Anda di halaman 1dari 4

A.

PATOFISIOLOGI
Tubuh manusia memiliki pertahanan tubuh alamiah yaitu sistem
laktoperoksidase (LP-system) yang mampu mempertahankan tubuh terhadap
serangan infeksi mikroorganisme. Sistem laktoperoksidase (LP-system)
terdapat pada saliva atau ludah manusia. LP system mempertahankan tubuh
dengan cara berfungsi sebagai bakteriostatis terhadap bakteri mulut dan
bakteriosida terhadap bakteri . Stomatitis ini diawali dengan kondisi di dalam
tubuh yang terganggu. Hal ini dapat dikarenakan demam, kondisi higiene
mulut yang tidak baik, maupun stress. Ketidakseimbangan ini dapat
mengakibatkan peradangan di dalam rongga mulut. Peradangan biasanya
disertai dengan ulkus (tukak), akibatnya penderita mengalami kesulitan dalam
mengunyah dan menelan makanan. Stomatitis ini seringkali diakhiri dengan
anoreksia yang dialami penderita.Bakteri di dalam mulut dapat berkembang
biak tidak terkontrol karena sistem laktoperoksidase yang merupakan
pertahanan alami dalam saliva umumnya rusak. Hal ini dikarenakan seringnya
mengonsumsi makanan yang mengandung zat-zat kimia (perasa, pewarna,
pengawet) bahkan yang memakai zat pembasmi hama/antiseptik dan makanan
panas atau pedas. Pemakaian antiseptik pada obat kumur atau pasta gigi juga
dapat merusakkan LP system, sebab antiseptik ini bersifat bakteriosid
sehingga dapat membunuh semua bakteri yang berada di dalam rongga mulut,
yang dapat mengakibatkan sekitar mukosa mulut menjadi rusak kemudian
menghasilkan ulserasi local.Mulut merupakan pintu gerbang masuknya
kuman-kuman atau rangsangan-rangsangan yang bersifat merusak. Dilain
pihak mulut tidak dapat melepaskan diri dari masuknya berbagai jenis kuman
ataupun berbagai pengaruh rangsangan antigenik yang bersifat merusak.
Rangsangan perusak yang masuk dalam mulut akan ditanggapi oleh tubuh
baik secara lokal atau sistemik. Kemudian secara normal dapat dieleminasi
melalui aksi fagositosis. Reaksi tubuh terhadap rangsangan yang merusak itu
bertujuan untuk mengurangi atau meniadakan peradangan tersebut. Tetapi
kadang-kadang reaksi jaringan amat berlebih, melebihi porsi stimulusnya
sendiri sehingga reaksi pertahanan yang tadinya dimaksudkan untuk
melindungi struktur dan fungsi jaringan justru berakhir dengan kerusakan
jaringan sendiri terutama pada mukosa mulut. Dalam keadaan psikologis yang
terganngu (trauma/stres) terjadi ketidak seimbangan immunologik yang
melahirkan fenomena alergi dan defisiensi immunologi dengan efek
kerusakan-kerusakan yang menyangkut komponen vaskuler, seluler dan
matriks dari pada jaringan. Dalam hal ini sistem imun (pelepasan mediator
aktif dari aksi-aksi komplemen, makrofag, sel plasma, sel limposit dan
leukosit, histamin, serta prostaglandin )yang telah dibangkitkan untuk
melawan benda asing oleh porsi reaksi yang tidak seimbang akhirnya ikut
merusak jaringan-jaringan sendiri disekitarnya.Stomatitis dapat terjadi akibat
kekurangan vitamin C. Kekurangan vitamin C dapat mengakibatkan jaringan
dimukosa mulut dan jaringan penghubung antara gusi dan gigi mudah robek
yang akhirnya mengakibatkan stomatitis.

(Santoso 2009).
B. PATHWAYS

Kondisi tubuh terganggu

Kondisi higiens luka tergigit mengkonsumsi air dingin atau panas alergi merokok demam

gigi buruk

Inflamasi rongga mulut

ulser Ulkus (tukak) kekurangan vit C

terbakar di mulut Sulit menelan & mengunyah gusi bengkak dan gigi

berdarah

Anoreksia
Perubahan
Nyeri
membrane
mukosa oral
Gangguan nutrisi

Gangguan
Komunikasi Verbal
Kekurangan
Cairan

(Sylvia,2006)
Penatalaksanaan medis untuk mengatasi stomatitis adalah sebagai berikut:
a. Hindari makanan yang semakin memperburuk kondisi seperti cabai
b. Sembuhkan penyakit atau keadaan yang mendasarinya
c. Pelihara kebersihan mulut dan gigi serta mengkonsumsi nutrisi yang cukup,
terutama makanan yang mengandung vitamin 12 dan zat besi.
d. Hindari stress
e. Pemberian Atibiotik
Harus disertai dengan terapi penyakit penyebabnya, selain diberikan emolien
topikal,seperti orabase, pada kasus yang ringan dengan 2 – 3 ulcersi minor. Pada
kasus yang lebih berat dapat diberikan kortikosteroid, seperti triamsinolon atau
fluosinolon topikal, sebanyak 3 atau 4 kali sehari setelah makan dan menjelang
tidur. Pemberian tetraciclin dapat diberikan untuk mengurangi rasa nyeri dan
jumlah ulcerasi. Bila tidak ada responsif terhadap kortikosteroid atau tetrasiklin,
dapat diberikan dakson dan bila gagal juga maka di berikan talidomid.
f. Terapi
Pengobatan stomatitis karena herpes adalah konservatif. Pada beberapa kasus
diperlukan antivirus. Untuk gejala lokal dengan kumur air hangat dicampur garam
(jangan menggunakan antiseptik karena menyebabkan iritasi) dan penghilang rasa
sakit topikal. Pengobatan stomatitis aphtosa terutama penghilang rasa sakit
topikal. Pengobatan jangka panjang yang efektif adalah menghindari faktor
pencetus.

Terapi yang dianjurkan yaitu:


1. Injeksi vitamin B12 IM (1000 mcg per minggu untuk bulan pertama dan
kemudian 1000 mcg per bulan) untuk pasien dengan level serum vitamin
B12 dibawah 100 pg/ml, pasien dengan neuropathy peripheral atau anemia
makrocytik, dan pasien berasal dari golongan sosioekonomi bawah.
2. Tablet vitamin B12 sublingual (1000 mcg) per hari. Tidak ada perawatan
lain yang diberikan untuk penderita RAS selama perawatan dan pada
waktu follow-up. Periode follow-up mulai dari 3 bulan sampai 4 tahun.

(Otto, 2003)

Anda mungkin juga menyukai