A. Latar Belakang.
Pengangkutan tambang bawah tanah sangat penting dalam suatu
operasi penambangan. Dilaporkan dari 41 tambang dengan berbagai variasi
metode penambangan memperlihatkan bahwa biaya pengangkutan bawah
tanah rata-rata 17,22% dari total biaya, bervariasi antara 12,77% sampai
26,30%. (Mining Engineer Handbook, hal.11-02).
Transportasi dan komunikasi melalui sinyal/rambu merupakan sebagai
faktor penunjang untuk kelancaran operasi penambangan, baik tambang
terbuka dan Tambang Batubara bawah Tanah (Underground Mining) yang
saling berkaitan. Keterkaitan tersebut dimungkinkan dapat dipergunakan
mengingat beragamnya peralatan transportasi yang beroperasi pada waktu
bersamaan timbul akan bahaya sehubungan dengan sistem transportasi
tersebut. Untuk kelancarannya diperlukan pula adanya komunikasi yang baik
antara operator alat angkut dengan unit kerja yang lain agar transportasi
dalam lubang tambang dapat berjalan dengan lancar.
Perlu ditambahkan pula bahwa absensi karyawan juga merupakan
bagian dari sistem komunikasi dengan absensi dapat diketahui berapa jumlah
seluruh karyawan yang bekerja pada saat itu dan dimana saja lokasi mereka
hal ini sangat penting karena selain kondisi lingkungan kerja yang
terbatas/tertutup butuh supply udara segar (Safety), juga kesibukan operasi
tambang bawah tanah merupakan pekerjaan yang rawan akan terjadinya
kecelakaan dan komunikasi yang tidak terpenuhi dengan baik.
1
SISTEM TRANSPORTASI TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH
1. Kondisi Alam
- jumlah cadangan batubara
- kondisi lapisan batubara
- kondisi geologis
2. Rencana Penambangan
- metode penambangan
- metode penggalian
- jarak pentransportasian
- jenis alat transportasi
2
SISTEM TRANSPORTASI TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH
2. Conveyor
Conveyor adalah jenis unit mesin yang dipergunakan sebagai alat
angklut material/batubara didalam tambang, dimana jenis coveyor dapat dibagi
dalam dua bagian besar yaitu :
Chain Conveyor;
Belt Conveyor.
a) Chain Conveyor.
Chain conveyor adalah jenis alat angkut yang mempergunakan sistem
rantai, dimana jenis ini biasanya dipergunakan pada lokasi penambangan.
Jenis chain conveyor yang ada di Tambang dalam pada saat sekarang ini
antara lain adalah :
penggunaannya.
Secara umum dari masing-masing jenis chain conveyor tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut :
3
SISTEM TRANSPORTASI TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH
Gambar 3
Armoured Flexible Conveyor
Stage Loader
Stage Loader adalah jenis chain conveyor yang dipergunakan untuk
memindahkan muatan batubara dari AFC ke Belt Conveyor dimana untuk
satu Unit mesin ini biasanya dipasangkan paling panjang 30 meter.
Alat kelengkapan dari Stage Loader ini seperti Pans dan unit Drive
sama dengan ASFC hanya saja yang berbeda adalah dalam hal
besartnya KW motor penggerak yang dipasangkan, kerapatan dari
pasangan Flight bar dan jenis Tail End yang dipasangkan.
Ini adalah conveyor yang mengangkut batu bara dan lain-lain di dalam
trough berbentuk H untuk menaikkan kemampuan pengangkutan di
permuka kerja, seiring dengan berkembangnya mekanisasi tambang
batu bara. Ini adalah peralatan mesin di mana berbagai jenis rantai
disambung tanpa ujung (endless), untuk mengangkut berbagai bentuk
barang seperti barang curahan berupa batu bara, ampas batuan, biji-
bijian atau barang kemasan seperti karung, kotak, suku cadang mesin, di
atas pelat yang dipasang pada rantai atau langsung dengan rantai.
4
SISTEM TRANSPORTASI TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH
Sprocket wheel
Speed Kopling Motor
reducer fluida listrik
Gambar 4
Panzer Conveyor
b) Belt Conveyor
5
SISTEM TRANSPORTASI TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH
belt untuk conveyor, jarak angkut setiap unit peralatan meningkat drastis.
Contoh instalasi belt conveyor ditunjukkan pada gambar 5.
Gambar 5
Belt Conveyor
6
SISTEM TRANSPORTASI TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH
6. Take-ups” adalah untuk mengatur belt, dan untuk mencegah selip antara
belt dengan pulley penggerak ( drive pulley ) karena bertambah panjangnya
belt.
Jenis take-up” adalah : a. “Screw take-up” dan. b.“counterweight
take-up, yang ada dua macam yaitu :
1) “Horizontal ( carriage) gravity take -up”.
2). “Vertical gravity take-up”
7. “Bending the belt” adalah alat yang berguna untuk melengkungkan belt
adalah : a. pulley terahir atau pertengahan; b. susunan roller-roller;
c.adanya lenturan belt.
8. “Feeder” adalah untuk pemuatan material ke belt dengan kecepatan yang
teratur. Dari feeder dapat langsung ke belt atau melalui corongan untuk
mengurangi benturan pada waktu material jatuh ke belt.
9. Trippers” adalah alat untuk menumpahkan muatan pada suatu tempat,
karena kadang-kadang muatan harus dicurahkan pada beberapa tempat
yang tidak berbeda ujung belt.
10. Belt-cleaner” yaitu dipasang agar material tidak melekat pada “ return
belt”, karena belt, pulley, dan idler yang bersih akan memperpanjang umur
belt.
11. “Skirts” adalah untuk mencegah ceceran pada londing point yang
terbuat dari logam atau kayu dan dapat dipasang tegak atau miring.
12. Holdback” adalah untuk mencegah agar belt-conveyor yang
membawa muatan ke atas tidak berputar kembali ke bawah jika tanaga
putar dihentikan.
13. Kerangka ( frame) yaitu harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga
jalannya belt diatasnya baik, ini sangat tergantung pada medan operasinya
( mendatar, miring atau kombinasi keduanya ).
14. Motor penggerak yaitu untuk menggerakkan “drive pully”. Tenaga dari
motor harus disesuaikan untuk keperluan :
a. menggerakkan belt kosong dan mengatasi gesekan-gesekan antara
idler dengan komponen lain.
b. menggerakkan muatan secara mendatar ( horizontal);
c. mengangkat muatan secara tegak ( vertikal);
d. menggerakkan tripper dan perlengkapan lain;
e. memberikan percepatan pada belt bermuatan, bila diperlukan.
Jumlah material yang dapat diangkut oleh belt-conveyor tergantung dari :
- Lebar belt;
- Kecepatan belt;
- Sudut roller/idler terhadap bidang datar;
- “angle of surcharge” material,
- kerapatan material ( density)
- kemiringan belt.
7
SISTEM TRANSPORTASI TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH
Gambar 6
Luas Penampang Melintang Muatan pada Belt-Conveyor
Jika belt conveyor untuk mengangkut muatan dengan kemiringan ( baik) lebih
besar dari 10°, maka produksi belt-conveyor harus dikalikan dengan
konstanta, sebagai berikut :
Kemiringan Konstanta
10°………………………………0.98
15°………………………………0.96
20°………………………………0.94
25°………………………………0.91
Sudut kemiringan mampu angkut berbeda menurut sifat dan bentuk benda yang
diangkut. Pada tabel I ditunjukkan standar untuk belt biasa dengan sudut trough
20°.
Tabel I
Sudut Kemiringan kemampuan Angkut Belt Conveyor
8
SISTEM TRANSPORTASI TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH
Gypsum
Tanah 20° 23°
(bongkah) 16° (serbuk)
Belerang
Biji-bijian 20° Bungkus kertas 16° 21°
(serbuk)
* Bungkus kertas 25~45°
* Sudut mampu, apabila menggunakan bucket conveyor
Dari tabel di atas dapat dikatakan, bahwa sudut kemiringan maksimum belt
conveyor untuk pengangkutan batu bara dan batuan adalah 18~22 o.
Jalur Rel
a. Pemilihan rel
Ancar-ancar ukuran rel yang digunakan di dalam tambang bawah
tanah ditentukan oleh berat lori tambang dan lokomotif, serta kecepatan
operasinya. Rel yang digunakan saat ini di Jepang, di butt level adalah rel
15kg dan di lorong pengangkutan utama adalah rel 30kg. Pemilihan rel
sebaiknya dilakukan dengan pertimbangan, bahwa umumnya di dalam
tambang bawah tanah tidak dilakukan perlindungan jalur rel dengan baik.
Rel
Sistem topang
Sistem selang seling
Gambar 7
Metode penggelaran rel
9
SISTEM TRANSPORTASI TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH
lorong yang ada pancaran air adalah 1/100~1/200, dan pada pengangkutan
lokomotif adalah 1/200~1/500.
Tabel II
Radius tikungan minimum jalur rel di lorong
Pengangkutan lokomotif 10 m
Selain itu 7m
Kasus khusus 5m
Apabila lori tambang tidak menggunakan bogi, yakni roda depan dan
belakang sejajar dan dibuat tetap, maka kalau gauge di tikungan tidak
dilebarkan sedikit, lori akan mengalami kesulitan waktu melewati tikungan.
Besarnya pelebaran gauge ini disebut slack. Tidak dibenarkan
membuat slack melebihi 25mm. Kemudian, slack tidak diperlukan untuk
tikungan beradius lebih dari 60m. Untuk mencari slack tikungan, dapat
memakai rumus berikut.
50L
e
R
e : Slack (mm)
R : Radius tikungan jalur rel (m)
L : Jarak poros roda lori tambang atau lokomotif (m)
Selain itu, pada waktu lori tambang melewati tikungan, ada
kecenderungan lepas keluar dari rel akibat gaya sentrifugal. Untuk
mencegah hal ini, rel sebelah luar sedikit ditinggikan dari pada rel sebelah
dalam. Besarnya peninggian ini disebut cant jalur rel. Cant dapat dihitung
dengan rumus berikut.
10
SISTEM TRANSPORTASI TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH
perputaran lori, makin baik pula persentase pemanfaatan lori dan efisiensi
pengangkutannya. Menurut contoh aktual pada masa lalu di Jepang,
perputaran lori minimum adalah 1,3 kali/hari, maksimum 4,2 kali/hari, dan
rata-rata 2,44 kali/hari. Apabila perputaran lori diketahui, jumlah lori batu bara
yang dibutuhkan dapat dihitung kasar dari kapasitas lori dan jumlah muatan
yang diangkut dalam satu hari. Akan tetapi, kenyataannya selain lori tersebut,
harus dipersiapkan juga lori tambang cadangan sekitar 20~30%, karena
kemungkinan adanya kerusakan dan perawatan.
DC
M A
B
Nilai A ditentukan oleh jumlah lori yang dapat parkir di lokasi trek ganda,
jumlah lori parkir di permuka kerja atau ujung lorong serta jumlah lori di
tempat pengendalian lori di pertemuan antara sumuran miring dengan level
(makitate). Namun, perlu juga memperhatikan produksi batu bara permuka
kerja, jarak butt level, kapasitas pengerekan di sumuran miring dan lain-lain.
d. Tahanan gesek
Pada waktu benda bergerak di atas suatu permukaan, di antara
keduanya akan bekerja gaya yang berusaha menghalangi gerakan
tersebut. Inilah yang disebut tahanan gesek. Tahanan gesek terdiri dari
tahanan gesek luncur dan tahanan gesek gelinding. Tahanan gesek luncur
jauh lebih besar dari pada tahanan gesek gelinding. Selain itu, ada gesekan
yang timbul pada waktu benda diam mulai digerakkan, dan gesekan yang
diterima selama bergerak. Yang pertama disebut gesekan statis dan yang
kedua disebut gesekan dinamis.
11
SISTEM TRANSPORTASI TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH
Tahanan gesek pada lori tambang antara lain timbul dari gesekan
antara roda dan bantalan (bearing), antara rel dan roda, antara bantalan
dan poros roda. Tahanan gesek di level dapat dihitung dengan rumus
berikut.
F = n (W + L) f
e. Tahanan tanjakan
Tahanan yang diterima lori
pada waktu bergerak di atas suatu
permukaan miring disebut tahanan
tanjakan.
Apabila lori berada di atas
permukaan dengan sudut
kemiringan seperti gambar 8,
maka gaya yang bekerja ke arah
vertikal karena gravitasi akan
terurai menjadi gaya yang
berusaha meluncur turun di atas
permukaan miring dan gaya yang
bekerja tegak lurus terhadap Gambar 8
permukaan miring. Yang pertama Lori
merupakan gaya yang berusaha
meluncur turun permukaan miring,
dan ini disebut tahanan tanjakan.
f. Tahanan tikungan
Di bagian tikungan jalur rel timbul gesekan antara daun roda dan rel.
Selain itu, karena panjang rel sisi dalam tidak sama dengan panjang rel sisi
luar, maka pada roda tetap, roda akan slip di atas permukaan rel, dan lori
cenderung roboh ke sebelah luar karena gaya sentrifugal. Oleh karena itu,
pada waktu lori tambang melewati bagian tikungan jalur rel, akan menerima
satu jenis tahanan. Tahanan ini disebut tahanan tikungan.
Pada kenyataannya, besar tahanan tikungan sulit dicari secara pasti.
Oleh karena itu, dalam prakteknya tidak menjadi masalah dengan
melakukan pendekatan melalui penambahan 20~30% terhadap hasil
hitungan nilai tahanan gesek.
12
SISTEM TRANSPORTASI TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH
g. Tahanan inersia
Agar lori dalam keadaan diam dapat membangkitkan gerakan hingga
mencapai kecepatan maksimun, harus dapat mengatasi inersia. Artinya,
untuk mencapai kecepatan maksimum dari keadaan diam, akan menerima
suatu tahanan. Tahanan ini disebut tahanan inersia.
h. Tahanan tali
Ini adalah tahanan yang timbul akibat gesekan, karena tali digerakkan
serta tali meluncur di atas lorong, pada waktu lori ditarik dengan tali.
i. Tahanan udara
Ini adalah tahanan yang diterima lori pada waktu bergerak menghadapi
aliran udara ventilasi di dalam tambang bawah tanah.
4. Lokomotif
13
SISTEM TRANSPORTASI TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH
Gambar 9
Lokomotif Listrik (Batere)
5. Rope Haulage
Endless-Rope Haulage
Konstruksi
Konstruksi endless-rope haulage terdiri dari :
- sebuah motor penggerak
- sebuah surge wheel
- sebuah return wheel (dilengkapi dengan tension)
- sebuah spreader wheel (dilengkapi dengan tension)
- sebuah rope
- dua buah track
- rangkaian kereta (tub) kosong
- rangkaian kereta (tub) isi
14
SISTEM TRANSPORTASI TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH
Gambar 10
Endless-Rope Haulage
Gambar 11
Main-and-Tail Rope Haulage
15
SISTEM TRANSPORTASI TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH
- sebuah track
- sebuah rope
- sebuah rope untuk menggulung rope
- sebuah motor penggerak
- rangkaian kereta (tub)
Keuntungan main or direct rope haulage
- sederhana dan fleksibel
- mudah diperpanjang selama rope masih mencukupi
- hanya memerlukan single track
- ventilasi mudah
- pergantian material yang diangkut (batubara, debris, batu, dll.) mudah
diatur
- kecepatan tinggi
Kerugian main or direct rope haulage
- mempunyai sistim yang unbalance
- memerlukan HP besar
- diperlukan pengereman saat menurunkan rangkaian kosong
Rangkaian
lori
drum hoist
Gambar 12
Main or Direct Rope Haulage
Untuk menggerek turun lori kosong diperlukan gaya turun yang lebih
besar dari dari pada gabungan antara lahanan gesek lori tambang dan
berat serta tahanan gesek rope. Olehn karena itu, batas minimum
kemiringan inclined shaft pada direct haulage adalah sekitar 4 °.
Sementara kalau lebih dari 25 °, ada kemungkinan bahaya muatan tumpah
dari lori tambang. Batas maksimumnya adalah 30 °, dan lebih dari itu
sebaiknya menggunakan metoda skip hoisting. Kemiringan inclined Shaft
yang paling sesuai adalah 10-15 °.
16
SISTEM TRANSPORTASI TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH
Gambar 13
Balance Main-Rope Haulage
6. Scraper
Seperti ditunjukkan pada gambar 11, pengangkutan scraper tersusun
dari 1 drum, 2 drum atau 3 drum scraper hoist 1, 2 atau 3 buah tali kawat (wire
rope) yang menghubungkan hoist dengan scraper. Dengan menjalankan
scraper hoist, scraper dipindahkan ke depan dan ke belakang secara
bergantian untuk menggaruk dan mengumpulkan ampas batuan atau batu
bara dari permuka kerja yang dimuat ke lori tambang dan dijatuhkan ke chute.
Selain itu, dahulu scraper digunakan secara luas pada pengisian ampas
batuan di gob, pekerjaan perataan lantai dan penggalian di sumuran miring
yang landai.
Gambar 13
Sistem Scraper
17
SISTEM TRANSPORTASI TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH
Gambar 14
Cage Hoisting
18
SISTEM TRANSPORTASI TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH
Gambar 15
Skip Hoisting
8. Transportasi Pekerja
19
SISTEM TRANSPORTASI TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH
Gambar 14
Kereta Manusia (Man Car)
1. Manajemen Transportasi.
Manjalankan transportasi di dalam terowongan secara ideal
adalah pekerjaan yang sulit bagi tambang batubara bawah tanah. Hal
ini akan membawa pengaruh yang besar kepada efisiensi. Tujuan
utama dari manajemen transportasi adalah meneliti secara ilmiah
penyebab terjadinya keburukan transportasi akibat kesulitan tadi, untuk
selanjutnya diselesaikan dengan metode yang paling rasional.
Disini akan diuraikan mengenai manajemen transportasi tambang
batubara bawah tanah yang sudah ada.
Manajemen fasilitas
Untuk meningkatkan efisiensi transportas, harus menggunakan
fasilitas transportasi yang paling tepat secara rasional, dan merawat
agar menjadi kondisi terbaik, untuk mengupayakan pencegahan
kecelakaan dan kerusakan. Pada umumnya, manajemen fasilitas
20
SISTEM TRANSPORTASI TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH
Meneliti lori tambang di setiap tempat untuk setiap waktu secara serentak.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, dilakukan manajemen transportasi
sebagai berikut :
Cara untuk menghasilkan efisiensi transportasi yang maksimum.
Distribusi lori tambang terhadap setiap permuka kerja.
Pemanfaatan sistem yang menurunkan puncak (peak) produksi batubara,
serta perubahan waktu operasi lokomotif, hoist utama, fasilitas operasi
batubara dan lain-lain.
metode untuk mengetahui kondisi operasi dari waktu ke waktu.
21
SISTEM TRANSPORTASI TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH
22
SISTEM TRANSPORTASI TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH
DAFTAR PUSTAKA
1. Howard L. Hartman, “Introductory Mining Engineering”, John Wiley & Sons, New
York 1987.
4. Robert Peele dan John A Crurch, Mining Engineers Handbook, Wiley Eastern
Private Limeted , Underground Transport, New Delhi, 1964.
23
SISTEM TRANSPORTASI TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH
5. Robert Stefanko, “Coal Mining Technology”, American Institute of Mining, New York,
2004.
24