Pengertian
Keperawatan mandiri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam menjaga
fungsi tubuh dan kehidupan yang harus dimilikinya. Menurut Orem, keperawatan
mandiri adalah pelaksanaan kegiatan yang diprakarsai dan dilakukan oleh
individu itu sendiri untuk memenuhi kebutuhan guna mempertahankan kehidupan,
kesehatan dan kesejahteraan sesuai keadaan sehat sakit (Orem, 1980).
Individu : Integrasi keseluruhan fisik, mental, psikologis dan sosial dengan
berbagai variasi tingkat kemampuan keperawatan mandiri.
“Self Care” : referensi untuk mengkaji kebutuhan dan pilihan yang teliti
bagaimana untuk memenuhi kebutuhan.
Keperawatan : pelayanan terhadap manusia, proses interpersonal dan teknikal
merupakan tindakan khusus. Tindakan keperawatan untuk meningkatkan
keperawatan mandiri dan kemampuan perawatan mandiri yang terapeutik. Asuhan
keperawatan mandiri dapat digunakan dalam praktik keperawatan keluarga.
Sasaran
1. Menolong klien atau keluarga untuk keperawatan mandiri secara teraupetik
2. Menolong klien bergerak kearah tindakan asuhan mandiri
3. Membantu anggota keluarga merawat anggota keluarga yang mengalami
gangguan
c. Tujuan
Tujuan keperawatan pada model Orem’s secara umum adalah :
Menurunkan tuntutan self care kepada tingkat dimana klien dapat memenuhinya,
ini berarti menghilangkan self care deficit.
Memungkinkan klien meningkaatkan kemampuannya untuk memenuhi tuntutan
self care
Memungkinkan orang yang berarti (bermakna) bagi klien untuk memberikan
asuhan depenent (dependent care) jika self carae tidak memungkinkan, oleh
karena self care deficit apapun dihilangkan.
Jika ketiganya diatas tidak ada yang tercapai, perawat secara langsung dapat
memenuhi kebutuhan-kebutuhan self care klien
Tujuan keperawatan pada model Orem’s yang diterapkan kedalam praktek
keperawatan keluarga/komunitas adalah:
- Menolong klien dalam hal ini keluarga untuk keperawatan mandiri secara
therpeutik
- Menolong klien bergerak kearah tindakan-tindakan asuhan mandiri
- Membantu anggota keluarga untuk merawat anggota keluarganya yang
mengalami gangguan secara kompoten.
Dengan demikian maka focus asuhan keperawatan pada model Orem’s yang
diterapkan pada praktek keperawatan keluarga / komunitas adalah:
- Aspek Interpersonal : Hubungan didalam keluarga
- Aspek sosial : Hubungan keluarga dengan masyarakat disekitarnya.
- Aspek Prosedural : Melatih keterampilan dasar keluarga sehingga mampu
mengantisipasi perubahan yang terjadi
- Aspek Tehnis : Mengerjakan kepada keluarga tentang tehnik dasar yan dilakukan
dirumah misalnya melakukan tindakan kompres secara benar
C. PERENCANAAN
1. Pendidikan kesehatan tentang ganggguan kardiovaskular, nutrisi
2. Demonstrasi keterampilan stress dan relaksasi
3. Lakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan kardiovaskular melalui pemeriksaan
tekanan darah
4. Bekerja sama dengan ahli gizi untuk menetapkan diet gizi yang berisiko
D. INTERFENSI KEPERAWATAN
Intervensi keperawatan yang bertujuan untuk menurunkan stressor melalui
pencegahan primer, sekunder, dan tertier
Sehat menurut model Neuman adalah suatu keseimbangan bio-psiko-
sosiokultural-spritual pada tiga garis pertahanan klien yaitu fleksibel, normal dan
resisten. Keperawatan ditujukan untuk mempertahankan keseimbangan tersebut
dengan berfokus pada empat intervensi yaitu yang bersifat promosi yang
dilakukan bila ganguan yang terjadi pada garis pertahanan fleksibel; intervensi
yang bersifat prevensi jika yang terganggu adalah garis pertahanan normal; dan
intervensi yang bersifat kurasi dan rehabilitasi apabila garis pertahanan resisten
terganggu.
Keperawatan sebagai ilmu dan kiat, mempelajari tidak terpenuhinya kebutuhan
dasar manusia pada klien (individu, keluarga, kelompok, dan komunitas) yang
berhubungan dengan ketidakseimbangan yang terjadi pada ketiga garis pertahanan
tersebut dan berupaya membantu mempertahankan keseimbangan untuk sehat.
Intervensi yang dilakukan terhdap klien ditujukan pada garis pertahanan yang
mengalami gangguan.
1. Intervensi yang bersifat promosi berupa:
a. Pendidikan kesehatan
b. Mendemonstrasikan keterampilan keperawatan dasar yang dapat dilakukan klien
di rumah/komunitas yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan atau
menyeimbangkan garis pertahanan normal
2. Intervensi yang bersifat prevensi, berupa:
a. Deteksi dini pada gangguan kesehatan/gangguan keseimbangan garis pertahanan ,
misalnya: deteksi diri tumbuh kembang anak, keluarga, dll,
b. Memberikan zat kekebalan pada klien yang bersifat individu, misalnya imuisasi,
atau yang bersifat keluarga/komunitas, misalnya konseling awal(konseling pra-
nikah), dll
c. Intervensi yang dilakukan di no. 1
3. Intervensi yang bersifat kuratif dan rehabilitatif berupa:
a. Melakukan prosedur keperawatan yang memerlukan kepakaran perawat,
misalnya melatih klien untuk duduk dan berjala
b. Memberikan konseling untuk penyelesaiaan masalah
c. Memberikan konseling untuk penyelesaiaan masalah
d. Melalukan kerjasama lintas program/sectoral untuk penyelesaiaan masalah
e. Melakukan rujukan keperawatan atau non keperawatan (lintas program/sectoral)
f. Bekerjasama dengan aparat pemda setempat untuk mengamankan
lilngkungan/komunitas apabila stressor berasal dari lingkungan
g. Rujukan ke RS bila diperlukan
E. PELAKSANAAN
Perawat bertanggung jawab untuk melaksanakan tindakan yang telah
direncanakan yang sifatnya:
1. Bantuan untuk mengatasi masalah kardiovaskular di komunitas, mempertahankan
kondisi yang seimbang sehat dan meningkatkan kesehatan
2. Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah gangguan
kardiovaskular
3. sebagai advokat bagi komunitas dan sekaligus untuk memfaslitasi terpenuhinya
kebutuhan komunitas
F. EVALUASI
1. Menilai respon verbal dan non verbal komunitas setelah intervensi dilakukan
2. Mencatat adanya kasus baru yang dirujuk kerumah sakit
3. Memodifijasi perencanaan sesui dengan kasus baru yang ada
4. Model Adaptasi C. Roy (1976)
a. Teori Adaptasi Sister calista Roy
Dalam asuhan keperawatan, menurut Roy (1984) sebagai pnerima asuhan
keperawatan adalah individu, keluarga, kelompok, masyarakat yang dipandang
sebagai “Holistic adaptic system” dalam segala aspek yang merupakan satu
kesatuan
System adalah suatu kesatuan yang dihubungkan karena fungsinya sebagai
kesauan untuk beberapa tujuan dan adanya saling ketergantungan dari setiap
bagian-bagiannya.sistem terdiri dari proses input, output, control dan umpan balik
(Roy, 1991)
b. Tujuan dari aplikasi model adaptasi pada keperawatan komunitas adalah untuk
mempertahankan perilaku adaptif dan mengubah perilaku maladaftive pada
komunitas.adapun upaya pelayanan keperawatan yang dilakukan adalah untuk
meningkatkan kesehatan dengan cara mempertahankan perilaku adaptif.
Intervensi keperatan ditujukan untuk menekan stressor dan meningkatkan
mekanisme adaptasi. Melalui model adaptasi, diharapkan masalah kesehatan
komunitas yang dapat diatasi dengan mengubah atau meningkatkan perilaku
adaptif komunitas/masyarakat.
Menurut Roy elemen dari proses keperawatan meliputi pengkajian tingkat
pertama dan kedua, diagnosa keperawatan, penentuan tujuan, intervensi dan
evaluasi
Fokus dari model ini adalah adaptasi dan tujuan pengkajian adalah
mengidentifikasi tingkah laku yang actual dan potensial apakah memperlihatkan
maladaptive dan mengidentifikasi stimulus atau penyebab perilaku
maladaptif.Empat model adaptasi dapat digunakan sebagai dasar kerangka kerja
untuk pedoman pengkajian. Mode ini juga meliputi psikologis, konsep diri, fungsi
peran dan model interdependensi.
Roy merekomendasikan pengkajian dibagi menjadi dua bagian, yaitu tahap dan
pengkajian tahap II
a) Tahap I : Pengkajian Perilaku
Ini merupakan tahap proses keperawatan yang bertujuan mengumpulkan data dan
memutuskan klien adptif dan maladaptive. Termasuk dalam model ini adalah
kebutuhan dasar manusia apakah dapat dipengaruhi oleh kekurangan atau
kelebihan. Misalnya terlalu sedikit oksigen, terlalu tinggi gula darah atau terlalu
banyak ketergantungan. Perawat menggunkan wawancara, observsi dan
pengukuran untuk mengkaji perilaku klien sekarang dan setiap mode. Berdasarkan
pengkajian ini perawat menganalisis apakah perilaku ini adaptif, maladaptive atau
potensial maladaptive.
b) Tahap II: Pengkajian faktor - faktor yang berpengaruh
Pada tahap ini termasuk pengkajan stimuli yang signifikan terhadap perubahan
perilaku seseorang yaitu stimuli focal, kontekstual dan residual.
Identifikasi stimuh focal
Stimuli tocal merupakan perubahan penilaku yang dapat diobserasi. Perawat dapat
melakukan pengkaian dengan menggunakan pengkajian perilaku yaltu :
Keterampilan melakukan observasi, melakukan pengukuran dan interview.
Identifikasi stimuli kontekstual
Stimuli kontekstual ini berkontribusi terhadap penyebab terjadinya perilaku atau
presipitasi oleh stimulus focal. Sebagal contoh anak yang di rawat dirumah sakit
mempunyai peran perilaku yang inefektif yaitu tidak belajar. Focal stimulus yang
dapat dildentifikasi adalah adanya fakta bahwa anak kehlangan skedul sekolah.
Stimulus kontekstual yang dapat diidentiflkasi adalah secara internal faktor anak
menderita sakit dan faktor eksternalnya adalah anak terisolasi. Stimulasi
kontekstual dapat diidentifikasi oleh perawat melalul observasi, pengukuran,
interview dan validasi.
Menurut Martinez, 1976 dalam Roy 1989, faktor kontekstual yang mempengaruhi
mode adaptif adalah genetic, sex, tahap perkembangan, obat, alkohol, tembakau,
konsep diri, peran fungsi, interdependensi, pola interaksi sosial, koping
mekanisme, stress emosi dan fisik religi, dan lingkungan fisik.
Identifikasi stimuli residual
Pada tahap ini yang mempengaruhi adalah pengalaman masa lalu. Helson dalam
Roy, 1989 menjelaskan bahwa beberapa faktor dari pengalaman lalu relevan
dalam menjelaskan bagaimana keadaan saat ini. Sikap, budaya, karakter adalah
faktor residual yang sulit diukur dan memberikan efek pada situasi sekarang.
c) Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan menurut teori adaptasi Roy didefinisikan sebagai suatu
hasil dari proses pengambilan keputusan berhubungan dengan kurang mampunya
adaptasi. Diagnosa keperawatan dirumuskan dengan mengobservasi tingkah laku
kilen terhadap pengaruh lingkungan. Menurut Roy (1991) ada 3 metode dalam
membuat diagnosa keperawatan
Menggunakan 4 (empat) model adaptif, yaitu fisiologis, konsep diri, fungsi peran
dan interdependen
d) Penentuan Tujuan
Roy (1984) menyampaikan bahwa secara urnum tujuan pada intervensi
keprawatan adalah untuk mempertahankan dan mempertinggi perilaku adaptif dan
mengubah perilaku inefektif menjadi adaptif. Penentuan tujuan dibagi atas tujuan
jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan jangka panjang yang akan
dicapai meliputi : Hidup, tumbuh, reproduksi dan kekeuasaan. Tujuan jangka
pendek meliputi tercapainya tingkah laku yang diharapkan setelah dilakukan
manipulasi terhadap stimulus focal, konteksual dan residual.
e) Intervensi
Intervensi keperawatan dilakukan dengan tujuan , mengubah atau memanipulasi
stimulus fokal, kontekstual dan residual, juga difokuskan pada koping individu
atau zona adaptasi, sehingga seluruh rangsang sesuai dengan kemampuan indMdu
untuk beradaptasi.
f) Tindakan keperawatan berusaha membantu stimulus menuju perilaku adaptif. Hal
ini menekankan kembali pentingnya mengidentifikasi penyebab selama
pengkajian tahap II.
g) Evaluasi
Evaluasi merupakan penilaian efektifitas terhadap intervensi keperawatan
sehubungan dengan tingkah laku pasien. Perawat harus mengkaji tingkah laku
pasien setelah diimplementasi. Intervensi keperawatan dinilai efektif jika tingkah
laku pasien sesuai dengan tujuan yang ditetapkan
Referensi
Alfaro, Le Fevre Rosalinda (2002), Applying Nursing Proccces :a Tool for
critical thinking, Philadelphia, Lippincot Williams and Wilkins
REGISTRASI
Registrasi merupakan pencantuman nama seseorang dan informasi lain pada
badan resmi baik milik pemerintah maupun non pemerintah. Perawat yang telah
terdaftar diizinkan memakai sebutan registered nurse. Untuk dapat terdaftar,
perawat harus telah menyelesaikan pendidikan keperawatan dan lulus ujian dari
badan pendaftaran dengan nilai yang diterima. Izin praktik maupun registrasi
harus diperbaharui setiap satu atau dua tahun.
Dalam masa transisi professional keperawatan di Indonesia, sistem pemberian izin
praktik dan registrasi sudah saatnya segera diwujudkan untuk semua perawat baik
bagi lulusan SPK, akademi, sarjana keperawatan maupun program master
keperawatan dengan lingkup praktik sesuai dengan kompetensi masing-masing.
SERTIFIKASI
Sertifikasi merupakan proses pengabsahan bahwa seorang perawat telah
memenuhi standar minimal kompetensi praktik pada area spesialisasi tertentu
seperti kesehatan ibu dan anak, pediatric , kesehatan mental, gerontology dan
kesehatan sekolah. Sertifikasi telah diterapkan di Amerika Serikat. Di Indonesia
sertifikasi belum diatur, namun demikian tidak menutup kemungkinan dimasa
mendatang hal ini dilaksanakan.
AKREDITASI
Akreditasi merupakan suatu proses pengukuran dan pemberian status akreditasi
kepada institusi, program atau pelayanan yang dilakukan oleh organisasi atau
badan pemerintah tertentu. Hal-hal yang diukur meliputi struktur, proses dan
kriteria hasil. Pendidikan keperawatan pada waktu tertentu dilakukan
penilaian/pengukuran untuk pendidikan D III keperawatan dan sekolah perawat
kesehatan dikoordinator oleh Pusat Diknakes sedangkan untuk jenjang S 1 oleh
Dikti. Pengukuran rumah sakit dilakukan dengan suatu sistem akrteditasi rumah
sakit yang sampai saat ini terus dikembangkan.
NOMOR 1239/Menkes/SK/XI/2001
TENTANG
MEMUTUSKAN
Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA
TENTANG REGISTRASI DAN PRAKTIK PERAWAT.
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam keputusan Menteri ini dimaksud dengan:
1) Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat baik di dalam
maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
2) Surat izin perawat selanjutnya disebut SIP atau bukti tertulis pemberian
kewenangan untuk menjalankan pekerjaan keperawatan di seluruh wilayah
Indonesia.
3) Surat Izin Kerja selanjutnya disebut SIK adalah bukti tertulis yang diberikan
kepada perawat untuk melakukan praktik keperawatan di sarana pelayanan
kesehatan.
4) Surat Izin Praktik Perawat selanjutnya disebut SIPP adalah bukti tertulis yang
diberikan kepada perawat untuk menjalankan praktik perawat perorangan/
berkelompok.
5) Standar Profesi adalah pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk
dalam menjalankan profesi secara baik.
Pasal 2
Pasal 3
Pasal 4
Pasal 5
Pasal 6
Pasal 7
1) SIP berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diperbaharui serta merupakan
dasar untuk memperoleh SIK dan/ atau SIPP.
2) Pembaharuan SIP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada Dinas
Kesehatan Propinsi dimana perawat melaksanakan asuhan keperawatan dengan
melampirkan:
a. SIP yang telah habis masa berlakunya;
b. Surat keterangan sehat dari dokter;
c. Pas foto ukuran 4x6 cm sebanyak 2 (dua) lembar.
BAB III
PERIZINAN
Pasal 8
1) Perawat dapat melaksanakan praktik keperawatan pada sarana pelayanan
kesehatan, praktik perorangan dan/ atau kelompok.
2) Perawat yang melaksanakan praktik keperawatan pada sarana pelayanan
kesehatan harus memiliki SIK.
3) Perawat yang melakukan praktik perorangan/berkelompok harus memiliki
SIPP.
Pasal 9
1) SIK sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat (2) diperoleh dengan
mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota
setempat.
2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan dengan
melampirkan:
a. Foto kopi SIP yang masih berlaku;
b. Surat keterangan sehat dari dokter;
c. Pas foto ukuran 4x6 cm sebanyak 2 (dua) lembar;
d. Surat keterangan dari pimpinan sarana pelayanan kesehatan yang menyatakan
tanggal mulai bekerja.
e. Rekomendasi dari Organisasi Profesi.
3) Bentuk permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum pada
formulir IV terlampir.
Pasal 10
SIK hanya berlaku pada 1 (satu) sarana pelayanan kesehatan.
Pasal 11
Pasal 12
Pasal 13
Pasal 14
1) SIK dan SIPP berlaku sepanjang SIP belum habis masa berlakunya dan
selanjutnya dapat diperbaharui kembali.
2) Pembaharuan SIK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota setempat dengan melampirkan:
a. Foto kopi SIP yang masih berlaku;
b. Foto kopi SIK yang lama;
c. Surat keterangan sehat dari dokter;
d. Pas foto ukuran 4x6 cm sebanyak 2 (dua) lembar;
e. Surat keterangan dari pimpinan sarana pelayanan kesehatan;
f. Rekomendasi dari Organisasi Profesi.
3) Pembaharuan SIPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota setempat dengan melampirkan:
Foto kopi SIP yang masih berlaku;
Foto kopi SIPP yang lama;
Surat keterangan sehat dari dokter;
Pas foto ukuran 4x6 cm sebanyak 2 (dua) lembar;
Rekomendasi dari Organisasi Profesi.
BAB IV
PRAKTIK PERAWAT
Pasal 15
Perawat dalam melaksanakan praktik keperawatan berwenang untuk :
Melaksanakan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, penetapan diagnosa
keperawatan, perencanaan, melaksanakan tindakan keperawatan dan evaluasi
keperawatan.
Tindakan keperawatan sebagaimana dimaksud pada butir a meliputi : intervensi
keperawatan observasi keperawatan, pendidikan dan konseling kesehatan.
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan sebagaimana dimaksud pada huruf a
dan b harus sesuai dengan standar asuhan keperawatan yang ditetapkan oleh
organisasi profesi;
Pelayanan tindakan medik hanya dapat dilakukan berdasarkan permintaan tertulis
dari dokter.
Pasal 16
Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 perawat
berkewajiban untuk :
Menghormati hak pasien;
Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani;
Menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
Memberikan informasi;
Meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan;
Melakukan catatan perawatan dengan baik.
Pasal 17
Perawat dalam melakukan praktik keperawatan harus sesuai dengan kewenangan
yang diberikan , berdasarkan pendidikan dan pengalaman serta dalam
memberikan pelayanan berkewajiban mematuhi standar profesi.
Pasal 18
Perawat dalam menjalankan praktik perawat harus membantu program pemerintah
dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Pasal 19
Perawat dalam menjalankan praktik keperawatan harus senantiasa meningkatkan
mutu pelayanan profesinya, dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi melalui pendidikan dan pelatihan sesuai dengan bidang tugasnya,
baik diselenggarakan oleh pemerintah maupun organisasi profesi.
Padal 20
(1) Dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa seseorang/pasien, perawat
berwenang untuk melakukan pelayanan kesehatan diluar kewenangan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 15.
(2) Pelayanan dalam keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditujukan untuk penyelamatan jiwa.
Pasal 21
(1) Perawat yang menjalankan praktik perorangan harus mencantumkan SIPP di
ruang praktiknya.
(2) Perawat yang menjalankan praktik perorangan tidak diperbolehkan memasang
papan praktik.
Pasal 22
(1) Perawat yang memiliki SIPP dapat melakukan asuhan keperawatan dalam
bentuk kunjungan rumah.
(2) Perawat dalam melakukan asuhan keperawatan dalam bentuk kunjungan
rumah harus membawa perlengkapan perawatan sesuai kebutuhan.
Pasal 23
Pasal 24
(1) Pejabat yang berwenang mengeluarkan dan mencabut SIK atau SIPP adalah
kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
(2) Dalam hal tidak ada pejabat sebagamana dimaksud pada ayat (1) Kepala Dinas
Kesehatan Propinsi dapat menunjuk pejabat lain.
Pasal 25
(1) Permohonan SIK atau SIPP yang disetujui atau ditolak harus disampaikan oleh
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota kepada pemohon dalam waktu
selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak tanggal permohonan diterima.
(2) Apabila permohonan SIK atau SIPP disetujui, Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota harus menerbitkan SIK atau SIPP.
(3) Apabila permohonan SIK atau SIPP ditolak, Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota harus memberi alasan penolakan tersebut.
(4) Bentuk dan isi SIK atau SIPP yang disetujui sebagai mana dimaksud pada ayat
(2) tercantum dalam formulir VI dan VII terlampir.
(5) Bentuk surat penolakan SIK atau SIPP sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
tercantum dalam formulir VII dan IX terlampir.
Pasal 26
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menyampaikan laporan secara berkala
kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi setempat tentang pelaksanaan
pemberian atau penolakan SIK atau SIPP di wilayahnya dengan tembusan kepada
organisasi Profesi setempat.
Pasal 28
Pimpinan sara pelayanan kesehatan wajib melaporkan perawat yang melakukan
praktik dan yang berhenti melakukan praktik pada sarana pelayanan kesehatannya
kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada
organisasi profesi.
Pasal 29
(1) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan/atau organisasi yang terkait
melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap eprawat yang menjalankan
praktik keperawatan di wilayahnya.
(2) Kegiatan pembinaan dan pengawasan sebagimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dilakukan melalui pemantauan yang hasilnya dibahas dalam pertemuan
periodik sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun.
Pasal 30
Perawat selama menjalankan praktik perawat wajib mentaati semua peraturan
perundang-undangan.
Pasal 31
(1) Perawat yang telah mendapatkan SIK atau SIPP dilarang :
a. Menjalankan praktik selain ketentuan yang tercantum dalam izin tersebut;
b. Melakukan perbuatan yang bertentangan dengan standar profesi.
(2) Bagi perawat yang memberikan pertolongan dalam keadaan darurat atau
menjalankan tugas di daerah terpencil yang tidak ada tenaga kesehatan lain,
dikecualikan dari larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) butir a.
Pasal 32
(1) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan/atau organisasi profesi dapat
memberi peringatan lisan atau tertulis kepada perawat yang melakukan
pelanggaran terhadap ketentuan keputusan ini.
(2) Peringatan lisan atau tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan
paling banyak 3 (tiga) kali dan apabila peringatan tersebut tidak diindahkan,
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat mencabut izin SIK atau SIPP
tersebut.
Pasal 33
Sebelum Keputusan pencabutan SIK atau SIPP ditetapkan, Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota terlebih dahulu mendengar pertimbangan dari Majelis
Disiplin Tenaga Kesehatan (MDTK) atau Majelis Pembinaan dan Pengawasan
Etika Pelayanan Medis (MP2EPM) sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Pasal 34
(1) Keputusan pencabutan SIK atau SIPP disampaikan kepada perawat yang
bersangkutan dalam waktu sleambat-lambatnya 14 (empat belas) hari terhitung
sejak keputusan ditetapkan.
(2) Dalam Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disebutkan lama
pencabutan SIK atau SIPP.
(3) Terhadap keputusan pencabutan SIK atau SIPP sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat diajukan keberatan kepada pihak Kepala Dinas Kesehatan Propinsi
dalam waktu 14 (empat belas) hari setelah keputusan diterima, apabila dalam
waktu 14 (empat belas) hari tidak diajukan keberatan, maka keputusan pencabutan
SIK atau SIPP tersebut dinyatakan mempunyai kekuatan hokum tetap.
(4) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi memutuskan di tingkat pertama dan terakhir
semua keberatan mengenai pencabutan SIK atau SIPP.
(5) Sebelum prosedur keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditempuh
Pengadilan Tata Usaha Negara tidak berwenang mengadili sengketa tersebut
sesuai dengan maksud pasal 48 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang
Pengadilan Tata Usaha Negara.
Pasal 35
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan setiap pecnabutan SIK atau
SIPP kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi setempat dengan tembusan kepada
organisasi profesi setempat.
Pasal 36
(1) Dalam keadaan luar biasa untuk Kepentingan Nasional Menteri Kesehatan
dan/atau atas rekomendasi organisasi profesi dapat mencabut untuk sementara
SIK atau SIPP perawat yang melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
(2) Pencabutan izin sementara dimaksud pada ayat (1) selanjutnya diproses sesuai
dengan ketentuan keputusan ini.
SANKSI
Pasal 37
Pasal 38
Pasal 39
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 40
(1) Perawat yang telah memiliki SIP, SIK dan SIPP berdasarkan Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 647/Menkes/SK/IV/2000 tentang Registrasi dan
Praktik Perawat, dianggap telah memiliki SIP, SIK dan SIPP berdasarkan
ketentuan ini.
(2) SIP, SIK dan SIPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku 5 (lima )
tahun sejak ditetapkan keputusan ini.
Pasal 41
(1) Perawat yang saat ini telah melakukan praktik perawat pada sarana pelayanan
kesehatan yang belum memiliki SIP, SIK dan SIPP berdasarkan Keputusan
Menteri Kesehtan Nomor 647/Menkes/SK/IV/200, wajib memiliki SIP, SIK dan
SIPP.
(2) SIP dapat diperoleh secara kolektif dengan mengajukan permohonan kepada
Kepala Dinas Kesehatan Propinsi setempat.
(3) SIK dapat diperoleh secara kolektif dengan mengajukan permohonan kepada
Kepala Dinas Kesehatan Propinsi setempat.
(4) Permohonan mendapatkan SIP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diperoleh
dengan melampirkan :
a. Foto copi ijazah pendidikan keperawatan
b. Surat keterangan sehat dari dokter;
c. Pas poto 4 X 6 sebanyak 2 (dua) lembar.
(5) Permohonan mendapatkan SIK sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dilengkapi dengan :
a. Foto copi ijazah pendidikan keperawatan;
b. Foto copi SIP
c. Surat keterangan sehat dari dokter;
d. Serat keterangan dari pimpinan sarana kesehatan yang menyatakan masih
bekerja sebagai perawat pada institusi bersangkutan;
e. Pas poto 4 X 6 sebanyak 2 (dua)
(6) Perawat yang saat ini tidak berpraktik dapat memperoleh SIP dengan
mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dengan
melampirkan :
a. Fotocopi ijazah pendidikan keperawatan;
b. Surat keterangan sehat dari dokter
c. Pas poto 4 X 6 sebanyak 2 (dua)
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 42
Dengan berlakunya Keputusan ini, maka Keputusan Menteri Kesehatan No.
647/Menkes/IV/200 tentang Registrasi dan Praktik Perawat dinyatakan tidak
berlaku lagi.
Pasal 43
Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Agar setiap orang mengetahuinya , memerintahkan pengundangan keputusan ini
dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Author : Lee An
PERAWAT
Defenisi
Menurut PERMENKES RI NO.1239 Tahun 2001 tentang Registrasi dan Praktik
Perawat, dijelaskan
PERAWAT adalah: Seseorang yang telah lulus pendidikan keperawatan,baik di
dalam maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.
Fungsi Perawat
Fungsi Independen
Fungsi dependen
Fungsi interdependen
Kategori Perawat (RUU)
Perawat Vokasional
Perawat Profesional
Perawat Profesional Specialis
KEPERAWATAN
Lokakarya kep.Nas 1983
keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian
intregral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif
serta ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat
yang mencakup seluruh siklus kehidupan manusia
Suatu proses dimana perawat terlibat dengan klien, dan melalui kegiatan ini
masalah kesehatan klien diidentifikasi dan diatasi
Ciri-ciri atau tanda-tanda profesionalisme keperawatan (Miller)
Peningkatan dasar pengetahuan yang diberikan pada tingkat universitas dan
orientasi pengetahuan pada tingkat pascasarjana dan doktor (graduate level)
keperawatan.
Perwujudan kompetensi yang berasal dari dasar teori penegakan diagnosa dan
penanganan respon manusia terhadap masalah kesehatan baik aktual atau potential
(ANA, 1980).
Spesialisasi ketrampilan dan kompetensi yang membatasi keahlian (Miller, 1985).
Profesionalisme Perawat
Para perawat percaya bahwa tenaga profesional dalam bekerja tidak terlepas dari
empat esensi profesionalisme yaitu:
Kompetensi,
Standar etik yang tinggi,
Pengetahuan yang memadai
Kasih sayang
Karena sudah ada aturan ttg praktik keperawatan. Masih diperlukan kah UU???
Tatanan Sist. Praktek Kep.
Mengapa praktik keperawatan perlu diatur melalui UU???
Perlunya UU Keperawatan
Perlindungan terhadap masyarakat
Perlindungan terhadap perawat
Pengendalian ilmu pengetahuan dan teknologi
LEGALITAS KEPERAWATAN
Komponen legalitas
Sertifikasi
Registrasi
Lisensi
1. Sertifikasi
Proses pengakuan terhadap peningkatan pengetahuan, keterampilan (kompetensi)
seorg perawat dengan cara pemberian sertifikat atau ijazah
Tujuan sertifikasi
Menyatakan pengetahuan, keterampilan dan perilaku perawat sesuai dengan
pendidikan tambahan yg diikutinya
Menetapkan klasifikasi, tingkat dan lingkup praktek operawat sesuai pendidikan
Memenuhi persyaratan registrasi sesuai dengan area praktek keperawatn
2. Registrasi
Proses pengakuan terhadap kemampuan seorg lulusan pendidikan keperawatan
untuk mendapatkan kewenangan dan keabsahan melakukan praktek keperawatan
Register Nurse:
Mengkaji status kesehatan individu dan kelompok
Menegakkan diagnosa keperawatan
Menentukan tujuan untuk memenuhi kebutuhan perawatan kesehatan
Membuat rencana strategi perawatan
Menyusun intervensi keperawatan untuk mengimplementasikan strategi
perawatan
Memberi kewenangan intervensi keperawatan yang dapat dilaksanakan orang lain,
dan tidak bertentangan dengan undang-undang
Tujuan registrasi
Menjamin kemampuan perawat untuk melakukan praktek keperawatan
Mempertahankan prosedur penatalaksanaan secara objektif
Mengidentifikasi jumlah dan kwalifikasi perawat yg akan melakukan praktek
keperawatan
Mempertahankan proses pemantauan dan pengendalian jumlah dan kwalitas
perawat profesional
Lisensi
Proses administrasi yg dilakukan oleh suatu badan independen yg berupa
penerbitan surat izin praktek
Tujuan Lisensi
Memberikan kejelasan batas kewenangan tiap kategori tenaga keperawatan u/
melakukan praktek keperawatan
Mengesahkan dan memberikan bukti untuk melakukan praktek keperawatan
profesional
Praktik keperawatan (ANA)
Praktik perlakuan terhadap kompensasi pelayanan profesional yangkeperawatan
memerlukan pengetahuan khusus tentang ilmu biologi, fisika/ilmu alam, perilaku,
psikologi, sosiologi dan teori keperawatan sebagai dasar untuk mengkaji,
menegakkan diagnosa, melakukan intervensi, dan evaluasi upaya peningkatan dan
pemertahanan kesehatan; penemuan dan pengelolaan masalah kesehatan, cidera,
atau kecacatan; pemertahanan fungsi optimal; atau meninggal dengan nyaman.
Lanjut……
Praktik keperawatan tidak terbatas pada administrasi, pendidikan, konseling,
supervisi dan evaluasi tetapi juga penanatalaksanaan medis, termasuk pemberian
obat dan penanganan sesuai dengan pesanan orang yang sah.
Setiap registered nurse secara langsung mempunyai akuntabilitas dan tanggung
jawab terhadap konsumen dalam memberikan perawatan yang berkualitas
1. Perawat Vokasional
seseorang yang mempunyai kewenangan untuk melakukan praktik dengan batasan
tertentu
dibawah supervisi langsung maupun tidak langsung oleh Perawat Profesional
Lisenced Vocasional Nurse (LVN)
2. Perawat Profesional
tenaga professional yang mandiri,
bekerja secara otonom dan berkolaborasi dengan yang lain
telah menyelesaikan program pendidikan profesi keperawatan,
telah lulus uji kompetensi perawat profesional yang dilakukan oleh konsil
Registered Nurse (RN)
3. Perawat Profesional Spesialis
seseorang perawat yang disiapkan diatas level perawat profesional
mempunyai kewenangan sebagai spesialis atau kewenangan yang diperluas dan
telah lulus uji kompetensi perawat profesional spesialis.
THANKS
GB
The Real Nurse, I'm Proud. Entries (RSS) .Comments (RSS). Pentingnya RN
(Registered Nurse Indonesia) Kedaulatan Bangsa. Diposkan oleh Sertifikasi RN. Senin,
08 Juni 2009. teman-teman Perawat di Indonesia dan di LN. Mencermati kondisi
nasional dan internasional yang berkembang saat ini, bahwa Perawat kita masih kelas
Pembantu (Care Giver atau Nurse Aid), betapapun tingginya pendidikan formal
perawat tersebut. Akar masalahnya bahwa Perawat Indonesia belum memiliki sitem
sertifikasi Profesi sesuai kebutuhan industri kesehatan. Sesuai dengan Regulasi RI di
UU no 13 tahun 2003, PP nomor 23 tahun 2004 dan Pedoman BNSP nomor 213,
Perawat indonesia bisa membangun sistem sertifikasi profesi yang menghasilkan
Registered Nurse (RN), yang dapat diakui di 10 negara ASEAN dan negara-negara WP-
SEAR. Tanpa UU Keperawatan tahun 2009 ini, Kita Bisa membuat perawat kita sejajar
dengan perawat dunia. apalagi didalam MRA on Nursing Services tingkat ASEAN yang
juga Indonesia ikut TT, kita seharusnya mendorong pemerintah dalam hal ini DEPKES
RI untuk berperan optimal sebagai Nursing Regualtory Authority (NRA). Skema
Sertifikasi Lembaga Registered Nurse Indonesia. Diposkan oleh Sertifikasi RN. Selasa,
02 Juni 2009. Skema Sertifikasi Lembaga Registered Nurse Indonesia. Sekretariat
LRP-RN Ikatan RN Indonesia. gedung Graha Samali Lt 2, Jl. : 021-7224441, e-mail :
rn indonesia@yahoo.com. Dalam hal pendidikan dan pelatihan pra uji RN, skema ini
dapat dipergunakan sebagai acuan dalam penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan
berbasis Profisiency. Disusun dalam rangka memenuhi acuan asosiasi Industri dan
organisasi profesi dalam rangka membangun system sertifikasi profesi keperawatan
Indonesia dan menciptakan professionalisme keperawatan Indonesia. Skema ini dapat
gunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan uji proficiency Registered Nurse ( RN )
di Indonesia. 13 2003 tentang ketenagakerjaan. 23 tahun 2003 tentang Sistem
Kesehatan Nasional. 23 tahun 2004 tentang Badan Nasional Sertifikasi Profesi. 32
tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan. Panduan Mutu Registrasi RN Indonesia (ISO
17024). Tuntutan industri ( PERSI, ARSADA, dll ). 2.1 Bidang : Regitered Nurse ( RN ),
jasa Keperawatan Professional. 2.2.1 Standar WPSEAR ( 18 Core Competencies RN ).
Atas dasar di atas, kami tetapkan tujuan Lembaga Registrasi Profesi RN adalah:. 3.1
Menetapkan dan meregistrasi perawat kompeten dengan kualifikasi RN Indonesia. 3.2
Memelihara dan mengembangkan kompetensi profesional RN Indonesia. 3.3 Menata
lingkup dan standar mutu pendidikan profesi RN Indonesia. 3.4 Meningkatkan standar
mutu pelayanan profesi RN Indonesia. 4.1 Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia
(PERSI). 4.2 Asosiasi Rumah Sakit Daerah (ARSADA) seluruh Indonesia (surat No. 4.5
Ikatan RN Indonesia (IRNI). Berdasarkan kesepakatan yang tertuang dalam Mutual
Recognition Arrangement on Nursing services yang ditanda tangani pada 8 desember
2006 di Cebu-Phillipina, maka ditetapkan Uji proficiency mengacu pada kualifikasi
General Registered Nurse yang berpedoman pada Standard Internasional ”18 Core
Competencies” bagi negara-negara Asia-Pasific. Yang diadopsi dari standard WPSEAR
melalui proses harmonisasi yang telah di verifikasi oleh BNSP selaku regulator
standard. Berdasarkan permintaan pemohon, LRP-RN memberikan uraian rinci yang
mutakhir mengenai proses registrasi untuk setiap skema registrasi yang sesuai
(termasuk biaya). Di samping itu LRP-RN memberikan dokumen yang memuat
persyaratan registrasi, hak pemohon, serta kewajiban profesi yang diregistrasi
termasuk kode etik profesi. 6.1 Uji proficiency (Assessment). 6.1.1 Uji Profesiensi
diselenggarakan mengacu kepada Standar RN Indonesia(adopsi standar RN kawasan
ASEAN and Pasifik Barat / 18 Core Competencies WPSEAR). 6.1.2 Uji Profesiensi
diselenggarakan oleh Bidang sertifikasi LRP-RN Indonesia yang direncanakan khusus
dan sesuai dengan kalender rencana kerja LRP-RN. 6.1.3 Uji Profesiensi menggunakan
metode uji Tertulis berbasis kertas ( paper base ) dan atau komp ... The Western
Pacific South East Asia Regulation (WPSEAR) competencies were set as the
benchmark for the project and for the development of the Pacific
competencies