Anda di halaman 1dari 32

/ABSTRAK

Telah dilakukan percobaan viskositas cairan sebagai fungsi


temperatur yang bertujuan untuk menentukan viskositas cairan dengan
metode ostwald dan mempelajari pengaruh temperatur terhadap viskositas
cairan. Prinsip dari percobaan ini adalah dengan membandingkan
viskositas suatu cairan yang sudah diketahui nilainya untuk mencari
viskositas yang belum diketahui nilainya. Dalam hal ini,viskositas yang
sudah diketahui yaitu aquades yang digunakan unutk mencari nilai
viskositas aseton. Metode yang digunakan yaitu metode Ostwald. Hasil
yang didapatkan menunjukkan semakin besar temperatur maka waktu
yang dibutuhkan semakin besar. Viskositas untuk benzena pada maing-
masing suhu adalah: 350C = 2,858 x 10-3 Pa.s ; 400C = 1,42 x 10-3 Pa.s ;
450C = 0,258 x 10-3 Pa.s ; 500C = 0,134 x 10-3 Pa.s. Dan untuk aseton nilai
viskositas pada masing-masing suhu adalah : 350C = 0,9767 x 10-3 Pa.s ;
400C = 0,8875 x 10-3 Pa.s ; 450C = 0,686 x 10-3 Pa.s ; 500C = 0,6925 x 10-3
Pa.s.
PERCOBAN II
VISKOSITAS CAIRAN SEBAGAI FUNGSI TEMPERATUR

I. TUJUN PERCOBAAN
I.1. Menentukan viskositas cairan dengan metode Ostwald
I.2. Mempelajari pengaruh temperature terhadap viskositas cairan
II. DASAR TEORI
2.1 Viskositas
Viskositas adalah gaya persatuan luas yang diperlukan untuk
mendapatkan beda kecepatan sebesar 1 cm/detik antara 2 lapisan zat
sejajar dan berjarak 1 cm, atau dengan kata lain viskositas adalah tataran
yang dilakukan lapisan fluida terhadap lapisan lainnya.
Reyrold mempelajari suatu kondisi dimana suatu jenis aliran
menjadi jenis cairan lain dan menemukan bahwa kecepatan kritis dimana
aliran laminar berubah menjadi terbulen tergantung dari diameter tabung,
viskositas, densitas dan kecepatan linear rata-rata :

r..d
RN 
n
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa bilangan reynold ialah
besaran yang tidak berdimensi dan bebas, angkanya adalah sama dengan
setiap system tertentu.
Senyawa yang digunakan dalam viskositas ini adalah aseton.
Koefisien viskositas berubah-ubah dengan berubahnya temperature dan
hubungannya secara matematis adalah:
B
log  A 
T
Viskositas zat cair berkurang dengan meningkatnya temperatur (Dogra,
1990)
Zat cair suatu gas dalam larutan mengalami gesekan antara
lapisannya karena gesekan itu maka suatu zat akan bersifat menahan
cairan. Besar kecilnya gaya gesekan tergantung pada sifat zat cair tersebut,
yang selanjutnya disebut dengan koefisien kekentalan atau viskositas
dengan rumus :

E
  A.e E / RT atau ln  ln A 
RT

dengan A adalah tetapan yang tergantung berat molekul dan volume molar
cairan dan E adalah energy ambang per mol yang diperlukan untuk proses
awal cairan. (Daniels, 1970).

2.2 Faktor –faktor yang mempengaruhi viskositas


a) Densitas
Pengaruh densitas terhadap viskositas dapat ditunjukan dengan
rumus :
 .t
 x  x x . a
dimana bias distribusi xzat
.t x x jauh lebih besar, maka densitas akan

semakin besr pula.


b) Temperatur
Fakta ini berpengaruh secara dominan (terhadap gas) semakin
besar pula, sehingga jarak antar molekul menjadi lebih kecil. Sebagai
akibatnya gerakan molekul akan semakin cepat dan viskositas semakin
besar pula.
c) Tekanan
Untuk semua cairan, viskositas akan bertambah bila tekanan
meningkat, sedang untuk air hl tersebut tidak berlaku.
d) Gerak Gesek
Secara matematis kan diperoleh rumus :
G
x 
A.dv / dy

Dengan : G = gaya gerak


η = viskositas
A = luas lapisan zat cair
dv = perbandingan kecepatan antara 2 lapisan zat cair yang
berjarak dy (Atkins,1994)
2.3 Bentuk Aliran Zat
Bentuk aliran zat cair menentukan angka kekentalan. Aliran zat
cair harus merupakan aliran linear. Hal ini dapat dicapai dengan kecepatan
yang tidak terlalu besar, dimana tidak terjadi torbulensi. Adapun macam–
macam aliran, sebagai berikut :
1 Aliran laminar
Suatu aliran zat cair dimana airnya pada semua titik di semua
penampang lintang sama. Hal ini dapat di capai bila kecepatan tidak
terlalu besar dan rintangan–rintangan perbedaan luas penampang serta
belokan–belokan dalam pipa tidak mengakibatkan perubahan dan arah
arus yang tiba-tiba.
2 Aliran Turb
Suatu aliran zat dimana kecepatan alirnya tidak teratur. Arus ini
terjadi bila syarat-syarat arus luminer tidak terpenuhi.
3 Aliran Peralihan
Aliran zat pada saat terjadi aliran dari arus luminer ke arus turbulen
dan sebaliknya .(Atkins,1994)

2.4 Koefisien Viskositas


Untuk fluida yang berbeda, makin kental fluida tersebut,makin
besar gaya yang diperlukan konstanta pembanding untuk persamaan ini

V
didefinisikan sebagai koefisien viskositas (η), dimana F   A .
l
Fl
Dengan menyelesaikan untuk η, kita dapatkan   . Satuan SI untuk η
VA
adalah NS/m2 = Pas. (Dogra, 1990)

2.5 Viskositas Cairan


Setiap fluida mempunyai viskositas yang berbeda-beda yang
harganya bergantung pada jenis cairan dan suhu cairan mempunyai
viskositas lebih besar daripada gas, karena mempunyai gaya gesek untuk
mengalir lebih besar, viskositas cairan naik dengan bertambahnya tekanan.
(Dogra, 1990)

2.6 Bilangan Reynold


Bilangan Reynold adalah bilangan yang tak berdimensi, dalam hal
ini :
z.r. .V
Re 

Suatu aliran diikatkan aliran laminar apabila lebih harga Re, maka aliran
ini akan mengalami transisi terbuka. Aliran terbuka memiliki harga Re
lebih besar dari 10. (Atkins, 1994)

2.7 Variasi η Terhadap Temperatur


Viskositas cairan turun dengan bertambahnya temperature. Salah
satu hubungan η dan T dinyatakan oleh persamaan :
A A dan B = tetapan
log  B
T

Persamaan lain
A A,B,C = tetapan
log   B log T  C
T

(Sukardjo, 1990)

2.8 Pengukuran Viskositas


a) Viskosimeter Ostwald
Yaitu dimana waktu dibutuhkan untuk mengalirnya sejumlah
tertentu cairan dicatat, dan dihitung dengan persamaan :
  R ( P ) R  t
Umumnya koefisien viskositas dihitung dengan membandingkan laju
aliran cairan dengan laju aliran yang koefisien viskositasnya diketahui.
Hubungannya ialah :
1 d i .ti

 2 d 2 .t 2
(Dogra,1990)
Dalam viskositas Ostwald yang diperlukan oleh larutan untuk
melewati pipa kapiler dicatat dan dibandingkan dengan sampel
standar. Metode ini cocok untuk menetukan karena perbandingan
viskositas larutan dan pelarut murni, sebanding dengan waktu
pengaturan t dan t* setelah dikoreksi untuk perbedaan rapatan.
(Atkins,1997)
b) Metode Bola Jatuh
Metode bola jatuh menyangkut gaya gravitasi yang seimbang
dengan gerakan aliran pekat dan hubungannya adalah :
2rb 2 ( db.d ) g

g .v

dimana b merupakan bola jatuh atau manik-manik dan g adalah


konstanta gravitasi. Apabila digunakan metode perbandingannya
didapatkan :
1 (db.d i ).ti

 2 (db.d 2 ).t 2

(Dogra, 1990)
Dalam menafsirkan pengukuran viskositas banyak terdapat
kerumitan. Kebanyakan pengukuran didasarkan pada perbandingan
dengan sampel standar. Tampak beberapa keteraturan, yang membantu
dalam penentuan ini, contohnya ternyata bahwa larutan dan makro
molekul sering memenuhi :

   KM a

Dimana k dan a merupakan konstanta yang bergantung pada pelarut


dan jenis makromolekul. Sebagai contoh, larutan poli (y benzyl-
(glutamate)) dalam bentuknya yang seperti batang mempunyai
viskosits instrinsik empat kali lebih besar daripada ketika molekul itu
di denaturasi dan batangnya hancur menjadi larutan acak, sebaliknya
larutan nuklease alam kurang kental di bandingkan bentuknya yang
terdenaturasi. Ini menunjukkan bahwa protein alam itu lebih padat
daripada ketika molekul itu terdenaturasi.
Salah satu kerumitan dalam pengukuran viskositas adalah
dalam beberapa kasus ternyata fluida itu bersifat non-newtonion yaitu
viskositasnya berubah saat laju aliran bertambah. Penurunan viskositas
dengan bertambahnya laju aliran menunjukkan adanya molekul seperti
batang panjang, yang terorientasi oleh aliran itu, sehingga saling
meluncur melewati satu sama lain dengan lebih bebas. Dalam beberapa
kasus tekanan yang disebabkan oleh aliran menjadi besar, sehingga
molekul panjang terputus-putus ini membawa konsekuensi lebih lanjut
pada viskositas (Atkins,1997).

2.9 Kekentalan
Fluida yang berbeda memiliki besar viskositas yang berbed. Sirup
lebih kental daripada bir. Minyak lemak lebih kental daripada minyak
mesin. Zat cair pada umumnya harus lebih kental dari gas. Viskositas
fluida yang berbeda dapat dinyatakan secara kuantitatif oleh koefisien
viskositas. Kecepatan bervariasi secara kontinyu dari 0 sampai v.
Perubahan kecepatan dibagi dengan jarak terjadinya perubahan ini sama
dengan v/F disebut gradient kecepatan. Untuk menggerakkan lempeng
yang di atas dibutuhkan v sebanding dengan luas fluida yang berbeda,
makin kental fluida tersebut, makin besar gaya diperlukan konstanta
pembanding untrue persamaan ini didefinisikan sebagai koefisien
viskositas.
Satuan Internasional viskositas adalah Nsm-1=Pas. Pada system cgs,
satuan tersebut adalah dynes cm-1 dan satuan ini disebut poise (p).
(Giancolly,1998).

2.10 Hukum Poissezuille


Hukum Poissezuille berlaku hanya untuk aliran fluida luminer (non
turbulen) dengan viskositas konstan yang tergantung pada kecepatan
fluida. Darah adalah fluida kompleks yang terdiri dari partikel-partikel
padat dengan berbagai bentuk yang terkandung dalam suatu cairan. Bila
kecepatan suatu aliran fluida menjadi cukup besar aliran luminer rusak dan
turbulensi terjadi. Aliran fluida dapat digolongkan oleh bilangan rak
berdimensi yang dinamakan bilangan Reynold. Nr didefinisikan :
Zr .
Nr 

(Atkins, 1997)

2.11 Analisa Bahan


2.11.1. Aseton
Sifat fisik : - berwujud cair, tak berwarna, berbau khas
- Sangat beracun, bila uapnya dihirup akan
membahyakan kesehatan
- Titik leleh 2790C, titik didih 3530C
Sifat kimia : - BM 78,108 g/mol
- Bersifat non polar
(Daintith, 1994)

2.11.2. Aquadest
Sifat fisik : - Jernih, tidak berwarna
- Larut dalam senyawa polar
- Digunakan sebagai pelarut
Sifat kimia : - Bersifat polar
- BM 18,016 g/mol
(Daintith,1994)

III. HIPOTESA
Percobaan viskositas cairan sebagai fungsi temperatur ini bertujuan
untuk menentukan viskositas cairan dengan metode Ostwald dan mempelajari
pengaruh temperatur terhadap viskositas cairan. Prinsip dari percobaan ini
adalah membandingkan viskositas suatu cairan yang sudah diketahui nilainya
untuk mencari viskositas yang belum diketahui nilainya. Pada viskositas suatu
cairan besarnya temperatur sangat mempengaruhi dimana semakin tinggi
temperatur maka semakin rendah viskositasnya.

IV. METODE PERCOBAAN


4.1 Alat dan Bahan
4.1.1. Alat
a. Viskosimeter Ostwold
b. Pipet filter
c. Stopwatch
d. Pipet ukur
e. Pipet tetes
f. Neraca
g. Gelas ukur
h. Piknometer

4.1.2. Bahan
a. Aseton
b. Benzena
c. Aquadest
4.1.3. Skema kerja
 Pengukuran Waktu Alir Air

Aquadest
- Pengaturan suhu (350C, 400C, 450C,
Gelas Ukur
500C)
- Penggunaan viskometer yang bersih
- Pemasukan sampel kedalam pipa
viskometer ostwald
- Menempatkan sampel hingga menuju
pada garis m
- Pendiaman cairan mengalir bebas
- Pencatatan waktu aliran dari m ke n
- Pengulangan 3x

Hasil

o Penentuan Rapat Massa Air

Aquadest
- pengaturan suhu (350C, 400C, 450C,
Piknometer
500C)
- pengukuran rapat massa
Hasil

 Sampel Benzena
 Pengukuran Waktu Alir Benzena

Benzena

Gelas Ukur
- Pengaturan suhu (350C, 400C, 450C,
500C)
- Penggunaan viskometer yang bersih
- Pemasukan sampel kedalam pipa
viskometer ostwald
- Menempatkan sampel hingga menuju
pada garis m
- Pendiaman cairan mengalir bebas
- Pencatatan waktu aliran dari m ke n
- Pengulangan 3x

Hasil

 Penentuan rapat Massa Benzena

Benzena
Piknometer - pengaturan suhu (350C, 400C, 450C, 500C)

- pengukuran rapat massa

Hasil

 Sampel Aseton
 Pengukuran Waktu Alir Aseton

Aseton

Gelas Ukur - Pengaturan suhu (350C, 400C, 450C,


500C)
- Penggunaan viskometer yang bersih
- Pemasukan sampel kedalam pipa
viskometer ostwald
- Menempatkan sampel hingga menuju
pada garis m
- Pendiaman cairan mengalir bebas
- Pencatatan waktu aliran dari m ke n
- Pengulangan 3x

Hasil
 Penentuan Rapat Massa

Sampel Aseton
Piknometer
- pengaturan suhu (350C, 400C, 450C, 500C)

- pengukuran rapat massa

Hasil

V. DATA PENGAMATAN
mo piknometer = 16,509 gr
v piknometer = 25 mL
m piknometer + air (25 mL) T  350C = 41,378 gr
T  400C = 41,379 gr
T  450C = 41,248 gr
T  500C = 41,184 gr

m piknometer + benzena (25 mL) T  350C = 36,79 gr


T  400C = 37,026 gr
T  450C = 36,96 gr
T  500C = 37,02 gr

m piknometer + aseton (25 mL) T  350C = 40,236 gr


T  400C = 40,650 gr
T  450C = 40,566 gr
T  500C = 40,562 gr

Waktu yang diperlukan pada viskometer


t air1 T  350C = 1,37 s
T  400C = 1,68 s
T  450C = 2,19 s
T  500C = 2,70 s

t benzena T  350C = 14,61 s


T  400C = 14,25 s
T  450C = 3,13 s
T  500C = 2,56 s
t aseton T  350C = 1,65 s
T  400C = 1,92 s
T  450C = 2,06 s
T  500C = 2,74 s

t air2 T  350C = 3,64 s


T  400C = 6,91 s
T  450C = 7,78 s
T  500C = 11,58 s

VI. PEMBAHASAN
Percobaan viskositas cairan sebagai fungsi temperatur ini bertujuan
untuk menentukan viskositas cairan dengan metode ostwald dan
mempelajari pengaruh temperatur terhadap viskositas. Prinsip dari
percobaan ini adalah membandingkan viskositas suatu cairan yang sudah
diketahui nilainya untuk mencari viskositas yang belum diketahui nilainya.
Dalam hal ini,viskositas yang sudah diketahui yaitu aquades yang
digunakan unutk mencari nilai viskositas aseton. Metode yang digunakan
yaitu metode ostwald.
Pada percobaan dilakukan pengaturan suhu. Suhu larutan dibuat
menjadi 350C, 400C, 450C, dan 500C. Tujuan pengaturan suhu adalah
sebagai variasi agar diketahui pengaruh suhu terhadap nilai viskositas.
Pada viskositas yang didapatkan akan dibuat dalam bentuk grafik.
Berdasarkan Literatur, Semakin tinggi temperatur maka semakin kecil
viskositas dan waktu yang yang dibutuhkan semakin cepat. Pada larutan
yang telah dipanaskan sampai suhu yang telah ditentukan di atas, dibagi
dua. Sebagian diukur massa jenisnya menggunakan piknometer 25 ml dan
sebagian lagi dimasukkan ke viskosimeter ostwald untuk diukur
viskositasnya. Pengukuran massa jenis dan viskositas dilakukan cepat dan
serentak agar pada saat pengukuran, suhu belum berubah.
Kemudian larutan tesebut dimasukkan ke dalam viskosimeter
ostwald. Larutan yang ada didalam viskosimeter tadi dihisap dengan
menggunakan penghisap melalui selang yang menempel pada salah satu
ujung viskosimeter tadi. Larutan dihisap hingga permukaannya menyentuh
garis bagian atas pada pipa viskosimeter. Selanjutnya penghisap
dilepaskan dan larutan dibiarkan meluncur bebas untuk dihitung
waktunya. Penghitungan waktu dilakukan hingga larutan melewati garis
bagian bawah dan pipa viskosimeter.
Metode ini dilakukan untuk mengetahui kecepatan larutan
melewati pipa viskosimeter, kemudian data-data yang didapatkan yaitu
berupa waktu dan nilai massa jenis digunakan untuk mendapatkan besaran
viskositas mengguanakan rumus :
 .t
 x  x x . (Atkins, 1994)
 .tnilai
Berdasarkan perhitungan,  viskositas semakin besar suhu,nilai
viskositas larutan akan semakin kecil dan waktu yang dibutuhkan untuk
melewati garis yang berada dibawah akan semakin cepat atau bisa
dikatakan temperatur berbanding terbalik dengan nilai viskositas dan
waktu yang dibutuhkan dari satu garis ke garis batas lain pada
viskosimeter. Namun, pada data yang didapatkan nilai viskositas terjadi
naik turun. Hal ini disebabkan pada saat memasukkan larutan ke dalam
viskosimeter ostwald, suhu telah berubah sehingga pengaruh suhu
terhadap waktu tercatat kurang akurat.
Viskositas suatu cairan menurun dengan naiknya temperatur,
berdasarkan teori lubang terdapat kekosongan dalam cairan dan molekul
bergerak secara kontinyu kedalam kekosongan itu, sehingga kekosongan
akan bergerak keliling. Proses ini menyebabkan aliran, tetapi memerlukan
energi karena ada energi pengaktifan yang harus dipunyai suatu molekul
agar dapat bergerak kedalam kekosongan. Energi pengaktifan lebih
mungkin terdapat pada suhu yang lebih tinggi, sehingga cairan lebih
mudah mengalir (Yazid,2005).
Jika dilihat dari segi molekulnya, pertama pada aquadest (H 2O).
Pada H2O, molekul–molekulnya saling berhubungan satu sama lain
membentuk air dan saling berinteraksi.

Pada gambar diatas dapat dilihat bahwa jarak interaksi paling


dekat antara molekul H2O dengan molekul H2O adalah 1,8832 Ao yang
terjadi melalui atom O1 dan H4, dimana konfigurasi tersebut merupakan
konfigurasi paling stabil pada H2O. Sebelum interaksi, muatan parsial H
dan O masing-masing adalah +0,3353 dan -0,6707, sedangkan setelah
interaksi menjadi +0,2588 dan -0,4544 pada molekul H 2O I dan
+0,2422/+0,2188 dan -0,5242 pada molekul H2O II ini artinya molekul
tunggal H2O lebih mudah berikatan dengan kation atau anion karena
mempunyai muatan parsial H dan O masing-masing lebih positif dan
negatif dibandingkan dengan setelah membentuk asosiasi H2O-H2O.
Sebaliknya, adanya asosiasi H2O-H2O meningkatkan kelarutan molekul-
molekul yang mempunyai dipol. Berdasarkan hasil perhitungan suatu
eksperimen nilai energi interaksi pada H2O adalah sebesar -0,0088 Hartree
atau -23,098 kJ/mol (3-21G**) atau -23,183(6-31G**). Suatu energi
interaksi dapat menjelaskan kestabilan asosiasi pada H2O. Dimana
kestabilan asosiasi adalah salah satu faktor yang menentukan besarnya titik
leleh dan titik didih suatu zat. ( www.imc.kimia.undip.ac.id )
Berdasarkan nilai energi interaksi molekul H2O yang besar maka
membutuhkan tambahan energi untuk memutuskan ikatan molekul H2O.
Maka dari itu dilakukan proses pemanasan sehingga molekul H 2O dapat
terputus dan melewati pipa kapiler pada viskosimeter.

Interaksi molekul - kapiler

Sementara pada benzena, antar molekulnya tidak dapat membentuk


iktan sesama molekul. Hal ini karena pada benzena tidak ada bagian yang
reaktif. Benzena lebih bersifat stabil.

H H

H C H H C H
C C C C

C C C C
C C
H H H H

H H

Tetapi pada benzena yang terjadi adalah hanya tarikan dinding dan
pipa kapiler terhadap benzena kaca memiliki rumus SiO3, yang
memungkinkan atom oksigen yang terletak pada ujungnya dapat
melakukan tarikan, walaupun tarikan yang diberikan lemah, dengan
menaikkan suhu tarikan tersebut dapat diminimalisir sehingga benzena
lebih mudah melewati pipa kapiler pada viskosimeter. Untuk itulah,
percobaan ini diusahakan secepatnya. Sebab, dengan turunnya suhu
larutan, pengaruh molekular tadi dapat terjadi kembali.

Jadi berdasarkan pembahasan tadi, bisa dikatakan temperatur akan


mempengaruhi besaran viskositas suatu larutan hingga ke tingkat
molekularnya. Fakta ini berpengaruh secara dominan, semakin besar
temperatur, sehingga jarak antar molekul menjadi lebih kecil. Sebagai
akibatnya gerakan molekul semakin cepat dan viskositas semakin kecil.

Nilai viskositas sampel aseton pada berbagai temperatur yang


berbeda dengan sampel air sebagai pembanding adalah : 350C = 0,9767 x
10-3 Pa.s ; 400C = 0,8875 x 10-3 Pa.s ; 450C = 0,686 x 10-3 Pa.s ; 500C =
0,6925 x 10-3 Pa.s. Sedangkan nilai viskositas sampel benzena pada
berbagai temperatur yang berbeda dengan sampel air sebagai pembanding
adalah : 350C = 2,858 x 10-3 Pa.s ; 400C = 1,42 x 10-3 Pa.s ; 450C = 0,258 x
10-3 Pa.s ; 500C = 0,134 x 10-3 Pa.s.

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

7.1.1. Semakin besar temperatur, maka gerak molekul semakin cepat,


waktu yang dibutuhkan untuk melewati pipa viskosimeter semakin
cepat dan viskositasnya semakin kecil.

7.1.2. Nilai viskositas air pada masing-masing temperatur

T  350C = 0,85 x 10-3


T  400C = 0,8 x 10-3
T  450C = 0,75 x 10-3
T  500C = 0,7 x 10-3

7.1.3. Nilai viskositas benzena pada masing-masing temperatur


T  350C = 2,858 x 10-3
T  400C = 1,42 x 10-3
T  450C = 0,258 x 10-3
T  500C = 0,134 x 10-3

7.1.4. Nilai viskositas aseton pada masing-masing temperatur

T  350C = 0,9767 x 10-3


T  400C = 0,8875 x 10-3
T  450C = 0,686 x 10-3
T  500C = 0,6925 x 10-3

7.2. Saran

7.2.1. Pada pengukuran waktu diharapkan ketelitiannya, sebab


rentang waktunya berkisar antara 1-2 detik

7.2.2. Hemat penggunaan reagen

Selalu menjaga kebersihan laboratorium

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Atkins, P.W., 1997, Kimia Fisik, jilid 2, edisi keempat, ab. Irma 1 K,
Erlangga, Jakarta

Daintith, J, 1994, Dictionary Chemistry, Oxford University Press, Oxford

Daniels, 1970, Experimental Physical Chemistry, edition 7nd, Mc.Graw Hill


Book Company Inc, New York

Dogra, 1990, Kimia Fisik dan Soal-Soal, edisi kesatu, ab. UI Press, Jakarta

Giancolly, D., 2001, Fisika, ab. Pudjaatmaka, H, Erlangga, Jakarta

Yazid, E., 2005, Kimia Fisika Untuk Paramedis, ANDI, Yogyakarta

www.antoind.frostburg.edu/chem/senese/javascript/water-properties.html
VII. Lampiran

4.1 Data Pengamatan

Aseton Akuades
T C
t (s) m (gr)  t (s) m (gr) 
35 1,65 23,727 0,94908 1,37 24,869 0,99476
40 1,92 24,141 0,96564 1,68 24,87 0,9948
45 2,06 24,057 0,96228 2,19 24,739 0,98956
50 2,74 24,053 0,96212 2,7 24,675 0,987

Viskositas Air T  350C = 0,85 x 10-3


T  400C = 0,8 x 10-3
T  450C = 0,75 x 10-3
T  500C = 0,7 x 10-3
( Bingham, 2004 )

4.2. Perhitungan
 Menghitung Rho Air

 Suhu 35C

 Suhu 40C

 Suhu 45C

 Suhu 50C

 Menghitung Viskositas Aseton

 Suhu 35C
 Suhu 40C
 Suhu 45C

 Suhu 50C
 Menghitung Viskositas benzena

Benzena Akuades
T C
t (s) m (gr)  t (s) m (gr) 
35 1,65 20,281 0,80944 1,37 22,711 0,90664
40 1,92 20,417 0,81928 1,68 24,941 0,954
45 2,06 20,451 0,81664 2,19 23,921 0,95584
50 2,74 20,511 0,81864 2,7 23,796 0,95004

 Menghitung Rho Air

 Suhu 35C

 Suhu 40C

 Suhu 45C

 Suhu 50C
 Menghitung Viskositas Benzena

 Suhu 35C

 Suhu 40C
 Suhu 45C

 Suhu 50C
 Penentuan Gradien Viskositas pada Aseton

x y
x.y x2
1/T ln 
-
0,028 -6,931 0,19407 0,000784
0,025 -7,028 -0,1757 0,000625
-
0,022 -7,28 0,16016 0,000484
0,02 -7,275 -0,1455 0,0004
-
0,095 -28,514 0,67543 0,002293
m adalah nilai perbandingan antara energi aktivasi dengan bilangan Roult.

Untuk grafik temperatur vs koefisien viskositas aseton didapatkan persamaan


garis liner seperti

C=A

= 1,176 x 10-13

 Grafik hubungan temperatur vs viskositas Aseton


 Penentuan Gradien viskositas pada Benzena

x y
x.y x2
1/T ln 
0,028 -5,85 -0,1638 0,000784
-
0,025 -6,55 0,16375 0,000625
-
0,022 -8,26 0,18172 0,000484
0,02 -8,91 -0,1782 0,0004
-
0,095 -29,57 0,68747 0,002293

Untuk grafik temperatur vs koefisien viskositas aseton didapatkan persamaan


garis liner seperti
 Grafik Hubungan Temperatur vs Viskositas Benzena
HALAMAN PENGESAHAN I

Laporan “Viskositas Sebagai Fungisi Temperatur” telah disahkan oleh:

Koordinator PK4 Asisten

Nor Basid A.P. S.Si, M.Sc Agung F.


NIP. 198112022005011002 NIM. J2C006002

HALAMAN PENGESAHAN II

Semarang, 21 Juni 2010

Praktikan

Dyah L N Sari Eka Hariyanto S Eko Setyo Budi


J2C 008 015 J2C 008 016 J2C 008 017
Endah Dewi D Finalia FA Fitria Lukitasari
J2C 008 018 J2C 008 019 J2C 008 020

Fitriani Sholichah Yustitita FA Alfiansyah


J2C 008 021 J2C 008 079 J2C 008 083

Dewi Permatasari
J2C 008 086

Anda mungkin juga menyukai