam formasi, tekanan
kapiler antar fluida dan tekanan overburden yang berbanding lurus
dengan kedalaman formasi. Tekanan formasi berada pada kondisi normal
menurut gradien tekanan berharga 0,433 0,465 psi/ft, tekanan
subnormal < 0,433 psi/ft dan tekanan abnormal > 0,465 psi/ft.
Pada operasi pemboran coiled tubing tekanan kerja maksimum
yang dapat digunakan pada coiled tubing string adalah 1/1,5 dari tekanan
uji dengan safety factor 5 %.
Batasan diameter dan keovalan didasarkan pada kemampuan
peralatan kontrol tekanan yang digunakan untuk mengoperasikan tubing
yang tidak bulat seutuhnya. Kondisi yang mungkin terjadi adalah tubing
menjadi oval, membalon (ballooned) dan rusak. Tubing yang oval akan
menurunkan ketahanan terhadap collapse. Dengan demikian makin oval
coil tubing tersebut maka persentase terjadinya collapse makin besar. Hal
ini akan berpengaruh terhadap berkurangnya tekanan hidrostatik terhadap
formasi yang ditembus. Batasan keovalan yang masih ditoleransi sampai
dengan 105 % dari keadaan normal dan diameter yang masih ditoleransi
sebesar 6 % atau lebih kecil dari 4% dari diameter nominal.
Batasan fatigue dan life limit coiled tubing disebabkan oleh
kombinasi tekanan dan siklus pelengkungan yang terjadi pada coiled
tubing. Hal ini sulit untuk di ukur karena berhubungan dengan karakteristik
material yang khusus. Berdasarkan program pengujian yang ekstensif
barulah dapat ditentukan model matematika yang kompleks. Model ini
menghitung kerusakan yang terjadi pada coiled tubing yang disebabkan
oleh pemberian tekanan dan pelengkungan yang berulang. Pelengkungan
74
BAB V
KESIMPULAN
Lampiran 1
Prosedur Penentuan Feasibilitas Coiled Tubing Drilling
81
Lampiran 2
Coiled Tubing BOP Design
82
Daftar Simbol