Proposal Skripsi Lies
Proposal Skripsi Lies
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Seminar Proposal Penelitian dan
penyusunan Skripsi
Oleh:
Lies Wahyuni
1202444
PENDAHULUAN ...................................................................................................1
A. Lokasi ..............................................................................................................20
E. Instrument .......................................................................................................26
i
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Aliran Permukaan dan Aliran Airi Tanah Siklus Hidrologi Tertutup ...11
Gambar 2 Aliran Permukaan dan Aliran Airi Tanah Siklus Hidrologi Terbuka ...13
DAFTAR TABEL
ii
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air merupakan bagian sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan bersifat
dinamis. Air melakukan pembaharuan dengan wujud yang berbeda-beda, dapat
berupa padat, cair, dan gas. Kodoati & Sjarief (2010) menyebutkan bahwa:
Air merupakan bagian dari sumber daya alam yang memiliki karakteristik
yang berbeda dengan sumber daya alam lainnya. Air merupakan sumber daya
alam yang bersifat terbarukan dan dinamis. Air di bumi mengalami
pengulangan dengan wujud yang berubah-ubah. Sehingga keberadaan air
bergantung kepada pengelolaan manusia itu sendiri. (hlm 1)
Air merupakan kebutuhan utama seluruh makhluk hidup di bumi. Manusia
membutuhkan air untuk berbagai keperluan setiap hari, seperti minum, makan,
pertanian, energi dan sebagainya. Bahkan dalam masyarakat modern saat ini, air
bukan lagi hanya merupakan keperluan hidup sehari-hari, akan tetapi sudah
merupakan suatu benda yang penting dan mempunyai nilai sosial ekonomi yang
tinggi. Namun pada era globalisasi ini sumber-sumber air yang dapat dimanfaatkan
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap air semakin berkurang, sumber
air tersebut tidak lagi mampu menjadi penyedia air bagi kebutuhan masyarakat.
Salah satu faktor yang mengakibatkan krisisnya ketersediaan air adalah
pertumbuhan penduduk yang terus meningkat, mengakibatkan semakin tingginya
kebutuhan akan air. Selain itu, pertumbuhan penduduk yang terus bertambah ini
mengakibatkan alih fungsi lahan untuk pemukiman maupun bangunan-bangunan
lainnya, sehingga lahan resapan air semakin berkurang dan air semakin sulit untuk
ditampung.
Wilayah yang mengalami kondisi tersebut biasanya berada pada wilayah
dengan kepadatan penduduk tinggi dan mobilitas yang tinggi. Semakin banyak
penduduk maka kebutuhan air akan semakin meningkat. Krisis air pula biasanya
dimiliki oleh daerah industri. Kegiatan industri memiliki kebutuhan air yang tinggi,
selain itu limbah dari industri yang mengakibatkan kuantitas dan kualitas ai
2
rmenurun. Hal tersebut telah terjadi pada kota-kota besar di Indonesia. Seperti
Jakarta, Cirebon, Indramayu, Purwakarta, Karawang, Bekasi, Tangerang, Deak,
Bantul, Sidoarjo, Lamongan.
Kompleksitas sumber daya air juga dapat dilihat dari banyaknya institusi dan
stakeholders lainnya yang merasa berhak untuk mengelola, memakai,
mengeksploitasi dengan alasan kepentingan umum. Institusi itu melakukan
eksploitasi tanpa menghitung berapa besar ia dapat memanen air tersebut. Institusi
itu kurang mempertimbangkan ada hak orang lain terhadap air yang telah mereka
ambil untuk kepentingan institusi tersebut.
Salah satu upaya untuk mengatasi krisis air adalah pengelolaan sumber daya
air terpadu, menyeluruh, dan berwawasan lingkungan.Pengelolaan terpadu adalah
membuat suatu keseimbangan antara sirkulasi air yang terjadi. Pengelolaan air yang
baik akan menjaga kuantitas dan kualitas air, sedangkan pengelolaan air yang buruk
akan mengakibatkan permasalahan air yang kompleks.
Untuk lebih mengoptimalkan dalam pengelolaan sumberdaya air salah
satunya perlu dilakukan analisis keseimbangan air. Nasution dan Syaifullah (2005,
hlm 235) menyatakan bahwa secara umum neraca air (water belance) menyatakan
hubungan antara aliran air yang masuk (input) dengan aliran air yang keluar
(output) pada suatu daerah dalam waktu tertentu. Dalam kajian meteorologis
neraca sangat diperlukan untuk mengevaluasi ketersediaan air hujan pada wilayah
tertentu, khususnya untuk mengetahui kapan dan seberapa besar surplus dan defisit
air yang terjadi di wilayah yang ditinjau.
Keseimbangan air disini adalah jumlah air yang dibutuhkan oleh manusia
berbanding dengan ketersediaan air yang terdapat di daerahnya. Artinya, jika di
suatu daerah kebutuhan air lebih besar daripada ketersediaan air, maka sirkulasi air
di daerah tersebut tidak seimbang. Sedangkan apabila kebutuhan air di suatu daerah
sama dengan jumlah ketersediaan air, maka sirkulasi air tersebut adalah seimbang.
Oleh karena itu, untuk mencapai keseimbangan air antara kebutuhan dan
keterediaan air di masa mendatang diperlukan upaya pengkajian komponen-
komponen kebutuhan air, serta efisiensi air.
Upaya pengelolaan tersebut tidak akan ada artinya jika tidak didukung oleh
upaya bersama pada tingkat lokal. Sebagai sebuah lembaga pendidikan yang besar
3
B. Rumusan Masalah
Permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana kebutuhan air warga kampus UPI dalam hitungan per bulan?
2. Bagaimana UPI mampu menyediakan air untuk pemenuhan kebutuhan warga
kampus dalam hitungan per bulan?
3. Bagaimana keseimbangan air antara pemakaian dan pemanenan di kampus
UPI?
4. Bagaimana UPI mampu memanen air di wilayah kampus UPI dalam hitungan
per bulan?
4
C. Tujuan Penelitian
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
1. Menghitung kebutuhan air warga kampus UPI dalam hitungan per bulan
2. Menghitung kemamampuan UPI dalam menyediakan air untuk pemenuhan
kebutuhan warga kampus dalam hitungan per bulan
3. Mengkaji keseimbangan air antara pemakaian dan pemanenan di kampus UPI
4. Menghitung kemamampuan UPI dalam memanen air di wilayah kampus UPI
dalam hitungan per bulan
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian yang dilakukan adalah:
1. Manfaat Teoritis
Menambah keilmuan geografi pada bidang kajian hidrologi. Ikut
menyumbangkan gagasan-gagasan penemuan yang berkaitan dengan
permasalahan yang dikaji dalam hal ini adalah tentang keseimbangan air
antara kebutuhan dan ketersediaan air di wilayah Kampus UPI.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan mampu menjadi acuan masyarakat dalam
mengelola sumber daya air terpadu, menyeluruh, dan berwawasan
lingkungan di lingkungan sekitarnya masing-masing, sehingga dapat
mandiri dalam pemenuhan kebutuhan air. Selain itu, penelitian kajian
keseimbangan air di kampus UPI ini juga dapat mengatasi
ketidakadilan dalam pemanfaatan sumber daya air di luar kampus.
b. Bagi Stakeholders
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan menjadi
bahan pedoman pengelolaan air untuk pemerintah dan petinggi kampus
UPI dalam mengambil kebijakan kemudian hari tentang tata ruang air
UPI dalam hal ini berkaitan dengan keseimbangan air di kampus UPI.
Penelitian juga akan menyumbangkan informasi model untuk
pengoptimalan pemanenna air di kampus UPI. Sehingga UPI menjadi
kampus mandiri dalam pengelolaan sumberdaya air.
5
F. Definisi Operasional
1. Keseimbangan Air
Menurut Nasution dan Syaifullah (2005, hlm 235) menyatakan bahwa secara
umum neraca air (water belance) menyatakan hubungan antara aliran air yang
masuk (input) dengan aliran air yang keluar (output) pada suatu daerah dalam waktu
tertentu. Cara untuk menentukan keseimbangan air adalah dengan menghitung
jumlah kebutuhan dan ketersediaan air. Apabila ketersediaan lebih besar dari
kebutuhan atau sama maka air seimbang, sebaliknya jika kebutuhan lebih besar
dibandingkan dengan jumlah ketersediaan maka air tidak seimbang.
2. Kebutuhan Air
Moegijantoro (dalam Ariyanto, 2007, hlm 5) mengatakan bahwa kebutuhan
air adalah banyaknya jumlah air yang dibutuhkan untuk keperluan rumah
tangga, industri, penggelontoran kota dan lain-lain. Prioritas kebutuhan air meliputi
kebutuhan air domestik, industri, pelayanan umum dan kebutuhan air untuk
mengganti kebocoran. Karena wilayah penelitian dalam lingkup kampus, maka
kebutuhan air seputar kebutuhan warga kampus serta kebutuhan untuk fasilitas
kampus. Menghitung jumlah kebutuhan air dengan teknik wawancara pada sampel
warga kampus untuk mengetahui rata-rata kebutuhan air warga kampus UPI yang
akan dihitung dengan analisis statistik sederhana.
3. Pemanenan Air
Menurut Soemarno (2010) Pemanenan-air-hujan dalam makna yang luas
dapat didefinisikan sebagai kegiatan pengumpulan runoff untuk penggunaan yang
produktif. Runoff dapat ditangkap dan dikulpulkan dari cucuran atap atau dari
6
permukaan lahan, atau dari sungai-sungai musiman. Sistem pemanenan air yang
memanen runoff dari atap-bangunan atau dari permukaan lahan termasuk dalam
kategori pemanenan air hujan. Pemanenan air hujan dalam penelitian ini akan
menghitung seberapa besar UPI dapat memanen air hujan untuk menambah
ketersediaan air di kampus UPI. Perhitungan pemanenan digunakan dengan cara
menghitung hujan rencana, evapotrasnpirasi potensial, dan kapasitas infiltrasi.
7
Tabel Lanjutan
4 PENGARUH Berkurangnya areal hutan akibat - Tahapan studi secara garis Berdasarkan hasil studi dapat
TANAMAN KELAPA pembukaan lahan untuk kelapa sawit yang besar meliputi perhitungan diketahui bahwa prosentase
SAWIT menyerap banyak air disekitar untuk evapotranspirasi dengan pengaruh pengu-rangan debit
TERHADAP pertumbuhan tanaman kelapa sawit mem- penman-Monteith, analisis akibat penanaman tanaman
KESEIMBANGAN pengaruhi keseimbangan air di Sub DAS ketersediaan air dengan Model kelapa sawit berkisar antara
AIR HUTAN Landak. NRECA, analisis neraca air 30% hingga 40%
(STUDI KASUS SUB Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui dengan Model Thornthwaite dan
DAS LANDAK, DAS pengaruh Mather, serta estimasi debit
KAPUAS) pengurangan debit aliran sungai akibat sungai dengan Model F.J.
Mohammad Taufiq penanaman tanaman kelapa sawit Mock
1), Hari Siswoyo1)
, dan Anggara WWS1)
1Jurusan Teknik
Pengairan Fakultas
Teknik Universitas
Brawijaya Malang
9
Tabel Lanjutan
TINJAUAN PUSTAKA
A. Siklus Hidrologi
Air di bumi ini memiliki jumlah yang tetap. Sifatnya yang terbarukan dan
dinamis membuat air terus beregenerasi untuk menjaga kualitas air tersebut melalui
suatu siklus yang disebut siklus hidrologi. Asdak (dalam Tambun, 1995)
mengatakan bahwa
Siklus hidrologi adalah bagian inti dari hidrologi yang tidak mempunyai awal
dan akhir, dimana siklus hidrologi merupakan gerakan air di permukaan
bumi. Selama berlangsungnya siklus hidrologi, yaitu perjalanan air dari
permukaan laut ke atmosfer kemudian ke permukaan tanah dan kembali lagi
ke laut dan tidak pernah habis. Air tersebut akan tertahan sementara di sungai,
waduk atau danau, dalam tanah sehingga dapat dimanfaatkan oleh
manusia dan makhluk lain (hlm 4)
Pada pengertian di atas dapat dilihat bahwa jumlah air di dunia ini relatif
tetap. Perbedaannya dilihat dari kualitas air tersebut. Jumlah tetap tersebut karena
air mengalami sirkulasi terus menerus. Swastiastuti (2012) mengatakan bahwa
Siklus hidrologi merupakan konsep dasar tentang keseimbangan air secara
global dan juga menunjukkan semua hal yang berhubungan dengan air. Siklus
hidrologi tidak akan dapat berlangsung jika atmosfer tidak mempunyai
kemampuan dalam menampung dan mengangkut uap air. Karena itu,
keberadaan atmosfer sangat penting dalam proses distribusi air ke seluruh
permukaan bumi. (hlm 141)
Pada umumnya siklus hidrologi terbagi ke dalam dua bagian, yaitu siklus
tertutup dan siklus terbuka. Berikut penjelasan mengenai bagian dari siklus
hidrologi menurut Kodoatie & Sjarief (2010, hlm 1).
1. Siklus Tertutup
Seluruh air di permukaan bumi mengalami sirkulasi, volume air di dalam
sistem adalah tetap kuantitasnya dan beredar melalui subsistem-subsistem.
Air dapat berubah wujud menjadi padat dan gas. Secara sederhana sirkulasi
air yang diketahui adalah dari mulai hujan hingga mengalami penguapan
kembali ke udara. Padahal apabila dikaji lebih jauh siklus air itu sangat luas
dan dalam. Salah satu siklus hidrologi adalah siklus hidrologi tertutup yang
berarti bahwa air tidak pergi dari atau datang ke dalam sistem. Siklus tersebut
dapat dilihat pada Gambar 1 berikut.
11
Gambar 1 Aliran Permukaan dan Aliran Airi Tanah Siklus Hidrologi Tertutup
Sumber: Toth; Chow dkk. dalam Kodoatie & Sjarief, 2005
Air hasil dari proses presipitasi tersebut mengalir melalui beberapa media.
Ada air yang melalui vegetasi tertentu, ditampung oleh tanaman di atas daun
tanaman tersebut atau diserap melalui media tanah. Selain itu, air hasil
presipitasi tersebut mengalami limpasan menuju penampungan air seperti
sungai, waduk, atau menjadi genangan, karena sebagaimana kita ketahui
bahwa air mengalir dari tempat tinggi menuju tempat yang lebih rendah.
Aliran tersebut disebut dengan aliran permukaan tanah.
12
Air tersebut tidak hanya mengalir pada permukaan tanah, akan tetapi sebagain
menyerap ke dalam tanah yang disebut dengan infiltrasi. Menurut Linsley
(1986, hlm 42) mengatakan bahwa infiltrasi adalah gerakan air menembus
permukaan tanah dan masuk ke dalam tanah. Kapasitas infiltrasi curah hujan
dari permukaan tanah ke dalam tanah sangat berbeda-beda bergantung pada
kondisi tanah di tempat bersangkutan. Menurut Linsley (1986, hlm 42)
mengatakan bahwa kapasitas infiltrasi suatu tanah pada suatu saat adalah
kecepatan maksimum bagi air untuk menembus tanah itu. Suatu tanah yang
renggang dan lulus air akan mempunyai kapasitas yang lebih besar
dibandingkan dengan tanah lempung yangn ketat. Air yang mengalami
infiltrasi itu terjadi akibat gaya gravitasi. Selain itu, infiltrasi sangat
bergantung pada intensitas curah hujan. Adapun beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi infiltrasi menurut Sosrodarsono dan Takeda (1983, hlm. 77)
adalah sebagai berikut.
1) Dalamnya genangan di atas perukaan tanah dan tebal lapisan yang jenuh
2) Kelembapan tanah
3) Pemampatan oleh curah hujan
4) Penyumbatan oleh bahan-bahan yang halus
5) Pemampatan oleh orang dan hewan
6) Struktut tanah
7) Tumbuh-tumbuhan
8) Udara yang terdapat dalam tanah
2. Siklus Terbuka
Siklus hidrologi terbuka hampir sama proses terjadinya dengan siklus
hidrologi tertutup. Hal yang membedakan diantara keduanya adalah proses
akhir dari suatu siklus atau keluaran dari subsistem tersebut. Aliran air tanah
bisa terdiri dari berbagai sub-sistem dan tidak lagi tertutup. Lihat Gambar 3.
Gambar 2 Aliran Permukaan dan Aliran Airi Tanah Siklus Hidrologi Terbuka
Sumber: Toth; Chow dkk. dalam Kodoatie & Sjarief, 2005
Pada Gambar 2 terlihat bagan siklus hidrologi terbuka, terdapat tiga keluaran
dalam alur siklus, yaitu evapotrasnpirasi, leakage, dan run-off. Menurut
Sosrodarsono & Takeda (1983, hlm. 57) mengatakan bahwa peristiwa
berubahnya air menjadi uap dan bergerak dari permukaan tanah dan
permukaan air ke udara disebut evaporasi. Peristiwa penguapan dari tanaman
disebut transpirasi. Kedua-duanya bersama-sama disebut evapotranspirasi.
Sedangkan leakage merupakan keluaran air oleh gaya gravitasi menjadi air
tanah bebas. Apabila air tersebut masih mengalami aliran pada air tanah maka
14
air tanah tersebut keluaran sebagai run-off dimana air dapat bermuara pada
tempat penampungan air, seperti laut, sungai, danau dan waduk.
B. Keseimbangan Air
kebutuhan air non domestik digunakan untuk kantor, tempat ibadah, niaga
dan lain-lain.
Kebutuhan akan air tidak memandang status sosial, ras, dan gender, seluruh
manusia yang hidup di dunia ini mutlak memerlukan air. Anak-anak, orang
dewasa, dan manula seluruhnya memerlukan air untuk terus bertahan hidup.
Jenis pemakaian air rata-rata per orang per hari dapat dikelompokkan dalam
Tabel 2 sebagai berikut :
Berdasarkan data Tabel 3 tersebut dapat dilihat bahwa pemakaian air per
orang per hari jika diakumulasikan sangat tinggi sekali terutama di tempat-
tempat umum seperti instansi (kantor, sekolah, dll), rumah sakit, temat-
tempat umum. Jika jumlah pemakaian tersebut dikalikan dalam waktu satu
bulan, satu tahun, maka jumlah tersebut sangat tinggi sekali.
Air bersih sangat diperlukan oleh kalangan penduduk sebagai salah satu
sumber untuk kelangsungan hidup. Seperti halnya di kampus UPI ini,
seiring pertambahan warga kampus, maka akan meningkat pula kebutuhan
air bersih untuk saat ini dan yang akan datang. Pertambahan kebutuhan
air bersih harus diperhitungkan dengan baik begitu pula dengan
ketersediaan air dari sumber-sumber yang ada.
2. Ketersediaan Air
Hans (dalam Kodoatie & Sjarief, 2010, hlm 148) mengatakan bahwa
ketersediaan air tidak hanya pada sungai, danau, waduk, rawa, dll., tetapi
juga pada lapisan vadose zone yaitu daerah antara permukaan sampai muka
air tanah bebas (unconfined aquifer). Air tersebut berasal dari air hujan yang
mengalami infiltrasi dan perkolasi ke dalam tanah yang kemudian menjadi air
tanah.
Linsley & Franzini (1985, hlm 96) mengatakan bahwa langkah pertama
dalam perencanaan suatu sistem penyediaan air adalah memperhitungkan
kebutuhan air. Maka untuk menentukan apakah ketersediaan air cukup harus
dahulu menghitung kebutuhan air masyarakat.
17
3. Pemanenan Air
Pemanenan air merupakan seberapa besar suatu daerah mampu memanen air
dari berbagai sumber untuk pemenuhan kebutuhan warganya. Seberapa air
dapat terjangka untuk digunakan. Pemanenan air dapat dihitung dengan
jumlah curah hujan dengan kemampuan tanah menampung air tersebut.
Tanah menampung air dari air hujan dengan proses infiltrasi dan perkolasi.
Air tersebut masuk ke dalam akuifer tanah dan menjadi groundwater. Air
tanah inilah hasil dari pemanenan air hujan yang menjadi cadangan
ketersediaan air di suatu wilayah.
Salah satu upaya untuk menjaga keberadaan air agar tetap lestari adalah
dengan melakukan pengelolaan melalui konservasi air. Sjarief dan Kodoatie (2005,
hlm 19) mengatakan bahwa Pengelolaan sumberdaya air didefinisikan sebagai
aplikasi dari cara struktural dan non-struktural untuk mengendalikan sistem
sumberdaya air alam dan buatan manusia untuk kepentingan atau manfaat manusia
dan tujuan-tujuan lingkungan.
Kodoatie dan Sjarief mengatakan bahwa konservasi air dapat dilakukan
dengan cara meningkatkan pemanfaatan air permukaan dan air tanah,
meningkatkan efisiensi air irigasi, dan menjaga kualitas air sesuai dengan
peruntukannya. Berdasarkan teori yang disampaikan oleh Kodoatie dan Sjarief
tersebut maka dapat diketahui upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga
keutuhan sumber daya air yaitu berdasarkan sumber air permukaan dan sumber air
tanah yang akan dijelaskan sebagai berikut.
PROSEDUR PENELITIAN
A. Lokasi
Penelitian ini dilaksanakan di kampus utama Universitas Pendidikan
Indonesia yang berada di Jalan Setiabudhi 229 Bandung. Secara geografis lokasi
penelitian yaitu berada diantara 107 35 11,93 BT sampai dengan 107 35 47,5
BT dan 06 51 25,36 LS sampai dengan 06 51 54,3 LS dengan Kampus UPI
ini memiliki luas 615.766 m2 (61 hektar). (Lihat Gambar 4). Kampus UPI ini
dapat dijangkau dengan berbagai jenis kendaraan baik umum maupun pribadi,
lokasi yang cukup strategis, yakni bersebrangan langsung dengan salah satu
terminal kota Bandung terminal Ledeng, sehingga apabila ditempuh dari terminal-
terminal besar di Kota Bandung seperti terminal Caheum dan Lewipanang cukup
ditempuh dengan sekali menggunakan angkutan umum kota dengan waktu tempuh
kurang lebih 1 jam.
Lingkungan adalah suatu sistem kompleks yang berada di luar individu yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan organisme. Lingkungan
tidak sama dengan habitat. Habitat adalah tempat dimana organisme atau
komunitas aorganisme hidup (hlm 16).
Berdasarkan hal tersebut yang menjadi populasi dalam penelitian ini terdiri
dari populasi wilayah dan populasi manusia. Populasi wilayah merupakan
seluruh wilayah kampus UPI. Sedangkan yang termasuk ke dalam populasi
penduduk adalah seluruh warga kampus UPI, baik para mahasiswa, staf
pengajar, maupun pegawai kampus UPI (Lihat Tabel 3)
2. Sampel
Sugyono (2008, hlm 62) mengatakan bahwa sampel adalah bagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Artinya, sampel adalah
bagian dari populasi yang dapat mewakili keseluruhan populasi atau
mewakili karakteristik tertentu dari suatu populasi.
D. Desain Penelitian
1. Pra Penelitian
Inventarisasi, identifkasi kondisi hidrologis dan tata ruang kampus actual,
data ini diperoleh dari lembaga kampus UPI, seperti LPPM untuk
memperoleh data-data penelitian terdahulu dan BAAK untuk memperoleh
data kondisi tata ruang kampus UPI serta data jumlah warga kampus UPI.
2. Penelitian
a. Kajian Hidrologis
Kajian hidrologi untuk mengetahui ketersediaan air di wilayah
penelitian, terdiri dari sebagai berikut.
1) Analisis hujan rencana
2) Analisis Evapotranspirasi Potensial
3) Kapasitas Infiltrasi
b. Kajian Kebutuhan Air
1) Kebutuhan air mahasiswa
2) Kebutuhan air staff pengajar
3) Kebutuhan air karyawan
4) Kebutuhan air pemeliharaan fasilitas
3. Pasca Penelitian
Rekomendasi, rekomendasi yang akan dihasilkan adalah rekomendasi
biopori dan sumur resapan untuk penampung air bagi pemenuhan kebutuhan
warga kampus UPI.
E. Instrument
1. Angket
Angket dapat dilihat pada lampiran nomor 1 tentang angket warga kampus
UPI. Angket tersebut akan diberikan kepada seluruh sampel secara insidental.
Angket diperlukan untuk mencari data kebutuhan air warga kampus UPI.
2. Alat
Alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Peta Detai Kampus UPI
2) Peta Ruang Terbuka Hijau Kampus UPI
3) Data Sumber Daya Manusia kampus UPI
27
F. Variabel Penelitian
Variabel adalah konstruk yang sifat sifatnya sudah diberikan dalam bentuk
bilangan atau konsep yang mempunyai dua nilai pada suatu kontinui (Hasan,
2004). Dalam penelitian ini terdapat dua macam variabel yaitu variabel bebas
(X) dan Variabel terikat (Y). Variable bebas dalam penelitian ini adalah
kebutuhan air dan pemanenan air.
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi dan disebabkan oleh
variabel lain, namun suatu variabel tertentu dapat sekaligus menjadi varabel
bebas dan variabel terikat. Variable terikat dalam penelitian ini adalah
keseimbangan air.
Indikator
Kebutuhan air per orang Hujan Rencana Output (Kebutuhan)
per hari Input (Pemanenan)
Evapotranspirasi
Potensial
Kapasitas Infiltrasi
2. Observasi
Observasi merupakan proses pengamatan, pencatatan, pencarian informasi di
lapangan dengan menggunakan instrumen dan pedoman observasi. Observasi
merupakan survei lapangan untuk mengetahui kemampuan UPI dalam
memanen air, diantaranya adalah kapasitas infiltrasi tanah UPI. Peneliti akan
melakukan observasi terhadap kemampuan tanah dalam menampung air
untuk dilakukan pemanenan air sebagai pemenuhan kebutuhan air warga
kampus UPI. Berikut adalah metode observasi yang dilakukan.
a. Kapasitas Infiltrasi
Untuk menentukan kapasitas infiltrasi menggunakan alat ukur infiltrasi
yaitu:
1) Bor tanah, bor tanah digunakan untuk membuat lubang pengukuran
di setiap titik sampel yang telah ditentukan.
2) Cermin, cermin digunakan untuk melihat hasil pengukuran terhadap
penurunan air pada lubang.
3) Alat ukur, alat ukur berupa meteran atau penggaris dengan panjang
minimal 50 cm.
4) Stopwatch, digunakan untuk menghitung waktu penurunan air pada
lubang.
5) Ember yang sudah terisi dengan air untuk mengisi lubang infiltrasi
yang telah dibuat.
Setelah alat-alat pengukuran disiapkan maka Langkah-langkah untuk
melakukan observasi pengukuran kapasitas infiltrasi tanah adalah
sebagai berikut.
1) Tanah yang menjadi lokasi sampel dibuat lubang menggunakan bor
dengan kedalaman sampai menyentuh zona perakaran sedalam 30
cm dan diameter yang bervariasi dari 10 cm, 20 cm, 30 cm, hingga
80 cm.
2) Selanjutnya pada lubang tersebut dimasukkan alat ukur seperti
penggaris atau meteran. Alat itu dimasukkan lurus dari permukaan
lubang tanah hingga menyentuh ujung lubang tanah.
29
100 mm
2) Pengukuran Transpirasi
a) Pengukuran transpirasi menggunakan gelas ukur yang telah
diberi keterangan Gelas Transpirasi. Gelas tersebut diisi air
sebanyak 150 mm.
30
150 mm
3) Pengukuran Evapotranspirasi
a) Pengukuran evapotranspirasi menggunakan gelas ukur yang
telah diberi keterangan Gelas Evapotrasnpirasi. Gelas tersebut
diisi air sebanyak 150 mm.
b) Siapkan tanaman percobaan untuk dimasukkan ke dalam gelas.
c) Gelas ukur tersebut dibiarkan terbuka (Lihat Gambar 9)
150 mm
d) Sediakan alat ukur mistar untuk mengukur banyak air yang telah
teruap melalui tanaman percobaan tersebut.
e) Pengukuran dilakukan selama 4 minggu (30 hari) dengan jarak
pengukuran selama 24 Jam. Apabila air mulai surut maka boleh
ditambahkan dan jika tanaman mulai layu boleh diganti dengan
tanaman percobaan yang baru.
c. Angket
Angket akan diberikan kepada seluruh sampel untuk memperoleh data
tentang kebutuhan air warga kampus UPI, serta permasalah air yang
terjadi di kamps UPI secara insidental di lapangan. Penyebaran angket
dilakukan dengan insidental yaitu membidik responden ketika di
lapangan.
1) Buatlah tabel data curah hujan bulanan maksimum dari tahun ke tahun
2) Urutkan data curah hujan bulanan maksimum dari nilai terkecil hingga
terbesar
3) Hitung peluang curah hujan dengan persamaan sebagai berikut.
0,12
T= +0.44
1
P (80%) = 100
Dimana D adalah urutan data dengan D=1 untuk data curah hujan
terbesar dan n adalah jumlah data hujan yang digunakan.
4) Ambilah data curah hujan dengan probabilitas 80% atau yang mendekati.
Keterangan:
e = Evapotranspirasi Potensial
A = Evaporasi (Rata-rata dari pengukuran)
B = Transpirasi (Rata-rata dari pengukuran)
c. Kapasitas Infiltrasi
Untuk menentukan kapasitas infiltrasi menggunakan alat ukur infiltrasi
yaitu boring. Tanah yang menjadi loaksi sampel dibor hingga 50 cm
dengan diameter 10-15 cm, selanjutnya dimasukkan alat ukur seperti
penggaris atau meteran. Kemudian, lakukanlah pengisian air untuk
menghitung besarnya perkolasi pada tanah kajian. Untuk mempermudah
pengukuran peneliti menggunakan cermin untuk melihat perubahan air
yang mengalami perkolasi.
f= fc + (fo-fc)e-kt
Keterangan:
f = kapasitas infiltrasi pada waktu tertentu (cm/menit)
fc = tingkat infiltrasi setelah konstan (cm/menit)
fo = tingkat infiltrasi awal (cm/menit)
e = 2,78 (ketetapan)
k = 1/m log e (ketetapan)
t = waktu konstan
Mulai
rencana
Perhitungan
Kajian Hidrologis
analisis Observasi angket
evapotransp kebutuhan
mahasiswa, staf
irasi pengajar, tata usaha
Observasi Kajian Kebutuhan Air atau pegawai, serta
potensial
pemeliharaan
Lapangan
fasilitas kampus
dan
Perhitungan
Analisis Keseimbangan Air
analisis
kapasitas
infiltrasi Tahap Pasca Penelitian
Rekomendasi
35
Daftar Pustaka