Wonatorei Helena K Identifikasi Jenis-Je PDF
Wonatorei Helena K Identifikasi Jenis-Je PDF
OLEH
HELENA KAROLINA WONATOREI
2006 45 004
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS NEGERI PAPUA
MANOKWARI
2013
IDENTIFIKASI JENIS – JENIS TUMBUHAN MANGROVE
DI KAMPUNG SANGGEI DISTRIK UREI – FAISEI
KABUPATEN WAROPEN
Oleh
Helena Karolina Wonatorei
20645004
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan
Pada
Fakultas Kehutanan Universitas Negeri Papua
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS NEGERI PAPUA
MANOKWARI
2013
RINGKASAN
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas Kasih
Karunia, Berkat, dan Perlindungan-Nya sehingga skripsi dengan judul
:”Identifikasi Jenis – Jenis Tumbuhan Mangrove Di Kampung Sanggei ,
Distrik Urei – Faisei, Kabupaten Waropen, Papua.”
tulus kepada :
studi.
Papua.
4. Ibu Srihartati Harto, S. Hut., M.Sc. selaku Dosen Wali selama penulis
5. Bapak Prof. Dr. Charlie D. Heatubun, S. Hut., M.Si., FLS. dan Bapak Ir.
Manokwari.
9. Semua pihak yang telah membantu kami baik moral maupun material yang
keempat adik Powel, Leti, Sandrin dan Leno dan ketiga anakku terkasih
Elvira, Romye dan Eliezer serta suamiku tersayang Marthinus Simon Duwiri
di Waropen, dan Nenekku tercinta di Jayapura, atas cinta dan kasih sayang serta
doa yang selalu mengiringi penulis dalam harapan akan keberhasilan penulis.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari
diharapkan demi penyempurnaan tulisan ini. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat
Penulis
RIWAYAT HIDUP
sebagai anak kedua dari lima bersaudara dari Ayahanda bernama Eliezzer
Penulis memulai jenjang pendidikan formal pada tahun 1994 pada Sekolah
Dasar INPRES SP-5 Urfas hingga tamat tahun 2000 dan melanjutkan ke Sekolah
Menengah Pertama Negeri 3 Waropen Bawah dan tamat tahun 2003 selanjutnya
penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas YPK Diaspora Kota Raja dan
PENDAHULUAN
Masalah ............................................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA
Identifikasi .......................................................................................... 6
Zona Mangrove................................................................................... 11
Penduduk ............................................................................................ 15
METODE PENELITIAN
Analisis Data....................................................................................... 20
Sonneratia alba................................................................................... 25
Kesimpulan ......................................................................................... 39
Saran ................................................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
1. Deskripsi Jenis – Jenis Mangrove Yang DiIdentifikasi ....................... 23
Latar Belakang
Luas hutan mangrove di seluruh Papua adalah 1,350 juta hektar dan jenis-
jenis mangrove yang hadir di Papua diantaranya Bruguiera cunjugata, Bruguiera
carpyophyloides, Bruguiera lerioptala, Bruguiera parviflora,Rhizophora
mucronata, Rhizophora conjugata, Xylocarpus granatum, Xylocarpus
moluccensis,Ceriops condeliana, Avicennia officinalis, Hertiera littoralis,
Sonneratia alba dan Sonneratia acidu dengan penyebaran di daerah pantai utara
dan selatan pulau Papua ,diteluk Saireri, sepanjang sungai Mamberamo,diteluk
Homblot Jayapura, diteluk Wasoki, Ansus, di sebelah timur antara pulau Biak dan
Yapen,sedangkan di bagian selatan mangrove tumbuh di sepanjang pantai
Waigeo, sebelah utara pegunungan, di pantai Semenanjung Barai di sekitar Teluk
Bentuni. (Soehardjadi, 1962 dalam Silalahi, 1995).
1
bakau (Rhizophora sp.), tanjang (Bruguiera sp. dan Ceriops sp.), Sonneratiaceae
gogon (Sonneratia sp.), Avicenniaceae api-api (Avicennia sp.), dan Meliaceae
(Xylocarpus sp.). (Bengen, 2001).
2
Masalah
Pada masa pembangunan belakang ini banyak areal mangrove yang ditebang
untuk memenuhi kebutuhan konserversi lahan menjadi tambak dan pemanfaat
mangrove sebagai obat tradisional, bahan bangunan, perkakas rumah tangga, kayu
bakar, arang, minuman dan penggunaan lainnya. Akibat dari kegiatan tersebut
maka hutan mangrove tidak dapat diketahui secara baik jenis – jenis yang belum
diidentifikasi.
Oleh karena itu sebelum terjadinya perubahan fungsi hutan tersebut, maka
dianggap sangat perlu dilakukan penelitian mengenai jenis – jenis tumbuhan
mangrove sebagai data dasar strategi pelestarian hutan mangrove.
3
Tujuan dan Manfaat
4
TINJAUAN PUSTAKA
Identifikasi
Hutan mangrove sering disebut hutan bakau atau hutan payau dan hutan
pasang surut. Berdasarkan undang - undang No. 41 tahun 1999 tentang Ketentuan
Pokok Kehutanan, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan
berisi sumber daya hutan hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan
alam lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan
menurut Steenis (1978) dalam Simbolon (1990) menjelaskan bahwa yang
dimaksud dengan hutan mangrove adalah vegetasi hutan yang tumbuh di antara
garis pasang surut tetapi dapat tumbuh pada pantai karang yaitu pada karang koral
yang mati yang diantaranya tertimbun lapisan tipis pasir, ditimbuni lumpur atau
pantai berlumpur.
5
Ciri-ciri hutan mangrove menurut Soerianegara dan Indrawan (1998) adalah
sebagai berikut :
Tidak terpengaruhi iklim
Terpengaruh pasang surut
Tanah tergenang air laut, tanah lumpur atau berpasir terutama
tanah liat
Terdapat pada tanah rendah
Tidak mempunyai stratum tajuk
Tinggi pohon dapat mencapai tinggi 30m
Jenis pohon menyebar mulai laut ke darat
Jenis - jenis mangrove yang termasuk dalam ciri tersebut adalah Rhizophora,
6
Jenis – Jenis Mangrove
Dari sekian banyak jenis mangrove di Indonesia, jenis mangrove yang banyak
ditemukan antara lain adalah jenis api - api (Avicennia sp.), bakau (Rhizophora
sp.), tancang (Bruguiera sp.), dan bogem atau pedada (Sonneratia sp.)
merupakan tumbuhan mangrove utama yang banyak dijumpai. Jenis - jenis
mangrove tersebut adalah kelompok mangrove yang menangkap, menahan
endapan dan menstabilkan tanah habitatnya.
Jenis api - api (Avicennia sp.) atau di dunia dikenal sebagai black mangrove
mungkin merupakan jenis terbaik dalam proses menstabilkan tanah habitatnya
karena penyebaran benihnya mudah, toleransi terhadap temperartur tinggi, cepat
menumbuhkan akar pernafasan (akar pasak) dan sistem perakaran di bawahnya
mampu menahan endapan dengan baik.
7
Avicennia alba
Deskripsi umum : Belukar atau pohon yang tumbuh menyebar, ketinggian
mencapai 25m, memilki akar nafas biasanya tipis yang ditutupi oleh lentisel.
Kulit kayu luar berwarna keabu - abuan atau gelap kecoklatan. Beberapa
ditumbuhi tonjolan kecil, permukaan daun halus.
Bruguiera gymnorrhiza
Deskripsi umum : Pohon selalu hijau dengan ketinggian mencapai 30 m.
Kulit kayu memilki lentisel berwarna abu - abu tua hingga coklat. Akar lutut
kadang – kadang papan.
Bruguiera parviflora
Deskripsi umum : Pohon yang selalu hijau dengan ketinggian kadang –
kandang mencapai 30 m. Kulit kayu coklat muda abu - abu halus hingga
kasar, lentisel berukuran besar. Akar lutut kadang – kadang papan.
Ceriops tagal
Deskripsi umum : Pohon atau semak kecil dengan ketinggian mencapai 25
m. Kulit kayu berwarna coklat kadang – kadang berwarna abu – abu, dan
memiliki akar tunjang yang kecil.
Ceriops decandra
Deskripsi umum : Pohon atau perdu dengan tinggi 3 meter. Kulit kayu
berwarna abu – abu kekuningan muda dengan tambalan coklat gelap, dan
memiliki akar banir berasal dari akar tunjang.
Condelia candel
Deskripsi umum : Semak atau Pohon kecil, tinggi hingga 7m dengan
pangkal lebih tebal. Umumnya tanpa akar nafas. Kulit kayu berwarna keabu
– abuan hingga coklat kemerahan, permukaan halus dan memiliki lentisel.
Lumnitzera littorea
Deskripsi umum : Pohon dengan tinggi mencapai 10 m, kulit kayu abu-abu
kecoklatan, beralur, dan terdapat cela sepanjang sumbu batang pohon. Akar
banir kecil dan akar napas, kadang – kadang tidak tampak adanya akar
udara.
8
Lumnitzera racemosa
Deskripsi umum : Pohon atau perdu dengan tinggi mencapai 5 m, kulit
kayu abu – abu, memiliki celah longitudinal, terutama pada batang pohon
tua. Tidak ada akar udara.
Rhizophora apiculata
Deskripsi umum : Pohon dengan ketinggian mencapai 30 m dengan
diameter batang 50 cm. Kulit kayu berwarna abu – abu cabang.
Rhizophora mucronata
Deskripsi umum : Pohon dengan ketinggian mencapai 27 m, memiliki
diameter 70 cm dengan kulit kayu berwarna gelap hingga hitam. Akar
tunjang dan akar udara yang tumbuh dari percabangan bawah.
Rhizophora stlosa
Deskripsi umum : Pohon dengan ketinggian mencapai 6 m, kulit kayu
berwarna abu – abu sampai hitam, relative halus, beralur. Akar tunjang
yang tumbuh dari percabangan bawah.
Sonneratia alba
Deskripsi umum : Pohon berukuran kecil atau sedang biasanya ketinggian
mencapai 5 m - 20 m, memiliki akar nafas.
Sonneratia caseolaris
Deskripsi umum : Pohon dengan tinggi mencapai 16 m, kulit kayu halus.
Memiliki akar napas, berbentuk kerucut, tinggi akar dapat mencapai 1 m.
Xyocarpus granatum
Deskripsi umum : Pohon dapat mencapai ketinggian 10 m – 20 m, memiliki
akar papan. Batang sering berlubang berwarna coklat muda kekuningan,
tipis dan mengelupas. Sementara pada cabang yang muda kulit kayu
berkeriput.
Xylocarpus moluccensis
Deskripsi umum : Pohon tingginya antara 5 m – 20 m. Memiliki akar nafas
mengerucut berbentuk cawan. Kulit kayu halus, semetara pada batang utama
memiliki guratan – guratan permukaan yang tergores dalam.
9
Aegiceras floridum
Deskripsi umum : Pohon atau perdu dengan tinggi mencapai 5 m, tidak
memiliki akar udara yang mencolok.
Aegiceras corniculatum
Deskripsi umum : Pohon/perdu dengan tinggi 6 m, daun memiliki kelenjar
garam, tidak ada akar udara yang mencolok.
Mangrove Ikutan
Baringtonia asiatica
Deskripsi umum : Pohon berukuran kecil hingga sedang dengan ketinggian
7 m – 30 m dan diameter 25 cm – 100 cm. Mahkota pohon berdaun besar
dan rimbun. Kulit kayu abu – abu agak merah muda dan halus.
Hibiscus tiliaceus
Deskripsi umum : Pohon yang tumbuh tersebar dengan ketinggian
mencapai 15 m, kulit kayu halus, berwarna coklat keabu – abuan.
Acanthus ilicifolius
Deskripsi umum : Semak, dengan tinggi mencapai 1,5 m di temukan di
sepanjang daerah pasang surut dan bagian tepi dataran di wilayah mangove,
kadang-kadang tiumbuh akar yang mirip dengan tunjang.
Calophyllum inophyllum
Deskripsi umum :Pohon dengan tinggi mencapai 12 m, buahnya berbentuk
bola kecil dengan tangkai buah yang panjang bunga beraroma wangi.
Pandanus tectorius
Deskripsi umum : Pohon dengan tinggi mencapai 6 m, bunga seperti nanas,
daun berduri kecil – kecil yang terdapat pada ujung dan tengah tulang daun.
Memilki akar tunjang yang berbentuk lurus.
Nypa fruticans
Deskripsi umum :Palem, dengan tinggi mencapai 4 – 9 m,daun menyirip
tanpa duri dan banyak helai daun, tidak memilki akar udara. Palem mangrove
tumbuh berdekatan, seringkali membentuk komunitas murni di sepanjang tepi
sungai.
10
Zonasi Mangrove
Secara sederhan mangrove umumnya tumbuh pada 4 zona yaitu, pada daerah
terbuka, daerah tengah, daerah yang memiliki sungai yang berair payau sampai
hampir tawar serta daerah kearah dataran yang memiliki air tawar.
Hutan mangrove juga dapat dibagi menjadi zonasi - zonasi berdasarkan jenis
vegetasi yang dominan, mulai dari arah laut ke darat sebagai berikut:
Zona Avicennia, terletak paling luar dari hutan yang berhadapan langsung
dengan laut. Zona ini umumnya memiliki substrat lumpur lembek dan kadar
salinitas tinggi. Zona ini merupakan zona pioner karena jenis tumbuhan
yang ada memiliki perakaran yang kuat untuk menahan pukulan gelombang,
serta mampu membantu dalam proses penimbunan sedimen.
Zona Rhizophora, terletak di belakang zona Avicennia. Substratnya masih
berupa lumpur lunak, namun kadar salinitanya agak rendah. Mangrove pada
zona ini masih tergenang pada saat air pasang.
11
Zona Bruguiera, terletak di belakang zona Rhizophora dan memiliki
substrat tanah berlumpur keras. Zona ini hanya terendam pada saat air
pasang tertinggi atau 2 kali dalam sebulan.
Zona Nypa, merupakan zona yang paling belakang dan berbatasan dengan
dataran.
Pemanfaatan Mangrove
12
Kerusakan Hutan Mangrove
13
KEADAAN UMUM DAERAH
Jenis tanah yang dominan didaerah ini adalah Gleysol, Histosol dan Luvisol
( Valette dan Schele, 1962 dalam Ayomi, 1995 ). Tanah Gleysol dapat dijumpai
pada daerah rawa dan daerah sekitar sungai serta daerah sekitar depresi pada bukit
– bukit kapur, Histosol terdapat pada hutan rawa dan dataran basah dengan
ketebalan lapiasan antara 15 – 30 cm diatas tanah mineral, sedangkan jenis tanah
Luvisol dapat dijumpai pada daerah berbukit tanah – tanah yang mengadung
kuarsa.
14
Keadaan Iklim
Jumlah curah hujan selama lima tahun semenjak tahun 2007 – 2011 adalah
264,9 mm / tahun, rata – rata kelembaban udara adalah 83 - 84 %. Berdasarkan
klasifikasi Schmidt dan Ferguson daerah Sanggei dikategorikan dalam tipe iklim
A dan Q – 0,5 yang termasuk dalam daerah beriklim tropis basah.
Penduduk
Penduduk di Kampung Sanggei berjumlah ± 552 jiwa terdiri dari 288 jiwa
laki – laki dan 264 jiwa perempuan dengan jumlah kepala keluarga ( kk )
sebanyak 140 KK.
Perumahan
Bentuk rumah yang ada di Kampung Sanggei adalah rumah semi
permanen, dan permanen.
Perhubungan
Sarana perhubungan antara Kampung Sanggei dengan ibukota dapat
ditempuh dengan menggunakan kendaran bermotor karena saran jalan yang ada
telah memadai, serta saran ojek sebagai alat transportasi masyarakat untuk
menjual hasil pertanian maupun perkebunan dan hasil tangkapan dari laut yang
telah diperoleh.
15
Pendidikan, Agama dan Kesehatan
Sarana pendidikan, agama dan kesehatan untuk Kampung Sanggei
berdasarkan tingkat masing – masing berjumlah sebagi berikut sebuah Paud
tempat bermain serta berlajar bagi kanak – kanak, Sekolah Dasar, Sekolah
lanjutan tingkat atas, serta tiga buah Gereja saran agama dan sebuah saran
kesehatan yaitu Posyandu.
16
METODE PENELITIAN
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta lokasi penelitian,
kamera digital, parang, meteran, tally sheet, buku identifikasi Panduan Mangrove
Indonesia (MIC dan JICA) Noor,dkk, serta alat tulis menulis.
Bahan yang digunakan adalah kertas koran, kantong specimen/ karong, lebel
specimen, plakban, roll film, tali rafia, alkohol 70 %, plastik dan media tumbuhan
mangrove ( karakter morfologi mangrove ).
17
Variabel Pengamatan
18
Tahapan Pelaksanaan Penelitian
(1999).
Pembuatan peta ukur pada jalur pengamatan dengan ukuran panjang jalur
batang, bunga, dan buah, dilakukan pada setiap jenis tumbuhan mangrove
kunci identifikasi dan apabila tidak dapat diidentifikasi maka akan dibawah
19
Pembuatan Sampel Herbarium
20
Teknik Pengumpulan Data
Analisis Data
21
Diagram Alir Penelitian
Persiapan
Pengambilan Data
Hasil Penelitian
Presentase Hasil
Penyusunan Skripsi
Seminar Hasil
22
HASIL DAN PEMBAHASAN
23
1. Avicennia alba Blume
(a) (b)
Gambar 1. (a). Perawakan (Habitus); (b). Buah Avicennia alba Blume; ( Foto :
Helena dan Ron Yeo tidechaser 14 – 11/ 2012)
Perawakan : Pohon tumbuh tegak dan menyebar dengan tinggi 15 meter dan
berdiameter 28 cm. Kulit kayu bagian luar berwarna kelabu
hingga hitam.
Daun : Permukaan daun berwarna perak kelabu atau putih. Letak daun
tunggal dan bersilang berbentuk lanset sampai elips dengan
ujung daun runcing.
Buah : Berbentuk seperti cabe atau biji jambu mete, warna kulit buah
hijau kekuningan, permukaan buah berbulu halus, dan berukuran
1,5 – 2,0 cm. Tidak dijumpai saat pengambilan data, tetapi untuk
melengkapi gambar di atas dapat sesuai penjelasan diatas.
Bunga : Bunga tidak dijumpai saat pengambilan data dilapangan karena
pohon tersebut tidak berbunga.
Akar : Memiliki akar nafas berbentuk pensil.
Ekologi : Umumnya di daerah lumpur, tepi sungai, daerah kering, toleran
terhadap salinitas yang sangat tinggi pada ketinggian 0 – 2 m dpl.
24
2. Avicennia marina.
(a)
Gambar 2. (a). Perawakan / Habitus dan Buah dari Avicennia marina; ( Foto :
Ron yeo tidechaser pada tanggal 07 – 01/ 2013)
Perawakan : Pohon dengan tinggi 12 meter dan berdiameter 18 cm. Kulit kayu
halus bagian luar berwarna kelabu hingga coklat, memiliki mulut
kulit kayu.
Daun : Permukaan daun berwarna hijau, letak daun tunggal dan ber
silang berbentuk bulat telur sungsang, ujung daun membundar
melingkar, panjang daun 8-11cm dan lebar 2,5-5 cm.
Buah : Tidak dijumpai di lokasi penelitian, data di atas untuk
melengkapi data penelitian. (Ron yeo tidechaser.blogspot.com).
Bunga : Bunga tidak dijumpai saat pengambilan data karena pada saat
itu pohon tersebut tidak berbunga. Letak bunga di ujung atau
ketiak daun pada pucuk, jumlah daun mahkota 4,berwarna
kuning hingga oranye.
Akar : Memiliki akar nafas berbentuk pensil.
Ekologi : Umumnya tumbuh di daerah kering, daerah bersalinitas relative
rendah.
25
3. Sonneratia alba
(a) (b)
Perawakan : Pohon atau perdu dengan tinggi 16 cm. Kulit kayu halus,
retak/celah searah longitudinal, berwarna kulit coklat.
Daun : Bagian atas dan bawah permukaan daun hampir sama, tangkai
daun berwarna kuning, kelopak meyebar kearah buah. Letak
daun tunggal dan bersilangan, berbentuk oblong sampai bulat
telur sungsang, ujung membundar sampai berlekuk.
Buah : Permukaan halus, kelopak berbentuk cawan, menutup dasar
buah, helai kelopak meyebar atau melengkung, warna kulit buah
hijau.
Bunga : Bunga bersusun di ujung cabang/dahan pohon, mahkota
berwarna putih, kelopak warna merah dan hijau, benang sari
warna putih, mengandung banyak madu pada pembuluh kelopak.
Akar : Memiliki akar napas, berbentuk kerucut.
Ekologi : Tumbuh di lumpur berpasir di muara sungai, sering ditemukan di
daerah tepian yang menjorok kelaut, daerah dengan salinitas
relati tinggi.
26
4. Rhizophora apiculata Blume
(a) (b)
Perawakan : Pohon dengan tinggi 15 meter. Kulit kayu berwarna abu – abu
gelap, bercorak seperti mozaik.
Daun : Permukaan bawah daun berwarna hijau kekuningan, memiliki
bintik – bintik hitam kecil yang menyebar di seluruh permukaan
bawah daun. Letak daun tunggal dan bersilangan berbentuk elips
menyempit, ujung daun tajam.
Buah : Berbentuk silinder (hipokotil) berbintil, di temukan saat
pengambilan data penelitian, buah terlepas di bawah kotiledon,
dapat mengapung dan menyebar oleh arus air, warna kulit buah
hijau hingga coklat.
Bunga : Bunga berwarna putih, kelopak warna kuning kehijauan, di luar
hijau kemerahan, dan saat pengambilan data bunga diambil
bersamaan dengan buah.
Akar : Memiliki akar tunjang.
Ekologi : Tumbuh subur di daerah muaran sungai, dengan lumpur lembut.
27
5. Rhizophara mucronata
(a) (b)
28
6. Bruguiera gymnorrhiza
(a) (b)
29
7. Bruguiera parviflora
(a)
30
8. Ceriops decandra
(a)
Perawakan : Pohon atau perdu dengan tinggi 3 cm. Kulit kayu berwarna abu
– abu kekuningan muda dengan tambalan coklat gelap.
Daun : Daun berwarna hijau. Letak daun tunggal dan bersilang
berbentuk telur sungsang dengan ujung daun membundar, ukuran
panjang daun 3 – 6 cm.
Buah : Berbentuk silinder (hipokotil), tegak, ujung tumpul, helaian
kelopak tegak saat menjadi buah, dapat mengapung dan
menyebar oleh arus air, warna kulit buah hijau hingga coklat,
leher kotiledon berwarna merah gelap saat masak, dan pada
pengambilan sampel penelitian paling banyak di temukan.
Bunga : Berbunga tunggal, berwarna putih hingga coklat, kelopak
berwarna hijau. Bunga tidak ditemukan saat itu bunga sudah
gugur/ tidak berbunga saat penelitian berlangsung.
Akar : Memiliki akar tunjang.
Ekologi : Umumnya tumbuh subur di formasi mangrove bagian kering dan
daerah salinitas tinggi.
31
9. Ceriops tagal
(a)
Gambar 9. (a). Perawakan/ Habitus dan Buah serta Daun dari Ceriops tagal
(Foto: Ron yeo tidechaser pada tanggal 07 januari 2013)
Perawakan : Pohon atau perdu dengan tinggi 6 meter. Kulit kayu berwarna
abu – abu (kadang coklat), batang licin, dasarnya berlapis.
Daun : Daun berwarna hijau mengkilap dan memiliki pinggiran yang
melingkar ke dalam. Letak daun tunggal dan bersilangan
berbentuk telur sungsang dengan ujung daun membundar.
Buah : Buah pohon ini paling banyak di temukan dilokasi penelitian
dengan bentuk silinder (hipokotil) berbintil, berkulit halus agak
menggelembung dan pendek, ujung tajam, warna kulit buah hijau
hingga coklat, leher kotiledon berwarna merah gelap saat
masak.
Bunga : Buahnya tidak dijumpai saat pengambilan data.
Akar : Memiliki akar tunjang, kadang – kadang membentuk akar lutut
atau akar nafas yang menonjol.
Ekologi : Umumnya tumbuh subur di daerah mangrove bagian dalam
daerah kering dan daerah salinitas tinggi pada ketinggian 0 – 3 m
dpl.
32
10. Lumnitzera littorea
(a) (b)
Perawakan : Pohon atau perdu dengan tinggi 10 cm. Kulit kayu berwarna
abu – abu kecoklatan, beralur, celah sepanjang sumbuh batang
pohon.
Daun : Daun berwarna hijau mengkilap, permukaan atas dan bawah
daun hampir sama. Letak daun tunggal dan bersilang berbentuk
telur sungsang.
Buah : Menyerupai vas bunga, warna kulit buah hijau kekuningan. Di
temukan pada saat mengambil data penelitian di lapangan.
Bunga : Berduri berada di ujung, berwarna merah, warna hijau,
ditemukan di lapangan saat pengambilan sampel penelitian.
Akar : Memiliki akar banir kecil, dan akar napas, kadang – kadang
tampak adanya akar udara.
Ekologi : Tumbuh di pinggiran muara sungai, berair tawar, tepian.
33
11. Aegiceras floridum
(a) (b)
Perawakan : Pohon atau perdu dengan tinggi 6 cm. Kulit kayu berwarna abu
– abu (kadang coklat), batang licin, dasarnya berlapis.
Daun : Daun berwarna hijau mengkilap dan memiliki pinggiran yang
melingkar ke dalam. Letak daun tunggal dan bersilangan
berbentuk telur sungsang dengan ujung daun membundar.
Buah : Berbentuk silinder (hipokotil) berbintil, berkulit halus agak
menggelembung dan pendek, ujung tajam, dapat mengapung dan
menyebar oleh arus air, warna kulit buah hijau sampai coklat,
leher kotiledon berwarna merah gelap saat masak.
Bunga : Bunga bersusun menggantung di ketiak daun, mahkota berwarna
putih sampai coklat, kelopak warna hijau.
Akar : Memiliki akar tunjang, kadang – kadang membentuk akar lutut
atau akar nafas yang menonjol.
Ekologi : Tumbuh di pantai berpasir, tepi sungai, toleran terhadap salinitas
tinggi.
34
12. Xylocarpus granatum
(a) (b)
Perawakan : Pohon atau perdu dengan tinggi 8 meter. Kulit kayu berwarna
merah kecoklatan, halus, berbintik kehijauan atau kekuningan,
mengelupas dengan pola acak.
Daun : Daun majemuk, berseling, anak daun biasanya terdiri dari 2
pasang, berbentuk elips sampai bulat telur sungsang, ujung daun
membundar.
Buah : Buah tergolong berat seperti melon, terdiri dari 6 – 10 biji, dapat
mengapung dan menyebar oleh arus air, warna kulit buah coklat
kekuningan.
Bunga : Berbunga 8 - 2 bunga, mahkota berwarna krem sampai putih
kehijauan, kelopak warna hijau kekuningan, benang sari
menyatu dengan pembuluh (tube), benang sari warna krem dan
putih.
Akar : Akar banir, dan akar papan.
Ekologi : Tumbuh di muara sungai, dengan salinitas rendah.
35
B. Profil Vegetasi Mangrove
36
Hasil dari pengamatan dan pengukuran dilapangan guna pembuatan profil
tegakan mangrove dilakukan berdasarkan data pengukuran seperti pada tabel
lampiran 1. Hasil pembuatan profil tegakan mangrove tersebut disajikan pada
gambar 1.
37
Diargram Profil diatas menunjukan hasil pengamatan yang dilakukan
dilapangan berdasarkan data diameter pohon, tinggi pohon, lebar tajuk, tinggi
akar, lebar akar dan jarak pohon pada sisi kiri / kanan dari sumbuh jalur
pengamatan. Dari 22 pohon dan 4 jenis lapisan tajuk yang tergambar dapat dilihat
bawah lapisan tajuk marga Avicennia (1,2,7, & 5) mendominasi bagian yang
mendekati laut, di belakangnya didominasi oleh marga Sonneratia ( 3, 6, 8, & 9),
diselingi oleh Rhizophora ( 4, 10, 12, 14, & 15) dan marga Avicennia (11) &
marga Bruguiera (13) sedangkan bagian paling belakang atau kearah bagian darat
terdiri dari campuran tajuk marga Rhizophora (17 & 19) dan Bruguiera (18,
20,21, & 22).
Dari 22 pohon dan 4 lapisan tajuk yang tergambar mewakili kawasan hutan
mangrove yang ada di Kampung Sanggei. Pada kawasan ini fungsi biologi dan
ekologi sangat penting antara lain : tempat mencari makan, tempat berkembang
biak berbagai jenis ikan, udang, kerang, kepiting, dan biotan lainnya serta fungsi
ekonomi yaitu hasil hutan berupa kayu terutama jenis Rhizophora spp, dan
Bruguiera spp yang memilki nilai ekonomi tinggi,hasil hutan bukan kayu seperti
tanin, obat – obatan, minuman, makanan, dan lain – lain. Selain itu kawasan ini
juga berperan sebagai katalis bagi erosi,abrasi dan mengendalikan intrusi air laut,
serta melindungi daerah di belakang hutan mangrove dari hempasan gelombang
dan angin kencang.
38
Pemanfaatan akan tumbuhan mangrove oleh masyarakat Kampung Sanggei
membuat tumbuhan mangrove yang ada di kawasan hutan menjadi berkurang dan
rusak akibat kebutuhan dan aktifitas masyarakat sehari – hari.
39
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
40
Saran
41
DAFTAR PUSTAKA
Bengen, G.D. 2001. Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisi dan Laut. Pusat
Kajian Sumberdaya Pesisir. Institut Pertanian Bogor.
42
43
Lampiran Table 1. Jenis - Jenis Vegetasi Mangrove Pada Kampung Sanggei
Jarak Jarak
Tinggi Lebar Lebar Tinggi
No Nama Jenis antar dari titik Diameter
Pohon Tajuk akar akar
Pohon Sumbu
6 13
6m 19
3 8 10 11 15
21
17 20
1 2 12 18
9 22
4 14 16
5
7
3m
0m
4 8 12 16 18
4
10 19
1 3
5 7
0m
15
20
6 9 13 17 21 22
11
2
14
10m
0m 15 m 30 m 45 m 50 m 65 m 70 m 85 m 100 m
Laut Darat
Gambar 1. Profil HutanVegetasi Mangrove
KeteranganGambar :
37
37