Anda di halaman 1dari 38

KAJIAN KESEIMBANGAN AIR ANTARA PEMAKAIAN DENGAN

PEMANENAN AIR KAMPUS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


BANDUNG (UPI) BANDUNG
Proposal Penelitian

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Seminar Proposal Penelitian dan
penyusunan Skripsi

Oleh:

Lies Wahyuni
1202444

DEPARTEMEN PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2015
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................ i

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. ii

DAFTAR TABEL ................................................................................................... ii

PENDAHULUAN ...................................................................................................1

A. Latar Belakang ..................................................................................................1

B. Rumusan Masalah .............................................................................................3

C. Tujuan Penelitian ..............................................................................................4

D. Manfaat Penelitian ............................................................................................4

E. Keaslian Penelitian ...........................................................................................5

F. Definisi Operasional .........................................................................................5

TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................10

A. Siklus Hidrologi ..............................................................................................10

B. Keseimbangan Air ..........................................................................................14

C. Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu .........................................................17

PROSEDUR PENELITIAN ..................................................................................20

A. Lokasi ..............................................................................................................20

B. Pendekatan Geografi yang digunakan ............................................................20

C. Populasi dan Sampel .......................................................................................20

D. Desain Penelitian ............................................................................................26

E. Instrument .......................................................................................................26

F. Variabel Penelitian ..........................................................................................27

G. Teknik Pengumpulan Data..............................................................................27

H. Teknik Analisis Data ......................................................................................31

I. Bagan Alur Penelitian .....................................................................................34

Daftar Pustaka ........................................................................................................35

i
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Aliran Permukaan dan Aliran Airi Tanah Siklus Hidrologi Tertutup ...11

Gambar 2 Aliran Permukaan dan Aliran Airi Tanah Siklus Hidrologi Terbuka ...13

Gambar 4 Peta Lokasi Penelitian ...........................................................................23

Gambar 5 Area Terbangun dan Tidak Terbangun .................................................24

Gambar 6 Peta Topografi UPI ...............................................................................25

Gambar 7 Gelas Pengukuran Evaporasi ................................................................29

Gambar 8 Gelas Pengukuran Transpirasi ..............................................................30

Gambar 9 Gelas Pengukuran Evapotranspirasi ......................................................30

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Penelitian Terdahulu ...................................................................................7

Tabel 2 Pemakaian Rata-Rata Per Orang Per Hari ................................................15

Tabel 3 Jumlah Warga Kampus UPI......................................................................21

Tabel 4 Unit Pengambilan Sampel ........................................................................22

ii
1

JUDUL: KAJIAN KESEIMBANGAN AIR ANTARA PEMAKAIAN


DENGAN PEMANENAN AIR KAMPUS UNIVERSITAS PENDIDIKAN
INDONESIA (UPI) BANDUNG

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Air merupakan bagian sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan bersifat
dinamis. Air melakukan pembaharuan dengan wujud yang berbeda-beda, dapat
berupa padat, cair, dan gas. Kodoati & Sjarief (2010) menyebutkan bahwa:
Air merupakan bagian dari sumber daya alam yang memiliki karakteristik
yang berbeda dengan sumber daya alam lainnya. Air merupakan sumber daya
alam yang bersifat terbarukan dan dinamis. Air di bumi mengalami
pengulangan dengan wujud yang berubah-ubah. Sehingga keberadaan air
bergantung kepada pengelolaan manusia itu sendiri. (hlm 1)
Air merupakan kebutuhan utama seluruh makhluk hidup di bumi. Manusia
membutuhkan air untuk berbagai keperluan setiap hari, seperti minum, makan,
pertanian, energi dan sebagainya. Bahkan dalam masyarakat modern saat ini, air
bukan lagi hanya merupakan keperluan hidup sehari-hari, akan tetapi sudah
merupakan suatu benda yang penting dan mempunyai nilai sosial ekonomi yang
tinggi. Namun pada era globalisasi ini sumber-sumber air yang dapat dimanfaatkan
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap air semakin berkurang, sumber
air tersebut tidak lagi mampu menjadi penyedia air bagi kebutuhan masyarakat.
Salah satu faktor yang mengakibatkan krisisnya ketersediaan air adalah
pertumbuhan penduduk yang terus meningkat, mengakibatkan semakin tingginya
kebutuhan akan air. Selain itu, pertumbuhan penduduk yang terus bertambah ini
mengakibatkan alih fungsi lahan untuk pemukiman maupun bangunan-bangunan
lainnya, sehingga lahan resapan air semakin berkurang dan air semakin sulit untuk
ditampung.
Wilayah yang mengalami kondisi tersebut biasanya berada pada wilayah
dengan kepadatan penduduk tinggi dan mobilitas yang tinggi. Semakin banyak
penduduk maka kebutuhan air akan semakin meningkat. Krisis air pula biasanya
dimiliki oleh daerah industri. Kegiatan industri memiliki kebutuhan air yang tinggi,
selain itu limbah dari industri yang mengakibatkan kuantitas dan kualitas ai
2

rmenurun. Hal tersebut telah terjadi pada kota-kota besar di Indonesia. Seperti
Jakarta, Cirebon, Indramayu, Purwakarta, Karawang, Bekasi, Tangerang, Deak,
Bantul, Sidoarjo, Lamongan.
Kompleksitas sumber daya air juga dapat dilihat dari banyaknya institusi dan
stakeholders lainnya yang merasa berhak untuk mengelola, memakai,
mengeksploitasi dengan alasan kepentingan umum. Institusi itu melakukan
eksploitasi tanpa menghitung berapa besar ia dapat memanen air tersebut. Institusi
itu kurang mempertimbangkan ada hak orang lain terhadap air yang telah mereka
ambil untuk kepentingan institusi tersebut.
Salah satu upaya untuk mengatasi krisis air adalah pengelolaan sumber daya
air terpadu, menyeluruh, dan berwawasan lingkungan.Pengelolaan terpadu adalah
membuat suatu keseimbangan antara sirkulasi air yang terjadi. Pengelolaan air yang
baik akan menjaga kuantitas dan kualitas air, sedangkan pengelolaan air yang buruk
akan mengakibatkan permasalahan air yang kompleks.
Untuk lebih mengoptimalkan dalam pengelolaan sumberdaya air salah
satunya perlu dilakukan analisis keseimbangan air. Nasution dan Syaifullah (2005,
hlm 235) menyatakan bahwa secara umum neraca air (water belance) menyatakan
hubungan antara aliran air yang masuk (input) dengan aliran air yang keluar
(output) pada suatu daerah dalam waktu tertentu. Dalam kajian meteorologis
neraca sangat diperlukan untuk mengevaluasi ketersediaan air hujan pada wilayah
tertentu, khususnya untuk mengetahui kapan dan seberapa besar surplus dan defisit
air yang terjadi di wilayah yang ditinjau.
Keseimbangan air disini adalah jumlah air yang dibutuhkan oleh manusia
berbanding dengan ketersediaan air yang terdapat di daerahnya. Artinya, jika di
suatu daerah kebutuhan air lebih besar daripada ketersediaan air, maka sirkulasi air
di daerah tersebut tidak seimbang. Sedangkan apabila kebutuhan air di suatu daerah
sama dengan jumlah ketersediaan air, maka sirkulasi air tersebut adalah seimbang.
Oleh karena itu, untuk mencapai keseimbangan air antara kebutuhan dan
keterediaan air di masa mendatang diperlukan upaya pengkajian komponen-
komponen kebutuhan air, serta efisiensi air.
Upaya pengelolaan tersebut tidak akan ada artinya jika tidak didukung oleh
upaya bersama pada tingkat lokal. Sebagai sebuah lembaga pendidikan yang besar
3

Universitas Pendidikan Indonesia juga memiliki kesadaran akan pemakaian air


dengan jumlah besar untuk pemenuhan kebutuhan air warganya. Jumlah mahasiswa
yang terus bertambah setiap tahunnya, serta pembangunan gedung-gedung baru.
Tiga tahun terakhir saja sudah dibangun tiga gedung baru di wilayah kampus UPI,
bangunan tersebut secara otomatis mengurangi ruang terbuka hijau yang
berdampak terhadap penurunan kuantitas dan kualitas ketersediaan air di UPI.
Bahkan untuk pemenuhan kebutuhan air warga kampusnya, UPI memasok air dari
luar. Hal ini menimbulkan ketidakadilan atas pemanfaatan air untuk daerah yang
berperan sebagai pemanen air untuk daerah lain seperti yang terjadi di kampus UPI
ini.
Hal ini akan menjadi sebuah permasalahan di kemudian hari. Ketika
kebutuhan warga kampus UPI tidak sebanding dengan kemampuan UPI
menyediakan air untuk pemenuhan kebutuhan air tersebut. Maka dari itu, Untuk
mencapai keseimbangan air di kampus UPI diperlukan pengkajian ketersediaan dan
kebutuan air di kampus UPI. Pengkajian tersebut diharapkan dapat memberikan
masukan dan pedoman pengelolaan air di kampus UPI, sehingga UPI dapat mandiri
dalam pengelolaan air untuk pemenuhan kebutuhan air warga kampus.
Berdasarkan permasalahan tersebut sebagai sebuah upaya untuk ikut
berkontribusi dalam penyelesaian permasalahan tersebut maka peneliti akan
melakukan penelitian yang berjudul Kajian Keseimbangan Air antara Pemakaian
dengan Pemanenan Air Kampus Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.

B. Rumusan Masalah
Permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana kebutuhan air warga kampus UPI dalam hitungan per bulan?
2. Bagaimana UPI mampu menyediakan air untuk pemenuhan kebutuhan warga
kampus dalam hitungan per bulan?
3. Bagaimana keseimbangan air antara pemakaian dan pemanenan di kampus
UPI?
4. Bagaimana UPI mampu memanen air di wilayah kampus UPI dalam hitungan
per bulan?
4

C. Tujuan Penelitian
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
1. Menghitung kebutuhan air warga kampus UPI dalam hitungan per bulan
2. Menghitung kemamampuan UPI dalam menyediakan air untuk pemenuhan
kebutuhan warga kampus dalam hitungan per bulan
3. Mengkaji keseimbangan air antara pemakaian dan pemanenan di kampus UPI
4. Menghitung kemamampuan UPI dalam memanen air di wilayah kampus UPI
dalam hitungan per bulan

D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian yang dilakukan adalah:
1. Manfaat Teoritis
Menambah keilmuan geografi pada bidang kajian hidrologi. Ikut
menyumbangkan gagasan-gagasan penemuan yang berkaitan dengan
permasalahan yang dikaji dalam hal ini adalah tentang keseimbangan air
antara kebutuhan dan ketersediaan air di wilayah Kampus UPI.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan mampu menjadi acuan masyarakat dalam
mengelola sumber daya air terpadu, menyeluruh, dan berwawasan
lingkungan di lingkungan sekitarnya masing-masing, sehingga dapat
mandiri dalam pemenuhan kebutuhan air. Selain itu, penelitian kajian
keseimbangan air di kampus UPI ini juga dapat mengatasi
ketidakadilan dalam pemanfaatan sumber daya air di luar kampus.
b. Bagi Stakeholders
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan menjadi
bahan pedoman pengelolaan air untuk pemerintah dan petinggi kampus
UPI dalam mengambil kebijakan kemudian hari tentang tata ruang air
UPI dalam hal ini berkaitan dengan keseimbangan air di kampus UPI.
Penelitian juga akan menyumbangkan informasi model untuk
pengoptimalan pemanenna air di kampus UPI. Sehingga UPI menjadi
kampus mandiri dalam pengelolaan sumberdaya air.
5

c. Bagi Peneliti Lain


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi, sumber data,
masukan terhadap penelitian lainnya yang berkaitan dengan kajian
keseimbangan air di suatu daerah.
E. Keaslian Penelitian
Keaslian penelitian dapat dilihat pada Tabel 2 tentang penelitian terdahulu
yang memiliki kesamaan lokasi dan tema penelitian. Keaslian penelitian ini untuk
menunjukkan bahwa penelitian ini murni hasil penelitian dari peneliti bukan bentuk
plagiarisme dari penelitian yang lain.

F. Definisi Operasional
1. Keseimbangan Air
Menurut Nasution dan Syaifullah (2005, hlm 235) menyatakan bahwa secara
umum neraca air (water belance) menyatakan hubungan antara aliran air yang
masuk (input) dengan aliran air yang keluar (output) pada suatu daerah dalam waktu
tertentu. Cara untuk menentukan keseimbangan air adalah dengan menghitung
jumlah kebutuhan dan ketersediaan air. Apabila ketersediaan lebih besar dari
kebutuhan atau sama maka air seimbang, sebaliknya jika kebutuhan lebih besar
dibandingkan dengan jumlah ketersediaan maka air tidak seimbang.
2. Kebutuhan Air
Moegijantoro (dalam Ariyanto, 2007, hlm 5) mengatakan bahwa kebutuhan
air adalah banyaknya jumlah air yang dibutuhkan untuk keperluan rumah
tangga, industri, penggelontoran kota dan lain-lain. Prioritas kebutuhan air meliputi
kebutuhan air domestik, industri, pelayanan umum dan kebutuhan air untuk
mengganti kebocoran. Karena wilayah penelitian dalam lingkup kampus, maka
kebutuhan air seputar kebutuhan warga kampus serta kebutuhan untuk fasilitas
kampus. Menghitung jumlah kebutuhan air dengan teknik wawancara pada sampel
warga kampus untuk mengetahui rata-rata kebutuhan air warga kampus UPI yang
akan dihitung dengan analisis statistik sederhana.
3. Pemanenan Air
Menurut Soemarno (2010) Pemanenan-air-hujan dalam makna yang luas
dapat didefinisikan sebagai kegiatan pengumpulan runoff untuk penggunaan yang
produktif. Runoff dapat ditangkap dan dikulpulkan dari cucuran atap atau dari
6

permukaan lahan, atau dari sungai-sungai musiman. Sistem pemanenan air yang
memanen runoff dari atap-bangunan atau dari permukaan lahan termasuk dalam
kategori pemanenan air hujan. Pemanenan air hujan dalam penelitian ini akan
menghitung seberapa besar UPI dapat memanen air hujan untuk menambah
ketersediaan air di kampus UPI. Perhitungan pemanenan digunakan dengan cara
menghitung hujan rencana, evapotrasnpirasi potensial, dan kapasitas infiltrasi.
7

Tabel 1 Penelitian Terdahulu


No Identitas Masalah dan Tujuan Tinjauan Pustaka Metode Hasil
1 Keseimbangan Air Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini 1) Daya dukung Penelitian ini dilakukan di Neraca air untuk perkebunan
di Kecamatan Teluk adalah untuk mengetahui keseimbangan air di lingkungan 2) Kecamatan Teluk Pakedai, kelapa sawit pada tahun
Pakedai, wilayah Kecamatan Teluk Evapotrasnpirasi Kabupaten Kubu Raya. kering menunjukkan
Kabupaten Kubu Pakedai, dengan menganalisis neraca air pada Potensial 3) Siklus Diagram alir penelitian meliputi: keseimbangan air di
Raya, Kalimantan pertanian, perkebunan dan pemukiman Hidrologi 1) Perumusan masalah Kecamatan Teluk Pakedai
Barat, oleh Amdalia berdasarkan data klimatologi suatu stasiun 2) Pengumpulan data primer cukup seimbang. Defisit air
Sri Swastiastuti, pengamatan cuaca dan data sekunder hanya terjadi pada bulan
Gusti Zulkifli 3) Analisis data. (Analisis Januari tahun 2009. sedangkan
Mulki, Erni Evapotrasnpirasi Potensial, neraca air untuk pemukiman
Yuniarti, 2012 Analisis Kekeringan, Analisis bergantung pada kapasitas
Neraca Air) tampung dari tiap rumah
penduduk. Semakin besar daya
tampung maka akan semakin
lama mampu untuk mencukupi
kebutuhan air jika terjadi
kemarau panjang
2 Analisis Spasial Kritisnya ari di daerah penelitian mengakibatkan - Metode perhitungan neraca air Berdasarkan hasil neraca air
Indeks Kekeringan pelunya analisis neraca air. Tujuan dari penelitian dilakukan dengan membuat dapat diperlihatkan bahwa
Daerah Pantai Utara ini adalah untuk mengetahui wilayah-wilayah Tabel Neraca Air dari parameter mulai bulan Juni hampir semua
(PANTURA) Jawa mana saja yang terjadi intensitas kekeringan, hidrologi denan melakukan stasiun sudah mengalami
Barat, oleh Nasution dapat diketahui defisit air maupun surplus air, beberapa perhitungan empiris. keekringan. Daerah sekitar
dan Djazim sehingga dapat digunakan sebagai pertimbangan Stasiun Pedes, Batujaya dan
Syaifullah, 2005 dalam manajemen air di wilayah tertentu. Pondok Balas (Kabupaten
Karawang) mempunyai tingkat
indeks kekeringan paling besar
dibandingkan daerah lain dan
mencapai puncaknya pada bulan
Agustus. Memasuki bulan
kering wilayah pesisir bagian
Barat dan Timur mengalami
indeks kekeringan terlebih
dahulu kemudian menyebar ke
arah Selatan.
8

Tabel Lanjutan

No Identitas Masalah dan Tujuan Tinjauan Pustaka Metode Hasil


3 Analisis Defisit Sumber Wilayah penelitian berpotensi penyebab 1) Sumber Daya Air Dalam penelitian ini akan Daya dukung air di wilayah
Daya Air Terpadu terakumulasinya limbah padat dan cair di Terpadu 2) Hubungan dilakukan perhitungan sebagai Kecamatan Losarang yang
Sebagai Upaya lingkungan maupun sumber air seperti pada Sumber Daya Air dan berikut: (1) analisis kebutuhan merupakan parameter
Pelestarian Sumber daerah aliran sungai. Penelitian ini memiliki Penggunaan Lahan dan ketersediaan sumber daya perbandingan antara kebutuhan
Daya Air (Studi kasus: tujuan untuk menganalisis kebutuhan dan air terpadu, (2) kesenjangan dan ketersediaan air
Kecamatan Losarang, ketersediaan pelayanan air, antara permintaan dan memperlihatkan bahwa
Kabupaten Indramayu), sanitasi, dan sampah sebagai suatu sistem ketersediaan sumber daya air kemampuan wilayah ini untuk
oleh Iis Roin Widiati yang terpadu pada pengelolaan sumber daya terpadu, dan (3) pertumbuhan menyediakan air bagi
dan Teti Armiati Argo air; serta mengidentifikasi kuantitas eksistensi dari kesenjangan tersebut. penduduknya telah
dan proyeksi pada kesenjangan pelayanan air, terlampaui atau mengalami
sanitasi, dan sampah sebagai suatu kesatuan defisit.
dalam pemanfaatan sumber daya air terpadu
di wilayah kajian.

4 PENGARUH Berkurangnya areal hutan akibat - Tahapan studi secara garis Berdasarkan hasil studi dapat
TANAMAN KELAPA pembukaan lahan untuk kelapa sawit yang besar meliputi perhitungan diketahui bahwa prosentase
SAWIT menyerap banyak air disekitar untuk evapotranspirasi dengan pengaruh pengu-rangan debit
TERHADAP pertumbuhan tanaman kelapa sawit mem- penman-Monteith, analisis akibat penanaman tanaman
KESEIMBANGAN pengaruhi keseimbangan air di Sub DAS ketersediaan air dengan Model kelapa sawit berkisar antara
AIR HUTAN Landak. NRECA, analisis neraca air 30% hingga 40%
(STUDI KASUS SUB Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui dengan Model Thornthwaite dan
DAS LANDAK, DAS pengaruh Mather, serta estimasi debit
KAPUAS) pengurangan debit aliran sungai akibat sungai dengan Model F.J.
Mohammad Taufiq penanaman tanaman kelapa sawit Mock
1), Hari Siswoyo1)
, dan Anggara WWS1)
1Jurusan Teknik
Pengairan Fakultas
Teknik Universitas
Brawijaya Malang
9

Tabel Lanjutan

No Identitas Masalah dan Tujuan Tinjauan Pustaka Metode Hasil


5 EVALUASI Kekurangan akan ketersediaan air ini dirasakan - Penelitian ini merupakan Kebutuhan air bersih suatu
POTENSI MATA setelah kecamatan ini dijadikan sebagai penelitian survey. penduduk Kecamatan Lawang
AIR POLAMAN kawasan industri dengan jumlah industri Pengumpulan data bagian utara sebesar 944.825,37
DAN KALI BIRU sebanyak 15 industri dan 394 usaha niaga serta kebutuhan air bersih liter/hari. Secara kuantitas
UNTUK SUPLAI diikuti dengan pertumbuhan jumlah penduduk, dilakukan dengan teknik perbandingan debit mata air dan
AIR BERSIH akibatnya kebutuhan akan air untuk penduduk, wawancara dan kebutuhan air bersih yaitu 7:1.Hasil
PENDUDUK DI industri juga semakin meningkat. dokumentasi. Teknik uji laboratorim kualitas air yang
KECAMATAN Penelitian ini bertujuan: (1) Menganalisis supply pengambilan sampel disalurakan kepada penduduk layak
LAWANG BAGIAN kebutuhan air bersih penduduk Kecamatan penduduk dan sampel air digunakan dengan
UTARA Lawang bagian Utara, (2) Membandingkan menggunakan metode pengelolahan terlebih dahulu.
KABUPATEN kesesuaian kualitas mata air Polaman dan Kali Random Sampling Perencanaan distribusi air mata air
MALANG Biru dengan peraturan Menteri Kesehatan RI Polaman dan Kali Biru dengan
No. 492/MENKES/PER/2010, (3) Mengetahui menggunakan sistem pembagian
Maulida Aslamia model pendistibusian air dari sumber mata air pengaliran untuk penduduk,
Polaman dan Kali Biru supaya seluruh industri, dan irigasi serta waktu
penduduk Kecamatan Lawang bagian Utara pengaliran air dari PDAM untuk
terlayani penduduk dari pukul 05.30-23.00.
6 KESETIMBANGAN Kawasan sub DAS Karangmumus telah - Penelitian dilakukan Berdasarkan uraian secara
AIR SUB DAS mengalami tekanan degradasi yang berwujud selama lebih kurang 6 keseluruhan dapat diperoleh
KARANGMUMUS kekeringan dan banjir yang (enam) bulan (Juli- simpulan bahwa debit sungai
DI KOTA semakin mengkhawatirkan. Desember) di Sub DAS Karangmumus tertinggi terjadi pada
SAMARINDA Maksud dan tujuan penelitian ini adalah untuk Karangmumus, bulan April. Selain itu kawasan sub
Ismail dapat mengetahui kondisi kesetimbangan air sub khususnya di sub-sub DAS DAS Karangmumus berpotensi
DAS Karangmumus termasuk didalamnya yang bermuara dan mengalami surplus air selama
kondisi unsur-unsur iklim khususnya hujan dan tertampung di Waduk 8 (delapan) bulan atau kumlatif
kondisi hidrologisnya Benanga Kec. Samarinda sebesar 478,8 mm tahun-1. Dan juga
Utara, mencakup kawasan mengalami defisit air selama 4
seluas sekitar 18.000 (empat) bulan atau secara kumulatif
hektar atau sekitar 57% sebesar 44,5 mm tahun-1
dari luasan Sub DAS
Karangmumus.
10

TINJAUAN PUSTAKA

A. Siklus Hidrologi

Air di bumi ini memiliki jumlah yang tetap. Sifatnya yang terbarukan dan
dinamis membuat air terus beregenerasi untuk menjaga kualitas air tersebut melalui
suatu siklus yang disebut siklus hidrologi. Asdak (dalam Tambun, 1995)
mengatakan bahwa
Siklus hidrologi adalah bagian inti dari hidrologi yang tidak mempunyai awal
dan akhir, dimana siklus hidrologi merupakan gerakan air di permukaan
bumi. Selama berlangsungnya siklus hidrologi, yaitu perjalanan air dari
permukaan laut ke atmosfer kemudian ke permukaan tanah dan kembali lagi
ke laut dan tidak pernah habis. Air tersebut akan tertahan sementara di sungai,
waduk atau danau, dalam tanah sehingga dapat dimanfaatkan oleh
manusia dan makhluk lain (hlm 4)

Pada pengertian di atas dapat dilihat bahwa jumlah air di dunia ini relatif
tetap. Perbedaannya dilihat dari kualitas air tersebut. Jumlah tetap tersebut karena
air mengalami sirkulasi terus menerus. Swastiastuti (2012) mengatakan bahwa
Siklus hidrologi merupakan konsep dasar tentang keseimbangan air secara
global dan juga menunjukkan semua hal yang berhubungan dengan air. Siklus
hidrologi tidak akan dapat berlangsung jika atmosfer tidak mempunyai
kemampuan dalam menampung dan mengangkut uap air. Karena itu,
keberadaan atmosfer sangat penting dalam proses distribusi air ke seluruh
permukaan bumi. (hlm 141)

Pada umumnya siklus hidrologi terbagi ke dalam dua bagian, yaitu siklus
tertutup dan siklus terbuka. Berikut penjelasan mengenai bagian dari siklus
hidrologi menurut Kodoatie & Sjarief (2010, hlm 1).
1. Siklus Tertutup
Seluruh air di permukaan bumi mengalami sirkulasi, volume air di dalam
sistem adalah tetap kuantitasnya dan beredar melalui subsistem-subsistem.
Air dapat berubah wujud menjadi padat dan gas. Secara sederhana sirkulasi
air yang diketahui adalah dari mulai hujan hingga mengalami penguapan
kembali ke udara. Padahal apabila dikaji lebih jauh siklus air itu sangat luas
dan dalam. Salah satu siklus hidrologi adalah siklus hidrologi tertutup yang
berarti bahwa air tidak pergi dari atau datang ke dalam sistem. Siklus tersebut
dapat dilihat pada Gambar 1 berikut.
11

Gambar 1 Aliran Permukaan dan Aliran Airi Tanah Siklus Hidrologi Tertutup
Sumber: Toth; Chow dkk. dalam Kodoatie & Sjarief, 2005

Berdasarkan Gambar 1 dapat dilihat subsistem-subsistem peredaran air,


diantaranya adalah presipitasi. Menurut Sosrodarsono & Takeda (1983, hlm.
7) presipitasi adalah nama umum dari uap yang mengondensasi dan jatuh ke
tanah dengan satuan (mm). Proses terjadinya presipitasi dimulai dari air
yang mengalami penguapan akibat panas matahari yang disebut dengan
evaporasi. Kemudian uap tersebut bergerak di udara, akibat dari perbedaan
temperatur di atmosfer dari dingin menjadi panas maka uap tersesbut akan
berubah menjadi bentuk cair. Apabila sudah mencapai titik jenuh maka air
tersebut akan menjadi butiran-butiran kecil dan jatuh ke bumi yang disebut
hujan atau presipitasi.

Air hasil dari proses presipitasi tersebut mengalir melalui beberapa media.
Ada air yang melalui vegetasi tertentu, ditampung oleh tanaman di atas daun
tanaman tersebut atau diserap melalui media tanah. Selain itu, air hasil
presipitasi tersebut mengalami limpasan menuju penampungan air seperti
sungai, waduk, atau menjadi genangan, karena sebagaimana kita ketahui
bahwa air mengalir dari tempat tinggi menuju tempat yang lebih rendah.
Aliran tersebut disebut dengan aliran permukaan tanah.
12

Air tersebut tidak hanya mengalir pada permukaan tanah, akan tetapi sebagain
menyerap ke dalam tanah yang disebut dengan infiltrasi. Menurut Linsley
(1986, hlm 42) mengatakan bahwa infiltrasi adalah gerakan air menembus
permukaan tanah dan masuk ke dalam tanah. Kapasitas infiltrasi curah hujan
dari permukaan tanah ke dalam tanah sangat berbeda-beda bergantung pada
kondisi tanah di tempat bersangkutan. Menurut Linsley (1986, hlm 42)
mengatakan bahwa kapasitas infiltrasi suatu tanah pada suatu saat adalah
kecepatan maksimum bagi air untuk menembus tanah itu. Suatu tanah yang
renggang dan lulus air akan mempunyai kapasitas yang lebih besar
dibandingkan dengan tanah lempung yangn ketat. Air yang mengalami
infiltrasi itu terjadi akibat gaya gravitasi. Selain itu, infiltrasi sangat
bergantung pada intensitas curah hujan. Adapun beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi infiltrasi menurut Sosrodarsono dan Takeda (1983, hlm. 77)
adalah sebagai berikut.
1) Dalamnya genangan di atas perukaan tanah dan tebal lapisan yang jenuh
2) Kelembapan tanah
3) Pemampatan oleh curah hujan
4) Penyumbatan oleh bahan-bahan yang halus
5) Pemampatan oleh orang dan hewan
6) Struktut tanah
7) Tumbuh-tumbuhan
8) Udara yang terdapat dalam tanah

Air tanah yang mengalami infiltrasi kembali mengalir pada beberapa


subsistem, seperti perkolasi, kapiler, gravitasi, dll. Perkolasi terjadi akibat
kebutuhan tanaman akan air. Air naik dengan gaya kapiler untuk pemenuhan
kebutuhan air tanaman. Sedangkan air yang terus mengalami gaya gravitasi
akan menjadi air bebas. Selanjutnya bergerak pada aliran dasar (baseflow)
menuju tampungan air kembali seperti sungai, waduk, dan danau atau menuju
aliran air tanah (run-off) kemudian akan bermuara di laut.

Proses tersebut dinamakan siklus hidrologi, air mengalami perputaran dalam


jangka waktu tertentu. Pada jangka waktu yang lama dan skala ruang global
simpanan cenderung mendekati nol, sehingga keseimbangan air hanya
dipengaruhi oleh yang masuk dan keluar ke dalam subsistem.
13

2. Siklus Terbuka
Siklus hidrologi terbuka hampir sama proses terjadinya dengan siklus
hidrologi tertutup. Hal yang membedakan diantara keduanya adalah proses
akhir dari suatu siklus atau keluaran dari subsistem tersebut. Aliran air tanah
bisa terdiri dari berbagai sub-sistem dan tidak lagi tertutup. Lihat Gambar 3.

Gambar 2 Aliran Permukaan dan Aliran Airi Tanah Siklus Hidrologi Terbuka
Sumber: Toth; Chow dkk. dalam Kodoatie & Sjarief, 2005

Pada Gambar 2 terlihat bagan siklus hidrologi terbuka, terdapat tiga keluaran
dalam alur siklus, yaitu evapotrasnpirasi, leakage, dan run-off. Menurut
Sosrodarsono & Takeda (1983, hlm. 57) mengatakan bahwa peristiwa
berubahnya air menjadi uap dan bergerak dari permukaan tanah dan
permukaan air ke udara disebut evaporasi. Peristiwa penguapan dari tanaman
disebut transpirasi. Kedua-duanya bersama-sama disebut evapotranspirasi.
Sedangkan leakage merupakan keluaran air oleh gaya gravitasi menjadi air
tanah bebas. Apabila air tersebut masih mengalami aliran pada air tanah maka
14

air tanah tersebut keluaran sebagai run-off dimana air dapat bermuara pada
tempat penampungan air, seperti laut, sungai, danau dan waduk.
B. Keseimbangan Air

Telah disebutkan pada bagian sebelumnya terdapat beberapa permasalahan


air di dunia, baik air permukaan maupun air tanah. Faktor penyebab dari
permasalahan itu pula sudah dibahas sebelumnya. Inti dari permasalah adalah
adanya ketidakseimbangan pada siklus hidrologi yang terjadi. Hal ini berkaitan
dengan kebutuhan dan ketersediaan air di suatu daerah tersebut. Suatu daerah
disebut memiliki keseimbangan hidrologi saat input dan output yang dihasilkan
adalah sama atau lebih, apabila input lebih rendah dari output atau sebaliknya maka
daerah tersebut tidak memiliki keseimbangan hidrologi dan perlu dikaji lebih lanjut.
Pendekatan umum ketersediaan dan kebutuhan air dapat dijelaskan dalam gambar
berikut.Penjelasan antara kebutuhan dan ketersediaan akan dibahas sebagai berikut.
1. Kebutuhan Air
Kebutuhan manusia terdiri dari kebutuhan primer, sekunder dan tersier. Air
termasuk dalam salah satu kebutuhan primer, karena manusia tidak dapat
bertahan hidup tanpa adanya air dan hampir semua kegiatan membutuhkan
air. Moegijantoro (dalam Ariyanto, 2007, hlm 5) mengatakan bahwa
kebutuhan air adalah banyaknya jumlah air yang dibutuhkan untuk
keperluan rumah tangga, industri, penggelontoran kota dan lain-lain. Prioritas
kebutuhan air meliputi kebutuhan air domestik, industri, pelayanan umum
dan kebutuhan air untuk mengganti kebocoran. Ariyanto (2007)
mengatakan bahwa
Kebutuhan akan air dikategorikan dalam kebutuhan air domestik dan
non domestik. Kebutuhan air domestik adalah kebutuhan air yang
digunakan untuk keperluan rumah tangga yaitu untuk keperluan
minum, masak, mandi, mencuci pakaian serta keperluan lainnya,
sedangkan kebutuhan air non domestik digunakan untuk kantor, tempat
ibadah, niaga dan lain-lain. (hlm 5)
Kebutuhan akan air dikategorikan dalam kebutuhan air domestik
dan non domestik. Kebutuhan air domestik adalah kebutuhan air yang
digunakan untuk keperluan rumah tangga yaitu untuk keperluan minum,
masak, mandi, mencuci pakaian serta keperluan lainnya, sedangkan
15

kebutuhan air non domestik digunakan untuk kantor, tempat ibadah, niaga
dan lain-lain.

Kebutuhan akan air tidak memandang status sosial, ras, dan gender, seluruh
manusia yang hidup di dunia ini mutlak memerlukan air. Anak-anak, orang
dewasa, dan manula seluruhnya memerlukan air untuk terus bertahan hidup.
Jenis pemakaian air rata-rata per orang per hari dapat dikelompokkan dalam
Tabel 2 sebagai berikut :

Tabel 2 Pemakaian Rata-Rata Per Orang Per Hari


No Jenis Gedung Pemakaian Jangka Perbandingan Keterangan
air rata-rata waktu luas lantai
sehari (liter) pemakaian efektif/total
air rata-rata (%)
sehari (jam)
1 Perumahan 250 8--10 42-45 Setiap penghuni
Mewah
2 Rumah Biasa 160-250 8--10 50-53 Setiap penghuni
3 Apartemen 200-250 8--10 45-50 Mewah 250 lt,
Menengah 180 lt,
Bujangan 120 t
4 Asrama 120 8 Bujangan
5 Rumah Sakit Mewah>1000 8--10 45-48 (setiap tempat tidur
Menengah pasienO Pasien uar
500-1000 8 lt, Staf/pegawai
Umum 350- 120 lt, Keluarga 160
500 lt
6 Sekolah Dasar 40 5 58-60 Guru 100 lt
7 SLTP 50 5 58-61 Guru 100 lt
8 SLTA dan lebih 80 6 Guru/Dosen: 100 lt
tinggi
9 Rumah Kantor 100-200 8 Penghuninya 160 lt
10 Gedung Kantor 100 8 60-70 Setiap pegawai
11 Toserba (toko 3 7 55-60 Pemakaian air
serba ada) hanya untuk kakus,
belum termasuk
untuk bagian
restorannya
12 Gedung 10 2 Didasarkan jumlah
Peribadatan jemaah perhari
13 Perpustakaan 25 6 Untuk setiap
pembaca yang
tinggal
14 Gedung 150-200 Setiap tamu
Perkumpulan
15 Laboratorium 100-200 Setiap Staf
Sumber: Soufyan M. Noerbambang dan Takeo Morimura dalam dalam Ariyanto, 2007,
hlm 6
16

Berdasarkan data Tabel 3 tersebut dapat dilihat bahwa pemakaian air per
orang per hari jika diakumulasikan sangat tinggi sekali terutama di tempat-
tempat umum seperti instansi (kantor, sekolah, dll), rumah sakit, temat-
tempat umum. Jika jumlah pemakaian tersebut dikalikan dalam waktu satu
bulan, satu tahun, maka jumlah tersebut sangat tinggi sekali.

Air bersih sangat diperlukan oleh kalangan penduduk sebagai salah satu
sumber untuk kelangsungan hidup. Seperti halnya di kampus UPI ini,
seiring pertambahan warga kampus, maka akan meningkat pula kebutuhan
air bersih untuk saat ini dan yang akan datang. Pertambahan kebutuhan
air bersih harus diperhitungkan dengan baik begitu pula dengan
ketersediaan air dari sumber-sumber yang ada.

Linsley dkk (1986) mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi


penggunaan air antara lain iklim, ciri-ciri penduduk, masalah lingkungan
hidup, industri dan perdagangan, iuran air dan meteran, ukuran kota,
kebutuhan konservasi air.

2. Ketersediaan Air

Ketersediaan air merupakan seberapa besar suatu daerah memiliki tampungan


air atau kemampuan untuk menyediakan air untuk memenuhi kebutuhan
masyarakatnya.

Hans (dalam Kodoatie & Sjarief, 2010, hlm 148) mengatakan bahwa
ketersediaan air tidak hanya pada sungai, danau, waduk, rawa, dll., tetapi
juga pada lapisan vadose zone yaitu daerah antara permukaan sampai muka
air tanah bebas (unconfined aquifer). Air tersebut berasal dari air hujan yang
mengalami infiltrasi dan perkolasi ke dalam tanah yang kemudian menjadi air
tanah.

Linsley & Franzini (1985, hlm 96) mengatakan bahwa langkah pertama
dalam perencanaan suatu sistem penyediaan air adalah memperhitungkan
kebutuhan air. Maka untuk menentukan apakah ketersediaan air cukup harus
dahulu menghitung kebutuhan air masyarakat.
17

3. Pemanenan Air

Pemanenan air merupakan seberapa besar suatu daerah mampu memanen air
dari berbagai sumber untuk pemenuhan kebutuhan warganya. Seberapa air
dapat terjangka untuk digunakan. Pemanenan air dapat dihitung dengan
jumlah curah hujan dengan kemampuan tanah menampung air tersebut.
Tanah menampung air dari air hujan dengan proses infiltrasi dan perkolasi.
Air tersebut masuk ke dalam akuifer tanah dan menjadi groundwater. Air
tanah inilah hasil dari pemanenan air hujan yang menjadi cadangan
ketersediaan air di suatu wilayah.

C. Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu

Salah satu upaya untuk menjaga keberadaan air agar tetap lestari adalah
dengan melakukan pengelolaan melalui konservasi air. Sjarief dan Kodoatie (2005,
hlm 19) mengatakan bahwa Pengelolaan sumberdaya air didefinisikan sebagai
aplikasi dari cara struktural dan non-struktural untuk mengendalikan sistem
sumberdaya air alam dan buatan manusia untuk kepentingan atau manfaat manusia
dan tujuan-tujuan lingkungan.
Kodoatie dan Sjarief mengatakan bahwa konservasi air dapat dilakukan
dengan cara meningkatkan pemanfaatan air permukaan dan air tanah,
meningkatkan efisiensi air irigasi, dan menjaga kualitas air sesuai dengan
peruntukannya. Berdasarkan teori yang disampaikan oleh Kodoatie dan Sjarief
tersebut maka dapat diketahui upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga
keutuhan sumber daya air yaitu berdasarkan sumber air permukaan dan sumber air
tanah yang akan dijelaskan sebagai berikut.

1. Sumber Air Permukaan


Pengelolaan air permukaan dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu
pengendalian aliran permukaan, pemanenan air hujan, dan meningkatkan
kapasitas infiltrasi yang akan dijelaskan sebagai berikut.
a. Pengendalian Aliran Permukaan
Air permukaan merupakan komponen penting dalam pengelolaan
sumber daya air, karena sebelum air meresap ke dalam tanah, air mengair di
18

aliran permukaan. Pengelolaan aliran permukaan dapat mempengaruhi


jumlah air yang akan tertahan ke dalam tanah.
Beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan, cara terbaik untuk
mengelola air adalah mengendalikan bagian air hujan yang mengalir di atas
permukaan air tanah. Pengendalian tersebut dilakukan dengan cara
memperpanjang air yang tertahan di permukaan tanah dan meningkatkan
jumlah air yang masuk ke dalam tanah.
b. Pemanenan Air Hujan
Keterbatasan tanah dalam menyimpan air harus didukung dengan upaya
lain agar tanah tetap mampu untuk menyimpan ketersediaan air. Salah satu
upaya tersebut adalah dengan cara memanen air hujan. Soemarno (2010)
mengatakan bahwa pemanenan air hujan dalam makna yang luas dapat
didefinisikan sebagai kegiatan pengumpulan runoff untuk penggunaan yang
produktif. Runoff tersebut dapat ditangkap dan dikumpulkan dari cucuran
atap atau dari permukaan lahan, bahkan dari sungai-sungai musiman. Untuk
pemanenan air hujan yang lebih besar dapat dilakukan dengan menampung
aliran permukaan pada suatu kawasan dengan bak penampungan air dalam
tanah.
Menurut Soemarno (2010) Pemanenan-air-hujan dalam makna yang luas
dapat didefinisikan sebagai kegiatan pengumpulan runoff untuk penggunaan
yang produktif. Runoff dapat ditangkap dan dikulpulkan dari cucuran atap
atau dari permukaan lahan, atau dari sungai-sungai musiman. Sistem
pemanenan air yang memanen runoff dari atap-bangunan atau dari
permukaan lahan termasuk dalam kategori pemanenan air hujan.
Dalam menentukan besarnya air hujan yang dapat dipanen tergantung
pada topografi dan kemampuan tanah atas pada lahan untuk menahan air.
Menurut Kodoatie dan Sjarief persiapan yang diperlukan untuk memanen air
hujan dari lahan adalah sebagai berikut.
1) Membuat saluran sejajar garis kontur
2) Pembersihan dan pemadatan bidang/lahan tangkapan air, jika diperlukan
dapat dilengkapi saluran-saluran searah lereng. Air yang tertampung
dapat digunakan untuk pertanian atau keperluan rumah tangga
19

Sebelum pemilihan lokasi untuk pemanenan air, maka harus dilakukan


penelitian terlebih dahulu terhadap kondisi umum wilayah kajian, agar
penempatan lokasi panen air dapat sesuai dan dapat menghasilkan air yang
optimal.
c. Meningkatkan Kapasitas Infiltrasi
Dalam bidang konservasi tanah, infiltrasi merupakan komponen yang
sangat penting karena masalah konservasi tanah pada azasnya adalah
pengaturan hubungan antara intensitas hujan dan kapasitas infiltrasi, serta
pengaturan aliran permukaan. Aliran permukaan hanya dapat diatur dengan
memperbesar kemampuan tanah menyimpan air, utamanya dapat ditempuh
melalui perbaikan atau peningkatan kapasitas infiltrasi. Kapasitas infiltrasi
merupakan laju maksimum air yang dapat masuk ke dalam tanah pada suatu
saat.
Kapasitas infiltrasi tanah dapat diitngkatkan dengna memperbaiki
struktur tanah. Cara yang paling efektif dalam meningkatkan kapasitas
infiltrasi adalah dengan menutup tanah yang cukup, baik dengan tumbuhan
atau mulsa. Menurut Suprayogo dalam (Supangat dan Putra, 2010, hlm 150)
keberadaaan tanaman dapat memperbesar kapasitas infiltrasi tanah karena
adanya perbaikan sifat fisik tanah seperti pembentukan struk-tur dan
peningkatan porositas.
d. Sumber Air Tanah
Komponen lain dari upaya pengelolaan sumber daya air adalah
pengelolaan sumber air tanah. Upaya konservasi yang dapat dilakukan adalah
menjaga keseimbangan antara pengisian dan pengambilan air tanah.
20

PROSEDUR PENELITIAN

A. Lokasi
Penelitian ini dilaksanakan di kampus utama Universitas Pendidikan
Indonesia yang berada di Jalan Setiabudhi 229 Bandung. Secara geografis lokasi
penelitian yaitu berada diantara 107 35 11,93 BT sampai dengan 107 35 47,5
BT dan 06 51 25,36 LS sampai dengan 06 51 54,3 LS dengan Kampus UPI
ini memiliki luas 615.766 m2 (61 hektar). (Lihat Gambar 4). Kampus UPI ini
dapat dijangkau dengan berbagai jenis kendaraan baik umum maupun pribadi,
lokasi yang cukup strategis, yakni bersebrangan langsung dengan salah satu
terminal kota Bandung terminal Ledeng, sehingga apabila ditempuh dari terminal-
terminal besar di Kota Bandung seperti terminal Caheum dan Lewipanang cukup
ditempuh dengan sekali menggunakan angkutan umum kota dengan waktu tempuh
kurang lebih 1 jam.

B. Pendekatan Geografi yang digunakan


Pendekatan geografi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kelingkungan, yaitu kajian tentang hubungan timbal balik antara manusia dengan
lingkungan tempat tinggalnya. Seperti yang dikemukakan oleh Irwan (1996) dalam
Suryadi (2014) bahwa

Lingkungan adalah suatu sistem kompleks yang berada di luar individu yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan organisme. Lingkungan
tidak sama dengan habitat. Habitat adalah tempat dimana organisme atau
komunitas aorganisme hidup (hlm 16).

Berdasarkan pengertian tersebut dapat diketahui bahwa lingkungan


merupakan sistem yang sangat kompleks. Artinya dari satu komponen ke
komponen yang lainnya saling berinteraksi dan saling mempengaruhi. Begitupun
dengan penelitin ini yang mengangkat kebutuhan air warga kampus dengan
ketersedian air di wilayah penelitian, serta pemanenan air di wilayah penelitian
sebagai kondisi lingkungan di wilayah penelitian.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Sugyono (2008, hlm 61) mengatakan bahwa Populasi merupakan wilayah
generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan
21

karakteristik tertentu yang mempunyai kulalitas dan karakteristik tertentu


yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulan.

Berdasarkan hal tersebut yang menjadi populasi dalam penelitian ini terdiri
dari populasi wilayah dan populasi manusia. Populasi wilayah merupakan
seluruh wilayah kampus UPI. Sedangkan yang termasuk ke dalam populasi
penduduk adalah seluruh warga kampus UPI, baik para mahasiswa, staf
pengajar, maupun pegawai kampus UPI (Lihat Tabel 3)

Tabel 3 Jumlah Warga Kampus UPI


Keterangan Jumlah
Mahasiswa 29184
Staf Pengajar 1264
Karyawan 976

2. Sampel
Sugyono (2008, hlm 62) mengatakan bahwa sampel adalah bagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Artinya, sampel adalah
bagian dari populasi yang dapat mewakili keseluruhan populasi atau
mewakili karakteristik tertentu dari suatu populasi.

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil sampel dengan teknik non


Probability Sampling dengan quota sampling. Artinya, pada setiap unit
diambil sampel masing-masing sebanyak 20 orang, yakni terdiri dari
mahasiswa aktif per fakultas, staff pengajar per fakultas, dan tata usaha atau
pegawai per unit. Tabel 4 menunjukkan unit pengambilan sampel. Adapun
pengambilan sampel secara insidental di lapangan. Berdasarkan Tabel 4
tersebut dapat diketahui bahwa seluruh unit berjumlah 18, sampel pada
penelitian ini 20 responden per unit, maka total sampel pada penelitian ini
adalah 360 responden.

Sedangkan sampel wilayah diambil berdasarkan total ruang terbuka hijau


yang terdapat di UPI untuk dilakukan perhitungan kemampuan menampung
air atau infiltrasi dari hasil presipitasi. Pengukuran Infiltrasi di wilayah
22

Universitas Pendidikan Indonesia dilakukan menggunakan sistem ploting


area berdasarkan jenis penggunaan lahan (Lihat Gambar 5).

Selain menggunakan penggunaan lahan, dalam menentukan sampel wilayah


dalam penelitian ini pula menggunakan kondisi topografi UPI dengan melihat
catchment. Untuk melihat kondisi Topografi UPI dapat dilihat pada Gambar
6 dan 7.

Tabel 4 Unit Pengambilan Sampel


No Unit
1 Rektorat
2 Fak. Ilmu pendidikan
3 Fak. Pend. Ilmu pengetahuan sosial
4 Fak. Pend. Bahasa dan seni
5 Fak. Pend. Matematika dan ipa
6 Fak. Pend. Teknologi dan kejuruan
7 Fak. Pend. Olahraga dan kesehatan
8 Fak.pendidikan ekonomi dan bisnis
9 Lppm
10 Perpustakaan
11 Upt balai bahasa
12 Biro aset dan fasilitas
13 Upt kebudayaan
14 Upt layanan kesehatan
15 Divisi k3
16 Upt sarana olahraga
17 Direktorat tik
18 Lab. School (bps)
Total
Sumber: Biro Sumber Daya Manusia BAAK UPI
23

Gambar 4 Peta Lokasi Penelitian


24

Gambar 5 Area Terbangun dan Tidak Terbangun


Sumber: Hasil Penelitian, 2015
25

Gambar 6 Peta Topografi UPI


Hasil Penelitian, 2015
26

D. Desain Penelitian
1. Pra Penelitian
Inventarisasi, identifkasi kondisi hidrologis dan tata ruang kampus actual,
data ini diperoleh dari lembaga kampus UPI, seperti LPPM untuk
memperoleh data-data penelitian terdahulu dan BAAK untuk memperoleh
data kondisi tata ruang kampus UPI serta data jumlah warga kampus UPI.
2. Penelitian
a. Kajian Hidrologis
Kajian hidrologi untuk mengetahui ketersediaan air di wilayah
penelitian, terdiri dari sebagai berikut.
1) Analisis hujan rencana
2) Analisis Evapotranspirasi Potensial
3) Kapasitas Infiltrasi
b. Kajian Kebutuhan Air
1) Kebutuhan air mahasiswa
2) Kebutuhan air staff pengajar
3) Kebutuhan air karyawan
4) Kebutuhan air pemeliharaan fasilitas
3. Pasca Penelitian
Rekomendasi, rekomendasi yang akan dihasilkan adalah rekomendasi
biopori dan sumur resapan untuk penampung air bagi pemenuhan kebutuhan
warga kampus UPI.
E. Instrument
1. Angket
Angket dapat dilihat pada lampiran nomor 1 tentang angket warga kampus
UPI. Angket tersebut akan diberikan kepada seluruh sampel secara insidental.
Angket diperlukan untuk mencari data kebutuhan air warga kampus UPI.
2. Alat
Alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Peta Detai Kampus UPI
2) Peta Ruang Terbuka Hijau Kampus UPI
3) Data Sumber Daya Manusia kampus UPI
27

4) Kamera Digital Kodak Easyshare m522 dengan resolusi 14 megapixel


sebagai alat pendokumentasi penelitian
5) PC (Acer PC ) untuk mengolah dan membuat data
6) Microsoft Office 2007 untuk mengolah data
7) Sofware Archgis 10.2 untuk pengolahan dan pembuatan peta

F. Variabel Penelitian
Variabel adalah konstruk yang sifat sifatnya sudah diberikan dalam bentuk
bilangan atau konsep yang mempunyai dua nilai pada suatu kontinui (Hasan,
2004). Dalam penelitian ini terdapat dua macam variabel yaitu variabel bebas
(X) dan Variabel terikat (Y). Variable bebas dalam penelitian ini adalah
kebutuhan air dan pemanenan air.
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi dan disebabkan oleh
variabel lain, namun suatu variabel tertentu dapat sekaligus menjadi varabel
bebas dan variabel terikat. Variable terikat dalam penelitian ini adalah
keseimbangan air.

Variabel Bebas (X) Variabel Terikat (Y)

Kebutuhan Air Pemanenan Air Keseimbangan Air

Indikator
Kebutuhan air per orang Hujan Rencana Output (Kebutuhan)
per hari Input (Pemanenan)
Evapotranspirasi
Potensial

Kapasitas Infiltrasi

G. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Studi pustaka
Studi pustaka merupakan Kajian yang digunakan untuk menguasai teoriteori
yang berkaiatan dengan judul. Selain itu studi pustaka juga mengumpulkan
data-data yang berkaitan dengan penelitian, yaitu data jumlah warga kampus
UPI, data penggunaan air, dan rencana tata ruang kampus.
28

2. Observasi
Observasi merupakan proses pengamatan, pencatatan, pencarian informasi di
lapangan dengan menggunakan instrumen dan pedoman observasi. Observasi
merupakan survei lapangan untuk mengetahui kemampuan UPI dalam
memanen air, diantaranya adalah kapasitas infiltrasi tanah UPI. Peneliti akan
melakukan observasi terhadap kemampuan tanah dalam menampung air
untuk dilakukan pemanenan air sebagai pemenuhan kebutuhan air warga
kampus UPI. Berikut adalah metode observasi yang dilakukan.
a. Kapasitas Infiltrasi
Untuk menentukan kapasitas infiltrasi menggunakan alat ukur infiltrasi
yaitu:
1) Bor tanah, bor tanah digunakan untuk membuat lubang pengukuran
di setiap titik sampel yang telah ditentukan.
2) Cermin, cermin digunakan untuk melihat hasil pengukuran terhadap
penurunan air pada lubang.
3) Alat ukur, alat ukur berupa meteran atau penggaris dengan panjang
minimal 50 cm.
4) Stopwatch, digunakan untuk menghitung waktu penurunan air pada
lubang.
5) Ember yang sudah terisi dengan air untuk mengisi lubang infiltrasi
yang telah dibuat.
Setelah alat-alat pengukuran disiapkan maka Langkah-langkah untuk
melakukan observasi pengukuran kapasitas infiltrasi tanah adalah
sebagai berikut.
1) Tanah yang menjadi lokasi sampel dibuat lubang menggunakan bor
dengan kedalaman sampai menyentuh zona perakaran sedalam 30
cm dan diameter yang bervariasi dari 10 cm, 20 cm, 30 cm, hingga
80 cm.
2) Selanjutnya pada lubang tersebut dimasukkan alat ukur seperti
penggaris atau meteran. Alat itu dimasukkan lurus dari permukaan
lubang tanah hingga menyentuh ujung lubang tanah.
29

3) Kemudian, lakukanlah pengisian air untuk menghitung besarnya


perkolasi pada tanah kajian. Pengisian air dilakukan selama 4 jam
dengan rentang waktu berkala dimulai dari hitungan 2 menit sampai
tanah jenuh oleh air.
4) Untuk mempermudah pengukuran, peneliti menggunakan cermin
untuk melihat perubahan air yang mengalami perkolasi. Cermin
diletakan miring menghadap pada lubang agar angka penurunan air
pada alat ukur dapat terlihat melalui cermin.
5) Hitung setiap penurunan air dengan stpowatch dan catat pada
instrumen observasi kapasitas infiltrasi.
b. Evapotranspirasi
Pengukuran evapotranspirasi dilakukan dengan cara sederhana sebagai
berikut.
1) Pengukuran Evaporasi
a) Pengukuran evaporasi menggunakan gelas ukur yang telah
diberi keterangan Gelas Evaporasi. Gelas tersebut diisi air
sebanyak 300 mm (Lihat Gambar 7)

100 mm

Gambar 7 Gelas Pengukuran Evaporasi


b) Sediakan alat ukur mistar untuk mengukur banyak air yang telah
teruap.
c) Pengukuran dilakukan selama 4 minggu (30 hari) dengan jarak
pengukuran selama 24 Jam.

2) Pengukuran Transpirasi
a) Pengukuran transpirasi menggunakan gelas ukur yang telah
diberi keterangan Gelas Transpirasi. Gelas tersebut diisi air
sebanyak 150 mm.
30

b) Siapkan tanaman percobaan untuk dimasukkan ke dalam gelas


ukur.
c) Tutup gelas ukur dengan plastik sehingga terlihat seperti gambar
berikut (Lihat Gambar 8)

150 mm

Gambar 8 Gelas Pengukuran Transpirasi


d) Sediakan alat ukur mistar untuk mengukur banyak air yang telah
teruap melalui tanaman percobaan tersebut.
e) Pengukuran dilakukan selama 4 minggu (30 hari) dengan jarak
pengukuran selama 24 Jam. Apabila air mulai surut maka boleh
ditambahkan dan jika tanaman mulai layu boleh diganti dengan
tanaman percobaan yang baru.

3) Pengukuran Evapotranspirasi
a) Pengukuran evapotranspirasi menggunakan gelas ukur yang
telah diberi keterangan Gelas Evapotrasnpirasi. Gelas tersebut
diisi air sebanyak 150 mm.
b) Siapkan tanaman percobaan untuk dimasukkan ke dalam gelas.
c) Gelas ukur tersebut dibiarkan terbuka (Lihat Gambar 9)

150 mm

Gambar 9 Gelas Pengukuran Evapotranspirasi


31

d) Sediakan alat ukur mistar untuk mengukur banyak air yang telah
teruap melalui tanaman percobaan tersebut.
e) Pengukuran dilakukan selama 4 minggu (30 hari) dengan jarak
pengukuran selama 24 Jam. Apabila air mulai surut maka boleh
ditambahkan dan jika tanaman mulai layu boleh diganti dengan
tanaman percobaan yang baru.
c. Angket
Angket akan diberikan kepada seluruh sampel untuk memperoleh data
tentang kebutuhan air warga kampus UPI, serta permasalah air yang
terjadi di kamps UPI secara insidental di lapangan. Penyebaran angket
dilakukan dengan insidental yaitu membidik responden ketika di
lapangan.

H. Teknik Analisis Data


Analisis data yang akan dilakukan adalah menghitung kebutuhan air warga
kampus UPI dan menghitung pemanenan air di wilayah kampus UPI. Selanjutnya
dihitung neraca air di lokasi penelitian, sehingga akan muncul rekomendasi-
rekomendasi terhada hasil penemuan dari penelitian. Teknik analisis data secara
lengkap akan dibahas sebagai berikut.
1. Analisis Kebutuhan Air
Analisis kebutuhan air dengan menghitung jumlah pemakaian seluruh warga
kampus UPI dan penggunaan air untuk fasilitas kampus. Kebutuhan air
dihitung per setiap bulan, bulan-bulan aktif perkuliahan dan bulan non aktif
perkuliahan, yakni selama 10 jam. Perhitungan kebutuhan air pada saat warga
kampus berada di lingkungan kampus UPI. Jumlah kebutuhan air dapat
diketahui setelah melakukan observasi angket pada sampel warga kampus
UPI setiap unit.

Data diperoleh dari hasil penyebaran angket kepada responden, selanjutnya


dilakukan tabulasi data. Teknik analisis data yang digunakan adalah
persentasi terhadap hasil yang diperoleh. Menggunakan rumus empiris
sebagai berikut.
Total Kebutuhan (m3/bulan) = Total penggunaan air x Rata-rata
32

2. Analisis Pemanenan Air


Analisis pemanenan air dengan analisis hujan rencana, evapotranspirasi
potensial, dan kapasitas infiltrasi. Dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Analisis Hujan Rencana
Analisis hujan rencana dilakukan untuk mengetahui berapa curah hujan
maksimal yang jatuh di lokasi penelitian. Karena ruang lingkup
penelitian adalah kampus 61 ha maka hanya menggunakan satu stasiun
hujan yaitu stasiun hujan cemara. Pemilihan stasiun hujan cemara karena
merupakan curah hujan terdekat di wilayah penelitian dan dapat
mewakili seluruh wilayah penelitian. Berikut data curah hujan rata-rata
maksimum di stasiun hujan cemara (Lihat Lampiran 1).

Perhitungan curah hujan tahunan dengan probabilitas minimal 80 %


terlampau digunakan dengan cara sebagai berikut.

1) Buatlah tabel data curah hujan bulanan maksimum dari tahun ke tahun
2) Urutkan data curah hujan bulanan maksimum dari nilai terkecil hingga
terbesar
3) Hitung peluang curah hujan dengan persamaan sebagai berikut.
0,12
T= +0.44
1
P (80%) = 100

Dimana D adalah urutan data dengan D=1 untuk data curah hujan
terbesar dan n adalah jumlah data hujan yang digunakan.
4) Ambilah data curah hujan dengan probabilitas 80% atau yang mendekati.

b. Analisis Evapotranspirasi Potensial


Evapotranspirasi potensial dihitung untuk mengetahui total air yang naik
ke udara. Besarnya dapat berbeda-beda bergantung kepada intensitas
hujan yang terjadi di wilayah penelitian. Perhitungan evapotrasnpirasi
potensial pada penelitian ini menggunakan perhitungan dengan rumus
Thornthwaite sebagai berikut.
e= A + B
33

Keterangan:
e = Evapotranspirasi Potensial
A = Evaporasi (Rata-rata dari pengukuran)
B = Transpirasi (Rata-rata dari pengukuran)

c. Kapasitas Infiltrasi
Untuk menentukan kapasitas infiltrasi menggunakan alat ukur infiltrasi
yaitu boring. Tanah yang menjadi loaksi sampel dibor hingga 50 cm
dengan diameter 10-15 cm, selanjutnya dimasukkan alat ukur seperti
penggaris atau meteran. Kemudian, lakukanlah pengisian air untuk
menghitung besarnya perkolasi pada tanah kajian. Untuk mempermudah
pengukuran peneliti menggunakan cermin untuk melihat perubahan air
yang mengalami perkolasi.

Pengisian air dilakuakn berulang sampai kondisi tanah jenuh.


Perhitungan untuk kapasitas infiltrasi menggunakan rumus Horton
sebagai berikut.

f= fc + (fo-fc)e-kt
Keterangan:
f = kapasitas infiltrasi pada waktu tertentu (cm/menit)
fc = tingkat infiltrasi setelah konstan (cm/menit)
fo = tingkat infiltrasi awal (cm/menit)
e = 2,78 (ketetapan)
k = 1/m log e (ketetapan)
t = waktu konstan

d. Analisis Keseimbangan Air


Analisis keseimbangan air yaitu perbandingan antara kebutuhan air
warga kampus dengan kemampuan UPI untuk memanen air atau
menyediakan air bagi warganya, apabila kebutuhan air lebih banyak
daripada kemampuan UPI untuk menyediakan air maka kampus UPI
34

belum mandiri dalam pengelolaan air, sehingga perlu upaya pengelolaan


air terpadu untuk keseimbangan air di kampus UPI.

Keseimbangan Air = Input Output

Keseimbangan Air= (Curah Hujan+Kapasitas Infiltrasi)(Evapotranspirasi)

I. Bagan Alur Penelitian

Mulai

Tahap Persiapan Penelitian


Data Data Hidrologi
Jumlah dan Data Tata
Inventarisasi Data Actual Ruang
Warga
Kampus Kampus
UPI
Tahap Penelitian
Perhitungan
analisis
hujan Persiapan Instrument

rencana
Perhitungan
Kajian Hidrologis
analisis Observasi angket
evapotransp kebutuhan
mahasiswa, staf
irasi pengajar, tata usaha
Observasi Kajian Kebutuhan Air atau pegawai, serta
potensial
pemeliharaan
Lapangan
fasilitas kampus
dan
Perhitungan
Analisis Keseimbangan Air
analisis
kapasitas
infiltrasi Tahap Pasca Penelitian

Rekomendasi
35

Daftar Pustaka

Soewarno. 2000. Hidrologi Operasional. Jilid Kesatu. Bandung: PT. Citra


Aditya Bakti.
BAPPENAS. 2000. Letter of Sector Policy Water Resources and Irrigation Sector:
Policy, Institutions, Legal and Regulatory Reform Program. Jakarta: Pokja
Reformasi Kebijakan Sektor Sumberdaya Air, Bappenas
Suripin,Ir. 2002. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Jogjakarta: Andi
Linsley, Ray, K & Franzini, Joseph, B. 1985. Teknik Sumber Daya Air Jilid 2 Edisi
Ketiga. Jakarta: Erlangga
Linsley, Ray, K & Franzini, Joseph, B. 1985. Teknik Sumber Daya Air Jilid 2 Edisi
Keempat. Jakarta: Erlangga
Kodoatie, Robert, J & Sjarief, Roestam. 2010. Tata Ruang Air. Jogjakarta: Andi
Kodoatie, Robert, J & Sjarief, Roestam. 2005. Pengelolaan Sumber Daya Air
Terpadu. Jogjakarta: Andi
Sosrodarsono, Suyono & Takeda, Kensaku. 1983. Hidrologi untuk Pengairan.
Jakarta: Pradnya Paramita
Widiati, Iis, R & Argo, Teti, A. 2008. Analisis Defisit Sumber Daya Air Terpadu
Sebagai Upaya Pelestarian Sumber Daya Air (Studi kasus: Kecamatan
Losarang,
Kabupaten Indramayu). Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK, 2 (3) hlm
833-842.
Swastiastuti, Amdalia, Sri dkk. 2012. Keseimbangan Air di Kecamatan Teluk
Pakedai, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat. Jurnal Teknik Sipil Untan
/ 12 (2) HLM 141-150.
Nugroho, Amien. 1989. Beberapa Teori dan Aplikasi Rumus Thornthwaite untuk
Menghitung Cadangan Sumber Daya Air. Majalah Geografi Indonesia. 2(3)
hlm 27-38.
Nasution & Dzalim, Syaifullah. 2005. Analisis Spasial Indeks Kekeringan Daerah
Pantai Utara (Pantura) Jawa Barat. JAI. 1 (2) hlm 235-243.
Tulenan, Yoa, F.A. 2014. Perkembangan Jumlah Penduduk dan Luas Lahan
Pertanian di Kabupaten Minahasa Selatan. Universitas Sam Ratulangi. hlm 1-
14.
Ariyanto, Dony. 2007. Analisis Kebutuhan Air Bersih dan Ketersediaan Air Bersih
di Ipa Sumur. Universitas Sebelas Maret.
Halik, Gusfan & Widodo, Jojok. 2008. Pendugaan Potensi Air Tanah Dengan
Metode Geolistrik Konfigurasi Schlumberger Di Kampus Tegal Boto
Universitas Jember. Media Teknik Sipil. hlm 109-114.

Anda mungkin juga menyukai