A. Melon
1. Sejarah melon
Melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman buah
termasuk familia Cucurbitaceae, banyak yang
menyebutkan buah melon berasal dari Lembah Panas
Persia atau daerah Mediterania yang merupakan
perbatasan antara Asia Barat dengan Eropa dan
Afrika. Tanaman ini akhirnya tersebar luas ke Timur
Tengah dan Eropa. Pada abad ke-14 melon dibawa ke
Amerika oleh Colombus dan akhirnya ditanam luas di
Colorado, California, dan Texas. Akhirnya melon
tersebar ke seluruh penjuru dunia terutama di daerah
tropis dan subtropis termasuk Indonesia.
2. Definisi melon
Melon merupakan salah satu jenis buah-buahan yang
amat potensial untuk memenuhi kebutuhan hidup
3|BUDIDAYA MELON HIDROPONIK
dalam penyediaan bahan makanan bergizi. Melon
(Cucumis melo L.) merupakan tanaman buah termasuk
familia Cucurbitaceae, banyak yang menyebutkan
buah melon berasal dari Lembah Panas Persia atau
daerah Mediterania yang merupakan perbatasan antara
Asia Barat dengan Eropa dan Afrika. Tanaman ini
akhirnya tersebar luas ke Timur Tengah dan ke Eropa.
Pada abad ke-14 melon dibawa ke Amerika oleh
Colombus dan akhirnya ditanam luas di Colorado,
California, dan Texas. Akhirnya melon tersebar ke
seluruh penjuru dunia terutama di daerah tropis dan
subtropis termasuk Indonesia.
3. Taksonomi Tumbuhan
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
4. Morfologi Tanaman
Melon ( cucumis melo L ) merupakan tanaman
semusim atau setahun (annual) yang bersifat menjalar
atau merambat dengan perantaraan alat pemegang
berbentuk pilin. Tanaman melon terdiri dari 2 daun
lembaga sehingga dimasukkan dalam kelas tumbuhan
berbiji belah (dikotil).
a. Akar
Bentuk perakaran melon berupa perakaran tunggang
terdiri atas akar utama (primer) dan akar literal
(sekunder). Panjang akar primer dari pangkal batang
berkisar 15 – 20 cm. Dari akar sekunder keluar
serabut-serabut akar disebut akar tersier, penyebaran
akar lateral ini mencapai 35 – 45 cm.
b. Batang
Batang tanaman melon berwarna hijau muda dengan
bentuk batang agak bersegi lima berlekuk dengan 3 -7
lekukan dan bergaris tengah 8cm – 15cm. batangnya
berhulu dan tedapat buku atau ruas – ruas tempat
melekatnya tangkai daun.
10 | B U D I D A Y A M E L O N H I D R O P O N I K
f. Biji
Biji buah melon umumnya berwarna cokelat muda,
panjangnya rata-rata 0,9 mm dan diameter 0,4 mm.
Dalam satu buah melon terdapat sekitar 500 – 600 biji
b. Varietas melon
1) Amanta f1
13 | B U D I D A Y A M E L O N H I D R O P O N I K
umur panen 65-75 hst untuk dataran rendah
sedangkan untuk dataran tinggi pemanenan dilakukan
75-90 hst, mempunyai berat ratarata 1,5-2,5 kg, warna
kulit hijau kekuningan tertutup jarring, bentuk bulat,
warna daging buah orange , daging buah beraroma
harum, daging buahnya legit, buahnya tebal sehingga
relatif tahan dalam pengangkutan dan penyimpanan.
2) Rio f1
Berasal dari Chia-thai seed Thailand, umur panen 60-
70 HST, berat buah 2-4 kg, jaringnya mudah
terbentuk serta tebal merata, warna daging buah hijau
kekuningan, rasanya manis dan renyah, tahan dalam
pengangkutan dan penyimpanan.
14 | B U D I D A Y A M E L O N H I D R O P O N I K
Gambar. 8 Benih Var. Rio f1
15 | B U D I D A Y A M E L O N H I D R O P O N I K
BAB II
SEJARAH HIDROPONIK
2.1. Hidroponik
2.1.1. Pengertian Hidroponik
Hidroponik muncul pertama kali adalah dalam
menyiasati keterbatasan lahan, waktu, dan cara
pemeliharaan tanaman. Dengan hidroponik, tanaman
tumbuh di dalam media tanam, tetapi tanaman tidak
mendapatkan apa-apa dari media tanam
tersebut.Tanaman hanya menerima apa yang kita
berikan, tidak lebih tidak kurang. Dengan hidroponik
kita dengan mudah mengontrol pH, nutrisi dan
kepekatan dari nutrisi tersebut.
Hidroponik berasal dari bahasa Latin yang
berarti “Working Water atau Pemberdayaan
Air”.Kenyataannya hidroponik adalah menanam
tanaman tanpa tanah, atau sering disebut “Dirtless
Gardening/ Berkebun Tanpa Kotoran”.Dalam
prakteknya, hidroponik berarti menanam tumbuhan
16 | B U D I D A Y A M E L O N H I D R O P O N I K
dalam air dan larutan nutrisi, tanpa tanah.Hidroponik
adalah teknik pengelolaan air yang digunakan untuk
memberikan nutrisi, air, dan oksigen yang diperlukan
tanaman.Media tanam yang digunakan dapat berupa
bahan inorganic dan material organik bahkan media
udara. Media tanam hidroponik harus memenuhi
persyaratan antara lain harus steril dan inert, memiliki
pH yang netral, serta tidak menimbulkan reaksi kimia
yang mengganggu pertumbuhan tanaman. (Jones,
2005)
Beberapa jenis media tanam hidroponik
menurut Blogspot (2011) diantaranya adalah:
a)RockWool; b)Perlit; c)Clay Granule; d)Sabut
Kelapa; e)Vermikulit; f)Pellet; g)Spons;
h)Kerikil/Batu Split.
Jenis media tanam yang digunakan sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Media yang baik membuat
unsur hara tetap tersedia, kelembaban terjamin dan
drainase baik. Media yang digunakan harus dapat
17 | B U D I D A Y A M E L O N H I D R O P O N I K
menyediakan air, zat hara dan oksigen serta tidak
mengandung zat yang beracun bagi tanaman. Adapun
jenis-jenis sistem hidroponik saat ini terdapat 6 tipe
dasar yaitu
- Deep Water Culture
- Nutrient Film Technique NFT
- The Ebb and Flow System
- Aeroponic
- Drip irigation System (Irigasi tetes)
2.1.2. Kelebihan Dan Kekurangan Hidroponik
Menurut Jansen dalam Jones (2005)beberapa
kelebihan dan kekurangan budidaya tanaman dengan
secara hidroponik antara lain adalah :
Kelebihan sistem hidroponik : a) Pertanian dapat
dilakukan walaupun tidak terdapat tanah yang subur
atau tanah yang terkontaminasi penyakit; b) Pekerjaan
untuk pengelolaan tanah, penyiraman manual, dan
pekerjaan secara tradisional lainnya tidak perlu
dilakukan; c) Potensi maksimal lahan dapat
dimanfaatkan karena memungkinkan untuk budidaya
18 | B U D I D A Y A M E L O N H I D R O P O N I K
dengan kerapatan tinggi; d) Konservasi air dan nutrisi.
Hidroponik dapat mereduksi polusi tanah dan sungai
karena nutrisi yang diberikan dalam system tertutup;
e) Keadaan lingkungan lebih dapat dikontrol seperti
lingkungan akar, waktu pemberian nutrisi, tipe operasi
greenhouse, cahaya, temperatur, kelembaban, dan
komposisi udara dapat dimanipulasi Sedangkan
kekurangan sistem hidroponikadalah : a)Biaya
kontruksi atau pembuatan yang cukup tinggi;
b)Diperlukan tenaga propesional dan terlatih dalam
proses budidaya. Pengetahuan tentang pertumbuhan
dan prinsip nutrisi yang diberikan sangat penting
untuk diketahui; c)Penyebaran seed born disease dan
nematode dapat berkembang dengan cepat dalam satu
bedengan dengan sumber nutrisi yang sama dalam
system tertutup; d)Diperlukan pengamatan lingkungan
tumbuh dan tanaman setiap hari.
19 | B U D I D A Y A M E L O N H I D R O P O N I K
Dalam sistem hidroponik pemberian nutrisi
sangat penting karena dalam medianya tidak
terkandung zat hara yang dibutuhkan
tanaman.Berbeda dengan penanaman padi disawah,
tanah sendiri talah mengandung zat hara sehingga
pemupukan hanya bersifat tambahan .Pemberian
nutrisi untuk hidroponik harus sesuai jumblahnya dan
macamnya sesuai dengan kebutuhan tanaman serta
diberikan secara kontinyu.(Prihmantoro dan Indriani,
2001)
2.2.1. Unsur Makro dan Mikro
Menurut Lingga (2001), nutrisi yang diberikan dapat
digolongkan menjadi dua kelompok yaitu, nutrisi
yang mengandung unsur hara makro dan yang
mengandung unsur hara mikro. Unsur hara makro
yaitu nutrisi yang diperlukan tanaman dalam jumlah
yang cukup banyak seperti N, P, K, S, Ca, dan
Mg.Unsur hara mikro merupakan nutrisi yang
dibutuhkan tanaman dalam jumlah sedikit, seperti Mn,
20 | B U D I D A Y A M E L O N H I D R O P O N I K
Cu, Mo, Zn, dan Fe.Walaupun dalam jumblah sedikit,
unsur mikro ini harus tetap ada.
Pemberian larutan hara yang teratur sangat
penting pada hidroponik, karena media hanya
berfungsi sebagai penopang tanaman dan sarana
meneruskan larutan atau air ke akar tanaman tersebut.
Hara tersedia bagi tanaman pada pH 5.5 – 7.5
tetapi yang terbaik adalah 6.5, karena pada kondisi ini
unsur hara dalam keadaan mempunyai ikatan kimia
yang lemah.Unsur hara makro dibutuhkan dalam
jumlah besar dan konsentrasinya dalam larutan relatif
tinggi. Termasuk unsur hara makro adalah N, P, K,
Ca, Mg, dan S. Unsur hara mikro hanya diperlukan
dalam konsentrasi yang rendah, yang meliputi unsur
Fe, Mn, Zn, Cu, B, Mo, dan Cl. Kebutuhan tanaman
akan unsur hara berbeda-beda menurut tingkat
pertumbuhannya dan jenis tanaman (Jones dalam
Blogspot 2011)
Prihmantoro dan Indriani (2001) mengatakan
unsur unsur tersebut dibutuhkan tanaman karena
21 | B U D I D A Y A M E L O N H I D R O P O N I K
mempunyai fungsi sendiri sendiri dalam membantu
kelangsungan hidup tanaman. Fungsi tersebut adalah
sebagai berikut : a) Nitrogen (N), memacu
pertumbuhan daun dan batang serta membantu
pembentukan akar; b) Fosfor (P), membantu
pembentukan bunga dan buah serta mendorong
pertumbuhan akar muda; c) Kalium (K), membantu
pembentukan bunga dan buah serta menguatkan
tanaman; d) Kalsium (Ca), membantu pertumbuhan
ujung ujung akar serta bulu bulu akar; e) Magnesium
(Mg), ikut dalam membantu zat hijau daun dan
menyebarkan unsur fosfor ke seluruh tanaman; f)
Sulfur (S), bersama unsur fosfor dapat mempertinggi
kerja unsur lain dan memproduksi energy; g) Besi
(Fe), ikut dalam pembentukan zat hijau daun dan
menghasilkan klorofil serta membantu pembantukan
enzim pernafasan; h) Mangan (Mn), ikut dalam
pembentukan zat hijau daun dan membantu
penyerapan nitrogen; i) Borium (Bo), membantu
pertumbuhan meristem; j) Seng (Zn), ikut dalam
22 | B U D I D A Y A M E L O N H I D R O P O N I K
pembentukan auksin (hormon tumbuh); k)
Molibdenum (Mo), berperan dalam mengikat
Nitrogen sehingga penting untuk sayur-sayuran.
2.2.2. Pupuk A-B Mix Vegetatif
Nutrisi atau pupuk racikan adalah larutan yang dibuat
dari bahan bahan kimia yang diberikan melalui media
tanam, yang berfungsi sebagai nutrisi tanaman agar
tanaman dapat tumbuh dengan baik. Nutrisi atau
pupuk racikan mengandung unsur makro dan mikro
yang dikombinasikan sedemikian rupa sebagai nutrisi
(Karsono, Sudarmodjo dan Sutioso. 2002)
Nutrisi hidroponikatau pupuk A-B Mix
diformulasikan secara khusus sesuai dengan jenis
tanaman seperti tanaman buah (Paprika, Tomat,
Melon) dan Sayuran Daun ( Selada, Pakchoy, Caisim,
Bayam, Horenzo dsb) , Stroberi, Mawar, Krisan dan
lain-lain. Unsur-unsur yang dipakai atau digunakan
dalam meramu atau meracik
23 | B U D I D A Y A M E L O N H I D R O P O N I K
Tabel 2. Campuran-campuran yang digunakan dalam
membuat larutan nutrisi A-B Mix
24 | B U D I D A Y A M E L O N H I D R O P O N I K
dengan menggunakan asam kuat (asam nitrat, asam
sulfat, asam fosfat).Sedangkan untuk menaikkan pH
gunakan alkali kuat (KOH).
Pekatan A dan B tidak dapat dicampur karena bila
kation Ca dalam pekatan A bertemu dengan anion
sulfat dalam pekatan B akan terjadi endapan kalsium
sulfat sehingga unsur Ca dan S tidak dapat diserap
oleh akar. Tanaman pun menunjukkan gajala
defisiensi Ca dan S. Begitu pula bila kation Ca dalam
pekatan A bertemu dengan anion fosfat dalam pekatan
B akan terjadi endapan ferri fosfat sehingga unsur Ca
dan Fe tidak dapat diserap oleh akar. (Ardon, 2013)
25 | B U D I D A Y A M E L O N H I D R O P O N I K
burung dll. Proses budidaya tanaman dengan metode
hidroponik melalui beberapa tahapan sebagai berikut :
1. Persiapan media semai
2. Persemaian tanaman
3. Pemindahan bibit ke polybag
Setelah bibit siap untuk dipindahkan ke greenhouse
ada beberapa hal yang harus dilakukan/dipersiapkan
sebelun transplanting:
2.3.1 . Sanitasi Greenhouse
Kegiatan ini merupakan kegiatan untuk
membersihkan greenhouse dari rumput atau sisa
tanaman lainnya, sampah dan benda-benda lainnya
yang tidak diinginkan.
2.3.2 Sterilisasi Greenhouse
Sterilisasi dilakukan dengan tujuan untuk
membersihkan seluruh greenhouse dari
mikroorganisme (telur/larva, virus, bakteri dan fungi)
yang dapat merugikan tanaman. Ada beberapa bahan
yang sering digunakan dalam sterilisasi antara
26 | B U D I D A Y A M E L O N H I D R O P O N I K
formalin dan beberapa jenis pestisida, yang dalam
penggunaannya biasa dilakukan dengan cara:
• penyemprotan pestisida (insektisida dan
fungisida) dan diulang sampai 2-3 kali.
• Sehari sebelum media tanam ditata, greenhouse
disemprot dengan larutan lysol dengan konsentrasi 3-
5 cc/liter air.
27 | B U D I D A Y A M E L O N H I D R O P O N I K
BAB III
IRIGASI TETES (Drip irigation
system)
1. Irigasi
Hingga seperempat pertama abad 20,
pengembangan irigasi berkelanjutan merupakan
bagian dari pengembangan kemanusiaan.
Pengembangan fisik irigasi (bangunan berikut
jaringan irigasi) berada dalam kedudukan yang sama
penting dengan aspek pengelolaan (Sutardjo, 2001).
Irigasi secara umum didefenisikan sebagai
penggunaan air pada tanah untuk keperluan
penyediaan cairan yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan tanam – tanaman. Pemberian air irigasi
dapat dilakukan dalam lima cara: (1) dengan
penggenangan (flooding); (2) dengan menggunakan
alur, besar atau kecil; (3) dengan menggunakan air di
bawah permukaan tanah melalui sub irigasi, sehingga
28 | B U D I D A Y A M E L O N H I D R O P O N I K
menyebabkan permukaan air tanah naik; (4) dengan
penyiraman (sprinkling); atau dengan sistem cucuran
(trickle) (Hansen dkk, 1986).
2. Irigasi Tetes
Irigasi cucuran, juga disebut irigasi tetesan (drip),
terdiri dari jalur pipa yang ekstensif biasanya dengan
diameter yang kecil yang memberikan air yang
tersaring langsung ke tanah dekat tanaman. Alat
pengeluaran air pada pipa disebut pemancar (emitter)
yang mengeluarkan air hanya beberapa liter per jam.
Dari pemancar, air menyebar secara menyamping dan
tegak oleh gaya kapiler tanah yang diperbesar pada
arah gerakan vertikal oleh gravitasi. Daerah yang
dibatasi oleh pemancar tergantung kepada besarnya
aliran, jenis tanah, kelembaban tanah, dan
permeabilitas tanah vertikal dan horizontal (Hansen
dkk,1986).
Irigasi tetes merupakan cara pemberian air dengan
jalan meneteskan air melalui pipa-pipa secara
29 | B U D I D A Y A M E L O N H I D R O P O N I K
setempat di sekitar tanaman atau sepanjang larikan
tanaman. Disini hanya sebagian dari daerah perakaran
yang terbasahi, tetapi seluruh air yang ditambahkan
dapat diserap cepat pada keadaan kelembaban tanah
yang rendah. Jadi keuntungan cara ini adalah
penggunaan air irigasi yang sangat efisien (Hakim
dkk, 1986). Irigasi tetes dapat dibedakan atas dua
jenis yaitu irigasi tetes dengan pompa dan irigasi tetes
dengan gaya gravitasi. Irigasi tetes dengan pompa
yaitu irigasi tetes dengan sistem penyaluran air diatur
dengan pompa. Irigasi tetes pompa ini umumnya
memiliki alat dan perlengkapan yang lebih mahal
daripada irigasi sistem gravitasi Irigasi sistem
gravitasi adalah irigasi yang menggunakan gaya
gravitasi dalam penyaluran air dari sumber. Irigasi ini
biasanya terdiri dari unit pompa air untuk penyediaan
air, tangki penampungan untuk menampung air dari
pompa, jaringan pipa dengan diameter yang kecil dan
pengeluaran air yang disebut pemancar emitter yang
mengeluarkan air hanya beberapa liter per jam (
30 | B U D I D A Y A M E L O N H I D R O P O N I K
Hansen dkk, 1986). Hal yang perlu diketahui dalam
merancang irigasi tetes adalah sifat tanah, jenis tanah,
sumber air, jenis tanaman, dan keadaan iklim. Sifat
dan jenis tanah yang diperhatikan adalah kedalaman
tanah, tekstur tanah, permeabilitas tanah dan kapasitas
penyimpanan air (James dkk, 1982).
Pemberian air yang ideal adalah sejumlah air yang
dapat membasahkan tanah diseluruh daerah perakaran
sampai keadaan kapasitas lapang. Jika air diberikan
berlebihan mengakibatkan penggenangan di tempat-
tempat tertentu yang memburukkan aerasi tanah.
Pedoman yang umum tentang waktu pemberian air
adalah sekitar 60 % air yang tersedia di tanah. (Hakim
dkk, 1986).
3. Komponen Irigasi Tetes
3.1 Jaringan pipa pada irigasi tetes
Pipa yang digunakan pada irigasi tetes terdiri dari
pipa lateral, pipa sekunder dan pipa utama komponen
penting dari irigasi tetes. Tata letak dari irigasi tetes
dapat sangat bervariasi tergantung kepada berbagai
31 | B U D I D A Y A M E L O N H I D R O P O N I K
faktor seperti luas tanah, bentuk dan keadaan
topografi. Irigasi tetes tersusun atas dua bagian
penting yaitu pipa dan emitter. Air dialirkan dari pipa
dengan banyak percabangan yang biasanya terbuat
dari plastik yang berdiameter 12 mm (1/2 inchi) – 25
mm (1 inchi) (Hansen dkk, 1986). Ukuran pipa harus
cocok dengan pompa yang digunakan. Jaringan irigasi
tetes menggunakan pipa PVC (Polyvinylchloride) dan
PE (Poly Ethylene). Seluruh pipa tersebut diatur
sedemikian rupa sehingga terdapat pipa utama, pipa
sekunder dan kalau ada pipa tersier. Pipa yang
digunakan biasanya berukuran 0,5 – 1 inchi (1,27 –
2,54 cm) dan pipa sekunder 0,24 – 0,5 inchi (0,61 –
1,27 cm) (Najiyanti dan Danarti, 1993). Pipa utama
(main line, head unit) terdiri dari pompa, tangki
injeksi, filter utama, pengukur tekanan, pengukuran
debit dan katup pengontrol. Pipa utama umumnya
terbuat dari pipa polyvinylchloride (PVC), galvanized
steel atau besi cord yang berdiameter antara 7,5 – 25
cm. Pipa utama dapat dipasang di bawah permukaan
32 | B U D I D A Y A M E L O N H I D R O P O N I K
tanah (Prastowo, 2003). Pipa pembagi (sub-main,
manifold) dilengkapi dengan filter kedua yang lebih
halus (80 - 100m), katup solenoid, regulator tekanan,
pengukur tekanan dan katup pembuang. Pipa sub-
utama terbuat dari pipa PVC atau pipa HDPE (high
density polyethylene) dan diameter antara 50 – 75
mm. Penyambungan pipa pembagi dengan pipa utama
(Prastowo, 2003). Pipa lateral umumnya terbuat dari
pipa PVC fleksibel atau pipa politeline dengan
diameter 12 mm – 32 mm. Emiter dimasukkan ke
dalam pipa lateral pada jarak yang ditentukan yang
dipilih sesuai dengan tanaman dan kondisi tanah. Pipa
lubang ganda, pipa porus dan pipa dengan perforasi
yang kecil digunakan pada beberapa instalasi untuk
menggunakan keduanya sebagai pipa pembawa dan
sebuah system emitter (Hansen dkk, 1986). Menurut
Keller dan Bliesner (1990) dalam sistem irigasi tetes
tersusun atas pipa dan emiter. Air dialirkan dari pipa
dengan banyak percabangan yang biasanya terbuat
33 | B U D I D A Y A M E L O N H I D R O P O N I K
dari plastik yang diameter 12 mm (1/2 inchi) – 25 mm
(1 inchi).
3.2 Emiter
Emiter merupakan alat pengeluaran air yang
disebut pemancar. Emiter mengeluarkan dengan cara
meneteskan air langsung ke tanah ke dekat tanaman.
Emiter mengeluarkan air hanya beberapa liter per jam.
Dari emiter air keluar menyebar secara menyamping
dan tegak oleh gaya kapiler tanah yang diperbesar
pada arah gerakan vertikal oleh gravitasi. Daerah yang
dibasahi emiter tergantung pada jenis tanah,
kelembaban tanah, permeabilitas tanah. Emiter harus
menghasilkan aliran yang relatif kecil menghasilkan
debit yang mendekati konstan. Penampang aliran
perlu relatif lebar untuk mengurangi tersumbatnya
emiter (Hansen dkk, 1986). Menurut Keller dan
Bliesner (1990) emiter merupakan alat pembuangan
air, emiter dipasang di dekat tanaman dan tanah.
Semakin dekat ke tanah semakin efisien air yang
diterima tanah dan tanaman karena semakin besar
34 | B U D I D A Y A M E L O N H I D R O P O N I K
daerah yang terbasahi semakin tinggi kelembaban
tanah. Semakin dekat jarak emiter maka semakin
banyak daerah yang terbasahi. Berdasarkan
pemasangan di pipa lateral, penetes dapat menjadi (a)
On-line emitter, dipasang pada lubang yang dibuat di
pipa lateral secara langsung atau disambung dengan
pipa kecil; (b) In-line emitter, dipasang pada pipa
lateral dengan cara memotong pipa lateral. Penetes
juga dapat dibedakan berdasarkan jarak spasi atau
debitnya, yaitu (a) Point source emitter, dipasang
dengan spasi yang renggang dan mempunyai debit
yang relatif besar; (b) Line source emitter, dipasang
dengan spasi yang lebih rapat dan mempunyai debit
yang kecil. Pipa porous dan pipa berlubang juga
dimasukkan pada kategori ini (Prastowo, 2003).
3.3 Tabung Marihot
Tabung Marihot merupakan tabung untuk
mengalirkan air dengan head sesuai dengan rancangan
kita (20 cm – 250 cm). Prinsp kerja tabung marihot
adalah pengaliran air dengan tekanan atmosfir atau
35 | B U D I D A Y A M E L O N H I D R O P O N I K
dengan kata lain low pressure, sehingga air yang
keluar pada setiap emiter akan seragam. Tabung
marihot berfungsi sebagai wadah atau tangki air
irigasi/ larutan nutrisi yang dapat mengalirkan aliran
debit tetap, dan debit akan berubah pada elevasi yang
berbeda (pada head yang berbeda). Bagian ini
dilengkapi dengan selang-selang kecil untuk saluran
pemasukan udara dan saluran pengairan. Cara kerja
tabung marihot yaitu udara luar yang mempunyai
tekanan 1 atm masuk ke dalam tabung marihot
melalui lubang masuk udara, karena berat udara yang
lebih ringan dari larutan nutrisi (air irigasi) maka
udara luar yang masuk akan naik ke bagian atas
tabung marihot. Udara yang berada di bagian atas
tabung akan menekan air irigasi (larutan nutrisi) yang
ada dalam tabung marihot dengan tekanan tetap
sebesar 1 atm sehingga larutan nutrisi akan mengalir
keluar melalui lubang pengaliran dengan kecepatan
yang tetap. Adanya tekanan udara dan beda head yang
tetap ini akan menyebabkan kecepatan aliran nutrisi
36 | B U D I D A Y A M E L O N H I D R O P O N I K
tetap. Lubang pemasukan udara Penutup dan tempat
pemasukan larutan nutrisi. Selang pemasukan udara
dan indicator isi larutan nutrisi dalam tangki Kran
pembuka laju aliran nutrisi (output)
3.4 Tekanan
Menurut Erizal (2003) keseragaman pemberian air
ditentukan berdasarkan variasi debit yang dihasilkan
emiter. Karena debit merupakan fungsi dari tekanan
operasi, maka variasi tekanan operasi merupakan
faktor keseragaman aliran. Oleh karena tekanan
berpengaruh pada debit emiter maka semakin besar
tinggi air tangki penampungan akan semakin tinggi
pula tekanan. Sehingga debit akan semakin besar.
37 | B U D I D A Y A M E L O N H I D R O P O N I K
3.5 Debit
Debit adalah banyaknya volume air yang mengalir
per satuan waktu. Pada irigasi tetes debit yang
diberikan hanya beberapa liter per jam. Umumnya
debit rata-rata dari emiter tersedia dari suplier
peralatan. Debit untuk irigasi tetes bergantung dari
jenis tanah dan tanaman. Debit irigasi tetes yang
umum digunakan 4 ltr/jam, namun ada beberapa
pengelolaan pertanian menggunakan debit 2, 6, 8
ltr/jam. Penggunaan debit berdasarkan jarak tanam
dan waktu operasi (Keller dan Bliesner, 1990).
Menurut James dkk (1982) pemberian air dalam
jumlah yang kecil kemungkinan tidak akan dapat
terserap oleh tanah dan tanaman, namun pemberian
air dalam jumlah yang besar akan menimbulkan
genangan dan aliran permukaan. Pemberian air pada
irigasi tetes erat kaitannya dengan debit, hanya saja
pada irigasi tetes debit relatif kecil per detiknya.
Variasi Debit Emiter Emiter yang baik haruslah
menghasilkan debit yang sama pada tekanan operasi
38 | B U D I D A Y A M E L O N H I D R O P O N I K
yang sama. Akan tetapi, setiap emiter tidak dapat
dibuat persis sama. Tingkat variasi pabrikasi emiter
(coefficient of manufacturing for the emitter), v. Nilai
v yang disarankan diklasifikasikan seperti pada Tabel
1 berikut
39 | B U D I D A Y A M E L O N H I D R O P O N I K
BAB IV
BUDIDAYA MELON SECARA
HIDROPONIK (DRIP IRIGATION
TECNIQUE)
40 | B U D I D A Y A M E L O N H I D R O P O N I K
Harga sekam padi murah dan mudah
didapatkan
Mudah dalam pembuatan dan biaya pembuatan
murah
Pemanfaatan limbah pertanian
Arang sekam mudah menyerap air
Arang sekam mudah menyimpan oksigen yang
baik untuk akar
41 | B U D I D A Y A M E L O N H I D R O P O N I K
Pilih lokasi pembakaran yang jauh dari perumahan
atau jalan, karena proses pembakaran sekam padi
akan menimbulkan asap yang tebal.
Sebaiknya alas tempat pembakaran terbuat dari lantai
keras yang tahan panas, atau alasi bagian bawah
dengan plat seng sebelum melakukan pembakaran.
Hal ini untuk memudahkan pengambilan arang sekam.
2. Berdirikan cerobong di tanah yang rata dan beri
penyangga di sekitar cerobong agar bisa berdiri
dengan tegak dan kuat.
3. Masukan serabut kelapa atau koran pada lubang
cerobong.
4. Tuangkan sekam padi yang sudah disediakan di
sekeliling cerobong hingga rata
5. Bakar serabut kelapa atau kertas Koran tadi jika
sulit bisa ditambah sedikit minyak
agar mudah terbakar.
6. Api di dalam cerobong akan menjalar melalui
lubang-lubang dan menjalar membakar sekam.
42 | B U D I D A Y A M E L O N H I D R O P O N I K
7. lakukan pembalikan secara rutin dalam proses
pembakaran agar sekam tersebut terbakar merata dan
tidak menjadi abu.
8. Proses pembakaran ini bertujuan agar sekam mpadi
menghitam menjadi arang bukan menjadi abu, maka
proses pembakaran harus selalu dipantau.
9. Jika sudah menghitam rata / sudah menjadisekam ,
matikan bara api dengan cara
menyiram dengan air. Ingat pastikan bara api benar-
bemar sudah padam
10. siram arang sekam dengan air tujuannya agar api
pada arang sekam bener-benar padam, kemudian
ditiriskan.
45 | B U D I D A Y A M E L O N H I D R O P O N I K
4.4 Persyaratan Benih
Tanaman melon yang sehat dan berproduksi
optimal berasal dari bibit tanaman yang sehat, kuat
dan terawat baik pada awalnya. Benih direndam
kedalam larutan Furadam dan Atonik selama 30
menit. Benih yang baik berada di dasar air, dan benih
yang kurang baik akan mengapung di atas permukaan
air. Oleh sebab itu pembibitan merupakan kunci
keberhasilan suatu budidaya melon.
4.5 Penyiapan Benih
4.5.1 Pengadaan benih secara generatif
Fase generatif ditandai dengan keluarnya bunga.
Pada fase ini tanaman memerlukan banyak unsur
fosfor untuk memperkuat akar dan membentuk biji
pada buah. Pada fase ini apabila tanaman dalam
kondisi sehat maka jaringjaring pada buah diharapkan
muncul secara merata.
46 | B U D I D A Y A M E L O N H I D R O P O N I K
4.5.2 Pengadaan benih secara vegetatif (Kultur
Jaringan)
Dengan metoda kultur jaringan, pemilihan media
tanam dan sumber eksplan yang digunakan haruslah
tepat agar memberikan hasil yang maksimal.
4.5.3 Sumber benih
Untuk menanam melon kita harus mengetahui
sumber benihnya terlebih dahulu. Sebaiknya selalu
menggunakan benih asli (F1 hibrid).
4.5.4 Cara penyimpanan benih
Benih harus disimpan ditempat yang kering dan
tempat untuk menyimpan benih dapat dibuatkan
rumah pembibitan yang sederhana karena mengingat
umur benih hanya selama 10– 14 hari, karena untuk
melindungi benih tanaman yang masih muda dari terik
sinar matahari, air hujan, dan serangan hama maupun
penyakit. Alas rumah pembibitan, tempat polibag
diletakkan dilapisi kertas koran agar perakaran bibit
tidak menembus ke dalam tanah.
4.5.5 Kebutuhan benih
47 | B U D I D A Y A M E L O N H I D R O P O N I K
Benih yang dibutuhkan sesuai dengan populasi tanam
ditambah 10% untuk cadangan penyulaman.
4.5.6 Perlakuan benih
Benih melon memerlukan perlakuan yang lebih
sederhana dibandingkan dengan benih semangka
non‐biji. Hal ini karena kulit melon cukup tipis
sehingga tidak memerlukan perlakuan ekstra.
Perlakuan untuk benih melon adalah pencucian,
perendaman, serta pemeraman benih.
50 | B U D I D A Y A M E L O N H I D R O P O N I K
Bibit melon dipindahkan ke lapangan apabila sudah
berdaun 4–5 helai atau tanaman melon telah berusia
10–14 hari. Cara pemindahan tidak berbeda dengan
cara pemindahan tanaman lainnya, yaitu kantong
plastik polibag dibuang secara hati‐hati lalu bibit
berikut tanahnya ditanam pada polibag yang sudah
dilubangi sebelumnya, media tanam pada polybag
penanaman jangan sampai kekurangan air.
4.8 Teknik Penanaman
Cara Penanaman
Bibit yang telah di semai ±2 minggu dipindahkan
kedalam polibag tanam. Akar tanaman diusahakan
tidak sampai rusak saat menyobek polibag kecil.
Buatlah lubang tanam ±3cm dari atas permukaan
polibag kemudian masukkan bibit beserta akarnya
dengan hati-hati.
51 | B U D I D A Y A M E L O N H I D R O P O N I K
4.9 Pemeliharaan Tanaman
4.9.1 Penjarangan dan Penyulaman
Penjarangan dan penyulaman dilakukan bila dalam
waktu 2 (dua) minggu setelah tanam bibit tidak
menunjukkan pertumbuhan normal. Tanaman dicabut
beserta akarnya kemudian diganti dengan
bibit/tanaman baru. Hal ini sebaiknya dilakukan pada
sore hari agar tanaman muda ini dapat lebih
beradaptasi dengan lingkungan barunya. Penyulaman
dan penjarangan biasanya dilakukan selama 3 – 5 hari,
karena kemungkinan dalam seminggu pertama masih
ada tanaman lainnya yang perlu disulam. Saat setelah
selesai penjarangan dan penyulaman tanaman baru
harus disiram air.
4.9.2 Penyiangan
Gulma yang tidak dibersihkan menyebabkan
lingkungan pertanaman lembab sehingga merangsang
penyakit. Gulma juga dapat sebagai inang hama dan
nematoda yang merugikan.
52 | B U D I D A Y A M E L O N H I D R O P O N I K
4.9.3 Perempalan
Perempelan dilakukan terhadap tunas/cabang air yang
bukan merupakan cabang utama.
4.9.4 Pemupukan
Pemupukan diberikan sebanyak 3 kali, yaitu dengan
menyemprotkan pupuk gandasil D kepada tanaman.
4.9.5 Pemeliharaan Lain
a)Pemasangan tali
tali dipasang untuk rambatan, tali dapat di pasang
setelah selesai membuat pembubunan dan selesai
mensterilkan kebun. Atau dapat juga tali dipasang
sesudah bibit ditanam, dan bibit sudah mengeluarkan
sulur‐sulurnya kira‐kira tingginya adalah 50 cm. Tali
harus terbuat dari bahan yang kuat sehingga mampu
menahan beban buah dengan bobot kira‐kira 1,5-2,5
kg. Tempat ditancapkannya tonggak tali dengan jarak
kira‐kira 25 cm dari pinggir tanaman baik kanan
maupun kiri.
53 | B U D I D A Y A M E L O N H I D R O P O N I K
b)Pemangkasan
Pemangkasan yang dilakukan pada tanaman melon
bertujuan untuk memelihara cabang sesuai dengan
yang dikehendaki. Tinggi tanaman dibuat rata‐rata
antara titik ke‐9 sampai ke‐25 (bagian ruas, cabang
atau buku dari tanaman tersebut). Pemangkasan
dilakukan kalau udara cerah dan kering, supaya bekas
luka tidak diserang jamur.
4.10. HAMA DAN PENYAKIT
4.10.1. Hama
1) Kutu aphids (Aphis gossypii Glover )
Ciri: Hama ini mempunyai getah cairan yang
mengandung madu dan di lihat dari kejauhan
mengkilap. Hama ini menyerang tanaman melon yang
ada di lahan penanaman. Aphids muda yang
menyerang melon berwarna kuning, sedangkan yang
dewasa mempunyai sayap dan berwarna agak
kehitaman. Gejala: daun tanaman menggulung dan
pucuk tanaman menjadi kering akibat cairan daun
yang dihisap hama. Pengendalian: (1) gulma harus
54 | B U D I D A Y A M E L O N H I D R O P O N I K
selalu dibersihkan agar tidak menjadi inang hama; (2)
tanaman yang terserang parah harus disemprot secara
serempak dengan insektisida Perfekthion 400 EC
(dimethoate) dengan konsentrasi 1,0–2,0 ml/liter; (3)
tanaman yang telah terjangkit virus harus dicabut dan
dibakar (dimusnahkan).
2) Thirps (Thirps parvispinus Karny)
Ciri: Hama ini menyerang saat fase pembibitan
sampai tanaman dewasa. Nimfa thirps berwarna
kekuning‐kuningan dan thirps dewasa berwarna coklat
kehitaman. Thirps berkembang biak sangat cepat
secara partenogenesis (mampu melahirkan keturunan
meskipun tidak kawin). Serangan dilakukan di musim
kemarau. Gejala: daun‐daun muda atau tunas‐tunas
baru menjadi keriting, dan bercaknya kekuningan;
tanaman keriting dan kerdil serta tidak dapat
membentuk buah secara normal. Kalau gejala ini
timbul harus diwaspadai karena telah tertular virus
yang dibawa hama thirps. Pengendalian: menyemprot
dengan racun kontak, 3–4 hari sekali.
55 | B U D I D A Y A M E L O N H I D R O P O N I K
4.10.2. Penyakit
1) Layu bakteri
4.11 PANEN
58 | B U D I D A Y A M E L O N H I D R O P O N I K
4.11.1 Ciri dan Umur Panen
a) Tanda/ciri Penampilan Tanaman Siap Panen
1) Ukuran buah sesuai dengan ukuran normal
2) Serat jala pada kulit buah sangat nyata/kasar
3) Warna kulit hijau kekuningan.
b) Umur Panen sesuai dengan varietas
c) Waktu Pemanenan yang baik adalah pada pagi hari.
4.11.2 Cara Panen
59 | B U D I D A Y A M E L O N H I D R O P O N I K
1) Potong tangkai buah melon dengan pisau, sisakan
minimal 2,0 cm untuk memperpanjang masa simpan
buah.
2) Tangkai dipotong berbentuk huruf “T”, maksudnya
agar tangkai buah utuh dan kedua sisi atasnya
merupakan tangkai daun yang telah dipotong
daunnya.
3) Pemanenan dilakukan secara bertahap, dengan
mengutamakan buah yang benarbenar telah siap
dipanen.
4) Buah yang telah dipanen dikumpulkan disuatu
tempat untuk disortir. Kerusakan buah akibat
terbentur/cacat fisik lainnya, sebaiknya dihindari
karena akan mengurangi harga jual terutama di
swalayan.
4.11.3 Periode Panen
Panen dilakukan secara bertahap, dengan
mengutamakan buah yang benar‐benar telah siap
panen.
60 | B U D I D A Y A M E L O N H I D R O P O N I K
4.12 PASCAPANEN
Pascapanen merupakan serangkaian kegiatan yang
dilakukan setelah melon dipanen. Kesalahan
penanganan dalam pascapanen akan mempengaruhi
kwalitas/penampilan buah melon.
9.1. Pengumpulan
Buah‐buah melon yang telah dipanen dikumpulkan
pada suatu tempat untuk segera disortir. Saat panen
kerusakan buah sebaiknya dihindari akibat terbentur
atau cacar fisik lainnya, karena akan mengurangi
harga jual terutama untuk konsumsi pasar swalayan.
Penyortiran dan Penggolongan
Melon yang telah dipanen, diangkut dan dikumpulkan
di suatu tempat kemudian di sortasi. Buah yang sehat
dan utuh dipisahkan dari buah yang cacat fisik
maupun cacat karena serangan hama dan penyakit.
Buah melon yang berkualitas bagus kemudian di
lakukan penggolongan melon berdasarkan tiga kelas.
1) Kelas M1 yaitu melon berbobot 1,5 kg/lebih
jaring berbentuk sempurna.
61 | B U D I D A Y A M E L O N H I D R O P O N I K
2) Kelas M2 yaitu melon berbobot 1–1,5 kg
jaringnya terbentuk hanya 70% saja.
3) Kelas M3 yaitu bobot buahnya bervariasi
dengan jaring sedikit atau tidak berbentuk sama
sekali. Hal ini terjadi karena tanaman belum
saatnya dipanen tapi telah mati terlebih dahulu
akibat serangan hama.
Penyimpanan
Buah melon yang sudah dipetik, tidak boleh ditumpuk
satu sama lain, dan buah yang belum terangkut dapat
disimpan dalam gudang penyimpanan. Buah ditata
secara rapi dengan dilapisi jerami kering. Tempat
penyimpanan buah harus bersih, kering dan bebas dari
hama seperti kecoa atau tikus. Melon yang sudah
terlalu masak jangan disatukan dengan buah yang
setengah masak (mengkal). Bila ada buah yang mulai
busuk harus di jauhkan dari tempat penyimpanan.
.
62 | B U D I D A Y A M E L O N H I D R O P O N I K