Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum Wr. Wb


Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt. yang
telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah_Nya sehingga makalah yang
berjudul “Epidemiologi Demam Berdarah Dengue (DBD)” ini dapat
terselesaikan dengan lancar dan tepat pada waktunya oleh penulis/penyusun.
Shalawat dan salam juga senantiasa tercurahkan kepada nabi besar
Muhammad Saw. beserta keluarga dan para sahabatnya, semoga kita termasuk
orang-orang yang mendapat syafaatnya di akhirat kelak. Amin ...
Kesempurnaan adalah harapan tiap orang. Namun, kami menyadari akan
kekurangan yang terdapat dalam makalah yang tak kami ketahui. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
perbaikan makalah ini di masa mendatang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat kepada kita semua terutama
kepada saya khususnya.

Baubau, 25 Oktober 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………...
DAFTAR ISI………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………..
B. Rumusan Masalah…………………………………………………....
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian……………….…………………………………………….
B. Penyebab DBD………………………………………………………..
C. Jenis-jenis Demam Berdarah……………….…………………………
a) Demam Berdarah Klasik………………………………………
b) Demam berdarah hemoragik…………………………………..
D. Epidemiologi Demam Berdarah Dengue………….…………………..
a) Agent.........................................................................................
b) Vector........................................................................................
c) Host...........................................................................................
d) Lingkungan...............................................................................
E. Pencegahan oleh masyarakat dan pemerintah………...……………....
F. Penderita DBD di Lamongan dan Makassar..........................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………………
B. Saran………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu penyakit menular
yang berbahaya dapat menimbulkan kematian dalam waktu singkat dan sering
menimbulkan wabah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) {bahasa
medisnya disebut Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti dan Aedes albopictus, yang mana menyebabkan gangguan pada
pembuluh darah kapiler dan pada sistem pembekuan
darahsehinggamengakibatkanperdarahan-perdarahan.
Demam dengue banyak terjangkit di daerah tropis dan subtropis. Asia
menempati urutan pertama dalam jumlah penderita demam dengue tiap tahun.
Hal ini mungkin disebabkan oleh karena curah hujan di Asia yang sangat
tinggi terutama di Asia timur dan selatan ditambah dengan sanitasi
lingkungan yang tidak bagus. WHO memperkirakan lebih dari 500.000 dari
50 juta kasus demam dengue memerlukan perawatan di rumah sakit. Lebih
dari 40% penduduk dunia hidup di daerah endemis demam dengue.
Penyakit DBD ini pertama kali ditemukan di Filipina pada tahun 1953 dan
selanjutnya menyebar ke berbagai negara. Di Indonesia penyakit ini pertama kali
dilaporkan pada tahun 1968 di Surabaya dengan jumlah penderita 58 orang dengan
kematian 24 orang (41,3%). Selanjutnya sejak saat itu penyakit Demam Berdarah
Dengue cenderung menyebar ke seluruh tanah air Indonesia dan mencapai
puncaknya pada tahun 1988. Akan tetapi konfirmasi virologis baru didapat pada
tahun 1972. Sejak itu penyakit tersebut menyebar ke berbagai daerah, sehingga
sampai tahun 1980 seluruh propinsi di Indonesia kecuali Timor-Timur telah
terjangkit penyakit. Sejak pertama kali ditemukan, jumlah kasus menunjukkan
kecenderungan meningkat baik dalam jumlah maupun luas wilayah yang terjangkit
dan secara sporadis selalu terjadi KLB setiap tahun. Seluruh wilayah Indonesia
mempunyai resiko untuk terjangkit penyakit Demam Berdarah Dengue karena virus
penyebab clan nyamuk penularnya tersebar luas baik di rumah maupun tempat-
tempat umum, kecuali yang ketinggiannya lebih dari 1000 meter diatas permukaan
laut. Pada saat ini seluruh propinsi di Indonesia sudah terjangkit penyakit ini baik di
kota maupun desa terutama yang padat penduduknya dan arus transportasinya lancar.
Sebagaimana diketahui bahwa sampai saat ini obat untuk membasmi virus dan
vaksin untuk mencegah penyakit Demam Berdarah Dengue belum tersedia. Cara
yang tepat guna untuk menanggulangi penyakit ini secara tuntas adalah memberantas
vektor/nyamuk penular. Vektor Demam Berdarah Dengue mempunyai tempat
perkembangbiakan yakni di lingkungan tempat tinggal manusia terutama di dalam
stan diluar rumah.
Pemberantasan vektor Demam Berdarah Dengue dilaksanakan dengan
memberantas sarang nyamuk untuk membasmi jentik nyamuk Aedes aegypti.
Mengingat nyamuk Aedes aegypti tersebar luas diseluruh tanah air baik
dirumah maupun tempat-tempat umum, maka untuk memberantasnya
diperlukan peran serta seluruh masyarakat. Departemen kesehatan telah
mengupayakan berbagai strategi dalam mengatasi kasus ini. Pada awalnya
strategi yang digunakan adalah memberantas nyamuk dewasa melalui
pengasapan, kemudian strategi diperluas dengan menggunakan larvasida yang
ditaburkan ke tempat penampungan air yang sulit dibersihkan. Akan tetapi
kedua metode tersebut sampai sekarang belum memperlihatkan hasil yang
memuaskan.

B. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah dari makalah yang penulis buat, yakni :


1. Apakah sebenarnya epidemiologi Demam Berdarah Dengue itu?
2. Bagaimana kita memutus rantai penyebaran penyakit tersebut dengan
melibatkan masyarakat dan pemerintah ?.
BAB II
ISI

A. Pengertian
Demam berdarah (DB) adalah penyakit demam akut yang disebabkan
oleh virus dengue, yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan
nyamuk dari genus Aedes, misalnya Aedes aegypti atau Aedes albopictus.
Terdapat empat jenis virus dengue berbeda, namun berelasi dekat, yang dapat
menyebabkan demam berdarah. Virus dengue merupakan virus dari
genus Flavivirus, family Flaviviridae.
Penyakit demam berdarah ditemukan di daerah tropis dan subtropis di
berbagai belahan dunia, terutama di musim hujan yang lembab. Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan setiap tahunnya terdapat 50-100
juta kasus infeksi virus dengue di seluruh dunia.
Epidemi dengue dilaporkan sepanjang abad kesembilan belas dan awal
abad ke dua puluh di Amerika, Eropa selatan, Afrika Utara, Mediterania
Timur, Asia dan Australia, dan beberapa pulau di Samudra India, Pasifik
Selatan dan tengah serta Karibia. DF dan DHF telah meningkat dengan
menetap baik dalam insiden dan distribusi sepanjang 40 tahun, dan pada
tahun 1996, 2500 – 3000 juta orang tinggal di area yang secara potensial
beresiko terhadap penularan virus dengue. Setiap tahun diperkirakan terdapat
200 juta kasus infeksi dengue dan mengakibatkan kira–kira 24 juta kematian.

B. Penyebab
Penyebab utama penyakit demam berdarah adalah virus dengue, yang
merupakan virus dari famili Flaviviridae. Terdapat 4 jenis virus dengue yang
diketahui dapat menyebabkan penyakit demam berdarah. Keempat virus
tersebut adalah DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4.
Gejala demam berdarah baru muncul saat seseorang yang pernah
terinfeksi oleh salah satu dari empat jenis virus dengue mengalami infeksi
oleh jenis virus dengue yang berbeda. Sistem imun yang sudah terbentuk di
dalam tubuh setelah infeksi pertama justru akan mengakibatkan kemunculan
gejala penyakit yang lebih parah saat terinfeksi untuk ke dua
kalinya. Seseorang dapat terinfeksi oleh sedikitnya dua jenis virus dengue
selama masa hidup, namun jenis virus yang sama hanya dapat menginfeksi
satu kali akibat adanya sistem imun tubuh yang terbentuk.
Virus dengue dapat masuk ke tubuh manusia melalui gigitan vektor
pembawanya, yaitu nyamuk dari genus Aedes seperti Aedes aegypti betina
danAedes albopictus. Aedes aegypti adalah vektor yang paling banyak
ditemukan menyebabkan penyakit ini. Nyamuk dapat membawa virus dengue
setelah menghisap darah orang yang telah terinfeksi virus tersebut. Sesudah
masa inkubasi virus di dalam nyamuk selama 8-10 hari, nyamuk yang
terinfeksi dapat mentransmisikan virus dengue tersebut ke manusia sehat
yang digigitnya. Nyamuk betina juga dapat menyebarkan virus dengue yang
dibawanya ke keturunannya melalui telur (transovarial).
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa monyet juga dapat terjangkit
oleh virus dengue, serta dapat pula berperan sebagai sumber infeksi bagi
monyet lainnya bila digigit oleh vektor nyamuk.
Tingkat risiko terjangkit penyakit demam berdarah meningkat pada
seseorang yang memiliki antibodi terhadap virus dengue akibat infeksi
pertama. Selain itu, risiko demam berdarah juga lebih tinggi pada wanita,
seseorang yang berusia kurang dari 12 tahun, atau seseorang yang berasal dari
ras Kaukasia.

C. Jenis Demam Berdarah Dengue

1. Demam berdarah klasik


Demam berdarah menunjukkan gejala yang umumnya berbeda-beda
tergantung usia pasien. Gejala yang umum terjadi pada bayi dan anak-anak
adalah demam dan munculnya ruam. Sedangkan pada pasien usia remaja
dan dewasa, gejala yang tampak adalah demam tinggi, sakit kepala parah,
nyeri di belakang mata, nyeri pada sendi dan tulang, mual dan muntah,
serta munculnya ruam pada kulit. Penurunan jumlah sel darah putih
(leukopenia) dan penurunan keping darah atau trombosit (trombositopenia)
juga seringkali dapat diobservasi pada pasien demam berdarah. Pada
beberapa epidemi, pasien juga menunjukkan pendarahan yang meliputi
mimisan, gusi berdarah, pendarahan saluran cerna, kencing berdarah
(haematuria), dan pendarahan berat saat menstruasi (menorrhagia).

2. Demam berdarah hemoragik


Pasien yang menderita demam berdarah dengue (DBD) biasanya
menunjukkan gejala seperti penderita demam berdarah klasik ditambah
dengan empat gejala utama, yaitu demam tinggi, fenomena hemoragik atau
pendarahan hebat, yang seringkali diikuti oleh pembesaran hati dan
kegagalan sistem sirkulasi darah.
Adanya kerusakan pembuluh darah, pembuluh limfa, pendarahan di
bawah kulit yang membuat munculnya memar kebiruan, trombositopenia
dan peningkatan jumlah sel darah merah juga sering ditemukan pada
pasien DBD.
Salah satu karakteristik untuk membedakan tingkat keparahan DBD
sekaligus membedakannya dari demam berdarah klasik adalah adanya
kebocoran plasma darah. Fase kritis DBD adalah seteah 2-7 hari demam
tinggi, pasien mengalami penurunan suhu tubuh yang drastis. Pasien akan
terus berkeringat, sulit tidur, dan mengalami penurunan tekanan darah.
Bila terapi dengan elektrolit dilakukan dengan cepat dan tepat, pasien
dapat sembuh dengan cepat setelah mengalami masa kritis. Namun bila
tidak, DBD dapat mengakibatkan kematian.

D. Epidemiologi Demam Berdarah Dengue

Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari pola kesehatan dan penyakit serta
fakor yang terkait di tingkat populasi. Ini adalah model corestone penelitian
kesehatan masyarakat, dan membantu menginformasikan kedokteran berbasis bukti
(eveidence based medicine) untuk mengidentifikasikan faktor risiko penyakit serta
menentukan pendekatan penanganan yang optimal untuk praktik klinik dan untuk
kedokteran preventif. Berikut pembahasan demam berdarah dengue dari segi
epidemiologinya.

1. Agent
Virus Dengue merupakan bagian dari famili Flafiridae dan termasuk dalam
group B Arthropod born viruses (arboviruses). Keempat serotipe virus dengue
(disebut DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan DEN 4) dapat dibedakan dengan metode
serologi. Keempat tipe virus tersebut telah ditemukan di berbagai daerah di
Indonesia antara lain Jakarta dan Yogyakarta. Virus yang banyak berkembang di
masyarakat adalah virus dengue tipe satu dan tipe tiga. Infeksi pada manusia oleh
salah satu serotipe menghasilkan imunitas sepanjang hidup terhadap infeksi ulang
oleh serotipe yang sama, tetapi hanya menjadi perlindungan sementara dan
parsial terhadap serotipe yang lain (WHO, 1997).

2. Vektor
Aedes aegypti adalah spesies nyamuk tropis dan subtropis yang ditemukan
di bumi, biasanya antara garis lintang 35LU dan 35LS, kira-kira berhubungan
dengan musim dingin isoterm 10C. Meski Aedes aegypti telah ditemukan sejauh
45LU, invasi ini telah terjadi selama musim hangat dan nyamuk tidak hidup
pada musim dingin.
Distribusi Aedes aegypti juga dibatasi oleh ketinggian. Ini biasanya tidak
ditemukan diatas ketinggian 1.000 m tetapi telah dilaporkan pada ketinggian
2.121 m di India, pada 2.200 m di Kolombia, dimana suhu rerata tahunan adalah
17C, dan pada ketinggian 2.400 m di Eritrea. Aedes aegypti adalah salah satu
vektor nyamuk yang paling efisien untuk arbovirus, karena nyamuk ini sangat
antropofilik dan hidup dekat dengan manusia dan sering hidup di dalam rumah.
Wabah dengue juga telah disertai dengan Aedes albopictus, Aedes
polynesiensis dan banyak spesies kompleks Aedes scutellaris. Setiap spesies ini
mempunyai distribusi geografisnya masing-masing, namun mereka adalah vektor
epidemik yang kurang efisien dibanding Aedes aegypti. Faktor penyulit
pemusnahan vektor adalah bahwa telur-telur Aedes aegypti dapat bertahan dalam
waktu lama terhadap desikasi (pengawetan dengan pengeringan), kadang selama
lebih dari satu tahun (WHO, 1997).
Nyamuk Aedes aegypti dewasa berukuran lebih kecil jika dibandingkan
dengan rata-rata nyamuk lain. Nyamuk ini mempunyai warna dasar hitam dengan
bintik-bintik putih pada bagian badan, kaki dan sayapnya. Nyamuk Aedes aegypti
mengalami metamorfosis sempurna yaitu : Telur – Jentik – Kepompong –
Nyamuk. Stadium telur, jentik dan kepompong hidup di dalam air. Telur nyamuk
Aedes aegypti berwarna hitam dengan ukuran + 0,80 mm. Pada umumnya telur
akan menetas menjadi jentik dalam waktu + 2 hari setelah telur terendam air.
Stadium jentik biasanya berlangsung 6-8 hari, stadium pupa (kepompong)
berlangsung antara 2-4 hari. Pertumbuhan dari telur menjadi nyamuk dewasa
mencapai 9-10 hari. Umur nyamuk betina dapat mencapai 2-3 bulan.
Kemampuan terbang nyamuk betina rata-rata 40 meter, maksimal 100 meter.
Namun secara pasif, misalnya karena angin atau terbawa kendaraan nyamuk ini
dapat berpindah lebih jauh. Aedes aegypti tersebar luas di daerah tropis dan sub
tropis.
Di Indonesia, nyamuk ini tersebar luas baik di rumah-rumah maupun di
tempat umum (TTU). Nyamuk ini dapat hidup dan berkembang biak sampai
ketinggian daerah + 1000 m dari permukaan air laut. Diatas ketinggian 1000 m
tidak dapat berkembang biak,karena pada ketinggian tersebut suhu udara terlalu
rendah sehingga tidak memungkinkan bagi kehidupan nyamuk tersebut.

3. Host
Manusia adalah pejamu (host) pertama yang dikenai virus, meskipun studi
telah menunjukkan bahwa monyet pada beberapa bagian dunia dapat terinfeksi
dan mungkin bertindak sebagai sumber virus untuk nyamuk penggigit. Virus
bersirkulasi dalam darah manusia terinfeksi pada kurang lebih saat dimana
mereka mengalami demam, dan nyamuk nyamuk tak terinfeksi mendapatkan
virus bila mereka menggigit individu saat dia dalam keadaan viramia. Virus
kemudian berkembang di dalam tubuh nyamuk selama periode 8-10 hari sebelum
ini dapat ditularkan ke manusia lain selama menggigit atau menghisap darah
berikutnya. Lama waktu yang diperlukan untuk inkubasi ekstrinsik ini tergantung
pada kondisi lingkungan khususnya suhu sekitar (WHO, 1997).
4. Lingkungan

a. Suhu dan Kelembaban Udara


Nyamuk dapat bertahan hidup pada suhu rendah, tetapi proses
metabolismenya menurun atau bahkan terhenti bila suhu turun sampai
dibawah suhu kritis. Rata-rata suhu optimum untuk untuk pertumbuhan
nyamuk adalah 25ºC - 27ºC, pertumbuhan nyamuk akan terhenti sama sekali
bila suhu kurang dari 10ºC. Kelembaban optimum dalam kehidupannya
adalah 70%-80%. Kelembaban dapat memperpanjang umur nyamuk.
Umumnya nyamuk akan meletakkan telurnya pada temperatur udara sekitar
20ºC – 30ºC (Depkes RI, 2003).

b. Musim dan Curah Hujan


Peningkatan curah hujan mempengaruhi perkembangbiakan nyamuk
Aedes aegypti, demikian pula pada musim penghujan. Dikarenakan akan
semakin banyak jumlah tempat penampungan air yang dapat digunakan
sebagai tempat perindukan. Perubahan musim akan berpengaruh pada
frekuensi gigitan nyamuk atau panjang umur nyamuk dan berpengaruh pula
pada kebiasaan hidup manusia untuk lebih lama tinggal didalam rumah pada
waktu musim hujan (Soedarmo, 1988).

c. Sanitasi Lingkungan
Sanitasi lingkungan mempengaruhi tempat perkembangbiakan nyamuk
Aedes aegypti terutama tempat-tempat penampungan air sebagai media
breeding place nyamuk. Seperti bak mandi/WC, gentong, tempayan, vas
bunga, tempat minum burung, kaleng bekas, ban bekas dan lain-lain. Tempat
penampungan air yang berisi air jernih dan ada didalam rumah serta tidak
terkena sinar matahari langsung adalah tempat yang disukai nyamuk
(Soegijanto, 2004).

d. Kepadatan dan Mobilitas Penduduk


Kepadatan dan mobilitas penduduk ikut menunjang penularan
DBD, semakin padat penduduk maka semakin mudah penularan DBD.
Jarak antara rumah mempengaruhi penyebaran nyamuk dari suatu
rumah ke rumah lain, semakin dekat jarak antara makin mudah
nyamuk menyebar ke rumah sebelah. Mobilitas memudahkan
penularan dari satu tempat ke tempat lain dan biasanya penyakit
menjalar dimulai dari suatu pusat sumber penularan kemudian
mengikuti lalu lintas penduduk. Makin ramai lalu lintas itu, makin
besar kemungkinan penyebaran (Soedarmo,1988).

E. Pencegahan Oleh Masyarakat dan Pemerintah


Hingga kini, belum ada vaksin atau obat antivirus bagi penyakit
ini. Tindakan paling efektif untuk menekan epidemi demam berdarah adalah
dengan mengontrol keberadaan dan sedapat mungkin menghindari vektor
nyamuk pembawa virus dengue. Pengendalian nyamuk tersebut dapat
dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu:

1. Lingkungan
Pencegahan demam berdarah dapat dilakukan dengan
mengendalikan vektor nyamuk, antara lain dengan menguras bak
mandi/penampungan air sekurang-kurangnya sekali seminggu,
mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu
sekali, menutup dengan rapat tempat penampungan air, mengubur kaleng-
kaleng bekas, aki bekas dan ban bekas di sekitar rumah, dan perbaikan
desain rumah.
a) Biologis
Secara biologis, vektor nyamuk pembawa virus dengue dapat
dikontrol dengan menggunakan ikan pemakan jentik dan bakteri.
b) Kimiawi
Pengasapan (fogging) dapat membunuh nyamuk dewasa,
sedangkan pemberian bubuk abate pada tempat-tempat penampungan
air dapat membunuh jentik-jentik nyamuk. Selain itu dapat juga
digunakan larvasida.
Selain itu oleh karena nyamuk Aedes aktif di siang hari beberapa
tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah menggunakan senyawa
anti nyamuk yang mengandung DEET, pikaridin, atau minyak lemon
eucalyptus, serta gunakan pakaian tertutup untuk dapat melindungi tubuh dari
gigitan nyamuk bila sedang beraktivitas di luar rumah.
Selain itu, segeralah berobat bila muncul gejala-gejala penyakit
demam berdarah sebelum berkembang menjadi semakin parah. Sampai saat
ini belum ada obat spesifik bagi penderita demam berdarah. Banyak orang
yang sembuh dari penyakit ini dalam jangka waktu 2 minggu.
Tindakan pengobatan yang umum dilakukan pada pasien demam
berdarah yang tidak terlalu parah adalah pemberian cairan tubuh (lewat
minuman atau elektrolit) untuk mencegah dehidrasi akibat demam dan
muntah, konsumsi obat yang mengandung acetaminofen (misalnya tilenol)
untuk mengurangi nyeri dan menurunkan demam serta banyak
istirahat. Aspirin dan obat anti peradangan nonsteroidal seperti ibuprofen dan
sodium naproxen justru dapat meningkatkan risiko pendarahan. Bagi pasien
dengan demam berdarah yang lebih parah, akan sangat disarankan untuk
menjalani rawat inap di rumah sakit, pemberian infus dan elektrolit untuk
mengganti cairan tubuh, serta transfusi darah akibat pendarahan yang terjadi.
Seseorang yang terkena demam berdarah juga harus dicegah terkena
gigitan nyamuk, karena dikhawatirkan dapat menularkan virus dengue kepada
orang lain yang sehat.
Berdasarkan Kep. Mekes No. 581/1992 tentang Pemberantasan
Penyakit Demam Berdarah Dengue, maka upaya pemberantasan penyakit
dilaksanakan oleh pemerintah dan masyarakat yang dilakukan melalui
kerjasama lintas program/sektoral.
Pengorganisasian masyarakat di desa/kelurahan dilaksanakan melalui
Pokja Demam Berdarah Dengue-LKMD yang dibina secara berjenjang oleh
Pokjanal Tim Pembina LKMD Kecamatan s/d Tk. Pusat.
Mengingat semua wilayah mempunyai resiko untuk terjangkit
penyakit Demam Berdarah Dengue, sangat luas maka upaya pemberantasan
perlu dilaksanakan secara menyeluruh dan meliputi semua wilayah. Namun
mengingat keterbatasan sumber daya, upaya pemberantasan penyakit Demam
Berdarah Dengue dewasa ini diprioritaskan pada wilayah kecamatan yang
endemis Demam Berdarah Dengue, yaitu kecamatan yang dalam 3 tahun
takhir mempunyai desa/kelurahan yang setiap tahunnya ada kasus Demam
Berdarah Dengue.
Adapun strategi program Demam Berdarah Dengue, meliputi :
(1) Kewaspadaan Dini penyakit Demam Berdarah Dengue, guna mencegah
membatasi terjangkitnya KLB/Wabah penyakit Demam Berdarah Dengue,
(2) Pemberantasan intensif penyakit Demam Berdarah di Desa kelurahan
endemis Demam Berdarad Dengue, melalui pelaksanaan: Penyemprotan
massal di desa /kelurahan endemis sebelum musim penularan disertai
abatisasi selektif dan Penggerakkan masyarakat dalam PSN Demam Berdarah
Dengue melalui penyuluhan dan motivasi dengan memanfaatkan berbagai
jalur komunikasi dan informasi yang ada, melalui kerja sama lintas program
dan sektor dan dikoordinasikan oleh Kepala daerah/wilayah.
Adapun gerakan PSN DBD yang dilaksanakan yakni keseluruhan kegiatan
masyarakat dan pemerintah untuk mencegah penyakit DBD, yang disertai
pemantauan hasil-hasilnya secara terus menerus. Gerakan PSN DBD merupakan
bagian terpenting dari keseluruhan upaya pemberantasan penyakit DBD, dan
merupakan bagian dari upaya mewujudkan kebersihan lingkungan serta perilaku
sehat dalam rangka mencapai masyarakat dan keluarga sejahtera. Gerakan PSN DBD
ini bertujuan untuk membina peran serta masyarakat dalam pemberantasan penyakit
DBD, terutama dalam memberantas jentik nyamuk penularnya, sehingga penularan
penyakit DBD dapat dicegah.
Adapun sasaran utama gerakan PSN DBD adalah agar semua keluarga dan
pengelola tempat umum melakukan PSN DBD serta menjaga kebersihan lingkungan
di rumah dan lingkungannya masing-masing secara terus menerus. Secara garis besar
sasaran gerakan PSN DBD pada Pelita VI adalah tercapainya angka bebas jentik
(ABJ) > 95% di Kecamatan endemis dan Kecamatan sporadis DBD, dan > 80% di
seluruh wilayah. Dalam pelaksanaannya dilapangan gerakan PSN DBD ini
menggunakan kebijaksanaan dan strategi sebagai berikut :
1. Gerakan PSN DBD dilaksanakan oleh masyarakat bersama pemerintah.
Pembinaannya dilakukan melalui kerjasama lintas program dan lintas sektoral
yang dikoordinasikan oleh Kepala Wilayah/Daerah.
2. Gerakan PSN DBD dilaksanakan dengan pendekatan edukatif dan persuasif
melalui berbagai kegiatan penyuluhan dan motivasi kepada masyarakat.
Pelaksanaannya dapat diintegrasikan dalam berbagai program yang berkaitan
dengan kebersihan lingkungan seperti program K3, Gerakan Jum’at Bersih dan
lain-lain.
3. Gerakan PSN DBD diprioritaskan pada wilayah Kecamatan endemis dan sporadis
DBD.

Untuk pengorganisasian pelaksanaannya, penggerakan PSN DBD di


Desa/Kelurahan dikoordinasikan oleh POKJA DBD, yaitu forum koordinasi kegiatan
pemberantasan penyakit DBD di Desa/Kelurahan dalam wadah Lembaga Ketahanan
Masyarakat Desa (LKMD). Sedangkan untuk pembinaan POKJA DBD
Desa/Kelurahan dilaksanakan oleh POKJANAL DBD Tingkat Kecamatan,
Kabupaten/Kodya, Propinsi dan Tingkat Pusat secara berjenjang. POKJANAL DBD
merupakan forum koordinasi lintas program/sektoral dalam pembinaan upaya
pemberantasan penyakit DBD, dan berada di bawah serta bertanggung jawab kepada
Ketua Harian Tim Pembina LKMD.
Dalam rangka mengatasi dampak yang ditimbulkan oleh penyakit demam
berdarah, pemerintah Indonesia telah mengambil beberapa kebijakan, di antaranya
adalah:
a. Memerintahkan semua rumah sakit baik swasta maupun negeri untuk tidak
menolak pasien yang menderita DBD.
b. Meminta direktur/direktur utama rumah sakit untuk memberikan pertolongan
secepatnya kepada penderita DBD sesuai dengan prosedur tetap yang berlaku serta
membebaskan seluruh biaya pengobatan dan perawatan penderita yang tidak mampu
sesuai program PKPS-BBM/ program kartu sehat . (SK Menkes No.
143/Menkes/II/2004 tanggal 20 Februari 2004).
c. Melakukan fogging secara massal di daerah yang banyak terkena DBD.
d. Membagikan bubuk Abate secara gratis pada daerah-daerah yang banyak terkena
DBD. Melakukan penggerakan masyarakat untuk melaksanakan pemberantasan
sarang nyamuk melalui 3M dan merekrut juru pemantau jentik (jumantik).
e. Penyebaran pamflet lewat udara tentang pentingnya melakukan gerakan 3 M
(Menguras, Menutup, Mengubur).
f. Menurunkan tim bantuan teknis untuk membantu RS di daerah
g. Membantu propinsi yang mengalami KLB dengan dana masing-masing Rp. 500
juta, di luar bantuan gratis ke rumah sakit.
h. Mengundang konsultan WHO untuk memberikan pandangan, saran dan bantuan
teknis.
i. Melakukan Kajian Sero-Epidemiologis untuk mengetahui penyebaran virus
dengue.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Adapun beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari isi makalah ini,
yaitu:
1. Demam berdarah (DB) adalah penyakit demam akut yang disebabkan
oleh virus dengue, yang masuk ke peredaran darah manusia melalui
gigitan nyamuk dari genus Aedes, misalnya Aedes aegypti atau Aedes
albopictus. Terdapat empat jenis virus dengue berbeda.
2. Dalam epidemiologi demam berdarah terdapat faktor agent yakni virus
dengue, vektor yakni Aedes aegypti, host ialah manusia itu sendiri, dan
lingkungan yakni Suhu dan Kelembaban Udara, Musim dan Curah
Hujan, Sanitasi Lingkungan, Kepadatan dan Mobilitas Penduduk.
3. Tindakan paling efektif untuk menekan epidemi demam berdarah adalah
dengan mengontrol keberadaan dan sedapat mungkin menghindari vektor
nyamuk pembawa virus dengue. Pengendalian nyamuk tersebut dapat
dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat.
4. Dalam menekan penyebaran penyakit perlu adanya kerja sama antara
pemerintah sebagai pembuat kebijakan dan masyarakat sebagai sumber
daya manusia yang digunakan untuk merealisasikan kebijakan tersebut.\

B. SARAN
Adapun saran yang penulis berikan yakni semoga peraturan dan kerja
sama semua pihak yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung mampu
mengurangi dan menekan laju penyebaran penyakir DBD tersebut. Dan
semoga makalah ini mampu menjadi bahan acuan atau referensi buat
pembaca dalam mempelajari epidemiologi terutama mengenai masalah
Demam Berdarah Dengue (DBD).
DAFTAR PUSTAKA

1. http://id.wikipedia.org/wiki/Demam_berdarah
2. http://fikunpad-divarosya.blogspot.com/2009/04/epidemiologi-penyakit-
penyakit-menular.html
3. Departemen Kesheatan RI, Petunjukkan Teknis Pemberantasan Nyamuk
Penular Penyakit Demam Berdarah Dengue, Ditjen PPM dan PLP, Jakarta,
1992.
4. Departemen Kesehatan RI, Berita Epidemiologi, Edisi Juni, Jakarta 1995.
5. Thomas Suroso et,al, Depkes RI, 2003,”pencegahan dan penanggulangan
penyakit demam dengue dan demam berdarah dengue.
6. Budiarto, eko.2003. Pengantar epidemiologi.jakarta: penerbit buku
kedokteran egc.
7. http://202.146.4.121/read/artikel/145821
8. http://2010.10.19/jumlahpasiendemamberdarahmalangmeningkat

Anda mungkin juga menyukai