Anda di halaman 1dari 5

BAB I

KONSEP DASAR
1. DEFENISI
Stomatitis adalah radang yang terjadi di daerah mukosa mulut, biasanya berupa
bercak putih kekuningan dengan permukaan yang agak cekung, bercak itu dapat berupa
bercak tunggal maupun kelompok.
Stomatitis adalah inflamasi mukosa oral,yang dapat meliputi mukosa bukal (pipi) dan
labial (bibir), lidah, gusi, langit-langit dan dasar mulut. (Donna L.Wong dkk)

2. ETIOLOGI
Sampai saat ini penyebab utama dari stomatitis belum diketahui. Stomatitis dapat
bersifat infeksius maupun infeksius dan dapat disebabkan oleh factor-faktor lokal maupun
sistemik. (Donna L.Wong dkk)
Faktor Risiko Stomatitis Ada beberapa faktor-faktor risiko penyebab yang dapat
mengakibatkan stomatitis diantaranya :
a. Keadaan gigi pasien, karena higiene gigi yang buruk sering dapat menjadi penyebab
timbulnya sariawan yang berulang
b. Luka tergigit, bisa terjadi karena bekas dari tergigit itu bisa menimbulkan ulser
sehingga dapat mengakibatkan stomatitis aphtosa
c. Mengkonsumsi air dingin atau air panas.
d. Alergi, bisa terjadi karena kenaikan kadar IgE dan keterkaitan antara beberapa jenis
makanan dan timbulnya ulser.
e. Faktor herediter bisa terjadi, misalnya kesamaan yang tinggi pada anak kembar, dan
pada anak-anak yang kedua orangtuanya menderita stomatitis aphtosa.
f. Kelainan pencernaan
g. Faktor psikologis (stress).
h. Gangguan hormonal (seperti sebelum atau sesudah menstruasi.
i. Pada penderita yang sering merokok.
j. Pada penggunaan obat kumur yang mengandung bahan-bahan pengering (missal :
alkohol) harus dihindari.
k. Kekurangan vitamin C.
l. Kekurangan vitamin B dan zat besi.
3. KLASIFIKASI STOMATITIS
a. Mycotic stomatitis Mycotic stomatitis adalah stomatitis yang disebabkan oleh adanya
infeksi mulut atau rongga mulut oleh jamur Candida. Mycotic stomatitis, disebabkan
oleh pertumbuhan Candida albicans , yang merupakan penyebab stomatitis yang luar
biasa pada anjing dan kucing. Hal ini ditandai dengan adanya bercak putih
kekuningan pada lidah atau membran mukosa. Mycotic stomatitis biasanya
dihubungkan dengan penyakit mulut yang lain, penggunaan terapi antibiotik yang
lama, atau pemberian immunosuppression. Pada mycotic stomatitis sering kali pada
jaringan terjadi kemerahan dan timbul ulsor di bagian rongga mulut.
b. Gingivostomatitis Gingivostomatitis merupakan infeksi virus pada gusi dan bagian
mulut lainnya, yang menimbulkan nyeri. Gusi tampak berwarna merah terang dan
terdapat banyak luka terbuka yang berwarna putih atau kuning di dalam mulut.
c. Denture stomatitis atau Chronic stomatitis Denture stomatitis adalah suatu istilah yang
digunakan untuk menjelaskan perubahan-perubahan patologik pada mukosa
penyangga gigi tiruan di dalam rongga mulut. Perubahan-perubahan tersebut ditandai
dengan adanya eritema di bawah gigi tiruan lengkap atau sebagian baik di rahang atas
maupun di rahang bawah.
d. Aphthous stomatitis. Apthous stomatitis (sariawan) adalah stomatitis yang paling
umum sering terjadi. Sariawan ini adalah jenis ulkus yang sangat nyeri pada jaringan
lunak mulut, bibir, lidah, pipi bagian dalam, pharing, dan langit-langit mulut halus.
Tipe sariawan ini tidak menular.

4. PATOFISIOLOGI
Kondisi berikut dapat terjadi sebagai berikut atau tindakan. Stomatitis istilah umum
mengacu pada reaksi inflamasi dan lesi ulseratif dangkal yang terjadi pada permukaan
mukosa mulut atau orofaring 7 sampai 14 hari setelah pemberian agen kemoterapi tertentu
dan setelah terapu radiasi kepala dan leher. (Samson P.Barus).
Stomatitis ini diawali dengan kondisi di dalam tubuh yang terganggu. Hal ini dapat
dikarenakan demam, kondisi higiene mulut yang tidak baik, maupun stress.
Ketidakseimbangan ini dapat mengakibatkan peradangan di dalam rongga mulut. Peradangan
biasanya disertai dengan ulkus (tukak), akibatnya penderita mengalami kesulitan dalam
mengunyah dan menelan makanan. Stomatitis ini seringkali diakhiri dengan anoreksia yang
dialami penderita (Santoso, 2009).

5. MANIFESTASI KLINIS
a. Masa prodromal atau penyakit 1 – 24 jam :
Hipersensitive dan perasaan seperti terbakar
b. Stadium Pre Ulcerasi
Adanya udema atau pembengkangkan setempat dengan terbentuknya makula pavula
serta terjadi peninggian 1- 3 hari.
c. Stadium Ulcerasi
Pada stadium ini timbul rasa sakit terjadi nekrosis ditengah-tengahnya, batas sisinya
merah dan udema tonsilasi ini bertahan lama 1 – 16 hari. Masa penyembuhan ini
untuk tiap-tiap individu berbeda yaitu 1 – 5 minggu.

6. KOMPLIKASI
a. a. Pola nutrisi : nafsu makan menjadi berkurang, pola makan menjadi tidak teratur
b. b. Pola aktivitas : kemampuan untuk berkomunikasi menjadi sulit
c. c. Pola Hygiene : kurang menjaga kebersihan mulut
d. Terganggunya rasa nyaman : biasanya yang sering dijumpai adalah perih
Termasuk infeksi, yang mungkin menjadi sistemik; perdarahan dari permukaan mukosa
yang tidak utuh dan nyeri skunder akibat lesi. (Samson P.Barus).

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Dilakukan pengolesan lesi dengan toluidin biru 1% topikal dengan swab atau kumur
sedangkan diagnosis pasti dengan menggunakan biopsi. Pemeriksaan laboratorium :
a. WBC (white blood cells) menurun pada stomatitis sekunder
b. Pemeriksaan kultur virus : cairan vesikel dari herpes simplek stomatitis
c. Pemeriksaan cultur bakteri : eksudat untuk membentuk vincent’s stomatitis

8. PENATALAKSAAN
a. Penatalaksanaan Medis
1) Hindari makanan yang semakin memperburuk kondisi seperti cabai
2) Sembuhkan penyakit atau keadaan yang mendasarinya.
3) Pelihara kebersihan mulut dan gigi serta mengkonsumsi nutrisi yang cukup,
terutama
4) Makanan yang mengandung vitamin 12 dan zat besi.
5) Hindari stres
6) Pemberian Atibiotik,anti jamur dan anti virus untuk superinfeksi. (Samson
P.Barus).
7) Trnfusi trombosit dan agen antifibrinolitik untuk perdarahan dari membrane
mukosa. (Samson P.Barus).
8) Pemberian analgesic topical dan sistemik untuk nyeri dan dilatasi.(Samson
P.Barus.Keperawatan Onkologi.EGC.1996:Jakarta)
9) Harus disertai dengan terapi penyakit penyebabnya, selain diberikan emolien
topikal, seperti orabase, pada kasus yang ringan dengan 2 – 3 ulcersi minor.
Pada kasus yang lebih berat dapat diberikan kortikosteroid, seperti
triamsinolon atau fluosinolon topikal, sebanyak 3 atau 4 kali sehari setelah
makan dan menjelang tidur. Pemberian tetraciclin dapat diberikan untuk
mengurangi rasa nyeri dan jumlah ulcerasi. Bila tidak ada responsif terhadap
kortikosteroid atau tetrasiklin, dapat diberikan dakson dan bila gagal juga
maka di berikan talidomid.
b. Terapi
Pengobatan stomatitis karena herpes adalah konservatif. Pada beberapa kasus
diperlukan antivirus. Untuk gejala lokal dengan kumur air hangat dicampur garam (jangan
menggunakan antiseptik karena menyebabkan iritasi) dan penghilang rasa sakit topikal.
Pengobatan stomatitis aphtosa terutama penghilang rasa sakit topikal. Pengobatan jangka
panjang yang efektif adalah menghindari faktor pencetus.
BAB II
PENGKAJIAN
A. ANAMNESIS
IDENTIFIKASI
Nama : Ny. R
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 33 Tahun
Alamat : Lambara, Jl. Daesah Lembah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status Perkawinan : Menikah
Tanggal Kunjungan : 28 Desember 2018

KELUHAN UTAMA
Sesak nafas

RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT


Pasien mengatakan bibir kering/pecah-pecah (+), luka seperti melepuh (+), berwarna
putih ditengahnya (+), Pasien berobat ke UGD Puskesmas Tawaeli.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


- Riwayat sariawan (-)
- Riwayat alergi (-)

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Riwayat penyakit stomatitis dalaam keluarga tidak ada .

Anda mungkin juga menyukai