Anda di halaman 1dari 112

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Rumah Sakit berdasarkan Undang-undang RI No. 44 tahun 2009 adalah

institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat

jalan, dan gawat darurat.


Salah satu kegiatan di rumah sakit yang menunjang pemberian upaya

kesehatan yang bermutu adalah pelayanan farmasi rumah sakit. Pelayanan

Kefarmasian di Rumah Sakit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

sistem pelayanan kesehatan Rumah Sakit yang berorientasi kepada

pelayanan pasien, penyediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan

Medis Habis Pakai yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan

masyarakat termasuk pelayanan farmasi klinik (Anonim, 2014).


Kegiatan Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit meliputi pengelolaan

sediaan farmasi, alat kesehatan, bahan medis habis pakai, dan pelayanan

farmasi klinik (Anonim, 2014).


Seluruh Kegiatan pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit diselenggarakan

di Instalasi Farmasi. Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung

dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi

dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu

kehidupan pasien. Dalam melakukan pelayanan kefarmasian peran Tenaga

Teknik Kefarmasian (TTK) di rumah sakit membantu peran apoteker dalam

1
melaksakan pengelolaan sediaan farmasi, Bahan Medis Habis Pakai, dan alat

kesehatan, serta pelayanan farmasi klinis.


Oleh karena itu tenaga teknis kefarmasian harus mengetahui tentang teori

dan praktek tentang farmasi rumah sakit, maka untuk menyelaraskan antara

teori dan praktek dilaksanakan kegiatan PBL (Praktek Belajar Lapangan) yang

merupakan bagian dari kompetensi mata kuliah yang bertujuan mempersiapkan

mahasiswa menghadapi dunia kerja nyata dengan memberikan kesempatan

untuk meningkatkan kemampuan dalam mengaplikasikan semua teori dan

konsep yang telah diperoleh selama proses pembelajaran khususnya di bidang

farmasi rumah sakit.


I.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan praktek belajar lapangan ini adalah untuk mengetahui dan

memahami gambaran tentang pengelolaan perbekalan farmasi, Bahan

Medis Habis Pakai, dan alat kesehatan, serta pelayanan Farmasi klinik di

Rumah Sakit.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui dan memahami pengelolaan perbekalan farmasi,

Bahan medis Habis Pakai, dan alat kesehatan di Rumah Sakit yang

meliputi pemilihan, perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan,

penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan penarikan,

pengendalian, dan administrasi.


b. Untuk mengetahui dan memahami pelayanan farmasi klinik di Rumah

Sakit yang meliputi pengkajian dan pelayanan resep, penelusuran

riwayat penggunaan obat, rekonsiliasi obat, pelayanan informasi Obat,

konseling, ronde/visite pasien, Pemantauan Terapi Obat (PTO),

Monitoring Efek Samping Obat (MESO), Evaluasi Penggunaan Obat

2
(EPO), dispensing sediaan steril, dan Pemantauan Kadar Obat dalam

Daranfaath (PKOD).
I.3 Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
a. Dapat menambah sekaligus juga memperoleh pengetahuan dan

wawasan dalam mengaplikasikan ilmu Farmasi Rumah Sakit

khususnya di bidang Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.


b. Dapat melatih kedisiplinan mahasiswa dalam dunia kerja nyata

khusunya di bidang Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.


c. Dapat bersosialisasi dengan sesama teman sejawat dan antar teman

sejawat guna meningkatkan kolaborasi pelayanan kesehatan di Rumah

Sakit.
d. Dapat melatih kesiapan untuk menghadapi dunia kerja khusus nya bagi

seorang farmasis.

2. Bagi Institusi Pendidikan


Laporan praktek belajar lapangan ini diharapkan dapat dijadikan

tambahan sumber referensi dan dasar pemikiran untuk penelitian maupun

praktek lanjutan guna meningkatan kualitas pendidikan.


I.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktek belajar lapangan ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Prof.

Dr. Margono Soekarjo di jalan Doktor Gumbreg No. 1, Purwokerto,

Kecamatan Banyumas, Jawa Tengah 53146. Praktek dilaksanakan pada

tanggal 2 November - 14 November 2015. Kegiatan dibagi dalam 5 tempat

yaitu Apotek Rawat Inap, Apotek Rawat Jalan, Apotek IGD, dan gudang farmasi,

untuk pembagian waktu dan tempat pelaksanaan dapat dilihat dalam tabel I.1.

Rawat Rawat Rawat Gudang


NO STATE IGD
Jalan Inap Pagi Inap sore Farmasi
1 2 Hari I V IV III II

3
2 2 Hari II I V IV III
3 2 Hari III II I V IV
4 2 Hari IV III II I V
5 2 Hari V IV III II I

Tabel I.1 Jadwal PBL RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto
Keterangan:

Rawat Jalan : 08.00-15.00 Kelompok I : Fahmi & Opi


Rawat Inap Pagi : 07.00-14.00 Kelompok II : Sani & Anjas
Rawat Inap Sore : 14.00-21.00 Kelompok III : Muthia & Amalya
IGD : 07.00-14.00 Kelompok IV : Ratna & Nisa
Gudang Farmasi : 07.00-14.00 Kelompok V : Aning & Viany

I.5 Jadwal Kegiatan

Tabel I.2 Jadwal kegiatan praktek belajar lapangan.

4
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Rumah Sakit

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan

pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah Sakit

mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara

paripurna (Anonim, 2009).

Rumah sakit adalah suatu fasilitas pelayanan kesehatan perorangan yang

menyediakan rawat inap dan rawat jalan yang memberikan pelayanan

kesehatan jangka pendek dan jangka panjang yang terdiri dari observasi,

diagnostik, terapeutik dan rehabilitatif untuk orang-orang yang menderita

sakit, cidera dan melahirkan. Berdasarkan klasifikasinya, Rumah Sakit dibagi

menjadi dua jenis yaitu Rumah Sakit Umum dan Khusus. Rumah Sakit

Umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada

semua bidang dan jenis penyakit. Berdasarkan Afiliasi Pendidikan, Rumah

Sakit dibagi menjadi dua yaitu Rumah Sakit Pendidikan dan Rumah Sakit

non – pendidikan. Rumah Sakit Pendidikan adalah rumah sakit yang

menyelenggarakan dan atau digunakan untuk pelayanan, pendidikan dan

penelitian secara terpadu dalam bidang pendidikan Kedokteran

berkelanjutan, sedangkan Rumah Sakit non – pendidikan adalah Rumah Sakit

yang hanya menyelenggarakan Pelayanan medik saja (Anonim, 2006).

6
Instalasi Farmasi adalah unit pelaksana fungsional yang

menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit

(Anonim, 2014).

II.2 Struktur Organisasi Rumah Sakit

Pengorganisasian rumah sakit harus menggambarkan pembagian tugas,

koordinasi kewenangan, fungsi dan tanggung jawab rumah sakit (Anonim,

2014). Pengertian struktur organisasi tidak jauh dari tujuan organisasi.

Organisasi tentu punya tujuan yang hendak dicapai. Dalam mencapai tujuan

tersebut, perlu kerjasama antar anggota organisasi. Kerjasama harus disusun

menurut struktur organisasi yang dibuat sedemikian rupa sehingga mampu

secara efektif dan efisien mencapai tujuan organisasi (Anonim, 2006).

Dengan kata lain, struktur organisasi dibentuk tidak lain demi mencapai

tujuan organisasi. Struktur organisasi adalah alat yang digunakan organisasi

untuk memperoleh tujuannya. Seperti dapat dilihat pada gambar II.1 adalah

struktur organisasi rumah sakit umum kelas B Pendidikan (Anonim, 2006).

Gambar II.1 Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Kelas B Pendidikan

7
Pengorganisasian rumah sakit terutama bagian kefarmasian yaitu intalasi

farmasi rumah sakit dalam pengorganisasian harus mencakup penyelengaraan

pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai,

pelayanan farmasi klinik dan manajeman mutu, dan bersifat dinamis dapat

direvisi sesuai kebutuhan dengan tetap menjaga mutu (Anonim, 2014), untuk

struktur organisasi dapat dilihat di gambar II.2.

KEPALA INSTALASI
FARMASI

ADM IFRS

PELAYANAN
PENGELOLAA FARMASI KLINIK MANAJEMN
N MUTU

Gambar II.2 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :

1045/Menkes/Per/Xi/2006 Tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di

Lingkungan Departemen Kesehatan adalah sebagai berikut:

a. Susunan Organisasi Rumah Sakit Umum Kelas B Pendidikan


1) RSU Kelas B Pendidikan dipimpin oleh seorang Kepala disebut

Direktur Utama.
2) Direktur Utama membawahi paling banyak 3 (tiga) Direktorat.
3) Masing-masing Direktorat terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Bidang

atau 3 (tiga) Bagian.


4) Masing-masing Bidang terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Seksi.
5) Masing-masing Bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Sub bagian.
b. Unit-Unit Non Struktural sebagai Satuan Pengawas Intern

8
1) Satuan Pengawas Intern adalah Satuan Kerja Fungsional yang

bertugas melaksanakan intern rumah sakit.


2) Satuan Pengawas Intern berada di bawah dan bertanggung jawab

kepada pimpinan sakit.


3) Satuan Pengawas Intern dibentuk dan ditetapkan oleh pimpinan rumah

sakit.
c. Unit-Unit Non Struktural sebagai Komite
1) Komite adalah wadah non struktural yang terdiri dari tenaga ahli atau

profesi dibentuk untuk memberikan pertimbangan strategis kepada

pimpinan rumah sakit dalam rangka peningkatan dan pengembangan

pelayanan rumah sakit.


2) Pembentukan komite ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit sesuai

kebutuhan rumah, sekurang-kurangnya terdiri dari Komite Medik

serta Komite Etik dan Hukum.


3) Komite berada di bawah dan bertanggung jawab kepada pimpinan

rumah sakit.
4) Komite dipimpin oleh seorang ketua yang diangkat dan diberhentikan

oleh pimpinan rumah sakit.


5) Pembentukan dan perubahan jumlah dan jenis komite ditetapkan oleh

pimpinan rumah setelah mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal

Bina Pelayanan Medik.


d. Unit-Unit Non Struktural sebagai Instalasi
1) Instalasi adalah unit pelayanan non struktural yang menyediakan

fasilitas dan menyelenggarakan kegiatan pelayanan, pendidikan dan

penelitian rumah sakit.


2) Pembentukan instalasi ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit sesuai

kebutuhan rumah sakit.


3) Instalasi dipimpin oleh seorang kepala yang diangkat dan

diberhentikan oleh pimpinan rumah sakit.

9
4) Kepala instalasi dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh tenaga-

tenaga fungsional dan atau non medis.


5) Pembentukan dan perubahan jumlah dan jenis instalasi dilaporkan

secara tertulis kepada Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik.

e. Kelompok Jabatan Fungsional


Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan

sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.


1) Kelompok jabatan fungsional terdiri dari sejumlah tenaga fungsional

yang terbagi atas berbagai kelompok jabatan fungsional sesuai dengan

bidang keahliannya.
2) Masing-masing tenaga fungsional berada di lingkungan unit kerja

rumah sakit sesuai dengan kompetensinya.


3) Jumlah tenaga fungsional ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban

kerja.
4) Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.


f. Staf Medik Fungsional
1) Staf medik fungsional adalah kelompok dokter yang bekerja di bidang

medis dalam jabatan fungsional.


2) Staf medik fungsional mempunyai tugas melaksanakan diagnosa,

pengobatan, pencegahan akibat penyakit, peningkatan dan pemulihan

kesehatan, penyuluhan, pendidikan, pelatihan, penelitian dan

pengembangan.
3) Dalam melaksanakan tugasnya, staf medik fungsional menggunakan

pendekatan tim dengan tenaga profesi terkait.

g. Tata Kerja
Dalam melaksanakan tugasnya, setiap pimpinan satuan organisasi di

lingkungan rumah sakit wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi

10
dan sinkronisasi baik di lingkungannya serta dengan instansi lain sesuai

tugas masing-masing. Setiap pimpinan satuan organisasi wajib mengawasi

bawahan, bertanggung jawab memimpin, wajib mengikuti dan mematuhi

petunjuk.
h. Eselonisasi
Eselonisasi untuk Rumah Sakit Umum sesuai dengan klasifikasinya,

untuk RSU kelas B Pendidikan, terdiri dari :


1) Direktur Utama adalah jabatan struktural eselon II.a
2) Direktur adalah jabatan struktural eselon II.b
3) Kepala Bagian dan Kepala Bidang adalah jabatan struktural eselon III.a
4) Kepala Subbagian dan Kepala Seksi adalah jabatan struktural eselon

IV.a
II.3 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 58 tahun 2014 tentang

Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Standar Pelayanan

Kefarmasian di Rumah Sakit meliputi standar (Anonim, 2014) :

1. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis

Habis Pakai, meliputi:

a. Pemilihan

Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis Sediaan Farmasi,

Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan

kebutuhan. Pemilihan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan

Medis Habis Pakai ini berdasarkan:

1) formularium dan standar pengobatan/pedoman diagnosa dan terapi

11
2) standar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis

Pakai yang telah ditetapkan

3) pola penyakit

4) efektifitas dan keamanan

5) pengobatan berbasis bukti

6) mutu

7) harga

8) ketersediaan di pasaran

b. Perencanaan kebutuhan

Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan

jumlah dan periode pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan

Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk

menjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu

dan efisien (Anonim, 2014).

Perencanaan dilakukan untuk menghindari kekosongan Obat dengan

menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-

dasar perencanaan yang telah ditentukan antara lain konsumsi,

epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi dan

disesuaikan dengan anggaran yang tersedia (Anonim, 2014).

Pedoman perencanaan harus mempertimbangkan:

1) anggaran yang tersedia;

2) penetapan prioritas;

3) sisa persediaan;

12
4) data pemakaian periode yang lalu;

5) waktu tunggu pemesanan; dan

6) rencana pengembangan.

c. Pengadaan

Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk

merealisasikan perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus

menjamin ketersediaan, jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga

yang terjangkau dan sesuai standar mutu. Pengadaan merupakan

kegiatan yang berkesinambungan dimulai dari pemilihan, penentuan

jumlah yang dibutuhkan, penyesuaian antara kebutuhan dan dana,

pemilihan metode pengadaan, pemilihan pemasok, penentuan

spesifikasi kontrak, pemantauan proses pengadaan, dan pembayaran

(Anonim, 2014).

Untuk memastikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan

Medis Habis Pakai sesuai dengan mutu dan spesifikasi yang

dipersyaratkan maka jika proses pengadaan dilaksanakan oleh bagian

lain di luar Instalasi Farmasi harus melibatkan tenaga kefarmasian

(Anonim, 2014).

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan Sediaan

Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai antara lain:

1) bahan baku Obat harus disertai Sertifikat Analisa;

2) bahan berbahaya harus menyertakan Material Safety Data Sheet

(MSDS);

13
3) Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai

harus mempunyai Nomor Izin Edar;

4) expired date minimal 2 (dua) tahun kecuali untuk Sediaan Farmasi,

Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai tertentu (vaksin,

reagensia, dan lain-lain); dan

5) Rumah Sakit harus memiliki mekanisme yang mencegah

kekosongan stok Obat yang secara normal tersedia di Rumah Sakit

dan mendapatkan Obat saat Instalasi Farmasi tutup.

Pengadaan dapat dilakukan melalui:

1) Pembelian

Untuk Rumah Sakit pemerintah pembelian Sediaan Farmasi,

Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus sesuai dengan

ketentuan pengadaan barang dan jasa yang berlaku.

2) Produksi Sediaan Farmasi

Instalasi Farmasi Rumah Sakit dapat memproduksi sediaan

tertentu apabila:

a) Sediaan Farmasi tidak ada di pasaran;

b) Sediaan Farmasi lebih murah jika diproduksi sendiri;

c) Sediaan Farmasi dengan formula khusus;

d) Sediaan Farmasi dengan kemasan yang lebih kecil/repacking;

e) Sediaan Farmasi untuk penelitian; dan

14
f) Sediaan Farmasi yang tidak stabil dalam penyimpanan/harus

dibuat baru (recenter paratus).

3) Sumbangan/Dropping/Hibah

Instalasi Farmasi harus melakukan pencatatan dan pelaporan

terhadap penerimaan dan penggunaan Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sumbangan/dropping/

hibah (Anonim, 2014).

d. Penerimaan

Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis,

spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera

dalam kontrak atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima.

Semua dokumen terkait penerimaan barang harus tersimpan dengan

baik (Anonim, 2014).

e. Penyimpanan

Setelah barang diterima di Instalasi Farmasi perlu dilakukan

penyimpanan sebelum dilakukan pendistribusian. Penyimpanan harus

dapat menjamin kualitas dan keamanan Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan persyaratan

kefarmasian. Persyaratan kefarmasian yang dimaksud meliputi

persyaratan stabilitas dan keamanan, sanitasi, cahaya, kelembaban,

ventilasi, dan penggolongan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan

Bahan Medis Habis Pakai (Anonim, 2014).

15
Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi,

bentuk sediaan, dan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan

Medis Habis Pakai dan disusun secara alfabetis dengan menerapkan

prinsip First Expired First Out (FEFO) dan First In First Out (FIFO)

disertai sistem informasi manajemen. Penyimpanan Sediaan Farmasi,

Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang penampilan dan

penamaan yang mirip (LASA, Look Alike Sound Alike) tidak

ditempatkan berdekatan dan harus diberi penandaan khusus untuk

mencegah terjadinya kesalahan pengambilan Obat (Anonim, 2014).

Rumah Sakit harus dapat menyediakan lokasi penyimpanan Obat

emergensi untuk kondisi kegawatdaruratan. Tempat penyimpanan harus

mudah diakses dan terhindar dari penyalahgunaan dan pencurian

(Anonim, 2014).

f. Pendistribusian

Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka

menyalurkan/menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan

Bahan Medis Habis Pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit

pelayanan/pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah,

dan ketepatan waktu. Rumah Sakit harus menentukan sistem distribusi

yang dapat menjamin terlaksananya pengawasan dan pengendalian

Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di unit

pelayanan (Anonim, 2014).

Sistem distribusi di unit pelayanan dapat dilakukan dengan cara:

16
a) Sistem Persediaan Lengkap di Ruangan (floor stock)

- Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis

Habis Pakai untuk persediaan di ruang rawat disiapkan dan dikelola

oleh Instalasi Farmasi.

- Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai

yang disimpan di ruang rawat harus dalam jenis dan jumlah yang

sangat dibutuhkan.

- Dalam kondisi sementara dimana tidak ada petugas farmasi yang

mengelola (di atas jam kerja) maka pendistribusiannya

didelegasikan kepada penanggung jawab ruangan.

- Setiap hari dilakukan serah terima kembali pengelolaan obat floor

stock kepada petugas farmasi dari penanggung jawab ruangan.

- Apoteker harus menyediakan informasi, peringatan dan

kemungkinan interaksi Obat pada setiap jenis Obat yang disediakan

di floor stock.

b) Sistem Resep Perorangan

Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan

Medis Habis Pakai berdasarkan Resep perorangan/pasien rawat jalan

dan rawat inap melalui Instalasi Farmasi.

c) Sistem Unit Dosis

Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan

Medis Habis Pakai berdasarkan Resep perorangan yang disiapkan

dalam unit dosis tunggal atau ganda, untuk penggunaan satu kali

17
dosis/pasien. Sistem unit dosis ini digunakan untuk pasien rawat inap

(Anonim, 2014).

d) Sistem Kombinasi

Sistem pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan

Bahan Medis Habis Pakai bagi pasien rawat inap dengan

menggunakan kombinasi a + b atau b + c atau a + c.

Sistem distribusi Unit Dose Dispensing (UDD) sangat dianjurkan

untuk pasien rawat inap mengingat dengan sistem ini tingkat

kesalahan pemberian Obat dapat diminimalkan sampai kurang dari 5%

dibandingkan dengan sistem floor stock atau Resep individu yang

mencapai 18% (Anonim, 2014).

Sistem distribusi dirancang atas dasar kemudahan untuk dijangkau

oleh pasien dengan mempertimbangkan:

- efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada; dan

- metode sentralisasi atau desentralisasi.

g. Pemusnahan dan penarikan

Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan

Bahan Medis Habis Pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan

dengan cara yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

yang berlaku (Anonim, 2014).


Pemusnahan dilakukan untuk Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan

Bahan Medis Habis Pakai bila:


1) produk tidak memenuhi persyaratan mutu;
2) telah kadaluwarsa;

18
3) tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan

kesehatan atau kepentingan ilmu pengetahuan; dan


4) dicabut izin edarnya.

h. Pengendalian

Pengendalian dilakukan terhadap jenis dan jumlah persediaan dan

penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis

Pakai. Pengendalian penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan

Bahan Medis Habis Pakai dapat dilakukan oleh Instalasi Farmasi harus

bersama dengan Tim Farmasi dan Terapi (TFT) di Rumah Sakit (Anonim,

2014).

Tujuan pengendalian persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan

Bahan Medis Habis Pakai adalah untuk:

1) penggunaan Obat sesuai dengan Formularium Rumah Sakit;

2) penggunaan Obat sesuai dengan diagnosis dan terapi;

memastikan persediaan efektif dan efisien atau tidak terjadi kelebihan

dan kekurangan/kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, dan kehilangan

serta pengembalian pesanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan

Bahan Medis Habis Pakai.

Cara untuk mengendalikan persediaan Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai adalah:

1) melakukan evaluasi persediaan yang jarang digunakan (slow moving);

2) melakukan evaluasi persediaan yang tidak digunakan dalam waktu

tiga bulan berturut-turut (death stock);

3) Stok opname yang dilakukan secara periodik dan berkala.

19
i. Administrasi

Administrasi harus dilakukan secara tertib dan berkesinambungan

untuk memudahkan penelusuran kegiatan yang sudah berlalu.


Kegiatan administrasi terdiri dari:
1) Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan terhadap kegiatan pengelolaan Sediaan

Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang meliputi

perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan, pendistribusian,

pengendalian persediaan, pengembalian, pemusnahan dan penarikan

Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.

Pelaporan dibuat secara periodik yang dilakukan Instalasi Farmasi

dalam periode waktu tertentu (bulanan, triwulanan, semester atau

pertahun).
Pencatatan dilakukan untuk:
a) persyaratan Kementerian Kesehatan/BPOM;
b) dasar akreditasi Rumah Sakit;
c) dasar audit Rumah Sakit; dan
d) dokumentasi farmasi.

Pelaporan dilakukan sebagai:

a) komunikasi antara level manajemen;


b) penyiapan laporan tahunan yang komprehensif mengenai kegiatan

di Instalasi Farmasi; dan


c) laporan tahunan.
2) Administrasi Keuangan
Apabila Instalasi Farmasi Rumah Sakit harus mengelola keuangan

maka perlu menyelenggarakan administrasi keuangan.


Administrasi keuangan merupakan pengaturan anggaran,

pengendalian dan analisa biaya, pengumpulan informasi keuangan,

penyiapan laporan, penggunaan laporan yang berkaitan dengan semua

20
kegiatan Pelayanan Kefarmasian secara rutin atau tidak rutin dalam

periode bulanan, triwulanan, semesteran atau tahunan.

3) Administrasi Penghapusan

Administrasi penghapusan merupakan kegiatan penyelesaian

terhadap Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis

Pakai yang tidak terpakai karena kadaluwarsa, rusak, mutu tidak

memenuhi standar dengan cara membuat usulan penghapusan Sediaan

Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai kepada pihak

terkait sesuai dengan prosedur yang berlaku.

2. Pelayanan Farmasi Klinik

Pelayanan farmasi klinik merupakan pelayanan langsung yang

diberikan Apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome

terapi dan meminimalkan risiko terjadinya efek samping karena Obat,

untuk tujuan keselamatan pasien (patient safety) sehingga kualitas hidup

pasien (quality of life) terjamin. Pelayanan farmasi klinik yang dilakukan

meliputi:

a. Pengkajian dan Pelayanan Resep

Pelayanan Resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan

ketersediaan, pengkajian Resep, penyiapan Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai termasuk peracikan Obat,

pemeriksaan, penyerahan disertai pemberian informasi. Pada setiap

tahap alur pelayanan Resep dilakukan upaya pencegahan terjadinya

kesalahan pemberian Obat (medication error).

21
1) Persyaratan administrasi meliputi:
a) nama, umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan pasien;
b) nama, nomor ijin, alamat dan paraf dokter;
c) tanggal Resep; dan
d) ruangan / unit asal Resep.
2) Persyaratan farmasetik meliputi:
a) nama Obat, bentuk dan kekuatan sediaan;
b) dosis dan Jumlah Obat;
c) stabilitas; dan
d) aturan dan cara penggunaan.
3) Persyaratan klinis meliputi:
a) ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan Obat;
b) duplikasi pengobatan;
c) alergi dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD);
d) kontraindikasi; dan
e) interaksi Obat

b. Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat

Penelusuran riwayat penggunaan obat merupakan proses untuk

mendapatkan informasi mengenai seluruh Obat/Sediaan Farmasi lain

yang pernah dan sedang digunakan, riwayat pengobatan dapat diperoleh

dari wawancara atau data rekam medik/pencatatan penggunaan Obat

pasien.
Tahapan penelusuran riwayat penggunaan Obat:
1) membandingkan riwayat penggunaan Obat dengan data rekam

medik/pencatatan penggunaan Obat untuk mengetahui perbedaan

informasi penggunaan Obat;


2) melakukan verifikasi riwayat penggunaan obat yang diberikan oleh

tenaga kesehatan lain dan memberikan informasi tambahan jika

diperlukan;
3) mendokumentasikan adanya alergi dan Reaksi Obat yang Tidak

Dikehendaki (ROTD);
4) mengidentifikasi potensi terjadinya interaksi Obat;
5) melakukan penilaian terhadap kepatuhan pasien dalam

menggunakan Obat;

22
6) melakukan penilaian rasionalitas Obat yang diresepkan;
7) melakukan penilaian terhadap pemahaman pasien terhadap Obat

yang digunakan;
8) melakukan penilaian adanya bukti penyalahgunaan Obat;
9) melakukan penilaian terhadap teknik penggunaan Obat;
10) memeriksa adanya kebutuhan pasien terhadap Obat dan alat bantu

kepatuhan minum Obat (concordance aids);


11) mendokumentasikan Obat yang digunakan pasien sendiri tanpa

sepengetahuan dokter; dan


12) mengidentifikasi terapi lain, misalnya suplemen dan pengobatan

alternatif yang mungkin digunakan oleh pasien.

c. Rekonsiliasi Obat

Rekonsiliasi Obat merupakan proses membandingkan instruksi

pengobatan dengan Obat yang telah didapat pasien. Rekonsiliasi

dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan Obat (medication error)

seperti Obat tidak diberikan, duplikasi, kesalahan dosis atau interaksi

Obat. Kesalahan Obat (medication error) rentan terjadi pada pemindahan

pasien dari satu Rumah Sakit ke Rumah Sakit lain, antar ruang perawatan,

serta pada pasien yang keluar dari Rumah Sakit ke layanan kesehatan

primer dan sebaliknya.

1) Tujuan dilakukannya rekonsiliasi Obat adalah:

a) memastikan informasi yang akurat tentang Obat yang digunakan

pasien;

b) mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terdokumentasinya

instruksi dokter; dan

23
c) mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terbacanya instruksi

dokter.

2) Tahap proses rekonsiliasi Obat yaitu:

a) Pengumpulan data

Mencatat data dan memverifikasi Obat yang sedang dan akan

digunakan pasien, meliputi nama Obat, dosis, frekuensi, rute, Obat

mulai diberikan, diganti, dilanjutkan dan dihentikan, riwayat alergi

pasien serta efek samping Obat yang pernah terjadi. Khusus untuk

data alergi dan efek samping Obat, dicatat tanggal kejadian, Obat

yang menyebabkan terjadinya reaksi alergi dan efek samping, efek

yang terjadi, dan tingkat keparahan.

Data riwayat penggunaan Obat didapatkan dari pasien, keluarga

pasien, daftar Obat pasien, Obat yang ada pada pasien, dan rekam

medik/medication chart. Data Obat yang dapat digunakan tidak

lebih dari 3 (tiga) bulan sebelumnya. Semua Obat yang digunakan

oleh pasien baik Resep maupun Obat bebas termasuk herbal harus

dilakukan proses rekonsiliasi.

b) Komparasi

Petugas kesehatan membandingkan data Obat yang pernah,

sedang dan akan digunakan. Discrepancy atau ketidakcocokan

adalah bilamana ditemukan ketidakcocokan/perbedaan diantara

data-data tersebut. Ketidakcocokan dapat pula terjadi bila ada

Obat yang hilang, berbeda, ditambahkan atau diganti tanpa ada

24
penjelasan yang didokumentasikan pada rekam medik pasien.

Ketidakcocokan ini dapat bersifat disengaja (intentional) oleh

dokter pada saat penulisan Resep maupun tidak disengaja

(unintentional) dimana dokter tidak tahu adanya perbedaan pada

saat menuliskan Resep.

c) Melakukan konfirmasi kepada dokter jika menemukan

ketidaksesuaian dokumentasi.

Bila ada ketidaksesuaian, maka dokter harus dihubungi kurang dari

24 jam. Hal lain yang harus dilakukan oleh Apoteker adalah:

a) menentukan bahwa adanya perbedaan tersebut disengaja atau tidak

disengaja;

b) mendokumentasikan alasan penghentian, penundaan, atau

pengganti; dan

c) memberikan tanda tangan, tanggal, dan waktu dilakukannya

rekonsilliasi Obat.

d) Komunikasi

Melakukan komunikasi dengan pasien dan/atau keluarga pasien

atau perawat mengenai perubahan terapi yang terjadi. Apoteker

bertanggung jawab terhadap informasi Obat yang diberikan.

d. Pelayanan Informasi Obat (PIO)

Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan penyediaan dan

pemberian informasi, rekomendasi Obat yang independen, akurat, tidak

bias, terkini dan komprehensif yang dilakukan oleh Apoteker kepada

25
dokter, Apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya serta pasien dan

pihak lain di luar Rumah Sakit.

PIO bertujuan untuk:

1) menyediakan informasi mengenai Obat kepada pasien dan tenaga

kesehatan di lingkungan Rumah Sakit dan pihak lain di luar Rumah

Sakit;

2) menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan

dengan Obat/Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis

Habis Pakai, terutama bagi Tim Farmasi dan Terapi;

3) Menunjang penggunaan Obat yang rasional.

Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam PIO diantaranya

sumber daya manusia; tempat; dan perlengkapan.

e. konseling

Konseling Obat adalah suatu aktivitas pemberian nasihat atau saran

terkait terapi Obat dari Apoteker (konselor) kepada pasien dan/atau

keluarganya. Konseling untuk pasien rawat jalan maupun rawat inap di

semua fasilitas kesehatan dapat dilakukan atas inisitatif Apoteker, rujukan

dokter, keinginan pasien atau keluarganya. Pemberian konseling yang

efektif memerlukan kepercayaan pasien dan/atau keluarga terhadap

Apoteker.

Pemberian konseling Obat bertujuan untuk mengoptimalkan hasil

terapi, meminimalkan risiko reaksi Obat yang tidak dikehendaki (ROTD),

26
dan meningkatkan cost-effectiveness yang pada akhirnya meningkatkan

keamanan penggunaan Obat bagi pasien (patient safety).


Secara khusus konseling Obat ditujukan untuk:
1) meningkatkan hubungan kepercayaan antara Apoteker dan pasien;
2) menunjukkan perhatian serta kepedulian terhadap pasien;
3) membantu pasien untuk mengatur dan terbiasa dengan Obat;
4) membantu pasien untuk mengatur dan menyesuaikan penggunaan

Obat dengan penyakitnya;


5) meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan;
6) mencegah atau meminimalkan masalah terkait Obat;
7) meningkatkan kemampuan pasien memecahkan masalahnya dalam hal

terapi;
8) mengerti permasalahan dalam pengambilan keputusan; dan
9) membimbing dan mendidik pasien dalam penggunaan Obat sehingga

dapat mencapai tujuan pengobatan dan meningkatkan mutu

pengobatan pasien.

Faktor yang perlu diperhatikan dalam konseling Obat:

1) Kriteria Pasien:
a) pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi ginjal,

ibu hamil dan menyusui);


b) pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (TB, DM,

epilepsi, dan lain-lain);


c) pasien yang menggunakan obat-obatan dengan instruksi khusus

(penggunaan kortiksteroid dengan tappering down/off);


d) pasien yang menggunakan Obat dengan indeks terapi sempit

(digoksin, phenytoin);
e) pasien yang menggunakan banyak Obat (polifarmasi); dan
f) pasien yang mempunyai riwayat kepatuhan rendah.
2) Sarana dan Peralatan:
a) ruangan atau tempat konseling; dan
b) alat bantu konseling (kartu pasien/catatan konseling).

f. Visite

27
Visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang

dilakukan Apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan

untuk mengamati kondisi klinis pasien secara langsung, dan mengkaji

masalah terkait Obat, memantau terapi Obat dan Reaksi Obat yang Tidak

Dikehendaki, meningkatkan terapi Obat yang rasional, dan menyajikan

informasi Obat kepada dokter, pasien serta profesional kesehatan lainnya.

Visite juga dapat dilakukan pada pasien yang sudah keluar Rumah Sakit

baik atas permintaan pasien maupun sesuai dengan program Rumah Sakit

yang biasa disebut dengan Pelayanan Kefarmasian di rumah (Home

Pharmacy Care).

Sebelum melakukan kegiatan visite Apoteker harus mempersiapkan

diri dengan mengumpulkan informasi mengenai kondisi pasien dan

memeriksa terapi Obat dari rekam medik atau sumber lain.

g. Pemantauan Terapi Obat (PTO)

Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan suatu proses yang

mencakup kegiatan untuk memastikan terapi Obat yang aman, efektif dan

rasional bagi pasien.

Tujuan PTO adalah meningkatkan efektivitas terapi dan

meminimalkan risiko Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD).


Kegiatan dalam PTO meliputi:
1) pengkajian pemilihan Obat, dosis, cara pemberian Obat, respons

terapi, Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD);


2) pemberian rekomendasi penyelesaian masalah terkait Obat; dan
3) pemantauan efektivitas dan efek samping terapi Obat.

h. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

28
Monitoring Efek Samping Obat (MESO) merupakan kegiatan

pemantauan setiap respon terhadap Obat yang tidak dikehendaki, yang

terjadi pada dosis lazim yang digunakan pada manusia untuk tujuan

profilaksis, diagnosa dan terapi. Efek Samping Obat adalah reaksi Obat

yang tidak dikehendaki yang terkait dengan kerja farmakologi.

MESO bertujuan:

1) menemukan Efek Samping Obat (ESO) sedini mungkin terutama yang

berat, tidak dikenal, frekuensinya jarang;

2) menentukan frekuensi dan insidensi ESO yang sudah dikenal dan

yang baru saja ditemukan;

3) mengenal semua faktor yang mungkin dapat

menimbulkan/mempengaruhi angka kejadian dan hebatnya ESO;

4) meminimalkan risiko kejadian reaksi Obat yang tidak dikehendaki;

dan

5) mencegah terulangnya kejadian reaksi Obat yang tidak dikehendaki.

i. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)

Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) merupakan program evaluasi

penggunaan Obat yang terstruktur dan berkesinambungan secara kualitatif

dan kuantitatif.

Tujuan EPO yaitu:

1) mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola penggunaan Obat;

2) membandingkan pola penggunaan Obat pada periode waktu tertentu;

3) memberikan masukan untuk perbaikan penggunaan Obat; dan

29
4) menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan Obat.

j. Dispensing sediaan steril

Dispensing sediaan steril harus dilakukan di Instalasi Farmasi Rumah

Sakit dengan teknik aseptik untuk menjamin sterilitas dan stabilitas

produk dan melindungi petugas dari paparan zat berbahaya serta

menghindari terjadinya kesalahan pemberian Obat.

Dispensing sediaan steril bertujuan:

1) menjamin agar pasien menerima Obat sesuai dengan dosis yang

dibutuhkan;

2) menjamin sterilitas dan stabilitas produk;

3) melindungi petugas dari paparan zat berbahaya; dan

4) menghindari terjadinya kesalahan pemberian Obat.

k. Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD)

Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD) merupakan interpretasi

hasil pemeriksaan kadar Obat tertentu atas permintaan dari dokter yang

merawat karena indeks terapi yang sempit atau atas usulan dari Apoteker

kepada dokter.

PKOD bertujuan:

1) mengetahui Kadar Obat dalam Darah; dan

2) memberikan rekomendasi kepada dokter yang merawat.

II.4 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

1. Tugas Rumah Sakit

30
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009

tentang rumah sakit, rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan

kesehatan perorangan secara paripurna. Pelayanan kesehatan paripurna

adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan

rehabilitatif.

2. Fungsi Rumah Sakit


Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun

2009, rumah sakit umum mempunyai fungsi:


a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan

sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.


b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan

kesehatan yang paripurna.


c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam

rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.


d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan

teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan

kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang

kesehatan.
II.5 Tugas dan Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)

1. Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)

Tugas Instalasi Farmasi Rumah Sakit, meliputi:

a. Menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur dan mengawasi

seluruh kegiatan Pelayanan Kefarmasian yang optimal dan

profesional serta sesuai prosedur dan etik profesi;

b. Melaksanakan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan

Bahan Medis Habis Pakai yang efektif, aman, bermutu dan efisien;

31
c. Melaksanakan pengkajian dan pemantauan penggunaan Sediaan

Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai guna

memaksimalkan efek terapi dan keamanan serta meminimalkan

risiko;

d. Melaksanakan Komunikasi, Edukasi dan Informasi (KIE) serta

memberikan rekomendasi kepada dokter, perawat dan pasien;

e. Berperan aktif dalam Tim Farmasi dan Terapi;

f. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan serta pengembangan

Pelayanan Kefarmasian;

g. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan

formularium Rumah Sakit.

2. Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)

Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit, meliputi:

a. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis

Habis Pakai

1) memilih Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis

Habis Pakai sesuai kebutuhan pelayanan Rumah Sakit;

2) merencanakan kebutuhan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan

Bahan Medis Habis Pakai secara efektif, efisien dan optimal;

3) mengadakan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis

Habis Pakai berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat

sesuai ketentuan yang berlaku;

32
4) memproduksi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan

Medis Habis Pakai untuk memenuhi kebutuhan pelayanan

kesehatan di Rumah Sakit;

5) menerima Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis

Habis Pakai sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang

berlaku;

6) menyimpan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis

Habis Pakai sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan

kefarmasian;

7) mendistribusikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan

Medis Habis Pakai ke unit-unit pelayanan di Rumah Sakit;

8) melaksanakan pelayanan farmasi satu pintu;

9) melaksanakan pelayanan Obat “unit dose”/dosis sehari;

10) melaksanakan komputerisasi pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai (apabila sudah

memungkinkan);

11) mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi masalah yang terkait

dengan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis

Pakai;

12) melakukan pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang sudah tidak dapat

digunakan;

33
13) mengendalikan persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan

Bahan Medis Habis Pakai;

14) melakukan administrasi pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai

b. Pelayanan farmasi klinik

1) mengkaji dan melaksanakan pelayanan Resep atau permintaan

Obat;

2) melaksanakan penelusuran riwayat penggunaan Obat;

3) melaksanakan rekonsiliasi Obat;

4) memberikan informasi dan edukasi penggunaan Obat baik

berdasarkan Resep maupun Obat non Resep kepada

pasien/keluarga pasien;

5) mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi masalah yang terkait

dengan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis

Pakai;

6) melaksanakan visite mandiri maupun bersama tenaga kesehatan

lain;

7) memberikan konseling pada pasien dan/atau keluarganya;

8) melaksanakan Pemantauan Terapi Obat (PTO)

- Pemantauan efek terapi Obat;

- Pemantauan efek samping Obat;

- Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD).

9) melaksanakan Evaluasi Penggunaan Obat (EPO);

34
10) melaksanakan dispensing sediaan steril

- Melakukan pencampuran Obat suntik

- Menyiapkan nutrisi parenteral

- Melaksanakan penanganan sediaan sitotoksik

- Melaksanakan pengemasan ulang sediaan steril yang tidak

stabil

11) melaksanakan Pelayanan Informasi Obat (PIO) kepada tenaga

kesehatan lain, pasien/keluarga, masyarakat dan institusi di luar

Rumah Sakit;

12) melaksanakan Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit (PKRS).

II.6 Tim Farmasi dan Terapi (TFT)


Dalam pengorganisasian rumah sakit dibentuk Tim Farmasi dan Terapi

(TFT) yang merupakan unit kerja dalam memeberikan rekomendasi kepada

pimpinan rumah sakit mengenai kebijakan penggunaan obat di rumh sakit

yang anggotanya terdiri dari dokter yang mewakili semua spesialisasi yang

ada di ruamh sakit, apoteker instalasi farmasi, serta tenaga kesehatan lainnya

apabila diperlukan. TFT harus dapat membina hubungan kerja dengan komite

lain yang dalam rumah sakit berhubungan/berkaitan dengan penggunaan obat

(Anonim, 2014).
Ketua TFT dapat diketuai oleh seorang dokter atau seorang apoteker,

apabila diketuai oleh dokter maka sekretarisnya adalah apoteker, namun

apabila diketuai oleh apoteker, maka sekretarisnya adalah dokter (Anonim,

2014).
TFT harus mengadakan rapat secara teratur, sedikitnya 2 (dua) bualan

sekali dan untuk rumah sakit besar dapat diadakan sekali dalam satu bulan.

35
Rapat TFT dapat mengundang pakar dari dalam maupun dari luar rumah sakit

yang dapat memberikan masukan bagi pengelolaan TFT, memiliki

pengetahuan khusus, keahlian-keahlian atau pendapat tertentu yang

bermanfaat bagi TFT (Anonim, 2014). TFT mempunyai tugas sebagai

berikut:
1. Mengembangkan kebijakan tentang penggunaan obat di rumah sakit
2. Melakukan seleksi dan evaluasi obat yang akan masuk dalam formularium

rumah sakit
3. Mengembangkan standar terapi
4. Mengidentifikasi permasalahan dalam penggunaan obat
5. Melakukan intervensi dalam meningkatkan penggunaan obat yang rasional
6. Mengkoordinir penatalaksanaan reaksi obat yang tidak dikehendaki
7. Mengkoordinir penatalaksanaan medication error
8. Menyebarluaskan informasi terkait kebijakan penggunaan obat di rumah

sakit.
II.6 Formularium Rumah Sakit
Formularium Rumah Sakit disusun mengacu kepada Formularium

Nasional. Formularium Rumah Sakit merupakan daftar obat yang disepakati

staf medis, disusun oleh Tim Farmasi dan Terapi (TFT) yang ditetapkan oleh

pimpinan rumah sakit (Anonim, 2014).


Formularium Rumah Sakit harus tersedia untuk penulis resep, dan

penyedia obat di Rumah.evaluasi terhadap formularium rumah sakit secara

rutin dan dilakukan revisi sesuai kebijakan dan kebutuhan rumah sakit

(Anonim, 2014).
Penyusunan dan revisi formularium rumah sakit dikembangkan

berdasarkan pertimbangan terapetik dan ekonomi dari penggunaan obat agar

dihasilkan formularium rumah sakit yang selalu mutakhir dan memenuhi

kebutuhan pengobatan yang rasional (Anonim, 2014).


Tahapan proses penyusunan formualrium rumah sakit adalah sebagai

berikut:

36
1. Membuat rekapitulasi usulan obat dari masing-masing Staf Medik

Fungsional (SMF) berdasarkan standar terapi atau standar pelayanan

medik.
2. Mengelompokan usulan obat berdasarkan kelas terapi
3. Membahas usulan tersebut dalam rapat Tim Farmasi dan Terapi (TFT), jika

diperlukan dapat meminta masukan dan pakar


4. Mengembalikan rancangan hasil pembahasan Tim Farmasi dan Terapi

(TFT), dikembalikan ke masing-masing SMF untuk mendapat umpan

balik.
5. Mambahas hasil umpan balik dari masing-masing SMF
6. Menetapkan daftar obat yang masuk ke dalam formularium rumash sakit.
7. Melakukan edukasi mengenai formularium rumah sakit kepada staf dan

monitoring
Kriteria pemilihan obat untuk masuk formularium rumah sakit adalah

sebagai berikut:
1. Mengutamakan penggunaan obat generik
2. Memiliki rasio manfaat-resiko (benefit-risk ratio) yang paling

menguntungkan penderita
3. Mutu terjamin, termasuk stabilitas dan bioevailabilitas
4. Praktis dalam penyimpanan dan pengankutan
5. Praktis dalam penggunaan dan penyerahan
6. Menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh pasien
7. Memeiliki manfaat-resiko (benefit-risk ratio) yang tertinggi berdasarkan

biaya langsung dan tidak langsung


8. Obat yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman (evidence based

medicines) yang paling dibutuhkan untuk pelayanan dengan harga yang

terjangkau.
Formularium Rumah Sakit dapat digunakan dalam rangka meningkatkan

pengobatan rasional, maka rumah sakit mempunyai kebijakan terkait dengan

penambahan atau pengurangan obat dalam formularium rumah sakit dengan

37
meempertimbangkan indikasi penggunaan, efektivitas, resiko dan biaya

(Anonim, 2014).

38
BAB III
RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO

PURWOKERTO

III.1 Profil RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo semula merupakan fusi dari RSU

Purwokerto yang berlokasi Jl. Dr. Angka No.2 Purwokerto. RSUD Prof. Dr.

Margono Soekarjo Purwokerto ini menempati satu paket rumah sakit yang

terdiri atas dua lantai yang berlokasi di Jl. Dr. Gumbreg No. 1 Purwokerto.

Fungsionalisasi lokasi RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

diresmikan secara keseluruhan pada tanggal 12 November 1995. Dilihat dari

aspek geografis lokasi RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

sangat menguntungkan, karena terletak di pusat pengembangan wilayah

Jawa Tengah bagian selatan - barat, dan terletak di kota yang terus

berkembang menjadi kota besar dan kota perdagangan, pendidikan dan

pariwisata.

Dipihak lain, kota Purwokerto terletak di pertemuan tiga jalur

transportasi menuju pusat rujukan pelayanan kesehatan yang lebih tinggi,

dengan jarak sekitar 200 km. Dari kota semarang, Yogyakarta dan Bandung.

Kondisi ini sangat strategis bagi pengembangan dan pemasaran RSUD Prof.

Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo

Purwokerto sebagai RSUD milik Pemerintah Propinsi Jawa Tengah dalam

menyusun struktur organisasi dan tata kerja Rumah Sakit berpedoman pada

perda No. 8 tahun 2008 tentang organisasi dan tata kerja Rumah Sakit

Umum Daerah dan Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi Jawa Tengah

39
(Lembaran Daerah Propinsi Jawa Tengah Tahun 2008 No. 8 Seri D No. 4,

tambahan lembaran Daerah Propinsi Jawa Tengah No. 14) dan peraturan

Gubernur Jawa Tengah No. 94 Tahun 2008 tentang penjabaran tugas pokok,

fungsi dan Tata kerja Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. Margono

Soekarjo Propinsi Jawa Tengah (Berita Daerah Propinsi Jawa Tengah tahun

2008 No. 94).

Dalam Peraturan Daerah (perda) No. 8 tahun 2008 tersebut disebutkan

bahwa Rumah Sakit Umum Daerah yang selanjutnya disebut RSUD adalah

lembaga teknis daerah yang merupakan unsur pendukung tugas Pemerintah

Daerah dibidang pelayanan Rumah Sakit yang masing-masing dipimpin

oleh seorang direktur yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada

Gubernur melalui Sekretaris Daerah. Untuk menunjang pengelola RSUD

dapat dibentuk komite-komite, instalasi dan satuan pengawas intern yang

pengaturannya ditetapkan dengan keputusan Direktur. Berikut beberapa

layanan unggulan yang ada di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo

Purwokerto yaitu Pelayanan Jantung, Pelayanan Urologi, Pelayanan

Onkologi Terpadu, Pelayanan Maternal Perinatal, Pelayanan Private Wing.

Adapun visi, misi dan motto dari RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo

Purwokerto adalah sebagai berikut :

a. Visi: "Prima Dalam Pelayanan Sub Spesialistik & Pendidikan Profesi"


Penjelasan “Prima”: Berorientasi pada standar mutu dan kepuasan
pelanggan

b. Misi:

1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan rujukan sub spesialistik

40
2. Menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan pengabdian

masyarakat di bidang kesehatan

3. Mengembangkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) melalui

peningkatan profesionalisme dan kesejahteraan

4. Mengembangkan sarana dan prasarana yang unggul, tepat dan aman

5. Mengembangkan sistem manajemen yang handal, transparan,

akuntabel, efektif & efisien

c. Motto: Melayani Dengan Sepenuh Hati

d. Tujuan
1) Tujuan Umum
Menyelenggarakan pelayanan kefarmasian yang professional

sehingga tercapai peningkatan kualitas hidup pasien.

2) Tujuan Khusus

a) Terselenggaranya pengelolaan perbekalan farmasi yang efisian,

efektif dan aman dengan biaya terjangkau.

b) Terselenggaranya asuhan kefarmasian dalam penggunaan obat

dan alat kesehatan.

c) Terselenggaranya pendidikan tenaga kesehatan yang berkualitas

d) Terselanggaranya pencatatan dan pelaporan dari kegiatan

farmasi rumah sakit.

e. Fungsi

41
Rumah sakit Margono Soekarjo merupakan rumah sakit umum kelas

B. rumah sakit umum kelas B harus mempunyai fasilitas dan

kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 pelayanan medik spesialis

dasar, 4 pelayanan spesialis penunjang medik, 8 pelayanan medik

spesialis lainnya dan 2 pelayanan medik sub spesilias dasar. Julah

tempat tidur minmal 200 buah.

RSMS merupakan rumah sakit rujukan dari rumah sakit kabupaten,

sperti:

1) Kabupaten Dati II Banyumas

2) Kabupaten Dati II Banjarnegara

3) Kabupaten Dati II Brebes

4) Kabupaten Dati II Cilacap

5) Kabupaten Dati II Purbalingga

RSMS mempunyai fungsi sebagai berikut:

1) Pelayanan Medis

2) Pelayanan penunjang medis dan non medis

3) Pelayanan dan asuhan kefarmasian

4) Pelayanan farmasi

5) Pelayanan administrasi

6) Pengembangan SDM Rumah sakit

7) Pelaksanaan pendidikan dokter dan tenaga profesi kesehatan yang

lain

42
8) Penelitian dan pengabdian kepada masyarakat di bidang IPTEKKES

dan Teknologi Kedokteran

RSMS melaksanakan fungsi pelayanannya melalui instalasi, instalasi

berjumlah 16 diantaranya:

1) Instalasi Rawat Jalan

2) Instalasi Rawat Inap

3) Instalasi Rawat Intensif

4) Instalasi Gawat Darurat

5) Instalasi Bedah Sebtral

6) Instalasi Rehabilitasi Medis

7) Instalasi Radiologi

8) Instalasi Patologi Klinik

9) Instlasi Patologi Anatomi

10) Intalasi Farmasi

11) Instalasi Gizi

12) Intalasi Pemeliharaan Lingkungan RS

13) Instalasi Pemeliharaan Sarana RS

14) Instalasi Cuci dan Pencucian Hama

15) Instalasi Pemulasan Jenazah

16) Instalasi Hemodialisa

17) Instalasi Bank Darah

18) Instalasi Radioterapi

43
III.2 Struktur Organisasi RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto
Berikut merupakan Struktur Organisasi RSUD Prof. Dr. Margono

Soekarjo Purwokerto Berdasarkan Surat Keputusan Direktur tentang Revisi

Susunan Personalia pada bagan Organisasi RSUD Prof Dr. Margono

Soekarjo Purwokerto dapat dilihat di lampiran 1.


III.3 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUD Prof. Dr. Margono

Soekarjo Purwokerto
Instalasi Farmasi merupakan unit yang bertanggung jawab terhadap

pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP di suatu rumah

sakit. IFRS diketuai oleh Kepala bagian IFRS yang menaungi beberapa unit

yang disebut satelit farmasi sehingga sistem distriubusi adalah

desentralisasi, untuk lebih jelas tentang struktur organisasi IFRS dapat

dilihat dilampiran 2. Setiap bagian yang ada dalam struktur organisasi

memiliki tugas dan wewenang sebagai berikut:

1. Kepala Instalasi
a. Kualifikasi :
1. Apoteker, berpengalaman sekurang – kurangnya 5 (lima) tahun

sebagai Apoteker, terkait dengan pelayanan farmasi rumah sakit

2. Memiliki SIPA (Surat Izin Praktek Apoteker)

3. Memiliki kemampuan pengelolaan perbekalan farmasi yang

baik.

4. Memiliki Managerial Skill dan Human Relationship yang baik.

b. Tugas Pokok

44
Mengelola pelayanan kefarmasian di Instalasi Farmasi RSMS

dengan prima sehingga pasien memperoleh kesembuhan dan

kepuasan.

c. Uraian Tugas :

1. Bersama dengan KFT (Komite Farmasi dan Terapi) dan pihak

lain yang terkait, menyusun Formularium RS (Kepala Instalasi

Farmasi menjadi Sekretaris KFT)

2. Menyusun rencana kebutuhan pelayanan kefarmasian meliputi

Perbekalan Farmasi (obat, bahan dan alat kesehatan habis

pakai), alat kedokteran dan keperawatan rutin, serta

perlengkapan kefarmasian lainnya.

3. Mengajukan usulan rencana kebutuhan tersebut pada butir (1)

kepada Wakil Direktur Penunjang dan Pendidikan melalui

Kepala Bidang Penunjang Medis.

4. Berkoordinasi dengan ULP (Unit Layanan Pengadaan) beserta

jajarannya (Panitia Pengadaan, Pejabat Pengadaan, Panitia

Pemeriksa, dll) dalam hal pengadaan perbekalan farmasi.

5. Menyelenggarakan distribusi atau pelayanan kefarmasian rutin

maupun rujukan

6. Menyelenggarakan pelayanan Farmasi Klinik

7. Melaksanakan supervisi pemeriksaan, penerimaan,

penyimpanan, distribusi perbekalan farmasi dan alat kesehatan.

45
8. Menyusun laporan kegiatan pelayanan kefarmasian secara

periodic disertai analisis dan usul perbaikan.

9. Melaksanakan Kegiatan Penyuluhan.

10. Melaksanakan pengawasan mutu pelayanan kefarmasian.

11. Mengendalikan perbekalan kefarmasian.

12. Melaksanakan koordinasi internal, vertical dan horizontal

dilingkungan RSMS terkait dengan pelayanan kefarmasian.

13. Mengelola SDM (Sumber Daya Manusia) dan sarana lainnya

dilingkungan Instalasi Farmasi.

14. Mengawasi Pelayanan Apotik

15. Melaksanakan Tugas lain dari pimpinan

16. Bertanggung Jawab Kepada Wadir Penunjang dan Pendidikan.

d. Tugas Tambahan : Menjadi Sekretaris Komite Farmasi dan Terapi.

2. Kepala Sub Instalasi Administrasi Dan Penjaminan Mutu


Pelayanan Farmasi
a. Kualifikasi :

1. Apoteker, berpengalaman sekurang – kurangnya 2 ( dua)

tahun, memiliki SIPA

2. Memiliki kemampuan administrasi dan pengelolaan

penjaminan mutu pelayanan farmasi

3. Memiliki Managerial Skill dan Human Relationship yang baik.

b. Tugas Pokok: Mengelola administrasi dan pelaporan pelayanan

Instalasi Farmasi serta melaksanakan penjaminan mutu pelayanan

di Instalasi Farmasi RSMS dengan prima.

46
c. Uraian Tugas

1. Menyusun perencanaan administrasi farmasi serta menyusun

pelaporan kegiatan pengelolaan perbekalan farmasi dan

farmasi klinik (standar pelayanan minimal rumah sakit) secara

periodik

2. Menyusun Perencanaan Farmasi yang meliputi: kebutuhan

perbekalan farmasi secara periodik (bulanan dan tahunan),

kebutuhan perlengkapan yang diperlukan dalam pelayanan

kefarmasian, kebutuhan sumber daya manusia, kebutuhan

pendidikan dan pelatihan SDM Farmasi.

3. Menentukan Parameter/Indikator Penjaminan Mutu (QA:

Quality Assurance) untuk pelayanan kefarmasian di RSMS.

4. Melaksanakan pemantauan Indikator QA secara periodik

disertai analisa dan usulan perbaikan serta melaporkannya

kepada Ka. Instalasi Farmasi.

5. Melaksanakan Pendidikan dan Pelatihan SDM Farmasi dan

Mahasiswa kefarmasian (D3-Farmasi, Program Profesi

Apoteker, S2 Farmasi Klinik/Manajemen, dll)

6. Melaksanakan tugas lain dari pimpinan.

7. Bertanggung jawab kepada Kepala Instalasi Farmasi

d. Tugas Tambahan :

1. Dinas Jaga di Satelit Farmasi 24 Jam sesuai jadual.

2. Pengelolaan perbekalan farmasi

47
3. Kepala Sub Instalasi Pelayanan Farmasi Rsms

a. Kualifikasi :

1. Apoteker, berpengalaman sekurang – kurangnya 2 ( dua) tahun

atau spesialis farmasi klinik, memiliki SIPA

2. Memiliki kemampuan pengelolaan perbekalan farmasi yang

baik.

3. Menguasai farmasi klinik rawat inap dengan baik.

4. Memiliki Managerial Skill dan Human Relationship yang baik.

b. Tugas Pokok :

1. Mengelola pelayanan kefarmasian di Sub Instalasi

Farmasi di RSMS (Jl. Dr. Gumbreg No.1) sehingga pasien

mendapatkan pelayanan kefarmasian yang paripurna demi

meningkatkan kualitas hidup pasien.

c. Uraian Tugas :

1. Merencanakan kebutuhan pelayanan perbekalan farmasi di Sub

Instalasi Farmasi RSMS

2. Memonitor kartu obat / resep di Sub Instalasi Farmasi RSMS

3. Memilihkan obat alternatif bagi pasien di Sub Instalasi Farmasi

RSMS bila tidak tersedia obat yang diminta oleh dokter,

dengan mengkonsultasikan terlebih dahulu kepada dokter

penulis resep.

4. Mengawasi proses pelayanan resep, mulai dari proses skrining,

dispensing, sampai dengan penyerahan obat kepada pasien.

48
5. Menyerahkan obat kepada pasien / keluarga pasien disertai

dengan informasi obat yang diperlukan pada kasus dan kondisi

terentu.

6. Mendelegasikan kepada asisten apoteker untuk resep yang

mudah.

7. Membuat laporan atau pertanggung jawaban pengelolaan Sub

Instalasi Farmasi Rumah Sakit Margono Soekarjo secara

periodik meliputi cakupan resep, kesesuaian penulisan resep

dokter terhadap FORNAS / DORS, dispensing time, serta hasil

survei kepuasan pelanggan.

8. Merencanakan pengembangan pelayanan Sub Instalasi

Pelayanan Farmasi RSMS.

9. Mengevaluasi kinerja SDM (Sumber Daya Manusia)

dilingkungan Sub Instalasi Pelayanan Farmasi RSMS.

10. Mengembangkan sistem informasi pelayanan di lingkungan

Sub Instalasi Pelayanan Farmasi RSMS

11. Melaksanakan tugas lain dari pimpinan.

12. Bertanggung jawab kepada Kepala Instalasi Farmasi

2. Kepala Sub Instalasi Pelayanan Farmasi Abiyasa


a. Kualifikasi :

1. Apoteker, berpengalaman sekurang – kurangnya 2 ( dua) tahun atau

spesialis farmasi klinik, memiliki SIPA

2. Memiliki kemampuan pengelolaan perbekalan farmasi yang baik.

3. Menguasai farmasi klinik rawat inap dengan baik.

49
4. Memiliki Managerial Skill dan Human Relationship yang baik.

b. Tugas Pokok :

Mengelola pelayanan kefarmasian di Sub Instalasi Pelayanan

Farmasi Abiyasa sehingga pasien mendapatkan pelayanan

kefarmasian yang paripurna demi meningkatkan kualitas hidup pasien.

c. Uraian Tugas :

1. Merencanakan kebutuhan pelayanan perbekalan farmasi di Sub

Instalasi Pelayanan Farmasi Paviliun Abiyasa.

2. Memonitor kartu obat / resep di Sub Instalasi Pelayanan Farmasi

Paviliun Abiyasa.

3. Memilihkan obat alternatif bagi pasien di Sub Instalasi

Pelayanan Farmasi Paviliun Abiyasa bila tidak tersedia obat yang

diminta oleh dokter, dengan mengkonsultasikan terlebih dahulu

kepada dokter penulis resep.

4. Mengawasi proses pelayanan resep, mulai dari proses skrining,

dispensing, sampai dengan penyerahan obat kepada pasien.

5. Menyerahkan obat kepada pasien / keluarga pasien disertai

dengan informasi obat yang diperlukan pada kasus dan kondisi

terentu.

6. Mendelegasikan kepada asisten apoteker untuk resep yang

mudah.

50
cakupan resep, kesesuaian penulisan resep dokter terhadap

FORNAS / DORS, dispensing time, serta hasil survei kepuasan

pelanggan.

8. Merencanakan pengembangan pelayanan Sub Instalasi

Pelayanan Farmasi Abiyasa.

9. Mengevaluasi kinerja SDM (Sumber Daya Manusia)

dilingkungan Sub Instalasi Pela-yanan Farmasi Paviliun Abiyasa.

10. Mengembangkan sistem informasi pelayanan di lingkungan Sub.

Instalasi Pelayanan Farmasi Paviliun Abiyasa

11. Melaksanakan tugas lain dari pimpinan.

12. Bertanggung jawab kepada Kepala Instalasi Farmasi

3. Kepala Sub Instalasi Logistik Farmasi


a. Kualifikasi :

1. Apoteker, berpengalaman sekurang – kurangnya 2 ( dua)

tahun, memiliki SIPA

2. Memiliki kemampuan pengelolaan perbekalan farmasi

3. Memiliki Managerial Skill dan Human Relationship yang baik.

b. Tugas Pokok :

Mengelola perbekalan Farmasi di Instalasi Farmasi RSMS dengan

prima

c. Uraian Tugas :

1. Menyusun rencana kebutuhan pelayanan kefarmasian meliputi

perbekalan kefarmasian, Alkes, Alat perawatan rutin dan

perlengkapan kefarmasian.

51
2. Mengajukan usul rencana kebutuhan kepada Kepala Bidang

Penunjang Medis dan Wadir Penunjang dan Pendidikan.

3. Mengadakan perbekalan kefarmasian, berkoordinasi dengan

PFT (Panitia Farmasi Terapi) dan pihak lain yang terlibat.

4. Menyelenggarakan distribusi atau pelayanan kefarmasian rutin

maupun rujukan.

5. Melaksanakan supervise pemeriksaan, penerimaan,

penyimpanan, distribusi perbekalan farmasi dan alat kesehatan.

6. Menyusun laporan kegiatan pengelolaan perbekalan farmasi

secara periodik disertai analisa dan usul perbaikan.

7. Mengendalikan perbekalan kefarmasian.

8. Melaksanakan koordinasi internal, vertical dan horizontal

dilingkunagn RSMS terkait dengan perbekalan Farmasi.

9. Mengelola SDM dan sarana lainnya di lingkungan Sub.

Instalasi Farmasi Perbekalan

10. Melaksanakan tugas lain dari pimpinan.

11. Bertanggung jawab kepada Kepala Instalasi Farmasi

4. Kepala Sub Instalasi Farmasi Klinik


a. Kualifikasi :

1. Apoteker S2/Spesialis Farmasi Klinik, berpengalaman

sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun, memiliki SIPA.

2. Menguasai pengelolaan farmasi klinik rawat jalan dan rawat

inap dengan baik.

3. Memiliki Managerial Skill dan Human Relationship yang baik.

52
b. Tugas Pokok :

Menyelenggarakan pelayanan Farmasi Klinik dalam rangka

penerapan asuhan kefarmasian paripurna.

c. Uraian Tugas :

1. Melaksanakan penyediaan informasi obat dan edukasi kepada

Dokter, Farmasis lain, perawat dan Profesi kesehatan lain.

2. Melaksanakan Konseling Obat dengan melibatkan seluruh

Apoteker Instalasi Farmasi.

3. Melaksanakan analisa efektifitas biaya.

4. Melaksanakan penanganan obat kanker.

5. Melaksanakan pemantauan penggunaan obat.

6. Melaksanakan pengkajian penggunaan obat.

7. Melaksanakan monitoring efek samping obat.

8. Menyusun laporan disertai telaah dan evaluasi pelaksanaan

kegiatan Farmasi klinik kepada Kepala Instalasi Farmasi.

9. Merencanakan dan melaksanakan pengembangan pelayanan

Farmasi klinik.

10. Melaksanakan Tugas lain dari pimpinan

11. Bertanggung Jawab kepada Kepala Instalasi.

d. Tugas Tambahan :

Dinas jaga di Satelit Farmasi 24 Jam sesuai jadwal.

53
III.4 Sumber Daya Manusia di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo

Purwokerto

Sumber daya manusia RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

memiliki tenaga kerja sebanyak 1572 orang dengan rincian sebagai berikut:

a. Dokter Sub Spesialis

No. JENIS TENAGA JUMLAH


1 Dokter Gigi Spesialis / Orthodonsi 1
2 Dokter Spesialis Anaestesi 1
3 Dokter Spesialis Bedah Onkologi 1
4 Dokter Spesialis Bedah Plastik 1
5 Dokter Spesialis Bedah Saraf 2
6 Dokter Spesialis Onkologi Radiasi 1
7 Dokter Spesialis Orthopedi 4
8 Dokter Spesialis urologi 1

b. Dokter Spesialis

No. JENIS TENAGA JUMLAH


1 Dokter Gigi 4
2 Dokter Spesialis Mata 4
3 Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik 4
4 Dokter Spesialis Anak 4
5 Dokter Spesialis Anestesi 4
6 Dokter Spesialis Bedah 4
7 Dokter Spesialis Jantung 4
8 Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa 4
9 Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin 4
10 Dokter Spesialis Obsgin 4
11 Dokter Spesialis Patologi Klinik 4
12 Dokter Spesialis Penyakit Dalam 4
13 Dokter Spesialis Radiologi 4
14 Dokter Spesialis Syaraf 4
15 Dokter Spesialis THT 4

54
c. Tenaga Medis

No. JENIS TENAGA JUMLAH


1 Apoteker 12
2 Asisten Apoteker 56
3 Bidan 43
4 Dokter Umum 34
5 Fisikawan Medis 1
6 Fisioterapi 8
7 Nutrisionis 16
8 Okupasi Terapist 2
9 Ortotik Prostetik 1
10 Penyuluh Kesehatan 1
11 Perawat 326
12 Perawat Gigi 4
13 Perekam Medis 34
14 Pranata Labkes 41
15 Psikolog 1
16 Radiografer 23
17 Sanitarian 12
18 Teknisi Elektromedis 8
19 Tenaga Tranfusi Darah 1
20 Terapi Wicara 2

d. Tenaga Non Medis

No. JENIS TENAGA JUMLAH


1 Administrasi 287
2 House Keeper 3
3 Informasi 4
4 Operator Telepon 4
5 Operator TV 1
6 Pemulasara Jenazah 6
7 Pengelola Asrama 2
8 Pengemudi 22
9 Pranata Komputer 13
10 Rohaniawan 1
11 Satpam 49
12 Teknisi 31
13 Tenaga Cleaning Service 134
14 Tenaga ICPH 20

55
15 Tenaga IPL 2
16 Tenaga Pramusaji / Pengolah 73
17 Trasporter 5

III.5 Standar Operasional Prosedur (SOP) Pengelolaan Sedian Farmasi, Alat


Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai di RSUD Prof. Dr. Margono
Soekarjo Purwokerto
SOP Pengelolaan sediaan farmasi meliputi:

1. Prosedur Perencanaan Sedian Farmasi Rutin

Bulanan

a. Pengelolaan sediaan farmasi & BMHP yang

fast moving, yang akan habis sebulan yang akan datang di gudang

farmasi.

b. Catat sediaan farmasi & BMHP yang sering

kosong untuk dilakukan penyesuaian.

c. Hitung kebutuhan sediaan farmasi dengan

cermat, dengan metode perencanaan yang tepat.

d. Hitung penyerapan anggaran obat yang telah

diajukan sebelumnya serta sisa aggaran yang belum digunakan.

e. Lakukan penyesuaian apabilaa terdapat

kesenjangan anggaran obat, dengan memprioritaskan obat dan alat

kesehatan yang bersifat vital dan esensial bagi rumah sakit.

f. Lakukan penyesuaian perhitungan jika ada

obat stock out, waktu tunggu yang kurang. Ajukan perbekalan

farmasi yang telah ditandatangani Kepala Instalasi Farmasi ke

Seksi Penunjang & Bidang Penungjang Medik.

56
g. Lakukan monitoring kedatangan sediaan

farmasi & BMHP, dicatat dalam ormulir monitoring kedatangan

barang.

h. Lakukan evaluasi antara jumlah perencanaan

dengan kedatangan.

2. Prosedur Perencanaan Sedian Farmasi Rutin

Tahunan

a. Kumpulkan data-data yang dibutuhkan

meliputi : data konsumsi setahun yang lalu, data epidemiologi,

standar terapi Formularium RS/DORS, Formularium Nasional, tren

yang terjadi, informasi anggaran yang tersedia, daftar harga, stock

perbekalan farmasi saat itu (sisa akhir) serta Kebijakan Direktur

terkait dengan pengembangan pelayanan.

b. Masukkan data ke form perencanaan dan

mengolah datasehingga diperoleh daftar kebutuhan obat sesuai

dengan metode yang dipakai.

c. Adakan rapat internal Instalasi Farmasi,

membahas perencanaan perbekalan farmasi yang telah dibuat.

d. Lakukan perbaikan atas koreksi obat.

e. Adakan rapat terpadu bersama pihak-pihak

yang terkait.

f. Sempurnakan perencanaan.

57
g. Serahkan perencanaan yang telah dikoreksi

ke bagian perencanaan melalui bidang penunjang medik untuk

disusun menjadi Rencana Anggaran Satuan Kerja (RASK).

h. Simpan arsip.

3. Prosedur Permintaan Sediaan Farmasi & BMHP

dari Gudang Buffer ke Gudang Sentral

a. Catat masing-masing sediaan dan BMHP

farmasi yang diresepkan oleh dokter, sesuai Formularium RS setiap

harinya dan dihitung rata-rata kebutuhannya untuk satu minggu

sebagai dasar permintaan ke gudang farmasi sentral.

b. Catat sediaan farmasi yang hamper habis di

Gudang Buffer Abiyasa dan setiap Satelit Farmasi.

c. Ajukan permintaan sediaan farmasi ke

gudang farmasi sentral untuk kebutuhan minimal satu minggu

dengan memperhitungkan Safety Stock dengan menggunakan SIM

RS, untuk surat permintaan rangkap dua.

d. Serahkan permintaan kepada Penanggung

Jawab pelayanan untuk disetujui atau dikoreksi apabila diperlukan.

e. Serahkan formulir permintaan ke gudang

farmasi sentral untuk segera dilayani.

f. Lapor kepada penanggung jawab logistik

untuk dilakukan persetujuan dan koreksi.

58
g. Penanggung jawab logistik

mengkomunikasikan atas permintaan yang tak terlayani.

h. Arsipkan surat permintaan setelah dilayani

oleh gudang farmasi sentral dan telah ditandatangani oleh penerima

barang.

4. Prosedur Pengeluaran Perbekelan Farmasi dari

Gudang Farmasi Sentral ke satelit Farmasi/Instalasi Penunjang Medis.

a. Mengeluarkan perbekalan farmasi mengikuti Prosedur Pengeluaran

Perbekalan Farmasi dari Gudang Farmasi Sentral.


b. Mengecek perbekalan farmasi yang telah siap di antar oleh tenaga

farmasi control akhir, yaitu petugass farmasi yang bukan petugas

pengambil perbekalan farmasi.


c. Mencatat perbekalan farmasi yang dikeluarkan dalam SIM Rumah

Sakit.
d. Mengantar perbekalan farmasi ke Satelit Farmasi/Penunjang Medis

oleh petugas pengantar gudang farmasi.


e. Petugass pengantar harus memintan ceking penerimaan perbekalan

farmasi dari pihak Satelit Farmasi/Instalasi Penunjang Medis yang

menerima.
f. Petugas penerima perbekalan farmasi Satelit Farmasi /Instalasi

Penunjang Medis harus memeriksa jumlah penerimaanperbekalaan

farmasi dan penerimaan dalam SIM untuk kontrok pencatatan,

penerimaan SIM (pencegahaan data tidak terekam).


g. Petugas penerima menandatangani dokumen penerimaaan

perbekalaan farmasi.

59
h. Petugas dari pihak Satelit Farmasi / Instalasi Penunjang Medis

melaporkan kepada pimpinan jika terjadi masalah atas pengiriman

tersebut.
i. Petugas gudang farmasi menindaklanjuti atass laporan masalah dari

pihak penerima.

5. Prosedur Pengadaan Perbekalan Farmasi

a. Pejabat pengadaan Obat dan Alkes atau

Panitia Pengadaan membuat surat pesanan ke distributor sesuai

dengan perencanaan perbekalan farmasi yang diajukan oleh

Instalasi Farmasi, dan ditandatangani oleh Apoteker Instalasi

Farmasi yang menjadi anggota Panitia Pengadaan.

b. Melaksanakan pengadaan, baik secara

langsung maupun tender sesuai dengan peraturan yang berlaku.

c. Menyerahkan surat pesanan ke

distributor/PBF yang telah ditetapkan dan meminta distributor

tersebut untuk menyiapkan dan mengirim perbekalan yang dipesan.

d. Meminta distributor untuk menyertakan

MSDS (Material Safety Data Sheet) pada saat mengirim Bahan

Berbahaya Beracun (B3).

e. Menanyakan kembali ke distributor apabila

perbekalan farmasi yang dipesan dalam waktu satu minggu belum

datang.

f. Menghubungi distributor lain apabila pada

distributor sebelumnya terjadi kekosongan barang (Stock Out).

60
g. Menghubungi User (dokter) apabila

perbekalan farmasi yang dimaksud tidak tersedia di distributor

supaya bias mencari alternatif penggantinya.

h. Membuat laporan pengadaan setiap

bulannya.

i. Melaksanakan evaluasi pengadaan dan

melaporkan hasilnya ke atasan langsungnya.

6. Prosedur Penyimpanan Sediaan Farmasi & BMHP

di Satelit Farmasi

a. Kelompokkan sediaan farmasi menjadi 4

kelompok :

1) Barang yang disimpan pada suhu dingin (20-80 C).

2) Barang yang disimpan pada suhu kamar (150-250 C).

3) Barang yang disimpan pada tempat khusus, missal high alert,

psikotropik, narkotik.

4) Kelompok Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).

b. Pastikan ruang penyimpanan telah

sesuaisuhu dengan melihat temperatur.

c. Pastikan dalam keranjang tidak tercampur

obat lain dan singkirkan obat tanpa lebel.

d. Susun di dalam rak/almari secara alfabetis

dan jenis sediaan, serta memperhatikan FIFO (First In First Out)

dan FEFO (First Expired Date First Out).

61
e. Catat pada kartu stok, meliputi: tanggal

barang datang, nama barang, jumlah, distributor, no.batch, tanggal

kadaluarsa.

f. Menyertakan MSDS untuk B3, logo high

alert, LASA, sitostatik pada obat terkait.

g. Lakukan monitor suhu ruangan

penyimpanan.

h. Lakukan uji sampel kesesuaian jumlah

barang dikomputer dan fisik setiap hari.

7. Prosedur Pendistribusian Perbekalan Farmasi Live

Saving Ke Unit-Unit Kerja Lain.

a. Memeriksa Surat Permintaan Barang (SPB)

apakah ada persetujuan dari pejabat yang berwenang atau tidak.

b. Memeriksa persediaan perbekalan farmasi

live saving yang diminta apakah tersedia atau tidak.

c. Mengoreksi permintaan apabila jumlah

permintaan ada yang berlebihan atau tidak wajar.

d. Mengeluarkan perbekalan yang diminta

secara FIFO/FEFO.

e. Mencatat di kartu stok: tanggal pengeluaran,

jumlah barang, dan unit peminta.

62
f. Menuliskan alasan pada kolom keterangan

SPB apabila ada permintaan yang tidak terlayani.

g. Mencatat perbekalan farmasi yang tidak

terlayaani dalam buku catatan khusus sebagai bahan evaluasi/

Kepala Sub Instalasi Perbekalan Farmasi sebagai tanda

disetujuinya permintaan.

h. Menyerahkan perbekalan farmasi yang

diminta kepada petugas dari unit peminta, serta meminta untuk

menuliskan tanggal dan jam penyerahan, nama terang petugas dan

tanda tangan sebagai bukti penyerahan.

i. Mengarsipkan SPB yang asli, dan

menyerahkan salinannya kepada unit peminta.

8. Prosedur Pengeluaran Perbekalan Farmasi Dari

Gudang Farmasi Sentral.

a. Memeriksa formulir permintaan apakah

adapersetujuan dari pejabat yang berwenang.

b. Memeriksa persediaan perbekalan farmasi

yang diminta apakah tersedia atau tidak.

c. Menanyakan kembali apabila ada

permintaan yang berlebihan atau tidak wajar.

d. Mengeluarkan perbekalan yang diminta

secara FIFO/FEFO.

63
e. Mencatat di kartu stok, tanggal pengeluaran,

jumlah barang, dan unit peminta.

f. Mengeluarkan perbekalan farmasi yang

diminta melalui SIM.

g. Menuliskan keterangan/alasan pada Salinan

formulir permintaan apabila ada permintaan yang tidak terlayani.

h. Mencatat perbekalan farmasi yang tidak

terlayani dalam buku catatan khusus sebagai bahan evaluasi.

i. Meminta tanda tangan/pengesahan Kepala

Instalasi Farmasi/ Kepala Sub Instalasi Perbekalan Farmasi sebagai

tanda disetujuinya permintaan.

j. Menyerahkan perbekalan farmasi yang

diminta kepada petugas dari unit peminta, serta meminta untuk

menuliskan tanggal dan jam penyerahan, nama terang petugas dan

tanda tangan sebagaibukti penyerahan.

k. Mengarsipkan formulir yang asli.

9. Prosedur Penarikan Perbekalan Farmasi.

a. Mengidentifikasi perbekalan farmasi yang

sudah kadaluarsa dan tidak memenuhi syarat mutu atau rusak.

b. Mengumpulkan dan mengeluarkan

perbekalan farmasi yang kadaluarsa atau rusak dari gudang

farmasi, dalam suatu wadah khusus dan diberi label kadaluarsa atau

rusak.

64
c. Membuat laporan kepada direktur bahwa

Instalasi Farmasi akan melaksanakan pemusnahan perbekalan

farmasi yang kadaluarsa atau rusak.

d. Melakukan komunikasi dengan distributor

untuk mengganti dengan obat sejenis atau obat lain yang nilainya

setara.

e. Membuat laporan berita acara penarikan.

f. Memasukan kedalam inventori.

10. Pelaksanaan Stok Opname

a. Menghitung jumlah fisik obat dan alat kesehatan dalam satuan box

untuk obat-obat dan alat kesehatan yang belum dibuka dari

kemasannya
b. Untuk perbekalan farmasi yang sudah dibuka kemasannya (kemasan

box atau botol) penghitungan fisik dilakukan dengan menghitung

seluruh sisa dalam kemasan.


c. Mencatat hasil perhitungan dalam form yang telah tersedia
d. Penghitungan fisik juga dilakukan terhadap bahan pengemas yang

digunakan dalam dispensing obat, seperti plastic, kertas puyer, bahan

pelekat, dll.
e. Data hasil perhitungan fisik disimpan dan diolah dalam system

informasi managment yang telah ada dan dibandingkan dengan saldo

penggunaan perbekalan farmasi hasil rekapitulasi data elektronik.


f. Dilakukan analisis kesesuaian jumlah fisik dengan rekapitulasi saldo

data elektronik
g. Bila terjadi selisih jumlah (selisih positif atau selisih negative), maka

dilaporkan kepada Kepala Instalasi Farmasi RSMS.


h. Pelaksanaan stock opname dilaksanakan rutin setiap 6 bulan.

65
11. Pelaporan Perbekalan Farmasi Yang Hampir Kadaluarsa

a. Perbekalan farmasi yang hampir kadaluarsa adalah perbekalan

farmasi yang tanggal kadaluarsanya (3) tiga bulan yang akan datang

atau kurang
b. Pemantauan tanggal kadaluarsa dilakukan secara periodic setiap

bulan dengan melihat catatan tanggal ED (Expired Date) pada kartu

stok
c. Apabila perbekalan farmasi telah masuk dalam kriteria hampir

kadaluarsa, maka diberi penandaan khusus menggunakan kertas

warna merah menyala (asturo) dengan tulisan “NEAR E.D”

berwarna hitam.
d. Perbekalan farmasi yang hampir kadaluarsa diletakkan dalam rak

yang paling depan sehingga mudah terlihat dan diambil pertama kali
e. Melaporkan keberadaan perbekalan farmasi yang hampir

kadaluwarsa kepada kepala Instalasi farmasi


f. Kepala Instalasi Farmasi memberikan informasi kepada dokter

penulis resep untuk segera meresepkan perbekalan farmasi yang

hampir kadaluwarsa tersebut sesuai kebutuhan pasien


g. Kepala Instalasi farmasi melakukan pemantauan stok perbekalan

farmasi yang hampir kadaluarsa tersebut

a. Apabila telah mencapai atau melewati tanggal kadaluarsa,

perbekalan farmasi tersebut dikumpulkan di gudang sentral untuk

dilakukan pemusnahan sesuai dengan protap pemusnahan.

12. Penanganan Obat Kosong

a. Melakukan pengecekkan obat kosong setiap hari dari masing –

masing satelit farmasi di pelayanan

66
b. Pencatatan obat kosong ke dalam buku khusus (defekta)
c. Pelaporan obat kosong sesuai catatan ke gudang farmasi
d. Penerimaan laporan obat kosong dari satelit farmasi yang

bersangkutan dan melakukan pengecekkan ketersediaan stok obat

tersebut di gudang farmasi maupun di satelit farmasi yang lain


e. Pengiriman obat yang diminta ke satelit farmasi yang membutuhkan

disertai dengan daftar permintaan bila stok masih ada di gudang atau

satelit farmasi yang lain


f. Pengadaan ulang obat yang kosong di gudang farmasi sesuai dengan

daftar obat kosong di gudang maupun satelit farmasi di pelayanan


g. Pemesanan obat langsung untuk obat cito atau life saving
h. Bila terjadi kekosongan obat di satelit farmasi Rawat Jalan dan

diketahui tidak adanya stok di gudang farmasi maupun satelit

farmasi yang lain, maka dilakukan copy resep

13. Pencatatan Perbekalan Farmasi Yang Hampir Kadaluarsa/Rusak

a. Mencatat pada buku catatan khusus, perbekalan farmasi yang hampir

kadaluarsa atau rusak, minimal 6 bulan sebelum tanggal kadaluarsa


b. Memberitahukan kepada dokter tentang perbekalan farmasi yang

hampir kadaluarsa untuk bisa segera digunakan dalam resep


c. Memberitahukan pihak distributor bahwa ada perbekalan farmasi

yang hampir kadaluarsa dan meminta jadwal tanggal penukaran,

apabila dokter tidak menggunakan obat tersebut


d. Menukarkan perbekalan farmasi yang hampir kadaluarsa ke pihak

distributor, sesuai dengan jadwal penukarannya supaya bisa

ditukarkan dengan yang masih panjang


e. Mengumpulkan perbekalan farmasi yang hampir kadaluarsa/rusak

dan tidak dikembalikan ke distributor serta tidak bisa dimanfaatkan

67
lagi oleh dokter hingga tiba masa kadaluarsa di ruang khusus untuk

selanjutnya dilaksanakan pemusnahan


f. Membuat laporan kepada Ka. Instalasi Farmasi selanjutnya

diteruskan ke Direktur
g. Melaksanakan tindak lanjut apabila ada disposisi dari Direktur

14. Penanganan Obat Macet

Prosedur Pelaporan Evaluasi Obat Macet adalah sebagai berikut:


a. Mencatat obat macet dari kartu stok atau computer. Pencatatan dilakukan

oleh petugas gudang


b. Melaporkan hasil data obat macet ke atasan (Kepala Sub Instalasi

Perbekalan Farmasi)
c. Ka. Sub Instalasi Perbekalan Farmasi melaporkan kepada Kepala

Instalasi Farmasi mengenai adanya obat macet


d. Pengambilan tindakan oleh Kepalan Instalasi Farmasi atas permasalahan

obat macet, yaitu melakukan:


1) Memberikan informasi obat macet kepada SMF (Staf Medik

Fungsional) baik secara individu maupun melalui PFT (Panitia

Farmasi dan Terapi)


2) Memberikan informasi kepada principle atau distributor lewat Ka.

Sub Instalasi Perbekalan Farmasi


3) Jika kedua hal diatas ternyata tidak dapat menyelesaikan

permasalahan mengenai obat macet, maka Ka. Instalasi Farmasi

dapat melaporkan perihal obat macet langsung kepada direktur untuk

ditindak lanjuti.

15. Pengelolaan dan Pencatatan Narkotika

a. Memesan Narkotika menggunakan formulir N9 yang ditandatangani oleh

Kepala Instalasi atau Apoteker yang ditunjuk.


b. Memeriksa dan menerima Narkotika yang baru datang serta

menandatangani faktur dengan mencantumkan nama jelas dan no. SIPA

(Surat Ijin Praktek Apoteker)

68
c. Menyimpan Narkotika dalam almari khusus, dimana almari harus selalu

dalam keadaan tertutup dan terkunci


d. Menyimpan kunci almari oleh petugas khusus yang telah ditunjuk
e. Membuka almari dan mengambil Narkotika harus seijin petugas khusus
f. Mendistribusikan Narkotika ke pasien atas dasar permintaan resep asli dari

dokter, yang menyertakan nama dan alamat pasien, serta nama dan

tandatangan dokter penulis resep


g. Membuat salinan resep oleh Apoteker, apabila resep ditulis pada kartu obat
h. Mengumpulkan resep asli maupun salinannya untuk kelengkapan

pembuatan laporan
i. Merekap seluruh penggunaan Narkotika dan membuat laporan bulanan

secara rutin

III.6 Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan Farmasi Klinik di


RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto
1. Pengkajian dan Pelayanan Resep
 Skrining resep meliputi :
a. Memeriksa rasionalitas jumlah R/, disesuaikan dengan resep sebelumnya
b. Memeriksa kesesuaian rute dan dosis obat dalam resep
c. Menghitung kebutuhan dosis obat total dibanding dengan dosis obat

sediaan yang ada di pasaran sehingga dapat diketahui jumlah obat yang

harus disiapkan
d. Memeriksa aturan pakai obat dalam resep
e. Menulikan etiket obat
f. Memeriksa ketersediaan obat di stok gudang
g. Memeriksa adanya Drug Related Problem (Problem Terapi Obat) dan

menyelesaikan problem tersebut. Problem Terapi Obat (PTO) terdiri dari:


1) Terdapat indikasi yang belum mendapatkan terapi, sehingga butuh

tambahan terapi
2) Penggunaan obat tanpa indikasi terapi, sehingga perlu dihilangkan
3) Pemilihan obat yang tidak tepat
4) Dosis Sub Terapetik
5) Over Dosis
6) Reaksi obat yang merugikan
7) Interaksi Obat
8) Tidak patuh daam penggunaan obat
h. Memberikan alternatif obat generik kepada pasien sesuai dengan

kemampuan daya beli

69
i. Apabila diperlukan, mengkonsultasikan problem resep tersebut kepada

dokter penulis resep

 Prosedur Peresepan Obat meliputi:

a. Memeriksa dosis obat dan bentuk sediaan yang tertera pada resep
b. Apabila terjadi kesalahan atau tidak tepat maka asisten apoteker melapor

kepada apoteker untuk dikoreksi


c. Menghitung kebutuhan dosis obat total dengan melihat dosis sediaan yang

ada
d. Menentukan jumlah obat yang akan diambil dan dicatat diresep
e. Mengambil obat sesuai dengan jenis sediaan
f. Melakukan pencampuran obat sesuai dengan jenis sediaan :
1) Puyer
 Sebelum membuat puyer, tangan harus kering dan bersih
 Menggerus tablet salut terlebih dahulu, bila ada, kemudian

mengayaknya
 Memasukkan dan menggerus obat lain satu persatu hingga halus,

homogen
 Memberi pemanis atau laktosa bila jumlah bubuksulit dibagi
 Bila ada obat sediaan granul, maka tidak dikalukan penggerusan

hanya diaduk hingga rata


 Menyiapkan kertas perkamen dan melipat bagian atasnya
 Membagi puyer sesuai permintaan dan membungkusnya dengan rapi
 Memasukkan kedalam wadah plastik dan memberikan etiket
 Membersihkan alat-alat yang dipakai untuk membuat obat racikan
2) Kapsul
 Sebelum membuat kapsul tangan harus steril
 Menggerus tablet salut terlebih dahulu, bila ada, kemudian

mengayaknya
 Mencampur obat yang lain satu-persatu kemudian menggerus hingga

halus, homogen
 B ila ada obat sediaan granul, maka tidak dikalukan penggerusan

hanya diaduk hingga rata


 Menyiapkan kertas perkamen dan membagi puyer sesuai permintaan
 Memasukan puyer telah dibagi ke dalam cangkang kapsul, nomor

kapsul dipilih sesuai dengan banyaknya puyer

70
 Membersihkan dan mengeringkan permukaan kapsul yang telah

terisi dengan kain flanel


 Memasukan ke dalam adah plastik dan memberikan etiket
 Memebersihkan alat-alat yang dipakai untuk membuat obat racikan
3) Salep/krim
 Memasukkan bahan-bahan krim/salep ke dalam mortir dan

mengaduk hingga homogen


 Memasukkan kedalam adah pot salep yang ukurannya sesuai

dengan banyaknya krim atau salep


 Memberi etiket
g. Membersihkan alat-alat yang dipakai untuk melakukan pencampuran

obat sesuai dengan jenis sediaan


h. Membersihkan alat-alat yang dipakai untuk membuat racikan
i. Bila obat ramuan telah diberi etiket, satukan dengan obat yang lain dan

petugas membubuhkan paraf


j. Menyerahkan obat ke bagian pemeriksaan resep
 Penanganan Ketidakjelasan Resep
a. Petugas Farmasi melakukan skrining resep yang baru datang. Apabila

terdapat resep yang tidak /sulit terbaca, maka petugas kedua untuk

membaca resep tersebut (double check)


b. Apabila petugas kedua tidak bisa membaca resep tersebut, atau tidak

memahami instruksi permintaan resep dari dokter maka petugas farmasi

melakukan konfirmasi ke dokter penulis resep melalui telepon


c. Jika dokter penulis resep tidak bisa dihubungi, maka petugas farmasi

menghubungi perawat poliklinik atau ruangan untuk meminta ijin melihat

instruksi dokter yang ada di rekam medik


d. Apabila resep yang ada di reka medik pasien juga tidak terbaca, maka

dilakukan penundaan pemberian obat sampai Dokter penulis resep dapat

dihubungi
e. Apabila terdapat ketidakjelasan permintaan resep yang mengandung obat

LASA maka dilakukan konfirmasi ulang kepada dokter penulis resep atau

perawat ruangan untuk menyebutkan ulang nama obat yang dikehendaki

dengan mengeja ulang abjadnya

71
f. Setiap langkah dari prosedur diatas dicatat waktunya serta hasil keputusan

dalam kartu obat maupun buku khusus.


 Pemberian Obat
a. Pemberian Obat Pada Pasien Rawat Jalan
 Pasien/keluarga pasien menyerahkan resep ke apotek rawat inap dan

menunggu resep disajikan


 Resep disiapkan sesuai standar waktu tunggu pelayanan resep

dimana resep racikan tidak melebihi 60 menit dan resep non racikan

tidak melebihi 30 menit


 Penyerahan obat kepada pasien/keluarga pasien setelah selesai

disiapkan dengan memastikan identitras pasien yang benar.


 Penyerahan obat disertai dengan informasi tentang obat oleh

apoteker
 Bila dibutuhkan konseling atau pemberian edukasi lebih tentang obat

dapat dilakukan di ruang konseling


b. Pemberian Obat Pada Pasien Rawat Inap yang Akan Pulang
 Keluarga pasien menyerahkan kartu obat ke apotek rawat inap dan

menunggu resep disiapkan (untuk pasien yang akan pulang).


 Resep disiapkan sesuai standar waktu tunggu pelayanan resep

dimana resep racikan tidak melebihi 60 menit dan resep non racikan

tidak melebihi 30 menit.


 Penyerahan obat kepada pasien/keluarga pasien setelah selesai

disiapkan dengan memastikan identitras pasien yang benar.


 Penyerahan obat disertai dengan informasi tentang obat oleh

apoteker
 Bila dibutuhkan konseling atau pemberian edukasi lebih tentang obat

dapat dilakukan di ruang konseling.


c. Pemberian Obat Pada Pasien yang Sedang Rawat Inap
 Perawat mengirimkan kartu ibat ke apotek rawat inap
 Resep disiapkan dan diantarkan ke ruang perawatan
 Obat diserahkan ke perawat jaga di ruang perawatan
 Perawat jaga ruang menyerahkan obat ke pasien di ruangan sesuai

dengan waktu pemberian obat dari apotek

72
 Bila dibutuhkan konseling atau pemberian edukasi lebih tentang obat

maka apoteker akan memberikan konseling kepada pasien diruang

rawat

2. Rekonsiliasi Obat

Prosedur rekonsiliasi obat meliputi:

a. Menyiapkan formulir rekonsiliasi obat


b. Wawancara pasien atau keluarganya saat pasien masuk ke ruang

perawatan dari rumah, sarana kesehatan lain, poliklinik rawat jalan,

IGD atau Ruang perawatan sebelumnya terkait obat – obat yang

dibawa, masih digunakan atau tidak digunakan lagi dengan jangka

waktu 1 bulan.
c. Menuliskan hasil wawancara di formulir Rekonsiliasi Obat
d. Mengkonfirmasi ulang tentang obat – obat yang sudah dituliskan

kepada pasien atau keluarganya


e. Menyimpan obat yang dibawa pasien di kotak obat pasien bila

pasien membawa oabt dari luar Rumah Sakit


f. Mengevaluasi hasil rekonsiliasi obat untuk mengidentifikasi adanya

perbedaan
g. Mendiskusikan perbedaan yang teridentifikasi dengan dokter atau

tenaga kesehatan lainnya untuk klarifikasi dan tindak lanjut


h. Memberikan edukasi dan konseling farmasi kepada pasien yang akan

pulang
i. Menyerahkan kembali obat kepada pasien saat pasien keluar ruang

perawatan atau keluar Rumah Sakit yang disimpan di kotak obat

pasien

3. Pelayanan Informasi Obat (PIO)

Prosedur Pelayanan Informasi obat kepada pasien meliputi:

73
a. menanyakan identitas pasien
b. Menanyakan identitas (nama) penerima obat dan menanyakan

hubungannya dengan pasien (bila pmeberian informasi obat tidak dapat

diberikan langsung ke pasien


c. menjelaskan tentang jenis dan jumlah obat
d. memberitahukan tentang khasiat dari obat dan bilamana diperlukan disertai

pnejelasan tentang kemungkinan timbulnya efek samping yang dapat

membahayakan pasien misalnya antihistamin yang dapat menyebabkan

rasa kantuk
e. penjelasan dilakukan dengan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti

oleh pasien atau keluarga atau penerima obat.


f. Apabila belum jelas, pasien/keluarga/penerima obat dirujuk ke ruang

konseling obat
g. Mendokumentasikan

4. Konseling
a. Seleksi resep yang berisiko
b. Melakukan review terhadap dokumentasi dan informasi pasien terpilih
c. Konsultasi dengan tenaga kesehatan profesional lain, jika dibutuhkan
d. Memanggil pasien atau keluarga pasien
e. Melakukan wawancara dengan memperhatikan lokasi, waktu, cara

memulai dan teknik wawancara, antara lain:


1) Memastikan identitas pasien
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan tujuan wawancara
4) Mengambil posisi yang nyaman untuk wawancara
5) Dapat juga mewawancarai keluarga, jika perlu
6) Menginvestarisasi dan menganalisa permasalahn obat pasien
7) Memebrikan pengarahan dan solusi terhadap permasalahan obat

pasien
8) Memberikan kartu petunjuk praktis yang dapat dibawa kemana-mana

kepada pasien
9) Mencatat data dalam rekam konseling obat
f. Pada akhir wawancara, memastikan bahwa informasi tentang pasien telah

lengkap dan menyampaikan bahwa: setelah ini mungkin masih akan ada

diskusi lebih lanjut

74
g. Mengevaluasi hasil interview, termasuk strategi yang diperlukan untuk

mengatasi masalah, jika ada.

5. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

Prosedur monitoring efek samping obat meliputi:

a. Melaporkan dugaan efek samping obat kepada dokter yang terkait

dan farmasis (Apoteker) Instalasi Farmasi


b. Dokter bekerja sama dengan farmasis mengevaluasi kondisi pasien

untuk mengetahui apakah kondisi tersebut merupakan efek samping

obat atau bukan


c. Dokter bekerja sama dengan farmasis mencari dan memberi solusi

penanganan kondisi pasien tersebut, dan apabila memungkinkan

diupayakan mencarikan antidotumnya


d. Farmasis melaporkan kejadian ESO beserta analisisnya kepada

Panitia Farmasi dan terapi


e. Untuk obat atau senyawa kimia yang diketahui potensial

menyebabkan ESO, seperti digoksin, aminofilin, sitostatika, dll

dilakukan monitoring secara ketat dan kontinu.

III.7 Pengelolaan Perbekalan Farmasi di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo

Purwokerto

Pengelolaan perbekalan farmasi di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo

dilakukan di isntalasi farmasi, dengan instalasi farmasi menyalurkan ke

setiap satelit yang ada di rumah sakit, meliputi rawat jalan, rawat inap,

HCU, ICU, ICCU, Kemoterapi, IGD, dan IBS. Untuk pengelolaan sentral

tempat penyaluran perbekalan farmasi ke setiap unit dilakukan oleh gudang

farmasi instlasi farmasi rumah sakit. Gudang Farmasi adalah tempat

75
penyimpanan obat di farmasi yang merupakan salah satu unit

departemen/bagian/instalasi farmasi rumah sakit yang berperan penting

dalam mendukung seluruh kegiatan operasional rumah sakit, yang

mengelola perbekalan farmasi khususnya dalam hal perencanaan,

perbekalan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran,

pengendalian, pemantauan dalam evaluasi dengan administrasi. Pengelolaan

perbekalan farmasi meliputi obat-obatan, alat kesehatan, alat perawatan,

bahan kimia, bahan radiologi, dan alat kedokteran.

Tugas Gudang Farmasi antara lain pengelolaan (penerimaan,

penyimpanan dan pendistribusian) perbekalan farmasi dan peralatan

kesehatan yang diperlukan dalam rangka pelayan kesehatan, pencegahan

dan pemberantasan penyakit dan pembinaan kesehatan masyarakat. Gudang

Farmasi berperan sebagai jantung dari manajemen logistik karena sangat

menentukan kelancaran dari pendistribusian yang ditujukan ke satelit-satelit

farmasi dan ke unit-unit kerja lainnya.

Lokasi gudang harus strategis serta mempertimbangkan faktor keamanan

dan kemudahan lokasi untuk diakses. Kegiatan operasional gudang farmasi

dilakukan pada sebuah bangunan tersendiri, namun masih berada

dilingkungan rumah sakit. Adapun ruangan-ruangan yang terdapat digudang

farmasi sebagai berikut.

76
Gambar III.1 Denah Lokasi Gudang Farmasi RSMS

Keterangan :

A = Pintu gerbang/rolling door.

B = Ruang Apoteker, Administrasi dan AA.

C = Ruang kontrol panel.

D = Kulkas, bersuhu 2oC-8 o


C, untuk menyimpan obat-obat

termolabil, seperti obat-obat hormonal.

E = Lift ke lantai 2.

F = Ruang transito in/out

R1 = Ruang penyimpanan sediaan obat luar umum (salep, tetes mata,

tetes telinga, suppositoria, dll), dan injeksi dengan suhu kamar

(15 oC -30 oC).

R2 = Ruang penyimpanan sediaan obat sitotoksik dengan suhu kamar

(15 oC -30 oC).

R3 = Ruang penyimpanan sediaan obat infus, desinfektan, dan B3

dengan suhu kamar (15 oC -30 oC).

77
R4 = Ruang penyimpanan sediaan obat oral (tablet, sirup, dll), injeksi,

lemari narkotik dan psikotropik dengan suhu kamar (15 oC -30 oC).

R5 = Ruang penyimpanan sediaan obat oral (tablet, sirup, dll), serta

sediaan injeksi.

R6 = Ruang penyimpanan alkes (lantai 2).

Pengelolaan Perbekalan Farmasi di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo

Purwokerto meliputi:

1. Pemilihan

Pemilihan perbekalan farmasi di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo

sesuai dengan formularium nasional (FORNAS) yang setiap tahun

diperbaharui. FORNAS dari tahun ke tahun 2013/2014 dan yang terbaru

yaitu 2015 dan DPHO yang mengacu ke dalam formularium yang

terdapat di rumah sakit dan dengan sistem e-catalog obat atau e-catalog

alkes.

2. Perencanaan

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58

tahun 2014, perencanaan merupakan proses kegiatan dalam menetukan

jumlah dan periode pengadaan sediaan farmasi dan BMHP sesuai dengan

hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya kriteria tepat

jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien, untuk menghindari

kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat

dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah

78
ditentukan antara lain metode konsumsi, epidemiologi serta kombinasi

antara konsumsi dan epidemiologi yang disesuaikan dengan anggaran

yang tersedia. Perencanaan akan menentukan keberhasilan kegiatan

lainnya. Perencanaan berguna untuk menyesuaikan antara pengadaan dan

kebutuhan perbekalan yang diperlukan untuk menunjang pelayanan

kesehatan di Rumah Sakit.

3. Pengadaan

Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan

yang telah direncanakan dan disetujui, melalui pembelian, produksi atau

pembuatan sediaan farmasi, dan sumbangan, droping, atau hibah. Pada

kondisi khusus rumah sakit menetapkan kebijakan-kebijakan yang harus

diikuti oleh IFRS. Pelaksana pengadaan untuk rumah sakit dilaksanakan

oleh Unit Layanan Pengadaan (ULP) dimana apoteker selalu dilibatkan

dalam kegiatan tersebut.

Sumber anggaran yang digunakan dalam perencanaan kebutuhan

perbekalan farmasi di Rumah Sakit Prof. Margono Soekarjo (RSMS)

berasal dari anggaran subsidi (APBD) dan anggaran oprasional (BLU).

Perencanaan dilaksanakan untuk kebutuhan 1 tahun ke depan yang

dituangkan dalam DPA (dan berasal dari anggaran subsidi) dan RBA

(dana berasal dari anggaran operasional).

Dinas Kesehatan pemerintah setempat untuk obat-obat khusus

seperti obat AIDS dan obat paru. RSMS juga pengadaan dengan

memproduksi sendiri namun hanya mengemas ke dalam sediaan kecil,

79
namun hal tersebut sudah tidak dilakukan sekarang mengingat

keterbatasan izin yang dalam produksi.

Sumber anggaran yang digunakan dalam perencanaan kebutuhan

perbekalan farmasi di Rumah Sakit Prof. Margono Soekarjo (RSMS)

berasal dari anggaran subsidi (APBD) dan anggaran oprasional (BLU).

Perencanaan dilaksanakan untuk kebutuhan 1 tahun ke depan yang

dituangkan dalam DPA (dan berasal dari anggaran subsidi) dan RBA

(dana berasal dari anggaran operasional).

Sistem pengadaan sediaan farmasi terdapat empat macam, yaitu

tender terbuka, tender tertutup, kontrak, dan pembelian langsung. Untuk

tender terbuka, berlaku untuk semua supplier yang terdaftar dan sesuai

dengan kinerja yang telah ditetapkan karena biasanya menggunakan

media cetak maupun elektronik . Pada penentuan harga, metode ini

menguntungkan karena harga dapat ditekan, tetapi memerlukan waktu

yang lama serta perhatian penuh. Sistem tender terbuka biasanya

dilakukan oleh Rumah Sakit negeri dengan dana APBN/APBD . Untuk

melakukan tender terbuka, dibutuhkan sebuah panitia tersendiri dan

penilaian yang mantap terhadap distributo (mutu dan harga produk).

Tender tertutup hanya dilakukan pada supplier tertentu yang sudah

terdaftar dan punya riwayat baik, seperti pelayanan yang baik, MoU-

nya yang mudah, dan bila ada obat yang kadaluarsa dapat

dikembalikan. Penentuan harga masih dapat dikendalikan, tenaga dan

beban kerja pun lebih ringan dibandingkan dengan tender terbuka.

80
Sistem kontrak atau disebut juga sistem pengadaan negosiasi, dilakukan

dengan pembeli melakukan pendekatan pada beberapa supplier

(biasanya tiga atau lebih) utnuk menentukan harga. Pembeli dapat

melakukan tawar-menawar dengan para supplier untuk memperoleh

harga atau pelayanan tertentu.

Sistem pembelian langsung dilakukan bila pembelian dalam jumlah

kecil dan perlu segera tersedia. Pengadaan obat dengan pembelian

langsung sangat menguntungkan karena disamping waktunya cepat,

juga volume obat yang dibeli tidak begitu besar sehingga tidak

menumpuk atau macet di gudang. Selain itu, harganya juga lbih murah

karena langsung dari distributor, kualitas yang seperti yang diinginkan,

bila ada kesalahan mudah mengurusnya, dapat di kredit, memperpendek

lead time, dan dapat menghubungi langsung distributor bila sewaktu-

waktu sediaan habis atau kurang.

Sistem pengadaan sediaan farmasi di RSUD Prof. Dr. Margono

Soekarjo menggunakan sistem tender terbuka dan manual. Media yang

digunakan untuk sistem tender terbuka adalah e-catalogue, yaitu sistem

informasi elektronik yang memuat daftar, jenis, spesifikasi teknis dan

harga barang tertentu dari berbagai Penyedia Barang/Jasa Pemerintah

yang ditetapkan oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa

Pemerintah (LKPP). LKPP melaksanakan Kontrak Payung dengan

Penyedia Barang/Jasa untuk Barang/Jasa tertentu. Kementerian

Lembaga, Satuan Kerja Perangkat Daerah, dan Institusi melakukan E-

81
Purchasing terhadap barang/jasa yang sudah dimuat dalam sistem

katalog. E-Purchasing adalah tata cara pembelian barang/jasa melalui

sistem e-catalogue.

Sistem E-Catalogue memiliki akutabilitas yang kuat sebagai salah

satu sistem pengadaan alat kesehatan dan obat. Tujuan akhir dari sistem

ini adalah agar tata kelola pengadaan menjadi lebih tertata, baik, dan

transparan karena harga yang sudah pasti. Hal ini didukung dengan

Permenkes No. 63 tahun 2014 tentang Pengadaan Obat Berdasarkan e-

catalogue yang berbunyi: “Pengaturan pengadaan obat berdasarkan

Katalog Elektronik (E-Catalogue) bertujuan untuk menjamin

transparansi/keterbukaan, efektifitas dan efisiensi proses pengadaan

obat dalam rangka memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan yang

hasilnya dapat dipertanggungjawabkan”

Pengadaan Obat dengan Prosedur e-purchasing berdasarkan sistem

e-catalogue obat dilaksanakan oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)

dan Pkja ULP atau Pejabat Pengadaan melalui aplikasi E-Purchasing

pada website Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE), sesuai

Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa

Pemerintah No. 14 Tahun 2015 tentang E-Purchasing.

Tahapan yang dilakukan E-Purchasing Obat adalah sebagai berikut:

1) Pokja ULP/Pejabat Pengadaan membuat paket pembelian obat dalam

aplikasi E-Purchasing berdasarkan Daftar Pengadaan Obat. Paket

pembelian obat dikelompokkan berdasarkan penyedia.

82
2) Pokja ULP/Pejabat Pengadaan selanjutnya mengirimkan permintaan

pembelian obat kepada penyedia obat/Industri Farmasi yang terdaftar

pada e-catalogue.
3) Penyedia obat/Industri Farmasi yang telah menerima permintaan

pembeliaan obat melalui E-Purchasing dari Pokja ULP/Pejabat

Pengadaan memberikan persetujuan atas permintaan pembelian obat

dan menunjuk distributor/PBF. Apabila menyetujui, penyedia

obat/Industri Farmasi menyampaikan permintaan pembelian kepada

distributo/PBF untuk ditindaklanjuti. Apabila menolak, penyedia

obat/Industri Farmasi harus menyampaikan alasan penolakan.


4) Persetujuan penyedia obat/Industri Farmasi kemudian diteruskan

oleh Pokja ULP/Pejabat Pengadaan kepada PPK untuk

ditindaklanjuti. Dalam hal permintaan pembelian obat mengalami

penolakan dari penyedia obat/Industri Farmasi, maka ULP

melakukan metode pengadaan lainnya sesuai Peraturan Presiden

Nomor 04 tahun 2015 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.


5) PPK selanjutnya melakukan perjanjian/kontrak jual beli terhadap

obat yang telah disetujui dengan distributor/PBF yang ditunjuk oleh

penyedia obat/Industri Farmasi


6) Distributor/PBF kemudian melaksanakan penyediaan obat sesuai

dengan isi perjanjian/kontrak jual beli


7) PPK selanjutnya mengirim perjanjian pembelian obat serta

melengkapi riwayat pembayaran dengan cara mengunggah (upload)

pada aplikasi E-Purchasing.


8) PPK melaporkan item dan jumlah obat yang ditolak atau tidak

dipenuhi oleh penyedia obat/Industri Farmasi kepada kepala LKPP

83
c.q. Direktur Pengembangan Sistem Katalog, tembusan kepada

Direktur Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan paling lambat

lima hari kerja.

Dalam hal terdapat gangguan teknis pada aplikasi E-Purchasing

sehingga aplikasi tersebut tidak dapat digunakan untuk sementara

waktu, maka Kemeterian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat

Daerah/Institusi (K/L/D/I) dapat melakukan proses pengadaan tanpa

melalui prosedur E-Purchasing (secara manual/offline) dengan tetap

mengacu pada harga dan penyedia yang dimuat dalam E-Catalogue.

Untuk alur proses E-Purchasing Obat dapat dilihat di gambar III.2.

Proses pengadaan yang dilakukan secara manual tersebut memerlukan

dokumen pengadaan yang meliputi:

a) Undangan negosiasi;
b) Berita acara proses negosiasi;
c) Permintaan pembelian;
d) Perjanjian pembelian

84
Gambar III.2. Alur Proses E-Purchasing Obat

4. Penerimaan

Kegiatan penerimaan perbekalan farmasi dilakukan setelah

pengadaan barang selesai dilakukan. Pedagang Besar Farmasi (PBF)

mengirimkan barang yang telah dipesan. Setelah barang datang,

85
dilakukan pemeriksaan barang oleh Panitia penerima hasil/Panitia

pemeriksaan. Pemeriksaan barang bertujuan untuk mengetahui

kesesuaian barang yang diterima (sesuai dengan spesifikasi obat) dengan

SIK. Pemeriksaan barang meliputi: nama barang, nomor Batch, Expired

Date (ED), jumlah barang dan kondisi fisik. Adapun prosedur

penerimaan barang sebagai berikut:

a) Barang perbekalan farmasi sangat diupayakan bersumber dari

penyedia barang/jasa atau PBF yang telah dipilih oleh rumah sakit.

b) Obat dan alat kesehatan harus memiliki serifikat analisis.

c) Perbekalan farmasi khususnya yang bersifat toksis dan berbahaya

harus menyertakan Material Safety Data Sheet (MSDS) minimal

pada pengiriman pertama kali.

d) Pemeriksaan kesesuaian jumlah barang dengan dokumen pengiriman

e) Pemeriksaan kesesuaian jenis dan spesifikasi barang dengan surat

pesanan

f) Pemeriksaan barang saat diterima harus dalam keadaan baik

Menurut Permenkes RI No. 58 tahun 2014, penerimaan merupakan

kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlah, mutu,

waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam kontrak atau surat pesanan

dengan kondisi fisik yang diterima. Semua dokumen terkait penerimaan

barang harus tersimpan dengan baik.

86
Penerimaan barang dilakukan oleh apoteker/asisten apoteker yang

telah mempunyai SIK. Barang yang datang kemudian dicatat dalam buku

penerimaan. Pencatatan yang dilakukan meliputi :

a) Nama obat

b) Nama PBF

c) Nomor faktur

d) Tanggal barang datang

e) Jumlah barang

f) Harga satuan

g) No. Batch

h) Tanggal kadaluwarsa

i) Tanggal jatuh tempo

j) MSDS untuk B3

k) Semua data di entry ke computer dan disimpan

5. Penyimpanan
Rancangan tempat penyimpanan obat di bagian farmasi dibedakan:

a. Mengelompokkan berdasarkan suhu penyimpanan:


1) Suhu dingin : Suhu 2-8oC
2) Suhu kamar : Suhu 15-25oC
b. Menyimpan perbekalan farmasi ke dalam ruang/ tempaat sesuai

dengan kelompok pasien (Umum dan BPJS), nama sediaan (generic

dan generic bermerk), dan jenis sediaan. Menyertakan label obat

LASA atau High Alert


c. Menyusun di dalam rak/ almari secara alfabetis dan jenis sediaan,

serta memperhatikan berdasarkan FEFO (First Expired First Out)

dan FIFO (First In First Out), untuk obat yang diproduksi sendiri.

87
d. Mencatat pada kartu stok, meliputi: tanggal barang datang, nama

barang, jumlah, distributor, no.batch, tanggal kadaluarsa, dan

menyertakan MSDS (Material Safety Data Sheet) untuk B3.

6. Pendistribusian
 Alur pendistribusian dapat dilihat di gambar III.3

Instalasi Pelayanan
Satelit Farmasi
Medis/Penun

Persetujuan Pejabat Terkait

Gudang Farmasi

Pengeluaran

Pencatatan

Kontrol

TT Penerima

Gambar III.3 Alur Pendistribusian Perbekalan Farmasi

 Alur Distribusi Barang Internal Instalasi Farmasi dapat dilihat di


gambar III.4

88
Menerima Surat Permintaan

Pengecekan Surat Permintaan dan Kontrol pesanan pada SIM

Penyiapan Obat

Entri pengeluaran untuk SF Tulis yang dikeluarkan


dilembar surat permintaan

Memeriksa kembali sebelum dikirim ke SF

TTD Penanggungjawab & petugas


perbekalan farmasi

Pengiriman barang ke SF

Gambar III.4 Alur Pendistribusian Barang Internal

Hari
No. Unit
Senin Selasa Rabu Kamis Jum’at Sabtu
1. Abiyasa √ √
2. Rawat Inap √ √ √
3. Rawat Jalan √ √ √
4. ICU √ √
5. ICCU √
6. IGD √ √ √
7. IBS √ √
8. HCU √ √
9. Kemoterapi √ √

Tabel III.1 Jadwal Distribusi Unit-Unit di RSMS

Jadwal distribusi dibuat dengan tujuan untuk mempermudah

pengaturan distribusi gudang farmasi ke depo farmasi maupun ke

89
abiyasa. Bila ada barang yang kadaluarsa atau rusak, petugas gudang

farmasi melaporkan kepada Tim Penghapusan Barang Medis Rumah

Sakit untuk dilakukan pemusnahan.

7. Pengendalian
Pengendalian dilakukan terhadap jenis dan juimlah persediaan dan

penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Hanis

Pakai. Pengendalian penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan

Bahan Medis Habis Pakai dapat dilakukan oleh Instalasi Farmasi harus

bersama dengan Tim Farmasi dan Terapi (TFT) di Rumah Sakit. Alat

Pengendalian yaitu Formularium Rumah Sakit mengacu pada Fornas dan

SIM Rumah Sakit.

8. Pemusnahan dan Penarikan


Pemusnahan perbekalan farmasi yang kadaluarsa/rusak harus

dilakukan oleh petugas yang berwenang dan disaksikan oleh pejabat yang

berwenang. Berikut prosedurnya :

a. Mengumpulkan dan mengeluarkan perbekalan farmasi yang

kadaluarsa/rusak kedalam suatu wadah khusus dan diberi label

kadaluarsa/rusak.
b. Membuat daftar obat yang telah kadaluarsa/rusak kepada Direktur

untuk dilakukan pemusnahan.


c. Melaporkan daftar obat yang telah kadaluarsa/rusak ke DPPAD (Dinas

Pendapatan dan Pengelolaan Aset Daerah) Provinsi.


d. Melaksanakan pemusnahan setelah mendapat surat pemusnahan dari

DPPAD.
e. Membuat berita acara pemusnahan.

90
f. Menandatangani berita acara pemusnahan bagi petugas dan saksi yang

ditunjuk.
g. Melaporkan kepada Direktur mengenai hasil pemusnahan perbekalan

farmasi.
h. Melaporkan kepada Dinas Kesehatan Provinsi.

9. Administrasi

Sistem administrasi di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

meliputi pencatatan dan pelaporan. Pencatatan dan pelaporan dapat

diuraikan sebagai berikut:

a. Laporan obat yang expired date

Laporan ini dilakukan oleh setiap satelit dan kemudian

menyerahkan laporan Kepada Ka. Instalasi Farmasi Rumah Sakit.

b. Laporan Obat Narkotika dan Psikotropika

Dilakukan setiap bulan untuk dilaporkan kepada Dinas Kesehatan

Provinsi setempat.

c. Laporan obat macet

Pencatatan obat macet dilakukan oleh petugas gudang, hasil

pelaporan diserahkan pada Ka. Sub Instalasi Perbekalan Farmasi

untuk melaporankan ke bagian Ka. Instalasi Perbekelan Farmasi untuk

di tindak lanjuti.

d. Pelaporan Stok Opname

Pelaksaan stok opname di gudang dilakukansebulan sekali, dan

untuk laporan stok opname dilakukan setiap 6 bulan sekali. Untuk

setiap satelit dilakukan evaluasi sediaan setiap bulan.

91
e. Pelaporan perbekalan farmasi yang hampir kadaluarsa

Yaitu untuk perbekaln farmasi yang tanggal kadaluarsanya 3 (tiga)

bulan yang akan datang atau kurang. Pemantauan dilakukan secara

periodik setiap bulan dengan melihat ED yang tertera di kartu stok.

Jika hamper kadaluarsa diberi tulisan hitam di dalam kertas merah

“NEAR E.D”. NEAR E.D 1 yaitu perbekalan farmasi yang ED 3 (tiga)

bulan lagi dan NEAR E.D 2 yaitu perbekalan farmasi yang ED 6

(enam) bulan. Laporan dibuat kepada Kepala Instalasi Farmasi Rumah

Sakit untuk ditukarkan kepada distributor.

III.8 Pelayanan Farmasi Klinik RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo

Purwokerto
Jenis pelayanan yang ada di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo

Purwokerto adalah sebagai berikut:

a. Rawat Jalan

Pelayanan Poli Klinik Rawat Jalan Rumah Sakit Prof. Dr. Margono

Soekarjo Purwokerto memberikan pelayanan prima, mencakup berbagai

jenis pelayanan spesialistik berlokasi di Jl dr Gumbreg no 1 Purwokerto.

Pelayanan pada pagi hari setiap hari senin sampai dengan sabtu,

menyelenggarakan pelayanan untuk pasien dengan BPJS dan pasien

umum. Pola pelayanan ditata dengan baik dengan peralatan yang lengkap

dan dilaksanakan oleh tenaga spesialis yang handal serta perawat

profesional yang terlatih di bidangnya. Dengan sarana ruang tunggu

92
yang efisien tepat berhadapan poli yang dikunjungi pasien sehingga

memberikan kenyamanan dalam kunjungan ke poliklinik. Pendaftaran

pasien poliklinik juga dilakukan dengan antrian digital di loket

pendaftaran dan juga di fasilitasi dengan fasilitas antrian digital yang

tersedia di masing-masing poliklinik sehingga memungkinkan pasien

untuk mendapatkan pelayanan dengan baik. Adapun klinik yang tersedia

dapat dilihat di tabel III.2 :

1. Klinik Anak 15. Klinik Kebidanan


2. Klinik Bedah 16. Klinik Kesehatan Jiwa
3. Klinik Bedah Onkologi 17. Klinik Kulit Dan Kelamin
4. Klinik Bedah Ortopedi 18. Klinik Mata
5. Klinik Bedah Plastik 19. Klinik OAI & TPK
6. Klinik Bedah Saraf 20. Klinik Paru-Paru
7. Klinik Bedah Urologi 21. Klinik Penyakit Dalam
8. Klinik Diabetes Militus 22. Klinik PTRM
9. Klinik Fetomaternal 23. Klinik Rehabilitasi Medik
10. Klinik Gigi 24. Klinik Retina
11. Klinik Gizi 25. Klinik Reumatologi &
12. Klinik Hipert & Ginjal Imunologi
13. Klinik Infertil 26. Klinik Saraf
14. Klinik Jantung 27. Klinik THT
28. Klinik VCT

Tabel III.2 Poliklinik RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

a. Alur Pelayanan Pasien Umum


Apotek Rawat Jalan Umum melayani pasien umum maupun pasien yang

mengikuti kerjasama (misalnya dari TNI, Perkebunan, Kereta Api, dll). Alur

pelayanan di pasien umum terdiri dari beberapa tahapan. Pasien yang telah

mendapat resep datang ke pelayanan pasien umum dan menyerahkan resep

ke petugas farmasi, kemudian diberi nomor urut dan dipersilahkan untuk

menunggu. Selanjutnya dilakukan skrining administrasi oleh petugas farmasi

yaitu pemeriksaan kelengkapan resep antara lain nama pasien, umur, alamat

93
pasien, tanggal penulisan resep, nama obat, dosis, bentuk sediaan, pontensi,

aturan pakai, tanda tangan dokter penulis dan lain– lain.


Tahap selanjutnya adalah pembuatan etiket resep yang dilakukan oleh

petugas farmasi. Dalam etiket terdapat informasi meliputi rumah sakit yang

melayani obat, nomor dan tanggal diserahkannya obat kepada pasien, nama

pasien, cara, waktu dan durasi penggunaan obat serta keterangan khusus

tambahan tentang penggunaan obat – obat tertentu. Cara penggunaan obat

dapat dibedakan antara pemakaian luar dan pemakaian secara oral dengan

warna etiket yang berbeda. Pada saat petugas farmasi menyerahkan obat

kepada pasien harus disertai dengan pemberian informasi obat yang meliputi

nama obat, kegunaan obat, efek samping dan aturan pakai. Untuk obat – obat

tertentu seperti sediaan inhaler dan supositoria dilakukan konseling khusus

kepada pasien yang baru pertama kali menggunakan sediaan tersebut dengan

menggunakan alat peraga yang telah tersedia. Konseling juga diberikan

kepada manula, poli farmasi, dan pasien dengan penyakit kronis. Gambar

III.5 merupakan Alur Pelayanan Rawat Jalan Umum (Resep manual) dan

gambar III.6 merupakan alur pelayanan rawat jalan umum (resep

komputerisasi).

Pasien datang ke Pasien Skrinning dan


instalasi farmasi diberikan dilakukan
membawa slip nomer antrian pengecekan harga
pendaftaran

Penyerahan Pengecekkan Dispensing obat


dan PIO akhir

Gambar III.5. Alur Pelayanan Rawat Jalan Umum (Resep Manual)

Pasien datang kontrol identitas Pemberian nomor


membawa resep pasien dan antrian racikan,
penomoran resep non racikan dan
DM
94
Memasukkan data Skrinning
ke SIM (System resep dan
Harga Obat Inventory penulisan
management) etiket

Dispensing
Persetujuan Pembayaran
obat
Harga

Cek akhir

Penyerahan
Diberi alternative lain, obat dan PIO
menawarkan
penggantian obat yang
memiliki zat aktif dan
khasiat yang sama Pengembilan
nomor antrian

Pasien pulang

Gambar III.6. Alur Pelayanan Rawat Jalan Umum (Resep Komputerisasi)

b. Alur Pelayanan Pasien BPJS


Pasien datang membawa resep atau kartu pendaftaran (untuk resep

elektronik) dan menyerahkannya pada petugas farmasi BPJS.

Kemudian pasien diberikan nomor urut antrian berdasarkan resep

racikan, non racikan, dan pasien diabetes mellitus. Proses pelayanan

dimulai setelah pasien melakukan pemeriksaan dan mendapatkan

95
resep yang kemudian diserahkan kepada petugas farmasi BPJS. Resep

yang diterima oleh petugas farmasi BPJS kemudian melakukan

pemeriksaan terhadap obat – obatan yang tercantum dalam resep.

Apabila ada obat yang tidak masuk dalam FORNAS maka ada pilihan

bagi pasien yaitu diusahakan cari obat lain dengan kandungan sama

atau dibuat copy resep. Asisten Apoteker atau TTK selanjutnya

menuliskan etiket yang sesuai dengan resep dan meneruskan berkas

beserta etiket kebagian peracikan atau pengisian obat. Obat yang telah

disiapkan diperiksa kembali oleh Apoteker di bagian penyerahan obat

sebelum diserahkan kepada pasien.


Dalam proses penyiapan obat sampai obat diterima oleh pasien

dilakukan control, dimulai dari resep masuk, lalu dilakukan skrinning

terkait dengan dosis obat, setelah itu penulisan etiket, penyiapan obat,

memasukkan etiket, dan penyerahan obat kepada pasien yang disertai

dengan konseling, masing – masing kegiatan tersebut petugas yang

mengerjakan juga harus mengecek kesesuaian antara resep dengan

fisik dan etiket obat yang akan diberikan kepada pasien, sehingga

meminimalkan medication error. Pasien kemudian dipanggil

berdasarkan nomor urut tunggu dan pada saat pengambilan obat di cek

kembali ketepatan pasien dan bukti pengambilan obat berupa nomor

tunggu. Untuk alur pelayanan resep BPJS secara manual dapat dilihat

di gambar III.7 dan secara komputerisasi pada gambar III.8.

Memberikan resep
Pasien diberikan
Pasien datang atau kartu
nomor antrian
pendaftaran
Dispensing Entry Resep Skrinning resep,
obat penulisan etiket dan
pengecekan harga
96
Pengecekkan Penyerahan
akhir dan PIO

Gambar III.7. Alur Pelayanan Rawat Jalan BPJS (Resep Manual)

Pasien datang ke
Pasien
instlasi farmasi Skrinning dan
diberikan
membawa slip entry Resep
nomor antrian
pendaftaran
Penulisan Resep

Penyerahan Pengecekkan
dan PIO akhir Dispensing obat

Gambar III.8. Alur Pelayanan Rawat Jalan BPJS (Resep komputerisasi)

b. Rawat Inap
Pelayanan kesehatan bagi pasien yang memerlukan tindakan medis,

keperawatan dan non medis lebih lanjut, (dalam kurun waktu tertentu)

yang membutuhkan perawatan rawat inap di rumah sakit (hospitalization),

hal ini dikarenakan penyakit yang diderita oleh pasien dianggap

memerlukan perawatan yang intensif oleh tenaga medis, keperawatan dan

non medis untuk mencapai kesehatan yang optimal. Untuk jenis ruangan

perawatan di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo dapat dilihat di tabel

III.3.

No. Ruang Perawatan Kelas Kapasitas


1 Soeparjo Rustam I Kelas I 29

97
2 Soeparjo Rustam II Kelas I 28
3 Soka Kelas I 16
Kelas II 19
Kelas III 1
4 Dahlia Kelas I 12
Kelas II 19
Kelas III 1
5 Mawar Kelas III 60
6 Aster Kelas I 6
Kelas II 8
Kelas III 22
7 Anggrek Kelas I 2
Kelas II 2
Kelas III 2
8 Cendana Kelas III 34
9 Cempaka Kelas I 4
Kelas II 12
Kelas IIII 20
10 Kenanga Kelas I 6
Kelas II 12
Kelas III 21
11 Seruni Kelas I 6
Kelas II 8
Kelas III 23
12 Teratai Kelas I 6
Kelas II 28
Kelas III 23
13 Bougenville Kelas III 25
14 Edelweis Kelas III 28
15 Flamboyan (Maternal) Kelas I 6
Kelas II 4
Kelas III 36
16 Flamboyan (Perinatal) Kelas I 6
Kelas II 4
Kelas III 23
17 Melati (Perinatal) Non Kelas 28
18 Kamar Bersalin Non Kelas 14
19 Intensif Care Non Kelas 19
20 HCU Depan Non Kelas 15
21 Ruang Intensif Abiyasa VIP 5
22 Ruang Tindakan Non Kelas 1

98
Endoskopi
23 Ruang Tindakan Non Kelas 20
Kemoterapi
24 Ruang Perawatan Infeksi Non Kelas 5
25 Anturium Lt. I VIP 7
26 Alamanda Lt. II VIP 16
Non Kelas 5
27 Amarilis Lt. III VIP 20
28 Anyelir Lt. IV VIP 8
Utama 24
Tabel III.3 Ruangan Perawatan RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

Untuk alur pelayanan resep Apotek Rawat Inap dapat dilihat pada

gambar III.9 adalah sistem ODD (one daily dose) yaitu pembverian obat

pada pasien rawat inap di RSMS sebanyak dosis satu hari yang diberikan

oleh dokter. Di RSMS sedang berlangsung sistem UDD (Unit Dose

dispensing).

Skrining Resep Entry Resep Dispensing


Resep Masuk oleh Apoteker dan ke Komputer
Penulisan Etiket

Serahkan untuk Distribusi Packing


Checking
Rawat Inap

Gambar III.9. Alur Pelayanan Resep di Instalasi Farmasi Rawat Inap Untuk Pasien Inap

Sistem Unit Dose Dispensing (UDD) adalah suatu sistem distribusi obat

kepada pasien rawat inap disiapkan dalam bentuk dosis terbagi siap pakai

untuk pemakaian selama 24 jam. Sistem distribusi obat UDD merupakan

tanggung jawab farmasis, juga terkait dengan staf medis, perawat, dan

administrasi.

99
Sistem pelayanan farmasi di RSUD Prof Dr. Margono Soekarjo saat ini

tengah diupayakan adalah sistem pelayanan farmasi satu pintu, dimana

seluruh kebutuhan obat dan alat kesehatan dipenuhi oleh Instalasi Farmasi

Rumah sakit sehingga dengan sistem ini diharapkan dapat mempermudah

farmasis dalam pemantauan distribusi obat kepada pasien, menghindarkan

kemungkinan terjadinya kesalahan dalam peresepan seperti adanya

duplikasi obat dan interaksi obat yang sering terjadi pada kasus poli

farmasi, serta memudahkan dalam monitoring regimen dosis, efektivitas,

dan ESO.

Dengan adanya sistem UDD ini Instalasi Farmasi RSUD Prof Dr.

Margono Soekarjo dapat memberikan pelayanan kefarmasian yang

berorientasi kepada pasien sehingga dapat meningkatkan kualitas terapi

dan dapat mencegah terjadinya Drug Related Problems (DRPs) karena

adanya pengawasan yang dilakukan oleh farmasis sebelum obat diserahkan

ke pasien.

Kelebihan UDD dibandingkan Non UDD yaitu sistem distribusi obat

individual (individual prescription), sistem distribusi obat persediaan

lengkap di ruang (total floor stock), sistem distribusi obat kombinasi resep

individual (individual prescription) dan sistem distribusi obat persediaan

lengkap di ruang (total floor stock) adalah sistem UDD terdapat profil

pengobatan untuk pasien, dimana Apoteker mempunyai tanggung jawab

untuk memonitoring obat pasien yang dirawat inap di rumah sakit.

100
Alur pelayanan perbekalan farmasi pada pasien rawat inap di RSUD

Prof Dr. Margono Soekarjo dengan sistem UDD diterapkan di ruang

perawatan kelas tiga (Ruang Mawar). Penerapan sistem ini belum

dilakukan secara keseluruhan di ruang perawatan lainnya. Penerapan

sistem UDD diruang perawatan Mawar dilakukan untuk melihat

keefektifan sistem ini dan dijadikan patokan untuk pengembangan sistem

UDD kedepannya.

Pada pelaksanaannya, resep yang ditulis oleh Dokter diserahkan pada

perawat ruangan/keluarga pasien untuk diantarkan ke apotik rawat inap,

selanjutnya perawat ruangan/keluarga pasien diberi nomor antrian. Petugas

farmasi di apotik rawat inap melakukan skrinning resep dan penulisan

etiket, kemudian petugas farmasi mengentry resep secara komputerisasi

untuk menentukan harga total dari resep tersebut. Setelah entry resep

selesai, dilakukan dispensing atau penyiapan obat sesuai dengan resep dan

etiket yang tertera untuk masing – masing item obat. Resep yang telah

disiapkan kemudian di verifikasi ulang dengan Apoteker untuk memeriksa

resep yang telah disiapkan, diperiksa kesesuaian resep dengan obat yang

disiapkan dan kesesuaian dengan nota. Tujuan utamanya agar tidak terjadi

kesalahan yang tidak di inginkan. Selanjutnya petugas farmasi mengepak

obat atau perbekalan farmasi lainnya dan diserahkan pada perawat

ruangan/keluarga pasien sesuai dengan nomor antrian dengan dilakukan

verifikasi yang meliputi nama pasien, ruang perawatan dan alamat pasien

sehingga tidak terjadi medication error. Obat yang diterima selanjutnya

101
disimpan di ruang obat yang ada di ruang perawatan pasien, kemudian

dilakukan pencatatan pemberian obat pada pasien diruang perawatan.

Pada sistem UDD di RSUD Prof Dr. Margono Soekarjo penyerahan

obat dan visite pasien dilakukan oleh Apoteker. Obat diberikan sesuai

jadwal pemberian obat per sekali minum dan membagi obat tersebut

berdasarkan jadwal terapi obat yang telah dibuat oleh perawat yang

mengikuti visite dokter. Obat dikemas dalam wadah kantong plastik

dengan warna etiket berbeda untuk mempermudah dalam memberikan

obat sesuai waktu yang ditentukan dan untuk menghindari kesalahan

dalam jadwal penyerahan obat. Untuk pemberian pagi (jam 07.00) diberi

dengan etiket kuning, siang (jam 14.00) diberi dengan etiket putih, sore

(jam 19.00) diberi dengan etiket merah muda dan malam (jam 22.00)

diberi dengan etiket hijau. Adapun alur pelayanan sistem UDD pada

pasien rawat inap dapat dilihat pada gambar III.10.

Resep diserahkan oleh Petugas farmasi Apotek


dokter ke perawat Rawat Inap menerima
ruangan untuk resep dari perawat Dilakukan skrinning resep
diantarkan ke Apotek ruangan dan penulisan etiket
Rawat Inap

Pengecekkan obat Dispensing Obat Entry resep dan


pengecekkan harga

Pengepakkan Obat Penyerahan Obat pada Obat diterima di ruang


perawat ruangan obat di tempat
(distribusi) perawatan pasien

Penyerahan obat dan Pencatatan dibuku


visite pasien oleh pemberian obat pasien
farmasis rawat inap

102
Gambar III.10. Alur pelayanan sistem UDD pada pasien rawat inap

c. Rawat Darurat

Menyelenggarakan pelayanan medis pasien gawat darurat yaitu pasien

dengan ancaman kematian dan perlu pertolongan segera (critically ill

patient), pasien yang tidak ada ancaman kematian tetapi perlu pertolongan

segera (emergency patient), dan pelayanan pasien tidak gawat tidak darurat

yang datang ke IGD selama 24 jam terus menerus. IGD melayani:

 Mengelola pelayanan khusus siaga bencana dan pelayanan medis saat

bencana.

 Bersama dengan Bagian Pendidikan & Penelitian mengelola pelatihan

penanganan pasien gawat darurat.

 Pelayanan Maternal Perinatal yang didukung Sijari Emas (Sistem

Jejaring Rujukan Maternal Perinatal Kabupaten Banyumas).

No. Ruang Perawatan Kelas Kapasitas


1 IGD Abiyasa Non Kelas 16
2 IGD RSMS Non Kelas 28
3 Kamar Bersalin IGD Non Kelas 4

Table III.4. Ruang Unit Gawat Darurat RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

Untuk alur pelayanan pasien di unit gawat darurat dapat dilihat dibawah

ini:

Perawat mengambil Menuliskan nama dosis Petugas farmasi IGD


obat/alkes yang dan jumlahnya ke kartu mengecek obat/alkes yang
dibutuhkan ke Satelit obat pasien akan diambil dan
Farmasi Gawat Darurat mencatatnya di buku
catatan farmasi IGD

103
Petugas farmasi Petugas farmasi IGD
mengambil dan menerima kartu obat dan
menyerahkan obat/alkes memeriksa kelengkapan Setelah selesai, perawat
sesuai dengan resep resep seta mencocokan menyerahkan kartu obat
dokter yang tertulis di nama, dosis, dan jumlah beserta resep yang telah
kartu obat paska obat/alkes yang diambil ditulis dokter paska
kadaluarsa dengan buku catatan kedaruratan selesai ke
farmasi IGD peutgas farmasi IGD

Menyerahkan kartu obat


pasien kepada transporter Gambar III.11. Alur pelayanan resep pada pasien gawat darurat

Perawat IGD membawa Petugas farmasi IGD Petugas farmasi IGD


resep yang ditulis oleh menerima kartu obat mengambil dan
dokter ke satelit farmasi dan memeriksa menyerahkan obat sesuai
IGD kelengkapan resep dengan resep dokter yang
tertulis dalam kartu obat
pasien

Melakukan entri resep


Menyerahkan kartu obat yang tercatat di kartu
pasien kepada petugas obat ketika pasien IGD
transporter akan dirawat ke rawat
inap

Gambar III.12. Alur pelayanan resep pada pasien gawat namun tidak darurat

Pelayanan perbekalan Petugas OK IGD Selesai operasi, petugas OK


mengajukan permintaan IGD mengembalikan paket
farmasi di OK IGD
perbekalan farmasi ke satelit
menggunakan sistem paket perbekalan farmasi farmasi 24 jam
paket sesuai jenis operasi

Petugas satelit farmasi


Perbekalan farmasi yang
memeriksa dan menghitung
telah digunakan dientri kembali jumlah perbekalan
kedalam komputer farmasi yang telah
digunakan dan sisanya

104
Gambar III.13. Alur pelayanan perbekalan farmasi pada OK IGD

Menerima resep gawat Melakukan skrinning,


Memeriksa kelengkapan
darurat validasi/entri resep di
resep
komputer

Dispensing sesuai jenis Pasien melakukan proses Mengkonfirmasi harga


sediaan pembayaran obat pada pasien

Memasukkan obat Melakukan pemeriksaaan Keluarga pasien mengambil


kedalam wadah obat obat di satelit farmasi IGD

Petugas farmasi menyerahkan


obat yang telah diperiksa dan
melakukan PIO dan konseling
obat
Gambar III.14. Alur pelayanan resep pasien yang diperbolehkan pulang di IGD

d. Rawat Intensif
Instalasi Rawat Intensif mempakan suatu bagian di Rumah

SakitMargono Soekarjo (RSMS) yang memiliki suatu tempat atau unit

tersendiri dimana mampu memberikan pelayanan 24 jam, serta

mempunyai staf dan petugas khusus. Pasien yang datang di sini 4 dengan

kondisi trauma atau komplikasi yang masih dapat disembuhkan.

105
Dalam aktivitasnya, Instalasi Rawat Intensif memberikan pelayanan

intensif yang profesional pada semua pasien yang dirawat, memberikan

pelayanan intensif yang dapat menekan angka kematian dalam masa

rawatan, dan memberikan pelayanan intensif sesuai standar pelayanan

kasus-kasus intensif. Di tahun 2014 ini, Instalasi Rawat Intensif di

RSMSmemiliki tiga bagian penanganan. Mulai dari High Care Unit

(HCU), Intensive Care Unit (lCU) dan Intensive and Coronary Care Unit

(ICCU). Bahkan, ICU di RSMargono ini telah memiliki gedung bam yang

lebih lengkap peralatannya.

e. Pelayanan Total Care pada HCU

High Care Unit (HCU) RS Margono Soekarjo adalah sebuah

ruangan/tempat khusus yang memberikan pelayanan secara intensif untuk

pemantauan fungsi vital secara terus menerus dalam 24 jam. Dimana

perawatan intensif ini akan dapat memperbaiki dan mempertahankan

kelangsungan hidup selanjutnya. Selain itu, HCU di RS Margono juga

merawat pasien dengan tingkat kekritisan dimana memiliki ancaman jatuh

pada kondisi lebih buruk. "Pasien yang ada di sini itu merupakan pasien

yang memiliki riwayat tekanan darah tidak stabil, dan tingkat kesadaran

menurun. Bisa disebabkan karena trauma, penyakit kronis, atau gangguan

multi organ.

106
BAB IV

PEMBAHASAN

Rumah Sakit Margono Soekarjo (RSMS) merupakan rumah sakit umum kelas

B Pendidikan. Rumah Sakit ini mempunyai fungsi, diantaranya: Pelayanan Medis,

pelayanan penunjang medis dan non medis, pelayanan dan asuhan kefarmasian,

pelayanan farmasi, pelayanan administrasi, pengembangan SDM Rumah sakit,

Pelaksanaan pendidikan dokter dan tenaga profesi kesehatan yang lain, Penelitian

dan pengabdian kepada masyarakat di bidang IPTEKKES dan Teknologi

Kedokteran. Menurut Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 8 tahun

2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah dan Rumah

Sakit Jawa Daerah Provinsi Jawa Tengah, Struktur Organisasi RSUD Prof. Dr.

Margono Soekarjo Purwokerto dipimpin oleh seorang direktur, yang membawahi

tiga wakil direktur, diantaranya wadir pelayanan dan kerjasama, wadir penunjang

dan pendidikan, dan wadir umum dan keuangan. Sedangkan Instalasi Farmasi

merupakan kelompok jabatan fungsional yang bertanggung jawab langsung

kepada direktur, yang dipimpin oleh seorang kepala instalasi farmasi dibantu oleh

seorang sekretaris farmasi dan membawahi empat bidang, yaitu: bidang pelayanan

farmasi non VIP, pelayanan farmasi VIP, logistic farmasi, dan farmasi klinik.

Struktur Organisasi RSUD Prof.Dr. Margono Soekarjo Purwokerto sudah

memenuhi standar.

Pelayanan Farmasi RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto terdiri

dari dua pelayanan yaitu pengelolaan perbekalan farmasi dan bahan medis habis

107
pakai serta pelayanan farmasi klinis. Pengelolaan perbekalan farmasi dan bahan

medis habis pakai dikelola oleh Gudang Farmasi Pusat yang di distribusikaan ke

setiap satelit farmasi yang ada di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo yaitu:

Instalasi Farmasi Rawat Inap, Instalasi Farmasi Rawat Jalan, Instalasi Farmasi

Gawat Darurat, Instalasi Farmasi Bedah Sentral, Instalasi Farmasi ICU, Instalasi

Farmasi ICCU, Instalasi Farmasi HCU, dan Instalasi Farmasi Kemoterapi.

Permintaan perbekalan farmasi dari setiap satelit farmasi ke gudang pusat

dilakukan tiga kali dalam seminggu sesuai dengan jadwal masing-masing, namun

seingkali permintaan tidak sesuai jadwal yang telah ditentukan dikarenakan

pengeluaran obat di setiap satelit tidak menentu.

Pelayanan farmasi klinis di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

BAB V

PENUTUP

108
V.1 Kesimpulan

1. RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto merupakan rumah sakit

umum kelas B. Salah satu kegiatan di rumah sakit yang menunjang

pemberian upaya kesehatan yang bermutu adalah pelayanan farmasi

rumah sakit yang dilakukan oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS).

Kegiatan pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit meliputi pengelolaan

sediaan farmasi, alat kesehatan, bahan medis habis pakai, dan pelayanan

farmasi klinik.

2. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, bahan medis habis pakai

yang terdapat di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

meliputi :

a. Pemilihan berdasarkan formularium nasional (FORNAS) terbaru,

e-catalogue obat dan alkes.

b. Perencanaan ditentukan melalui metode konsumsi, epidemiologi

serta kombinasi sesuai anggaran.

c. Pengadaan berdasarkan anggaran yang tersedia, hibah atau

dropping untuk obat-obat tertentu.

d. Penerimaan dilakukan oleh petugas gudang farmasi lalu dilakukan

pemeriksaan barang meliputi nama barang, nomor Batch, Expired

Date (ED), jumlah barang dan kondisi fisik.

e. Penyimpanan berdasarkan suhu penyimpanan obat, bentuk sediaan,

FIFO/FEFO dan secara alfabetis.

109
f. Pendistribusian bersifat desentralisasi sehingga permintaan barang

harus menyertakan surat permintaan barang dan pendistribusian

dilakukan secara intern (Satelit Farmasi dan Abiyasa).

g. Pengendalian dilakukan terhadap jenis dan juimlah persediaan dan

penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis

Hanis Pakai.

h. Pemusnahan perbekalan farmasi yang kadaluarsa/rusak harus

dilakukan oleh petugas yang berwenang dan disaksikan oleh

pejabat yang berwenang.

i. Kegiatan pengelolaan perbekalan sediaan farmasi, alat kesehatan

dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) berdasarkan persyaratan

Undang-undang yang berlaku belum dapat dilakukan secara

maksimal dan menyeluruh karena keterbatasan jumlah personalia

dan pertimbangan segi efektivitasnya.

3. Pelayanan farmasi klinik

Pelayanan farmasi klinik di RSUD Prof. Dr. Margano Soekarjo

meliputi: skrining resep, PIO, visite, MESO, dan PTO sudah dilakukan

oleh Apoteker.

V.2 Saran

- Jumlah personalia di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

sebaiknya ditambah agar semua kegiatan berjalan sesuai protap dan SOP

secara maksimal terlaksana dan profesional.

110
- Sistem UDD (Unit Dose Dispensing) yang baru direalisasikan

memerlukan jumlah tenaga profesional yang memadai dan kerja sama

yang baik dengan tenaga kesehatan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Undang-Undang Nomor 44 Tentang Rumah Sakit. Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

111
Anonim, 2006. Permenkes Nomor 1045 Tentang Pedoman Organisasi Rumah

Sakit di Lingkungan Departemen Kesehatan. Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia. Jakarta.

Anonim. 2014. Permenkes Nomor 58 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di

Rumah Sakit. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

112

Anda mungkin juga menyukai