Anda di halaman 1dari 32

KONSEP MODEL KEPERAWATAN KOMUNITAS

Keperawatan komunitas memberikan perhatian terhadap pengaruh faktor


lingkungan meliputi fisik, biologis, psikologis, sosial dan cultural serta spiritual,
terhadap kesehatan masyarakat dan memberi prioritas pada strategi pencegahan,
peningkatan, dan pemeliharaan kesehatan dalam upaya mencapai tujuan.

MODEL SISTEM IMOGENE M. KING (1971)


Komunitas merupakan suatu system dari subsistem keluarga dan supra sistemnya
adalah system sosial yang lebih luas. Adanya gangguan atau stressor pada salah
satu subsistem akan mempengaruhi komunitas, misalnya adanya gangguan pada
salah satu subsistem pendidikan, dimana masyarakat akan kehilangan informasi
atau ketidaktahuan.

MODEL ADAPTASI C. ROY (1976)


Aplikasi dari model adaptasi pada keperawatan komunikasi tujuannya adalah
untuk mempertahankan perilaku adaptif dan merubah perilaku maladaptive pada
komunitas.
Adapun upaya pelayanan keperawatan yang dilakukan adalah untuk
meningkatkan kesehatan dengan cara mempertahankan perilaku adaptif.

MODEL “SELF CARE” D.E OREM (1971)


Model ini tepat digunakan untuk keperawatan keluarga karena tujuan akhir dari
keperawatan keluarga adalah kemandirian keluarga dalam melakukan upaya
kesehatan yang terkait dengan lima tugas kesehatan keluarga yaitu : Mengenal
masalah, Mengambil keputusan untuk mengatasi masalah, Merawat anggota
keluarga yang mengalamai gangguan kesehatan, Memodifikasi lingkungan yang
dapat menunjang kesehatan, dan Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan
secara tepat.

Pengertian
Keperawatan mandiri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam menjaga
fungsi tubuh dan kehidupan yang harus dimilikinya. Menurut Orem, keperawatan
mandiri adalah pelaksanaan kegiatan yang diprakarsai dan dilakukan oleh
individu itu sendiri untuk memenuhi kebutuhan guna mempertahankan kehidupan,
kesehatan dan kesejahteraan sesuai keadaan sehat sakit (Orem, 1980).
Individu : Integrasi keseluruhan fisik, mental, psikologis dan sosial dengan
berbagai variasi tingkat kemampuan keperawatan mandiri.
“Self Care” : referensi untuk mengkaji kebutuhan dan pilihan yang teliti
bagaimana untuk memenuhi kebutuhan.
Keperawatan : pelayanan terhadap manusia, proses interpersonal dan teknikal
merupakan tindakan khusus. Tindakan keperawatan untuk meningkatkan
keperawatan mandiri dan kemampuan perawatan mandiri yang terapeutik. Asuhan
keperawatan mandiri dapat digunakan dalam praktik keperawatan keluarga.
Sasaran
1. Menolong klien atau keluarga untuk keperawatan mandiri secara teraupetik
2. Menolong klien bergerak kearah tindakan asuhan mandiri
3. Membantu anggota keluarga merawat anggota keluarga yang mengalami
gangguan

Fokus Asuhan Keperawatan


1. Aspek interpersonal : hubungan di dalam keluarga
2. Aspek sosial: hubungan keluarga dengan masyarakat yang berada disekitarnya.
3. Aspek procedural: melatih keterampilan dasar keluarga sehingga mampu
mengantisipasi perubahan yang terjadi
4. Aspek teknis: mengajarkan keluarga teknik-teknik dasar yang mampu
dilakukan keluarga di rumah misalnya : mengompres dengan baik dan benar.
System keperawatan adalah membantu klien dalam meningkatkan atau melakukan
keperawatan mandiri. System keperawatan mandiri dibagi tiga kategori bantuan
sebagai berikut :
a. Wholly comphensatory, bantuan secara keseluruhan dibutuhkan untuk klien
yang tidak mampu mengontrol dan memantau lingkungan dan tidak berespon
terhadap rangsangan.
b. Partially compensantory, bantuan sebagian dibutuhkan oleh klien yang
mengalami keterbatasan gerak karena sakit, misalnya kecelakaan.
c. Supportive-educative, dukungan pendidikan dibutuhkan oleh klien yang
membutuhkan bantuan untuk mempelajari agar melakukan keperawatan mandiri.

MODEL “HEALTH CARE SYSTEM” BETTY NEUMAN


Asumsi yang dikemukakan Neuman tentang empat konsep utama dari paradigm
keperawatan yang terkait keperawatan komunitas adalah sebagai berikut:
1. Manusia
Merupakan suatu sistem terbuka, yang selalu mencari keseimbangan dari harmoni
dan merupakan satu kesatuan dari variable-variabel: fisiologis, psikologis,
sosiokultural, perkembangan dan spiritual.
2. Lingkungan
3. Sehat
4. Keperawatan
Sehat menurut model Neuman adalah suatu keseimbangan biopsiko – sosio –
cultural dan spiritual pada tiga garis pertahanan klien yaitu fleksibel, normal dan
resisten. Keperawatan ditujukan untuk mempertahankan keseimbangan tersebut
dengan berfokus pada empat intervensi yaitu : intervensi yang bersifat promosi
dilakukan apabila gangguan yang terjadi pada garis pertahanan normal yang
terganggu. Sedangkan intervensi yang bersifat kurasi atau rehabilitasi dilakukan
apabila garis pertahanan resisten yang terganggu.
Keperawatan sebagai ilmu dan kiat, mempelajari tidak terpenuhinya kebutuhan
dasar klien (individu, keluarga, kelompok, dan komunitas) yang berhubngan
dengan ketidakseimbangan yang terjadi pada ketiga garis pertahanan yaitu
fleksibel, normal dan resisten serta berupaya membantu mempertahankan
keseimbangan untuk sehat.
Intervensi yang dilakukan terhadap klien ditujukan pada garis pertahanan yang
mengalami gangguan :
1. Intervensi bersifat promosi untuk gangguan pada garis pertahanan fleksibel
2. Intervensi bersifat prevensi untuk gangguan pada garis pertahanan normal
3. Intervensi bersifat kurasi dan rehabilitasi untuk gangguan pada garis pertahanan
resisten

Aplikasi Model Neuman pada Komunitas


Sesuai dengan teori Neuman, kelompok atau komunitas dilihat sebagai klien
dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu komunitas yang merupakan klien dan
penggunaan proses keperawatan sebagai pendekatan, yang terdiri dari 5 tahapan
yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.

Konsep Teori dan model keperawatan


Konseptual komunitas merupakan pelayanan professional, yang pada prakteknya
memerlukan acuan atau landasan teoritis untuk menyelesaikan atau mengatasi
fenomena yaitu penyimpangan dalam kebutuhan dasar komunitas. Ada beberapa
macam model konseptual keperawatan komunitas yang dikembangkan oleh para
ahli antara lain: Florence Nightingale (1860) yang dikenal dengan istilah
Enviromental model karena menenkankan pengaruh lingkungan terhadap klien;
H.E Peplau (1952) tentang interpersonal relation in nursing;Virginia Henderson
(1966) dikenal dengan Need based Model; Dorothea Orem (1971) dikenal denan
model keperawatan mandiri;King’s (1971) dikenal dengan model system, Betty
Neuman (1972) dikenal dengan Systems model of Nursing, Sr.Calista Roy (1976)
dikenal dengan model adaptasi keperawatan,dsb
Namun tidak semua model yang ada tepat digunakan pada praktek keperawatan
komunitas, karena masing-masing model mempunyai keunikan dilihat dari emp
konsep utama paradigma keperawatan yaitu: manusia, lingkungan, kesehatan, dan
keperawatan. Masing-masing konsep model akan memberikan penekanan tertentu
pada konsep utama tersebut, misalnya, F.Nightngale memberi penekanan pada
faktor lingkungan, Orem atau roy pada faktor manusianya dalam melatih
kemandirian dan tingkat adaptasi klien terhadap pengaruh lingkungan
1. model perawatan mandiri “self care” D.E Orem (1971)
a. Pengertian
Keper awatan mandiri (self care) menurut Orem’s adalah : “Suatu pelaksanaan
kegiatan yang diprakarsai dan dilakukan oleh individu itu sendiri untuk memenuhi
kebutuhan guna mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan sesuai
keadaan, baik sehat maupun sakit” (Orem’s 1980)
b. Keyakinan dan nilai-nilai
 Keyakinan Orem’s tentang empat konsep utama keperawatan adalah:
- Klien : Individu atau kelompok yang tidak mampu secara terus menerus
mempertahankan self care untuk hidup dan sehat, pemulihan dari sakit/trauma
atau coping dan efeknya.
- Sehat : Kemampuan individu atau kelompok memenuhi tuntutan self care yang
berperan untuk mempertahankan ndan meningkatkan integritas structural fungsi
dan perkembangan
 Lingkungan : Tatanan dimana klien tidak dapat memenuhi kebutuhan
keperluan self care dan perawat termasuk didalamnya tetapi tidak spesifik
d. Keperawatan : Pelayanan yang dengan sengaja dipilih atau kegiatan yang
dilakukan untuk membantu individu, keluarga dan kelompok masyarakat dalam
mempertahankan self care yang mencakup integritas structural, fungsi dan
perkembangan berdasarkan keyakinan empat konsep utama diatas, Orem’s
mengembangkan konsep modelnya hingga dapat diaplikasikan dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan.

c. Tujuan
Tujuan keperawatan pada model Orem’s secara umum adalah :
 Menurunkan tuntutan self care kepada tingkat dimana klien dapat memenuhinya,
ini berarti menghilangkan self care deficit.
 Memungkinkan klien meningkaatkan kemampuannya untuk memenuhi tuntutan
self care
 Memungkinkan orang yang berarti (bermakna) bagi klien untuk memberikan
asuhan depenent (dependent care) jika self carae tidak memungkinkan, oleh
karena self care deficit apapun dihilangkan.
 Jika ketiganya diatas tidak ada yang tercapai, perawat secara langsung dapat
memenuhi kebutuhan-kebutuhan self care klien
Tujuan keperawatan pada model Orem’s yang diterapkan kedalam praktek
keperawatan keluarga/komunitas adalah:
- Menolong klien dalam hal ini keluarga untuk keperawatan mandiri secara
therpeutik
- Menolong klien bergerak kearah tindakan-tindakan asuhan mandiri
- Membantu anggota keluarga untuk merawat anggota keluarganya yang
mengalami gangguan secara kompoten.
Dengan demikian maka focus asuhan keperawatan pada model Orem’s yang
diterapkan pada praktek keperawatan keluarga / komunitas adalah:
- Aspek Interpersonal : Hubungan didalam keluarga
- Aspek sosial : Hubungan keluarga dengan masyarakat disekitarnya.
- Aspek Prosedural : Melatih keterampilan dasar keluarga sehingga mampu
mengantisipasi perubahan yang terjadi
- Aspek Tehnis : Mengerjakan kepada keluarga tentang tehnik dasar yan dilakukan
dirumah misalnya melakukan tindakan kompres secara benar

d. Pengetahuan dan Ketereampilan untuk Praktek


Perawat menolong klien untuk menemukan kebutuhan self care dengan
menggunakan tiga kategori dalam system keperawatan dan melalui lima metode
bantuan
 Kategori Bantuan
- Wholly Compensatory : Bantuan secara keseluruhan, dibutuhkan untuk klien
yang tidak mampu megontrol dan memantau lingkungannya dan tidak berespon
terhadap rangsangan
- Partially Compensatory : Bantuan sebagian, dibutuhkan bagi klien
yangmengalami keterbatasan gerak karena sakit atau kecelakaan
- Supportie Education : Dukungan pendidikan dibutuhkan oleh klien yang
memerlukannya untuk dipelajari, agar mamapu melalukan perawatan mandiri
 Metode Bantuan
Pearawat membantu klien engan menggunakan system dan melalui lima metode
bantuan yang meliputi:
- Acting atau melakukan sesuatu untuk klien
- Mengajarkan klien
- Mengarahkan klien
- Mensupport klien
- Menyediakan lingkungan untuk klien agar dapat tumbuh dan berkembang.
Untuk melaksanakan hal tersebut, Lima area utama untuk praktek keperawatan di
diskripsikan ebagai berikut:
a. Masuk kedalam dan memelihara hubungan perawat – klilen dengan individu,
keluarga atau kelompok sampai klien dapat diizinkan pulang dari perawatan.
b. Menetapkan jika dan bagaimana klien dapat dibantu melalui perawatan.
c. Merespon keperluan klien, keinginannya dan kebutuhannya untuk kontak dengan
perawat dan asisten
d. Mengkoordinasikan dan mengintegrasikan keperawatan dan kehidupan sehari-
hari klien, pelayanan kesehatan yang dibutuhkan atau diterima, atau pelayanan
sosial dan penyuluhan yang dibutuhkan atau yang diterima.
Model konsep/ teori keperawatan self care mempunyai maka bahwa semua
manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan self care dan mereka mempunyai hak
untuk memperolehnya sendiri kecuali jika tidak mampu. Dengan demikian
perawat mengakui potensi pasien untuk berpartisipasi merawat dirinya sendiri
pada tingkat kemampuannya dan perawatan dapat meentukan tingkat bantuan
yang akan diberikan.
Untuk dapat menerapkan model konsep / teori keperawatan ini diperlukan suatu
pengetahuan dan keterampilan yang mendalam terhadap teori keperawatan
sehingga diperoleh kemampuan tehnikal dan sikap yang terapeutik.
e. Apiliksi terhadap keperawatan Keluarga.
Perawatan anggota keluarga yang mengidap diabetes mellitus dengan tipe
ketergantungan insulis, sehingga perlu dilakukan penyuntikan insulin berkala
diperlukan pelatihan kemandirian klien dan keluarga dalam melakukan
penyuntikan insulin tersebut.

2. Model “Health carae System” B. Neuman (1972)


Model konsepsual dari Neuman membri penekanan pada penurunan stress dengan
memperkuat garis pertahanan diri baik yang bersifat fleksibel, normal maupun
yang resisten. Intervensi ini diarahkan pada ketiga garis pertahanan tersebut yang
terkait dengan tiga level prevensi. Model ini menganalisa interaksi dari empat
variable yang menunjang komunitas, yaitu fisiologis, Psikologis, Sosial cultural,
dan perkembangan spiritual, adapun tujuan keperawatan adalah stabilitas klien
dan keluarga dalam lingkungan yang dinamis.
Asumsi yang dikemukakan oleh Neuman berdasarkan empat konsep utama dari
paradigma keperawatan yang terkait dengan keperawatan komunitas adalah
sebagai berikut:
Manusia : Merupakan suatu system terbuka, yang selalu mencari keseimbangan
dari harmoni dan merupakan satu kesatuan dari variabel-variabel fisiologis,
psikologis, sosiokultural, dan perkembangan spiritual.
Lingkungan : Meliputi semua factor internal dan eksternal atau pengaruh-
pengaruh dari sekitar atau system klien
Sehat : Suatu kondisi terbebasnya dari gangguan pemenuhan kebutuhan. Sehat
merupakan keseimbngan yang dinamis sebagai dampak dari keberhasilan
menghindari/mengatasi stressor
APLIKASI MODEL NEUMAN PADA KOMUNITAS
Sesuai dengan Neuman, kelolmpok/komunitas dilihat sebagai klien yang
dipengaruhi oleh dua factor utama yaitu komunitas yang merupakan klien dan
penggunaan proses keperawatan sebagai pendekatan yang terdiri dari lima
tahapan: pengkajian, penegakan diagnosa kepererawatan, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi
A. Pengkajian
Yang perlu dikaji pada kelompok/komunitas adalah : Core/ inti : data demografi
kelompok atau komunitas yang terdiri dari usia, pendidkan, jenis kelamin,
pekerjaan, agama, nilai-nilai, keyakinan, serta riwayat timbulnya kelompok atau
komunitas
Delapan sub-sistem yang mempengaruhi komunitas;
1. Perumahan yang dihuni oleh penduduk, bagaimana penerangan, sirkulasi
kepadatannya yang bisa merupakan stressor bagi penduduk
2. Pendidikan: apakah ada sarana pendidikan yang dapat digunakan untuk
meningkatkan pengetahuan
3. Gangguan dan keselamatan di lingkungan tempat tinggal → apakah tidak
menimbulkan stress
4. Politik dan kebijakan pemerintah, apakah cukup menunjang ehingga
memudahkan komunitas mendapatkan pelayanan diberbagai bidang termasuk
kesehatan
5. Pelayanan kesehatan yang tersedia untuk melakukan deeksi dini gangguan atau
merawat/emantau apaila gangguan sudah terjadi
6. Sistem komunikasi: sasaran komunkasi apa saja yang dapat dimanfaatkan di
komunita tersebut untuk meningkatkan pengetahuan yang terkait dengan
gangguan (mis. kardiovaskular) misalnya: televise, radio, Koran, atau leaflet yang
diberikan untuk komunitas
7. Ekonomi: tingkat sosial ekonomi komunitas secara keseluruhan apakah sesuai
dengan UMR, di bawah atau di atas sehingga upaya pelayanan, misalnya anjuran
untuk mengkonsumsi jenis makanan bisa disesuaikan dengan status ekonomi
tersebut
h. Rekreasi: apakah tersedia sarana, kapan saja di buka, apakah biayanya
terjangkau oleh komunitas yang bisa digunakan oleh komunitas untuk
menghilangkan stress

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN KOMUNITAS/KELOMPPOK


Diagnosa keperawatan ditegakkan berdasarkan tingkat reaksi komunitas terhadap
stressor yang ada. Selanjutnya dirumuskan dalam tiga komponen:
1. Problem/masalah
2. Etiologi/penyebab
3. Manifestasi/data penunjang
Contoh : Resiko peningkatan gangguan kardiovaskular pada komunitas di RW.
09, Kelurahan Rappocini berhubungan dengan kurangnya kesadaran masyarakat
tentang hidup sehat yang dimanifestasikan dengan 0.15 % ditemukan angka
masyarakat yang dirawat dengan gangguan kardiovaskular, 50% mengkonsumsi
lemak tinggi, 20 % berolah raga dan rekreasi teratur, dan informasi tentang
gangguan kardiovaskular kurang

C. PERENCANAAN
1. Pendidikan kesehatan tentang ganggguan kardiovaskular, nutrisi
2. Demonstrasi keterampilan stress dan relaksasi
3. Lakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan kardiovaskular melalui pemeriksaan
tekanan darah
4. Bekerja sama dengan ahli gizi untuk menetapkan diet gizi yang berisiko

D. INTERFENSI KEPERAWATAN
Intervensi keperawatan yang bertujuan untuk menurunkan stressor melalui
pencegahan primer, sekunder, dan tertier
Sehat menurut model Neuman adalah suatu keseimbangan bio-psiko-
sosiokultural-spritual pada tiga garis pertahanan klien yaitu fleksibel, normal dan
resisten. Keperawatan ditujukan untuk mempertahankan keseimbangan tersebut
dengan berfokus pada empat intervensi yaitu yang bersifat promosi yang
dilakukan bila ganguan yang terjadi pada garis pertahanan fleksibel; intervensi
yang bersifat prevensi jika yang terganggu adalah garis pertahanan normal; dan
intervensi yang bersifat kurasi dan rehabilitasi apabila garis pertahanan resisten
terganggu.
Keperawatan sebagai ilmu dan kiat, mempelajari tidak terpenuhinya kebutuhan
dasar manusia pada klien (individu, keluarga, kelompok, dan komunitas) yang
berhubungan dengan ketidakseimbangan yang terjadi pada ketiga garis pertahanan
tersebut dan berupaya membantu mempertahankan keseimbangan untuk sehat.
Intervensi yang dilakukan terhdap klien ditujukan pada garis pertahanan yang
mengalami gangguan.
1. Intervensi yang bersifat promosi berupa:
a. Pendidikan kesehatan
b. Mendemonstrasikan keterampilan keperawatan dasar yang dapat dilakukan klien
di rumah/komunitas yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan atau
menyeimbangkan garis pertahanan normal
2. Intervensi yang bersifat prevensi, berupa:
a. Deteksi dini pada gangguan kesehatan/gangguan keseimbangan garis pertahanan ,
misalnya: deteksi diri tumbuh kembang anak, keluarga, dll,
b. Memberikan zat kekebalan pada klien yang bersifat individu, misalnya imuisasi,
atau yang bersifat keluarga/komunitas, misalnya konseling awal(konseling pra-
nikah), dll
c. Intervensi yang dilakukan di no. 1
3. Intervensi yang bersifat kuratif dan rehabilitatif berupa:
a. Melakukan prosedur keperawatan yang memerlukan kepakaran perawat,
misalnya melatih klien untuk duduk dan berjala
b. Memberikan konseling untuk penyelesaiaan masalah
c. Memberikan konseling untuk penyelesaiaan masalah
d. Melalukan kerjasama lintas program/sectoral untuk penyelesaiaan masalah
e. Melakukan rujukan keperawatan atau non keperawatan (lintas program/sectoral)
f. Bekerjasama dengan aparat pemda setempat untuk mengamankan
lilngkungan/komunitas apabila stressor berasal dari lingkungan
g. Rujukan ke RS bila diperlukan

E. PELAKSANAAN
Perawat bertanggung jawab untuk melaksanakan tindakan yang telah
direncanakan yang sifatnya:
1. Bantuan untuk mengatasi masalah kardiovaskular di komunitas, mempertahankan
kondisi yang seimbang sehat dan meningkatkan kesehatan
2. Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah gangguan
kardiovaskular
3. sebagai advokat bagi komunitas dan sekaligus untuk memfaslitasi terpenuhinya
kebutuhan komunitas

F. EVALUASI
1. Menilai respon verbal dan non verbal komunitas setelah intervensi dilakukan
2. Mencatat adanya kasus baru yang dirujuk kerumah sakit
3. Memodifijasi perencanaan sesui dengan kasus baru yang ada
4. Model Adaptasi C. Roy (1976)
a. Teori Adaptasi Sister calista Roy
Dalam asuhan keperawatan, menurut Roy (1984) sebagai pnerima asuhan
keperawatan adalah individu, keluarga, kelompok, masyarakat yang dipandang
sebagai “Holistic adaptic system” dalam segala aspek yang merupakan satu
kesatuan
System adalah suatu kesatuan yang dihubungkan karena fungsinya sebagai
kesauan untuk beberapa tujuan dan adanya saling ketergantungan dari setiap
bagian-bagiannya.sistem terdiri dari proses input, output, control dan umpan balik
(Roy, 1991)
b. Tujuan dari aplikasi model adaptasi pada keperawatan komunitas adalah untuk
mempertahankan perilaku adaptif dan mengubah perilaku maladaftive pada
komunitas.adapun upaya pelayanan keperawatan yang dilakukan adalah untuk
meningkatkan kesehatan dengan cara mempertahankan perilaku adaptif.
Intervensi keperatan ditujukan untuk menekan stressor dan meningkatkan
mekanisme adaptasi. Melalui model adaptasi, diharapkan masalah kesehatan
komunitas yang dapat diatasi dengan mengubah atau meningkatkan perilaku
adaptif komunitas/masyarakat.
Menurut Roy elemen dari proses keperawatan meliputi pengkajian tingkat
pertama dan kedua, diagnosa keperawatan, penentuan tujuan, intervensi dan
evaluasi
Fokus dari model ini adalah adaptasi dan tujuan pengkajian adalah
mengidentifikasi tingkah laku yang actual dan potensial apakah memperlihatkan
maladaptive dan mengidentifikasi stimulus atau penyebab perilaku
maladaptif.Empat model adaptasi dapat digunakan sebagai dasar kerangka kerja
untuk pedoman pengkajian. Mode ini juga meliputi psikologis, konsep diri, fungsi
peran dan model interdependensi.
Roy merekomendasikan pengkajian dibagi menjadi dua bagian, yaitu tahap dan
pengkajian tahap II
a) Tahap I : Pengkajian Perilaku
Ini merupakan tahap proses keperawatan yang bertujuan mengumpulkan data dan
memutuskan klien adptif dan maladaptive. Termasuk dalam model ini adalah
kebutuhan dasar manusia apakah dapat dipengaruhi oleh kekurangan atau
kelebihan. Misalnya terlalu sedikit oksigen, terlalu tinggi gula darah atau terlalu
banyak ketergantungan. Perawat menggunkan wawancara, observsi dan
pengukuran untuk mengkaji perilaku klien sekarang dan setiap mode. Berdasarkan
pengkajian ini perawat menganalisis apakah perilaku ini adaptif, maladaptive atau
potensial maladaptive.
b) Tahap II: Pengkajian faktor - faktor yang berpengaruh
Pada tahap ini termasuk pengkajan stimuli yang signifikan terhadap perubahan
perilaku seseorang yaitu stimuli focal, kontekstual dan residual.
 Identifikasi stimuh focal
Stimuli tocal merupakan perubahan penilaku yang dapat diobserasi. Perawat dapat
melakukan pengkaian dengan menggunakan pengkajian perilaku yaltu :
Keterampilan melakukan observasi, melakukan pengukuran dan interview.
 Identifikasi stimuli kontekstual
Stimuli kontekstual ini berkontribusi terhadap penyebab terjadinya perilaku atau
presipitasi oleh stimulus focal. Sebagal contoh anak yang di rawat dirumah sakit
mempunyai peran perilaku yang inefektif yaitu tidak belajar. Focal stimulus yang
dapat dildentifikasi adalah adanya fakta bahwa anak kehlangan skedul sekolah.
Stimulus kontekstual yang dapat diidentiflkasi adalah secara internal faktor anak
menderita sakit dan faktor eksternalnya adalah anak terisolasi. Stimulasi
kontekstual dapat diidentifikasi oleh perawat melalul observasi, pengukuran,
interview dan validasi.
Menurut Martinez, 1976 dalam Roy 1989, faktor kontekstual yang mempengaruhi
mode adaptif adalah genetic, sex, tahap perkembangan, obat, alkohol, tembakau,
konsep diri, peran fungsi, interdependensi, pola interaksi sosial, koping
mekanisme, stress emosi dan fisik religi, dan lingkungan fisik.
 Identifikasi stimuli residual
Pada tahap ini yang mempengaruhi adalah pengalaman masa lalu. Helson dalam
Roy, 1989 menjelaskan bahwa beberapa faktor dari pengalaman lalu relevan
dalam menjelaskan bagaimana keadaan saat ini. Sikap, budaya, karakter adalah
faktor residual yang sulit diukur dan memberikan efek pada situasi sekarang.
c) Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan menurut teori adaptasi Roy didefinisikan sebagai suatu
hasil dari proses pengambilan keputusan berhubungan dengan kurang mampunya
adaptasi. Diagnosa keperawatan dirumuskan dengan mengobservasi tingkah laku
kilen terhadap pengaruh lingkungan. Menurut Roy (1991) ada 3 metode dalam
membuat diagnosa keperawatan
Menggunakan 4 (empat) model adaptif, yaitu fisiologis, konsep diri, fungsi peran
dan interdependen
d) Penentuan Tujuan
Roy (1984) menyampaikan bahwa secara urnum tujuan pada intervensi
keprawatan adalah untuk mempertahankan dan mempertinggi perilaku adaptif dan
mengubah perilaku inefektif menjadi adaptif. Penentuan tujuan dibagi atas tujuan
jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan jangka panjang yang akan
dicapai meliputi : Hidup, tumbuh, reproduksi dan kekeuasaan. Tujuan jangka
pendek meliputi tercapainya tingkah laku yang diharapkan setelah dilakukan
manipulasi terhadap stimulus focal, konteksual dan residual.
e) Intervensi
Intervensi keperawatan dilakukan dengan tujuan , mengubah atau memanipulasi
stimulus fokal, kontekstual dan residual, juga difokuskan pada koping individu
atau zona adaptasi, sehingga seluruh rangsang sesuai dengan kemampuan indMdu
untuk beradaptasi.
f) Tindakan keperawatan berusaha membantu stimulus menuju perilaku adaptif. Hal
ini menekankan kembali pentingnya mengidentifikasi penyebab selama
pengkajian tahap II.
g) Evaluasi
Evaluasi merupakan penilaian efektifitas terhadap intervensi keperawatan
sehubungan dengan tingkah laku pasien. Perawat harus mengkaji tingkah laku
pasien setelah diimplementasi. Intervensi keperawatan dinilai efektif jika tingkah
laku pasien sesuai dengan tujuan yang ditetapkan

5. Model Sistem Imogene M King (1971)


Teori keperawatan model king memahami model konsep dari teori keperawatan
dengan menggunakan psistem terbuka dalam hubungan interaksi yang konstan
dengan limgkungan, sehingga King mengemukakan kkonsep kerjanya yang
meliputi adanya system personal, system interpersonal dan system sosial yang
saling berhubungan satu dengan yang lain.
Menurut King system personal merupakan system terbuka dimana di dalamnya
terdapat persepsi, adanya pola tumbuh kemban, gambaran tubuh, ruang dan waktu
dari individu dan lingkungan, kemudian hubungan interpersonal merupakan suatu
hubungan antara perawat dan pasien serta huhbungan sosial yang mengandung
arti bahwa suatu interaksi perawat dan pasien dalam menegakkan system sosial
sesuai dengan situasi yang ada. Melalui dasar system tersebut maka king
memandang manusia merupakan individu yang relative yakni bereaksi terhadap
situasi, orang dan objek.Manusia sebagai makhluk yang beriorentasi terhadap
waktu tidak lepas dari masa lalu dan sekarang yang dapat mempengaruhi masa
yanf akan daatang dan sebagai mahluk sosial manusia akan hidup bersama dengan
orang lain yang akan berinteraksi satu dengan yang lain.
Dalam buku King Tahun 1981, keluarga dibahas secara luas.King memandang
keluarga sebagai system sosial dan konsep utama dalam modelnya. Keluarga
diperlakukan baik sebagai konteks maupun klien. King menjlaskan bahwa teori
pencapaian tujuan bermanfaat bagi perawat bila terpanggil untuk membantu
keluarga dalam memelihara kesehatan mereka atau mengatsi masalah atau
keadaan sakit.
Keluarga seagai subsistem komunitas merupakan sistem terbuka di mana teijadi
hubungan timbal balik antara keluarga ciengan komunitas, yang sekaligus sebagai
umpan balik. Sesuai dengan model sistem dalam mengkaji komunitas, maka
keluarga dikaji sebagai sebuah sub sistem dan komunitas. lntervensi keperawatan
yang dilakukan terkait pada dua sasaran yaitu keluarga dan komunitas. Dengan
demikian keluarga merupakan unit pelayanan dasar di masyarakat/komunitas.
Komunitas merupakan suatu sistem yang terdiri dari sub sistem keluarga dari
supra sistemnya adalah sistem sosial yang lebih luas. Sub sistem yang terdapat
pada kornunitas sating berinteraksi, interrelasi, dan interdependensi satu Sama
lain. Adanya gangguan atau stressor pada salah satu sub sistem akan
mempengaruhi kornunitas, misalnya adanya gangguan pada salah satu sub sistem
pendidikan, di mana masyarakat akan kehilangan informasi dan pengetahuan.
Akibatnya dapat menimbulkan kurangnya pengetahuan akan kesehatan atau
ketidaktahuan dalam memodifikasi lingkungan sehingga memerlukan intervensi
keperawatan.
Tujuan yang ingin dicapai dari teori king (1971, 1981, 1987) berfokus pada
interaksi tiga system : Sistem personal, system interpersonal antara perawat dan
klien merupakan sarana dalam pemberian asuhan keperawatan, dimana proses
interpersonal dinamis yang ditampilkan oleh perawat dank lien di pengaruhi oleh
perilaku satu dengan yang lain, demikian juga oleh system asuhan kesehatan yang
berlaku. Tujuan perawat adalah meman\mfaatkan komunikasi untuk membantu
kklien dalam menciptakan dan mempertahankan adaptasi positif terhadap
lingkungan

Referensi
Alfaro, Le Fevre Rosalinda (2002), Applying Nursing Proccces :a Tool for
critical thinking, Philadelphia, Lippincot Williams and Wilkins

Badman, EL & Badman, B (1988), Fundamental Critical Thinking In Nursing,


Norwalk : Appeton and Lange.

Christenen, Pj & Kenney, Jw (1995), Nursing Process Application of Conceptual


Models, Fourth Edition, Mosby, St Louis Baltimore
No 2
Halo calon perawat hebat! Kali ini saya ingin sharing mengenai salah satu cita-cita saya. ya,
Registered Nurse. Saya ingin melanjutkan kuliah profesi di luar negeri dan mendapatkan
Registered Nurse di universitas tersebut..
Banyak teman-teman perawat yang belum begitu paham tentang Registered Nurse (RN)?
Jadi, RN Adalah perawat yang telah diregistrasi dan secara hukum telah memiliki lisensi untuk
praktek keperawatan. Registrasi dan lisensi ini diberikan oleh lembaga yang telah ditunjuk oleh
pemerintah atau melalui undang-undang. Syarat-syarat untuk dapat diregister mengacu pada
pendidikan keperawatan yang diakui.
Apakah sudah ada RN di Indonesia?
Bila merujuk pada definisi umum yang ada diatas, maka dapat disimpulkan bahwa, setiap perawat
yang telah memiliki SIP (surat ijin perawat) adalah RN.
Adakah syarat untuk menjadi RN?
Syarat untuk diregister di indonesia harus telah lulus pendidikan keperawatan yang diakui oleh
pemerintah dan asosiasi profesi. Saat ini ada dua katagori perawat lulusan baru, yaitu lulus
pendidikan Diploma III atau lulus pendidikan Ners. Kemudian calon memenuhi syarat-syarat
tertentu, seperti bebas dari catatan kriminal dan lulus uji kompetensi profesi.
Adakah Registered Nurse International?
Registrasi berlaku di setiap negara. Tidak ada satu lisensi untuk semua negara. Bila akan
menjalankan praktek keperawatan di negara lain, proses pendaftaran (registrasi) untuk bisa
menjalankan praktek (lisensi) harus dilakukan di negara tersebut, tapi dipersyaratkan bahwa
mereka yang mengajukan untuk diregister di negara lain, harus memiliki register juga di negara
asal. Namun beberapa negara memiliki sistem pengakuan mekanisme penapisan, sehingga untuk
proses registrasi menjadi lebih mudah.
Bisakah lembaga swasta atau lembaga pelatihan menerbitkan sertifikat RN?
Lembaga swasta atau lembaga pelatihan dapat menerbitkan sertifikat kompetensi untuk
kepentingan mereka sendiri (internal). Tetapi, pengakuan terhadap sertifikat tersebut mungkin tidak
berlaku bagi pihak lain. Untuk itu, hati-hati terhadap lembaga yang mengatakan bisa menerbitkan
sertifikat RN.
Apa peran PPNI dalam sertifikasi kompetensi?
Sebagai organisasi profesi, PPNI membuat berbagai standar kompetensi, kode etik dan juga
mengembangkan berbagai instrumen uji profesi dan kompetensi. Instrumen ini diharapkan bisa
menjadi penyaring agar perawat yang ter-register nanti benar-benar sesuai standar kompetensi
profesi yang diharapkan.
Sumber : http://www.inna-ppni.
Nah, saya juga menemukan grafik mengenai rata-rata gaji pekerjaan di Amerika Serikat tahun
2008. Dan,RN ada diurutan nomer 3 dengan jumlah $65,130, wow!

KREDENSIAL PRAKTIK KEPERAWATAN

Kredensial merupakan proses untuk menentukan dan mempertahankan


kompetensi keperawatan. Proses kredensial merupakan salah satu cara profesi
keperawatan mempertahankan standar praktik dan akuntabilitas persiapan
pendidikan anggotanya. Kredensial meliputi pemberian izin praktik (lisensi),
registrasi (pendaftaran), pemberian sertifikat (sertifikasi) dan akreditasi ( Kozier
Erb, 1990).
Karena proses kredensial praktik keperawatan di Indonesia belum ditata secara
sempurna, maka dalam penjelasan berikut akan diuraikan proses kredensial yang
dilaksanakan baik di Amerika maupun Kanada.

IZIN PRAKTIK DAN REGISTRASI


Izin praktik keperawatan pada dasarnya bukan merupakan topik baru bagi para
perawat Indonesia. PPNI dalam berbagai kesempatan telah mendiskusikan topik
ini. Para ahli yang antusias dalam mengembangkan kualitas dan praktik
keperawatan telah pula memberikan sumbangan pikiran. Namun, izin praktik
keperawatan sampai tulisan ini dibuat masih tetap merupakan perjuangan
keperawatan.
Bagi setiap profesi atau pekerjaan untuk mendapatkan hak izin praktik bagi
anggotanya, biasanya harus memenuhi tiga kriteria :
Ada kebutuhan untuk melindungi keamanan atau kesejahteraan masyarakat.
Pekerjaan secara jelas merupakan area kerja yang tersendiri dan terpisah.
Ada suatu organisasi yang melaksanakan tanggung jawab proses pemberian izin.
(Kozier Erb, 1990).
Izin praktik keperawatan diperlukan oleh profesi dalam upaya meningkatkan dan
menjamin professional anggotanya. Bagi masyarakat izin praktik keperawatan
merupakan perangkat perlindungan bagi mereka untuk mendapat pelayanan dari
perawat professional yang benar-benar mampu dan mendapat pelayanan
keperawatan dengan mutu tinggi.
Tidak adanya izin keperawatan menempatkan profesi keperawatan berasa pada
posisi yang sulit untuk menentukan mutu keperawatan. Kita ketahui bahwa di
Indonesia terdapat berbagai jenjang pendidikan keperawatan dengan standar atau
mutu antar institusi pendidikan yang tidak sama. Secara sederhana dapat
dinyatakan bahwa seseorang yang telah lulus dari pendidikan keperawatan belum
tentu cukup menguasai kompetensinya sebagai perawat. Situasi inilah yang
membuat para pemimpin keperawatan cukup prihatin. Pihak pasien tidak tahu
apakah pendidikan perawat atau justru diperburuk oleh kualitas keperawatan yang
diberikan oleh para perawat yang dipersiapkan dengan tidak mantap.
Perkembangan pemberian izin praktik keperawatan cukup bervariasi di setiap
Negara. Di Amerika Serikat misalnya, izin praktik keperawatan diberikan pada
perawat professional mulai pada tahun 1903 tepatnya di Negara bagian North
Carolina. Pada tahun 1923 semua Negara bagian telah mempunyai izin praktik
bagi para perawat.
Untuk mendapatkan izin praktik maka seorang lulusan dari pendidikan
professional keperawatan harus mendaftarkan diri pada dewan keperawatan yang
ada di setiap provinsi untuk mengikuti ujian. Di Amerika Dewan ini bernama
State Board of Nursing, atau Board of Registered Nursing, atau Board of Nurse
Examinors. Biaya ujian cukup bervariasi antara US$ 25- 100.
Di Kanada, perawat dalam bekerja tidak melalui proses pemberian izin kecuali di
provinsi Quebec. Namun, mereka tercatat atau didaftar oleh persatuan perawat di
masing-masing provinsi dan oleh College of Nurse of Ontario. Perawat di
Amerika juga didaftar sebagai pelengkap dari pemberian izin praktik.
Selain kepada perawat professional maka izin praktik juga diberikan pada para
lulusan dari pendidikan jangka pendek (misalnya dua tahun) untuk menjadi
registrated Nurse Assistance (RNA) yang lingkup kerjanya adalah membantu para
RN dalam memberikan asuhan keperawatan.
Bagi para perawat yang telah menyelesaikan pendidikan spesialisasi keperawatan
(Master Degree) maka kepada mereka diperbolehkan mengikuti ujian untuk
mendapatkan izin advanced nursing practice. Ujian yang diselenggarakan sesuai
dengan spesialisasi misalnya perawat spesialis anestesi, perawat spesialis
kebidanan, perawat spesialis klinik, perawat spesialis anak, perawat spesialis
kesehatan keluarga, perawat spesialis kesehatan sekolah, perawat spesialis jiwa
dan lain-lain. Setelah lulus ujian maka kepada mereka diberi sebutan keprofesian
sesuai spesialisasi yang diambil.

REGISTRASI
Registrasi merupakan pencantuman nama seseorang dan informasi lain pada
badan resmi baik milik pemerintah maupun non pemerintah. Perawat yang telah
terdaftar diizinkan memakai sebutan registered nurse. Untuk dapat terdaftar,
perawat harus telah menyelesaikan pendidikan keperawatan dan lulus ujian dari
badan pendaftaran dengan nilai yang diterima. Izin praktik maupun registrasi
harus diperbaharui setiap satu atau dua tahun.
Dalam masa transisi professional keperawatan di Indonesia, sistem pemberian izin
praktik dan registrasi sudah saatnya segera diwujudkan untuk semua perawat baik
bagi lulusan SPK, akademi, sarjana keperawatan maupun program master
keperawatan dengan lingkup praktik sesuai dengan kompetensi masing-masing.

SERTIFIKASI
Sertifikasi merupakan proses pengabsahan bahwa seorang perawat telah
memenuhi standar minimal kompetensi praktik pada area spesialisasi tertentu
seperti kesehatan ibu dan anak, pediatric , kesehatan mental, gerontology dan
kesehatan sekolah. Sertifikasi telah diterapkan di Amerika Serikat. Di Indonesia
sertifikasi belum diatur, namun demikian tidak menutup kemungkinan dimasa
mendatang hal ini dilaksanakan.

AKREDITASI
Akreditasi merupakan suatu proses pengukuran dan pemberian status akreditasi
kepada institusi, program atau pelayanan yang dilakukan oleh organisasi atau
badan pemerintah tertentu. Hal-hal yang diukur meliputi struktur, proses dan
kriteria hasil. Pendidikan keperawatan pada waktu tertentu dilakukan
penilaian/pengukuran untuk pendidikan D III keperawatan dan sekolah perawat
kesehatan dikoordinator oleh Pusat Diknakes sedangkan untuk jenjang S 1 oleh
Dikti. Pengukuran rumah sakit dilakukan dengan suatu sistem akrteditasi rumah
sakit yang sampai saat ini terus dikembangkan.

 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 1239/Menkes/SK/XI/2001

TENTANG

REGISTRASI DAN PRAKTIK PERAWAT

Menimbang : Bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah perlu diadakan


penyempurnaan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 647/Menkes/SK/IV/2000
tentang Registrasi dan Praktik Perawat.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Ttahun 1992 tentang Kesehatan


(Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3839).
2. Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 Tentang pemerintah Daerah (Lembaran
Negara Tahun 1999 Nomor 60 Tambahan lembaran Negara Nomor 3839);
3. Peraturan pemerintah Nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
(Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 49, tambahan lembaran Negara Nomor
3637);
4. Peraturan Pemerintah nomor 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah
dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonomi (Lembaran Negara Tahun
2000 Nomor 54 tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);
5. Peraturan pemerintah Nomor 20 tahun 2001 tentang pembinaan dan
pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah (Lembaran Negara Tahun
2001 Nomor 41 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4090);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan
Dekonsentrasi (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 62, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4095).

MEMUTUSKAN
Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA
TENTANG REGISTRASI DAN PRAKTIK PERAWAT.

 KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam keputusan Menteri ini dimaksud dengan:
1) Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat baik di dalam
maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
2) Surat izin perawat selanjutnya disebut SIP atau bukti tertulis pemberian
kewenangan untuk menjalankan pekerjaan keperawatan di seluruh wilayah
Indonesia.
3) Surat Izin Kerja selanjutnya disebut SIK adalah bukti tertulis yang diberikan
kepada perawat untuk melakukan praktik keperawatan di sarana pelayanan
kesehatan.
4) Surat Izin Praktik Perawat selanjutnya disebut SIPP adalah bukti tertulis yang
diberikan kepada perawat untuk menjalankan praktik perawat perorangan/
berkelompok.
5) Standar Profesi adalah pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk
dalam menjalankan profesi secara baik.

 PELAPORAN DAN REGISTRASI

Pasal 2

1) Pimpinan penyelenggaraan pendidikan perawat wajib menyampaikan laporan


secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi mengenai peserta didik
yang baru lulus, selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah dinyatakan lulus
pendidikan keperawatan.
2) Bentuk dan isi laporan dimaksud pada ayat (1) sebagaimana tercantum dalam
formulir I terlampir.

Pasal 3

1) Perawat yang baru lulus mengajukan permohonan dan mengirimkan


kelengkapan registrasi kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dimana sekolah
berada guna memperoleh SIP selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah
menerima ijazah pendidikan keperawatan.
2) Kelengkapan registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Foto kopi ijazah pendidikan perawat;
b. Surat keterangan sehat dari dokter;
c. Pas foto ukuran 4x6 cm sebanyak 2 (dua) lembar.
3) Bentuk permohonan SIP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam
formulir II terlampir.

Pasal 4

1) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi atas nama Menteri Kesehatan, melakukan


registrasi berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 untuk
menerbitkan SIP.
2) SIP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan oleh Kepala Dinas
Kesehatan Propinsi atas nama Menteri Kesehatan, dalam waktu selambat-
lambatnya 1 (satu) bulan sejak permohonan diterima dan berlaku secara nasional.
3) Bentuk dan isi SIP sebagaimana tercantum dalam formulir III terlampir.

Pasal 5

1) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi harus membuat pembukuan registrasi


mengenai SIP yang telah diterbitkan.
2) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi menyampaikan laporan secara berkala
kepada Menteri Kesehatan melalui Sekretariat Jenderal c.q. Kepala Biro
Kepegawaian Departemen Kesehatan mengenai SIP yang telah diterbitkan untuk
kemudian secara berkala akan diterbitkan dalam buku registrasi Nasional.

Pasal 6

1) Perawat lulusan luar negeri wajib melakukan adaptasi untuk melengkapi


persyaratan mendapatkan SIP.
2) Adaptasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada sarana
pendidikan milik pemerintah.
3) Untuk melakukan adaptasi perawat mengajukan permohonan kepada Kepala
Dinas Kesehatan Propinsi.
4) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dengan melampirkan:
a. Foto kopi ijazah yang telah dilegalisir oleh direktur jenderal pendidikan tinggi.
b. Transkrip nilai ujian yang bersangkutan.
5) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi berdasarkan permohonan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) menerbitkan rekomendasi untuk melaksanakan adaptasi.
6) Perawat yang telah melaksanakan adaptasi berlaku ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 2, pasal 3 dan pasal 4.

Pasal 7

1) SIP berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diperbaharui serta merupakan
dasar untuk memperoleh SIK dan/ atau SIPP.
2) Pembaharuan SIP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada Dinas
Kesehatan Propinsi dimana perawat melaksanakan asuhan keperawatan dengan
melampirkan:
a. SIP yang telah habis masa berlakunya;
b. Surat keterangan sehat dari dokter;
c. Pas foto ukuran 4x6 cm sebanyak 2 (dua) lembar.

BAB III
PERIZINAN

Pasal 8
1) Perawat dapat melaksanakan praktik keperawatan pada sarana pelayanan
kesehatan, praktik perorangan dan/ atau kelompok.
2) Perawat yang melaksanakan praktik keperawatan pada sarana pelayanan
kesehatan harus memiliki SIK.
3) Perawat yang melakukan praktik perorangan/berkelompok harus memiliki
SIPP.

Pasal 9
1) SIK sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat (2) diperoleh dengan
mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota
setempat.
2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan dengan
melampirkan:
a. Foto kopi SIP yang masih berlaku;
b. Surat keterangan sehat dari dokter;
c. Pas foto ukuran 4x6 cm sebanyak 2 (dua) lembar;
d. Surat keterangan dari pimpinan sarana pelayanan kesehatan yang menyatakan
tanggal mulai bekerja.
e. Rekomendasi dari Organisasi Profesi.
3) Bentuk permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum pada
formulir IV terlampir.

Pasal 10
SIK hanya berlaku pada 1 (satu) sarana pelayanan kesehatan.

Pasal 11

Permohonan SIK sebagaimana dimaksud dalam pasal 9, selambat-lambatnya


diajukan dalam waktu 1 (satu) bulan setelah diterima bekerja.

Pasal 12

1) SIPP sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat (3) diperoleh dengan


mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota
setempat.
2) SIPP hanya diberikan kepada perawat yang memiliki pendidikan ahli madya
keperawatan atau memiliki pendidikan keperawatan dengan kompetensi lebih
tinggi.
3) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan dengan
melampirkan:
a. Foto kopi ijazah ahli madya keperawatan, atau ijazah pendidikan dengan
kompetensi lebih tinggi yang diakui pemerintah;
b. Surat keterangan pengalaman kerja minimal 3 (tiga) tahun dari pimpinan sarana
tempat kerja, khusus bagi ahli madya keperawatan;
c. Foto kopi SIP yang masih berlaku;
d. Surat keterangan sehat dari dokter;
e. Pas foto ukuran 3x4 cm sebanyak 2 (dua) lembar;
f. Rekomendasi dari Organisasi Profesi.
4) Bentuk permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) seperti tercantum
pada formulir V terlampir;
5) Perawat yang telah memiliki SIPP dapat melakukan praktik berkelompok.
6) Tata cara perizinan praktik berkelompok sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 13

1) Rekomendasi untuk mendapatkan SIK dan/ atau SIPP dilakukan melalui


penilaian kemampuan keilmuan dan keteramplan dalam bidang keperawatan,
kepatuhan terhadap kode etik profesi serta kesanggupan melakukan praktik
keperawatan.
2) Setiap perawat yang melaksanakan praktik keperawatan berkewajiban
meningkatkan kemampuan keilmuan dan/ atau keterampilan bidang keperawatan
melalui pendidikan dan/ atau pelatihan.

Pasal 14

1) SIK dan SIPP berlaku sepanjang SIP belum habis masa berlakunya dan
selanjutnya dapat diperbaharui kembali.
2) Pembaharuan SIK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota setempat dengan melampirkan:
a. Foto kopi SIP yang masih berlaku;
b. Foto kopi SIK yang lama;
c. Surat keterangan sehat dari dokter;
d. Pas foto ukuran 4x6 cm sebanyak 2 (dua) lembar;
e. Surat keterangan dari pimpinan sarana pelayanan kesehatan;
f. Rekomendasi dari Organisasi Profesi.
3) Pembaharuan SIPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota setempat dengan melampirkan:
Foto kopi SIP yang masih berlaku;
Foto kopi SIPP yang lama;
Surat keterangan sehat dari dokter;
Pas foto ukuran 4x6 cm sebanyak 2 (dua) lembar;
Rekomendasi dari Organisasi Profesi.
BAB IV
PRAKTIK PERAWAT

Pasal 15
Perawat dalam melaksanakan praktik keperawatan berwenang untuk :
Melaksanakan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, penetapan diagnosa
keperawatan, perencanaan, melaksanakan tindakan keperawatan dan evaluasi
keperawatan.
Tindakan keperawatan sebagaimana dimaksud pada butir a meliputi : intervensi
keperawatan observasi keperawatan, pendidikan dan konseling kesehatan.
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan sebagaimana dimaksud pada huruf a
dan b harus sesuai dengan standar asuhan keperawatan yang ditetapkan oleh
organisasi profesi;
Pelayanan tindakan medik hanya dapat dilakukan berdasarkan permintaan tertulis
dari dokter.

Pasal 16
Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 perawat
berkewajiban untuk :
Menghormati hak pasien;
Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani;
Menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
Memberikan informasi;
Meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan;
Melakukan catatan perawatan dengan baik.

Pasal 17
Perawat dalam melakukan praktik keperawatan harus sesuai dengan kewenangan
yang diberikan , berdasarkan pendidikan dan pengalaman serta dalam
memberikan pelayanan berkewajiban mematuhi standar profesi.

Pasal 18
Perawat dalam menjalankan praktik perawat harus membantu program pemerintah
dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Pasal 19
Perawat dalam menjalankan praktik keperawatan harus senantiasa meningkatkan
mutu pelayanan profesinya, dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi melalui pendidikan dan pelatihan sesuai dengan bidang tugasnya,
baik diselenggarakan oleh pemerintah maupun organisasi profesi.

Padal 20
(1) Dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa seseorang/pasien, perawat
berwenang untuk melakukan pelayanan kesehatan diluar kewenangan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 15.
(2) Pelayanan dalam keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditujukan untuk penyelamatan jiwa.

Pasal 21
(1) Perawat yang menjalankan praktik perorangan harus mencantumkan SIPP di
ruang praktiknya.
(2) Perawat yang menjalankan praktik perorangan tidak diperbolehkan memasang
papan praktik.

Pasal 22
(1) Perawat yang memiliki SIPP dapat melakukan asuhan keperawatan dalam
bentuk kunjungan rumah.
(2) Perawat dalam melakukan asuhan keperawatan dalam bentuk kunjungan
rumah harus membawa perlengkapan perawatan sesuai kebutuhan.

Pasal 23

(1) Perawat dalam menjalankan praktik perorangan sekurang-kurangnya


memenuhi persyaratan :
a. Memiliki tempat praktik yang memenuhi syarat kesehatan;
b. Memiliki perlengkapan untuk tindakan asuhan keperawatan maupun kunjungan
rumah;
c. Memiliki perlengkapan administrasi yang meliputi buku catatan kunjungan,
formulir catatan tindakan asuhan keperawatan serta formulir rujukan.
(2) Persyaratan perlengkapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sesuai dengan
standar perlengkapan asuhan keperawatan yang ditetapkan oleh organisasi profesi.

 PEJABAT YANG BERWENANG MENGELUARKAN DAN


MENCABUT IZIN KERJA ATAU IZIN PRAKTIK

Pasal 24
(1) Pejabat yang berwenang mengeluarkan dan mencabut SIK atau SIPP adalah
kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
(2) Dalam hal tidak ada pejabat sebagamana dimaksud pada ayat (1) Kepala Dinas
Kesehatan Propinsi dapat menunjuk pejabat lain.

Pasal 25
(1) Permohonan SIK atau SIPP yang disetujui atau ditolak harus disampaikan oleh
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota kepada pemohon dalam waktu
selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak tanggal permohonan diterima.
(2) Apabila permohonan SIK atau SIPP disetujui, Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota harus menerbitkan SIK atau SIPP.
(3) Apabila permohonan SIK atau SIPP ditolak, Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota harus memberi alasan penolakan tersebut.
(4) Bentuk dan isi SIK atau SIPP yang disetujui sebagai mana dimaksud pada ayat
(2) tercantum dalam formulir VI dan VII terlampir.
(5) Bentuk surat penolakan SIK atau SIPP sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
tercantum dalam formulir VII dan IX terlampir.

Pasal 26
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menyampaikan laporan secara berkala
kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi setempat tentang pelaksanaan
pemberian atau penolakan SIK atau SIPP di wilayahnya dengan tembusan kepada
organisasi Profesi setempat.

 PEMBINAAN DAN PENGAWASAN


Pasal 27
(1) Perawat wajib mengumpulkan sejumlah angka kredit yang besarnya
ditetapkan oleh organisasi profesi.
(2) Angka kredit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikumpulkan dari kegiatan
pendidikan dan kegiatan ilmiah lain.
(3) Jenis dan besarnya angka kredit dari masing-masing unsure sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh organisasi profesi.
(4) Organisasi profesi mempunyai kewajiban membimbing dan mendorong para
anggotanya untuk dapat mencapai angka kredit yang ditentukan.

Pasal 28
Pimpinan sara pelayanan kesehatan wajib melaporkan perawat yang melakukan
praktik dan yang berhenti melakukan praktik pada sarana pelayanan kesehatannya
kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada
organisasi profesi.

Pasal 29
(1) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan/atau organisasi yang terkait
melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap eprawat yang menjalankan
praktik keperawatan di wilayahnya.
(2) Kegiatan pembinaan dan pengawasan sebagimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dilakukan melalui pemantauan yang hasilnya dibahas dalam pertemuan
periodik sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun.

Pasal 30
Perawat selama menjalankan praktik perawat wajib mentaati semua peraturan
perundang-undangan.

Pasal 31
(1) Perawat yang telah mendapatkan SIK atau SIPP dilarang :
a. Menjalankan praktik selain ketentuan yang tercantum dalam izin tersebut;
b. Melakukan perbuatan yang bertentangan dengan standar profesi.
(2) Bagi perawat yang memberikan pertolongan dalam keadaan darurat atau
menjalankan tugas di daerah terpencil yang tidak ada tenaga kesehatan lain,
dikecualikan dari larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) butir a.

Pasal 32
(1) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan/atau organisasi profesi dapat
memberi peringatan lisan atau tertulis kepada perawat yang melakukan
pelanggaran terhadap ketentuan keputusan ini.
(2) Peringatan lisan atau tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan
paling banyak 3 (tiga) kali dan apabila peringatan tersebut tidak diindahkan,
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat mencabut izin SIK atau SIPP
tersebut.
Pasal 33
Sebelum Keputusan pencabutan SIK atau SIPP ditetapkan, Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota terlebih dahulu mendengar pertimbangan dari Majelis
Disiplin Tenaga Kesehatan (MDTK) atau Majelis Pembinaan dan Pengawasan
Etika Pelayanan Medis (MP2EPM) sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

Pasal 34
(1) Keputusan pencabutan SIK atau SIPP disampaikan kepada perawat yang
bersangkutan dalam waktu sleambat-lambatnya 14 (empat belas) hari terhitung
sejak keputusan ditetapkan.
(2) Dalam Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disebutkan lama
pencabutan SIK atau SIPP.
(3) Terhadap keputusan pencabutan SIK atau SIPP sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat diajukan keberatan kepada pihak Kepala Dinas Kesehatan Propinsi
dalam waktu 14 (empat belas) hari setelah keputusan diterima, apabila dalam
waktu 14 (empat belas) hari tidak diajukan keberatan, maka keputusan pencabutan
SIK atau SIPP tersebut dinyatakan mempunyai kekuatan hokum tetap.
(4) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi memutuskan di tingkat pertama dan terakhir
semua keberatan mengenai pencabutan SIK atau SIPP.
(5) Sebelum prosedur keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditempuh
Pengadilan Tata Usaha Negara tidak berwenang mengadili sengketa tersebut
sesuai dengan maksud pasal 48 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang
Pengadilan Tata Usaha Negara.

Pasal 35
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan setiap pecnabutan SIK atau
SIPP kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi setempat dengan tembusan kepada
organisasi profesi setempat.

Pasal 36

(1) Dalam keadaan luar biasa untuk Kepentingan Nasional Menteri Kesehatan
dan/atau atas rekomendasi organisasi profesi dapat mencabut untuk sementara
SIK atau SIPP perawat yang melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
(2) Pencabutan izin sementara dimaksud pada ayat (1) selanjutnya diproses sesuai
dengan ketentuan keputusan ini.

 SANKSI

Pasal 37

(1) Perawat yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 15


dan/atau pasal 31 ayat (1) dikenakan sanksi administrasi sebagai berikut :
a. Untuk pelanggaran ringan, pencabutan izin selama-lamanya 3 (tiga) bulan;
b. Untuk pelanggaran sedang, pencabutan izin slema-lamanya 6 (enam) bulan;
c. Untuk pelanggaran berat, pencabutan izin selama-lamanya 1 (satu) tahun.
(2) Penetapan pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan atas
motif pelanggaran serta situasi setempat.

Pasal 38

Terhadap perawat yang sengaja :


a. Melakukan praktik keperawatan tanpa mendapatkan pengakuan /adaptasi
sebagaimana dimaksud dalam pasal 6; dan/atau
b. Melakukan praktik keperawatan tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam pasal
8;
c. Melakukan praktik keperawatan yang tidak sesuai dengan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 16; dan/atau
d. Tidak melaksankaan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam pasal 17.
Dipidana sesuai ketentuan pasal 35 Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996
tentang Tenaga Kesehatan.

Pasal 39

Pimpinan sarana pelayanan ksehatan yang tidak melaporkan perawat yang


berpraktik sebagaimana dimaksud dalam pasal 28 dan/atau mempekerjakan
perawat tanpa izin dikenakan sanksi administrative sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

 KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 40

(1) Perawat yang telah memiliki SIP, SIK dan SIPP berdasarkan Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 647/Menkes/SK/IV/2000 tentang Registrasi dan
Praktik Perawat, dianggap telah memiliki SIP, SIK dan SIPP berdasarkan
ketentuan ini.
(2) SIP, SIK dan SIPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku 5 (lima )
tahun sejak ditetapkan keputusan ini.

Pasal 41

(1) Perawat yang saat ini telah melakukan praktik perawat pada sarana pelayanan
kesehatan yang belum memiliki SIP, SIK dan SIPP berdasarkan Keputusan
Menteri Kesehtan Nomor 647/Menkes/SK/IV/200, wajib memiliki SIP, SIK dan
SIPP.
(2) SIP dapat diperoleh secara kolektif dengan mengajukan permohonan kepada
Kepala Dinas Kesehatan Propinsi setempat.
(3) SIK dapat diperoleh secara kolektif dengan mengajukan permohonan kepada
Kepala Dinas Kesehatan Propinsi setempat.
(4) Permohonan mendapatkan SIP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diperoleh
dengan melampirkan :
a. Foto copi ijazah pendidikan keperawatan
b. Surat keterangan sehat dari dokter;
c. Pas poto 4 X 6 sebanyak 2 (dua) lembar.
(5) Permohonan mendapatkan SIK sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dilengkapi dengan :
a. Foto copi ijazah pendidikan keperawatan;
b. Foto copi SIP
c. Surat keterangan sehat dari dokter;
d. Serat keterangan dari pimpinan sarana kesehatan yang menyatakan masih
bekerja sebagai perawat pada institusi bersangkutan;
e. Pas poto 4 X 6 sebanyak 2 (dua)
(6) Perawat yang saat ini tidak berpraktik dapat memperoleh SIP dengan
mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dengan
melampirkan :
a. Fotocopi ijazah pendidikan keperawatan;
b. Surat keterangan sehat dari dokter
c. Pas poto 4 X 6 sebanyak 2 (dua)

 KETENTUAN PENUTUP

Pasal 42
Dengan berlakunya Keputusan ini, maka Keputusan Menteri Kesehatan No.
647/Menkes/IV/200 tentang Registrasi dan Praktik Perawat dinyatakan tidak
berlaku lagi.

Pasal 43
Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Agar setiap orang mengetahuinya , memerintahkan pengundangan keputusan ini
dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL

Author : Lee An
PERAWAT
Defenisi
Menurut PERMENKES RI NO.1239 Tahun 2001 tentang Registrasi dan Praktik
Perawat, dijelaskan
PERAWAT adalah: Seseorang yang telah lulus pendidikan keperawatan,baik di
dalam maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.

dikutip oleh Elis, Hartley, 1980


Perawat adalah orang yang mengasuh, merawat dan melindungi, yang merawat
orang sakit, luka dan usia lanjut
Florence Nightingale
peran perawat adalah menjaga pasien mempertahankan kondisi terbaiknya
terhadap masalah kesehatan yang menimpa dirinya.

Dalam Surat Keputusan Menteri Negara Perdagangan Aparatur Negara Nomor


94/MENPAN/1986, tanggal 4 Nopember 1986, tenaga perawatan adalah, Pegawai
negeri sipil yang berijazah perawatan yang diberi tugas secara penuh oleh pejabat
yang berwenang untuk melakukan pelayanan kesehatan kepada masyarakat pada
unit pelayanan kesehatan (rumah sakit, Puskesmas)

Fungsi Perawat
Fungsi Independen
Fungsi dependen
Fungsi interdependen
Kategori Perawat (RUU)
Perawat Vokasional
Perawat Profesional
Perawat Profesional Specialis

KEPERAWATAN
Lokakarya kep.Nas 1983
keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian
intregral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif
serta ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat
yang mencakup seluruh siklus kehidupan manusia

4 elemen utama yang menjadi perhatian


1. Keperawatan adalah ilmu dan kiat -sains terapan ( applied science )
2. Keperawatan adalah profesi yang berorientasi pada pelayanan _ helping health
illness problem
3. Keperawatan mempunyai empat tingkat klien : individu,keluarga,kelompok,
dan komunitas dan
4.Pelayanan Keperawatan mencakup seluruh rentang pelayanan kesehatan

LOKAKARYA NASIONAL tentang KEPERAWATAN bulan JANUARI 1983 di


JAKARTA merupakan awal diterimanya KEPERAWATAN SEBAGAI SUATU
PROFESI.

Disimpulkan Keperawatan di Indonesia merupakan pelayanan yang diberikan


secara profesional. Definisi ini juga mempertegas bahwa keperawatan
merupakan profesi bukan sekedar pekerjaan atau vokasi

BOLEHKAH PERAWAT MEMBUKA PRAKTEK…????

STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN


Defenisi
 norma / penegasan tentang mutu pekerjaan seseorang perawat yang dianggap
baik, tepat dan benar yg dirumuskan dan digunakan sebagai pedoman pemberian
pelayanan keperawatan serta merupakan tolak ukur penilaian penampilan kerja
perawat
Menurut PPNI
praktik keperawatan adalah tindakan pemberian asuhan perawat profesional baik
secara mandiri maupun kolaborasi, yang disesuaikan dengan lingkup wewenang
dan tanggung jawabnya berdasarkan ilmu keperawatan.
Praktek Kep. profesional
 Tindakan mandiri perawat profesional melalui kerja sama bersifat kolaboratif
dengan klien dan dengan tenaga kesehatan lainnya dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawab.

Ciri-ciri praktek kep. profesional


· Otonomi dalam pekerjaan
· Bertanggung jawab dan bertanggung gugat
· Pengambilan keputusan yang mandiri
· Kolaborasi dengan disiplin lain
· Pemberian pembelaan
· Memfasilitasi kepentingan pasien

Suatu proses dimana perawat terlibat dengan klien, dan melalui kegiatan ini
masalah kesehatan klien diidentifikasi dan diatasi
Ciri-ciri atau tanda-tanda profesionalisme keperawatan (Miller)
Peningkatan dasar pengetahuan yang diberikan pada tingkat universitas dan
orientasi pengetahuan pada tingkat pascasarjana dan doktor (graduate level)
keperawatan.

Perwujudan kompetensi yang berasal dari dasar teori penegakan diagnosa dan
penanganan respon manusia terhadap masalah kesehatan baik aktual atau potential
(ANA, 1980).
Spesialisasi ketrampilan dan kompetensi yang membatasi keahlian (Miller, 1985).
Profesionalisme Perawat
Para perawat percaya bahwa tenaga profesional dalam bekerja tidak terlepas dari
empat esensi profesionalisme yaitu:
Kompetensi,
Standar etik yang tinggi,
Pengetahuan yang memadai
Kasih sayang

Fokus praktik Kep. Profesional


Kesehatan masyarakat
Sasaran => populasi secara menyeluruh
Memandang manusia sebagai makhluk holistik dalam pemberian askep
Tujuan Praktik Kep. Profesional (WHO)
Pencegahan
Peningkatan kesehatan
Perawatan diri
Peningkatan kepercayaan diri

AREA YG HARUS DIPAHAMI UNTUK MENJADI PERAWAT


PROFESIONAL
Promosi Kesehatan / Health promotion
Pemeliharaan kesehatan / Health Maintenance
Pemulihan kesehatan / Health Restoration
Perawatan org menjelang ajal
Peningkatan kesehatan (Health promotion).
Dalam kegiatan ini, perawat membantu masyarakat mengembangkan sumber-
sumber atau meningkatkan kesejahteraan/kesehatannya. Tujuan kesehatan yang
ingin diwujudkan adalah mencapai derajat kesehatan yang optimal. Contoh
kegiatan di sini adalah menjelaskan manfaat program latihan bagi pasien.

Pemeliharaan kesehatan (Health Maintenance).


Perawat melakukan aktivitas untuk membantu masyarakat mempertahankan status
kesehatannya. Contoh kegiatan di sini adalah mengajarkan atau menganjurkan
seorang usia lanjut melakukan latihan untuk mempertahankan kekuatan dan
mobilitas otot.

Pemulihan kesehatan (Health restoration).


Perawat membantu pasien meningkatkan kesehatan setelah pasien memiliki
masalah kesehatan atau penyakit. Sebagai contoh adalah mengajarkan pasien
merawat luka pembedahan atau membantu orang cacat mempertahankan kekuatan
fisik seoptimal yang dapat dilakukan.

Perawatan orang yang menjelang ajal.


Perawat memberikan rasa nyaman dan merawat orang dalam keadaan menjelang
ajal. Kegiatan dapat dilakukan di rumah sakit, rumah dan fasilitas kesehatan yang
lain.

Keyakinan dasar yg menuntun praktek keperawatan


Pandangan holistik tentang manusia
Falsafah humanistik
Hak setiap org u/ mendapat asuhan keperawatan yg baik
Keperawatan adalah bagian dari pelayanan kesehatan
Klien adalah mitra

Aturan mengenai praktik perawat


Keputusan mentri kesehatan RI No. 647/Menkes/SK/IV/200 diperbaharui dgn
keputusan Seorang NersNo. 1239 thn 2001 tentang Registrasi dan praktik
perawat dapat melakukan asuhan keperawatan kepada masyarakat (keluarga)
sebagai klien dengan dengan dimilikinya SIPP secara berkelompok atau
perorangan

Karena sudah ada aturan ttg praktik keperawatan. Masih diperlukan kah UU???
Tatanan Sist. Praktek Kep.
Mengapa praktik keperawatan perlu diatur melalui UU???
Perlunya UU Keperawatan
Perlindungan terhadap masyarakat
Perlindungan terhadap perawat
Pengendalian ilmu pengetahuan dan teknologi
LEGALITAS KEPERAWATAN

 proses pembuatan undang-undang atau penyempurnaan perangkat hukum yg


sudah ada yg mempengaruhi ilmu dan kiat dalam praktek keperawatan
Tujuan Legalitas
Perlindungan kepada masyarakat
Sumber informasi masyarakat ttg pelayanan keperawatan
Memelihara kwalitas pelayanan
Menjamin adanya perlindungan hukum bagi perawat
Memotifasi pengembangan profesi
Meningkatkan profesionalisme

Komponen legalitas
Sertifikasi
Registrasi
Lisensi
1. Sertifikasi
Proses pengakuan terhadap peningkatan pengetahuan, keterampilan (kompetensi)
seorg perawat dengan cara pemberian sertifikat atau ijazah

Tujuan sertifikasi
Menyatakan pengetahuan, keterampilan dan perilaku perawat sesuai dengan
pendidikan tambahan yg diikutinya
Menetapkan klasifikasi, tingkat dan lingkup praktek operawat sesuai pendidikan
Memenuhi persyaratan registrasi sesuai dengan area praktek keperawatn
2. Registrasi
 Proses pengakuan terhadap kemampuan seorg lulusan pendidikan keperawatan
untuk mendapatkan kewenangan dan keabsahan melakukan praktek keperawatan
Register Nurse:
Mengkaji status kesehatan individu dan kelompok
Menegakkan diagnosa keperawatan
Menentukan tujuan untuk memenuhi kebutuhan perawatan kesehatan
Membuat rencana strategi perawatan
Menyusun intervensi keperawatan untuk mengimplementasikan strategi
perawatan
Memberi kewenangan intervensi keperawatan yang dapat dilaksanakan orang lain,
dan tidak bertentangan dengan undang-undang

Tujuan registrasi
Menjamin kemampuan perawat untuk melakukan praktek keperawatan
Mempertahankan prosedur penatalaksanaan secara objektif
Mengidentifikasi jumlah dan kwalifikasi perawat yg akan melakukan praktek
keperawatan
Mempertahankan proses pemantauan dan pengendalian jumlah dan kwalitas
perawat profesional
Lisensi
Proses administrasi yg dilakukan oleh suatu badan independen yg berupa
penerbitan surat izin praktek
Tujuan Lisensi
Memberikan kejelasan batas kewenangan tiap kategori tenaga keperawatan u/
melakukan praktek keperawatan
Mengesahkan dan memberikan bukti untuk melakukan praktek keperawatan
profesional
Praktik keperawatan (ANA)
Praktik perlakuan terhadap kompensasi pelayanan profesional yangkeperawatan
memerlukan pengetahuan khusus tentang ilmu biologi, fisika/ilmu alam, perilaku,
psikologi, sosiologi dan teori keperawatan sebagai dasar untuk mengkaji,
menegakkan diagnosa, melakukan intervensi, dan evaluasi upaya peningkatan dan
pemertahanan kesehatan; penemuan dan pengelolaan masalah kesehatan, cidera,
atau kecacatan; pemertahanan fungsi optimal; atau meninggal dengan nyaman.

Lanjut……
Praktik keperawatan tidak terbatas pada administrasi, pendidikan, konseling,
supervisi dan evaluasi tetapi juga penanatalaksanaan medis, termasuk pemberian
obat dan penanganan sesuai dengan pesanan orang yang sah.
Setiap registered nurse secara langsung mempunyai akuntabilitas dan tanggung
jawab terhadap konsumen dalam memberikan perawatan yang berkualitas

1. Perawat Vokasional
seseorang yang mempunyai kewenangan untuk melakukan praktik dengan batasan
tertentu
dibawah supervisi langsung maupun tidak langsung oleh Perawat Profesional
Lisenced Vocasional Nurse (LVN)

2. Perawat Profesional
tenaga professional yang mandiri,
bekerja secara otonom dan berkolaborasi dengan yang lain
telah menyelesaikan program pendidikan profesi keperawatan,
telah lulus uji kompetensi perawat profesional yang dilakukan oleh konsil
Registered Nurse (RN)
3. Perawat Profesional Spesialis
seseorang perawat yang disiapkan diatas level perawat profesional
mempunyai kewenangan sebagai spesialis atau kewenangan yang diperluas dan
telah lulus uji kompetensi perawat profesional spesialis.

THANKS
GB

The Real Nurse, I'm Proud. Entries (RSS) .Comments (RSS). Pentingnya RN
(Registered Nurse Indonesia) Kedaulatan Bangsa. Diposkan oleh Sertifikasi RN. Senin,
08 Juni 2009. teman-teman Perawat di Indonesia dan di LN. Mencermati kondisi
nasional dan internasional yang berkembang saat ini, bahwa Perawat kita masih kelas
Pembantu (Care Giver atau Nurse Aid), betapapun tingginya pendidikan formal
perawat tersebut. Akar masalahnya bahwa Perawat Indonesia belum memiliki sitem
sertifikasi Profesi sesuai kebutuhan industri kesehatan. Sesuai dengan Regulasi RI di
UU no 13 tahun 2003, PP nomor 23 tahun 2004 dan Pedoman BNSP nomor 213,
Perawat indonesia bisa membangun sistem sertifikasi profesi yang menghasilkan
Registered Nurse (RN), yang dapat diakui di 10 negara ASEAN dan negara-negara WP-
SEAR. Tanpa UU Keperawatan tahun 2009 ini, Kita Bisa membuat perawat kita sejajar
dengan perawat dunia. apalagi didalam MRA on Nursing Services tingkat ASEAN yang
juga Indonesia ikut TT, kita seharusnya mendorong pemerintah dalam hal ini DEPKES
RI untuk berperan optimal sebagai Nursing Regualtory Authority (NRA). Skema
Sertifikasi Lembaga Registered Nurse Indonesia. Diposkan oleh Sertifikasi RN. Selasa,
02 Juni 2009. Skema Sertifikasi Lembaga Registered Nurse Indonesia. Sekretariat
LRP-RN Ikatan RN Indonesia. gedung Graha Samali Lt 2, Jl. : 021-7224441, e-mail :
rn indonesia@yahoo.com. Dalam hal pendidikan dan pelatihan pra uji RN, skema ini
dapat dipergunakan sebagai acuan dalam penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan
berbasis Profisiency. Disusun dalam rangka memenuhi acuan asosiasi Industri dan
organisasi profesi dalam rangka membangun system sertifikasi profesi keperawatan
Indonesia dan menciptakan professionalisme keperawatan Indonesia. Skema ini dapat
gunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan uji proficiency Registered Nurse ( RN )
di Indonesia. 13 2003 tentang ketenagakerjaan. 23 tahun 2003 tentang Sistem
Kesehatan Nasional. 23 tahun 2004 tentang Badan Nasional Sertifikasi Profesi. 32
tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan. Panduan Mutu Registrasi RN Indonesia (ISO
17024). Tuntutan industri ( PERSI, ARSADA, dll ). 2.1 Bidang : Regitered Nurse ( RN ),
jasa Keperawatan Professional. 2.2.1 Standar WPSEAR ( 18 Core Competencies RN ).
Atas dasar di atas, kami tetapkan tujuan Lembaga Registrasi Profesi RN adalah:. 3.1
Menetapkan dan meregistrasi perawat kompeten dengan kualifikasi RN Indonesia. 3.2
Memelihara dan mengembangkan kompetensi profesional RN Indonesia. 3.3 Menata
lingkup dan standar mutu pendidikan profesi RN Indonesia. 3.4 Meningkatkan standar
mutu pelayanan profesi RN Indonesia. 4.1 Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia
(PERSI). 4.2 Asosiasi Rumah Sakit Daerah (ARSADA) seluruh Indonesia (surat No. 4.5
Ikatan RN Indonesia (IRNI). Berdasarkan kesepakatan yang tertuang dalam Mutual
Recognition Arrangement on Nursing services yang ditanda tangani pada 8 desember
2006 di Cebu-Phillipina, maka ditetapkan Uji proficiency mengacu pada kualifikasi
General Registered Nurse yang berpedoman pada Standard Internasional ”18 Core
Competencies” bagi negara-negara Asia-Pasific. Yang diadopsi dari standard WPSEAR
melalui proses harmonisasi yang telah di verifikasi oleh BNSP selaku regulator
standard. Berdasarkan permintaan pemohon, LRP-RN memberikan uraian rinci yang
mutakhir mengenai proses registrasi untuk setiap skema registrasi yang sesuai
(termasuk biaya). Di samping itu LRP-RN memberikan dokumen yang memuat
persyaratan registrasi, hak pemohon, serta kewajiban profesi yang diregistrasi
termasuk kode etik profesi. 6.1 Uji proficiency (Assessment). 6.1.1 Uji Profesiensi
diselenggarakan mengacu kepada Standar RN Indonesia(adopsi standar RN kawasan
ASEAN and Pasifik Barat / 18 Core Competencies WPSEAR). 6.1.2 Uji Profesiensi
diselenggarakan oleh Bidang sertifikasi LRP-RN Indonesia yang direncanakan khusus
dan sesuai dengan kalender rencana kerja LRP-RN. 6.1.3 Uji Profesiensi menggunakan
metode uji Tertulis berbasis kertas ( paper base ) dan atau komp ... The Western
Pacific South East Asia Regulation (WPSEAR) competencies were set as the
benchmark for the project and for the development of the Pacific
competencies

Anda mungkin juga menyukai