Analisa Struktur PDF
Analisa Struktur PDF
1. PENDAHULUAN
Secara garis besar, tiga komponen utama dari struktur BLP jenis jacket
(template) adalah geladak (deck), template (jacket) dan pondasi (gambar 1.1).
Dimana masing-masing terdiri dari subkomponen-subkomponen.
Subkomponen dari struktur geladak adalah (1) Skid beams, (2) Deck plating,
(3) Deck beams, (4) Deck legs, (5) Longitudinal trusses dan (6) Wind girders
atau trusses. Sedangkan subkomponen dari jacket meliputi (1) legs, (2)
horizontal and vertical bracing, (3) conductor bracing, (4) launch runner, (5)
launch trusses dan (6) detail element (boat landings, barge bumpers &
waIkways Sementara itu subkomponen dari pondasi adalah (1) skirt pile
sleeves, (2) skirt pile bracing dan (3) piles.
1
maksimum yang bekerja pada struktur. Jika efek dinamis diabaikan, maka
dengan memakai Metode Elemen Hingga dapat dihitung tegangan-tegangan
maksimum yang terjadi pada tiap-tiap member dan struktur. Jika ukuran dan
member ditentukan dengan cukup tepat, maka tegangan yang terjadi akan
berada dalam rentang yang masih dapat diterima, sehingga dapat meng-
hindari kegagalan.
2
Untuk melakukan analisis tegangan tersebut biasanya cukup hanya
mempertimbangkan dua kasus yaitu arah gerak gelombang dianggap searah
dengan tiap sumbu horizontal utama dari struktur dan menganalisis frame
secara dua dimensional (lihat gambar 2). Namun demikian bila diinginkan
hasil analisis yang lebih akurat, harus digunakan analisis struktur secara tiga
dimensi dimana kita bisa mengasumsikan berbagai macam arah gelombang.
3
Setelah menentukan ukuran struktur yang mampu menahan beban
lingkungan dimana struktur akan ditempatkan, tahap selanjutnya adalah
menganalisis struktur, apakah dengan ukuran tersebut struktur masih mampu
menahan beban-beban yang terjadi selama proses transportasi dan
instalasinya ke lokasi akhir operasinya. Sebagaimana diketahui bahwa
struktur jacket dibuat di darat lalu dinaikkan di atas tongkang secara
horizontal untuk ditarik menuju lokasinya di lepas pantai dan akhirnya
diluncurkan ke dalam air lalu ditegakkan. Dari berbagai jenis pembebanan
yang dialami struktur selama proses tersebut, terdapat dua kondisi yang
sangat penting yaitu (i) pengangkatan struktur ke atas tongkang dan (ii)
peluncuran jacket dari tongkang.
Untuk beban pengangkatan, struktur harus dianalisis sesuai dengan cara
pengangkatan yang sudah direncanakan (gambar l.3.a). Sementara itu, untuk
peluncuran, struktur harus dianalisis pada kondisi tertumpu pada saat proses
peluncuran berlangsung dari tongkang. Suatu kondisi yang berbahaya
biasanya terjadi pada saat struktur bergerak meluncur dari atas tongkang
tepat pada posisi ketika keseluruhan struktur hanya ditumpu oleh sebuah
pivot tunggal (gambar I 3b). Dalam kedua proses di atas. beban struktural
yang timbul tentunya adalah dari berat struktur tersebut yang dengan melalui
metode analisis struktur, tegangan pada tiap member dapat dihitung.
4
Jika selama proses instalasi timbul tegangan pada elemen-elemen tertentu
yang sudah di luar batas tegangan yang diijinkan, maka ukuran elemen-
elemen tersebut harus diperbesar dan dianalisis ulang untuk menjamin
keamanannya terhadap beban yang terjadi ini. Setelah ukuran dirubah, maka
harus dianalisis lagi apakah masih kuat dalam menahan beban lingkungan,
karena dengan bertambahnya dimensi elemen-elemen maka pada gilirannya
akan memperbesar beban lingkungan yang terjadi pada struktur.
2. BENDING-STRESS AMPLIFICATETION
Pada kondisi yang sesungguhnya, suatu anjungan lepas pantai akan terkena
beban-beban aksial dan bending secara bersamaan sehingga ada efek
pembesaran (amplification effect) tegangan akibat interaksi keduanya. Hal ini
dapat diilustrasikan pada gambar 2.1. Terlihat bahwa momen internal pada
suatu potongan member akan tergantung pada beban aksial dan besar
defleksi dari member tersebut. Dengan demikian diperlukan suatu koreksi
yang tepat terhadap hal ini.
5
Di dalam matrix structural teory atau MEH perumusan untuk balok lentur
(beam bending) belum mempertimbangkan interaksi ini. Untuk kondisi aksial
tarik, maka efeknya akan mengurangi tegangan akibat lentur murni,
sementara itu jika terdapat beban aksial tekan, maka efeknya adalah
sebaliknya yaitu memperbesar tegangan akibat lentur murninya.
Pengurangan tegangan lentur akibat beban aksial tarik bisa diabaikan dengan
cukup aman tetapi tegangan tambahan akibat kondisi beban aksial tekan
tidak dapat diabaikan. Dari mekanika teknik, penambahan m dapat
diperkirakan dengan suatu faktor pembesaran α ≥ 1 yang didefinisikan sbb :
Cm
α=
σ
1+ a
σe
π 2E
σe =
( KL / r ) 2
U = panjang member
Nilai dari K untuk beberapa kondisi ujung dapat dilihat dalam table 3.1 berikut:
6
Tabel 2.1. Faktor panjang efektif
7
Sementara itu, jika gerak lateralnya bertahan tidak cukup signifikan, seperti
member 2-3 pada gambar 2.2, maka maka nilai K-nya didapat dalam table
adalah antara 1,0 (kasus c) - tak hingga (kasus g), tergantung pada “derajat
keterhalangannya”.
Cara lain untuk menentukan nilai K adalah dengan suatu metode pendekatan
berdasarkan pada nomograph yang dibuat oleh McGuire (1968) seperti pada
gambar.3 berikut. Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa member-
member utama yang berbeban kompresi, seperti member 2-3 pada gambar 5
semuanya memiliki luas penampang yang sama serta mendapat beban
kompresi yang sama dan semua member lain yang terhubung pada nodal
tersebut memiliki penampang yang sama. Dengan asumsi ini. maka nilai K
pada tiap-tiap ujung nodal dari member berbeban kompresi hanya akan
bergantung pada nilai,
G=
∑I c / Lc
∑I b / Lb
nodal.
I b dan Lb = besar kuantitas seperti di atas yang terkait dengan member
8
Gambar 2.3. Nomograph untuk menentukan faktor panjang efektif member
Dengan nilai G yang terkait untuk masing-masing ujung, nilai K yang tepat
dapat ditentukan dari chart dengan cara menarik garis lurus antara dua nilai.
Untuk tumpuan pondasi, dimana ujung member ditahan rotasinya, nilai G-nya
nol; jika bebas berotasi maka nilai G = tak hingga.
Setelah nilai K yang tepat ditentukan untuk suatu member yang mendapat
tegangan aksial tekan dan lentur (bending), maka faktor pembesaran α
dapat dihitung dan selanjutnya tegangan lentur dikoreksi dengan cara
mengalikan dengan faktor ini.
9
3. CINCIN PENEGAR PADA ELEMEN TUBULAR
Bahwasanya, elemen kritis dalam perancangan member yang mendapat
beban tekanan luar netto adalah tegangan buckling tangensial (hoop buckling
stress). Jika tegangan tangensial akibat tekanan yang terjadi Iebih besar,
maka diperlukan penguat pada member yang berupa beberapa cincin
penegar (ring stiffner) yang dipasang melingkar dengan jarak tertentu
sepanjang panjang dari member (lihat gambar 7).
Gambar 4.2 berikut memberikan nilai dan yang dapat diterima untuk berbagai
nilai rasio t / a dan β. Selain menggunakan grafik ini, untuk tujuan
perancangan bisa digunakan formula yang lebih presisi dari American
Petroleum Institute (API, I993)
Perancangan cincinnya bisa didasarkan pada beban buckling kritis (critical
buckling load) per satuan circumference q yang dinyatakan dengan:
10
3EI
q=
R2
Sebagai fungsi dari d dan w dari cincin (seperti pada gambar), maka dapat
dinyatakan hubungan sbb :
1 1
R =a+ w, I = dw 3
2 12
Jika beban tekanan pada member bekerja di daerah antar cincin yang
berdekatan diasumsikan sepenuhnya bekerja pada cincin, maka q = PL ,
11
dimana P menyatakan beban tekanan eksternal netto. Jika diambil P adalah
1,5 kali dari tekanan buckling kritis dan shell, maka dapat dinyatakan:
t
P = 1.5σθc
a
tLR 3
I = σ θc
2aE
yaitu sebagai nilai minimum dari I yang masih dapat diterima dalam
perancangan cincin penguat.
Selama tegangan yang terjadi pada member tidak melebihi tegangan luluh
materialnya, maka penilakunya adalah elastis yaitu jika tegangan dihilangkan
maka regangan juga akan menghilang. Tujuan utama dan aktivitas
perancangan adalah memilih ukuran member yang tepat yang dapat
menjamin bahwa kondisi ini selalu sesuai dengan tingkat beban-rancangnya.
12
Gambar 4.1. Kurva tegangan-regangan baja konstruksi BLP
13
σ a σ b σθ
+ − ≤1
Sa Sb Sθ
σa σb σθ
+ ≤ 1, ≤1
Sa Sb Sθ
t
σ zc = 0.3E
a
dimana:
E = modulus Young material
t = ketebalan dinding member
a = jari-jari member
2
t
σθc = 0.22 E
a
14
S a = 0.6σ y , S b = 0.67σ y , dan Sθ = 0.5σ y
15
5. TEGANGAN PADA STRUKTUR BAJA AKIBAT TEKANAN
Tekanan fluida kesegala arah pada member tubular silindris dan elemen
anjungan lepas pantai yang di dalamnya tidak terisi air dapat menirnbulkan
tegangan. Beban ini berasal dan tekanan hidrostatik dalam air atau dari
kombinasi tekanan Sa dengan tekanan yang ditimbulkan oleh aksi
gelombang (tekanan hidrodinamik).
• Tekanan yang dialami silinder bebas adalah lekanan hidrostatik dan tekanan
gelombang
• Tekanan hidrostatik : menupakan tekanan netto path silinder
P = P 0 - Pi
dimana,
Po = tekanan eksternal
Pi = tekanan internal
a = jari-jari lingkaran dalam
t = ketebalan silinder
L = panjang silinder
16
Diagram bebas penampang silinder merupakan keseimbangan
gaya vertikal
Lπ
− 2 Fθ − ∫∫ P (a + t ) sin θdθdz = 0
0 0
Fθ = −LaP
aP
σa = −
t
πa 2 P − Pa
σZ = − =
2πat 2t
Hubungan tegangan regangan
1
eZ = (σ Z − υσ θ )
E
1
eθ = (σ θ − υσ Z )
E
dimana,
ez = perubahan panjang per unit panjang semula pada arah – z
17
eθ = perubahan panjang per unit panjang semula pada arah
tangensial
∆L
ez =
L
2π (a + u ) − 2πa u
eθ = =
2πa a
dimana,
∆L = perubahan panjang pada arah – z
u = perubahan panjang pada arah tangensial
PaL 1
∆L = − −υ
Et 2
Pa υ
2
u= 1 −
Et 2
Model suatu struktur merupakan kunci utama dalam suatu analisis, tanpa adanya
model tidak akan terjadi proses suatu analisis. Model bisa berupa fisik, matematis, dan
grafik. Model dapat digunakan untuk menerangkan desain atau rancangan. Model
harus mampu mendemonstrasikan suitability, workability dan constructability dari
konsep. Model dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori utama yaitu display model
dan engineering model. Dalam tugas akhir ini akan menggunakan model matematis
sebagai dasar analisis. Model matematis merupakan suatu model yang dapat
18
mendeskripsikan dimensi dan karakteristik dari prototipe kedalam formulasi
matematis.
Model harus bisa memenuhi prinsip kesamaan yang mencakup (Chakrabarti
S.K.,1994):
1. Kesamaan Geometrik
Kesamaan geometrik dapat dipenuhi apabila model dan protipe memiliki
kesamaan geometrik baik ukuran maupun bentuk. Ada dua macam prinsip
kesamaan geometrik:
Kesamaan geometrik sempurna (Undistorted)
Kesamaan geometrik terdistorsi (distorted)
Pada undistorted model, skala panjang dan lebar (horisontal) serta skala tinggi
(vertikal) adalah sama. Untuk distorted model, skala ke arah horisontal dan ke
arah vertikal tidak sama. Apabila dimungkinkan model dibuat dengan tanpa
distorsi, sedangkan pada permasalahan khusus model dapat dilakukan dengan
distorsi namun harus memenuhi beberapa persyaratan tertentu.
2. Kesamaan Kinematis
Sebangun kinematik terjadi antara prototipe dan model jika prototipe dan
model sebangun geometrik dan perbandingan kecepatan dan percepatan di dua
titik yang bersangkutan pada prototipe dan model pada arah yang sama adalah
sama besar
3. Kesamaan Dinamis
Jika prototipe dan model sebangun geometrik dan kinematik, serta
perbandingan gaya-gaya yang bersangkutan pada model dan prototipe untuk
seluruh aliran pada arah yang sama adalah sama besar, maka dapat dikatakan
bahwa keduanya sebangun dinamik.
Dalam pemodelan struktur anjungan lepas pantai dapat dilakukan dengan dua
pendekatan, yakni : pemodelan global atau stick model dan pemodelan struktur lokal
atau detailed model.
Stick model merupakan pemodelan struktur dengan pendekatan lumped mass method
atau discret element method dengan menerapkan prinsip equivalent model dengan
kondisi struktur sebenarnya. Metode ini merupakan penyederhanaan struktur dalam
19
bentuk struktur global untuk menangkap respons struktur berupa gaya tumpuan dan
perpindahan, sehingga pemodelan ini dapat dilakukan dengan cepat dan tanpa
menuntut tersedianya fasilitas komputer yang cukup canggih.
Detailed model menggunakan pendekatan metode elemen hingga atau finite element
method yang merupakan suatu metode pemodelan dan analisa struktur yang lebih
komplek dan detail. Model dari jacket digambarkan dalam bentuk 3 dimensi yang
terdiri dari chord dan brace. Metode ini menjadikan bentuk fisik model struktur
sebagai suatu sistem linier yang berkesinambungan dengan jalan membagi bentuk
fisik struktur menjadi kelompok elemen yang lebih kecil. Elemen–elemen ini
dihubungkan dengan simpul–simpul (nodes) sehingga mejadi suatu sistem yang
kontinyu. Sebagai acuan perhitungan dalam metode elemen hingga biasanya adalah
displacement method, yaitu perpindahan dari dari simpul–simpul yang dianalisa
dinyatakan sebagai parameter yang belum diketahui. Model juga harus memenuhi
kriteria yang meliputi (murdjito,1997) :
• Model harus mampu memberikan hasil respon yang andal sehubungan dengan
parameter-parameter perancangan, seperti perpindahan horizontal geladak,
kelenturan kaki dan lain-lain.
• Model harus mampu memberikan gambaran yang jelas tentang peranan
parameter-parameter perancangannya, baik untuk sistem yang linier maupun
sistem yang tidak linier.
• Model harus fleksibel terhadap berbagai jenis anlisis.
20
Pengaruh yang tidak linier dinyatakan Parameter-parameter tidak linier
dalam Damping Amplification Factor dapat disimulasikan dalam model
(DAF) matematis
Tidak mampu mempresentasikan Model matematis sangat rumit
kondisi gelombang laut yang sehingga membutuhkan fasilitas
sebenarnya komputer yang memadai
Pengaruh parameter-parameter lainnya
tidak dapat dimasukkan dalam
perhitungan padahal pengaruhnya
terhadap respon struktur mungkin
cukup berarti
21
Pendiskritan ini merupakan tahap yang penting, karena dalam praktek suatu
sistem umumnya sangat kompleks dan besar, sehingga untuk keperluan
analisis dengan metode elemen hingga hanya bagian-bagian tertentu yang
dianggap perlu saja yang diselidiki.
Struktur jacket yang terdiri dari chord dan brace adalah suatu sistem yang
terdiri dari banyak elemen space frame. Elemen space frame sebenarnya
adalah gabungan dari dua macam elemen, yaitu elemen truss dan beam dalam
koordinat global tiga dimensi. Pengasumsian ini didasarkan pada pembebanan
dan lendutan yang akan terjadi pada elemen space frame. Elemen truss adalah
elemen yang akan mengalami pembebanan dan lendutan pada arah aksial
(pada arah sumbu elemen) sedang elemen beam akan mengalami pembebanan,
lendutan dan momen ke arah lateral. Elemen chord dan brace pada struktur
jacket akan mengalami pembebanan dari segala arah (aksial dan lateral) dalam
ruang sehingga elemen chord dan brace tersebut akan mengalami lendutan dan
momen ke segala arah pula. Jadi pendekatan model elemen yang paling baik
untuk elemen chord dan brace ini adalah gabungan elemen truss dan beam
dalam koordinat global 3 dimensi atau space frame.
22
Pada gambar 2.13 batang mengalami pembebanan aksial akibat gaya tarik P. Akibat
ini, batang akan mengalami tegangan aksial sebesar (Popov,1993) :
Gambar 6.2 Pembebanan aksial pada batang tubular (sumber : F.L. Matthew dan R..D.
Rawling)
Gambar 6.3. Pembebanan momen kopel pada batang tubular (Popov, 1993)
Dimana :
X = jarak dari sumbu netral ke sembarang titik disepanjang L pada penampang
(gambar 4).
Iz = momen inersia bidang penampang melintang terhadap sumbu z
23
Tρ
ο Poros melingkar τ=
Ip
T
ο Poros siku empat τ=
abc 2
T
ο Tabung dinding tipis tertutup τ=
2 At
VQ
• Disebabkan oleh gaya geser dalam balok τ=
It
Batang penampang bulat juga akan mengalami tegangan geser walau besarnya tidak
begitu bervariasi. Penyebab paling besar terjadinya tegangan geser pada elemen
penampang bulat seperti kaki dan bracing pada jacket adalah momen puntiran aksial.
Pada gambar 6.4 tampak batang silinder mengalami pembebanan puntiran pada kedua
ujungnya.
24
lingkaran selalu berarah tegak lurus jari-jari dan mempunyai arah yang sama dengan
momen puntir.
Bagian struktur yang menerima beban kompresi dan beban tekuk harus memenuhi
kriteria kekuatan dan kriteria stabilitas. Apabila total tegangan pada setiap bagian
konstruksi melebihi tegangan ijin maka kegagalan dari struktur akan terjadi.
Tegangan ijin untuk member silinder (API RP2A WSD, 21stedition):
1. Tegangan tarik
Tegangan tarik ijin Ft, dirumuskan :
Ft = 0,6 Fy
Dimana : Fy adalah tegangan yield, ksi (MPa)
2. Tegangan tekan
Buckling pada kolom
Tegangan tekan yang diijinkan adalah Fa.
Untuk D/t ≤ 60
(kL / r ) 2
1 − Fy
2Cc 2
Fa = Fa = , untuk kL / r < Cc , untuk kL/r < Cc
5 3(kL / r ) (kL / r )
+ −
3 8Cc 8Cc 3
12π 2 E
Fa = Fa = , untuk kL / r ≥ Cc , untuk kL/r ≥ Cc
23(kL / r ) 2
dimana :
0,5
2π 2 E
Cc = Cc =
Fy
25
dimana :
C = koefisien tegangan kritis buckling
D = diameter luar
T = ketebalan pipa
secara teoritis harga C adalah 0,6
b. Local buckling inelastic
[
Fxc = Fy 1,64 − 0,23( D / t )
1/ 4
] ≤ Fxe
(2.43)
Fxc = Fy , untuk (D/t) ≤ 60
3. Tegangan Tekuk
Tegangan bending ijin, Fb dinyatakan :
Fb = 0,75 Fy , untuk D/t ≤ 1500/Fy
(2.45)
D 10340
t ≤ Fy , dalamsatuanSI
FyD 1500
<
D 3000
≤
Fb = 0,84 −1,74 Fy , untuk
Fy t Fy
Et
10340 D 20680
Fy < t ≤ Fy , dalamsatuanSI
FyD 3000
<
D
≤ 300
Fb = 0,72 − 0,58 Fy , untuk
Fy t
Et
4. Tegangan Geser
Untuk bagian tubular, besarnya tegangan geser maksimum adalah:
V
ƒ y = f y = 0,5 A
26
Tegangan gabungan untuk member silindris dipengaruhi oleh gabungan antara
kompresi dan fleksur secara proporsional harus memenuhi persyaratan berkut (API
RP 2A WSD,2002) :
fa fxb 2 + fby 2
+ ≤ 1.0
0,6 Fy Fb
(2.50)
27
Pada analisa kekuatan ultimate, elemen struktural diperbolehkan untuk menerima
beban melebihi kapasitasnya, elemen-elemen dapat meneruskan beban untuk
mencapai kapasitasnya, tergantung pada duktilitasnya dan prilaku pasca elastis
elemen-elemen tersebut. Beberapa elemen mungkin akan menunjukkan gejala
kerusakan, mengalami crossed over bukling atau juga inelastis yielding.
Untuk analisa ultimate ini dilakukan dengan menggunakan metode Push-Over yaitu
suatu metode yang dipakai dalam menganalisa keruntuhan struktur dan merupakan
analisa nonlinear dengan pembebanan inkremental lateral untuk menentukan secara
otomatis pembebanan yang menyebabkan struktur runtuh. Dimana adanya
penambahan beban lingkungan (gelombang) sampai struktur tersebut runtuh (collaps).
(AIM Final Report, PMB system engineering.inc,1988).
28
Struktur akan mempunyai nilai RSR yang berbeda-beda untuk setiap kondisi arah
pembebanan sehingga nilai yang diambil adalah nilai RSR yang paling minim/kecil.
Nilai RSR minimum untuk struktur jacket dalam pembebanan kondisi ekstrim adalah
0.8 untuk struktur tanpa personel dan 1.6 untuk struktur yang terdapat personel.(API
RP 2A WSD,21stedition).
Nilai RSR dapat dihitung berdasarkan :
29
kondisi storm yang pada akhirnya didapatkan nilai kekuatan dari struktur yang
digambarkan dalam RSR. Moda kegagalan dalam kategori ULS ini adalah :
- kegagalan karena beban momen
- kegagalan las-lasan
- bukling dari brace
- yielding dari brace
- Combine stress.
7.1. Pendahuluan.
Banyak ilmu-ilmu baru yang berkembang dengan pesat sehubungan
dengan ditemukannya komputer digital yang berkecepatan tinggi. Finite
Element Meihod (Metode Elemen Hingga) adalah salah satunya. Turner
memperkenalkan ide itu pertama kali dengan makalahnya yang berjudul
“Stiffness and Deflection Analysis of Complex Structures”, yang sampai
sekarang masih tetap terkenal dengan “Turner triangle”nya. Meskipun metode
ini pada mulanya dikembangkan untuk analisis struktur (structural analysis),
namun karena teori dasarnya yang sifatnya umum, sekarang sudah
berkembang sedemikian rupa sehingga telah dipakai dengan sukses pada
hampir semua bidang ilmu, seperti dari engineering misalnya mekanika fluida,
mekanika tanah dll.
30
Seperti telah dimaklumi bahwa jarang sekali suatu model matematik
dan masalah-masalah engineering yang bisa diselesaikan secara analitis atau
“closed form” kecuali masalahnya sederhana sekali. Salah satu contoh yang
sangat populer adalah masalah balok (beam) linier. Dengan penyelesaian
analitis ini, informasi yang kita inginkan dapat diketahui pada setiap lokasi
yang dikehendaki. Di dalam contoh tentang balok di atas, misalnya
displacement (atau tegangan) dapat dihitung di sepanjang balok itu.
Masalah-masalah teknik biasanya akan menghasilkan suatu ekspresi
matematik yang rumit yang melibatkan kondisi batas (boundary conditions),
sifat material ketidaklinieran. dsb., sehingga memaksa orang-orang teknik
(engineers) untuk menggunakan analisis numerik, yang kendatipun hasilnya
merupakan perkiraan tapi diangap cukup dapat diterima. Contoh dan metode
numerik yang sangat populer dan sederhana di dalam bidang perkapalan
adalah perhitungan kekuatan memanjang dan perhitungan luasan dengan
menggunakan rumus Simpson.
Pendekatan-pendekatan numerik ini, berdasarkan sifatnya, selalu
menggunakan informasi-informasi pada titik-titik yang diskret. Proses
pemilihan dan titik yang diskret ini disebut “pen-diskret-an” (discrettation).
Salah satu cara untuk pendiskretan ini adalah dengan membagi suatu
body/sistem yang sedang diselidiki tersebut. Dari sinilah lahir istilah Finite
Element Method, yang secara bebas bisa diterjemahkan sebagai Metode
Elemen Hingga, dengan kata “hingga” (finite) disini sebagai lawan dari “tak
terhingga” (infinite).
Pemecahannya kemudian dilakukan untuk elemen-elemen kecil ini dan
kemudian rnenggabungkannya sehingga didapatkan pemecahan dari
body/system keseluruhan. Ada aturan-aturan dan asumsi-asumsi tertentu
yang harus diikuti didalam proses tersebut. Diktat ini disusun sebagai langkah
pertarna (introduction) terhadap pemahaman Metode Elemen Hingga, dan
dimaksudkan untuk membantu mahasiswa rnempermudah rnempelajarinya.
Disebutkan sebagai langkah awal karena ruang lingkup dan Finite Elemen
yang cukup luas seperti bagaimana menangani masalah ketidaklinieran (non
linearity), masalah plasticity, dsb. Semuanya ini tidak mungkin bisa dipelajari
dalam satu semester dan ditulis dalam satu diktat. Disamping tantangan dan
masalah baru yang selalu timbul, seperti bagaimana menangani masalah
31
“contact problem”, yang sampai sekarang masih menjadi bahan penelitian di
negara-negara maju.
Ada kecenderungan untuk menciptakan “general purpose program”
yang bisa memecahkan semua masalah-masalah engineering. Salah satu
contoh ke arah itu adalah munculnya program-program seperti SAP90. MSC-
NASTRAN dan masih banyak lagi. Namun sampai sekarang program-
program tersebut kendatipun banyak memecahkan persoalan yang timbul di
lapangan, namun masih gagal memecahkan persoalan-persoalan rumit yang
khusus. Di pihak lain, biaya penggunaan komputernva sangat mahal, karena
besarnya memori yang harus digunakan. Kecenderungan yang kedua adalah
menciptakan program-program khusus yang hanya bisa menangani rnasalah-
masalah tertentu yang umumnya general purpose program gagal
menanganinya. Keuntungan dari pendekatan ini adalah bahwa program
tersebut akan lebih murah dan bisa di “tune up” untuk satu atau sekelompok
masalah sehingga efisiensinya tinggi sekali.
Metode elemen hingga pada dasarnya adalah produk dan komputer digital
elektronik. Sehingga pengetahuan tentang bahasa komputer akan sangat
membantu sekali untuk mengetahuinya, meskipun tidak mutlak. Ada dua
pendekatan yang biasanya ditempuh dalam mengajarkan finite element di
Perguruan Tinggi. Pendekatan pertama adaiah menitikberatkan pada
pemakaian dari salah satu atau lebih general purpose program yang tersedia,
seperti NASTRAN misalnya. Alasannya karena begitulah yang terjadi di dunia
industri, sehingga dengan demikian akan dihasilkan lulusan yang mampu
sebagai operator dan “general purpose program” tersebut. Pendekatan yang
kedua adalah menitikberatkan pada “rational approach” (yaitu lebih pada
kemampuan analitis), sehingga mahasiswa mampu membuat sendiri
program-program yang dibutuhkan apabila terpaksa. Untuk pendekatan
kedua ini tentu saja menuntut penguasaan bahasa komputer (biasanya
FORTRAN) dari mahasiswa. Kesulitan timbul kalau “general purpose”
programnya tidak tersedia dan mahasiswanya tidak menguasai bahasa
komputer. Diktat ini disusun berdasarkan pertimbangan tersebut, meskipun
sedikit demi sedikit akan diperkenalkan dengan program komputer yang
sudah tersedia dan juga ada bagian dimana mahasiswa dilatih untuk
membuat program sendiri untuk masalah-masalah yang sederhana, karena
32
hampir tidak mungkin membicarakan finite element tanpa menyinggung
program komputer sama sekali. Meskipun demikian, beberapa asumsi yang
tak dapat dihindari tetap dipakai disini, yaitu bahwa mahasiswa harus sudah
menguasai tentang operasi matrik, masalah mekanika dan metode energi
serta sedikit tentang analisis/metode numerik.
Hal yang menggembirakan dalam mempelajari finite element adalah
karena arti fisiknya yang mudah dimengerti. Dengan demikian, dimungkinkan
untuk mempelajarinya secara bertahap, yaitu mengerti dari segi fisik terlebih
dulu baru kemudian sedikit demi sedikit meningkat ke pendekatan
matematisnya. Penyajian inilah yang dipergunakan di sini.
33
Pendekatan kedua sering disebut sebagai metode displacement atau
metode kekakuan (displacement or stiffness method) yaitu yang
mengasumsikan displacement simpul sebagai besaran yang belum diketahui.
Contohnya, kondisi kompatibilitas mengharuskan bahwa hubungan antar
elemen melalui sebuah simpul atau sepanjang sisinya atau melalui suatu
permukaan, akan tetap terhubung setelah struktur mengalami deformasi.
Sehingga persamaan yang akan dihasilkan nantinya dinyatakan dalam
displacement simpul menggunakan persamaan keseimbangan dan suatu
hukum yang dapat digunakan untuk menghubungkan antara gaya dengan
displacement.
Kedua pendekatan di atas, di dalam analisisnya, melibatkan besaran-
besaran yang berbeda yang tidak diketahui yaitu gaya atau displacement dan
juga matrik yang terkait dengan formulasinya juga berbeda (fleksibelitas atau
kekakuan) Telah ditunjukkan bahwa untuk tujuan komputasional, metode
displacement (atau kekakuan) lebih disukai karena formulasinya untuk
masalah-rnasalah analisis struktur bisa lebih sederhana Untuk itu kebanyakan
program elemen hingga multiguna menggunakan formulasi displacement
untuk menyelesaikan persoalan-persoalan struktur. Dengan dernikian untuk
pembahasan ini, hanya metode displacement yang akan digunakan.
Metode elemen hingga meliputi pemodelan struktur dengan elemen-elemen
kecil yang saling terhubung yang disebut elemen hingga. Suatu fungsi
displacement dipakai untuk tiap elemen hingganya. Tiap elemen dihubungkan
secara langsung atau tidak langsung dengan suatu interface yang bisa
berupa simpul dan/atau garis pembatas dan/atau permukaan pembatas.
Dengan diketahuinya tegangan/regangan material yang membentuk struktur
tersebut maka dapat ditentukan kelakuan simpul yang merupakan fungsi dan
sifat elemen yang lain dalam struktur tersebut. Gabungan dan persamaan
yang rnenggambarkan kelakuan tiap-tiap simpul adalah berupa serangkaian
persamaan aljabar yang dinyatakan dalam notasi matrik.
Setiap analisis harus memutuskan untuk membagi struktur dalam
elemen hingga dan memilih jenis elemen yang dipakai dalam analisis serta
menentukan bentuk pembebanan dan kondisi batas atau tumpuan-tumpuan
yang akan digunakan. Semantara itu proses/tahap berikutnya akan secara
otomatis di lakukan oleh program.
34
Secara ringkas, prinsip dari metode elemen hingga adalah
memperlakukan suatu body/sistem sebagai gabungan dan elemen-elemen
kecil yang disebut elemen hingga (finite element). Elemen-elemen ini
digabungkan satu sama lain melalui titik-titik yang disebut simpul/nodal
(nodes). Fungsi yang sederhana biasanya dipilih untuk mendekati
(memperkirakan) distribusi atau variasi dari displacement yang sesungguhnya
pada tiap elemennya. Fungsi yang dipilih tersebut (yang tentu saja harus
memenuhi persyaratan tertentu, tentang ini akan dibahas kemudian) disebut
“displacement function” atau ”displacement model”. Informasi yang dicari,
misalnya displacement atau turunannya (misalnya tegangan), dihitung pada
simpul. Dengan demikian hasil akhir yang didapat adalah berupa harga
pendekatan dan displacementnya pada lokasi-lokasi diskret dan body/sistem
yang diselidiki, yaitu pads titik simpulnya tersebut. Untuk displacement
functionnya bisa dipilih polinomial atau fungsi tnigonometri atau beberapa
fungsi sederhana yang lain. Pada umumnya digunakan polinomial karena
fungsi ini mudah dimanipulasi secara matematis.
Tahapan dalam perumusan metode elemen hingga dalam
menyelesaikan persoalan-persoalan struktur secara agak detail akan
diuraikan berikut ini. Tahapan-tahapan yang mendasar ini tujuannya adalah
untuk memperlihatkan suatu prosedur umum yang harus diikuti dalam
perumusan elemen hingga dan suatu persoalan. Dengan cara ini kita akan
lebih mudah memahami.
35
secara drastis. Sedangkan elemen berukuran besar digunakan ditempat
dimana besaran yang ingin dicari perubahannya relatif konstan.
Pemilihan jenis elemen yang digunakan dalam analisis metode elemen
hingga tergantung pada kondisi fisik body dalam kondisi pembebanan yang
sesungguhnya serta sejauh mana pendekatan terhadap kondisi yang
sesungguhnya tersebut ingin dicapai sehingga keputusan pemodelan yang
tepat secara satu, dua atau tiga dimensi sangat diperlukan. Dengan demikian
pemilihan jenis elemen yang tepat untuk suatu persoalan tertentu merupakan
salah satu langkah utama di dalam metode elemen hingga.
Jenis elemen garis dasar terdiri dan elemen bar (truss) dan elemen
balok (beam). Elemen ini memiliki luasan penampang melintang namun
biasanya dinyatakan dalam bentuk segmen garis. Secara umum, luas
penampang melintang elemen ini bisa bervariasi sepanjang elemennya
ataupun konstan. Elemen ini kebanyakan digunakan untuk memodelkan
struktur-struktur rangka batang (truss) atau flame. Elemen garis yang paling
sederhana (disebut elemen linier) memiliki dua titik simpul pada masing-
masing ujungnya. Juga terdapat elemen dengan orde yang lebih tinggi yaitu
yang memiliki tiga simpul atau lebih (disebut elemen kuadratik, kubik dll).
Elemen dua dimensi dasar atau elemen bidang mendapatkan beban
gaya pada arab bidangnya (kondisi plane stress atau plane strain). elemen ini
bisa berupa segitiga atau persegi empat elemen dua dimensi. Yang paling
sederhana hanya memiliki simpul pada sudut-sudutnya (elemen linier)
dengan batas sisi lurus. Terdapat juga elemen dua dimensi dengan orde yang
lebih tinggi, misalnya yang memiliki simpul-antara pada sisinya (disebut
elemen kuadratik) dan elemen dengan sisi berbentuk lengkung. Ketebalan
elemen ini bisa bervariasi maupun konstan.
Jenis yang lain adalah elemen tiga dimensi. Elemen tiga dimensi yang umum
dipakai adalah berbentuk tetrahedral atau hexahedral (batu bata). Jenis
elemen ini hanya dipakai jika kita menginginkan analisis tegangan secara tiga
dimensional. Elemen tiga dimensi yang paling dasar hanya memiliki simpul di
titik-titik sudutnya dengan batas sisi lurus. Sementara itu untuk orde yang
lebih tinggi, ditambah dengan simpul-antara (bisa juga simpul-antara pada
permukaannya) dan memiliki permukaan sisi yang berbentuk lengkung.
36
Sementara itu, elemen aksisimetri merupakan elemen yang dibentuk
dengan cara memutar sejauh 360 0 suatu segitiga atau segiempat terhadap
suatu sumbu tetap yang terletak pada bidang elemen tersebut. Elemen jenis
ini dapat digunakan jika kondisi geometri dan pembebanan dan masalah yang
dianalisis adalah aksisimetris.
du
εx =
dx
37
Berikutnya, tegangan harus dikorelasikan dengan regangan melalui
hukum tegangan/regangan yang umumnya disebut “hukum konstitutif”
(constitutive law). Kemampuan untuk mendefinisikan kelakuan/sifat material
secara tepat adalah hal yang sangat penting untuk mendapatkan hasil yang
dapat diterima. Hukum tegangan/regangan yang paling sederhana yaitu
hukum Hooke yang seringkali dipakai dalam analisis tegangan diberikan
dalam bentuk:
σ x = Eε x
dimana
σx = tegangan dalam arah x
E = modulus elastisitas.
Metode Energi
Untuk menurunkan matrik kekakuan dan persamaan elemen dua dimensi dan
tiga dimensi, lebih mudah menggunakan metode energi. Prinsip kerja virtual
(menggunakan displacement virtual), prinsip energi potensial minimum dan
teorema Castigliano merupakan metode-metode yang sering digunakan di
dalam penurunan persamaan elemen.
38
Prinsip kerja virtual dapat dipakai untuk bermacam-macam kelakuan
material, sementara itu prinsip energi potensial minimum dan teorema
Castigliano hanya dapat diterapkan untuk material elastis. Juga, prinsip kerja
virtual dapat digunakan walaupun fungsi potensialnya tidak ada. Dengan
demikian, ketiga prinsip tersebut akan menghasilkan persamaan elemen yang
sama bila yang digunakan adalah material linier-elastis; jadi pemakaian salah
satu metode tersebut untuk jenis material ini semata-mata hanyalah
tergantung pada usernya.
Untuk tujuan memperluas penggunaan MEH di luar masalah analisis
tegangan struktur, suatu pem-fungsi-an (didefinisikan sebagai fungsi dari
suatu fungsi yang lain) yang analog yang mana digunakan dengan prinsip
energi potensial minimum sangat berguna sekali dalam menurunkan matrik
kekakuan dan persamaan elemen. Contohnya, π adalah suatu fungsi dari
f(x,y) melambangkan suatu fungsi f dari dua variabel x dan y sehingga
selanjutnya kita peroleh π (f(x,y}) dimana π merupakan suatu fungsi dari
fungsi f.
39
{f} = [k] {d}
dimana {f} adalah vektor gaya simpul elemen, [k] adalah matrik kekakuan
elemen dan {d} adalah vektor derajat kebebasan simpul-elemen yang tidak
diketahui atau displasemen yang digeneralisasi, n. Displasemen yang
digeneralisasi di sini bisa meliputi besar dari displasemen sebenarnya,
kemiringan atau biasanya kelengkungan. Matrik dalam persamaan di atas
akan dijelaskan lebih detil pada bagian selanjutnya untuk tiap-tiap jenis
elemen.
dimana {F} adalah vektor gaya simpul global, [K] adalah matrik kekakuan
global dan {d} sekarang adalah vektor derajat kebebasan simpul-struktur
yang sudah diketahui dan yang belum diketahui atau displasemen yang
digeneralisasi. Pada tahap ini dapat diketahui bahwa matrik kekakuan global
[K]nya berupa matrik singular karena deterrninannya sama dengan nol. Untuk
menghindari masalah singularitas ini maka kita harus menentukan kondisi
batas (boundary condition) (disebut juga konstrain atau tumpuan) agar
struktur tetap ditempatnya dan tidak bergerak sebagai sebuah benda kaku.
40
Dengan memasukkan kondisi batas ini maka pers. 1.5 nantinya akan rnenjadi
termodifikasi.
F1 K 11 K 12 K 13 K 1n d1
F K K 22 K 23 K 2 n
2 21 d 2
=
Fn K n1 K n2 K n3 K nn d n
dimana n sekarang adalab jumlah total dan derajat kebebasan struktur yang
tidak diketahui. Persamaan di atas ini dapat diselesaikan untuk mendapatkan
{d} dengan metode eliminasi (misal metode Gauss) atau metode iterasi (misal
metode Gauss-Seidel). d yang tidak diketahui tersebut disebut besaran-anu
utama (primary unknowns) karena besaran inilah yang pertama kali
ditentukan dengan MEH yang berbasis kekakuan (atau displasemen)
tersebut.
41
TAHAP 8: Interpretasi Hasil.
Tujuan akhirnya adalah menginterpretasi dan menganalisis hasil yang
akan digunakan dalam proses perancangan. Penentuan lokasi pada struktur
dimana terjadi deformasi dan tegangan terbesar biasanya sangat penting
dalam mengambil keputusan di dalam proses perancangan. Program
komputer postposesor akan membantu para perancang untuk
menginterpretasi hasil dalam bentuk tampilan grafis.
42
2. Dapat menangani kondisi pembebanan yang umum dengan tanpa
kesulitan.
3. Mampu rnemodelkan benda yang tersusun dan berbagai material yang
berbeda, karena tiap-tiap persamaan elemennya diturunkan sendiri-
sendiri.
4. Mampu menangani kondisi batas dalam jumlah dan jenis yang hampir
tak berhingga.
5. Ukuran elemennya bisa divariasikan hingga dapat digunakan elernen
yang sangat kecil jika diperlukan.
6. Model elemen hingga yang dibuat dapat diubah-ubah dengan mudah
dan murah.
7. Mampu menangani masalah-masalah dinamik.
8. Mampu menangani persoalan-persoalan non-linier seperti deformasi
yang besar dan sifat material yang non-linier.
MEH untuk analisis struktur memungkinkan para perancang untuk
rnendeteksi tegangan, getaran dan masalah-masalah panas selama proses
perancangannya serta mampu untuk mengevaluasi perubahan-perubahan
perancangan sebelum membangun prototipenya. Sehingga tingkat
kepercayaan penerimaan prototipe tersebut dapat ditingkatkan. Disamping
itu, dengan metode mi, jika digunakan dengan tepat dapat mengurangi jumlah
prototipe yang hams dibuat.
Meskipun pada mulanya MEH hanya diaplikasikan untuk persoalan-
persoalan analisis struktur, namun dalam perkembangannya bisa
diaplikasikan untuk berbagai bidang ilmu di dalam bidang rekayasa dan
matematika fisik seperti aliran fluida, perpindahan panas, potensial
elektromagnetik, mekanika tanah dan bidang akustik.
43
Khusus (special-purposes program) yang lebih kecil yaitu untuk
menyelesaikan persoalan-persoaan jenis tertentu.
Keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh program multi guna antara
lain:
1. Inputnya terorganisasi dengan baik dan disusun sedemikian rupa
sehingga user bisa memahami dengan mudah. User tidak mernerlukan
pengetahuan khusus tentang software dan hardware komputer. Sudah
dilengkapi preprosesor untuk membuat model elemen hingganya.
2. Program ini berupa suatu sistem yang besar sehingga biasanya dapat
menangani berbagai jenis persoalan baik yang besar maupun yang kecil
hanya dengan menggunakan format input yang sama.
3. Beberapa program bahkan bisa diekspansi dengan card
menambahkan modul yang baru untuk jenis persoalan atau jenis
teknologi yang baru. Jadi masih bisa terus mengikuti perkembangan
terbaru hanya dengan sedikit usaha penambahan.
4. Kebanyakan pusat-pusat pelayanan program komputer menyediakan
satu macam atau lebih program multi guna.
5. Beberapa program komputer yang sudah di”kecil”kan (scaled down)
untuk PC memiliki harga yang bersaing dan dapat digunakan untuk
menangani jenis persoalan yang luas.
Selain kelebihan-kelebihan di atas, beberapa kelemahan yang dimiliki
oleh program multi guna antara lain
1. Biaya awal untuk membuat program multi guna relatif tinggi.
2. Program multi guna menjadi kurang efisien dibandingkan dengan
program khusus karena komputer harus melakukan banyak pengacekan
untuk tiap-tiap persoalan, padahal jika digunakan program khusus
pengecekan yang tidak perlu (diluar cakupan masalahnya) tidak perlu
dilakukan.
3. Kebanyakan program jenis ini bersifat milik pribadi sehingga user
hanya memiliki sedikit akses untuk memahami logika program tersebut.
Jika ingin memodifikasi biasanya hanya dapat dilakukan oleh pembuatnya
saja.
4. Untuk mejalankan program ini diperlukan komputer dengan
kemampuan yang besar (untuk program yang sudah di”kecil”kan bisa
44
dijalankan pada PC).
Sedangkan untuk Program Kegunaan khusus, beberapa kelebihan yang
dimilikinya antara lain:
1. Program biasanya relatif pendek sehingga biaya pembuatannya cukup
murah.
2. Dapat dijalankan dengan komputer kecil (PC).
3. Penambahan-penambahan (modifikasi) terhadap program dapat
dilakukan dengan cepat, mudah dan murah.
5. 4 Dapat menyelesaikan persoalan khusus yang sesuai (sesuai dengan
tujuan pemrogramannya) dengan lebih efisien.
Disamping kelebihan di atas, kelemahan utama dan program
kegunaan khusus ini adalah ketidakmampuannya untuk menangani
persoalan-persoalan yang berbeda jenis atau kelasnya.
Terdapat banyak vendor yang menyediakan program elemen hingga
sehingga bagi pemakai yang tertarik harus dengan hati-hati berkonsultasi
dengan para vendor tersebut sebelum memutuskan untuk membeli
produknya. Untuk membantu memberi ide tentang berbagai program
komputer komersiil untuk PC yang ada, di sini diberikan beberapa nama
program yaitu ALGOR, ANSYS, GIFTS, IMAGES-3D, MSC/PAL, TAB/SAP86,
SAP9O, SAP2000, MSC/NASTRAN, GT-STRUDL, StruCad, dll. Kernampuan
standart dan beberapa program di atas meliputi informasi atas:
1. Jenis-jenis elemen yang disediakan seperti elemen beam (balok),
plane stress (tegangan bidang) dan elemen solid 3-D.
2. Jenis analisis yang tersedia misalnya kemampuan analisis statis dan
dinamis.
3. Kelakuan material, seperti elastis-linier dan non-linier.
4. Jenis pembebanan seperti beban terpusat, beban merata, beban
panas dan displasemen (sattlement).
5. Pembangkitan data (data generation), seperti pembangkitan simpul,
elemen dan restraint secara otomatis (beberapa program memiliki
preprosesor untuk membuat mesh untuk model).
6. Plotting, seperti bentuk geometri model sebelum dan setelah
terdeformasi serta kontur tegangan dan suhu (beberapa program memiliki
45
postprosesor untuk membantu dalam menginterpretasikan outputnya
dalam bentuk gratik).
6. Kelakuan displasemen, seperti displasemen yang kecil atau besar dan
juga buckling (tekukan).
7. Pemilihan output. seperti rnernilih simpul-simpul atau elemen-elemen
tertentu serta menentukan nilai-nilai maksimum atau mininiumnya.
Kebanyakan program, paling tidak menyediakan lybrary untuk elemen
elemen batang, balok, tegangan bidang, lenturan pelat dan elemen solid 3-D.
Bahkan untuk software yang sekarang meliputi kemampuan untuk analisis
perpindahan panas (heat transfer).
Untuk mengetahui seluruh kemampuan dan program-program di atas,
sebaiknya dilihat dalam masing-masing petunjuk acuan programnya (program
reference manuals).
[k]{q} = {Q}
46
untuk memberi gambaran yang lebih nyata tentang arti dan persamaan
berikut ini diberikan ilustrasi sederhana arti fisik dan persamaan tersebut.
Ambil sebuah balok (beam) dengan luas penampang A dan modulus
elastisitas E, dengan gaya kompresi / tekan Q1 dan Q2 yang bekerja pada
kedua ujungnya. Dari Mekanika Teknik didapatkan,
Q2 = −Q1 = ( −q1 + q 2 ) EA / L
{Q} = [k]{q}
dimana:
Q1
{ Q} =
Q2
47
−1 EA
[ k ] =
1
−1 1 L
{ q} =
q1
q 2
Q1 = −Q2
σ x = Eε x
dan hukum regangan-displasemen (strain-displacement law) kita peroleh:
48
du
εx =
dx
u ( x) = α1 + α 2 .x + α 3 .x 2 + α 4 x 3 + ...
49
x x
u ( x) = q1 1 − + q 2
L L
x x
dimana 1 − dan disebut fungsi bentuk (shape function) atau fungsi
L L
interpolasi (interpolation function). Hal ini akan dijelaskan lebih lanjut pada
bagian berikutnya.
Dapat ditunjukkan bahwa apabila dalam satu elemen mengandung dua
koordinat simpul, maka fungsi displasemennya hanya mempunyai dua
konstanta yang independen. Dan pertimbangan lain, yaltu bahwa α1 dan α2
tidak dapat dihilangkan, maka model displasemen kita menjadi:
u ( x ) = α1 + α 2 x
yaitu yang disebut model displasemen linier. Jika kita turunkan untuk
mendapatkan regangan, akan diperoleh hubungan,
du d
εx = = (α1 + α 2 x ) = α 2 (konstanta !)
dx dx
50
Gambar 7.3. Keseimbangan lokal Elemen garis dengan penampang tidak
konstan.
du (0)
Q1 = −σ x ( 0 ) A1 = −E A1
dx
Dengan menggunakan fungsi bentuk di atas, maka:
q − q1
Q1 = −E 2 A1
L
demikian pula :
q − q1
Q2 = E 2 A2
L
q − q1
= −E 2 AR
L
q − q1
Q2 = E 2 AR
L
51
sehingga Q1 = Q2 . Hal ini menghasilkan persamaan berikut:
Q1 EAR 1 − 1 q1
=
Q2 L − 1 1 q 2
Model inilah yang biasanya digunakan untuk elemen garis yang luas
penampangnya berbeda (tidak konstan) sepanjang elemen.
Sejauh ini kita belum memberikan arti fisik dan matrik kekakuan
tersebut. Secara umum matrik kekakuan [k] ditulis dalam bentuk:
[ k ] =
k11 k12 k1 N
k N 1 kN2 k NN
dengan kij berarti gaya pada simpul i akibat unit displasemen di titik j dan
semua displasemen yang lain (baik translasi maupun rotasi) diasumsikan nol.
Dengan demikian k11 berarti gaya yang bekerja pada titik 1 akibat unuit
displasemen pada titik 1 (displasemen lainnya sama dengan nol). Demikian
pula k21 berarti gaya yang bekerja pada titik 2 akibat unuit dispiasernen pada
titik 1
(displasemen lainnya sama dengan nol). llustrasinya dapat dilihat pada
Gambar 7.4 berikut.
52
7.6. Penurunan Matrik Kekakuan Elemen Garis.
Untuk mernperjelas bagaimana proses penurunan matrik kekakuan
elemen dengan metode keseimbangan (metode kekakuan langsung) berikut
ini akan diuraikan langkah-langkahnya yang sistematis pada elemen batang
(truss element).
Misalkan sebuah elemen batang mendapat gaya tarik T sepanjang
sumbu batang pada simpul 1 dan 2 (Gambar 7.5). Di sini kita gunakan dua
sistem koordinat yaitu sistem koordinat lokal (x-y) dengan sumbu x berarah
sepanjang batang dari sistem koordinat global (x’-y’) yang disesuaikan
dengan orientasi keseluruhan struktur (Masalah Transformasi Koordinat akan
dibahas berikutnya).
53
2. Semua efek displasemen melintang diabaikan
3. Memenuhi Hukum Hooke yaitu hubungan antara tegangan aksial σx
dan regangan aksialnya εx memenuhi σ x = Eε x
Langkah-langkah penurunan matrik kekakuan dengan metode
keseimbangan selengkapnya adalah sbb. :
Langkah 1 : Pemilikan jenis elemen.
Batang dimodelkan dengan pemberian nomor pada tiap-tiap simpul
dan pada tiap-tiap elernennya (lihat Gambar 8).
u = a1 + a 2 x
yang mana jumlah koefisien ai-nya akan selalu sarna dengan jumlah derajat
kebebasan yang dimiliki elemen tersebut. Dalam hal ini, jumlah derajat
kebebasannya adalah dua yaitu displasemen aksial pada tiap simpulnya.
Persamaan di atas harus dinyatakan sebagai fungsi displasemen
simpul q1 dan q2 yaitu dengan cara mengevaluasi u untuk setiap simpulnya
dan kita tentukan a1 dan a2 pada persamaan di atas sehingga
u (0) = q1 = a1
u ( L) = q 2 = a 2 L + q1
q 2 − q1
a2 =
L
54
Dengan substitusi persamaan diperoleh:
q − q1
u= 2 x + q1
L
Jika dalam bentuk matrik dapat dinyatakan sebagai:
q
u = [ N1 N 2 ] 1
q 2
x x
N 1 =1 − dan N2 =
L L
Bila fungsi displasemen linier di atas diplotkan sepanjang elemen batang
pada Gambar 7.5, hasilnya seperti ditunjukkan Gambar 7.6 berikut,
55
du q 2 − q1
εx = =
dx L
σ x − Eε x
T = 0.4σ x
q − q1
T = AE 2
L
Juga dengan kesepakatan tanda untuk gaya simpul sebagaimana pada
Gambar 8 maka berlaku:
Q1 = −T
AE
Q1 = ( q1 − q 2 )
L
Q2 = T
AE
Q2 = ( q1 − q 2 )
L
56
Akhirnya, jika persamaan di atas dinyatakan bersama dalam bentuk matrik
maka didapat bentuk:
Q1 AE 1 − 1 q1
=
Q2 L − 1 1 q 2
AE 1 −1
k = −1
L 1
57
langsung), yaitu dengan memperhatikan simpul dimana penggabungan
tersebut terjadi. Dengan melihat kemungkinan dilakukannya penggabungan
secara langsung ini, maka kita tidak perlu rnenggunakan prinsip energi
potensial minimum lagi untuk melakukan penggabungan. Cara ini bisa
berlaku untuk elemen 1-D, 2-D maupun 3-D.
[K ] = ∑[k ] {Q } = {Q }
N
g t i dan g t i
i =1
−1
[ k ] = AE
1
L −1 1
58
Sehingga untuk masing-masing elemen diperoleh :
1 2
2 3
q1 q2 q3 q4
1 −1 0 0 1 −1 0 0
−1 1 +1 −1 0 −1 1 +1 −1 0
[ K ] = 10 6 = 10 6
0 −1 1 +1 −1 0 −1 1 +1 −1
0 0 −1 1 0 0 −1 1
Q1 1 −1 0 0 q1
Q 0
2 6 − 1 2 −1 q 2
= 10
Q3 0 −1 2 0 q 3
Q4
0 0 −1 1 q 4
3000 6 2 − 1 q 2
= 10
0 − 1 2 q1
59
Kondisi batas dan displasemen yang sudah didapat disubstitusikan kembali
ke pers. Di atas maka didapat gaya simpul global termasuk gaya reaksi di
simpul 1 dan 4 yaitu :
Q3 = 10 6 ( 2q 3 − q 2 − q 4 ) = 10 6 [ 0 + 2(0,001) − 0,002] = 0
Q4 = 10 6 (q 4 − q3 ) = 10 6 (0 − 0,001) = −1000lb
u ( x ) = α1 + α 2 x + α 3 x 2 + α 4 x 3 + ....... + α n +1 x n
60
Dalam bentuk matrik, persamaan di atas dapat ditulis,
u ( x ) = {Φ}T {α}
1
x α1
α
dimana : { Φ} = x 2 dan {α } = 2
n α n +1
x
u ( x, y ) = α1 + α 2 x + α 3 y + α 4 x 2 + α 5 xy + α 6 y 2 + ...... + α m y n
v ( x, y ) = α m +1 + α m +2 x + α m +3 y + α m +4 x 2 + α m +5 xy + α m +6 y 2 + ...... + α 2 m y n
{Φ T } { Φ } { α }
{ u ( x, y)} =
u ( x, y ) T
= [ Φ ]{ α } =
{Φ } {Φ }
T
v ( x, y )
T
dimana: {Φ } = {1
T
x y x2 xy y2 ....... y n }
{α } T = {α1 α2 α3 .........α 2 m }
Ada tiga kondisi pokok yang harus dipenuhi oleh sebuah model
displasemen agar penyelesaian numerik yang dihasilkan menjadi konvergen.
Perlu disebutkan di sini bahwa kekakuan dan sistem yang dihasilkan oleh
MEH merupakan “upper bound’ (batas atas) dari kekakuan sistem yang
sesungguhnya. Dengan kata lain displasemen yang sesungguhnya sedikit
lebih besar dan yang didapat dengan pendekatan MEH ini. Dengan semakin
61
bertambah banyaknya elemen yang digunakan, maka penyelesaian yang
dihasilkan akan semakin mendekati keadaan yang sebenarnya.
Hal ini hanya benar apabila ketiga syarat berikut terpenuhi, yaitu
1 konstan
x y linier
x2 xy y kuadratik
62
7.9 Fungsi Displasemen Elemen Balok Lentur.
Bentuk fungsi displasemen kubik lengkap ini sesuai untuk dipakai karena:
v (0) = q1 y = a 4
dv (0)
= Φ1 = a3
dx
v( L) = q 2 y = a1 L3 + a 2 L2 + a3 L + a 4
dv ( L)
= Φ 2 = 3a1 L2 + 2a 2 L + a3
dx
2 1
V = 3 (q1 y − q 2 y ) + 2 (Φ1 + Φ 2 ) x 3
L L
3 1
+ − 2 ( q1 y − q 2 y ) − ( 2Φ1 + Φ 2 ) x 2 + Φ 1 x + q1 y
L L
V = [ N ]{q}
63
q1 y
Φ
dimana : { q} = 1
q 2 y
Φ 2
[ N ] = [ N1 N2 N3 N4 ]
dan N1 =
1
( 2 x 3 − 3x 2 L + L3 )
L3
N2 =
1 3
3
( x L − 2 x 2 L2 + xL3 )
L
N3 =
1
3
( − 2 x 3 + 3x 2 L )
L
N4 =
1 3
( x L − x 2 L2 )
L3
N1, N2, N3, dan N4 di atas disebut fungsi bentuk (shape function) dan sebuah
elemen balok. Untuk elemen balok N1 = 1 jika dievaluasi path simpul 1 dan
N1 = 0 jika dievaluasi pada simpul 2. Karena N2 terkait dengan Φ1 maka dan
persamaan kedua
dN 2
pada pers. (4.4.7) terdapat = 1 jika dievaluasi pada simpul 1. Fungsi
dx
bentuk
N3 dan N4 akan memiliki hasil yang analog untuk simpul 2.
64
yaitu dengan asumsi dari teori balok dasar bahwa potongan melintang balok
(bidang ABCD) yang datar sebelum terdeformasi, akan tetap datar setelah
mengalami
dv
deformasi dan secara umum akan berputar dengan sudut .
dx
d 2u
ε x = ( x, y ) = − y
dx 2
Dari teori balok dasar, dikatakan bahwa momen bending dan gaya
geser terkait dengan fungsi displasemen transversalnya. Jika kita ingin
menggunakan hubungan ini untuk menurunkan matrik kekakuan elemen
balok maka kita nyatakan dalam bentuk :
d 2v d 3v
m x = EI V = EI
dx 2 dx 3
Q1 y = V = EI
d 3 v EI
= (12q1 y + 6 LΦ1 − 12q 2 y + 6Φ 2 )
dx 3 L3
m1 = −m = EI
d 2 v(0) EI
2
(
= 3 6 Lq1 y + 4 L2 Φ 1 − 6 Lq 2 y + 2 L2 Φ 2 )
dx L
d 3v( L) EI
Q2 y = −V = EI = 3 ( − 12q1 y + 6 LΦ1 + 12q2 y − 6Φ 2 )
dx 3 L
65
m2 = m = EI
d 2 v( L) EI
dx 2
(
= 3 6 Lq1 y + 2 L2 Φ1 − 6 Lq2 y + 4 L2 Φ 2
L
)
Persamaan ini adalah menghubungkan gaya simpul dan displasemen simpul.
Dalam bentuk matrik, persamaan di atas dapat dituliskan dengan :
12 6L −12 6L
1y
Q 6L 4 L2 − 6L 2 L2 q1 y
m
1 EI −12 − 6L 12 − 6L Φ1
q
Q2 y = L 6 L
3 2 L2 − 6L 4 L2
2y
Φ
m 2
12 6L −12 6L
6L 4 L2 − 6L 2 L2
EI
[k ] L
3 −12 − 6L 12 − 6L
= 6L 2 L2 − 6L 4 L2 .................................................................................. .(
7.10Transformasi Koordinat.
Sejauh ini kita tidak membedakan koordinat ‘lokal” dan koordinat global’
karena sering keduanya tidak berbeda. Namun demikian sering pula dijumpai
keadaan dimana beberapa elemen terletak pada posisi sedemikian rupa
sehingga penggunaan satu sistem koordinat tidak memungkinkan lagi. Dalam
keadaan yang demikian orang menggunakan ‘koordinat lokal” untuk setiap
elemen, dan “koordinat global” untuk gabungan elemen (lihat Gambar 11).
66
Xg
u g
koordinat global dan kita ingin mengubahnya ke dalam koordinat lokal
vg
u1
. Dalam hal ini kita hanya memperhatikan rotasi koordinat saja karena
v1
translasi tidak mempengaruhi kekakuan.
u1 = ug cos α + vg sin α
v1 = - ug sin α + vg cos α
kalau dinyatakan dalam bentuk matrik menjadi :
u i cos α sin α u g
=
v1 − sin α cos α v g
67
dimana dalam persamaan di atas terdapat matrik bujur sangkar yang disebut
Matrik Transformasi ( t ) untuk simpul tertentu . Apabila proses di atas diulangi
untuk setiap simpul pada elemen maka didapatkan :
u1l
v [t ] [ 0] [ 0]
1l
{q }
y = =
[ 0]
[t ] [0] {q g }
u 2l [ 0]
[0] [t ]
v 2l
yaitu { q1 } = [T ] {q g }
{Q1 } = [T ] {Q } g
{Q1 } = [ k1 ] { q1 }
[T ] {Q } = [ k ] [T ] {q }
g 1 g
{Q } = [T ] [ k ] [T ] {q }
g
−1
1 g
dimana : [k g ] = [T ] [ k1 ] [T ]
T
68
Perlu dicatat bahwa kita sering kali harus merubah bentuk/ukuran
matrik agar sesuai dengan bentuk global. Misalnya untuk elemen garis satu
dimensi.
Demikian pula, elemen garis satu dimensi ini dapat dituliskan dalam
bentuk 3 dimensi sbb :
Q1L EA / L 0 0 − EA / L 0 0 q1l
Q 0 0 0 0 0 0 q2l
2L
Q3 L 0 0 0 0 0 0 q3l
=
Q4 L − EA / L 0 0 EA / L 0 0 q4l
Q5 L 0 0 0 0 0 0 q5 l
Q6 L 0 0 0 0 0 0 q6 l
69
Gambar 7.12. Elemenbatang dalam 3 dimensi.
dˆ x
C S d x
ˆ =
d y − S C d y
70
dengan C = cosθ dan S = sin θ . Untuk elemen balok digunakan persamaan
kedua dari persamaan untuk menyatakan hubungan displacemen lokal
dengan displacemen global yaitu :
d1 x
dˆ1 y − S C 0 0 0 0 d1 y
ˆ
Φ1 0 0 1 0 0 0 Φ1
ˆ =
d 2 y 0 0 0 − S C 0 d 2 x
Φ ˆ
0 0 1 d 2 y
2 0 0 0
Φ 2
− S C 0 0 0 0
0 0 1 0 0 0
T =
0 0 0 −S C 0
0 0 0 0 0 1
dalam hal ini efek aksial diabaikan. Dengan hubungan transformasi untuk
matrik kekakuan elemen balok maka didapat matrik kekakuan global untuk
elemen balok (meliputi geser dan lenturan) sbb :
71