Air Sanitasi
Air Sanitasi
disusun oleh:
Gambar 3.1: Komponen dasar saringan pasir lambat sistem kontrol inlet.
(Sumber: Said dan Wahjono, 1999)
Gambar 3.2 : Komponen dasar saringan pasir lambat sistem kontrol outlet.
(Sumber: Said dan Wahjono, 1999)
Gambar 3.3 skema saringan pasir lambat down flow yang digunakan unutk percobaan
Kedua sistem saringan pasir lambat tersebut mengunakan sistem penyaringan dari atas ke
bawah ( down flow ). Kapasitas pengolahan dapat dirancang dengan berbagai macam ukuran
sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan. Biasanya saringan pasir lambat hanya terdiri dari
sebuah bak yang terbuat dari beton, ferosemen, bata semen atau bak fiber glass untuk menampung
air dan media penyaring pasir. Bak ini dilengkapi dengan sistem saluran bawah, inlet, outlet dan
peralatan kontrol. (Said dan Wahjono, 1999)
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada sistem saringan pasir lambat antara lain yakni:
(1) Bagian Inlet
Struktur inlet dibuat sedemikian rupa sehingga air masuk ke dalam saringan tidak merusak
atau mengaduk permukaan media pasir bagian atas. Struktur inlet ini biasanya berbentuk segi
empat dan dapat berfungsi juga untuk mengeringkan air yang berada di atas media penyaring
(pasir). (Said dan Wahjono, 1999)
(2) Lapisan Air di Atas media Penyaring (supernatant)
Tinggi lapisan air yang berada di atas media penyaring ( supernatant ) dibuat sedemikian
rupa agar dapat menghasilkan tekanan ( head ) sehingga dapat mendorong air mengalir melalui
unggun pasir. Di samping itu juga berfungsi agar dapat memberikan waktu tinggal air yang akan
diolah di dalam unggun pasir sesuai dengan kriteria disain. (Said dan Wahjono, 1999)
(3) Bagian Pengeluaran (Outlet)
Bagian outlet ini selain untuk pengeluran air hasil olahan, berfungsi juga sebagai weir untuk
kontrol tinggi muka air di atas lapisan pasir. (Said dan Wahjono, 1999)
(4) Media Pasir (Unggun Pasir)
Media penyaring dapat dibuat dari segala jenis bahan inert(tidak larut dalam air atau tidak
bereaksi dengan bahan kimia yang ada dalam air). Media penyaring yang umum dipakai yakni
pasir silika karena mudah diperoleh, harganya cukup murah dan tidak mudah pecah. Diameter
pasir yang digunakan harus cukup halus yakni dengan ukuran 0,2-0,4 mm. (Said dan Wahjono,
1999)
(5) Sistem Saluran Bawah (Drainage)
Sistem saluran bawah berfungsi untuk mengalirkan air olahan serta sebagai penyangga
media penyaring. Saluran ini tediri dari saluran utama dan saluran cabang, terbuat dari pipa
berlubang yang di atasnya ditutup dengan lapisan kerikil. Lapisan kerikil ini berfungsi untuk
menyangga lapisan pasir agar pasir tidak menutup lubang saluran bawah. (Said dan Wahjono,
1999)
(6) Ruang Pengeluaran
Ruang pengeluaran terbagi menjadi dua bagian yang dipisahkan dengan sekat atau dinding
pembatas. Di atas dinding pembatas ini dapat dilengkapi dengan weir agar limpasan air olahannya
sedikit lebih tinggi dari lapisan pasir. Weir ini berfungsi untuk mencegah timbulnya tekanan di
bawah atmosfir dalam lapisan pasir serta untuk menjamin saringan pasir beroperasi tanpa fluktuasi
level pada reservoir. Dengan adanya air bebas yang jatuh melalui weir, maka konsentrasi oksigen
dalam air olahan akan bertambah besar. (Said dan Wahjono, 1999)
Pengolahan air bersih dengan menggunakan sistem saringan pasir lambat konvensional ini
mempunyai keunggulan antara lain :
- Tidak memerlukan bahan kimia, sehingga biaya operasinya sangat murah.
- Dapat menghilangkan zat besi, mangan, dan warna serta kekeruhan.
- Dapat menghilangkan ammonia dan polutan organik, karena proses penyaringan berjalan secara
fisika dan biokimia. Sangat cocok untuk daerah pedesaan dan proses pengolahan sangat
sederhana. (Said dan Wahjono, 1999)
Sedangkan beberapa kelemahan dari sistem saringan pasir lambat konvensiolal tersebut
yakni antara lain :
- Jika air bakunya mempunyai kekeruhan yang tinggi, beban filter menjadi besar, sehingga sering
terjadi kebuntuan. Akibatnya waktu pencucian filter menjadi pendek.
- Kecepatan penyaringan rendah, sehingga memerlukan ruangan yang cukup luas.
- Pencucian media filter dilakukan secara manual, yakni dengan cara mengeruk lapisan pasir
bagian atas dan dicuci dengan air bersih, dan setelah bersih dimasukkan lagi ke dalam bak
saringan seperti semula.
- Karena tanpa bahan kimia, tidak dapat digunakan untuk menyaring air gambut.
Untuk mengatasi masalah sering terjadinya kebuntuan saringan pasir lambat akibat
kekeruhan air baku yang tinggi, dapat ditanggulangi dengan cara modifikasi disain saringan pasir
lambat yakni dengan menggunakan proses saringan pasir lambat Up Flow (penyaringan dengan
aliran dari bawah ke atas). (Said dan Wahjono, 1999)
b. Sistem Saringan Pasir Lambat Up Flow
Teknologi saringan pasir lambat yang banyak diterapkan di Indonesia biasanya adalah
saringan pasir lambat konvesional dengan arah aliran dari atas ke bawah ( down flow ), sehingga
jika kekeruhan air baku naik, terutama pada waktu hujan, maka sering terjadi penyumbatan pada
saringan pasir, sehingga perlu dilakukan pencucian secara manual dengan cara mengeruk media
pasirnya dan dicuci, setelah bersih dipasang lagi seperti semula, sehingga memerlukan tenaga yang
cucup banyak. Ditambah lagi dengan faktor iklim di Indonesia yakni ada musim hujan air baku
yang ada mempunyai kekeruhan yang sangat tinggi. Hal inilah yang sering menyebabkan saringan
pasir lambat yang telah dibangun kurang berfungsi dengan baik, terutama pada musim hujan. (Said
dan Wahjono, 1999)
Jika tingkat kekeruhan air bakunya cukup tinggi misalnya pada waktu musim hujan, maka
agar supaya beban saringan pasir lambat tidak telalu besar, maka perlu dilengkapi dengan
peralatan pengolahan pendahuluan misalnya bak pengendapan awal atau saringan " Up Flow "
dengan media berikil atau batu pecah, dan pasir kwarsa atau silika. Selanjutnya dari bak saringan
awal, air dialirkan ke bak saringan utama dengan arah aliran dari bawah ke atas ( Up Flow ). Air
yang keluar dari bak saringan pasir Up Flow tersebut merupakan air olahan dan di alirkan ke bak
penampung air bersih, selanjutnya didistribusikan ke konsumen dengan cara gravitasi atau dengan
memakai pompa. (Said dan Wahjono, 1999)
Diagram proses pengolahan bersih dengan sistem saringan pasir lambat Up Flow
ditunjukkan pada Gambar 3.4. Dengan sistem penyaringan dari arah bawah ke atas ( Up Flow ),
jika saringan telah jenuh atau buntu, dapat dilakukan pencucian balik dengan cara membuka kran
penguras. Dengan adanya pengurasan ini, air bersih yang berada di atas lapisan pasir dapat
berfungsi sebagai air pencuci media penyaring (back wash). Dengan demikian pencucian media
penyaring pada saringan pasir lambat Up Flow tersebut dilakukan tanpa mengeluarkan atau
mengeruka media penyaringnya, dan dapat dilakukan kapan saja. (Said dan Wahjono, 1999)
Saringan pasir lambat " Up Flow " ini mempunyai keunggulan dalam hal pencucian media
saringan (pasir) yang mudah, serta hasilnya sama dengan saringan pasir yang konvesional.
Kapasitas pengolahan dapat dirancang dengan berbagai macam ukuran sesuai dengan kebutuhan
yang diperlukan. (Said dan Wahjono, 1999)
Gambar 3.4 : Diagram proses pengolahan bersih dengan sistem saringan pasir lambat Up
Flow . (Sumber: Said dan Wahjono, 1999)
Gambar 3.5 Skema saringan pasir lambat up flow yang digunakan uneuk percobaan
(Sumber: Said dan Wahjono, 1999)
- Bangunan penyadap
- Bak Penampung / bak Penenang
- Saringan Awal.
- Saringan Pasir Utama.
- Bak Air Bersih.
- Perpipaan, kran, sambungan dll.
- Kapasitas pengolahan dapat dirancang dengan berbagai macam ukuran sesuai dengan
kebutuhan yang diperlukan. (Said dan Wahjono, 1999)
PERTANYAAN
1. Winda Fauzi Istiqomah (115061100111003)
a. Mengapa air dikatakan tercemar ketika suhu udara sama dengan suhu air?
Jawab : Karena banyaknya aktifitas metabolisme mikroorganisme dalam air yang
menyebabkan suhu air meningkat. Hal itu mengakibatkan oksigen terlarut dalam air berkurang.
b. Pada sistem Saringan Pasir Lambat Up Flow tekanan yang didapatkan berasal darimana?
Jawab : Pada sistem Saringan Pasir Lambat Up Flow menggunakan tekanan yang berasal dari
ketinggian air baku di atas media pasir yang disebut head loss. Head loss ini memberikan tekanan
yang cukup sehingga mampu mendorong air baku sehingga dapat melewati media pasir.
2. Vivi Anita Aprilia (115061107111005)
Bagaimana mekanisme terjadinya Biokimia dalam sistem Saringan Pasir Lambat Down Flow?
Jawab : Proses Biokimia dalam sistem Saringan Pasir Lambat Down Flow terjadi ketika zat
organik maupun anorganik tidak dapat melewati media pasir sehingga membentuk lapisan
biologis. Proses Biokimia ini tidak memerlukan bahan kimia tambahan karena proses ini terjadi
secara alami dengan terhambatnya kotoran zat organik maupun anorganik di atas lapisan atas
media pasir.
3. Alfonsina AAT (115061100111027)
a. Apa fungsi bak Ground pada pengolahan air sanitasi yang bersumber air permukaan?
Jawab : Fungsi bak ground merupakan tempat penyimpanan air bersih sementara yang berasal
dari tangki sand filtrasi dan juga sebagai tempat pengendapan lumpur-lumpur yang masih terikut
pada proses pengolahan air bersih.
b. Bagaimana mekanisme backwashing pada pengolahan air sanitasi yang bersumber air
permukaan?
Jawab : Air bersih yang ditampung pada clear water tank dipompakan ke sand filter dengan
arah aliran Up Flow sehingga koloid-koloid yang mengisi rongga pada media pasir akan terangkat
dan kemudian dialirkan ke filter amiad, dimana pada filter amiad ini dilakukan penyaringan air
dan secara periodik dapat melakukan backwashing secara otomatis.
c. Pada sistem Saringan Pasir Lambat, manakah jenis proses pengolahan air sanitasi yang
lebih bagus (sistem Down Flow kontrol inlet, sistem Down Flow kontrol outlet dan sistem Up
Flow)?
Jawab : Jenis proses pengolahan air sanitasi yang lebih bagus adalah sistem Up Flow. Hal ini
dikarenakan sistem Up Flow merupakan pembaharuan dari sistem Saringan Pasir Lambat Down
Flow. Pada sistem Saringan Pasir Lambat Down Flow kontrol inlet maupun outlet memiliki
kekurangan pada pencucian media filternya. Pada sistem Down Flow dilakukan pengerukan pasir
untuk dicuci dengan air bersih sedangkan sistem Up Flow dengan air bersih sebagai backwashing
dengan cara membuka kran penguras sehingga air bersih mengalir melalui media pasir dan
kotoran-kotoran di media pasir dapat mengalir ke bawah.
4. Lilis Triyowati Andriani (1150601111009)
a. Untuk apa kandungan Fe dihilangkan pada proses filtrasi padahal pada proses aerasi sudah
dihilangkan?
Jawab : Pada proses aerasi, Fe dalam air baku akan teroksidasi apabila berkontak dengan udara
menjadi Fe2O3 yang dapat mengendap. Endapan Fe2O3 akan disaring melalui proses filtrasi.
b. Bagaimana cara menghilangkan nitrit dan H2S dalam air baku untuk diolah menjadi air
sanitasi?
Jawab : Untuk menghilangkan nitrit pada proses pengolahan air sanitasi dapat menggunakan
mikroorganisme yang dapat mereduksi nitrit menjadi NO kemudian menjadi N2O dan gas
nitrogen.
5. Dobita Amanda F (115061100111021)
Bagaimana cara mengontrol tekanan pada sistem Saringan Pasir Lambat Up Flow?
Jawab : Ketingggian air masuk diperhitungkan sehingga cukup memberikan tekanan untuk
melewati media pasir.
6. David Johan (115061100111013)
Apa fungsi dari kran penguras pada jenis sistem Saringan Pasir Lambat Down Flow kontrol
inlet dan kontrol outlet?
Jawab : Kran penguras bak air bersih pada sistem inlet dan outlet berfungsi untuk menguras air
bersih pada bak penampung air bersih sehingga dapat dilakukan pencucian bak penampung.
DAFTAR PUSTAKA
Hardyanti, Nurandani dan Fitri, Nurmeta Diana. 2006. Jurnal PresipitasiVol.1 No.1: Studi
Evaluasi Instalasi Pengolahan Air Bersih Untuk Kebutuhan Domestik Dan Non Domestik
(Studi Kasus Perusahaan Tekstil Bawen Kabupaten Semarang). Semarang: UNDIP Program
Studi Teknik Lingkungan.
Said, Nusa Idaman dan Wahjono, Heru Dwi. 1999. Teknologi Pengolahan Air Bersih dengan
Proses Saringan Pasir Lambat Up Flow. Jakarta: Direktorat Teknologi Lingkungan, Deputi
Teknologi Informasi, Materi, Energi dan Lingkungan, Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi.