01 GDL Yunuzuldem 638 1 Artikel PDF
01 GDL Yunuzuldem 638 1 Artikel PDF
ABSTRAK
Demensia merupakan sindroma klinis yang meliputi hilangya fungsi intelektual dan
memori yang sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi dalam kehidupan sehari-
hari. Senam otak adalah metode gerak aktif dan latih otak untuk mengaktifkandua belah
otak dan memadukan fungsi semua bagian otak sehingga dapat meningkatkan fungsi
kognitif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh senam otak dengan fungsi
kognitif pada lansia demensia.Desain penelitian ini adalah quasy experiment dengan pre
and post test without control dengan tehnik total sampling, yaitu tehnik pengambilan
sample dimana jumlah sample sama dengan populasi.Sample dalam penelitian ini adalah
lansia yang berada di Panti Wredha Darma Bakti Kasih Surakarta sebanyak 15 orang.
Alat pengumpulan data yangdigunakan kuesioner Mini Mental Status Examination.
Analisis uji statistik ini menggunakan Paired sample t test. Hasil penelitian ini
menunjukkan t hitung (8,500) > dari t table (6,714) dan p value (0,000) < dari α(0,05)
sehingga Ho ditolak artinya ada pengaruh senam otak dengan fungsi kognitif lansia
demensia.Senam otak efektif untuk meningkatkan fungsi kognitif pada lansia demensia.
Diharapkan lansia dapat melakukan senam otak secara teratur.
ABSTRACT
Dementia is a clinical syndrome which includes the severe loss of intellectual function
and memory so that it causes dysfunctions in their daily life. Brain gymnastics is an
active motion method and a brain exercise to activate the two halves of the brain and to
integrate all of the functions of the two halves so as to improve the cognitive functions.
The objective of this research is to investigate the effect of brain gymnastics on cognitive
function of the dementia elderly.This research used the quasi experimental research
method with the pretest and posttest without control design. The samples of the research
were taken by using the total sampling technique. They consisted of the dementia elderly
as many as 15 person living in Darma Bakti Kasih Nursing Home of Surakarta. The data
of the research were gathered through questionnaire of Mini Mental Status Examination.
The data of the research were statistically analyzed by using the paired sample t test.
The result of the research shows that the value of tcount is 0.000, which is smaller than that
of α =0.05 so that Ho is rejected, meaning that there is an effect of brain gymnastics on
cognitive function of the dementia elderly.Thus, a conclusion is drawn that the brain
1
gymnastics is effective to improve the cognitive function of the dementia elderly. The
elderly are expected to carry out the brain gymnastics regularly.
2
diharapkan lansia demensia yang otak dengan fungsi kognitif pada
mengalami penurunan fungsi lansia demensia.
kognitif dapat meningkat, lebih
bersemangat serta meningkatkan METODOLOGI
konsentrasi(Dennison 2010). Penelitian ini menggunakan
Prinsip senam otak adalah rancangan quasi eksperiment. Desain
mengaktifkan 3 dimensi otak, penelitian yang digunakan yaitu
dimensi pemusatan dapat kuantitatif dengan pre and post test
meningkatkan aliran darah ke otak, without control. Penelitian
meningkatkan penerimaan oksigen dilaksanakan pada tanggal 10
sehingga dapat membersihkan otak, Februari sampai dengan 1 Maret
dimensi lateralis akan menstimulasi 2014 di Panti Wredha Darma Bakti
koordinasi kedua belahan otak yaitu Kasih Surakarta. Populasi dalam
otak kiri dan kanan (memperbaiki penelitian ini adalah lansia yang
pernafasan, stamina, melepaskan mengalami demensia berjumlah 15
ketegangan dan mengurangi orang. Penelitian ini menggunakan
kelelahan), dimensi pemfokusan teknik total sampling. Alasan
untuk membantu melepaskan peneliti mengambil total sampling
hambatan fokus dari otak karena jumlah populasi hanya 15
(memperbaiki kurang perhatian, orang yang memenuhi kriteria yang
kurang konsentrasi) (Dennison dalam diinginkan yaitu lansia dengan
Anton 2010). demensia. Jumlah populasi yang
Berdasarkan hasil studi hanya 15 menjadi alasan peneliti
pendahuluan yang dilakukan peneliti mengambil tehnik total sampling
di Panti Wredha Darma Bakti Kasih agar hasil yang didapatkan lebih
Surakarta terdapat jumlah lansia 52 signifikan. Berdasarkan studi
orang dan yang mengalami demensia pendahuluan lansia yang berada di
berjumlah 15 orang. Hasil panti wredha berjumlah 52 lansia
wawancara dari 15 orang lansia di dari krieteria lansia yang telah
Panti Wredha Darma Bakti Kasih ditentukan lansia yang mengalami
Surakarta yang mengalami demensia demensia didapatkan berjumlah 15
mengatakan keluhan yang sering orang, untuk memastikan lansia
dirasakan lansia di panti yaitu sering tersebut mengalami demensia
lupa saat menaruh barang, mudah peneliti menggunakan data rekam
lupa dengan nama sesama lansia di medik dari diagnosa dokter. Setelah
panti dan sering kebingungan saat di itu peneliti mengajukan surat izin
tanya seseorang. Hal yang mendasari penelitian dari ketua STIKes
tempat penelitian di Panti Wredha Kusuma Husada Surakarta dan
Darma Bakti Kasih Surakarta kepala Panti Wreda Darma Bakti
dikarenakan di panti tersebut Kasih Surakarta.
terdapat paling banyak lansia yang Peneliti bekerja sama dengan
mengalami demensia dari panti yang perawat Panti wreda untuk
lain. menghubungi lansia dengan tujuan
Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan penelitian yang akan
untuk mengetahui pengaruh senam dilakukan yaitu tentang terapi senam
otak serta tujuan penelitian, apabila
3
berkumpul diaula panti untuk
lansia bersedia maka peneliti diberikan perlakuan senam otak
memberikan lembar persetujuan dengan alat bantu video selama ± 15
menjadi responden penelitian untuk menit selama 3 minggu dari tanggal
ditandatangani serta kontrak waktu 10 Februari-1Maret 2014. Post test
untuk melakukan senam otak. Lansia dilakukan 3 hari setelah perlakuan
yang bersedia menjadi responden di dengan menggunakan pertanyaan
lakukan pre test terlebih dahulu dari kuesioner Mini mental status
dengan diberikan kuesioner Mini eximinitation untuk mengetahui
Mental Status Examination untuk fungsi kognitif pada lansia.
menilai fungsi kognitif, dalam
kuesioner tersebut terdapat 11 HASIL DAN PEMBAHASAN
pertanyaan yang harus dijawab oleh Karakteristik jumlah responden
lansia untuk mengetahui skor fungsi yang melakukan senam otak
kognitif. Setelah dilakukan pre test, berjumlah 15 orang yang akan
selanjutnya peneliti dan perawat disajikan pada tabel dibawah ini.
memanggil responden untuk
Tabel 1 Distribusi responden berdasarkan umur (n = 15)
4
Tabel 3 Distribusi responden berdasarkan pendidikan (n = 15)
5
Tabel 5 Distribusi Fungsi kognitif MMSE sesudah dilakukan senam otak (n = 15)
6
berdistribusi normal dan uji statistik
Berdasarkan Tabel 6, uji shapiro yang digunakan adalah statistik
wilk test diperoleh p value sebelum parametrik dengan uji Paired Sample
intervensi 0,484 dan p value sesudah t- test.
intervensi 0,637 sehingga p value
yang diperoleh > 0,05 maka
7
atau bekerja berlangsung 3. Tingkat pendidikan
menggunakan seluruh otak (whole responden paling banyak
brain), mengurangi stress emosional adalah pendidikan SD
dan pikiran lebih jernih, menjadikan sebanyak 6 responden
orang lebih bersemangat, lebih (40%).
konsentrasi, lebih kreatif dan efisien, 4. Nilai kognitif responden
kemampuan berbahasa dan daya sebelum diberikan senam
ingat meningkat, hubungan antar otak terbanyak adalah skor
manusia dan suasana belajar/bekerja nilai kognitif sedang
lebih rileks dan senang. sebanyak 7 responden
Hasil dari uji Paired Sample t- (33%).
test didapatkan mean pre test 19.20 5. Nilai kognitif responden
dan untuk mean post test 20.33 sesudah diberikan senam
sehingga dapat dilihat adanya otak terbanyak adalah skor
peningkatan fungsi kognitif sebelum nilai kognitif ringan
dan sesudah perlakuan 1,13. Hasil t sebanyak 8 responden
hitung sebesar 8,500 > t table 6,714 (53%).
dengan nilai p value 0,000 sehingga 6. Ada pengaruh sebelum dan
Ho ditolak artinya ada pengaruh sesudah diberikan senam
sebelum dan sesudah senam otak otak dengan fungsi kognitif
dengan fungsi kognitif lansia lansia demensia dengan p
demensia di Panti Wredha Darma value 0,000.
Bakti Kasih Surakarta. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa SARAN
senam otak secara signifikan Hasil penelitian ini
bermanfaat dalam meningkatkan diharapkan dapat menjadi refensi
fungsi kognitif lansia yang penanganan pada lansia yang
mengalami demensia dibuktikan mengalami demensia di Panti
dengan hasil yang bermakna skor Wredha yaitu dengan senam otak dan
nilai fungsi kognitif setelah menjadi dasar dalam pengembangan
dilakukan senam otak. ilmu yaitu dengan penelitian dan
seminar sebagai upaya untuk
KESIMPULAN mengetahuipengaruh senam otak
Berdasarkan hasil penelitian yang dengan fungsi kognitif lansia
telah dilakukan dapat disimpulkan demensia. Penelitian yang
bahwa: selanjutnya disarankan lebih terfokus
1. Mayoritas usia responden pada pengaruh senam otak yang
yang mengalami demensia dapat meningkatkan fungsi kognitif.
paling banyak berumur 60-
74 tahun sebanyak 11 DAFTAR PUSTAKA
responden (53%). Andri S. 2013. Metode Dan
2. Jenis kelamin responden Pelaksanaan Senam Otak,
paling banyak adalah Mulia Medika, Jakarta.
berjenis perempuan Anton surya prasetya. 2010,.Pengaruh
sebanyak 11 responden terapi kognitif dan senam latih
(73%). otak terhadap depresi dengan
8
harga diri rendah pada klien Badan Pusat Statistik. (2010). Data
Lansia di Panti tresna whreda Statistik Indonesia: Jumlah
bakti yuswa natar Lampung, Penduduk menurut Kelompok
Fakultas ilmu keperawatan Umur, Jenis Kelamin, Provinsi,
Universitas Indonesia, Jakarta. dan Kabupaten/Kota,2005.
Arita Murwani dan Wiwin Priyantari. Bandiah S. 2009. Lanjut Usia dan
2011. Konsep Dasar dan Keperawatan Gerontik, Mulia
Asuhan Keperawatan Home Medika, Jakarta.
Care dan Komunitas, Dennison Paul E dan Gail E. Dennison
Fitramaya, Yogyakarta. 2008. Buku Panduan Lengkap
Atun M. 2010. Lansia Sehat Dan Bugar, Brain Gym Senam Otak,
Kreasi Wacana, Yogyakarta. Grasindo, Jakarta.
9
R. Boedhi Darmojo dan H. Hadi-
Marton0. Ilmu Ksehatan Usia
Lanjut, FKUI, Jakarta.
Rekawati. E (2004). Faktor-faktor
sosiodemografi yang
berhubungan dengan
terjadinya kepikunan pada usia
lanjut di Indonesia
berdasarkan data Susenas
tahun 2001, tesis magister
FKM UI, Jakarta, tidak
dipublikasikan.
Ros Endah. H.P 2009. Perbedaan
Karakteristik Lansia dan
Dukungan Keluarga Terhadap
Tipe demensia pada lansia di
Wilayah Kerja Puskesmas
Gatak Sukoharjo, Fakultas
Ilmu Kedokteran UI , Jakarta.
Stanley. 2010. Buku Ajar Keperawatan,
EGC, Jakarta.
Sugiyono. 2007. Statistika Untuk
Penelitian, CV Alfabeta
Bandung, Bandung.
Sunaryo. 2013. Psikologi Untuk
Keperawatan, EGC, Jakarta.
Supardjiman 2003, Aplikasi Senam
Otak, Salemba Medika,
Jakarta.
Watson, 2003, Perawatan Pada
Lansia, EGC, Jakarta.
Wiwin Priyantari 2011, Konsep
Dasar dan Asuhan
Keperawatan Home Care
dan Komunitas, Fitramaya,
Yogyakarta.
Zulsita 2010, Pengaruh senam otak
terhadap peningkatan daya
ingat lansia di Panti Werdha
Karya Kasih Mongonsidi
Medan, Fakultas
Keperawatan Universitas
Sumatera Utara.
10
Teknik Relaksasi Nafas Dalam pada Pasien Pasca Operasi Fraktur Cruris di RSUD
Dr. Moewardi Surakarta
Yunuzul Demo Satriya1), Prof. Dr. Hermanu Joebagio, M.Pd2), bc. Yeti Nurhayati, M.Kes3)
1,2,3)
Prodi S-I Keperawatan, STIKes Kusuma Husada Surakarta
Abstrak
Kata Kunci : Teknik Relaksasi Nafas Dalam, Nyeri, Pasien Pasca Operasi Fraktur.
Daftar pustaka : 23 (2001-2013)
ABSTRACT
The incidence of fracture in Indonesia increases every year so that the clients feel
painful. The objective of this research is to investigate the deep breathing relaxation
technique to relief the pain intensity of the postoperative clients with facture of the lower
leg (fractura cruris).
This research used the qualitative method with the case study design. It was
conducted from April 1st to May 15th 2014. The respondents of the research consisted of
four postoperative clients with fracture of the lower leg at Dr. Moewardi Local General
Hospital of Surakarta. The data of the research were gathered through in-depth interview
and observation. They were analyzed by using the interactive model of analysis.
1
2
The findings of the research are as follows. The pain responses of the postoperative
clients with fracture of the lower leg are different in terms of scale, quality, and duration.
The clients’ response to the extension of deep breathing relaxation technique can decrease
the scales of their pain from moderate to light ones. The constraints encountered by the
clients to conduct the deep breathing relaxation technique are influenced by their
concentration level and their surrounding condition. Thus, a conclusion is drawn that the
deep breathing relaxation technique can decrease the scales of pain felt by the
postoperative clients with fracture of the leg, but it only functions as complimentary
therapy to medical one.
seluruh dunia atau 3000 kematian setiap yang dilaporkan Depkes RI (2007)
hari dan menyebabkan cedera sekitar 6 menunjukkan bahwa sekitar delapan juta
juta orang setiap tahunnya (Depkes 2007 orang mengalami fraktur dengan jenis
tahun 2005 terdapat lebih dari tujuh juta provinsi antara 2,2% sampai 9% (Depkes
sekitar dua juta mengalami kecacatan memiliki prevalensi sekitar 46,2% dari
57.726 kejadian di tahun 2009 menjadi kecacatan fisik, 15% mengalami stres
61.606 insiden di tahun 2010 atau psikologis dan bahkan depresi, serta 10%
berkisar 168 insiden setiap hari dan mengalami kesembuhan dengan baik.
3
November 2013 didapatkan data bahwa disabilitas (Smeltzer & Bare 2002).
kontinuitas jaringan tulang dan tulang diobati. Keluhan dan gejala yang sering
dapat berupa trauma langsung dan tidak Nyeri pasca operasi mungkin
langsung (Sjamsuhudajat dan Jong 2005). sekali disebabkan oleh luka operasi,
fraktur (Smeltzer & Bare 2002). Prosedur agar penderita tidak terganggu oleh nyeri
interna (Open Reduction and Internal penyebab dan letak nyeri dan keadaan
pasien kembali pada fungsi yang optimal stimulasi fisik maupun perilaku kognitif.
terjadi dalam durasi yang terbatas, lebih hypnosis, dan sentuhan terapeutik, selain
singkat dari waktu yang diperlukan untuk itu stimulasi kulit dapat memberikan efek
rusak (Smeltzer & Bare 2002). ini mengalihkan perhatian klien sehingga
Individu yang merasakan nyeri klien berfokus pada stimulasi taktil dan
merasa tertekan atau menderita dan mengabaikan sensasi nyeri, yang pada
Perawat tidak dapat melihat atau dan berat. Pemberian farmakologi ini
kombinasi farmakologi untuk mengontrl relaksasi yaitu nyeri ringan 1 orang, nyeri
nyeri dengan non farmakologi agar sedang 8 orang dan nyeri hebat terkontrol
sensasi nyeri dapat berkurang serta masa 11 orang, sementara tingat nyeri pasca
tersebut bukan merupakan pengganti nyeri ringan 9 orang dan nyeri sedang 10
berapa detik atau menit, terutama saat pelatihan relaksasi dapat dilakukan
nyeri hebat yang berlangsung selama untuk jangka waktu yang terbatas dan
mungkin cara yang paling efektif untuk dengan nyeri kepala yang disertai
non farmakologi menjadi lebih murah, nyeri sampai 50% dengan melakukan
sederhana, efektif dan tanpa efek yang relaksasi (Potter & Perry 2006).
Penelitian yang dilakukan oleh penelitian yang dilakukan oleh Dewi dkk
perubahan intensitas nyeri pada pasien sebelum diberikan teknik relaksasi nafas
nyeri ringan, dan 6 orang (60%) nyeri menggunakan 4 pasien pasca operasi
sedang. Hasil pengukuran tingkat nyeri fraktur cruris dan 1 perawat yang
relaksasi nafas dalam dari 10 responden 5 dalam. Teknik pengumpulan data yang
orang (50%) mengalami nyeri ringan, digunakan pada penelitian ini ialah
dan 5 orang lagi masih mengalami nyeri wawancara mendalam dan observasi.
sedang. Bila dilihat dari sskala nyeri Analisis data yang digunakan ialah
pengukuran skala nyeri sebelum dan dalam pada pasien pasca operasi fraktur
sesudah pemberian teknik relaksasi nafas cruris di RSUD Dr. Moewardi Surakarta
mengetahui teknik relaksasi nafas dalam pasien dan perawat. Wawancara ini
pasien pasca operasi fraktur cruris. tentang teknik relaksasi nafas dalam pada
pendekatan kualitatif dengan desain case mengalami pasca operasi fraktur cruris,
study. Penelitian ini berlangsung dari (2) respon pasien terhadap pemberian
bulan November 2013 sampai dengan teknik relaksasi nafas dalam, (3) kendala
Juni 2014 di Ruang Mawar II RSUD Dr. pasien dalam pelaksanaan teknik
7
cruris, (4) kendala parawat dalam penyebab nyeri, kualitas nyeri, lokasi
pemberian teknik relaksasi nafas dalam nyeri, skala nyeri dan durasi lamanya
kepada pasien pasca operasi fraktur nyeri. Hasil observasi nyeri yang dapat
Provocate, Quality, Regio, Scale, Time wajah tenang, pasien terlihat rileks, dan
untuk mengetahui penyebab nyeri, Pada skala 1-3 yang termasuk dalam
pengkajian untuk mengetahui daerah atau kesakitan, mengusap daerah nyeri atau
tempat yang nyeri, scale adalah melokalisir nyeri, dan pasien masih bisa
pasien dan time adalah pengkajian Sementara pada skala 4-6 yang termasuk
mengenai durasi nyeri yang dirasakan. kategori nyeri sedang, dapat ditunjukan
data juga didapatkan dari hasil observasi mengerutkan dahi, wajah tampak tegang,
termasuk kategori nyeri berat Pasien 2 : “Ya nyerinya abis operasi mas,
rasanya kaya ditusuk
ditunjukkan dengan karakteristik pasien apalagi kalau malem”
Pasien 4 : ”kalau disuruh milih angka 0- potensial ataupun aktual. Setiap tindakan
10 ya saya rasa angka 7 untuk
nyeri saya”. pembedahan dapat menimbulkan respon
pasien untuk mengurangi nyeri ialah Nyeri adalah suatu keadaaan subjektif
dan mengelus bagian yang nyeri non verbal (Engram dalam Solehati
pasien 2 dan pasien 4. Berikut ini adalah bahwa faktor yang dapat meningkatkan
hasil wawancara mengenai tindakan dan menurunkan nyeri dapat dilihat dari
pasien untuk mengurangi nyeri yang berbagai perilaku yang dilakukan oleh
nyeri bagi seseorang mungkin hampir merasakan nyeri. Teknik relaksasi nafas
tidak terasa bagi orang lain. Lebih jauh dalam dievaluasi setiap dua kali sehari.
nyeri pada suatu waktu tetapi tidak pada fraktur cruris terhadap pemberian teknik
waktu lain (Smeltzer & Bare 2002). relaksai nafas dalam didapatkan data
Proses teknik relaksasi nafas pada hari ketiga dan keempat. Skala nyeri
dalam diberikan kepada pasien pasca psien berkurang dari sklala 5 menjadi 4
operasi fraktur cruris hari kedua. dialami oleh 2 pasien yaitu pasien 1 dan
dilakukan sebelum pasien diberikan obat dialami oleh satu pasien yaitu pasien 3.
dan memotivasi pasien untuk melakukan nyeri dan tetap pada skala 7 karena
teknik relaksasi nafas dalam saat pasien terlihat kurang konsentrasi dan
11
lebih fokus pada nyeri yang teknik relaksasi nafas dalam hanya dapat
efektif dalam menurunkan nyeri pasca skala intensitas nyeri pada mahasiswi
mental dan fisik dari tekanan dan stres. Penelitian yang dilakukan oleh
Dengan relaksasi, klien dapat mengubah Pinandita Iin, Purwanti E dan Utoyo B
dalam melakukan relaksasi fisik dapat nyeri secara farmakologi lebih sering
oleh tubuh serta penurunan tegangan otot mengontrol nyeri, sehingga dibutuhkan
Penelitian yang dilakukan oleh agar sensari nyeri dapat berkurang serta
Ernawati, Hartiti Tri, dan Hadi Idris masa pemulihan tidak memanjang.
sampel yang menglami nyeri saat menjadi lebih murah, simple, efektif, dan
Pasien pada penelitian ini dapat dalam melakukan teknik relaksasi nafas
melakukan teknik relaksasi nafas dalam dalam untuk mengurangi nyeri pasca
sesuai dengan yang diajarkan perawat. operasi fraktur cruris didapatkan bahwa
Selama melakukan teknik relaksasi nafas ketiga pasien tidak mengalami kendala
dalam peneliti tidak menemukan adanya saat melaksanakan teknik relaksasi nafas
kendala yang dialami oleh pasien, tetapi dalam yaitu pasien 1, pasien 2 dan pasien
relaksasi nafas dalam sehingga nyeri pasien 3 :“Gak ada kendalanya mas itu
gampang kok, tinggal
yang dialami tidak menurun. Kondisi tangannya ditaruh diatas dan
diperut trus tarik nafas lewat
lingkungan juga mempengaruhi pasien hidung keluarin mulut sambil
badannya dirilekskan”
terhadap pelaksanaan teknik relaksasi
Kecuali pada responden 4 yang
nafas dalam. Lingkungan yang ramai
menyatakan bahwa teknik relaksasi nafas
seperti pada penelitian ini yaitu ruang
dalam tidak dapat menurunkan nyeri
Mawar II RSUD Dr. Moewardi
yang dirasakan. Berikut pernyataan
Surakarta yang merupakan ruang kelas 3.
responden 4 yang menunjukkan bahwa
Satu kamar pada bangsal ini terdapat 11
teknik relaksasi nafas dalam tidak dapat
tempat tidur pasien, sehingga kondisi
menurunkan nyeri yang dirasakannya :
ruangan terlihat sangat ramai dan kondisi
Pasien 4 :“Gak ada mas, tapi relaksasinya
ini mempengaruhi pasien dalam itu kurang mempan mas, saya
udah bolak-balik pake kayak
berkonsentrasi saat melakukan teknik yang dibilangin mbaknya
kemarin itu tapi sama aja tu,
relaksasi nafas dalamnya. nyerinya gak berkurang mas.
Ya kurang lebih masih sama
mas 7an”
14
kendala pasien tampak rileks, pasien intensitas nyeri merupakan cara yang
dalam sesuai dengan urutan yang telah terapi non-farmakologi yang berupa
responden 4 dapat melakukan teknik digunakan kapan saja, efisien, murah dan
relaksasi nafas dalam sesuai dengan tidak terdapat efek samping pada
prosedur, namun pasien tampak kurang penggunanya (Potter & Perry 2006).
kooperatif dan terfokus pada nyeri yang Penelitian yang dilakukan oleh
kesakitan. Kondisi kamar pasien yang sedang pada lansia yang menderita
ramai dan berisik juga berperan pada arthritis rheumatoid menjadi skala nyeri
relaksasi nafas dalam dipengaruhi oleh intensitas nyeri pasien dan teknik ini
hanyalah untuk mengurangi nyeri yang partisipasi individu dan kerja sama.
berlangsung beberapa menit saja. Dalam Teknik relaksasi diajarkan hanya saat
15
klien sedang tidak merasakan rasa tidak relaksai nafas dalam kepada
pasien ya sesuai prosedur,
nyaman yang akut hal ini dikarenakan yang membuat kendala ya
biasanya pasien itu sendiri
ketidakmampuan berkonsentrasi karena pasien kadang tidak
kooperatif untuk diajarkan
membuat latihan menjadi tidak efektif teknik relaksasi”
keperawatan, yang dalam hal ini perawat relaksasi hanya pada sebagian tubuh,
bagaimana cara melakukan nafas dalam, latihan dan berkonsentrasi pada bagian
nafas lambat (menahan inspirasi secara tubuh yang tegang. Klien juga harus
maksimal) (Smeltzer & Bare 2002). mengetahui sejak awal bahwa latihan ini
secara etis untuk mengontrol nyeri dan a. Respon nyeri pasien yang
oleh beberapa faktor antara lain usia, nyaman. Teknik relaksasi nafas dalam
rasa nyeri, sehingga nyeri yang kendala secara prosedur pada saat
mengurangi rasa nyeri yang dimiliki Helmi, Z.N, 2012. Buku saku
kedaruratan dibidang bedah ortopedi.
sehingga pada pelaksanaan pemberian Salemba Medika, Jakarta
Sjamjuhidajat, R & Jong, D.W, 2005. Wirya I dan Sari M.D, 2013.
Buku ajar ilmu bedah. Edisi 2. EGC. ‘Pengaruh pemberian masase
Jakarta. punggung dan teknik relaksasi nafas
dalam terhadap penurunan intensitas
Smeltzer, S.C & Barre, B.G, 2002. nyeri pada pasien post appendiktomi
Buku ajar keperawatan medikal di zaal C RS HKBP Balige tahun
bedah bruner & suddart. Edisi 2. Vol 2011’. Jurnal Keperawatan HKBP
1. EGC. Jakarta. Balige. Vol. 1. No. 1.
Smeltzer, S.C & Barre, B.G, 2002. WHO, 2011. ‘Decade of action or
Buku ajar keperawatan medikal road safety: Indonesia’. diakses 6
bedah bruner & suddart. Edisi 2. Vol November 2013.
3. EGC. Jakarta. <www.who.searo/int>.