Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS JURNAL MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

Using training and development to affect job satisfaction within franchising


(Menggunakan pelatihan dan pengembangan untuk mempengaruhi kepuasan kerja pada bisnis waralaba)

dan

Empirical Study of the Relationship between Staff Training and Job Satisfaction among Nigerian Banks
Employees
(Studi Empiris Hubungan antara Pelatihan Karyawan dengan Kepuasan Kerja pada Karyawan Bank Nigeria)

TUGAS INDIVIDU

Oleh:
Ida Ayu Kartika Maharani, SE (1490667068)

MAGISTER MANAJEMEN
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA
2014
1. Judul Jurnal : Using training and development to affect job satisfaction within franchising
Peneliti : Stephen Choo dan Christine Bowley
Diterbitkan : Journal of Small Business and Enterprise DevelopmentVol. 14 No. 2, 2007

2. Judul Jurnal : Empirical Study of the Relationship between Staff Training and Job Satisfaction among Nigerian
Banks Employees
Peneliti : Adesola, M.A ; Oyeniyi K.O ; Adeyimi, M.A
Diterbitkan : International Journal of Academic Research in Economics and Management Sciences November 2013, Vol. 2, No.
6 ISSN: 2226-3624

HASIL REVIEW
Jurnal 1 Jurnal 2
ITEM Using training and development to affect job satisfaction Empirical Study of the Relationship between Staff
ANALISIS within franchising Training and Job Satisfaction among Nigerian Banks
Employees
Pendahuluan Pada bagian pendahuluan, bisa direview bahwa peneliti Pada latar belakang di jurnal ini lebih menekankan teori
- Latar memiliki ketertarikan dalam membuat penelitian ini pengaruh pelatihan terhadap kepuasan kerja karyawan.
Belakang karena kurangnya penelitian yang memfokuskan dalam Pelatihan dilihat sebagai suatu alat manajerial yang
pengaruh pelatihan dan pengembangan karyawan dalam mampu membuat karyawan sejalan dan membantu
sistem waralaba mendorong peneliti untuk mewujudkan tujuan perusahaan. Perkembangan
mengakomodasi kesenjangan tersebut dan meneliti beberapa tahun belakangan yang meneliti tentang
bagaimana pengaruh pelatihan dan pengembangan pelatihan karyawan sangat tinggi mengingat terus
karyawan terhadap kepuasan kerja karyawan di salah satu pesatnya pertumbuhan dan permintaan pada tenaga
bisnis waralaba terbesar Australia. Peneliti tertarik untuk kerja. Peneliti tertarik meneliti pada karyawan Bank
meneliti di Australia karena Negara ini menghadapi krisis Nigeria karena industri ini sedang mengalami tekanan
tenaga kerja untuk dipekerjakan pada bisnis kecil dan adanya merger dan akuisisi sehingga membutuhkan
menengah termasuk waralaba. Karena krisis ini, bisnis karyawan yang siap dengan segala tekanan tersebut.
kecil dan menengah harus memperkuat tenaga kerja yang Disinilah peran pelatihan dilihat oleh peneliti untuk
telah dimiliki agar tetap bertahan. Bagaimana hal ini bisa dapat menguji pengaruh pelatihan karyawan terhadap
dilakukan? Dengan cara melakukan pelatihan karyawan. kepuasan kerja .
Dari pelatihan karyawan maka akan mempengaruhi
kepuasan kerja, jika karyawan puas maka niat untuk tetap
bertahan pada pekerjaan itu juga tinggi.
Tujuan Hasil dari analisis ini akan memberi implikasi terhadap Tujuan dari penelitian ini adalah :
Penelitian sistem manajerial pada pengwaralaba dan pewaralaba 1. Menguji hubungan antara pelatihan dan kepuasan
dalam mendesain dan melakukan program pelatihan pada kerja
karyawan garis depan. Selanjutnya, kunci dari beberapa 2. Menguji karakteristuk sosial demografi pada
faktor yang berkontribusi terhadap pencapaian kepuasan karyawan bank mempengaruhi kepuasan kerja
kerja karyawan. Terakhir, penelitian ini bertujuan untuk
memberikan pengkajian hubungan antara pelatihan dan
pengembangan terhadap kepuasan kerja.
Kajian Pustaka Yang dijadikan dasar dalam pemilihan hipotesis satu Kajian pustaka menunjukkan bahwa kepuasan kerja
dan Penelitian sampai tiga berdasarkan kajian pustaka adalah The dapat diprediksi dari perilaku peran professional seperti
Sebelumnya Kirkpatrick Model (TKM) yang memiliki empat level jenis kelamin, umur, status pernikahan, pendidikan dan
hirarki, terdiri dari reaksi, pembelajaran, perilaku dan hasil karakteristik lain. Bakare, (2012) menunjukkan bahawa
yang biasanya digunakan sebagai pedoman dalam kemungkinan karyawan secara sukarela meninggalkan
mengevaluasi pelatihan ditempat kerja pada bidang pekerjaannya karena menurunnya kepuasan kerja,
industry dan psikologi organiasi (Kirkpatrick, 1994). walaupun sudah mengkontrol beberpa karyawan maupun
Dalam level pertama TKM, reaksi peserta pelatihan karakteristik lainnya. Pada penelitian antar bidang
terhadap pelatihan itu sendiri sering dijadikan acuan dalam kepuasan kerja juga dapat memprediksi produktivitas
mengukur tingkat kepuasan dan kenyamanan (Warr et al., karyawan (Tsang et al., 1991). Pekerjaan oleh Clark et al.
1999). Warr dan Bunce (1995) menyarankan tiga kunci (1996) dijelaskan beberapa bukti bahwa ekspektasi yang
reaksi peserta yang harus diperhatikan : dipengaruhi oleh umur karyawan, tingkat pendidikan,
(1) kesenangan dalam pelatihan; dan karir. Grund (2001) mengkonsentrasikan pada
(2) kegunaan yang dirasakan; dan peningkatan kepuasan kerja setelah pekerjaan berubah.
(3) kesulitan yang dirasakan Shields dan Ward (2001) menemukan bahwa
Hal ini menyarankan bahwa kualitas pelatih atau ketidakpuasan dengan promosi dan kesempatan pelatihan
hubungan pelatih dengan peserta latih sangat penting adalah pengaruh kuat yang meningkatkan keinginan
dalam mengevaluasi reaksi. Walaupun begitu, pentingnya untuk berhenti bekerja dibandingkan ketidakpuasan
pelatih sangat jarang sekali diakui dalam berbagai litratur pembayaran gaji.
tentang pelatihan (Steiner et al., 1991, p. 271). Hal ini Penelitian sebelumnya oleh Stephen dan Bowley (2007)
sangat mengejutkan karena desain dan kecocokan pelatih meneliti tentang pengaruh pelatihan pada kepuasan
sangat berdampak pada sukses atau tidaknya suatu karyawan. Penelitian ini menghubungkan produktivitas
program pelatihan. Evaluasi dalam level kedua of TKM karyawan yang akan berujung pada kepuasan pelanggan.
biasanya dievaluasi dalam kondisi banyaknya pelatihan Gazioglu dan Tansel (2002) menemukan hubungan
yang telah dilaksanakan (Warr et al., 1999). Hal ini dapat positif yang siginifikan pada pelatihan dan kepuasan
menjelaskan sejauh mana perubahan sikap peserta kerja di Inggris menggunakan metode Probit. Schmidt,
pelatihan, peningkatan pengetahuan dan atau peningkatan (2007) juga meneliti tentang hubungan antara kepuasan
keahlian sebagai hasil dari mengikuti pelatihan(Brown and pelatihan pada kepuasan kerja secara keseluruhan dimana
Sneider, 1998, p. 10). Pada tahap ini, kebanyakan sampel yang dianalisis adalah 5552 pelanggan dan
penelitian lebih terfokus pada peserta pelatihan mana yang pekerja pelayanan teknis dari Amerika Serikat dan
telah mencapai target standar kompetensi daripada Kanada. Penelitian tersebut menemukan hubungan
banyaknya proses pembelajaran yang terjadi pada program positif yang signifikan dalam koefisien regersi bivariat
pelatihan tersebut. (Sackett and Mullen, 1993). Tahap (Baldwin and Johnson 1995). (Asaju, 2008) menjelaskan
ketiga adalah perilaku, yang didefinisikan sebagai sejauh jika pekerja sedikit dilatih maka tendensi untuk
mana perilaku telah berubah karena adanya pelatihan. meninggalkan perusahaan semakin tinggi, namun ketika
(Rowden, 2005, p. 32). Tahap keempat adalah hasil yang terjadi peningkatan pelatihan maka kepuasan kerja
memfokuskan pada dampak pelatihan terhadap keluaran karyawan meningkat dan keinginan untuk tetap bertahan
yang telah ditargetkan perusahaan (Parry, 1996). di perusahaan meningkat pula(Bakare, 2012). Georgellis
Penelitian ini tidak bermaksud untuk meneliti lebih dan Lange (2007) meneliti hubungan antara pelatihaan
lanjut tahap ketiga dan keempat dari TKM karena on-the-job dan kepuasan kerja.
kedua indikator ini terbukti susah untuk diukur.
(Dionne,1996).
Hipotesis keempat menduga tentang hubungan pelatihan
dengan kepuasan kerja. Hasil dari beberapa penelitian
sebelumnya menunjukkan pelatihan memiliki hubungan
positif terhadap kepuasan karyawan dimana perusahaan
yang mengembangkan pelatihan formal dan terstruktur
menghubungkan pengembangan kemampuan,
pengembangan karir, pengakuan dan penghargaan (Heyes
and Stuart, 1994). Pendekatan populer untuk menjelaskan
kepuasan kerja adalah paradigma keserasian individu
terhadap lingkungan (Ellickson, 2002; Kristof, 1996). Hal
ini menjelaskan bahwa lingkungan kerja yang memenuhi
kebutuhan, nilai dan karakteristik pribadi lebih
memuaskan karyawan. Beberapa penelitian menemukan
bahwa kepuasan kerja dipakai untuk meningkatkan kinerja
karyawan (Iaffaldano and Muchinsky, 1985),
memilimalisasi absennya karyawan (Steers and Rhodes,
1978) dan mengurangi turnover (Mobley et al., 1979).
Ramlall (2004) mengemukakan bahwa pentingnya
menciptakan lingkungan kerja dimana karyawan memiliki
komitmen melalui kepuasan kerja. Hal ini didukung oleh
Hackman and Oldham (1980) dan Ramlall (2004) yang
mengatakan bahawa variasi pekerjaan dan multi talenta
mendukung peningkatan kepuasan kerja yang kemudian
meningkatkan kebertahanan karyawan. Peningkatan dalam
desain pekerja juga berkonsekuensi dengan pelatihan.
Hipotesis H1. Pengalaman menyenangkan belajar karyawan H1. Tidak ada hubungan yang singnifikan antara
memiliki pengaruh positif terhadap evaluasi penyediaan pelatihan dengan kepuasan kerja
pelatihan dan pengembangan perusahaan. H2. Tidak ada hubungan yang signifikan antara
H2. Desain pelatihan yang efektif memiliki pengaruh karakterisik sosio demografis terhadap kepuasan kerja
positif terhadap evaluasi penyediaan pelatihan dan
pengembangan perusahaan.
H3. Kualitas pelatih memiliki pengaruh positif terhadap
evaluasi penyediaan pelatihan dan pengembangan
perusahaan.
H4. Semakin tinggi kepuasan karyawan terhadap
penyediaan pelatihan dan pengembangan organiasasi
maka semakin tinggi pula kepuasan kerja karyawan.
Metodologi
Penelitian
- Populasi Populasi pada penelitian ini adalah seluruh karyawan yang Populasi pada penelitian ini adalah seluruh karyawan
dan Sampel bekerja pada 250 cabang waralaba retailer roti terbesar di bank yang ada di Bank Nigeria kota Osogbo.
Australia. Sampel pada penelitian ini 80 sampel, pemilihan sampel
Sampel pada penelitian ini 135 sampel, pemilihan sampel dikarenakan dipilih dari delapan cabang yang ditetapkan.
dikarenakan tidak tersedianya data jumlah karyawan pada
seluruh cabang waralaba sehingga peneliti hanya
bergantung pada individu pewaralaba yang bersedia untuk
mendistribusikan kuisioner pada karyawannya.
- Teknik Menggunakan analisis deskriptif, analisis faktor dan Menggunakan analisis Pearson Produk Momen dan
Analisis analisis regresi. tahap pertama dimulai dengan melakukan Analisis Regresi. Pengukuran skala yang ditetapkan
Data analaisis deskriptif dan analisis interkorelasi pada 16 untuk menjadi data yang valid dan reliable harus
variabel evaluasi pelatihan dan enam variable kepuasan mencapai angka alpha 0.85. Korelasi Pearson product
kerja untuk menentukan pentingnya variable tersebut. moment digunakan untuk menguji hubungan antara
Tahap kedua, analisis faktor konfirmatori pada 26 variable terikat (kepuasan kerja) dan variable bebas
pernyataan tersebut untuk menentukan validitas dan (kebutuhan pelatihan karyawan dan karakteristik sosio
reabilitas dalam menentukan faktor-faktor. Satu item demografi karyawan), lalu melakukan uji regresi untuk
dalam proses faktor paling tidak harus memenuhi nilai 0.5 menguji akibat dari pelatihan karywan dan karakteristik
untuk dimasukkan dalam faktor. Untuk menguji reliabitas sosio demografi karyawan terhadap kepuasan kerja.
faktor, koefisien alfa dihitung untuk tiap faktor. Tahap
terakhir meliputi pengujian hipotesis terakhir dengan
menggunakan analisis regresi.

- Pembahasan Reliabilitas model untuk mengukur tujuan tercapainya Dari hasil analisis pearson product moment didapatkan
Hasil suatu pelatihan diukur dengan menggunakan Cronbach bahwa pelatihan memiliki hubungan positif dengan
alpha, yang menunjukkan koefisien sebesar 0.92. kepuasan kerja dengan (r = 0.700). Berarti karyawan
Kemampuan untuk mencapai semua tujuan dalam yang telah dilatih memiliki kepuasan lebih terhadap
pelatihan diurut dari variable yang paling penting. Hal ini pekerjaannya. Hasil ini sesuai dengan (Stephen and
diikuti dengan kemampuan mereka untuk Bowley, 2007; Gazioglu and Tansel, 2002; Sajuyigbe
mengaplikasikan apa yang telah dipelajari pada pekerjaan and Amusat, 2012; Bakare, 2012; and Large, 2007).
sehari-hari dan pengetahuan dan keterampilan untuk Kemudian juga menunjukkan bahwa umur, pengalaman
menyelesaikan program pelatihan dengan sukses. Hal ini kerja, jenis kelamin, kulifikasi dan status pernikahan
menunjukkan bahwa isi dari program pelatihan harus memiliki hubungan positif dengan kepuasan kerja ( r =
memiliki spesifikasi kerja dan modul yang harus dicapai 0.097, 0.004, 0.003 0.027 and 0.175. Hasil ini
pada setiap perspektif peserta pelatihan. menunjukkan bahwa karyawan dengan usia yang lebih
tua memiliki kepuasan kerja lebih tinggi daripada
Hasil dari analisis faktor kualitas pelatihan, desain karyawan yang muda. Hasil ini mengindikasikan bahwa
pelatihan dan pengalaman belajar menghitung bahwa 68.9 semakin banyak karyawan bank yang tetap bekerja maka
persen varians pada data. Hasil koefisien alfa nilai semakin tinggi pula kepuasan kerjanya. Jenis kelamin,
reliabilitas adalah 0.93, 0.90 dan 0.73 untuk kualitas kualifikasi dan status pernikahan juga dapat memprediksi
pelatihan, desain pelatihan dan pengalaman pembelajaran kepuasan kerja.
yang didapat. Dikarenakan skor reliabilitas yang didapat Pada analisis regresi menunjukkan besarnya pengaruh
lebih tinggi dari 0.70 maka mereka bisa diterima (Hair et variabel pelatihan karyawan, umur, pengalaman kerja,
al., 1998). Hasil ini mendukung H1, H2 dan H3. Kepuasan jenis kelamin, kualifikasi dan status pernikahan pada
kerja menghasilkan faktor yang diinterpretasikan sebagai kepuasan kerja ( R2 = 0.55; F (6, 73) = 14.858; P <.001).
rasa bangga (tiga item termasuk “Nilai saya dan yang Variabel prediktor secara bersama-sama dapat
dimiliki organisasi sangat mirip”, “Saya akan memberikan menjelaskan variasi kepuasan kerja sebesar 55%,
usaha melebihi biasanya untuk membantu organisasi sedangkan sisanya 45% dijelaskan variable lain yang
menjadi sukses” dan ”Saya bangga untuk memberitahukan tidak dimasukkan dalam model. Pelatihan,( β = 0.694, t =
orang lain dimana saya bekerja” dengan skor alpha 8.524, P<.01), Umur (β = 0.190, t = 2.439, P<.05;
sebesar 0.71 dan kondisi kerja (tiga item termasuk “Saya Pengalaman Kerja (β = 0.005, t = 0.001, P<.05; β =
sangat nyaman dilingkungan kerja saya”, “ Saya 0.694), dan kualifikasi (β = 0.119, t = 1.689 P<.05)
menganggap rekan kerja sebagai teman”, “Atasan saya secara signifikan berpengaruh terhadap kepuasan kerja.
biasanya menanggapi hasil kerja bagus saya”dengan skor Hal ini mengindikasikan pelatihan keryawan, umur,
alpha sebesa 0.61. pengalaman kerja dan kualifikasi memiliki pengaruh
positif signifikan pada kepuasan kerja.
Hasil dari analasis faktor lingkungan kerja dan rasa
bangga menunjukkan 62.15 persen varians. Koefisien
alpha skor reliabilitas adalah 0.71 dan 0.61 untuk rasa
bangga dan lingkungan kerja. Analisis regresi dilakukan
untuk mengetahui bagaiman ketiga faktor yang didapat
dalam evaluasi pelatihan dapat terhubung dengan
kepuasan kerja.

Hasil menunjukkan nilai standardized (B) dan


unstandardized (b) koefisien regresi dengan kontribusi
masing-masing dan kekuatan predktif masing-masing
faktor. Secara keseluruhan model kepuasan kerja
ditunjukkan dari nilai R2 sebesar 0.307 dan adjusted R2
sebesar 0.261. Hasil analisis menunjuukan bahwa dua dari
tiga variable evaluasi pelatihan secara stastistik memiliki
signifikansi terhadap kepuasan kerja. Variabel tersebut
adalah desain pelatihan (B ¼ 0:45, p , 0:01) dan
pengalaman pembelajaran (B ¼ 0:305, p , 0:05). Kualitas
pelatih tidak memberikan pengaruh signifikan dalam
menjelaskan variasi pada variable terikat kepuasan kerja.
Dua hasil dari penelitian ini yang didapat adalah
pentingnya:
(1) desain pelatihan dalam menhelaskan variasi pada
variable lingkungan kerja
(2) pengalaman belajar dalam menjelaskan variasi pada
variable rasa bangga
Secara keseluruhan hasil pada hasil analisis regresi
mendukung H4, bahwa evaluasi karyawan terhadap
pelatihan secara positif berhubungan dengan dua
pengukuran kepuasan kerja.

- Kesimpulan Untuk penelitian selanjutnya direkomendaskan untuk Penelitian ini mengkaji hubungan antara pelatihan
dan Saran memeriksa dan mendata karyawan pada outlet retail karyawan dengan kepuasan kerja pada karyawan Bank
waralaba dan membuat kontak personal dengan setiap Nigeria yang berlokasi di koya Osogbo barat data
outlet, sehingga dapat berkejasama dengan pewaralaba Nigeria. Hasil penelitian menunjukkan bahawa pelatihan
untuk mengumpulkan data para karyawan. Peneliti memiliki dampak signifikan pada kepuasan kerja. Hal ini
memberikan tiga saran. Yang pertama, penelitian ini berarti bahwa pelatihan merupakan elemen penting untuk
dikembangkan pada beberapa skala yang secara moderat mencapai tujuan perusahaan. Penelitian ini juga
reliable dalam pengukuran evaluasi pelatihan dan membuktikan bahwa kombinasi pengaruh umur,
pengembangan terhadap kepuasan kerja pada usaha kecil pengalaman kerja dan kualifikasi memiliki hubungan
dan menengah, fokus spesifik pada industry retail yang erat dengan kepuasan kerja pada karyawan bank
waralaba. Sehingga dapat disarankan pada peneliti Nigeria. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan
selanjutnya untuk meneliti secara empiris dan luas dalam bahwa kualitas pelatihan klaryawan. Penelitian ini
mengkaji skala reliable untuk evaluasi pelatihan dan menyarankan pihak manajemen untuk merencanakan
kepuasan kerja sehingga memberikan kontribusi terhadap karyawan yang cocok untuk dilatih dan meningkatkan
studi teorikal pada bidang ini. Selanjutnya, penelitian aloksi dana untuk pelatihan karyawan yang sejalan
berikutnya diharapkan dapat menkaji lebih dalam dengan tujuan perusahaan.
pengaruh berbagai macam tipe pelatihan dan
pengembangan dengan pendekatan masing-masing, gaya
dan filosofi pada kepuasan kerja. Terakhir penelitian ini
tidak mengukur evaluasi pelatihan dan kepuasan kerja
para manajer outlet karena lebih memfokuskan pada
karyawan dalam system waralaba. Sehingga
direkomendasikan untuk membuat penelitian komparatif
antara manajer dan karyawan untuk menentukan
perbedaan signifikan pada variable. Penelitian ini
memberikan implikasi praktik usaha untuk waralaba.
Insutri retail waralaba memiliki karakteristik karyawan
yang pada umumnya bekerja secara paruh waktu maupun
purna waktu. Yang tak terhindarkan, pada sector ini
karyawan dilihat sebagai manajer masa depan maupun
menjadi pewaralaba potensial. Bukti dari penelitian ini
mengindikasikan bahwa kepuasan kerja dapat ditambah
jika kita memberikan program pelatihan dan
pengembangan yang efektif, selain itu penelitian ini
menambah pemahaman kita tentang berbagai elemen
penting dalam hal kualitas pelatih, desain pelatihan dan
proses belajar yang efektif terhadap program pelatihan dan
pengembangan yang harus dimiliki untuk menciptakan
kepuasan kerja.
Kelebihan Kelebihan dari penelitian ini adalah membahas secara Kelebihan dari penelitian ini memasukkan variable sosio
rinci tentang komponen pembentuk dari pelatihan. demografi pada variable yang mempengaruhi kepuasan
Mengolah dari tahap awal dengan mengumpulkan kerja. Faktor sosio demografi tidak dapat dipisahkan
instrumen yang dapat dijadikan faktor yang berpengaruh pada karyawan karena faktor tersebut yang dimiliki
pada kepuasan kerja, mengeluarkan faktor yang tidak setiap individu secara karakteristik.
menunjukkan tingkat signifikan sampai menganalisis
hubungan faktor tersebut dengan kepuasan kerja.

Kelemahan Kelemahan penelitian ini terletak pada penentuan Kelemahan penelitian ini tidak secara rinci
sampelnya. Populasi yang tidak teridentifikasi jumlahnya mengemukakan instrumen pelatihan yang mempengaruhi
menyulitkan peneliti untuk menetapkan sampel yang kepuasan kerja. Padahal dalam judul jelas dibahas adalah
dipilih. Sampel yang seperti ini tidak secara jelas mewakili hubungan pelatihan terhadap kepuasan kerja. Berbeda
dari populasi yang ternyata jumlahnya tidak bisa dengan jurnal 1 yang secara rinci mengemukakan
didapatkan oleh peneliti. instrument pembentuk pelatihan yang dipakai untuk
dapat mengetahui pengaruhnya terhadap kepuasan kerja.

Anda mungkin juga menyukai