Anda di halaman 1dari 4

Imobilisasi merupakan sebagai ketidakmampuan transfer atau berpindah posisi atau tirah

baring selama 3 hari atau lebih, dengan gerak anatomik tubuh menghilang akibat perubahan
fungsi fisiologik. Imobilisasi sering dijumpai pada pasien usia lanjut

Berbagai masalah baik fisik maupun psikologis dapat terjadi akibat keadaan
immobilisasi. Masalah psikologis yang dapat terjadi antara lain: pasien mengalami penurunan
motivasi belajar, yang mana mereka sering tidak memahami pendidikan kesehatan yang
diberikan maupun sulit menerima anjuran- anjuran.
Beberapa pasien mengalami kemunduran dalam memecahkan masalah yang dihadapi dan sering
kali mengekspresikan emosi dalam berbagai cara misalnya menarik diri, apatis atau agresif. Pada
keadaan lebih lanjut pasien mengalami perubahan konsep diri serta memberikan reaksi emosi
yang sering tidak sesuai dengan situasi.

Contoh pasien yang mengalami dimensia adanya perubahan kepribadian dan tingkah laku
sehingga mempengaruhi aktivitas sehari-hari. Penderita yang dimaksudkan Lansia dengan usia
enam puluh lima tahun keatas. Kejanggalan awal dirasakan oleh penderita itu sendiri, mereka
sulit mengingat nama cucu mereka atau lupa meletakkan suatu barang. Mereka sering kali
menutup-nutupi hal tersebut dan meyakinkan diri sendiri bahwa itu adalah hal yang biasa pada
usia mereka. Kejanggalan berikutnya mulai dirasakan oleh orang-orang terdekat yang tinggal
bersama, mereka merasa khawatir terhadap penurunan daya ingat yang semakin menjadi, namun
sekali lagi keluarga merasa bahwa mungkin Lansia kelelahan dan perlu lebih banyak istirahat.
Mereka belum mencurigai adanya sebuah masalah besar di balik penurunan daya ingat yang
dialami oleh orang tua mereka. Gejala demensia berikutnya yang muncul biasanya berupa
depresi pada Lansia, mereka menjaga jarak dengan lingkungan dan lebih sensitif. Kondisi seperti
ini dapat saja diikuti oleh munculnya penyakit lain dan biasanya akan memperparah kondisi
Lansia. Pada saat ini mungkin saja Lansia menjadi sangat ketakutan bahkan sampai berhalusinasi

Banyak hal yang terkait dengan terjadinya penurunan fungsi intelektual dan kognitif pada
usia lanjut. Mulai dari menurunnya jumlah sel-sel syaraf (neuron) hingga penyakit yang
berpengaruh pada metabolisme seperti diabetes melitus dan gangguan hati dimana semua
metabolisme terjadi disini. Otak adalah organ yang sangat tergantung pada glukosa sebagai
sumber energi sehingga pada diabetes melitus -terjadi gangguan metabolisme glukosa- pasokan
energi untuk otak terganggu. Selain diabetes, hipertensi juga mempengaruhi fungsi otak karena
sirkulasi darah ke otak terganggu, gangguan respirasi seperti Chronic Obstructive Pulmonary
Disease/ Penyakit Paru Obstruktif Menahun (COPD/PPOM) juga dapat menurunkan jumlah
oksigen ke otak. Penyebab lain penurunan fungsi intelektual adalah iatrogenesis.

Efek Psikologis Imobilisasi


Aktivitas fisik merupakan bagian integral dari kehidupan sehari-hari dan penting untuk
pertumbuhan dan perkembangan fisik. Aktivitas ini membantu pasien mengatasi bermacam-
macam perasaan dan impuls serta memberikan mekanisme yang memungkinkan mereka
mengendalikan ketegangan dari dalam. Pasien berespons terhadapa ansietas dengan
meningkatkan aktivitas. Apabila kekuatan ini tidak ada, mereka akan kehilangan masukan yang
penting dan tempat untuk mengekspresikan perasaan fantasinya. Keadaan seperti ini sering kali
menimbulkan perasaan terisolasi dan bosan.
Reaksi pasien terhadap imobilisasi :
a) Tingkat kecemasan lebih tinggi
b) Depresi
c) Merasa terisolasi
d) Protes aktif, marah dan agresif. Atau bahkan menjadi pendiam, pasif dan submisif
e) Monotomy dapat mengakibatkan :
- Respons intelektual dan psikomotor menjadi lamabn
- Keterampilan komunikasi menurun
- Fantastis meningkat
- Halusinasi
- Disorentasi
- Ketergantungan
f) Perilaku yang tidak biasa (mencari perhatian orang lain dengan kembali ke perilaku
perkembangan awal : ingin disuapi, mengompol, dan komunikasi seperti bayi.

Pada anak sebaiknya dibiarkan melampiaskan rasa amarah, tetapi tidak boleh melewati
batas keamanan dari harga diri mereka dan tidak merusak integritas orang lain. Contohnya,
memberikan benda untuk diserang, bukan orang atau barang-barang berharga, adalah tindakan
yang cukup aman dan terapeutik. Apabila anak tidak dapat mengekspresikan rasa marah, agresi
sering kali ditampilkan tidak tepat melalui perilaku regresif dan menangis berlebihan atau
temperamentum.
Daftar pustaka
1. Price, Slyvia A. Dan Lorraine M. Wilson.2006.Patofisiologi Edisi 6 Volume 2. Jakarta :
EGC.
2. Sudoyo AW, et al. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid III. Ed 5. Jakarta: Interna
Publishing. 2009.
3. Mohr E. Clonidine treatment of alzheimer disease. Archive of Neurology. 2003

4. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, edisi ketiga, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta 2001

Anda mungkin juga menyukai