Anda di halaman 1dari 64

LAPORAN AKHIR STASE MANAJEMEN KEPERAWATAN

DI RUANG KEMUNING 1 ISOLASI RSUP Dr. HASAN


SADIKIN BANDUNG
Disusun untuk memenuhi tugas Stase Manajemen Keperawatan

Disusun Oleh:
Dini Aprilia 220112160089
Rochmah 220112160104
Amelia Kristianti 220112160114
Rias Ganjar Pratiwi 220112160119
Citra Dwi Lestari 220112160124
Tantri Novianti 220112160131
Lovi Meilina 220112160135
Rahmi Sri Awalianti 220112160138
Ranti Asri Lestari 220112160140
Syifa Hashuha 220112160141
Irman Hidayat 220112160142

Pembimbing Ryan Hara Permana, S.Kep.,Ns.,MN


Akademik NIP. 198712182015041001
Pembimbing Nunung Ratna Komala Sari, S.Kep.,Ners
Klinik NIP. 196809191994032003

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XXXII


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2017
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................ i

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1

1.2 Tujuan.......................................................................................................... 3

1.2.1 Tujuan Umum .................................................................................... 3

1.2.2 Tujuan Khusus ................................................................................... 3

1.3 Metode Penulisan ........................................................................................ 3

BAB II KAJIAN SITUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN RUANG


KEMUNING 1 ISOLASI ................................................................................ 4

2.1 Kajian Situasi RS. Hasan Sadikin ............................................................... 4

2.1.1 Visi Rumah Sakit ............................................................................... 4

2.1.2 Misi Rumah Sakit .............................................................................. 4

2.1.3 Moto Rumah Sakit ............................................................................. 5

2.1.4 Sifat, Maksud dan Tujuan Rumah Sakit ............................................ 5

2.2 Kajian Situasi Di Ruangan Kemuning 1 Isolasi .......................................... 6

2.2.1 Visi dan Misi Ruangan ...................................................................... 6

2.2.2 Karakteristik Unit .............................................................................. 6

2.3 Analisis Unit Layanan Keperawatan ........................................................... 8

2.3.1 Analisis Terhadap Klien .................................................................... 8

2.3.2 Manajemen Asuhan ........................................................................... 9

2.3.3 Manajemen Unit .............................................................................. 14

2.4 Kajian Indikator Mutu Ruangan ................................................................ 20

2.4.1 BOR ................................................................................................. 21

2.4.2 LOS .................................................................................................. 21

i
2.5 Kajian Pencegahan Infeksi Di Ruangan Kemuning 1 Isolasi.................... 23

2.5.1 Analisa Standar Ruangan Isolasi ..................................................... 23

2.5.2 Analisis Pencegahan Infeksi TB di Ruang Rawat Isolasi Gedung


Kemuning Lantai 1 .......................................................................... 34

2.5.3 Analisis Kesehatan Pegawai/Tenaga Kesehatan .............................. 36

2.5.4 Hasil Analisis dan Observasi Hand-Hygiene................................... 38

2.5.5 Analisis Pengetahuan dan Perilaku Keluarga terhadap Pencegahan


Penyebaran Infeksi TB..................................................................... 39

BAB III ANALISA DATA DAN PERENCANAAN .......................................... 42

3.1 Analisa Fish Bone ..................................................................................... 42

3.2 Analisa Data Dengan Problem Based Analysis ........................................ 43

3.3 Plan Of Action ........................................................................................... 49

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI .................................................... 53

4.1 Implementasi dan Evaluasi Manajemen Unit dan Asuhan Di Ruang


Kemuning 1 Isolasi.................................................................................... 53

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 58

5.1 Simpulan.................................................................................................... 58

5.2 Saran .......................................................................................................... 58

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 60

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan yang professional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Pelayanan keperawatan
menjadi bagian terdepan dari pelayanan kesehatan yang memnentukan kualitas
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit. Keberadaan keperwatan dalam memberikan
ASKEP dalam situasi yang komplek selain 24 jam secara berkesinambungan
melibatkan klien, keluarga maupun profesi atau tenaga kesehatan yang lain.
Menurt Huber (1996) pelayanan Rumah Sakit adalah pelayanan
keperawatan, sedangkan menurut Gillies (1994) sekitar 40% - 60% pelayanan
Rumah Sakit adalah pelayanan keperawatan. Oleh karena itu pengelolaan
pelayanan keperawatan harus mendapatkan perhatian yang lebih dan menyeluruh
karena pelayanan keperawatan sangat menentukan baik buruknya citra Rumah
Sakit.
Untuk mewujudkan pelayanan keperawatan yang berkualitas sesuai
dengan visi dan misi Rumah Sakit tidak terlepas dari proses manajemen, yang
merupakan satu pendekatan dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu
kegiatan organisasi. Dalam organisasi keperawatan, pelaksanaan manajemen
dikenal sebagai manajemen keperawatan.
Manajemen keperawatan adalah suatu proses kerja yang dilakukan oleh
anggota staf keperawatan untuk memberikan ASKEP secara professional. Dalam
hal ini seorang manajer keperawatan dituntut untuk melakukan lima fungsi utama
yaitu POAC agar dapat memberikan ASKEP yang efektif dan efisien bagi pasien
dan keluarganya (Nursalam 2002, Gillis, 1996). Proses manajemen keperawatan
dilaksanakan dalam tahaptahap yaitu pengkajian (kajian situasional),
perencanaan (strategi dan operasional), implementasi dan evaluasi.
Kerangka konsep dasar manajemen dalam keperawatan adalah manajemen
partisipatif yang berlandaskan kepada paradigma keperawatan yaitu manusia,
keperawatan, kesehatan dan lingkungan. Dengan demikian fokus telaah perawatan
adalah respon manusia dalam menghadapi masalah kesehatan baik aktual maupun

1
potensial, sehingga lingkup garapan perawat adalah penyimpangan pemenuhan
KDM. Proses manajemen satu unit pelayanan kesehatan mencakup manajemen
asuhan dan manajemen unit, dimana kedua manajemen tersebut saling terkait dan
terintegrasi.
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung adalah rumah sakit
tipe A yang merupakan rumah sakit rujukan untuk provinsi Jawa Barat dan
tersertifikasi oleh JCI (Joint Comitee International). Untuk itu, RSUP Dr. Hasan
Sadikin dalam menjaga mutu pelayanannya perlu untuk meningkatkan pelayanan
keperawatan yang ada. Salah satunya yaitu pelayanan keperawatan pada pasien
dewasa dengan infeksi TB paru dan TB MDR di ruang isolasi Kemuning I.
Hasil observasi, wawancara dan pengisian angket yang dilakukan oleh
kelompok praktek preklinik manajemen keperawatan tanggal 20-22 April 2017 di
ruangan kemuning I didapatkan beberapa masalah diantaranya, metoda asuhan
keperawatan yang belum optimal, timbang terima yang belum efektif, kurang
optimalnya upaya pencegahan infeksi dan. Hal ini dapat disebabkan oleh tenaga
dan fasilitas yang kurang memadai, motivasi yang kurang, pertimbangan
keterpaparan, selain itu kurang optimalnya upaya pencegahan infeksi pada pasien
dan keluarga yang disebabkan kurangnya pengetahuan tentang upaya pencegahan
infeksi.
Oleh karena itu, diperlukan peran aktif dari perawat untuk
mengoptimalkan manajemen asuhan keperawatan sebagai salah satu upaya
menigkatkan kualitas asuhan keperawatan dan mensukseskan program
pencegahan infeksi di RS. Dengan demikian, kami mahasiswa Program Profesi
Ners angkatan XXXII Fakultas Ilmu Keperawatan Unpad, melalui praktek
Manajemen Keperawatan di ruang isolasi Kemuning I RSUP Dr. Hasan Sadikin
Bandung merasa perlu untuk melakukan kajian situasi guna memperoleh data
mengenai manajemen asuhan keperawatan sehingga dapat membantu pelayanan
asuhan keperawatan di ruang isolasi kemuning serta menjadi pembelajaran bagi
kami para praktikan tentang proses manajemen keperawatan di suatu unit
pelayanan kesehatan.

2
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah melakukan kajian situasi manajemen keperawatan selama 3 hari
mulai tanggal 20 22 April 2017, calon praktisi keperawatan mampu melakukan
kajian situasi di pelayanan keperawatan manajemen asuhan di ruang Kemuning 1
Isolasi sesuai dengan konsep dan langkah-langkah manajemen keperawatan.
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah melakukan kajian situasi manajemen keperawatan selama 3 hari mulai
tanggal 20 22 April 2017, calon praktisi keperawatan mampu :
a. Mengkaji permasalahan manajemen keperawatan di ruangan Kemuning 1
Isolasi.
b. Mengorganisasikan manajemen asuhan sesuai kondisi di ruangan
Kemuning 1 Isolasi.
c. Menyusun rancangan strategis dan operasional unit pelayanan
keperawatan tertentu berdasarkan hasil kajian situasi bersama-sama
dengan penanggung jawab unit.

1.3 Metode Penulisan


Penyusunan makalah ini menggunakan metode pendekatan : observasi non
partisipatif serta wawancara dengan kepala ruangan, CI, staf dan pasien/keluarga
pasien di ruang rawat Kemuning 1 Isolasi RSHS Bandung dan studi dokumentasi
serta studi literatur.

3
BAB II
KAJIAN SITUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN
RUANG KEMUNING 1 ISOLASI

2.1 Kajian Situasi RS. Hasan Sadikin


2.1.1 Visi Rumah Sakit
Visi Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin adalah Menjadi
institusi kesehatan yang unggul dan transformatif dalam meningkatkan status
kesehatan di masyarakat.Maka hasil telaah dari visi tersebut antara lain:
1) Institusi kesehatan merupakan sarana yang diselenggarakan oleh
pemerintah/swasta, atau perorangan yang digunakan untuk kegiatan
pelayanan kesehatan bagi masyarakat seperti rumah sakit, puskesmas dan
klinik swasta. Hasan Sadikin termasuk rumah sakit yang diselenggarakan
oleh pemerintah dan dikelola langsung oleh kementrian kesehatan untuk
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
2) Unggul dapat diartikan sebagai rumah sakit yang terbaik diantara rumah
sakit yang berstandar internasional baik dalam fasilitas ataupun pelayanan
3) Transformatif merupakan perubahan dari satu kondisi (bentuk awal) ke
kondisi yang lain (bentuk akhir) dan dapat terjadi secara terus menerus
atau berulang kali yang dipengaruhi oleh dimensi waktu yang dapat terjadi
secara cepat atau lambat. Rumah Sakit Hasan Sadikin dalam hal ini
bertransformasi atau berubah dengan merapkan teknologi dan ilmu
pengetahuan terbaru serta menyesuaikan diri dengan kebutuhan
masyarakat seiring dengan perkembangan penyakit.
4) Meningkatnya status kesehatan masyarakat dapat diartikan dengan
berhasilnya pembangunan kesehatan ditandai dengan lingkungan yang
kondusif, perilaku masyarakat yang proaktif, untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah terjadinya penyakit. Selain itu
terwujudnya pelayanan kesehatan yang berhasil dan berdaya guna tersebar
merata diseluruh wilayah.
2.1.2 Misi Rumah Sakit
Misi dari RSUP Dr. Hasan Sadikin adalah:

4
a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan paripurna dan prima yang
berintegrasi dengan pendidikan dan penelitian.
b. Menyiapkan sistem rujukan pelayanan sistem kesehatan berjenjang yang
bermutu.
c. Melakukan transformasi dalam mewujudkan status kesehatan masyarakat
yang lebih baik.
Berdasarkan misi tersebut maka hasil telaah misi tersebut anatara lain:
1) Pelayanan paripurna merupakan pelayanan yang adil, merata, terjangkau
dan sesuai kebutuhan, memberikan kesehatan yang menyeluruh,
mempunyai standar tertentu dan mudah didapatkan oleh masyarakat dan
berorientasi pada kepuasan masyarakat.
2) Pelayanan yang prima merupakan pelayanan yang memenuhi standar
waktu, tempat, biaya, kualitas dan prosedur yang ditetapkan untuk
penyelesaian setiap tugas dalam pemberian pelayanan, dan merupakan
pelayanan yang dapat memuaskan pelanggan/klien, berkualitas dan tepat
waktu serta biaya terjangkau.
3) Rumah Sakit Hasan Sadikin dalam hal ini bertransformasi atau berubah
dengan merapkan teknologi dan ilmu pengetahuan terbaru serta
menyesuaikan diri dengan kebutuhan masyarakat seiring dengan
perkembangan penyakit.
2.1.3 Moto Rumah Sakit
Moto dari RSUP Dr. Hasan Sadikin adalah Kesehatan Anda Menjadi
Prioritas Kami.
2.1.4 Sifat, Maksud dan Tujuan Rumah Sakit
RSUP Dr. Hasan Sadikin sesuai dengan Peraturan Pemerintah No 119
tahun 2000 merupakan Perusahan Jawatan (PERJAN) yang memiliki sifat,
maksud, dan tujuan. Menurut Pasal 6 Peraturan Pemerintah No 119 tahun 2000,
Sifat kegiatan PERJAN adalah berfungsi sosial, profesional, dan etis dengan
pengelolaan yang ekonomis serta tidak semata-mata mencari keuntungan. Maksud
dan Tujuan PERJAN menurut pasal 7 PP No 119 tahun 2000 adalah
menyelenggarakan kegiatan jasa pelayanan, pendidikan, dan penelitian, serta

5
usaha lain di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan status
kesehatan dan senantiasa berorientasi kepada kepentingan masayarakat.

2.2 Kajian Situasi Di Ruangan Kemuning 1 Isolasi


2.2.1 Visi dan Misi Ruangan
Visi Ruang Kemuning 1 Isolasi
Menjadikan ruangan isolasi sebagai rujukan ruang infeksi di lingkungan
RSHS untuk kasus TB Paru dan Infeksi serta untuk meningkatkan pencegahan
penularan, meningkatkan angka kesembuhan, menurunkan angka
kekambuhan/rawat ulang, dan menurunkan angka mortalitas dari kedua kasus
tersebut melalui asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien secara
komprehensif bekerja sama dengan profesi lain.
Misi Ruang Kemuning 1 Isolasi
Memberikan pelayanan keperawatan yang bermutu dan memuaskan
kepada pasien dengan keluarga dengan:
1. Menerapkan pendekatan proses keperawatan dan asuhan keperawatan
2. Menyediakan lingkungan yang kondusif untuk pendidikan, penelitian, dan
pengembangan keperawatan
3. Menerapkan pengembangan ilmu keperawatan dan teknologi keperawatan
serta kesehatan terkini
2.2.2 Karakteristik Unit
a. Sifat Kekaryaan Ruang Kemuning 1 Isolasi
Fokus Telaahan
Berdasarkan kajian situasi dalam bidang pelayanan fokus telaahan ruang
rawat inap Kemuning 1 Isolasi adalah adalah ruang rawat kelas III dengan
gangguan sistem pernafasan. Penyakit terbanyak adalah TB Paru dan MDR.
Kriteria pasien yang dirawat di ruang ini adalah :
Pasien usia dewasa
Pasien TB dalam terapi OAT < 2 minggu
Pasien TB dengan hasil pemeriksaan penunjang masih belum lengkap.
Dalam bidang pendidikan fokus telaahan ruang Kemuning 1 Isolasi adalah
individu atau kelompok (praktikan, perawat, pasien, staf, dan keluarganya) yang

6
membutuhkan pengetahuan dan pengalaman dalam memenuhi kebutuhan pasien
terkait dengan masalah kesehatan yang dialami dan dampak yang ditimbulkannya.
Lingkup Garapan
Lingkup garapan di ruang Kemuning 1 Isolasi adalah upaya pemenuhan
kebutuhan dasar manusia terhadap klien melalui pemberian pelayanan
keperawatan secara langsung, pendidikan kepada keluarga dan penelitian.
Lingkup garapan yang dilakukan antara lain adalah pemenuhan kebutuhan dasar
manusia akibat gangguan dan perubahan fisiologis tubuh yang dialami indvidu
untuk mencapai fungsi yang optimal, peningkatan pengetahuan pasien dan
keluarga tentang pemeliharaan kesehatan terutama pada pasien yang mengalami
gangguan pernapasan (TB) dalam mencapai kemandirian pasien sehingga tercapai
derajat kesehatan yang optimal.
Jenis penyakit gangguan pernapasan yang ditangani adalah TB Paru,
Suspect TB Paru, dan TB MDR. Pasien-pasien yang dirawat di ruangan ini adalah
pasien laki-laki dan perempuan dewasa (> 14 tahun) dengan status pembayaran
meliputi umum ataupun BPJS. Perawat pelaksana yang bertugas di ruangan
berjumlah 11 orang.
Basis Intervensi
Basis intervensi di ruang Kemuning 1 Isolasi adalah :
a) Dalam bidang pelayanan adalah ketidaktahuan, ketidakmauan, dan
ketidakmampuan pasien dalam memenuhi kebutuhan dasar pasien baik
secara fisiologis, psikologis, sosial, kultural dan spiritual.
b) Bidang pendidikan adalah ketidaktahuan, ketidakmauan, ketidakmampuan
peserta didik dalam hal ini adalah mahasiswa dalam mencapai tingkat
pengetahuan dan kemampuan (kognitif, afektif, dan psikomotor)
yangberhubungan dengan pemberian asuhan keperawatan (pemenuhan
kebutuhan dasar manusia) pada pasien.

7
2.3 Analisis Unit Layanan Keperawatan
2.3.1 Analisis Terhadap Klien
a. Karakteristik
Berdasarkan kajian situasi tanggal 20 22 April 2017 didapatkan
karakteristik pasien sebagai berikut:
Tabel 2.1 Karakteristik Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin pada tanggal 20-22
April 2017
No Jenis Kelamin Frekuensi %
1 Laki Laki 8 47
2 Perempuan 9 53
Jumlah 17 100

b. Tingkat Ketergantungan
Dalam menentukan karakteristik pasien berdasarkan tingkat
ketergantungan, peneliti menggunakan klasifikasi dan kriteria tingkat
ketergantungan pasien berdasarkan Orem yaitu teori Self Care Deficit sedangkan
untuk mengetahui jumlah tenaga yang dibutuhkan menggunakan perhitungan
tenaga menurut Ratna Sitorus (2006) dengan menggunakan standar sebagai
berikut:
1) Kategori I: Self care/perawatan minimal, memerlukan waktu 1-2 jam/hari
a) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
b) Makanan dan minum dilakukan sendiri
c) Ambulasi dengan pengawasan
d) Observasi tanda-tanda vital setiap pergantian shift
e) Pengobatan minimal dengan status psikologi stabil
2) Kategori II: Intermediate care/perawatan partial, memerlukan waktu 3-4
jam/hari
a) Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
b) Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam
c) Ambulasi dibantu
d) Pengobatan dengan injeksi
e) Pasien dengan kateter urin, pemasukan dan pengeluaran dicatat
f) Pasien dengan infus

8
3) Kategori III: Total care/Intensifcare, memerlukan waktu 5 -6 jam/hari
a) Semua kebutuhan pasien dibantu
b) Perubahan posisi setiap 2 jam dengan bantuan
c) Observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam
d) Makan dan minum dibantu
e) Pengobatan intravena per-drip
f) Gelisah/disorientasi
Tabel 2.2 Rata-rata Tingkat Ketergantungan Pasien Ruang Isolasi Kemuning
Lantai I Tanggal 20 22 April 2017
Tingkat Ketergantungan Jumlah Pasien
Minimal 6
Parsial 10
Total 4

Jumlah 20

Minimal
5%
Parsial
28%
Total
67%

Minimal Parsial Total

2.3.2 Manajemen Asuhan


a. Proses Penerimaan
Tugas masing masing petugas sebagai berikut:
a) Administrasi
- Menginformasikan kondisi ruangan perawatan
- Infromasi persyaratan PHB, kontraktor, umum
- TTD perjanjian
- Recek status dan memasukan ke register baru
b) Kepala ruangan
- Memperhatikan surat pengantar
- Memperhatikan intruksi pada surat pengantar

9
- Recek kelengkapan status dan administrasi
c) Perawat
- Menerima pasien dengan ramah
- Memindahkan pasien ke tempat tidur
- Mengatur posisi nyaman
- Menginformasikan peraturan dan fasilitas
- Melakukan pengkajian masalah dan catat hasil
d) KA.RU, Perawat jaga, Penanggung jawab
- Cek hasil pemeriksaan
- Lapor dokter yang merawat
- Evaluasi kelengkapan catatan
Prosedur identifikasi pasien baru
a) Periksa ulang identitas sebelum dipasangkan
b) Data identifikasi gelang: No. medrek, nama lengkap, tanggal lahir, jenis
kelamin
c) Jelaskan tujuan dan prosedur identifikasi kepada pasien dan keluarga
d) Bila terdapat pasien dengan riwayat alergi diberikan kancing berwarna
merah dan risiko jatuh kancing berwarna kuning.
e) Pemasangan gelang dilakukan oleh perawat ruangan pertama kali pasien di
rawat dengan mencocokan data dari rekam medis pasien
f) Informasikan pada pasien atau keluarga agar tidak melepas gelang
sebelum pasien meninggalkan ruangan atau pulang.
Berdasarkan observasi dari tanggal 20 23 April 2017 terdapat 1 pasien
baru yang akan masuk di ruang TB MDR. Adapun alur penerimaan pasien baru di
Ruang Kemuning 1 Isolasi adalah sebagai berikut :
a) Perawat menerima informasi pemesanan tempat untuk pasien baru
ataupun admission centre memberitahu ke ruangan
b) Perawat ruangan dibantu oleh mahasiswa untuk menyiapkan fasilitas
yang kemungkinan akan dipakai oleh pasien (tempat tidur, ganti laken
dan selimut, tiang infus)
c) Pasien baru dari IGD/ruang pemulihan diantar oleh petugas ke ruangan

10
d) Perawat ruangan memeriksa kelengkapan persyaratan dan status pasien,
kemudian perawat menyebutkan kamar untuk pasien yang akan dirawat
serta ruangannya.
e) Petugas dan perawat mengantar pasien ke kamar tersebut
f) Jika pasien belum terpasang gelang identitas, perawat ruangan memasang
gelang identitas pada pasien tersebut, misalnya pasien dari Poliklinik.
g) Pengkajian pasien baru dilakukan dengan melakukan pengkajian
langsung ke pasien.
h) Pasien dan atau keluarga diberikan pendidikan kesehatan sesuai dengan
kebutuhan
Hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 20 23 April 2017 terdapat
1 orang pasien baru, kemudian dilakukan penerimaan pasien dan melihat
kelengkapan status pasien sera memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien
dan atau keluarga sesuai kebutuhan seperti cara cuci tangan, orientasi ruangan,
risiko jatuh, etika batuk, pemilihan sampah, manajemen nyeri, penggunaan
masker bagi penunggu pasein dan pengunjung.
b. Proses Pengelolaan
Tingkat Asuhan Keperawatan
Proses pengelolaan atau perawatan rutin di ruang Kemuning 1 Isolasi ini
disesuaikan dengan kondisi pasien, meliputi pemberian terapi, pemenuhan KDM
pasien, dan perawatan lain sesuai instruksi dari dokter. Adapun pengelolaan yang
bersifat situasional adalah pemberian terapi cairan melalui IV, transfusi,
perawatan luka jika dibutuhkan. Di ruang Kemuning 1 Isolasi penggantian infus
atau pemindahan infus dilakukan rutin setiap 3 hari sekali atau secara kondisional
apabila ditemukan pasien dengan pelebitis, hal ini dilakukan untuk meminimalisir
terjadinya infeksi.
Perawat dan petugas kesehatan lain yang akan menemui pasien atau
melakukan tindakan diharuskan dan selalu melakukan hand hygiene sebagai
upaya pencegahan infeksi begitu pula setelahnya. Selain itu perawat dan petugas
kesehatan lain juga menggunakan APD yang sesuai standar ruangan isolasi.

11
Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia
Pemenuhan KDM dengan minimal care dilakukan secara mandiri oleh
pasien dan keluarga. Sedangkan pemenuhan KDM dengan partial dan total care
peran perawat adalah memfasilitasi dan bekerja sama dengan keluarga pasien
dalam pemenuhan KDM pasien.
1) Oksigenasi
Hasil observasi kajian situasi tanggal 20 22 April 2017, didapatkan data
bahwa 2 pasien terpasang oksigen dengan menggunakan nasal canule. Tersedia
protap penatalaksanaan pemberian oksigen di ruangan. Pengisian cairan
aquabides di tabung humidifier oksigen dilakukan oleh perawat jika perawat
menemukan tabung humidifier telah kosong atau setelah keluarga pasien melapor
bahwa cairan aquabides telah habis.
2) Nutrisi, cairan dan elektrolit
Nutrisi diberikan sebanyak 3 kali sehari pada pagi, siang, dan sore oleh
bagian gizi rumah sakit. Makanan dibagikan dan disajikan oleh pengantar
makanan dari bagian gizi secara tepat waktu. Selain mengkonsumsi makanan yang
diberikan oleh bagian gizi RSHS, terdapat juga pasien yang mengkonsumsi
makanan tambahan dari luar dengan seizin dokter. Terkecuali pasien yang
memiliki diet khusus.
Hasil observasi kajian tanggal 20 22 April 2017 didapatkan data bahwa
terdapat 2 pasien yang terpasang NGT. Namun 1 pasien yang terpasang NGT
bukan merupakan tindakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi melainkan untuk
mendekompresi lambung.
Hasil observasi kajian situasi pada tanggal 20 22 April 2017 terdapat 16
pasien yang terpasang infus. Perawat melakukan pengecekkan terhadap infus jika
keluarga pasien mengatakan ada keluhan di area pemasangan. Selain itu juga
perawat melihat cairan yang habis dan pemberian label infus. (berisi nama pasien,
tanggal lahir, no medrek, tanggal dan jam penggantian, jenis cairan dan jumlah
tetesan infus, nama dan tandatangan perawat) pada plabot infus, label infus yang
digunakan 1 lembar dalam 24 jam. Pada jam-jam berikutnya perawat mengganti
plabot infus pasien jika menemukan ada plabot infus yang kosong atau setelah
keluarga pasien melapor kepada perawat bahwa cairan infus klien telah habis.

12
Dalam mengganti cairan infus perawat menempelkan etiket yang jelas. Selain
perawat, mahasiswa pun diberikan kewenangan untuk mengganti cairan infus.
3) Eliminasi
Hasil observasi dari tanggal 20 22 April 2017 didapatkan data pasien
yang terpasang kateter sebanyak 4 orang. Pasien yang tidak menggunakan kateter
urin dapat melakukan BAK di kamar mandi atau menggunakan pispot yang
dibantu oleh keluarga pasien. Pengosongan kantong urin yang telah penuh
dilakukan oleh keluarga pasien secara mandiri atau dibantu oleh mahasiswa.
Sementara itu, pemenuhan BAB pada pasien dengan minimal care dilakukan di
kamar mandi dengan pengawasan keluarga, sedangkan untuk pasien partial care
atau total care yang tidak mampu untuk ke kamar mandi BAB dilakukan di atas
tempat tidur pasien dengan menggunakan pispot dibantu oleh keluarga ataupun
pasien menggunakan diapers khusus dewasa.
4) Aktivitas
Berdasarkan hasil observasi tanggal 22 April 2017 terdapat 10 pasien
dengan total care, 6 pasien dengan partial care dan 1 pasien dengan minimal
care. Hasil wawancara yang dilakukan kepada keluarga pada pasien dengan total
care atau partial care yang tidak mampu melakukan aktivitas sendiri maka
kebutuhan atau aktivitas pasien dibantu oleh keluarga tetapi jika keluarga tidak
bisa melakukannya sendiri maka meminta bantuan kepada perawat.
5) Istirahat Tidur
Hasil observasi dari tanggal 20 22 April 2017, didapatkan data bahwa
pasien mulai tidur di malam hari pada jam 21.30, sementara pada siang hari,
pasien tidur siang pada jam 13.00.
6) Personal hygiene
Hasil wawancara kepada keluarga pasien partial dan total care dalam
memilih pakaian di bantu oleh keluarga. Hasil observasi yang dilakukan, personal
hygiene pasien dengan bedrest total maupun partial dipenuhi oleh keluarga
dengan cara di seka di tempat tidur sedangkan untuk pasien dengan minimal care
kebersihan diri dilakukan secara mandiri ke kamar mandi dengan pengawasan
keluarga.

13
c. Discharge Planning
Discharge planning atau perencanaan pulang yang dilakukan di ruang
Kemuning 1 Isolasi adalah dengan pemberian edukasi pada pasien yang akan
pulang oleh dokter, mengenai kontrol ke rshs, obat-obatan yang harus diminum di
rumah, dan pola nutrisi yang baik saat pasien di rumah. Berdasarkan hasil
wawancara kepada perawat pasien yang dibolehkan pulang adalah pasien yang
sudah mendapatkan acc dokter dengan kondisi pasien stabil. Namun ketika kajian
situasi ada juga beberapa pasien yang pulang paksa karena keinginan dari pasien
dan keluarga sendiri.
2.3.3 Manajemen Unit
a. Kekuatan Kerja
1) Man
Jumlah Perawat 13 orang dengan, terdiri atas:
- Kepala Ruangan : 1 orang
- Wakil Kepala : 1 orang
- Ketua tim /case manager : 2 orang (termasuk wakil kepala)
- Jumlah perawat pelaksana : 10 orang (2 perawat tambahan yang belum
memiliki SK)
Jenjang karir
- PK 1 : 2 orang
- PK 2 : 5 orang
- PK 3 : 4 orang
Pendidikan
- S1 keperawatan : 3 orang
- D3 keperawatan : 6 orang
- SPK : 2 orang
Jumlah per shift
- Pagi : 3-4 orang
- Siang : 2 orang
- Malam : 2 orang
Jenis Pelatihan Yang Telah Diikuti Staf Keperawatan berdasarkan
Kualifikasi Khusus Isolasi Room:

14
1. TOT Pencegahan Infeksi untuk Perawat RSUD Kab/Kota
2. Hand Hygiene
3. Pelayanan Farmasi bagi Perawat dan Petugas Farmasi sebagai evaluasi
dan perbaikan sistem pelayanan obat di RS
4. Assesment pasien dalam konteks keperawatan
5. Penatalaksanaan efek samping OAT, Pengobatan TB pada kasus khusus
TBC resisten ganda bagi pelaksana pemberantasan TB di RS
6. BHD
7. Sosialisasi sasaran keselamatan pasien
8. Penanganan B3 (bahan beracun dan berbahaya)
9. Manajemen resiko dan peningkatan mutu
10. Keselamatan pasien (pasien safety)
11. Service excellent
12. Keselamatan pasien RS
13. Kesehatan dan keselamatan kerja di RS
14. Manajemen informasi PPID
15. Keperawatan gawat darurat
16. Symposium dan workshop penanganan terpadu penderita TB bagi
perawat di Jawa Barat
17. Phlebotomy
18. Perawatan luka dalam konteks praktik mandiri
19. Clinical Intructor
20. Case Manager
Klasifikasi Staf Keperawatan Ruang Isolasi Kemuning Lantai 1 RSUP Dr.
Hasan Sadikin Tahun 2017 berdasarkan Lama Kerja
Masa Kerja Jumlah Perawat
0 5 tahun 2
>5 10 tahun 3
>10 15 tahun -
>20 25 tahun 4
>25 30 tahun 2
>30 35 tahun -
Jumlah 11

15
2) Money
Keuangan di ruang isolasi gedung kemuning lantai 1 berasal dari pusat,
yaitu pihak RSUP dr. Hasan Sadikin. Begitu juga dengan pengadaan barang
kebutuhan pelayanan diperoleh dari pusat. Pengajuan anggaran dan barang
kebutuhan dilakukan di awal tahun. Di ruangan isolasi gedung kemuning lantai 1
sendiri tidak mengelola keuangan secara tersendiri.
3) Method
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan maka model
pelayanan keperawatan di ruangan kemuning lantai 1 isolasi ini menggunakan
model tim. Model tim ini digunakan dengan membagi menjadi 2 tim, setiap tim
bertanggungjawab atas 2 kamar yang kepalai oleh ketua tim dengan jenjang karir
PK III. Namun, metode ini tidak berjalan efektif karena jumlah SDM yang kurang
memadai.
4) Material
Terdapat 1 buah kulkas di ruang dispensing untuk menyimpan obat pasien.
Terdapat tempat penyimpanan alat medis seperti alat EKG, nebulizer,
suction.
Lemari tempat penyimpanan tabung lab, alat-alat TTV, sarung tangan, dan
masker.
Lemari tempat penyimpanan alat-alat steril seperti set GV, kasa steril,
kom, bengkok, alkohol, dll.
Terdapat papan untuk penyimpanan masker N-95 habis pakai
Lemari tempat penyimpanan obat injeksi pasien, setiap 1 pasien 1 loker
obat.
Lemari tempat penyimpanan B3 seperti betadine, alkohol, clorhexidine.
Lemari penyimpanan linen
Lemari penyimpanan berkas dan status pasien
Rak penyimpanan berkas seperti formulir pemeriksaan penunjang
(radiologi, EKG, TFP, laboratorium, PA), informed consent (SIO, SIA,
tranfusi), pengkajian awal keperawatan, formulir sisipan diagnosa
keperawatan, edukasi, resiko jatuh, EWS, catatan integrasi, pengantar
pulang.

16
Terdapat wastafel untuk mencuci tangan dilengkapi dengan sabun dan
poster tata cara mencuci tangan dengan 6 langkah, namun tissue tidak
selalu tersedia. Terdapat 2 buah wastafel di koridor kamar pasien dan 1
buah wastafel di dekat kamar mandi pasien yang bisa digunakan oleh
pasien dan keluarga.
Sudah ada standar pemisahan sampah, terdapat 10 pasang tempat sampah
medis dan non medis diruangan, 1 tempat sampah limbah kimia sisa obat
di ruang dispensing dan 2 buah safety box untuk tempat pembuangan
benda tajam.
Alat pelindung diri (APD)
- Sarung tangan
- Masker (masker bedah dan N95)
Buku
- Waiting list pasien
- Tanda-tanda vital pasien
- Buku operan
- Buku komunikasi
Struktur organisasi ruangan dan tim
Barang inventaris ruangan
- EKG 1 buah - Trolley tindakan 3 buah
- Nebulizer 2 buah - Tabung oksigen 3 buah
- Kursi roda 2 buah - Nampan 3 buah
- Regulation oksigen/manometer: 24 - Alat perawatan luka steril 8 buah
buah - Bengkok 3 buah
- Suction pump 24 buah - Telepon 1 buah
- Timbangan badan dewasa 2 buah - Komputer 3 buah
- Lampu baca rontgen 1 buah - APAR 2 buah
- Stetoskop 1 buah - Standar infus 24 buah
- Trolley emergency 1 buah - BVM 2 buah
- Jam dinding 2 buah

17
5) Marketing
Secara khusus, ruang isolasi Gedung Kemuning Lantai 1 tidak memiliki
kewenangan dalam mengatur marketing yang dilakukan RS. Kegiatan marketing
terpusat dilakukan oleh manajemen RS melalui humas RSUP Dr. Hasan Sadikin
Bandung.
b. Lingkungan Kerja
Berdasarkan hasil kajian situasi yang dilakukan dari tanggal 18 April 2017
maka lingkungan kerja di ruang isolasi gedung kemuning lantai 1 adalah sebagai
berikut:
1) Lingkungan Fisik

(Denah Ruang Isolasi Gedung Kemuning Lantai 1)


- 1 ruang dokter konsulen yang sering digunakan untuk ruang pendidikan
- 1 ruang kepala ruangan
- 1 ruang ganti perawat
- 1 ruang dispensing
- 1 ruang administrasi atau tata usaha (digabung dengan HCU)
- 1 ruang nurse station
- 4 kamar pasien, setiap ruangan terdapat 6 bed dan 1 kamar mandi
- 1 ruang alat-alat steril dan linen
- 1 ruang spoelhock
- 2 kamar mandi
- 1 gudang bersih

18
Hasil wawancara dengan kepala ruangan didapatkan data bahwa di Ruang
Isolasi Gedung Kemuning Lantai 1 memiliki kapasitas 24 tempat tidur, yang
terdiri dari :
Jumlah Tempat
Kamar Keterangan
Tidur
1 6 Pasien dengan TB Paru aktif tanpa pemisahan gender
2 6 Pasien dengan TB Paru aktif tanpa pemisahan gender
Pasien TB dengan hasil pemeriksaan penunjang
3 6
belum lengkap (abu-abu)
4 6 Pasien dengan TB-MDR
JUMLAH 24
Berdasarkan hasil kajian situasi didapatkan data bahwa kamar memiliki
luas kamar 7,5m x 7m. Setiap kamar memiliki kapasitas 6 bed dengan diberikan
sekat dan dilengkapi Hepa Filter.
2) Lingkungan Non Fisik
Pengkajian dilakukan dengan metode wawancara kepada perawat, pasien,
dan keluarga pasien pada tanggal 21 April 2017.
a) Hubungan Perawat dengan Perawat
Berdasarkan hasil kajian kelompok sebelumnya, hubungan antar perawat
tidak ada masalah, perawat terlihat dapat berkomunikasi dengan baik satu sama
lain.
b) Hubungan Perawat dengan Pasien
Berdasarkan hasil kajian kelompok sebelumnya, perawat menyatakan
memiliki hubungan yang baik dengan pasien, perawat berusaha memberikan
pelayanan yang optimal dengan pasien.
c) Hubungan Perawat dengan Mahasiswa
Perawat mengatakan merasa terbantu dengan adanya mahasiswa di
ruangan. Berdasarkan hasil kajian situasi, mahasiswa mendapat pendampingan
selama melakukan pemberian terapi obat, balutan luka dan tindakan invasif
lainnya.
d) Hubungan Perawat dengan Dokter
Berdasarkan hasil kajian kelompok sebelumnya, komunikasi antara
perawat dan dokter dilakukan secara lisan dan tulis. Perawat berkolaborasi dengan

19
dokter masing-masing bagian, jika ada masalah yang dirasakan membutuhkan
kolaborasi, perawat segera menghubungi dokter begitupun sebaliknya.
e) Hubungan Perawat dengan Farmasi
Berdasarkan hasil kajian kelompok sebelumnya, komunikasi antara
perawat ruangan dan farmasi jarang terjadi karena hanya bertemu saat bagian
farmasi memberikan obat ke ruangan sehingga komunikasi yang dilakukan tidak
terlalu banyak.
f) Hubungan Perawat dengan Petugas Gizi
Berdasarkan hasil kajian kelompok sebelumnya, setelah petugas gizi
diberitahu oleh perawat atau melihat catatan untuk diet pasien, maka pihak dari
gizi akan mengkonfirmasi lagi ke pasien tersebut. Sehingga tidak ada hambatan
dari petugas gizi dengan perawat. Perawat juga berkolaborasi dengan petugas gizi
terkait diet yang didapatkan oleh pasien selama proses perawatan di rumah sakit.
g) Hubungan Perawat dengan Pekarya
Berdasarkan hasil kajian, komunikasi perawat dengan pekarya baik.
Pekarya sudah bisa menjalankan tugasnya dengan baik, seperti menyiapkan
keperluan laken ke bagian binatu, alat habis pakai ke gudang persediaan, alat dan
kassa steril ke bagian CSSD. Pekarya menyiapkan kebutuhan tersebut setiap hari,
terutama persediaan selama hari libur. Selain itu juga melakukan transportasi
pasien ke ruang pemeriksaan penunjang atau ruang operasi.

2.4 Kajian Indikator Mutu Ruangan


Pengukuran kualitas mutu pelayanan rumah sakit dapat diketahui melalui
beberapa indikator yaitu BOR (Bed Occupancy Rate), LOS (Length of Stay), TOI
(Turn Over Interval), BTO (Bed Turn Over), NDR (Neath Death Rate) dan GDR
(Gross Death Rate). Indikator yang sering digunakan yaitu BOR (Bed Occupancy
Rate) dan LOS (Length of Stay) yang dapat digunakan sebagai acuan bagi ruangan
dalam menentukan alternatif manajemen ruangan dalam menentukan keputusan,
membuat kebijakan, serta dalam penyusunan Standar Pelaksanaan Operasional
(SPO) yang berkaitan dengan pemberian pelayanan kesehatan sehingga dapat
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di ruangan.

20
Ruang Isolasi Kemuning lantai 1 saat ini merupakan ruangan perawatan
dengan kapasitas 24 tempat tidur. Berdasarkan hasil pengkajian di ruangan pada
tanggal 20-21 April 2017, didapatkan BOR dan LOS di ruang isolasi Kemuning
lantai 1:
2.4.1 BOR
BOR adalah persentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu
tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat
pemanfaatan tempat tidur di ruangan. BOR rata-rata harian periode April 2017
adalah 85%. Jumlah pasien apabila BOR 85% adalah 24 x 70% = 20,4 = 20
orang.
Tabel Rata-rata Tingkat ketergantungan klien rata-rata tanggal 20-22 April 2017
Klasifikasi Klien F %
Minimal Care 6 30
Intermediate Care 10 50
Total Care 4 20
Jumlah 20 100

Tabel perhitungan kebutuhan jam berdasarkan tingkat ketergantungan klien


tanggal 20-22 April 2017
Minimal care 6 x 1 jam 1 jam
Intermedate Care 10 x 3 jam 18 jam
Total Care 4 x 6 jam 60 jam
a. Perawatan langsung
(6x1 jam) + (10x3 jam) + (4x6 jam)/20 = 3 jam tiap pasien
b. Perawatan tidak langsung
Jumlah pasien x 1 jam = 20 x 1 jam/20 = 1 jam tiap pasien
c. Pendidikan kesehatan
Jumlah pasien x 15 menit = 20 x 15 menit/ 20 = 0,25 jam tiap pasien (5 menit
tiap pasien)
d. Total kebutuhan jam asuhan
Perawatan langsung + perawatan tidak langsung + penkes = 3 jam + 1 jam +
0,25 jam = 4,25 jam tiap pasien (85 jam per hari)
BOR rata-rata bulan April = 85%
Jumlah tempat tidur = 24

21
Kebutuhan Tenaga Perawat (Gillies, 1982)

TP =
/ /

( /24 ) ( )365
TP =
(365 ) /

4,25 (85% 24) 365


TP =
(36582) 7
4,25 20,4 365
TP =
283 7

TP = 15,9 16 orang perawat


Tenaga lepas 1/3 x 16 = 5 perawat
Perawat yang dishift/hari = 15 5 = 11 perawat
Sebaran tiap shift: Pagi : Sore : Malam = 47%:35%:17%
Pagi = 47% x 11 = 5,17 5 perawat
Siang = 35% x 11 = 3,85 4 perawat
Malam = 17% x 11 = 1,87 2 perawat
Jadi kebutuhan perawat menurut Gilles = 16 orang + 2 struktural (Karu &
Wakaru) = 18 orang
Tenaga perawat tersedia = *11 perawat pelaksana (2 sedang orientasi, tidak
dimasukan dalam perhitungan) + 2 struktural = 13 orang
Kekurangan tenaga = 18 11 (9 perawat pelaksana + 2 perawat struktural) =
7 perawat
2.4.2 LOS
Ruang Kemuning 1 saat ini merupakan ruangan perawatan pasien isolasi
dengan gangguan sistem pernapasan. Berdasarakan hasil pengkajian di ruangan
pada tanggal 20-22 April 2017, didapatkan Length of Stay (LOS) di ruangan
Kemuning lantai 1:
Pada tanggal 20 April ini ada 1 orang pasien pulang, Tn. D dengan lama
rawat 5 hari
Pada tanggal 21 April ini ada 1 orang pasien pulang, Tn. C dengan lama rawat
27 hari
Pada tanggal 22 April ini ada 3 orang pasien pulang, Ny. K dengan lama
rawat 7 hari, Tn. J 6 hari, dan Tn. G 31 hari

22
Jadi Jumlah Lama Dirawat pada tanggal 20-22 April 2017 adalah 76 hari
dan pasien yang pulang (baik hidup ataupun meninggal) ada 5 orang. Maka pada
tanggal tersebut LOSnya adalah :
Jumlah Lama Dirawat 76
= = 15,2
Jumlah Pasien Keluar hidup & meninggal 5

2.5 Kajian Pencegahan Infeksi Di Ruangan Kemuning 1 Isolasi


2.5.1 Analisa Standar Ruangan Isolasi
Ruangan isolasi merupakan unit khusus yang disediakan untuk pasien-
pasien dengan penyakit menular, salah satunya TB, yang bertujuan untuk
memberikan pelayanan keperawatan secara optimal serta melindungi penyebaran
infeksi dari sumber ke lingkungan. Seluruh pasien yang dirawat di rumah sakit
merupakan individu yang rentan terhadap penularan penyakit. Hal ini karena daya
tahan tubuh pasien yang relatif menurun. Penularan penyakit terhadap pasien yang
dirawat di rumah sakit disebut infeksi nasokomial. Infeksi nasokomial dapat
disebabkan oleh kelalaian tenaga medis atau penularan dari pasien lain. Pasien
yang dengan penyakit infeksi menular dapat menularkan penyakitnya selama
dirawat di rumah sakit. Penularan dapat melalui udara, cairan tubuh, makanan dan
sebagainya.
Meningkatnya angka kejadian infeksi di rumah sakit, baik terhadap
petugas kesehatan atau pasien yang dirawat di rumah sakit, mengharuskan
diwujudkannya suatu langkah pencegahan sehingga angka infeksi di rumah sakit
dapat menurun. Salah satu upaya adalah dengan menyediakan fasilitas ruang
isolasi yang bertujuan untuk merawat pasien dengan penyakit infeksi yang
dianggap berbahaya di suatu ruangan tersendiri, terpisah dari pasien lain, dan
memiliki aturan khusus dalam prosedur pelayanannya.
Tinjauan mengenai standar ruangan isolasi meliputi: (1) Kebijakan dan
Tindakan Pencegahan Ruang Isolasi; (2) Persediaan Ruang Isolasi; dan (3)
Tindakan Pencegahan untuk Penyakit Airborne Lain. Berdasarkan hasil
pengkajian mengenai standar ruangan isolasi dengan menggunakan kuesioner
Isolation and Standard Precaution yang ditujukan kepada pemegang program
pengendalian infeksi atau kepala ruangan di Kemuning I (Isolasi), didapatkan
hasil sebagai berikut:

23
a. Kebijakan dan Tindakan Pencegahan Ruang Isolasi (Isolation Policies
and Precaution)
Bobot
No. Bobot
Item Pertanyaan Jawaban Nilai
Soal Nilai
Maks
1 Adakah unit anda memiliki Kebijakan dan
kebijakan tertulis resmi untuk prosedur tertulis
menempatkan pasien dengan terdapat dalam
infeksi yang berpotensi menular manual operasi 2 2
juga terpasang di
secara terpisah?
dinding area
klinis/nurse station
2 Adakah unit anda memiliki Kebijakan dan
kebijakan tertulis untuk tindakan prosedur tertulis
pencegahan standar yang serupa terdapat dalam
dengan yang ditetapkan oleh CDS manual operasi 2 2
juga terpasang di
untuk pengendalian penyakit
dinding area
lainnya?
klinis/nurse station
3 Adakah RS memiliki kebijakan Terdapat kebijakan
tertulis mengenai pembersihan dan prosedur
dan pengasapan ruangan setelah tertulis dalam
wabah seperti kolera, virus DHF, manual operasi
1 2
(SOP) tetapi tidak
dan wabah lainnya?
secara langsung
tersedia untuk
praktik sehari-hari
4 Adakah unit anda menerapkan (semua pilihan
tindakan pencegahan dibawah ini jawaban diceklis)
5 5
(beri tanda pada semua yang
diterapkan)
5 Adakah tindakan pencegahan TB dan sudden
isolasi spesifik untuk pasien acute respiratory
dengan infeksi di bawah ini (beri syndrome
2 6
tanda pada jenis infeksi yang
diberlakukan tindakan
pencegahan spesifik)
6 Adakah tindakan pencegahan (semua pilihan
isolasi meliputi instruksi dibawah jawaban diceklis)
3 3
ini (beri tanda pada tindakan yang
dilakukan)
7 Siapakah yang bertanggung jawab Dokter dan
2 2
untuk menempatkan pasien pada perawat

24
Bobot
No. Bobot
Item Pertanyaan Jawaban Nilai
Soal Nilai
Maks
tindakan pencegahan isolasi?
8 Adakah kebijakan untuk Ya
melakukan skrining dan
1 1
membatasi keluarga/pengunjung
yang sakit?
9 Manakah dari jenis penyakit Acute respiratory
dibawah ini yang dilakukan ilness
0 1
skrining untuk kemudian
membatasi kunjungan keluarga?
Total Skor 18 24
Persentase 75% 100%
Keterangan kategori:
> 75% = sangat baik
50-75% = baik
< 50% = kurang
b. Persediaan Ruang Isolasi (Supplies for Isolation Precaution)
Pertanyaan dalam aspek ini mendata informasi terkait persediaan (supplies) yang
ada untuk tindakan pencegahan di ruangan isolasi
Bobot
No. Bobot
Item Pertanyaan Jawaban Nilai
Soal Nilai
Maks
10 Manakah dari aspek di Standard surgical
bawah ini yang dibutuhkan mask
untuk tindakan pencegahan Special respirator
isolasi yang biasanya masks (N-95 or
tersedia dalam jumlah yang PAPRs)
cukup Thick utility gloves
Non-sterile gloves
(latex, nitrile) 11 11
Protective eye wear
Full face shields
Protective caps
Fluid resistant
gowns
Non-fluid resistant
gown

25
Bobot
No. Bobot
Item Pertanyaan Jawaban Nilai
Soal Nilai
Maks
Fluid resistant
aprons
Fluid-proof shoes or
shoe cover
Total Skor 11 11
Persentase 100% 100%
Keterangan kategori:
> 75% = sangat baik
50-75% = baik
< 50% = kurang
c. Tindakan Pencegahan untuk Penyakit Airborne Lain (Precautions for
Other Airborne Diseases)
Pertanyaan dalam aspek ini bertujuan untuk mengetahui penerapan fasilitas dalam
unit untuk mengisolasi pasien dengan penyakit berbasis airborne selain TB.
Bobot
No. Bobot
Item Pertanyaan Jawaban Nilai
Soal Nilai
Maks
11 Apakah pasien dengan penyakit Ya
airbone lainnya (campak,
varicella) biasanya ditempatkan 1 1
dalam ruangan pencegahan isolasi
khusus?
12 Dimanakah pasien dengan
Di dalan sebuah
penyakit airbone lainnya biasanya
ruangan terpisah
diisolasi? dimana pasein-
1 2
pasien dengan
kondisi yang
sama dirawat
13 Seberapa sering ruangan isolasi Selalu
atau kapasitas bangsal ruangan
untuk penyakit berbasis airbone 1 1
dapat mencukupi pasien yang
membutuhkan ruangan isolasi?
Total Skor 3 4
Persentase 75% 100%
Keterangan kategori:

26
> 75% = sangat baik
50-75% = baik
< 50% = kurang
Berdasarkan data di atas, secara kualitatif dalam aspek kebijakan dan
tindakan pencegahan ruang isolasi; persediaan ruang isolasi; dan tindakan
pencegahan untuk penyakit airborne lain di Ruang Kemuning I, berturut-turut
termasuk ke dalam kategori baik, sangat baik, dan baik. Bila ditinjau dari sisi
internal, RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung telah memiliki Standar Prosedur
Operasional yang ditetapkan terkait perawatan pasien di ruang isolasi, khususnya
dengan penyakit TB. SPO tersebut diantaranya tercantum dalam dokumen-
dokumen berikut ini:
Indikasi Rawat Inap Pasien TB (Tanggal terbit 1 Juli 2015)
Suatu kumpulan kriteria klinis rawat inap untuk pasien tuberculosis.
Pemantauan Pengobatan Pasien TB (Tanggal terbit 1 Juli 2015)
Suatu kegiatan memantau perkembangan pasien TB selama pengobatan
berlangsung.
Penatalaksanaan Pasien Infeksi Penularan Melalui Udara/Airborne (Tanggal
terbit 4 November 2015)
Penatalaksanaan pasien dengan penularan melalui udara adalah suatu upaya
untuk mencegah transmisi mikroorganisme berdasarkan cara penularan
penyakitnya melalui udara yang terjadi di rumah sakit.
Penerapan Kewaspadaan Isolasi (Tanggal terbit 1 Juli 2015)
Sebagai acuan penerapan langkah langkai untuk:
1) Penerapan Kewaspadaan Isolasi (Isolation Precaution);
2) Terlindunginya pasien,petugas dan pengunjung rumah sakit dari infeksi.
Penetapan Klarifikasi dalam Tipe Pasien TB (Tanggal terbit 1 Juli 2015)
Sebagai acuan untuk menentukan klasifikasi dan tipe pasien TB sebagai dasar
pemberian rejimen OAT.
Pengobatan Pasien TB (Tanggal terbit 1 Juli 2015)
Sebagai acuan dalam memberikan pengobatan pada pasien TB.
Tahap Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) di Ruang Isolasi (Tanggal terbit
1 Juli 2015)

27
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk pemakaian APD sebelum
dipergunakan dalam memberikan pelayanan pasien infeksius di ruang isolasi.
Tahap Pelepasan Alat Pelindung Diri (APD) di Ruang Isolasi (Tanggal terbit
1 Juli 2015)
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk pemakaian APD setelah
dipergunakan dalam memberikan pelayanan pasien infeksius di ruang isolasi.
Berdasarkan isi dari dokumen-dokumen tersebut, ruangan isolasi ini telah
memenuhi kriteria standar ruangan isolasi yang sesuai dengan kriteria WHO dan
CDC. Sesuai dengan rekomendasi WHO dan CDC tentang kewaspadaan isolasi
untuk pasien dengan penyakit infeksi airborne yang berbahaya, seperti TB,
H5N1, kewaspadaan yang perlu dilakukan meliputi:
a. Kewaspadaan standar
Perhatikan kebersihan tangan dengan mencuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan pasien maupun alat-alat yang terkontaminasi sekret
pernapasan.
b. Kewaspadaan kontak
Gunakan sarung tangan dan gaun pelindung selama kontak dengan
pasien
Gunakan peralatan terpisah untuk setiap pasien, seperti stetoskop,
termometer, tensimeter, dan lain-lain.
c. Perlindungan mata
Gunakan kacamata pelindung atau pelindung muka, apabila berada pada
jarak 1 (satu) meter dari pasien.
d. Kewaspadaan airborne
Tempatkan pasien di ruang isolasi airborne. Gunakan masker N95 bila
memasuki ruang isolasi.
1) Ruang lingkup
Penggunaan kamar isolasi diterapkan kepada semua pasien rawat
inap yang mengidap penyakit infeksi menular yang dianggap mudah
menular dan berbahaya;
Pelaksana panduan ini adalah semua elemen rumah sakit beserta
pasien dan keluarga.

28
2) Prinsip
Setiap pasien dengan penyakit Infeksi menular dan dianggap
berbahaya dirawat di ruang terpisah dari pasien lainnya yang
mengidap penyakit bukan infeksi.
Penggunaan Alat pelindung diri diterapkan kepada setiap
pengunjung dan petugas kesehatan terhadap pasien yang dirawat di
kamar isolasi.
Pasien yang rentan infeksi seperti pasien luka bakar, pasien dengan
penurunan sistem imun dikarenakan pengobatan atau penyakitnya,
dirawat di ruang (terpisah) isolasi rumah sakit.
Pasien yang tidak termasuk kriteria diatas dirawat diruang rawat inap
biasa.
Pasien yang dirawat di ruang isolasi, dapat di dipindahkan ke ruang
rawat inap biasa apabila telah dinyatakan bebas dari penyakit atau
menurut petunjuk dokter penanggung jawap pasien.
3) Kewajiban dan Tanggung Jawab
Seluruh Staf Rumah Sakit:
1. mematuhi peraturan yang ditetapkan di kamar isolasi
Perawat Instalasi Rawat Inap:
1. Melakukan pelayanan kesehatan terhadap pasien di kamar
isolasi;
2. Menjaga terlaksananya peraturan ruang isolasi yang ditetapkan;
3. Mencegah terjadinya infeksi terhadap pengunjung kamar isolasi
atau pasien yang dirawat di kamar isolasi.
Dokter Penanggung Jawab Pasien:
1. Menetapkan diagnosa pasien dan menentukan apakah pasien
memerlukan perawatan di ruang Isolasi;
2. Memastikan pasien yang membutuhkan perawatan di ruang
isolasi mendapat perawatan secara benar.
Kepala Instalasi/Kepala Ruangan:
1. Memastikan peraturan di Ruang Isolasi terlaksana dengan baik;

29
2. Mengidentifikasi setiap kelalaian yang timbul dalam Ruang
Isolasi dan memastikan terlaksananya suatu tindakan untuk
mencegah terulangnya kembali insiden tersebut.
Direktur:
1. Memantau dan memastikan peraturan di Ruang Isolasi
terlaksana dengan baik.
2. Menetapkan kebijakan untuk mengembangkan atau mengatasi
setiap masalah yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan
perawatan pasien di ruang Isolasi.
4) Tujuan Panduan Ruang Isolasi
Tujuan Umum:
Sebagai pedoman bagi Manajemen Rumah Sakit untuk dapat
melaksanakan Isolasi pada pasien dalam upaya meningkatkan mutu
pelayanan rumah sakit.
Tujuan Khusus:
1. Sebagai pedoman pelaksanaan Isolasi pada pasien yang merupakan
salah satu upaya rumah sakit dalam menegah infeksi nasokomial.
2. Mencegah terjadinya infeksi pada petugas kesehatan.
3. Mencegah terjadinya infeksi pada pasien rawat inap atau pasien
dengan penurunan daya tahan tubuh.
TATA LAKSANA
a. Syarat Kamar lsolasi
1. Lingkungan harus tenang
2. Sirkulasi udara harus baik
3. Penerangan harus cukup baik
4. Bentuk ruangan sedemikian rupa sehingga memudahkan untuk observasi
pasien dan pembersihannya
5. Tersedianya WC dan kamar mandi
6. Kebersihan lingkungan harus dijaga
7. Tempat sampah harus tertutup
8. Bebas dari serangga
9. Tempat alat tenun kotor harus ditutup

30
10. Urinal dan pispot untuk pasien harus dicuci dengan memakai disinfektan.
b. Ruang Perawatan isolasi ideal terdiri dari
1. Ruang ganti umum
2. Ruang bersih dalam
3. Stasi perawat
4. Ruang rawat pasien
5. Ruang dekontaminasi
6. Kamar mandi petugas
c. Kriteria Ruang Perawatan Isolasi ketat yang ideal
Perawatan Isolasi (Isolation Room)
1. Zona Pajanan Primer/Pajanan Tinggi
2. Pengkondisian udara masuk dengan Open Circulation System
3. Pengkondisian udara keluar melalui Vaccum Luminar Air SuctionSystem
4. Air Sterilizer System dengan Burning & Filter
5. Modular minimal = 3 x 3 m2
Ruang Kamar Mandi/WC Perawatan Isolasi (Isolation Rest Room)
1. Zona Pajanan Sekunder/Pajanan Sedang
2. Pengkondisian udara masuk dengan Open Circulation System
3. Pengkondisian udara keluar melalui Vaccum Luminar Air SuctionSystem
4. Modular minimal = 1,50 x 2,50 m2
Ruang Bersih Dalam (Ante Room/Foyer Air Lock)
1. Zona Pajanan Sekunder/Pajanan Sedang
2. Pengkondisian udara masuk dengan AC Open Circulation System
3. Pengkondisian udara keluar ke arah inlet saluran buang ruangrawat isolasi
4. Modular minimal = 3 x 2,50 m2
Area Sirkulasi (Circulation Corridor)
1. Zona Pajanan Tersier/Pajanan Rendah/Tidak Terpajan
2. Pengkondisian udara masuk dengan AC Open Circulation System
3. Pengkondisian udara keluar dengan sistem exhauster
4. Modular minimal lebar = 2,40 m
Ruang Stasi Perawat (Nurse Station)
1. Zona Pajanan Tersier/Pajanan Rendah/Tidak Terpajan

31
2. Pengkondisian udara masuk dengan AC Open Circulation System
3. Pengkondisian udara keluar dengan sistem exhauster
4. Modular minimal = 2 x 1,5 m2/petugas (termasuk alat)
d. Syarat Petugas yang Bekeja di Kamar Isolasi
1. Cuci tangan sebelum meninggalkan kamar isolasi;
2. Lepaskan barrier nursing sebelum keluar kamar isolasi;
3. Berbicara seperlunya;
4. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien;
5. Pergunakan barrier nursing seperti pakaian khusus, topi, masker, sarung
tangan, dan sandal khusus;
6. Cuci tangan sebelum masuk kamar isolasi;
7. Kuku harus pendek;
8. Tidak memakai perhiasan;
9. Pakaian rapi dan bersih;
10. Mengetahui prinsip aseptic/antiseptic;
11. Harus sehat.
e. Alat-alat
1. Alat-alat yang dibutuhkan cukup tersedia;
2. Selalu dalam keadaan steril;
3. Dari bahan yang mudah dibersihkan;
4. Alat suntik bekas dibuang pada tempat tertutup dan dimusnahkan;
5. Alat yang tidak habis pakai dicuci dan disterilkan kembali;
6. Alat tenun bekas dimasukkan dalam tempat tertutup.
f. Kategori Isolasi
Kategori isolasi yang dilakukan sesuai dengan patogenesis dan cara
penularan/penyebaran kuman terdiri dari isolasi ketat, isolasi kontak, isolasi
saluran pernafasan, tindakan pencegahan enterik dan tindakan pencegahan
sekresi. Secara umum, kategori isolasi membutuhkan kamar terpisah.
1. Isolasi Ketat
Tujuan isolasi ketat adalah mencegah penyebaran semua penyakit yang
sangat menular, baik melalui kontak langsung maupun peredaran udara.
Teknik ini mengharuskan pasien berada di kamar tersendiri dan petugas

32
yang berhubungan dengan pasien harus memakai pakaian khusus, masker,
dan sarung tangan serta mematuhi aturan pencegahan yang ketat. Alat-alat
yang terkontaminasi bahan infektsius dibuang atau dibungkus dan diberi
label sebelum dikirim untuk proses selanjutnya. Isolasi ketat diperlukan
pada pasien dengan penyakit antraks, cacar, difteri, pes, varicella dam
herpes Zoster diseminata atau pada pasien imunokompromis.
Prinsip kewaspadaan airborne harus diterapkan di setiap ruang
perawatan isolasi ketat yaitu:
1. Ruang rawat harus dipantau agar tetap dalam tekanan negatif
dibanding tekanan di koridor.
2. Pergantian sirkulasi udara 6-12 kali per jam.
3. Udara harus dibuang keluar atau diresirkulasi dengan menggunakan
filter HEPA (High-Efficiency Particulate Air).
Setiap pasien harus dirawat di ruang rawat tersendiri. Pasien tidak
boleh membuang ludah atau dahak di lantai, tetapi gunakan penampung
dahak/ludah tertutup sekali pakai (disposable).
2. Isolasi Kontak
Bertujuan untuk mencegah penularan penyakit infeksi yang mudah
ditularkan melalui kontak langsung. Pasien perlu kamar tersendiri, masker
perlu dipakai bila mendekati pasien, jubah dipakai bila ada kemungkinan
kotor, sarung tangan dipakai setiap menyentuh badan infeksius. Cuci
tangan sesudah melepas sarung tangan dan sebelum merawat pasien lain.
Alat-alat yang terkontaminasi bahan infeksius diperlakukan seperti pada
isolasi ketat. Isolasi kontak diperlukan pada pasien bayi baru lahir dengan
konjungtivitis gonorhoea, pasien dengan endometritis, pneumonia atau
infeksi kulit oleh streptococcus grup A, herpes simpleks diseminata,
infeksi oleh bakteri yang resisters terhadap antibiotika, rabies, rubella.
3. Isolasi Saluran Pernafasan
Tujuannya untuk mencegah penyebaran pathogen dari saluran
pernafasan dengan cara kontak langsung dan peredaran udara. Cara ini
mengharuskan pasien dalam kamar terpisah, memakai masker dan
dilakukan tindakan pencegahan khusus terhadap buangan napas/sputum,

33
misalnya pada pasien pertusis, campak, tuberkulosa paru, infeksi H.
influenza.
Meninjau rekomendasi WHO dan CDC; Standar Prosedur Operasional
RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung untuk ruangan isolasi, khususnya bagi pasien
TB; serta berdasarkan kuesioner Isolation and Standard Precaution, didapatkan
hasil yang saling berkesesuaian. Tetapi dalam memenuhi beberapa aspek standar
ruangan isolasi, seperti salah satu syarat ruangan isolasi berdasarkan rekomendasi
WHO dan CDC, yaitu pada poin penerangan harus cukup baik, Ruang
Kemuning I merupakan ruangan yang berada di lantai dasar gedung Kemuning,
sehingga kurang mendapat pencahayaan sinar matahari langsung.
Sementara hal lain terkait penerapan isolasi ketat, prinsip kewaspadaan
airborne di ruangan Kemuning I telah memenuhi 3 syarat seperti yang disebutkan
di atas. Tetapi dalam hasil observasi, penggunaan alat HEPA filter yang idealnya
ditunjang oleh pengaturan suhu menggunakan AC, tampak kurang optimal. Pada
praktiknya, tekanan negatif telah diberikan pada ruangan rawat pasien sehingga
mencegah keluarnya udara ke area sirkulasi, tetapi suhu kamar pasien yang
seharusnya dalam keadaan normal, terasa panas sehingga menimbulkan rasa
kurang nyaman bagi pasien, penunggu pasien, serta petugas kesehatan ketika
memberikan pelayanan bagi pasien. Oleh karena itu, peninjauan kembali secara
teknis penggunaan alat-alat yang menunjang kewaspadaan airborne di Ruang
Kemuning I Isolasi hendaknya mendapat perhatian khusus demi terlaksananya
manajemen unit dan manajemen asuhan yang semakin baik.
Berdasarkan hasil kajian situasi ini, permasalahan yang muncul dari aspek
standar ruangan isolasi merupakan rumusan masalah jangka panjang. Data
tersebut dapat menjadi informasi bagi unit dan pihak rumah sakit untuk
meningkatkan mutu pelayanan, khususnya di ruangan isolasi.
2.5.2 Analisis Pencegahan Infeksi TB di Ruang Rawat Isolasi Gedung
Kemuning Lantai 1
Berdasarkan hasil observasi melalui panduan modul TB Precautions,
didapatkan hasil secara keseluruhan menunjukkan kategori sangat baik (86,6%).
Terdapat 5 poin observasi digunakan dalam panduan, yaitu praktik kerja dan
control administrasi, skrining dan penentuan jenis TB, praktik isolasi,

34
perlindungan kesehatan pekerja, dan fasilitas untuk ruangan isolasi. Dari 5 poin
observasi, 4 poin sudah memenuhi kategori sangat baik, namun 1 poin observasi
yaitu praktik isolasi menunjukkan kategori baik.
Menurut standar atau kriteria praktik isolasi, pasien dengan suspek TB
ataupun sudah terdiagnosa TB, seharusnya ditempatkan pada ruangan khusus
isolasi seperti penempatan satu kamar untuk satu pasien. Untuk ruang rawat
isolasi gedung kemuning lantai 1 sendiri sudah mengelola pasien khusus TB,
tetapi penempatan belum menerapkan satu kamar untuk satu pasien. Pasien bebas
dari ruangan isolasi, apabila hasil pemeriksaan dahak selama 3 waktu
pengambilan sampel menunjukkan hasil negatif dengan setidaknya satu spesimen
di pagi hari menunujukkan hasil negatif (-), pasien menunjukkan perbaikan klinis
dan sampai keluhan batuk pasien tidak ada. Ventilasi yang terdapat di ruang rawat
isolasi gedung kemuning lantai 1 dibentuk untuk menjaga agar ruangan tetap
bertekanan negatif. Fasilitas ruang rawat isolasi gedung kemuning lantai 1 sudah
memiliki toilet sendiri di tiap kamarnya, namun belum terdapatnya ruangan
sebelum memasuki ruangan isolasi, dan tidak adanya cahaya UV pada pintu
masuk ruangan.
Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin sudah baik dengan memiliki
ruangan perawatan khusus isolasi, namun kapasitas dari ruangan masih terbatas.
Adapun penanggung jawab yang menentukan penempatan pasien harus dirawat
diruang isolasi yaitu dokter dan perawat. Standar ketika pasien tidak sedang
ditempatkan di ruang isolasi maka ventilasi yang baik yaitu jendela ventilasi yang
dapat memberikan sirkulasi udara luar agar dapat masuk ke ruangan.
Pantauan dan pemeliharaan terhadap kontrol lingkungan di ruang rawat
isolasi kemuning lantai 1 dengan menggunakan catatan yang dilakukan secara
berkala agar didapatkannya data pantauan terkini. Pasien yang belum terdiagnosa
TB paru dengan tidak atau adanya data penunjang berupa test diagnostik biasanya
pasien ditempatkan di ruang isolasi untuk mencegah penularan pada pasien lain.
Modul 4: Pencegahan Tuberculosis
Pengkajian mengenai program pencegahan Tuberculosis di Ruang
Kemuning 1 Isolasi dilakukan dengan menggunakan instrumen Infection Control

35
Assessment Tool dengan metode pengumpulan kuesioner dan observasi pada
tanggal 22 23 April 2017.
Hasil pengkategorian:
1. > 75 % : sangat baik
2. 50- 74 % : baik
3. <50 % : kurang baik
Item 1: Work Practice and Administrative Controls
Assesment section total: 16, possible section total: 16
16/16 x 100 = 100% (sangat baik)
Item 2: Screening and Triaging/Precaution for TB
Assesment section total: 11, possible section total: 14
11/14 x 100 = 78 % (sangat baik)
Item 3: Isolation Practice
Assesment section total: 18, possible section total: 25
18/25 x 100 = 72 % (baik)
Item 4 : Health Worker Protection
Assesment section total: 10, possible section total: 12
10/12 x 100 = 83 % (sangat baik)
Item 5: Supplies for Isolation Precautions
Assesment section total: 3, possible section total: 3
3/3 x 100 = 100 % (sangat baik)
Total keseluruhan : (100+78+72+83+100) : 5 = 86,6 % (sangat baik)
2.5.3 Analisis Kesehatan Pegawai/Tenaga Kesehatan
Pengkajian mengenai program kesehatan kepada petugas kesehatan
dilakukan dengan menggunakan instrumen Infection Control Assessment Tool
yang dilakukan kepada perawat yang bertugas di ruang Kemuning 1 Isolasi pada
tanggal 22 23 April 2017. Pengambilan kesimpulan hasil analisa data dilakukan
dengan mencari rata-rata skor total dari seluruh item program kesehatan petugas,
meliputi informasi umum mengenai program kesehatan yang dilakukan oleh pihak
rumah sakit dan ruangan, kegiatan kesehatan karyawan, paparan penyakit pada
karyawan, dan riwayat kesehatan karyawan, dengan kategori >75% (sangat baik),
50% - 75% (baik), <50% kurang.

36
Tabel Hasil Program Kesehatan Kepada Petugas Kesehatan
Persentase
Item Kategori
(%)
Total skor program kesehatan 48,4 Kurang
Informasi umum program kesehatan 83 Sangat Baik
Kegiatan kesehatan karyawan 25 Kurang
Paparan penyakit pada karyawan 60,8 Baik
Riwayat kesehatan 25 Kurang
Hasil pengkajian didapatkan total skor pelaksanaan program kesehatan
yang dilakukan ruangan untuk pencegahan penularan penyakit kepada karyawan
atau petugas kesehatan yang berdinas masuk dalam kategori kurang (48,4%), hal
tersebut dipengaruhi oleh pelaksanan kegiatan kesehatan karyawan dan
pendokumentasian riwayat kesehatan karyawan yang masih kurang (25%),
sedangkan untuk informasi umum mengenai program kesehatan yang dilakukan
dalam kategori sangat baik (83%) dan program pencegahan paparan penyakit pada
karyawan dalam kategori baik (60,8%).
a. Informasi Umum Program Kesehatan
Secara umum pihak ruangan sudah memiliki program khusus kesehatan
karyawan yang sudah dibuat SPO nya. Pihak ruangan juga memiliki petugas
khusus yang bertanggung jawab dalam pelatihan karyawan mengenai isu-isu
kesehatan karyawan yang berkaitan dengan penyakit infeksi menular.
b. Kegiatan Kesehatan Karyawan
Skrining kesehatan dan program imunisasi yang dilakukan kepada
karyawan meliputi pemeriksaan kesehatan termasuk riwayat penyakit,
pemeriksaan skin test TB, pemeriksaan laboratorium lain, dan pemberian edukasi
atau konseling untuk karyawan yang terkena paparan penyakit. Skrining
kesehatan dilakukan sebelum atau saat penerimaan karyawan dan setelah
karyawan dipekerjakan dengan rentang waktu minimal 1 tahun sekali. Adapun
skrining yang dilakukan adalah skrining untuk penyakit Hepatitis, HIV, dan TB
laten atau aktif.
c. Paparan Penyakit Pada Karyawan
Ruangan sudah memiliki SPO khusus bagi karyawan dalam menangani
pasien dengan TB, HIV dan Hepatitis sebagai upaya pencegahan paparan penyakit

37
kepada karyawan yang bertugas. Serta tersedianya antibiotic profilaksis dalam
waktu < 6 jam bagi karyawan yang terpapar penyakit infeksi menular dari pasien.
d. Riwayat Kesehatan
Pencatatan riwayat kesehatan karyawan yang dilakukan oleh ruangan
meliputi riwayat penyakit dan evaluasi medis, riwayat TB dan catatan skin test,
dan catatan imunisasi yang telah dilakukan karyawan. Adapun pendokumentasian
paparan penyakit yang dimasukan dalam catatan medis karyawan adalah paparan
penyakit dengan antigen darah dan paparan terhadap TB.
2.5.4 Hasil Analisis dan Observasi Hand-Hygiene
Pengkajian hand-hygiene didapatkan dari hasil observasi kebersihan
perlengkapan dan alat pendukung untuk melakukan hand-hygiene dan observasi
secara langsung pelaksanaan hand-hygiene yang dilakukan oleh 7 tenaga
kesehatan (6 perawat dan 1 ahli gizi) menggunakan instrumen Infection Control
Assessment Tool. Berikut merupakan hasil observasi mengenai hand-hygiene yang
didapat dari tanggal 20-21 April 2017:
a. Perlengkapan serta Persediaan Alat dan Bahan Cuci Tangan
Dari hasil pengkajian dan observasi pada tanggal 20-21 April 2017,
didapatkan skor untuk pelaksanaan hygiene (kebersihan) alat yaitu 15 (83,3%)
dari skor total 18. Hal ini menunjukkan bahwa perlengkapan serta persediaan alat
dan bahan cuci tangan sangat baik. Ada beberapa hal yang harus lebih
ditingkatkan seperti membersihkan, mencuci, dan mengeringkan dispenser sabun
ketika sabun telah habis sebelum diisi ulang kembali.
b. Pelaksanaan Cuci Tangan
Dari hasil pengkajian, didapatkan jumlah skor 12 (80%) dari skor total 15.
Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan cuci tangan sangat baik. Semua
komponen pelaksanaan sudah terpenuhi, hanya saja tidak tersedianya hand lotion
untuk pegawai. Jika dirata-ratakan, skor yang didapat dari pelaksanaan hand
hygiene dan juga kebersihan alat pendukung hand hygiene yaitu 81,65% termasuk
pada kategori sangat baik. Semua pegawai diharapkan dapat mempertahankan dan
lebih meningkatkan kedispilinan dalam mencuci tangan dengan 6 langkah yang
dianjurkan oleh WHO.

38
Observasi pelaksanaan cuci tangan dilakukan pada tanggal 20-21 April
2017. Sebanyak 7 pegawai diobservasi, terdiri dari 6 perawat serta seorang ahli
gizi. 4 orang perawat melakukan tindakan invasif seperti memasang infus, injeksi
obat, dan melakukan ganti balutan, 2 orang perawat melakukan tindakan non-
invasif seperti mengganti sprei, mengganti plabot infus, serta 1 orang ahli gizi
membagikan makanan kepada pasien. Seluruh petugas kesehatan melakukan hand
rub sebelum kontak dengan pasien. Sedangkan setelah kontak dengan pasien, 5
orang diantaranya mencuci tangan dan 2 pegawai melakukan hand rub setelah
melakukan tindakan non-invasif.
2.5.5 Analisis Pengetahuan dan Perilaku Keluarga terhadap Pencegahan
Penyebaran Infeksi TB
Pengukuran pengetahuan keluarga terhadap pencegahan penyebaran
infeksi TB dilakukan menggunakan kuesioner yang terdiri dari 15 item
pertanyaan. Sedangkan perilaku keluarga terhadap pencegahan penyebaran infeksi
terdiri dari 15 pernyataan yang menunjukkan frekuensi seringnya kebiasan yang
dilakukan oleh keluarga selama berhadapan dengan pasien.
a. Pengetahuan Keluarga terhadap Pencegahan Penyebaran Infeksi TB
Tabel Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Keluarga terhadap
Pencegahan Penyebaran Infeksi TB (n=23)
Tingkat
Frekuensi %
Pengetahuan
Buruk 14 60,9
Baik 9 39,1
Total 23 100
Berdasarkan tabel diatas menyatakan bahwa dari total soal sebanyak 15
poin keluarga pasien yang mempunyai pengetahuan baik sebanyak 9 orang
dengan persentase 39,1% dan yang mempunyai pengetahuan buruk sebanyak 14
orang atau sekitar 60,9% dari total yang menjawab.
Berdasarkan hasil pengkajian, item pertanyaan yang paling banyak
dijawab salah oleh keluarga pasien adalah item pertanyaan nomor 8, 9, 12, dan 15
seperti pada tabel berikut.

39
Tabel Item Pertanyaan Tingkat Pengetahuan dengan Skor Terendah
No. Item Pertanyaan Jawaban Jawaban
Soal Benar (%) Salah (%)
8 Cara penularan TB melalui? 26,1 73,9
9 BTA adalah? 26,1 73,9
12 Untuk menghindari penyebaran bakteri TB,
26,1 73,9
apa yang harus dilakukan keluarga?
15 Berapa lama obat sisipan pada pasien TB? 13 87

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa keluarga pasien paling kurang
mengetahui mengenai cara penularan penyakit TB, apa itu BTA (Bakteri Tahan
Asam), cara menghindari penyebaran bakteri TB, dan lama obat sisipan pada
pasien TB.
b. Perilaku Keluarga terhadap Pencegahan Penyebaran Infeksi TB
Tabel Distribusi Frekuensi Perilaku Keluarga terhadap Pencegahan Penyebaran
Infeksi TB (n=23)
Perilaku Frekuensi %
Buruk 16 69,6
Baik 7 30,4
Total 23 100

Berdasarkan tabel diatas menyatakan bahwa dari total soal sebanyak 15


poin keluarga pasien yang mempunyai perilaku baik sebanyak 7 orang dengan
persentase 30,4% dan yang mempunyai pengetahuan buruk sebanyak 16 orang
atau sekitar 69,6% dari total yang menjawab. Hal tersebut menunjukkan bahwa
sebagian besar keluarga pasien memiliki perilaku buruk dalam pencegahan
penyebaran penyakit TB.
Berdasarkan hasil pengkajian, item pertanyaan yang paling banyak
dijawab salah oleh keluarga pasien adalah item pertanyaan nomor 8, 9, 12, dan 15
seperti pada tabel berikut.
Tabel Item Pertanyaan Perilaku Keluarga dengan Skor Tertinggi (n=23)
No. Total Kesan
Item Pertanyaan
Item Skor
14. Saya tidak mengganti masker meski sudah 81 Tidak pernah
berkali-kali saya pakai.
8. Saya tidak menggunakan masker bersih dan 80 Tidak pernah

40
No. Total Kesan
Item Pertanyaan
Item Skor
baru.
12. Saya tidak menggunakan masker sekali 77 Tidak pernah
pakai.

Tabel Item Pertanyaan Perilaku Keluarga dengan Skor Terendah (n=23)


No. Total Kesan
Item Pertanyaan
Item Skor
15. Saya membuang masker hanya bila terdapat 33 Selalu
kerusakan/robek dan putus talinya.
9. Saya menggunakan masker khusus TB 41 Tidak pernah
(masker n95).
4. Saya menggunakan masker sesudah berbicara 44 Tidak pernah
dengan pasien.

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa skor tertinggi adalah saya tidak
mengganti masker meski sudah berkali-kali saya pakai (81) yang
mengindikasikan bahwa keluarga pasien tidak pernah melakukan hal tersebut.
Sedangkan skor terendah (33) ada pada item nomor 15 saya membuang masker
hanya bila terdapat kerusakan/robek dan putus talinya yang mengindikasikan
bahwa keluarga pasien selalu membuang masker hanya bila terdapat kerusakan.

41
BAB III
ANALISA DATA DAN PERENCANAAN

3.1 Analisa Fish Bone

MACHINE MAN

Tidak sesuai dengan


Beban prosedur APD di ruangan
Standar kerja
ruangan perawat

Risiko
Perawat yang menyebarkan
AC kurang infeksi
efektif hanya 9
efektif
orang

Edukasi APD pada


keluarga pasien
kurang efektif
Metode tim
kurang
efektif

METHOD 42
3.2 Analisa Data Dengan Problem Based Analysis
AKTUAL IDEAL ANALISIS Masalah
Man
Data Subjektif: Tabel 1. Rata-rata tingkat ketergantungan klien tanggal Berdasarkan perhitungan, Jumlah perawat
- Hasil wawancara dengan kepala 20 22 April 2017 didapatkan bahwa ruang belum sebanding
ruangan didapatkan data bahwa Klasifikasi Klien F %
Kemuning 1 Isolasi dengan jumlah
jumlah perawat pelaksana di Minimal Care 6 membutuhkan
5,9 tenaga pasien
ruang kemuning 1 Isolasi Intermediate Care 10 keperawatan
35,3 per hari sejumlah
sebanyak 11 orang. Total Care 4 18 58,8
orang berdasarkan tingkat
- Hasil observasi dan wawancara Jumlah 20 ketergantungan
100 menurut teori
yang dilakukan kepada keluarga Orem self-care deficit.
pasien diketahui bahwa perawat Tabel 2. Perhitungan kebutuhan jam berdasarkan Sementara di lapangan,
berkolaborasi dengan keluarga tingkat ketergantungan klien tanggal 20-22 April 2017 jumlah perawat pelaksana saat
dalam memenuhi KDM sehari- Klasifikasi Klien Kebutuhan Jam ini adalah 9 orang, perawat
hari pasien. Minimal care 6 x 1 jam structural
1 jam 2 orang, perawat
Intermedate Care 10 x 3 jam sedang
18 jam orientasi 2 orang;
Data Objektif: Total Care 4 x 6 jam dengan
60 jamrincian:
- Hasil observasi berdasarkan 6 a. Perawatan langsung Jumlah perawat pelaksana:
pasien tingkat ketergantungan (6x1 jam) + (10x3 jam) + (4x6 jam)/20 = 3 jam 11 orang, 2 orang
mandiri, 10 pasien tiap pasien struktural
ketergantungan parsial, dan 4 b. Perawatan tidak langsung Jenjang karir
pasien ketergantungan total. Jumlah pasien x 1 jam = 20 x 1 jam/20 = 1 jam - PK 1 : 4 orang
- BOR rata-rata harian periode tiap pasien - PK 2 : 5 orang
April 2017 adalah 85% c. Pendidikan kesehatan - PK 3 : 4 orang
Jumlah pasien x 15 menit = 20 x 15 menit/ 20 = Pendidikan
0,25 jam tiap pasien (5 menit tiap pasien) - S1 keperawatan : 3

43
AKTUAL IDEAL ANALISIS Masalah
d. Total kebutuhan jam asuhan orang
Perawatan langsung + perawatan tidak langsung + - D3 keperawatan : 7
penkes = 3 jam + 1 jam + 0,25 jam = 4,25 jam orang
tiap pasien (85 jam per hari) - SPK : 3
BOR rata-rata bulan April = 85% orang
Jumlah tempat tidur = 24 Jumlah per shift:
- Pagi : 3-4
Kebutuhan Tenaga Perawat (Gillies, 1982) orang

TP = - Siang : 2 orang
/ /
( /24 ) ( )365
- Malam : 2 orang
TP = Hal tersebut menunjukkan
(365 ) /
4,25 (85% 24) 365 SDM perawat di ruang
TP =
(36582) 7
Kemuning 1 Isolasi masih
4,25 20,4 365
TP = belum sesuai dengan
283 7
TP = 15,9 16 orang perawat kebutuhan perawat
dibandingkan jumlah pasien.
Tenaga lepas 1/3 x 16 = 5 perawat
Perawat yang dishift/hari = 15 5 = 11 perawat
Sebaran tiap shift: Pagi : Sore : Malam =
47%:35%:17%
Pagi = 47% x 11 = 5,17 5 perawat
Siang = 35% x 11 = 3,85 4 perawat
Malam = 17% x 11 = 1,87 2 perawat

Jadi kebutuhan perawat menurut Gilles = 16 orang + 2

44
AKTUAL IDEAL ANALISIS Masalah
struktural (Karu & Wakaru) = 18 orang
Tenaga perawat tersedia = *11 perawat pelaksana (2
masih orientasi) + 2 struktural = 13 orang

Kekurangan tenaga = 18 11 (perawat pelaksana) = 7


perawat
Data Subjektif: Sesuai dengan SOP tertulis, yang tercantum pada Hasil pengkajian didapatkan Ketidakpatuhan
- Berdasarkan wawancara dengan dokumen: total skor pelaksanaan program tenaga medis dan
perawat di ruangan mengenai Tahap Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) di kesehatan yang dilakukan non-medis dalam
tingkat kepatuhan pegawai Ruang Isolasi (Tanggal terbit 1 Juli 2015), sebagai ruangan untuk pencegahan penggunaan APD
dalam menggunakan APD di acuan penerapan langkah-langkah untuk penularan penyakit kepada di Ruang Isolasi
ruangan isolasi, diketahui bahwa pemakaian APD sebelum dipergunakan dalam karyawan atau petugas
seluruh perawat mematuhi memberikan pelayanan pasien infeksius di ruang kesehatan yang berdinas masuk
penggunaan APD karena merasa isolasi; dalam kategori kurang (48,4%),
membutuhkan perlindungan Tahap Pelepasan Alat Pelindung Diri (APD) di hal tersebut dipengaruhi oleh
untuk diri ketika kontak dengan Ruang Isolasi (Tanggal terbit 1 Juli 2015), sebagai pelaksanan kegiatan kesehatan
pasien. Tetapi untuk tenaga non- acuan penerapan langkah-langkah untuk karyawan dan
medis tidak sering kontak pemakaian APD setelah dipergunakan dalam pendokumentasian riwayat
dengan pasien. memberikan pelayanan pasien infeksius di ruang kesehatan karyawan yang masih
Data Objektif : isolasi; kurang (25%).
- Berdasarkan observasi, diketahui seluruh pegawai baik petugas medis maupun non- Selain itu, sebagaimana
bahwa terdapat tenaga non- medis yang bertugas di ruang Kemuning I isolasi rekomendasi standar ruangan
medis yang belum melepaskan hendaknya mematuhi tata cara pemakaian dan isolasi dari WHO dan CDC yang
masker ketika memasuki area pelepasan APD pada area isolasi, area bersih, dan area menyebutkan bahwa:
perawat setelah kontak dengan sirkulasi, dan nurse staion. Kewajiban dan Tanggung

45
AKTUAL IDEAL ANALISIS Masalah
pasien. Jawab
- Berdasarkan observasi, terdapat Seluruh Staf Rumah Sakit:
beberapa tenaga medis yang 1. mematuhi peraturan
belum melepaskan masker yang ditetapkan di kamar
ketika memasuki area perawat isolasi
setelah kontak dengan pasien Perawat Instalasi Rawat Inap:
dikarenakan lupa. 4. Melakukan pelayanan
- Berdasarkan analisis dan kesehatan terhadap
observasi kesehatan pegawai pasien di kamar isolasi;
didapatkan hasil sebagai berikut: 5. Menjaga terlaksananya
peraturan ruang isolasi
Persen- yang ditetapkan;
Item tase Kategori
(%) 6. Mencegah terjadinya
Total skor program 48,4 Kurang infeksi terhadap
kesehatan
Informasi 83 Sangat pengunjung kamar
umum Baik
isolasi atau pasien yang
program
kesehatan dirawat di kamar isolasi.
Kegiatan
kesehatan
25 Kurang
Kepala Instalasi/Kepala
karyawan Ruangan:
Paparan 60,8 Baik
penyakit
3. Memastikan peraturan di
pada Ruang Isolasi terlaksana
karyawan
Riwayat 25 Kurang dengan baik;
kesehatan 4. Mengidentifikasi setiap
kelalaian yang timbul
dalam Ruang Isolasi dan

46
AKTUAL IDEAL ANALISIS Masalah
memastikan
terlaksananya suatu
tindakan untuk
mencegah terulangnya
kembali insiden tersebut.
Ketentuan tersebut menunjukkan
bahwa terdapat fungsi
pengawasan yang dimiliki oleh
kepala ruangan, perawat, serta
seluruh staf rumah sakit,
sehingga kepatuhan seluruh
pegawai dalam penggunaan
APD dapat berlangsung dengan
optimal.
Data Objektif: 1. Untuk mencapai derajat kesehatan secara optimal, - Hasil pengkajian didapatkan Kurangnya
1. Berdasarkan hasil kuisioner yang Tenaga Kesehatan dan penyelenggara Fasilitas bahwa keluarga pasien pengetahuan
dibagikan pada tanggal 21/4/2017 Pelayanan Kesehatan wajib memberikan informasi memiliki pengetahuan yang keluarga
terdapat 14 dari 23 keluarga dan edukasi cara penyebaran penyakit TB, cara buruk mengenai pencegahan mengenai
pasien memiliki pengetahuan pencegahan agar tidak tertular penyakit TB. penularan TB yang meliputi, pencegahan
yang buruk tentang pencegahan media penularan TB, dan cara penyebaran
penyebaran penyakit TB. pencegahan untuk penyakit TB
2. Berdasarkan hasil kuisioner yang 2. Seluruh keluarga pasien mengetahui mengenai cara menghindari penularan TB.
dibagikan pada tanggal 21/4/2017 penularan penyakit TB Hasil observasi juga
terdapat 17 dari 23 keluarga didapatkan bahwa keluarga
pasien tidak mengetahui cara pasien maupun pengunjung

47
AKTUAL IDEAL ANALISIS Masalah
penularan TB. tidak menggunakan masker
3. Berdasarkan hasil kuisioner yang 3. Informasi dan edukasi penyebaran penyakit TB saat mengunggu pasien di
dibagikan pada tanggal 21/4/2017 yang harus diberikan kepada keluarga salah satunya ruangan.
terdapat 13 dari 23 keluarga mengenai akibat negatif dari kurangnya - Sedangkan berdasarkan
pasien tidak mengetahui media perlindungan diri saat berkomunikasi dengan wawancara dan observasi,
penularan TB. pasien TB setiap petugas/perawat selalu
4. Berdasarkan hasil kuisioner yang 4. Keluarga mengetahui cara pencegahan penyebaran memberikan edukasi terkait
dibagikan pada tanggal 21/4/2017 penyakit TB pencegahan penularan TB
terdapat 17 dari 23 keluarga dengan cara menggunakan
pasien tidak mengetahui cara masker saat menunggu pasien
menghindari penyebaran TB di ruangan.
5. Berdasarkan hasil kuisioner yang 5. Keluarga memiliki perilaku yang baik terhadap - Hal tersebut mungkin
dibagikan pada tanggal 21/4/2017 pencegahan penyebaran penyakit TB dikarenakan keluarga lupa
terdapat 16 dari 23 keluarga serta informasi yang diberikan
pasien memiliki perilaku buruk perawat kepada keluarga tidak
terhadap pencegahan penyebaran diteruskan kembali oleh
penyakit TB keluarga ke anggota keluarga
pasien lain yang secara
bergantian menunggu pasien.

48
3.3 Plan Of Action
No. MASALAH TUJUAN STRATEGI MEDIA ALAT UKUR WAKTU PJ
1 Kurangnya Setelah dilakukan - Memberikan pendidikan -Audio Lembar pre test 27 April Rahmi,
pengetahuan intervensi kesehatan mengenai penyakit TB, -Video dan post test 2017 Tantri
keluarga keperawatan selama Cara penularan, dan cara -Leaflet
mengenai 1 jam diharapkan pencegahan penyebaran penyakit
pencegahan pengetahuan TB pada saat pasien baru datang
penyebaran keluarga mengenai - Membuat perizinan kepada Pihak -Leaflet dan Tersedianya media 27 April Citra, Rias
penyakit TB pencegahan Promosi Kesehatan, Humas, dan audio penunjang seperti 2017
penyebaran penyakit Kepala Instalasi Kemuning RSHS terkait leaflet yang mudah
TB meningkat, mengenai rencana promosi penyakit dipahami oleh
dengan kriteria : kesehatan tentang pentingnya TB, Cara keluarga dan audio
1. Keluarga penggunaan APD bagi pasien dan penularan, yang dapat diputar
menyatakan keluarga pasien dengan media dan cara untuk
pemahaman audio yang dapat diputar setiap pencegahan mengingatkan
tentang hari secara berkala. penyebaran keluarga mengenai
penyebaran - Membuat rekaman berisi penyakit penggunaan
penyakit TB pentingnya penggunaan APD TB masker
2. Keluarga mampu (masker) bagi pasien dan
menjelaskan keluarga pasien di Ruang
kembali apa yang Kemuning 1 Isolasi RSHS. -Leaflet Lembar pre test 27 April Ranti,
dijelaskan - Bekerjasama dengan pihak dan post test 2017 Syifa,
perawat pemutar Audio (Security) untuk mengenai penyakit Irman,
3. Keluarga mampu memutarkan audio setiap hari jam TB, Cara Amelia,
mempraktekan 6 dan saat jam besuk penularan, dan cara
cara memakai pencegahan

49
No. MASALAH TUJUAN STRATEGI MEDIA ALAT UKUR WAKTU PJ
masker dengan penyebaran
benar penyakit TB

Tersedianya audio 27 April Lovi,


berisikan promosi 2017 Dini,
kesehatan terkait Rochmah
TB yang dapat
diputar untuk
mengingatkan
keluarga
2 Ketidakpatuh Setelah dilakukan - Melakukan pengkajian ulang - PPT Tersedianya media 27 April
an tenaga intervensi terkait kepatuhan petugas medis penunjang yang 2017
medis dan keperawatan selama lain yang bertugas di ruang mudah dipahami
non-medis 3 x 24 jam Kemuning 1 Isolasi mengenai serta komitmen
dalam diharapkan SPO penggunaan APD kepala ruangan dan
penggunaan kepatuhan tenaga - Melakukan diskusi dengan kepala perawat untuk
APD di medis dan non- ruangan dan perawat pelaksana melaksanakan
Ruang medis meningkat, terkait fungsi pengawasan fungsi pengawasan
Isolasi dengan kriteria : mengenai pemakaian dan baik terhadap
1. Petugas medis pelepasan APD di ruangan isolasi tenaga medis
dan non-medis maupun non-medis
menyatakan mengenai
pemahaman pemakaian APD
tentang aplikasi
SPO Tahap

50
No. MASALAH TUJUAN STRATEGI MEDIA ALAT UKUR WAKTU PJ
Pemakaian dan - Melakukan diskusi yang - PPT Tersedianya media 28 April
Pelepasan APD melibatkan kepala ruangan, penunjang yang 2017
di Ruang Isolasi perawat pelaksana, dan tenaga mudah dipahami
yang diterbitkan non-medis mengenai SPO serta komitmen
oleh RSHS pada pemakaian dan pelepasan APD di seluruh pegawai
1 Juli 2015. ruangan isolasi Kemuning I untuk
2. Terpeliharanya mematuhi SPO
fungsi pemakaian dan
pengawasan oleh pelepasan APD di
kepala ruangan, ruangan isolasi
perawat, dan
sesama staf di - Memberikan pujian dan - Social Terciptanya iklim
ruangan isolasi pengingat bagi pegawai dalam Support kerja yang
Kemuning 1 mematuhi SPO pemakaian dan kondusif sesuai
pelepasan APD di ruangan isolasi dengan SPO RSHS
di ruangan isolasi

3 Jumlah Setelah dilakukan - Mendiskusikan masalah dengan - PPT Terciptanya diskusi 28 April
perawat intervensi pihak manajerial unit (ruangan) yang aktif terkait 2017
belum manajemen unit dan menekankan bahwa pembahasan tindak
sebanding yang termasuk penyelesaian masalah jangka lanjut oleh
dengan dalam kewenangan panjang ini dikembalikan kepada manajemen unit.
jumlah pihak rumah sakit, pihak unit dan rumah sakit
pasien diharapkan jumlah sedangkan data yang didapatkan
perawat ideal sesuai melalui pengkajian manajemen

51
No. MASALAH TUJUAN STRATEGI MEDIA ALAT UKUR WAKTU PJ
dengan jumlah periode April 2017 ini dapat
pasien berdasarkan dijadikan sebagai dasar atau
penghitungan informasi awal yang berfokus
kebutuhan dan teori pada jumlah kebutuhan perawat
self care deficit di Ruang Kemuning I Isolasi.
Orem sebagai salah
satu teori model
keperawatan.

52
BAB IV
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

4.1 Implementasi dan Evaluasi Manajemen Unit dan Asuhan Di Ruang Kemuning 1 Isolasi
Evaluasi Rencana Tindak
No Masalah Implementasi Waktu
Keterlaksanaan Hasil Hambatan Lanjut
1 Jumlah perawat Mendiskusikan masalah 2 Mei Terlaksana Hasil perhitungan Perlu adanya Data jumlah
belum dengan pihak manajerial 2017 beban kerja dan koordinasi dengan kebutuhan tenaga
sebanding unit (ruangan) dan kebutuhan tenaga pihak rumah sakit perawat yang
dengan jumlah menekankan bahwa perawat menggunakan terkait jumlah diperoleh dapat
pasien penyelesaian masalah rumus Douglas, Gilles, tenaga perawat dijadikan bahan
jangka panjang ini dan Depkes yang dibutuhkan pertimbangan
dikembalikan kepada oleh ruang untuk berdiskusi
pihak unit dan rumah Kemuning 1 Isolasi dengan pihak
sakit sedangkan data rumah sakit dalam
yang didapatkan melalui meningkatkan
pengkajian manajemen jumlah perawat
periode April 2017 ini yang berdinas di
dapat dijadikan sebagai Ruang Kemunning
dasar atau informasi 1 Isolasi
awal yang berfokus pada
jumlah kebutuhan
perawat di Ruang
Kemuning I Isolasi.

53
Evaluasi Rencana Tindak
No Masalah Implementasi Waktu
Keterlaksanaan Hasil Hambatan Lanjut
2 Ketidakpatuhan - Melakukan 28-30 Terlaksana 1. Ada 11 petugas 1. Beberapa 1. Perlu triggering
tenaga medis pengkajian ulang April medis yang petugas medis yang terus
dan non-medis terkait kepatuhan 2017 memasuki ruangan menyatakan menerus untuk
selalu
dalam petugas medis lain kemuning lantai 1 terlalu terburu-
mengingatkan
penggunaan yang bertugas di isolasi. Sebanyak 6 buru sehingga petugas medis
APD di Ruang ruang Kemuning 1 petugas medis kadang lupa dan non-medis
Isolasi Isolasi mengenai SPO pernah melanggar untuk melepas akan adanya alur
penggunaan APD pemakaian dan masker di ruang dan peraturan
- Melakukan diskusi 2 Mei Terlaksana pelepasan APD di persiapan pemakaian dan
dengan kepala 2017 ruang Kemuning 2. Beberapa pelepasan masker
di ruang
ruangan dan perawat lantai 1 Isolasi petugas non
persiapan.
pelaksana terkait dengan alasan lupa, medis 2. Melakukan
fungsi pengawasan setelah dikaji 6 menyatakan lupa follow up dan
mengenai pemakaian petugas medis yang untuk memakai evaluasi secara
dan pelepasan APD di melanggar sudah atau melepas berkala terhadap
ruangan isolasi mengetahui alur dan masker di ruang kepatuhan
- Melakukan diskusi 2 Mei Terlaksana peraturan yang ada persiapan petugas medis
dan non-medis
yang melibatkan 2017 di ruangan
terhadap aturan
kepala ruangan, kemuning lantai 1 yang ada di ruang
perawat pelaksana, Isolasi kemuning lantai 1
dan tenaga non-medis 2. Dari hasil observasi isolasi
mengenai SPO pada tanggal 28
pemakaian dan April - 1 Mei 2017
pelepasan APD di ditemukan beberapa

54
Evaluasi Rencana Tindak
No Masalah Implementasi Waktu
Keterlaksanaan Hasil Hambatan Lanjut
ruangan isolasi petugas non medis
yang memasuki atau
keluar ruangan
isolasi kemuning
lantai 1 pernah
melanggar
pemakaian dan
pelepasan APD di
ruang Kemuning
lantai 1 Isolasi
dengan alasan lupa
atau hanya sebentar
ke ruangan, setelah
dikaji petugas non
medis yang
melanggar sudah
mengetahui alur dan
peraturan yang ada
di ruangan
kemuning lantai 1
Isolasi
3 Kurangnya - Memberikan 27 Terlaksana 1. Selama pelaksanaan Alat pengeras suara Memfollow-up
pengetahuan pendidikan kesehatan April implementasi tgl 27 dalam keadaan pihak pemutar
keluarga mengenai penyakit 2 Mei April 2 Mei 2017 rusak, sehingga audio untuk
memutarkan audio

55
Evaluasi Rencana Tindak
No Masalah Implementasi Waktu
Keterlaksanaan Hasil Hambatan Lanjut
mengenai TB, Cara penularan, 2017 terdapat 7 pasien pemutaran audio sesuai jadwal saat
pencegahan dan cara pencegahan baru, setiap keluarga tertunda. alat pengeras suara
penyebaran penyebaran penyakit pasien baru sudah diperbaiki.
penyakit TB TB pada saat pasien diberikan edukasi
baru datang terkait cuci tangan,
- Membuat perizinan 27 Terlaksana penyakit TB, dan
kepada Pihak Promosi April - penggunaan masker
Kesehatan, Humas, 2 Mei selama menunggu
dan Kepala Instalasi 2017 pasien di ruangan.
Kemuning RSHS 2. Pihak Promkes,
mengenai rencana Humas, dan Kepala
promosi kesehatan Instalasi Kemuning
tentang pentingnya RSHS mengizinkan
penggunaan APD diputarnya audio
bagi pasien dan yang berisi promosi
keluarga pasien kesehatan
dengan media audio penggunaan APD
yang dapat diputar setiap hari secara
setiap hari secara berkala khusus
berkala. untuk Kemuning 1
- Membuat rekaman 28 Terlaksana Isolasi setiap jam 6
berisi pentingnya April pagi dan saat jam
penggunaan APD 2017 besuk.
(masker) bagi pasien 3. Audio promosi

56
Evaluasi Rencana Tindak
No Masalah Implementasi Waktu
Keterlaksanaan Hasil Hambatan Lanjut
dan keluarga pasien di kesehatan berdurasi
Ruang Kemuning 1 1 menit 15 detik
Isolasi RSHS. 4. Audio akan
- Bekerjasama dengan 2 -3 Terlaksana diputarkan setiap
pihak pemutar Audio Mei hari pada pukul 6
(Security) untuk 2017 pagi dan saat jam
memutarkan audio besuk.
setiap hari jam 6 dan
saat jam besuk

57
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil kajian situasi yang dilakukan oleh mahasiswa pada
tanggal 20 22 April 2017 di Ruang Kemuning 1 Isolasi, terdapat beberapa hal
yang menjadi fokus perbaikan dan pengembangan tim mahasiswa manajemen
Keperawatan Unpad adalah sebagai berikut:
1. Kurangnya pengetahuan keluarga mengenai pencegahan penyebaran
penyakit TB
2. Ketidakpatuhan tenaga medis dan non-medis dalam penggunaan APD di
Ruang Isolasi
3. Jumlah perawat belum sebanding dengan jumlah pasien
Fokus tersebut telah mendapatkan persetujuan dari pihah Ruang
Kemuning 1 Isolasi dan telah dilaksanakan implementasinya selama kurang lebih
enam hari. Implementasi yang dilakukan berupa diskusi bersama kepala ruangan
terkait keterbatasan jumlah perawat, pengkajian ulang kepada tenaga medis
(dokter) kemudian diskusi bersama kepala ruangan dan perawat terkait fungsi
pengawasan penggunaan dan pelepasan APD dan diskusi yang melibatkan tenaga
non medis serta perawat pelaksana dalam hal SPO penggunaan dan pelepasan
APD. Selain itu, dilakukan edukasi melalui media audio visual terkait pencegahan
penyebaran TB bagi keluarga pasien

5.2 Saran
Dari hasil proses implementasi yang dilakukan oleh tim manajemen
Keperawatan Unpad bersama dengan pihak Ruang Kemuning 1 Isolasi, terdapat
beberapa hal yang perlu ditindak lanjuti, yaitu sebagai berikut:
1. Bagi Ruang Kemuning 1 Isolasi
Diharapkan ruangan dapat memindaklanjuti kebutuhan jumlah
perawat agar pelaksanaan asuhan keperawatan kepada pasien dapat
lebih optimal.

58
Diharapkan setiap petugas yang berdinas di ruangan baik petugas
kesehatan maupun non petugas kesehatan dan mahasiswa praktikan
dapat saling mengingatkan untuk menggunakan APD dengan baik
dan benar sesuai prosedur penggunaan APD yang ada di ruang
Kemuning 1 Isolasi.
Diharapkan petugas yang berdinas dapat selalu mengingatkan
pasien dan keluarga mengenai penggunaan masker yang tepat
selama menunggu pasien di ruang Kemuning 1 Isolasi
2. Bagi mahasiswa Praktek di Ruangan Kemuning 2B
Mahasiswa yang praktek di ruang Kemuning 1 Isolasi diharapkan
mampu menutupi kekurangan sumber daya manusia dengan
bekerja sama membantu mencapai tujuan manajeman ruangan
khususnya rancangan strategi yang telah diajukan.
Diharapkan mahasiswa juga dapat berperan sebagai educator bagi
pasien dan keluarga dalam pencegahan penularan TB dan
penggunaan masker yang tepat.

59
DAFTAR PUSTAKA

Airbone Infection Isolation Room; Tuberculosis Infection Control: A Practical


Manual For Preventing TB. (2007).
Buang, M. S., Rahmalia, S., & Arneliawati. (2015). Efektifitas Pendidikan
kesehatan Dengan Audio Visual Terhadap Pengetahuan Dan Perilaku
Hidup Sehat Keluarga Tentang Pencegahan Penularan Tuberkulosis Paru.
JOM Vol 2, 1292-1298.
Curry, F. J. (2007). Isolation Room: Design, Assessment, and Upgrade. National
Tuberculosis Center.
Depkes. (2008). Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Di Rumah Sakit
dan Fasilitas Kesehatan Lainnya. Jakarta: Depkes RI.
Gillies. (1994). Nursing Management A System, Third Edition. Phyladelphia:
W.B. Saunders C.
Huber, D. L. (2006). Leadership and Nursing Management Care. Phyladelphia:
Saunders Elsevier.
Kemenkes RI. (2010). Perencanaan Ketenagaan Keperawatan Di RS/Puskesmas.
Jakarta: Kemenkes RI.
Nursalam. (2002). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik
Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika.
SIAPS. (2013). Infection Control Self-Assessment Tool for Primary Health Care
Facilities. Arlington VA: Management Sciences for Health, 1-101.
SPS. (2009). Infection Control Assessment Tool, 2nd Edition Submitted to the
U.S. Agency for International Development by the Strengthening
Pharmaceutical System Program. Arlington, VA: Management Sciences for
Health, 1-276.
Victorian Advisory Committee of Infection Control. (2007). Guidelines For The
Classification And Design of Isolation Room in Health Care Facilities.
Yuliastuti, C., Novita, N. W., & Narsih, S. (2014). Tingkat Pengetahuan TB Paru
Mempengaruhi Penggunaan Masker Pada Penderita TB Paru. Jurnal
Ilmiah Kesehatan Vol. 7, No. 2, 123-137.

60
Lampiran Desain Banner

61

Anda mungkin juga menyukai