Anda di halaman 1dari 3

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Melon (Cucumis melo L.)


Tanaman melon termasuk famili Cucurbitaceae. Spesies ini memiliki keragaman yang tinggi
dan banyak ditanam di wilayah tropis maupun subtropis (Nayar dan Singh, 1994). Varietas
melon dikelompokkan menjadi enam grup, diantaranya: Cantaloupensis (true cantaloupe
melon), Reticulatus (netted melon), Inodorus (winter melon), Flexosus, Conomon, Dudain, dan
Momordica. Namun, dari enam grup tersebut, varietas melon dapat dikelompokkan menjadi
tiga grup utama, yaitu Cantaloupensis, Inodorus, dan Reticulatus (Saltveit, 2011). Ketiga grup
tersebut semuanya dapat dijumpai di Indonesia (Suwarno dan Sobir, 2007).
Melon berasal dari Lembah Panas Persia atau daerah Mediterania yang merupakan
perbatasan antara Asia Barat dengan Eropa dan Afrika. Tanaman ini akhirnya tersebar luas ke
Timur Tengah dan ke Eropa. Pada abad ke-14 melon dibawa ke Amerika oleh Colombus dan
akhirnya ditanam luas di Colorado, California, dan Texas. Hingga saat ini melon tersebar
keseluruh penjuru dunia terutama di daerah tropis dan subtropis termasuk Indonesia
(Kemenristek, 2000).

Gambar 1. Melon (Cucumis melo L.)

Batang tanaman melon umumnya bulat berbeda dengan timun yang memiliki batang
bersudut. Tanaman ini tumbuh menjalar dengan ruas yang pendek. Sulurnya tidak bercabang
dan tumbuh diantara ruas. Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1999) daun melon berbentuk
agak bundar, bulat telur atau seperti ginjal dengan lebar sekitar 8–15 cm dan bersudut-sudut
atau memiliki 5–7 lekuk dangkal. Sistem perakaran pada tanaman melon biasanya agak luas
tetapi agak dangkal. Secara umum, klasifikasi ilmiah tanaman melon adalah sebagai berikut:
Kingdom: Plantarum
Divisi: Spermatophyta
Subdivisi: Angiospermae
Kelas: Dikotil
Subkelas: Sympetalae
Ordo: Cucurbitales
Famili: Cucurbitaceae
Genus: Cucumis
Spesies: Cucumis melo L.
Menurut Sobir dan Siregar (2014) melon termasuk jenis tanaman yang tidak dapat
dibudidayakan pada kisaran wilayah yang luas. Hal ini ditunjukkan dengan kemampuan
tanaman untuk mampu tumbuh dan berproduksi baik pada rentang wilayah ketinggian 250 -
700 m di atas permukaan laut (dpl). Di dataran rendah yang ketinggiannya kurang dari 250 m
di atas permukaan laut ukuran melon umumnya berukuran relatif lebih kecil dan dagingnya
agak kering (kurang berair). Suhu ideal bagi pertumbuhan melon berkisar 25–30°C dengan
tingkat kelembapan 50–70%. Rubatzky dan Yamaguchi (1999) menyebutkan bahwa
kelembapan rendah dapat mengurangi munculnya sebagian besar penyakit daun. Penyakit daun
dapat menyebabkan kerontokan daun dan menyebabkam buah lebih rentan dan mudah terbakar
matahari. Melon tidak dapat tumbuh jika suhu kurang dari 18°C. Tanaman melon akan tumbuh
dengan baik jika pH berkisar antara 5.8 hingga 7.2. dengan kecepatan angin dibawah 20
km/jam. Curah hujan yang optimum yaitu 1 500-2 500 mm/tahun.
Melon dapat tumbuh di beberapa tipe tanah tetapi akan berproduksi optimum pada
tanah bertekstur lempung berpasir atau jenis tanah dengan kelas latosol, andosol, dan aluvial.
Menurut Perwanto dan Susila (2014) pada tanah latosol mudah terjadi granulasi sehingga
drainase tanahnya sangat baik. Penggunaan tanah ini untuk budidaya buah-buahan memerlukan
pengapuran dan pemupukan intensif. Tanah aluvial terbentuk dari endapan sungai akibat banjir
karena itu sifat dan kesuburannya dipengaruhi bahan asalnya. Rubatzky dan Yamaguchi (1999)
menambahkan bahwa tanah bertekstur halus berpotensi lebih produktif tetapi cenderung
menunda waktu pematangan buah.
Buah melon memiliki ciri kematangan yang sangat variatif, hal ini terkait genotip
termasuk sifat klimakterik dan nonklimakterik pada buah tersebut (Flores et al., 2002;
Beaulieu, 2005). Secara komersial, buah melon yang menunjukkan perilaku klimakterik
memiliki umur simpan yang lebih singkat dan menghasilkan aroma yang lebih kuat
dibandingkan buah melon yang bersifat nonklimakterik, karena komponen aroma diproduksi
hanya pada proses yang bergantung pada keberadaan etilen. Biasanya, melon dari grup
Cantaloupensis dan Reticulatus merupakan jenis melon yang bersifat klimakterik, sedangkan
jenis melon dari grup Inodorus bersifat nonklimakterik. Kebanyakan melon bersifat
klimakterik memiliki daging buah berwarna jingga, aroma yang kuat, dan pelunakan daging
buah yang cepat selama pematangan. Melon nonklimakterik biasanya berdaging putih
kehijauan, aroma yang lemah, dan perubahan kekerasan daging yang lambat selama
penyimpanan, sehingga melon jenis ini memiliki umur simpan yang lebih panjang
dibandingkan varietas klimakterik (Wang et al., 2011).
Buah melon dipanen berdasarkan tingkat kematangannya, bukan berdasarkan ukuran.
Meskipun ukuran buah sangat berpengaruh terhadap daya pemasaran, kandungan padatan
terlarut (seperti gula) merupakan faktor utama penentu tingkat kematangan buah (Saltveit,
2011). Kandungan gula dalam daging buah melon yang telah dipanen tidak mengalami
peningkatan karena pada saat dipanen, buah yang telah matang tidak memiliki cadangan pati
yang dapat dihidrolisis menjadi gula.
Adapun syarat mutu melon secara umum antara lain: utuh, kompak (firm), penampilan
segar, bentuk dan warna sesuai dengan karakteristik varietas, layak dikonsumsi, bersih, bebas
dari kerusakan mekanis, dan bebas hama penyakit (BSN, 2013). Buah melon yang digemari
oleh masyarakat atau konsumen adalah buah melon yang memiliki kemanisan yang tepat. Buah
melon di pasaran dikelompokkan berdasarkan kelas-kelas mutu, sehingga dapat diketahui
masing-masing persyaratan dari kelas mutu tersebut. Syarat mutu melon disajikan pada Tabel
2.
Tabel 1. Syarat mutu buah melon
Kelas mutu Persyaratan
Kelas super Bebas dari kerusakan
Kelas 1 Kerusakan maksimum 10% dari total permukaan dan tidak
memengaruhi isi buah
Kelas 2 Kerusakan maksimum 15% dari total permukaan dan tidak
memengaruhi isi buah
Sumber: BSN (2013)

Anda mungkin juga menyukai