SIS RISIK
KO PROD
DUKSI TANAMA
T AN HIAS BROMELIA
PADA CIAPUS
C BROMEL DESA TAMANSSARI KE
ECAMATTAN
TA
AMANSA ARI KABU
UPATEN
N BOGOR
R JAWA BBARAT
SKRIP
PSI
ICA DEW
WIANA
H34070097
DEPARTTEMEN AGRIBIS
A SNIS
FAKULLTAS EK
KONOMI DAN MAANAJEM
MEN
IN
NSTITUT
T PERTA
ANIAN BO
OGOR
BOGO
OR
2011
1
RINGKASAN
ICA DEWIANA
H34070097
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
Judul Skripsi : Analisis Risiko Produksi Tanaman Hias Bromelia
pada Ciapus Bromel Desa Tamansari Kecamatan
Tamansari Kabupaten Bogor Jawa Barat
Nama : Ica Dewiana
NIM : H34070097
Menyetujui,
Pembimbing
Mengetahui,
Ketua Departemen Agribisnis
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Risiko Produksi
Tanaman Hias Bromelia pada Ciapus Bromel Desa Tamansari Kecamatan
Tamansari Kabupaten Bogor Jawa Barat” adalah karya sendiri dan belum
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Ica Dewiana
H34070097
RIWAYAT HIDUP
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala berkat dan karuniaNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Analisis Risiko
Produksi Tanaman Hias Bromelia pada Ciapus Bromel Desa Tamansari
Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor Jawa Barat”. Penyusunan skripsi ini
dilakukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan mendapatkan
gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sumber-sumber risiko
produksi bromelia, tingkat risiko produksi bromelia, dampak risiko produksi
bromelia serta menganalisis alternatif strategi yang diterapkan oleh perusahaan
dalam mengelola risiko produksi. Penelitian ini dilakukan dengan
mengidentifikasi dan menganalisis strategi manajemen risiko perusahaan dengan
menggunakan ukuran variance, standard deviation, coefficient variation dan
metode aproksimasi dengan pendekatan metode expert opinion. Akhir kata
penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Ica Dewiana
UCAPAN TERIMAKASIH
Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.
Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan
terima kasih dan penghargaan kepada :
1. Dr. Ir. Anna Fariyanti, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi atas segala
arahan, bimbingan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis
selama proses penyusunan skripsi ini.
2. Ir. Popong Nurhayati, MM selaku dosen penguji utama dan pembimbing
akademik, serta Siti Jahroh, PhD selaku dosen penguji komisi pendidikan pada
ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik
dan saran demi perbaikan skripsi ini.
3. Ibunda tercinta, Teh Sri, A Saepullah, Teh Ani, A Doddy, Dhika beserta
keluarga besar lainnya untuk setiap dukungan baik moril maupun materil,
cinta kasih dan doa yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan
studi di Departemen Agribisnis IPB
4. Pihak manajemen Ciapus Bromel, Pak Chandra Gunawan, Pak haji Ulih, Mas
Dendi, dan pihak lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu atas
segala bantuannya dan telah menerima penulis dengan tangan terbuka dalam
penyelesaian skripsi ini.
5. Eka Puspitasari selaku pembahas seminar, yang banyak memberikan masukan
saran maupun kritik untuk memperbaiki skripsi ini.
6. Sahabatku (Detasya, Harfiana, Risa, Salisa, Ihsan, Felicia, Anggi) kalian
adalah sahabat terbaik, terima kasih atas motivasi dan bantuan, dukungan serta
doanya dalam penyusunan skripsi ini, semoga silaturahmi kita tetap terjaga
selamanya.
7. Seluruh dosen, staf Departemen Agribisnis, dan rekan-rekan Agribisnis
Angkatan 44 dan 43 serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per
satu, namun tidak menghilangkan rasa hormat dan terima kasih atas bantuan
dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis.
Bogor, November 2011
Ica Dewiana
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................... xv
I PENDAHULUAN ................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ........................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................... 8
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................... 8
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ........................................... 9
5.4.2 Kegiatan Budidaya ........................................... 52
5.5 Pendapatan usahatani .................................................. 54
xii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Perkembangan PDB Hortikultura di Indonesia
Tahun 2005-2009 .................................................................. 1
2. Produksi Tanaman Hias di Indonesia Tahun 2004-2008 ...... 2
3. Luas Panen Tanaman Hias di Indonesia Tahun 2004-2008 .. 3
4. Studi Terdahulu yang Berkaitan dengan Penelitian .............. 20
5. Data Produsen Bromelia di Indonesia Tahun 2008 ............... 32
6. Biaya Usahatani Ciapus Bromel pada Komoditi Neogerelia
per 338 m2 pada Tahun 2011.................................................. 55
7. Perhitungan Expected Return Berdasarkan Produksi
Komoditi Neogerelia Tahun 2011 ......................................... 62
8. Penilaian Risiko Produksi pada Kegiatan Spesialisasi
di Ciapus Bromel Tahun 2011 ............................................... 63
9. Perhitungan Peluang dan Dampak per Sumber Risiko
di Ciapus Bromel Tahun 2011 .............................................. 64
10. Hasil Identifikasi Risiko Usaha Ciapus Bromel Tahun 2011 68
xiii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Perkembangan Produksi Tanaman Hias Berdaun Indah
di Kabupaten Bogor Tahun 2008-2010 ................................. 5
2. Tingkat Penjualan Tanaman Hias Ciapus Bromel
Periode Juli 2010-Maret 2011 ............................................... 6
3. Tingkat Keberhasilan Produksi Bromelia Ukuran Pot
Berdiameter 15 cm pada Ciapus Bromel Tahun 2008-2010 .. 7
4. Hubungan antara Expected Income dan Income Variance ... 22
5. Proses Pengelolaan Risiko Perusahaan ................................ 26
6. Peta Risiko ............................................................................. 27
7. Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Risiko Produksi
Tanaman Hias Bromelia pada Ciapus Bromel ....................... 31
8. Peta Risiko Menurut Kountur ............................................... 39
9. Strategi Preventif Risiko ........................................................ 40
10. Strategi Mitigasi Risiko ......................................................... 41
11. Sarana dan Prasarana Produksi Tanaman Bromelia di
Ciapus Bromel Tahun 2011 ................................................... 46
12. Struktur Organisasi Ciapus Bromel pada Tahun 2011 .......... 49
13. Induk Tanaman Bromelia Jenis Neogerelia di
Ciapus Bromel Tahun 2011 ................................................... 50
14. Pot Tanaman Bromelia di Ciapus Bromel pada Tahun 2011 51
15. Pupuk dan Obat-obatan Bagi Tanaman Bromelia di
Ciapus Bromel pada Tahun 2011 ........................................... 52
16. Media Tanam Bromelia di Ciapus Bromel Tahun 2011 ....... 52
17. Akibat Serangan Belalang pada Daun Bromelia di
Ciapus Bromel Tahun 2011 ................................................... 58
18. Penusukan pada Indukan Bromelia di Ciapus Bromel
Tahun 2011 ............................................................................ 60
19. Tanaman Bromelia yang Terbakar Akibat Terpapar Cahaya
Matahari Berlebih di Ciapus Bromel Tahun 2011 ................ 61
20. Nilai Status Risiko Produksi Bromelia pada Ciapus Bromel
Tahun 2011 ............................................................................ 67
21. Peta Risiko Usaha Ciapus Bromel pada Tahun 2011 ............ 70
xiv
22. Strategi Preventif Risiko pada Usaha Ciapus Bromel
Tahun 2011 ........................................................................... 75
23. Strategi Mitigasi Risiko pada Usaha Ciapus Bromel
Tahun 2011 ........................................................................... 76
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Penilaian Risiko Produksi Berdasarkan Jumlah Produksi
Komoditi Neogerelia Tahun 2011 ........................................ 82
2. Perhitungan Dampak per Sumber Risiko Komoditi Neogerelia
di Ciapus Bromel Tahun 2011 .............................................. 83
3. Nama Jenis dan Harga Bromelia Neogerelia
di Ciapus Bromel Tahun 2011 ............................................... 84
4. Gambar Jenis-Jenis Neogerelia di Ciapus Bromel Tahun 2011 85
5. Sarana Produksi Bromelia pada Ciapus Bromel Tahun 2011 86
xv
I PENDAHULUAN
1
terhadap nilai PDB subsektor hortikultura, potensi pengembangan komoditas
tanaman hias pun dapat terlihat melalui peranan tanaman hias dalam kehidupan
masyarakat. Peranan tanaman hias selain untuk memperindah lingkungan sekitar
juga dapat berperan sebagai sarana penyalur emosi dan pengungkapan perasaan
suka maupun duka kepada orang lain. Serta tanaman hias pun dapat memberikan
ketenangan hati (Anonim 2008).
Keberadaan tanaman hias mulai menjadi daya tarik masyarakat untuk
mengembangkan industri florikultur dalam negeri. Hal ini dapat dilihat pada Tabel
2 yang menunjukkan peningkatan jumlah produksi tanaman hias di Indonesia,
baik yang berasal dari bunga potong, daun potong, bunga pot dan taman, maupun
bunga tabur. Berikut merupakan produksi tanaman hias di Indonesia dari tahun
2004 hingga 2008.
2
Hasil wawancara dengan Kepala Sub Bidang Tanaman Hias Pot Direktorat Jendral Hortikultura
4
700000
600000
5
1.2 Perumusan Masalah
Ciapus Bromel berdiri sejak tahun 2006 yang merupakan salah satu
perusahaan yang bergerak dibidang tanaman hias khususnya tanaman hias daun.
Perusahaan memilih tanaman hias daun karena melihat adanya kecenderungan
pergantian tren permintaan tanaman hias pot berdaun bunga menuju tren tanaman
hias pot berdaun indah. Produk yang dihasilkan oleh Ciapus Bromel ini yaitu
bromelia dan philodendron dengan beragam jenis, ukuran dan bentuk. Bromelia
yang dibudidayakan oleh Ciapus Bromel terdiri dari 6 jenis antara lain neogerelia,
guzmania, tillandsia, aechmea, crypthantus dan vrisea serta diproduksi dalam
beberapa ukuran pot plant. Komoditi unggulan perusahaan ini adalah bromelia
jenis neogerelia. Komoditi ini menjadi komoditi unggulan Ciapus Bromel
dikarenakan komoditi ini lebih banyak diminati dibandingkan jenis lainnya seperti
yang telihat pada Gambar 2.
20000000
18323500
Total Penjualan (Rp)
18000000
16000000
14000000
12000000
10000000 8207000
8000000
6000000 4356000 4084500
3199000 3199000
4000000 2163000
2000000
0
a
ia
ea
ia
n
us
ia
ise
ro
el
ns
an
m
nt
er
vr
la
ch
zm
a
en
th
og
til
ae
d
gu
yp
ne
ilo
cr
ph
6
bromelia mengalami fluktuasi yang berdampak pada penerimaan perusahaan.
Fluktuasi produksi bromelia tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.
100
Tingkat Keberhasilan
80
Produksi (%)
60
40
20
0
1 2 3 4 6 7 8
Periode musim tanam
7
pengambilan keputusan untuk pengelolaan risiko. Dalam membudidayakan
bromelia perusahaan pun melakukan diversifikasi produk yaitu dengan
mengusahakan philodendron untuk mengurangi terjadinya risiko produksi. Hal ini
merupakan salah satu alternatif untuk meminimalkan risiko produksi yang
diakibatkan oleh proses produksi bromelia.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan berbagai permasalahan
yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu:
1. Sumber-sumber risiko apa saja yang terdapat pada produksi bromelia jenis
neogerelia di Ciapus Bromel?
2. Bagaimana tingkat probabilitas dan dampak risiko produksi terhadap kegiatan
produksi bromelia jenis neogerelia di Ciapus Bromel?
3. Bagaimana penanganan yang dilakukan Ciapus Bromel dalam mengatasi
risiko produksi tanaman bromelia jenis neogerelia?
8
penelitian ini diharapkan dapat memberikan ilmu yang bermanfaat dan dapat
digunakan sebagai masukan serta literatur bagi penelitian-penelitian selanjutnya.
9
II TINJAUAN PUSTAKA
10
berdaun indah. Ragam tanaman hias dalam ruangan yang popular antara lain
aglonema, anthurium, palem dan paku-pakuan.
2. Tanaman hias luar ruangan (outdoor)
Pada dasarnya semua jenis tanaman hias dapat digunakan sebagai penghias
di luar ruangan, namun keberadaaan jenisnya seringkali ditentukan oleh model
dan sifat tanaman yang bisa tahan atau tidak terhadap sinar matahari. Tanaman
yang cocok untuk penghias luar ruangan adalah tanaman yang menyukai sinar
matahari secara langsung. Tanaman hias luar ruangan umumnya berwujud pohon-
pohonan, misalnya palem, sikas dan perdu-perduan, misalnya bougenvil, hibiscus,
mawar dan soka.
Berdasarkan tempat tumbuhnya tanaman hias dapat dibedakan menjadi
tanaman hias yang dapat tumbuh di tanah dan tanaman yang dapat hidup di air.
Tanaman air adalah jenis tanaman yang cocok hidup hidup di air atau
membutuhkan genangan air yang cukup banyak dalam pertumbuhannya. Pada
umumnya penempatan tanaman ini di kolam atau taman air, tetapi tanaman ini
juga dapat ditanam soliter atau dipadukan dalam kombinasi yang harmonis di
dalam pot yang indah. Penempatan pot yang biasanya terbuat dari gerabah dengan
berbagai bentuk dan ukuran yang dapat disesuaikan dengan selera konsumen dan
ruangan tempat penyimpanan.
Berdasarkan jenisnya, menurut Palungkun (2002), tanaman hias dapat
digolongkan menjadi tiga golongan besar, yaitu:
1. Tanaman Hias Bunga
Tanaman hias bunga adalah tanaman yang memiliki daya tarik atau nilai
eksotika yang terletak pada bunganya. Daya tarik tersebut dapat dilihat
berdasarkan keindahan warna yang memikat, bentuk bunga yang indah dan
mempesona, bau yang harum dan ukuran yang istimewa. Contoh tanaman hias
bunga diantaranya anggrek, krisan, adenium dan lainnya.
2. Tanaman Hias Daun
Tanaman hias daun merupakan jenis tanaman hias yang memiliki
keindahan atau daya tarik yang terletak pada daunnya. Daya tarik tersebut dapat
dilihat pada bentuk daun yang dimiliki, keadaan daun, warna daun yang menarik
11
maupun komposisi daun dengan batang yang indah. Contoh tanaman hias daun
diantaranya aglonema, puring, bromelia, anthurium, caladium dan lainnya.
3. Tanaman Hias Batang
Sama halnya seperti tanaman hias bunga dan daun, tanaman hias batang
memiliki keindahan tersendiri pada batangnya. Tanaman hias batang
mengandalkan keindahan perpanjangan batang, dimana keindahan batang
tanaman ini ditampilkan dalam bentuk atau warna batang tersebut. Contoh
tanaman hias batang diantaranya palem botol dan kaktus.
16
Wisdya (2009) menganalisis tentang risiko produksi anggrek phaleonopsis
pada PT Eka Graha Flora. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
analisis Variance, Standard Deviation dan Coefficient Variation pada kegiatan
spesialisasi dan portofolio. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa analisis
spesialisasi risiko produksi berdasarkan produktivitas tanaman anggrek yang
menggunakan bibit teknik seedling dan mericlone diperoleh risiko paling tinggi
terdapat pada tanaman anggrek teknik seedling yaitu sebesar 0,078. Artinya setiap
satu satuan yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi adalah sebesar 0,078.
Sedangkan risiko produksi anggrek berdasarkan pendapatan bersih memiliki
risiko yang tinggi pada anggrek dengan teknik seedling yaitu sebesar 1,319 yang
artinya setiap satu rupiah yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi adalah
sebesar 1,319.
Safitri (2009) meneliti tentang risiko produksi daun potong pada PT
Pesona Daun Mas Asri. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis Variance, Standard Deviation dan Coefficient Variation pada kegiatan
spesialisasi dan portofolio. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada analisis
spesialisasi produksi berdasarkan produktivitas pada Asparagus bintang dan
Philodendron marbel diperoleh risiko yang paling tinggi dari kedua komoditas itu
adalah Philodendron marbel yaitu sebesar 0,29 yang artinya setiap satu satuan
yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi sebesar 0,29. Sedangkan yang paling
rendah adalah Asparagus bintang yaitu sebesar 0,25 yang artinya setiap satu
satuan yang dihasilkan maka risiko yang akan dihadapi sebesar 0,25. Berdasarkan
pendapatan bersih diperoleh risiko yang paling tinggi adalah Philodendron marbel
yaitu 0,40 yang artinya setiap satu rupiah yang dihasilkan maka risiko yang
dihadapi akan sebesar 0,40. Sedangkan yang paling rendah adalah Asparagus
bintang yakni 0,48 yang artinya setiap satu rupiah yang dihasilkan maka risiko
yang dihadapi akan sebesar 0,48. Analisis produksi yang dilakukan pada kegiatan
portofolio menunjukan bahwa kegiatan diversifikasi dapat meminimalkan risiko.
Sembiring (2010) meneliti tentang risiko produksi sayuran organik pada
The Pinewood Organic Farm. Tujuan penelitian tersebut untuk menganalisis
risiko produksi sayuran organik yang dihadapi perusahaan serta menganalisis
alternatif strategi yang diterapkan perusahaan untuk mengatasi risiko produksi
17
tersebut. Analisis risiko yang dilakukan menggunakan analisis Variance, Standard
Deviation dan Coefficient Variation pada kegiatan spesialisasi dan portofolio.
Kegiatan produksi sayuran organik ini dianalisis risiko produksinya berdasarkan
nilai produktivitas dan pendapatan bersih perusahaan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada analisis spesialisasi risiko
produksi brokoli, caisin, sawi putih, dan tomat berdasarkan produktivitas dan
pendapatan bersih perusahaan, risiko tertinggi dari keempat komoditi tersebut
adalah brokoli sebesar 0,54 untuk risiko berdasarkan produktivitas dan 0,8 untuk
risiko berdasarkan pndapatan bersih. Hal ini dikarenakan brokoli sangat rentan
terhadap penyakit terutama kondisi cuaca yang tidak pasti. Selain itu, analisis
risiko pada kegiatan portofolio yang dilakukan pada tomat dengan caisin, tomat
dengan sawi putih, dan brokoli dengan tomat menunjukkan bahwa diversifikasi
dapat meminimalkan risiko.
19
Tabel 4. Studi Terdahulu yang Berkaitan dengan Penelitian.
Nama
Tahun Judul Metode Analisis
Penulis
Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani
Analisis Risiko
Sayuran dalam Menghadapi Risiko
Anna model GARCH dan
2008 Produksi dan Harga Produk di
Fariyanti Menghitung Nilai
Kecamatan Pengalengan, Kabupaten
Varian
Bandung
Analisis Risiko Produksi Anggrek
Analisis Spesialisasi
Sri Wisdya 2009 Phalaonopsis pada PT Ekakarya Graha
dan Portofolio
Flora di Cikampek, Jawa Barat
Analisis Risiko Produksi Daun
Nur Amalia Analisis Spesialisasi
2009 POTONG di PT Pesona Daun Mas Asri,
Safitri dan Portofolio
Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat
Perencanaan Strategi Pembangunan
Strategi Arsitektur
Elva 2010 Pasar Tanaman Hias Bromelia melalui
Landscape
Pendekatan Arsitektur Strategi
Analisis Risiko Produksi Sayuran
Lustri Analisis Spesialisasi
2010 Organik pada The Pinewood Farm di
Sembiring dan Portofolio
Kabupaten Bogor, Jawa Barat
Hendra Manajemen Risiko dalam Usaha Metode Expert
Pratama 2010 Perkebunan Kelapa Sawit PT. Sawindo Opinion dan Metode
Effendy Kencana, Provinsi Bangka Belitung. Delphy
20
III KERANGKA PEMIKIRAN
21
Darmawi (2008) menyimpulkan bahwa risiko dihubungkan dengan
kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan atau tidak
terduga. Dengan kata lain, kemungkinan itu sudah menunjukan adanya
ketidakpastian. Dan ketidakpastian tersebut merupakan kondisi yang
menyebabkan tumbuhnya risiko.
Dalam memilih strategi yang akan diterapkan, perusahaan akan memilih
strategi yang dapat meminimalkan risiko yang dihadapinya. Namun hal ini
mengandung ketidakpastian, sehingga dapat menimbulkan risiko bagi para
pemegang kepentingan perusahaan. Dalam menghadapi risiko setiap pelaku bisnis
atau usaha mempunyai perilaku yang berbeda-beda. Perilaku individu dalam
menghadapi risiko ini dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yakni risk
averse, risk neutral, dan risk preferer (Debertin 1986). Perilaku individu dalam
menghadapi risiko dapat dijelaskan berdasarkan teori utilitas seperti terlihat pada
Gambar 4
Risk Averse Risk Preferer
Expected Income Expected Income
Income Variance Income Variance
Expected Income Risk Neutral
Income Variance
22
Gambar 3 menunjukkan hubungan antara expected income dan income
variance. Expected income merupakan ukuran tingkat kepuasan para pembuat
keputusan, sedangakan income variance merupakan ukuran tingkat risiko.
Perilaku individu dalam menghadapi risiko dapat diklasifikasikan menjadi tiga
kategori, yaitu :
1. Risk Averse merupakan perilaku individu yang takut terhadap risiko, dan
cenderung akan menghindari risiko. sikap ini mrnunjukkan bahwa jika terjadi
kenaikan ragam (income variance) merupakan ukuran tingkat risiko akan
diimbangi dengan dengan menaikkan expected income.
2. Pembuat keputusan yang netral terhadap risiko (Risk Neutral), yaitu perilaku
individu yang apabila terjadi kenaikan income variance (ukuran tingkat
risiko) tidak akan diimbangi dengan menaikkan expected income. Artinya,
jika income variance semakin tinggi, maka expected income akan tetap.
3. Risk Preferer merupakan perilaku individu yang bersedia mengambil risiko.
sikap ini menunjukkan bahwa adanya kenaikan income variance akan
diimbangi oleh pembuat keputusan dengan bersedia menerima expexted
income lebih rendah. Risk preferer cenderung menganggap risiko sebagai
sesuatu hal yang tidak perlu dikhawatirkan.
23
3) Risiko institusional, yaitu risiko yang terjadi akibat adanya perubahan
kebijakan pemerintah yang dapat mempengaruhi perusahaan baik secara
langsung maupun tidak langsung, seperti kebijakan harga bibit tanaman,
kebijakan harga, kebijakan penggunaan bahan kimia, maupun kebijakan
ekspor dan impor.
4) Risiko sumberdaya manusia, yaitu risiko yang dihadapi oleh perusahaan yang
berkaitan dengan perilaku manusia, maupun hal-hal yang dapat
mempengaruhi perusahaan, seperti kesalahan dalam pencatatan data,
kesalahan dalam memberikan pupuk, mogok kerja, ataupun meninggalnya
tenaga kerja dalam menjalankan pekerjaannya.
5) Risiko finansial, yaitu risiko yang dihadapi perusahaan dalam bidang
finansial, seperti perubahan modal, perubahan bunga kredit bank, maupun
perubahan UMR (Upah Minimum Regional).
Selain itu, menurut Kountur (2004), risiko dapat dikelompokan
berdasarkan beberapa sudut pandang diantaranya: 1) risiko dari sudut pandang
penyebab, 2) risiko dari sudut pandang akibat, dan 3) risiko dari sudut pandang
aktivitas. Risiko dari sudut pandang penyebab terdiri dari risiko keuangan dan
risiko operasional. Sedangkan risiko berdasarkan sudut pandang akibat terdiri: a)
risiko murni versus risiko spekulatif, b) risiko statis versus risiko dinamis, dan c)
risiko subjektif dan risiko objektif.
24
dengan menempatkan berbagai pendekatan manajemen secara komprehensif dan
sistematis (Fahmi 2010). Selain itu, menurut AS/NZS 4360 Risk Management
Standard dalam Soehatman Ramli (2010) menyebutkan bahwa manajemen risiko
menyangkut budaya, proses dan struktur dalam mengelola suatu risiko secara
efektif dan terencana dalam suatu sistem manajemen yang baik.
Terdapat beberapa cara untuk mengatasi risiko yaitu dengan cara
menghindari dengan tidak mengambil risiko, mencegah timbulnya risiko,
mengurangi kerugian akibat risiko untuk meminimalkan akibatnya dan
mengalihkan risiko ke pihak lain. Suatu risiko yang kemungkinan terjadinya
besar dan konsekuensinya juga besar maka cara yang terbaik untuk menangani
risiko tersebut adalah menghindar. Jika tidak dapat menghindar dan harus
menghadapi risiko tersebut maka cara yang bisa dilakukan adalah mencegah,
membuat kemungkinan terjadinya sekecil mungkin. Selain mencegah kerugian,
akibat dari kerugian itu harus dikurangi, pengurangan kerugian akibat risiko
dilakukan terutama jika konsekuensi dari risiko tersebut besar.
Selain itu, alternatif penanganan risiko pada produk pertanian dapat
dilakukan dengan diversifikasi usaha, integrasi vertikal, kontrak produksi, kontrak
pemasaran, perlindungan nilai dan asuransi. Dalam hal ini, Ciapus Bromel
melakukan penanganan risiko dengan cara diversifikasi.
Sedangkan menurut Darmawi (2005), manajemen risiko merupakan suatu
usaha untuk mengetahui, menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap
kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh efektivitas dan efisiensi
yang lebih tinggi dalam pengambilan keputusan. Secara khusus manajemen risiko
diartikan sebagai pengelolaan variabilitas pendapatan oleh seorang manajer
dengan menekan sekecil mungkin tingkat kerugian yang diakibatkan oleh
keputusan yang diambilnya dalam menggarap situasi yang tidak pasti.
Pemahaman manajemen risiko yang baik akan mengurangi kerugian atau akan
dapat menambah tingkat keyakinan bagi pembuat keputusan dalam mengurangi
risiko kerugian.
Menurut Kountur (2008), manajemen risiko perusahaan adalah cara
bagaimana menangani semua risiko yang ada dalam perusahaan tanpa memilih
risiko-risiko tertentu saja. Penanganan risiko dapat dianggap sebagai salah satu
25
fungsi dari manajemen. Ada beberapa fungsi manajemen yang sudah dikenal yaitu
perencanaan, mengorganisasi, mengarahkan dan melakukan pengendalian atau
planning, organizing, actuating, controlling (POAC). Dengan demikian
ditambahkan lagi satu fungsi yang sangat penting yaitu menangani risiko. Tujuan
dari diterapkannya manajemen risiko adalah untuk mengelola risiko sehingga
organisasi dapat bertahan atau dapat mengoptimalkan risiko (Hanafi 2009).
Selanjutnya Kountur dalam menangani risiko-risiko yang ada dalam
perusahaan diperlukan suatu proses yang dikenal dengan istilah proses
pengelolaan risiko. Proses manajemen atau pengelolaan risiko dapat dilakukan
dengan mengidentifikasi risiko-risiko apa saja yang dihadapi oleh perusahaan.
Kemudian mengukur risiko-risiko yang telah diidentifikasi untuk mengetahui
seberapa besar kemungkinan terjadinya risiko dan seberapa besar konsekuensi
dari risiko tersebut yang pada akhirnya akan menunjukkan status risiko dalam
perusahaan. Pengukuran status risiko ini akan dibantu oleh peta risiko yang akan
menunjukkan posisi risiko. Posisi risiko inilah yang selanjutnya akan membantu
membentuk perumusan manajemen risiko yang tepat sehingga dapat
meminimalkan segala kemungkinan kerugian. Lalu dilakukan evaluasi untuk
mengetahui sejauh mana manajemen risiko telah diterapkan dalam perusahaan.
Proses pengelolaan risiko perusahaan dapat dilihat pada Gambar 5.
Identifikasi Risiko
Evaluasi Pengukuran Risiko
Penaganan Risiko
26
3.4 Pemetaan Risiko
Salah satu cara yang dapat digunakan sebelum merumuskan strategi
manajemen risiko adalah dengan menggunakan peta risiko. Peta risiko merupakan
gambaran dari posisi suatu risiko dalam kegiatan usaha yang dilakukan
perusahaan. Peta risiko pada umumnya disusun berdasarkan ukuran probabilitas
dan dampak dari risiko tersebut. Kountur (2008) menyusun peta risiko dengan
menggunakan sumbu vertikal yang menggambarkan probabilitas dari suatu risiko
dan sumbu horizontal yang menggambarkan dampak risiko tersebut, dapat dilihat
pada Gambar 6.
Probabilitas (%)
Sangat Besar
Besar
Kuadran II Kuadran I
Normal
Kuadran IV Kuadran III
Kecil
Sangat Kecil
Kecil Normal Besar Sangat Besar
Dampak (Rp)
Gambar 6. Peta Risiko
Sumber : Kountur, 2008
2. Mitigasi
Mitigasi adalah strategi penanganan risiko yang bertujuan untuk
memperkecil dampak yang ditimbulkan dari risiko. Strategi mitigasi dilakukan
untuk menangani risiko yang memiliki dampak yang sangat besar. Adapun
beberapa cara yang termasuk dalam strategi mitigasi adalah:
a) Diversifikasi
Diversifikasi adalah cara menempatkan aset atau harta di beberapa
tempat sehingga jika salah satu kena musibah maka tidak akan
menghabiskan semua aset yang dimiliki. Diversifikasi merupakan salah
satu cara pengalihan risiko yang paling efektif dalam mengurangi
dampak risiko.
b) Penggabungan
Penggabungan merupakan salah satu cara penanganan risiko yang
dilakukan oleh perusahaan dengan melakukan kegiatan penggabungan
dengan pihak perusahaan lain, contoh strategi ini adalah perusahaan
yang melakukan merger atau dengan melakukan akuisisi.
c) Pengalihan risiko
Pengalihan risiko (transfer of risk) merupakan cara penanganan risiko
dengan mengalihkan dampak risiko ke pihak lain. Cara ini bertujuan
untuk mengurangi kerugian yang dihadapi oleh perusahaan. Cara ini
dapat dilakukan melalui asuransi, leasing, outsourcing, dan hedging.
Pengalihan risiko dapat dilakukan dengan cara mengasuransikan aset
perusahaan yang dampak risikonya besar, sehingga jika terjadi kerugian
maka pihak asuransi yang akan menanggung kerugian yang dialami
perusahaan sesuai dengan kontrak perjanjian yang disepakati oleh pihak
perusahaan dan pihak asuransi. Leasing adalah suatu cara dimana aset
digunakan namun aset tersebut dimiliki oleh pihak lain, sehingga jika
28
terjadi sesuatu dan lain hal pada aset tersebut maka pemilik aset
tersebutlah yang akan menanggung kerugian yang terjadi, sesuai dengan
perjanjian yang berlaku. Outsourcing merupakan suatu cara dimana
suatu pekerjaan diberikan pada pihak lain sehingga jika terjadi kerugian
maka kerugian tersebut ditanggung oleh pihak yang melakukan usaha
tersebut. Hedging merupakan cara pengalihan risiko dengan mengurangi
dampak risiko melalui transaksi penjualan dan pembelian.
Risiko yang berada pada kuadran dengan dampak yang besar dapat
bergerak ke kuadran yang memiliki dampak risiko kecil dengan menggunakan
strategi mitigasi risiko. Strategi ini akan mengantisipasi risiko sedemikian rupa
sehingga risiko yang berada pada kuadran 1 akan bergeser ke kuadran 2 dan risiko
yang berada pada kuadran 3 akan bergeser ke kuadran 4.
30
Ciapus Bromel
• Budidaya secara vegetatif
• Variasi keberhasilan produksi
Risiko Produksi
• Hama
• Penyakit
• Intensitas Cahaya Matahari
• Kesalahan Mekanis
31
IV METODE PENELITIAN
32
4.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung, pencatatan dan
wawancara langsung dengan pimpinan dan karyawan Ciapus Bromel untuk
mengetahui proses produksi, mengetahui risiko dan peluang risiko yang dihadapi
perusahaan, penyebab dan dampak risiko yang terjadi di perusahaan dan
mengetahui bagaimana penanganan risiko yang selama ini dilakukan oleh pihak
perusahaan.
Sedangkan data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini adalah
data yang diperoleh dari Ciapus Bromel meliputi luas lahan yang diusahakan,
harga produk, jumlah produksi yang diperoleh selama masa produksi berlangsung
serta data-data lainnya yang mendukung sehingga dapat mengetahui risiko yang
terjadi di perusahaan. Selain itu data sekunder dikumpulkan dari Badan Pusat
Statistik, Departemen Pertanian, Departemen Hortikultura, Perpustakaan LSI
Institut Pertanian Bogor, internet terkait situs-situs yang berhubungan dengan
penelitian dan literatur yang relevan.
33
4.3.2 Pengukuran Risiko
Pengukuran dilakukan dengan menentukan probabilitas terjadinya risiko
dan mengetahui dampak risiko tersebut terhadap usaha tanaman hias bromelia.
Pengukuran selalu mengacu pada dua ukuran yaitu ukuran probabilitas dan ukuran
kuantitas risiko. Ukuran pertama merupakan ukuran probabilitas yang disebut
juga kemungkinan (likelihood). Ukuran kedua adalah dampak atau disebut juga
sebagai ukuran kuantitas risiko. Dampak adalah ukuran seberapa besar akibat
yang ditimbulkan bila risiko tersebut benar-benar terjadi.
Risiko dapat diukur bila diketahui kemungkinan suatu kejadian dan
besarnya dampak yang ditimbulkan oleh kejadian tersebut pada perusahaan.
Ukuran pertama dari risiko adalah besarnya kemungkinan terjadinya (probabilitas)
yang mengacu pada seberapa besar probabilitas risiko yang akan terjadi. Dengan
mengetahui besarnya kemungkinan terjadinya risiko dapat diketahui risiko apa
saja yang tergolong besar dan kecil, sehingga dalam penanganan risiko dapat
diketahui risiko mana yang perlu diperhatikan.
Metode aproksimasi adalah cara yang digunakan untuk mengetahui
probabilitas dan dampak risiko, metode ini dilakukan dengan cara menanyakan
kira-kira berapa dampak dan kemungkinan (probabilitas) dari suatu risiko kepada
orang lain (Kountur 2008). Pemilihan metode ini dikarenakan Ciapus Bromel
tidak memiliki data historis mengenai kemungkinan (probabilitas) dan dampak
risiko yang ada. Pengumpulan informasi pada metode aproksimasi ini dilakukan
dengan cara expert opinion. Cara ini merupakan salah satu cara pengumpulan
informasi dimana seseorang dianggap ahli diwawancarai untuk mendapatkan
informasi tentang berapa besar kemungkinan (probabilitas) dan dampak yang
terjadi dari suatu risiko. Beberapa sumber risiko yang terdapat pada kuesioner
diberikan kepada para ahli yang kemudian ahli tersebut memberikan pendapatnya
terhadap perkiraan dampak dan probabilitas risiko. Para ahli yang dimaksud
adalah pihak yang dianggap paham dan mengerti budidaya tanaman bromelia dan
kondisi perusahaan. Oleh karena itu, pihak yang menjadi ahli dalam hal ini adalah
manajer operasional, koordinator lapangan dan karyawan Ciapus Bromel.
34
Menurut Kountur (2008) salah satu cara untuk mengetahui kemungkinan
terjadinya risiko yaitu dengan meminta pendapat sekurang-kurangnya dari tiga
orang yang dapat merepresentasikan pendapat optimis (O), most likely (M) dan
pesimis (P). Pendapat yang menyatakan dengan optimis terhadap suatu kejadian
pada umumnya memberikan penilaian lebih kecil karena beranggapan bahwa
kejadian tersebut tidak akan terjadi dan dapat diantisipasi. Pihak yang menyatakan
pendapatnya secara optimis pada perusahaan yaitu manajer operasional.
Sebaliknya, bagi pendapat yang menyatakan pesimis akan memberikan nilai yang
relatif lebih besar dibandingkan pendapat yang optimis seperti yang dikemukakan
oleh karyawan dalam Ciapus Bromel. Sedangkan nilai dari pendapat most likely
berada diantara nilai optimis dan pesimis. Dan pihak ahli yang menyatakan
pendapat most likely yaitu koordinator lapang Ciapus Bromel. Kriteria penentuan
para ahli tersebut berdasarkan pada tingkat pengetahuan dan pengalaman yang
dimiliki selama bekerja di Ciapus Bromel. Setelah ketiga orang ini diwawancarai,
kemudian dirata-ratakan nilainya. Rata-rata yang dimaksud adalah rata-rata
tertimbang dengan rumus sebagai berikut (Kountur, 2008):
Penggunaan rumus di atas dilakukan agar data yang didapat tidak bias.
Nilai most likely dikalikan empat karena nilai tersebut diasumsikan sebagai nilai
yang dapat dipercaya dan nilai ini adalah nilai dari orang yang dianggap ahli dari
kebanyakan kejadian secara umum.
Penetapan dampak risiko tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan
apakah risiko tersebut akan berdampak pada penurunan penerimaan yang sangat
signifikan atau tidak. Selain itu, besarnya dampak risiko dapat diketahui melalui
perhitungan sebagai berikut:
35
diperoleh dari jumlah produksi bromelia selama 8 periode atau musim tanam
sehingga didapatkan rata-rata produksi bromelia per musim tanam. Harga jual
yang digunakan merupakan harga jual rata-rata dari jenis neogerelia yang
berdiameter 15 cm. Hal ini dilakukan karena banyaknya spesies neogerelia yang
terdapat pada Ciapus Bromel sehingga akan lebih mudah dalam proses
perhitungan apabila menggunakan harga jual rata-rata.
Selain itu, peluang dari suatu kejadian pada kegiatan usaha dapat diukur
berdasarkan pengalaman. Total peluang dari beberapa kejadian berjumlah satu.
Pengukuran peluang (P) diperoleh dari frekuensi kejadian pada setiap kondisi
yang dibagi dengan periode waktu selama kegiatan berlangsung. Secara sistematis
dapat dituliskan:
36
Penilaian risiko dilakukan dengan mengukur nilai penyimpangan yang
terjadi. Menurut Elton dan Gruber (1995), terdapat beberapa ukuran risiko
diantaranya sebagai berikut:
a. Variance
Pengukuran variance dari return merupakan penjumlahan selisih kuadrat dari
return dan expected return yang kemudian dikalikan dengan peluang dari
setiap kejadian. Nilai variance dapat dituliskan dengan rumus sebagai berikut:
n
σi2 = ∑ Pij (Rij - Ři) 2
i=1
c. Coefficient Variation
Coefficient variation dapat diukur dari rasio standard deviation dengan
return yang diharapkan (expected return). Semakin kecil nilai coefficient
variation maka akan semakin rendah risiko yang dihadapi. Rumus coefficient
variation adalah :
CV = σi / Ři
37
Dimana : CV = Coefficient variation
= Standard deviation
Ři = Expected return
Variance dan standard deviation merupakan ukuran absolut dan tidak
mempertimbangkan risiko dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan.
Untuk mempertimbangkan aset dengan return yang diharapkan berbeda, pelaku
bisnis dapat menggunakan coefficient variation. Coefficient variation merupakan
ukuran yang sangat tepat bagi pengambil keputusan khususnya dalam memilih
salah satu alternatif dari berbagai kegiatan usaha dengan mempertimbangkan
risiko yang dihadapi dari setiap kegiatan usaha untuk setiap return yang diperoleh.
Probabilitas (%)
Besar
Kuadran II Kuadran I
15
Kuadran IV Kuadran III
Kecil
Penempatan risiko pada peta risiko didasarkan pada perkiraan posisi dari
hasil perhitungan probabilitas dan dampak. Posisi suatu risiko dalam peta risiko
disebut status risiko. Berdasarkan hasil perhitungan status risiko, maka akan
diketahui mana risiko yang besar dan kecil. Serta status risiko hanya
menggambarkan urutan risiko dari yang paling berisiko sampai dengan yang tidak
berisiko. Secara matematis status risiko dapat dihitung dengan rumus (Kountur,
2008):
39
4.3.4 Penanganan Risiko
Menurut Kountur (2006), salah satu aspek penting dalam manajemen
risiko perusahaan adalah penanganan risiko, bagaimana menangani risiko-risiko
yang dihadapi agar kerugian perusahaan menjadi seminimal mungkin. Jika
kerugian dapat diminimalkan, maka perusahaan akan memperoleh keuntungan
yang lebih besar. Berdasarkan peta risiko dapat diketahui strategi penanganan
risiko seperti apa yang paling tepat digunakan. Terdapat dua strategi penanganan
risiko, yaitu :
1. Penghindaran Risiko (Preventif)
Strategi preventif dilakukan untuk risiko yang tergolong dalam
kemungkinan atau probabilitasnya besar. Strategi preventif akan menangani risiko
yang berada pada kuadran I dan II. Penanganan risiko dengan menggunakan
strategi preventif, maka risiko yang terdapat pada kuadran I akan bergeser ke
kuadran III dan risiko yang terdapat pada kuadran II akan bergeser ke kuadran IV
(Kountur, 2008). Penanganan risiko menggunakan strategi preventif dapat dilihat
pada Gambar 9.
Probabilitas (%)
Besar
Kuadran II Kuadran I
Kecil Besar
Dampak (Rp)
Gambar 9. Strategi Preventif Risiko
Sumber : Kountur, 2008
2. Mitigasi Risiko
Mitigasi risiko merupakan strategi penanganan risiko yang bertujuan untuk
meminimalkan dampak risiko yang ditimbulkan. Risiko yang berada pada kuadran
dengan dampak besar diusahakan dengan strategi mitigasi dapat bergeser ke
40
kuadran yang memiliki dampak risiko yang kecil. Risiko-risiko yang berada pada
kuadran I dan III yang memberikan dampak besar dapat ditangani dengan cara
mitigasi. Hal ini dimaksudkan agar risiko yang berada pada kuadran I dapat
bergeser ke kuadran II. Dan risiko-risiko yang berada pada kuadran III dapat
bergeser ke kuadran IV. Strategi mitigasi risiko dapat dilihat pada Gambar 10.
Probabilitas (%)
Besar
Kuadran II Kuadran I
Kecil
Kecil Besar
Dampak (Rp)
41
42
sebesar 60.000 pot. Hal ini menjadikan Ciapus Bromel sebagai perusahaan
budidaya terlengkap di Indonesia.
Aktivitas pemasaran bromelia Ciapus Bromel dimulai pada bulan
Desember 2007.Pemasaran dilakukan melalui sistem konsingensi dengan pihak
PT Godong Ijo Asri.Kerjasama tersebut selain bertujuan untuk meningkatkan
penjualan juga bertujuan sebagai media promosi bromelia melalui katalog dan
pameran yang diikuti PT Godong Ijo Asri.Walaupun konsekuensinya bromelia
Ciapus Bromel diatasnamakan milik PT Godong Ijo Asri. Berkat kerjasama
dengan PT Godong Ijo Asriserta adanya hubungan baik pemilik dengan manajer
pengelola, pada tahun 2008 hingga tahun 2010 Ciapus Bromel tidak hanya
memasarkan produknya melalui PT Godong Ijo Asri, tetapi juga melakukan
penjualan secara pribadi di pulau Jawa, serta ke pulau Sumatera, Kalimantan dan
Bali (Elva 2010)
Sejak awal tahun pendiriannya hingga tahun 2010, usaha ini belum
memiliki badan hukum dikarenakan pemilik mempertimbangkan kondisi
perusahaan yang belum establish. Namun demikian, pemilik mempunyai
keinginan yang kuat untuk memiliki badan hukum agar memperoleh kemudahan
dalam menjalankan bisnisnya.
44
45
a) b) c) d)
Gambar 11. Sarana dan Prasarana Produksi Tanaman Bromelia di Ciapus Bromel
Tahun 2011 a) Jet Pump; b) BesiTusuk; c) Pestisida dan
obat-Obatan;d) Rak Anakan Bromelia
Sumber : Ciapus Bromel, 2011
46
varietas yang akan bernilai di mata konsumen dan mempunyai daya kreativitas
serta inisiatif dalam menjalankan kewajiban dan wewenangnya. Latar belakang
pendidikan enam karyawantetap lainnya dibawah tingkatan Sekolah Menengah
Atas (SMA).
Hari kerja karyawan tetap dimulai dari hari Senin hingga hari
Minggu.Karyawan bekerja mulai pukul 07.00 WIB hingga pukul 16.00
WIB.Terdapat pula sistem kerja malam yang dilakukan secara bergantian dari
pukul 18.00-06.00 WIB.Sedangkan karyawan harian jam kerja dimulai dari pukul
07.00-12.00 WIB. Hari kerja karyawan harian disesuaikan dengan kebutuhan
perusahaan terhadap karyawan harian tersebut.
Sistem gaji dan upah yang ditetapkan oleh perusahaan telah disesuaikan
dengan UMR yang berlaku.Gaji karyawan Ciapus Bromel berkisar antara Rp
950.000,00-Rp 1.300.000,00 yang disesuaikan berdasarkan tingkat jabatan
karyawan.Sedangkan untuk karyawan harian diberi upah sebesar Rp 15.000,00
per hari. Perusahaan pun memberikan biaya pengobatan bagi karyawan yang sakit
sebesar 50 persen dari biaya pengobatan karyawan. Khusus untuk manajer
pengelola, pemilik menerapkan sistem bagi hasil. Berdasarkan perjanjian antara
manajer pengelola dengan pemilik Ciapus Bromel, pembagian hasil dilakukan tiap
akhir tahun dengan perbandingan 1:3, dimana manajer pengelola mendapatkan 25
persen dari laba bersih sedangkan pemilik perusahaan mendapatkan 75 persen dari
laba bersih perusahaan.
Selain itu terdapat pula aturan dan sanksi bagi seluruh pegawai Ciapus
Bromel.Tetapi tata tertib tersebut tidak dituangkan dalam bentuk tulisan
melainkan hanya berupa lisan yang disampaikan ketika penerimaan karyawan
baru. SOP tersebut menyangkut jam kerja karyawan, kegiatan perizinan karyawan
dan attitude karyawan ketika berada di perusahaan tersebut. Perusahaan
menerapkan adanya sistem absen, dimana karyawan diberikan izin libur maksimal
sebanyak empat kali dalam sebulan dengan alasan yang jelas. Apabila karyawan
tidak masuk lebih dari empat hari tanpa keterangan maka akan dikenakan sanksi
pemotongan gaji.
47
48
Pemilik
Manajer Pengelola
Koordinator
Karyawan
50
2) Pot bromelia
Ciapus Bromel Menggunakan pot berukuran S (15 cm2), M (20 cm2), L
(24cm2), XL (30cm2 dan 35cm2), 40cm2, 50cm2, 60cm2 dan 70cm2. Pot XL dibagi
menjadi dua, yaitu ukuran 30cm2 dan 35cm2. Bromelia yang telah ditanam dalam
pot 30cm2 tidak akan dimasukan kedalam pot berukuran 35cm2 akan tetapi
langsung dipindahkkan ke pot 40cm2 dan sebaliknya.
Ciapus Bromel membeli pot di toko Ibu Ulih. Harga satu lusin pot ukuran
S adalah Rp 6.800,00, satu lusin pot ukuran M adalah Rp 11.000,00, satu lusin pot
L adalah Rp 18.500,00 dan satu lusin ukuran XL adalah Rp 33.000,00 (pot 30
cm2) dan Rp 47.500,00 (pot 35cm2).
Gambar 14. Pot Tanaman Bromelia di Ciapus Bromel pada Tahun 2011
Sumber : Ciapus Bromel, 2011
3) Cocopeat, obat-obatan dan pupuk bromelia
Ciapus Bromel membeli cocopeat dari produsen cocopeat di
Tasikmalaya.Harga satu bungkus cocopeat adalah Rp 11.000,00.Pembelian
cocopeat rata-rata dilakukan Ciapus Bromel satu kali dalam satu tahun.Ciapus
Bromel membeli obat-obatan (Cofidor, Siputox, Durshbant, Curacron dan
Agristick) dan pupuk NPK dari PT. Godong Ijo Asri. Obat-obatan dan pupuk
tidak dibeli dalam jumlah besar. Pembelian pupuk NPK maksimal satu karung
dan obat-obatan masing-masing maksimal lima buah.
a) b) c) d)
Gambar 15. Pupuk dan obat-Obatan Bagi Tanaman Bromelia di Ciapus Bromel
pada Tahun 2011 a) Siputox; b) Pupuk NPK Mutiara; c) Pestisida;
d) Cocopeat
Sumber : Ciapus Bromel, 2011
51
a) b)
Gambar 16. Media Tanam Bromelia di Ciapus Bromel Tahun 2011; a) Sekam
Bakar danb) Akar Pakis
Sumber : Ciapus Bromel, 2011
a) Generatif
Proses perbanyakan tanaman bromelia berawal dari biji bunga. Tanaman
ini akan berbunga setelah berumur 3-4 tahun. Bunga tersebut akan tua atau
matang setelah 1-3 bulan dari munculnya bunga. Setelah itu bunga yang telah tua
diambil dan dikeringkan dengan cara dijemur dan diangin-anginkan selama 3
sampai 6 hari, lalu disemai ke dalam pot yang berisi media cocopeat dan sekam
52
bakar yang telah dicampur, kemudian tutup dengan plastik. Setelah 3 bulan,
tanaman akan tumbuh sehingga 2 cm dan siap dipindahkan ke dalam pot
berukuran 15 cm. Selanjutnya tanaman hanya disiram hingga 4-6 bulan, kemudian
dipupuk dengan menggunakan pupuk NPK sebanyak 1-2 gram. Tanaman tersebut
siap dijual setelah 3 bulan berikutnya. Setelah itu bromelia dapat dipindahkan
kembali ke pot yang berukuran lebih besar, yaitu pot 20 cm setelah 3 bulan dan
dipupuk kembali tanaman dengan dosis yang sama. Tiga bulan kemudian,
tanaman siap dipindahkan ke dalam pot berukuran 24 cm. Selama proses
pemeliharaan hingga siap jual.Tanaman disiram setiap tiga hari sekali untuk
musim hujan dan dua hari sekali untuk musim kemarau.Selain itu, tanaman pun
disemprot dengan menggunakan pestisida setiap dua minggu sekali.
b) Vegetatif
Proses perbanyakan tanaman bromelia secara vegetatif dilakukan melalui
penusukan pada titik tumbuh tanaman. Tanaman siap ditusuk setelah berumur
sekitar delapan bulan atau setelah tanaman berada pada pot 20 cm. Tanaman
ditusuk dengan menggunakan besi seukuran jari-jari sepeda dari titik tumbuh
tanamanhingga akar. Setelah 2-3 bulan penusukan akan muncul beberapa anakan
dari ketiak bromelia. Pada umumnya jumlah anakan yang mampu dihasilkan
dengan cara vegetatif ini sebanyak 3-10 buah.Selama menunggu munculnya
anakan, tanaman hanya disiram tanpa dipupuk atau disemprot pestisida. Setelah 2-
3 bulan, anakan bromelia diangkat dan diangin-anginkan selama 10-15 hari,
kemudian ditanam kedalam pot berukuran 15 cm. Setelah panen anakan pertama,
tanaman induk dipupuk dan akan menghasilkan anakan kembali setelah 2-3 bulan.
Tanaman indukan baru akan mati setelah panen anakan sebanyak 3-4 kali. Proses
yang dilakukan selanjutnya sama dengan perlakuan tanaman secara generatif,
dimana tanaman disiram dan dipupuk saat dipindahkan ke dalam pot yang
berukuran lebih besar hingga tanaman siap dijual. Pada umunya untuk pot
berukuran 15 cm, tanaman baru bisa dijual setelah 3-4 bulan dari bibit anakan.
Sedangkan untuk pot berukuran 20 cm dan 24 cm, tanaman baru bisa dijual
setelah 6 bulan dan 9 bulan dari bibit anakan. Media tanam bromelia harus diganti
setiap bulannya untuk menjaga kualitas tanaman.
53
Berbeda halnya dengan biaya tenaga kerja, pada biaya tenaga kerja
perusahaan menggunakan dua jenis tenaga kerja yaitu tenaga kerja harian
sebanyak 2 orang untuk proses penyiangan dan tenaga kerja tetap sebanyak 2
orang. Berdasarkan perhitungan biaya untuk tenaga kerja harian sebesar Rp
60.000,00 untuk dua pegawai dalam waktu dua hari kerja.Sedangkan untuk tenaga
kerja tetap, biaya yang harus dikeluarkan perusahaan adalah sebesar Rp
5.700.000,00.Maka biaya tenaga kerja yang ditanggung oleh perusahaan yaitu
sebesar Rp 5.760.000,00 dan merupakan biaya terbesar yang harus dikeluarkan
pada biaya tunai.
54
Selain biaya tunai, terdapat pula biaya yang diperhitungkan yang terdiri
dari biaya penyusutaan dan biaya pemeliharaan bibit.Biaya penyusutan yang
terdapat pada Ciapus Bromel merupakan biaya peralatan yang terdiri dari pisau,
sekop, besi tusukan, pompa air, torn air 5000 liter, tangki sprayer dan mesin
pestisida. Keseluruhan alat-alat tersebut merupakan alat yang dimiliki secara
pribadi oleh perusahaan.Perhitungan penyusutan alat dilakukan per tahun, namun
untuk dapat mengetahui pendapatan usahatani per musim tanam maka perhitungan
penyusutan alat pun disesuaikan. Dengan asumsi bahwa perhitungan tersebut
menggunakan metode garis lurus dan penyusutan yang digunakan merupakan nilai
rata-rata dari total penyusutan alat di Ciapus Bromel.Biaya pemeliharaan bibit
yang dimaksud adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk menghasilkan
55
bibit. Karena bibit yang dimiliki perusahaan diperoleh dari perbanyakan tunas
secara mandiri, maka pada perhitungan ini diasumsikan bahwa perusahaan
melakukan perawatan bagi 25 tanaman yang senilai dengan biaya yang
dikeluarkan jika perusahaan membeli bibit tersebut. Sehingga biaya pemeliharaan
ini meliputi biaya pupuk, pestisida, pot, tenaga kerja dan media tanam.
Penerimaan yang diterima oleh Ciapus Bromel merupakan hasil perkalian
dari harga rata-rata dengan banyaknya tanaman yang terdapat di nethouse seluas
338 m2. Dengan asumsi bahwa banyaknya tanaman yang terdapat pada nethouse
adalah 360 pot,sehingga perusahaan mendapatkan penerimaan sebesar Rp
13.214.520,00. Dan besarnya pendapatan yang diterima perusahaan dalam
mengusahakan neogerelia adalah sebesar Rp 4.538.673,61.
56
VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI TANAMAN HIAS
BROMELIA
6.1 Identifikasi Sumber-Sumber Risiko Produksi
Langkah awal dalam manajemen risiko adalah indentifikasi sumber-
sumber risiko pada usaha budidaya tanaman hias bromelia.Pengidentifikasian
risiko dilakukan untuk memperoleh sekumpulan informasi mengenai penyebab
risiko dan kejadian-kejadian yang dapat merugikan perusahaan. Ada begitu
banyak risiko dalam perusahaan, namun pada penelitian ini hanya akan dibahas
risiko mengenai produksi yang merupakan risiko paling krusial pada Ciapus
Bromel.
Identifikasi terhadap sumber-sumber risiko produksi dilakukan dengan
mengikuti alur kegiatan yang dilaksanakan pembudidaya untuk menghasilkan
tanaman bromelia yang berdiameter 15 cm. Alur kegiatan tersebut dimulai dari
proses seleksi indukan bromelia, proses penusukan indukan sebagai salah satu
teknik untuk menghasilkan anakan secara vegetatif, pengambilan tunas anakan,
mengangin-anginkan anakan hingga potting.
Risiko produksi yang terjadi pada Ciapus Bromel adalah penurunan
persentase produksi bromelia yang diakibatkan terjadinya kebusukan pada
anakan.Adapun faktor-faktor yang menjadi penyebab munculnya risiko produksi
pada usaha budidaya tanaman hias bromelia di Ciapus Bromel adalah sebagai
berikut:
1. Risiko serangan hama
Hama merupakan organisme pengganggu yang dapat menghambat
pertumbuhan dan produktivitas tanaman.Hewan ini dapat terlihat secara kasat
mata tanpa bantuan alat.Serangan hama merupakan salah satu faktor risiko
yang dihadapi dalam budidaya bromelia. Kondisi tersebut yang disebabkan
karakteristik tanaman bromelia yang rentan terhadap hama. Hal ini dapat
berdampak pada kualitas dan kuantitas produksi yang tidak sesuai dengan
harapan.Hama yang terdapat pada usaha Ciapus Bromel umumnya menyerang
bagian daun dari tanaman bromelia. Hama-hama tersebut diantaranya adalah:
57
a) Belalang
Belalang merupakan jenis hama yang banyak menyerang daerah
rerumputan atau dedaunan.Berdasarkan informasi di lapangan, belalang
menjadi hama utama yang menyerang tanaman bromelia di Ciapus
Bromel.Belalang melakukan serangan dengan cara memakan daun
bromeliasehingga tampilan daun menjadi rusak.
58
c) Siput
Sama halnya dengan belalang, siput pun melakukan serangan terhadap
tanaman bromelia dengan memakan langsung daun bromelia hingga
habis.Umumnya serangan ini dilakukan pada malam hari.
2. Risiko serangan penyakit
Penyakit pada tanaman bromelia disebabkan oleh dua pathogen, yaitu
cendawan dan bakteri.Jumlah tanaman yang terserang cendawan lebih banyak
dibandingkan bakteri.Penyakit pada bromelia dapat menyerang induk maupun
anakan.Penyebab timbulnya penyakit tidak selalu dapat diketahui, tetapi pada
umumnya dikarena kondisi media tanaman yang terlalu lembab.Kondisi ini
menyebabkan penurunan terhadap kualitas dan kuantitas tanaman bromelia di
Ciapus Bromel.Selain itu, penyakit yang menyerang bromelia bukan saja
berdampak pada hasil tetapi juga menyebabkan kematian pada tanaman
sehingga tidak dapat berproduksi.Jenis-jenis penyakit yang sering menyerang
tanaman bromelia antara lain:
a) Busuk pangkal batang (Thielaviopsis paradixa)
Merupakan penyakit yang disebabkan oleh jamur Thielaviopsis
paradixa.Jamur ini menyerang pangkal batang dan daun. Kebusukan
batang terjadi akibat keadaan lembab disekitar tanaman dan juga luka
pada saat pemotongan tunas dari indukan atau panen.Akibat dari
serangan ini daun menjadi lunak, membusuk dan bauserta warna daun
berubah menjadi cokelat kehitaman.
b) Bercak daun (Fusarium sacchari var. Elongatum)
Merupakan penyakit yang disebabkan oleh jamur Fusarium sacchari
var. Elongatum.Jamur ini menyerang komponen terpenting pada
bromelia yaitu daun.Sesuai dengan namanya penyakit ini ditandai
dengan adanya bercak daun yang lama-kelamaan akan membusuk.
Akibat dari serangan ini terdapat bintik-bintik transparan pada daun yang
akan berubah menjadi berwarna kekuningan dan cokelat.
c) Busuk akar (Fusarium oxysporum)
Penyakit ini ditandai dengan daun yang menjadi pucat lalu busuk, batang
yang berlubang dan layu, serta akarnya berwarna coklat
59
kehitaman.Busuk akar disebabkan oleh media tanam yang terlalu lembab
sehingga menyebabkan jamur cepat berkembang.Jamur yang
menyebabkan penyakit busuk akar adalah jamur Fusarium
oxysporum.Jamur ini menyerang akar tanaman yang mengakibatkan
ujung daun tampak kekuningan, layu dan lama-kelamaan tanaman mati.
3. Kesalahan mekanis
Risiko kesalahan ini lebih kepada keterampilan atau teknis cara budidaya
bromelia yang baik dan benar.Keterampilan tenaga kerja sangat
mempengaruhi keberhasilan produksi karena tenaga kerja sangat berperan
dalam setiap kegiatan budidaya bromelia. Hal yang sangat butuh dikerjakan
secara teliti dari budidaya bromelia adalah saat penusukan jarum pada indukan
dan pemotongan tunas dari indukan atau panen. Saat penusukan jarum pada
tanaman indukan dibutuhkan teknik khusus agar dapat menghasilkan tunas
anakan yang berkualitas. Tenaga kerja yang telah terampil juga dapat
mempercepat proses pemeliharaan.
Risiko ini sering terjadi pada usaha Ciapus Bromel yang disebabkan oleh
tingkat pengetahuan tiap pegawai dan pengalaman yang dimiliki oleh masing-
masing pegawaikarena tidak jarang ada beberapa pegawai yang belum
memahami penuh cara dan proses budidaya bromelia. Hal ini dapat terlihat
pada bentuk tanaman anakan bromelia yang tidak simetris.Bentuk tersebut
60
diakibatkan oleh kesalahan pada saat reproduksi secara vegetatif, yaitu dengan
menusukan jarum yang telah disterilkan. Pada dasarnya untuk mendapatkan
anakan yang memiliki bentuk daun yang simetris satu dengan lainnya
sangatlah dipengaruhi oleh posisi atau letak pengambilan tunas anakan dari
tanaman indukan. Letak pengambilan yang tepat yaitu dilakukan dengan
mengambil hinggatunas terbawah dari anakan. Selain itu juga seringnya
terjadi anakan yang mengalami kebusukan baik pada saat proses pengeringan
anakan dengan cara diangin-anginkan maupun pada saat potting yang
diakibatkan kelalaian dari pegawai pembudidaya.
4. Intensitas cahaya matahari
Risiko intensitas cahaya matahari merupakan salah satu yang sangat
berpengaruh dalam budidaya bromelia.Pada dasarnya, famili Bromeliaceae
tidak tahan terhadap terpaan cahaya matahari dalam jangka waktu yang lama,
kecuali jenis tertentu. Ciri bromelia yang rentan terhadap cahaya matahari
adalah bromelia yang berdaun tipis, indah, berwarna cerah, halus dan berduri
kecil. Apabila terlalu lama berada dibawah cahaya matahari maka warna daun
akan berubah kecokelatan dan lama-kelamaan daun menjadi seperti terbakar
yang pada akhirnya tanaman tersebut mati.
61
6.2 Analisis Probabilitas dan Dampak Risiko Produksi
Tingkat risiko produksi dapat diketahui dengan melakukan penilaian risiko
produksi berdasarkan tingkat produksi yang dihasilkan.Langkah awal yang
dilakukan adalah dengan mengukur peluang yang diperoleh dari frekuensi
kejaidan yang dibagi dengan periode waktu selama kegiatan berlangsung.Data
produksi yang digunakan untuk analisis risiko produksi adalah data produksi
neogerelia selama 8 periode. Tingkat produksi yang dihasilkan berbeda-beda tiap
periode sehingga peluang yang dihasilkan sama yaitu 0.125.
Nilai peluang yang telah diketahui dari produktivitas dan pendapatan
kemudian digunakan untuk mencari nilai expected return. Perhitungan expected
return pada peluang kondisi yang sama adalah peluang dikalikan dengan total
tingkat produktivitas tiap komoditi.Berikut ini adalah hasil perhitungan peluang
dan expected returnpada neogerelia dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7.Perhitungan Expected Return Berdasarkan Produksi KomoditiNeogerelia
Tahun 2011
Ukuran Nilai
Total Tingkat Produksi 1755
Peluang 0.125
Expected Return 219.375
Sumber : Ciapus Bromel, 2011
62
Tabel 8.Penilaian Risiko Produksi pada Kegiatan Spesialisasi di Ciapus Bromel
Tahun 2011
Ukuran Nilai
Variance 6504.234375
Standard Deviation 80.64883369
Coeff Variation 0.367630011
Sumber : Ciapus Bromel, 2011
Berdasarkan hasil perhitugan pada Tabel 8 diatas dapat dilihat bahwa nilai
variance yang diperoleh dari penilaian risiko berbanding lurus dengan nilai
standard deviation yaitu jika nilai variance tinggi maka nilai standard deviation
pun akan tinggi. Penilaian risiko produksi yang lebih baik adalah dengan
menggunakan coefficient variation karena perbandingan diantara kegiatan usaha
bromelia dengan ukuran yang sama yaitu risiko untuk setiap return yang diperoleh
Ciapus Bromel. Semakin besar coefficient variation maka akan semakin besar
pula risiko. Coefficient variationpada neogerelia adalah sebesar 0.367630011.nilai
tersebut mengandung arti bahwa satu pot hasil yang diperoleh Ciapus Bromel
akan menghadapi risiko sebanyak 0.367630011 pot pada saaat terjadinya risiko
produksi.
Selain itu, dilakukan perhitungan risiko dengan metode
aproksimasi.Metode aproksimasi digunakan untuk mengetahui nilai probabilitas
dan dampak terjadinya risiko.Penilaian sebagai pihak representasi optimis (O)
diperoleh dari manajer operasional.Hal ini dikarenakan manajer operasional tidak
mengetahui secara nyata kondisi di lapangan dan hanya mengetahui kondisi
tersebut secara finansial.Sehingga manajer operasional beranggapan bahwa risiko
tersebut jarang terjadi dan telah ditanggulangi dengan baik maka penilaian yang
diberikan merupakan penilaian yang paling kecil.
Koordinator lapangan sebagai pihak yang merepresentasikanmost likely
(M) merupakan pihak yang paling mengerti kejadian di lapangan sehingga nilai
yang diberikan lebih dapat bersifat objektif dibandingkan menurut ahli
lainnya.Pihak yang merepresentasikan pesimis (P) diperoleh dari karyawan
Ciapus Bromel. Nilai-nilai hasil perkiraan tersebut akan sangat membantu dalam
proses mengidentifikasi risiko-risiko yang memiliki kecenderungan
mendatangkan kerugian bagi perusahaan.
63
Berdasarkan Tabel 9 diperoleh bahwa pada risiko terkena serangan hama,
ahli optimis memberikan penilaian kemungkinan terjadinya serangan hama
sebesar 7 persen, karena ahli tersebut berpendapat bahwa hama yang menyerang
dapat dikatakan tidak ada karena telah diantisipasi dengan penyemprotan pestisida
secara berkala. Sedangkan menurut ahli pesimis berpendapat bahwa beberapa
bulan belakangan ini banyak dijumpai tanaman yang kondisinya buruk seperti
berdaun bolong atau menguning, sehingga penilaian yang diberikan pada
kemungkinan terjadinya serangan hama sebesar 17 persen. Lain halnya dengan
pihak most likely yang memberikan penilaian kemungkinan terjadinya serangan
hama sebesar 15 persen. Dengan demikian, kemungkinan tanaman bromelia yang
terkena serangan hama pada Ciapus Bromel diperkirakan sebesar 14 persen. Nilai
tersebut merupakan nilai rata-rata yang diberikan oleh para ahli dalam
memperkirakan kemungkinan terjadinya serangan hama dalam satu periode atau
musim tanam.
Tabel 9. Perhitungan Peluang dan Dampak per Sumber Risiko di Ciapus Bromel
Tahun 2011
Sumber- Dampak Probabilitas Rata-
N sumber Rata-rata rata
Expert 1 Expert 2 Expert 3 Expert Expert Expert proba
o risiko (O) (P) (M)
dampak 1 (O) 2 (P) 3 (M)
produksi bilitas
1 Risiko
erangan 484.532 807.554 646.043 646.043 7 17 15 0,14
hama
2 Risiko
serangan 2.018.885 3.230.216 2.422.662 2.489.958 12 20 18 0,17
penyakit
3 Kesalahan 5 13 10 0,09
161.510 403.777 242.266 255.725
Mekanis
4 Intensitas
cahaya 646.043 1.211.331 807.554 847.931 3 15 10 0,09
matahari
Sumber : Cipus Bromel, 2011
65
perusahaan sebesar Rp 3.230.216,00 sebagai kerugian yang harus diterima.
Sedangkan ahli ketiga menyatakan bahwa sebanyak 30 persen pesentase
kehilangan yang dialami oleh perusahaan dengan kerugian mencapai Rp
2.422.662,00 sehingga dampak kerugian yang ditimbulkan oleh serangan penyakit
pada tanaman bromelia dapat mencapai Rp. 2.489.958,17.
Risiko yang disebabkan oleh kesalahan mekanis memiliki probabilitas
kecil yaitu sebesar 9 persen. Hal ini hanya terjadi pada saat proses penusukan
tanaman indukan dan proses pemisahan tunas anakan dari tanaman indukan.
Apabila terjadi kesalahan mekanis ini maka pihak perusahaan akan kehilangan
minimal satu pot tanaman bromelia.Kesalahan sedikit saja pada proses penusukan
indukan akan mengakibatkan hasil atau bentuk tanaman tidak melingkar sempurna
sehingga tidak layak untuk dipasarkan. Sama halnya dengan kesalahan yang
terjadi pada saat pemisahan anakan dari tanaman indukan, seperti salah posisi
memotong tunas, akan mengakibatkan kebusukan sehingga tunas-tunas tersebut
akan mati. Dengan asumsi tersebut, dampak kerugian yang diterima perusahaan
akibat kesalahan mekanis sebesar Rp 255.725,43.
Selain itu, terdapat pula risiko terhadap intensitas cahaya matahari yang
memiliki probabilitas 9 persen dan mengandung dampak kerugian sebesar Rp
847.931,70. Dengan asumsi, semua tanaman berada pada tempat dengan intensitas
cahaya yang sama.
Selanjutnya probabilitas dan dampak yang telah diperoleh dapat digunakan
untuk menghitung nilai status risiko produksi pada usaha Ciapus
Bromel.Berdasarkan hasil perhitungan nilai status risiko menunjukan bahwa nilai
probabilitas tertinggi dari keempat faktor penyebab risiko produksi (hama,
penyakit, kesalahan mekanis dan intensitas cahaya matahari) adalah pada risiko
serangan penyakit sebesar 17 persen.Tingginya probabilitas yang diperkirakan
oleh pihak manajemen terhadap faktor tersebut berdasarkan kejadian-kejadian
yang pernah dialami pada usaha Ciapus Bromel.Selain itu, nilai dampak risiko
pun jelas terlihat pada status risiko, dimana nilai dampak risiko tertinggi terjadi
pada faktor risiko serangan penyakit yaitu sebesar2.489.958,17. Tingginya
dampak risiko serangan penyakit dikarenakan bromelia yang berdiameter 15 cm
sangat rentan terhadap penyakit, dan apabila salah satu pot telah terjangkit
66
penyakit tertentu
t maaka kemunggkinan besaar pot tersebbut akan m
mati dan pen
nyakit
tersebut akan mennyebar sehhingga mengakibatkann perusahaaan mengalami
kehilangann penerimaaan sebanyyak jumlah
h tanaman yang terjaangkit dikaalikan
dengan haarga jual per
p pot. Seddangkan niilai probabiilitas terenddah terjadi pada
risiko kesalahan mekkanis dan inntensitas caahaya matahhari yaitu ssebesar 9 persen
p
dengan niilai dampakk risiko teerendah terjjadi pada kesalahan
k m
mekanis seebesar
Rp 255.7225,43.
Intenssitas
Kesalah
han Cahaaya
Mekannis Matahari
23015.29 763133.85
Hama
5
90446.05
Pen
nyakit
4232
292.89
Gambar 20.
2 Nilai Status Risiko Produksi Bromelia
B di Ciapus Broomel Tahun 2011
Sumber : Ciapus Bromeel, 2011
67
6.3 Pemetaan Risiko Produksi
Pemetaan risiko pada dasarnya merupakan penyusunan risiko berdasarkan
kelompok-kelompok tertentu. Berdasarkan hasil identifikasi risiko, dapat
disimpulkan bahwa risiko produksi yang dihadapi oleh perusahaan memiliki
dampak dan probabilitas yang berbeda-beda seperti yang terdapat pada Tabel 10.
Tabel 10. Hasil Identifikasi Risiko Usaha Ciapus Bromel Tahun 2011
69
Probabilitas (%)
71
salah satu jenis obat-obatan yang digunakan oleh Ciapus Bromel untuk
mengurangi kemungkinan terjadinya serangan penyakit.Fungisida ini dibutuhkan
selama masa pembudidayaan bromelia.
72
b) Pengendalian hama
Serangan hama yang terjadi pada usaha pembudidayaan bromelia cukup
merugikan bagi Ciapus Bromel. Oleh karena itu, Ciapus Bromel menggunakan
pestisida jenis insektisida dan moluksida berbentuk butiran. Kedua jenis pestisida
ini diperlukan selama masa pembudidayaan tanaman bromelia untuk mencegah
hama khususnya pada daun. Untuk insektisida, Ciapus Bromel menggunakan
curacron, insektisida ini digunakan untuk mencegah serangan hama kutu.
Penggunaan curacron dicampur dengan agristick.Perekat dan perata pestisida,
untuk merekatkan insektisida tersebut pada daun saat musim hujan. Sedangkan
moluksida berbentuk butiran yang digunakan adalah siputox yang ditaburkan di
setiap barisan pot untuk mencegah hama siput.
Selain itu, pihak perusahaan pun melakukan penyiangan atau pembersihan
daun pada masing-masing tanaman untuk dapat mengetahui kondisi tanaman
bromelia dan juga untuk mendeteksi ada atau tidaknya hama pada tanaman
tersebut.Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kerugian akibat serangan
hama yang membuat daun tanaman bromelia rombeng, layu dan tidak menarik
mengingat keistimewaan bromelia terletak pada keindahan daunnya.
c) Penggunaan dan perawatannethouse
Nethouse merupakan salah satu strategi yang digunakan Ciapus Bromel
dalam mengatasi risiko akibat intensitas cahaya matahari dan merupakan input
yang sangat berpengaruh terhadap kelangsungan pertumbuhan bromelia. Karena
bromelia membutuhkan intensitas cahaya matahari secara tidak langsung untuk
dapat tumbuh dengan baik, khususnya jenis neogrelia dengan intensitas
penyinaran 45-75 persen.
Nethouse yang terdapat di Ciapus Bromel menggunakan dua jenis
konstruksi yang berbeda.Nethouse pertama menggunakan konstruksi dari tiang
besi dengan tinggi yang berbeda-beda sehingga atapnya tampak landai.Hal ini
bertujuan untuk mengatur angin dan suhu agar sirkulasi udara merata dan
menjangkau keseluruh tanaman. Plastik UV Filter 14 digunakan untuk menahan
cahaya matahari pada nethousedengan siklus pergantian plastik UV setahun
sekali. Sedangkan konstruksi untuk nethousekedua terbuat dari beton dengan
73
tinggi yang sama dan dikombinasikan dengan seling besi untuk menahan paranet
yang mengelilingi nethouse.
d) Sistem diversifikasi
Metode mitigasi risiko lainnya yang dilakukan pula oleh Ciapus Bromel
adalah sistem diversifikasi tanaman.Sistem diversifikasi ini dilakukan dengan
dengan melakukan budidaya tanaman lainnya seperti philodendron. Penerapan
diversifikasi ini bertujuan untuk mengurangi dampak kerugian yang ditimbulkan
pada proses budidaya bromelia, sehingga kerugian tersebut masih dapat tertutupi
oleh penerimaan yang dihasilkan dari philodendron.
Strategi penanganan risiko yang dilakukan oleh Ciapus Bromel dapat
digambarkan sesuai dengan peta sumber-sumber risiko.Hasil pengelompokan
berdasarkan kuadran sumber risiko pada peta risiko dapat dilihat pada Gambar 22
dan Gambar 23.Strategi penanganan yang dilakukan Ciapus Bromel berdasarkan
hasil pemetaan sumber risiko yang terdapat pada kegiatan pembudidayaan
bromelia dapat disesuaikan dengan letak risiko pada kuadran yang ada dalam peta
risiko.
Strategi preventif risiko dilakukan Ciapus Bromel untuk mengurangi
kemungkinan terjadinya risiko, atau dengan kata lain strategi preventif dilakukan
perusahaan untuk menangani risiko yang berada pada kuadran dengan probabilitas
atau kemungkinan terjadinya besar. Kuadran yang dapat ditangani dengan strategi
preventif adalah risiko yang terdapat pada kuadran I dan kuadran II.
Risiko yang terdapat pada kuadran I atau risiko dengan probabilitas besar
dan dampak yang disebabkan besar pula dalam kegiatan budidaya tanaman
bromelia adalah risiko seranangan penyakit. Hasil identifikasi strategi penanganan
risiko yang dilakukan oleh perusahaan yang sesuai dengan jenis risiko pada
kuaran I ini adalah dengan melakukan pemeliharaan dan penyediaan media
tanam, serta pemberian vitamin dan obat-obatan.
Strategi penanganan risiko menggunakan strategi mitigasi yang dilakukan
oleh Ciapus Bromel bertujuan untuk mengendalikan risiko-risiko dengan dampak
besar.Risiko yang digolongkan ke dalam risiko dengan dampak besar adalah
risiko yang terdapat pada kuadran I dan kuadran III.Kuadran I merupakan risiko
dengan kemungkinan terjadinya besar dan dampak yang ditimbulkan besar
74
pula.Sedangkan kuadran III merupakan risiko dengan kemungkinan terjadinya
kecil tetapi dampak yang ditimbulkan oleh risiko ini besar.
Probabilitas (%)
Besar Kuadran II Kuadran I
-Pemeliharaan dan
penyediaan media tanam
-pemberian vitamin dan
15 obat-obatan
Kuadran IV Kuadran III
Kecil
75
keterampilan atau keahlian para karyawan.Pola penanganan risiko menggunakan
strategi mitigasi dapat dilihat pada gambar berikut:
Probabilitas (%)
Gambar 23. Strategi Mitigasi Risiko Usaha Ciapus Bromel Tahun 2011
76
VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
kesimpulan yang dapat ditarik demi menjawab tujuan penilitian adalah :
1) Sumber-sumber risiko dalam pembudidayaan tanaman hias bromelia yang
terdapat di Ciapus Bromel adalah risiko serangan hama, risiko serangan
penyakit, risiko serangan penyakit, risiko kesalahan mekanis dan risiko
intensitas cahaya matahari.
2) Berdasarkan hasil analisis risiko, risiko yang memiliki dampak dan
probabilitas besar adalah risiko serangan hama. Sementara itu, risiko yang
memiliki dampak besar dan probabilitas kecil adalah risiko serangan penyakit
dan risiko intensitas cahaya matahari. Sedangkan risikokesalahan mekanis
memiliki dampak kecil dan probabilitas kecil.
3) Penanganan risiko yang telah dilakukan oleh Ciapus Bromel dalam
menghadapi risiko produksi bromelia diantaranya melalui penghindaran dan
pengalihan risiko. Tindakan pengalihan risiko diantaranya dilakukan dengan
pemeliharaan dan penyediaan media tanam, serta pemberian vitamin dan
obat-obatan. Penanganan risiko lainnya melalui strategi mitigasi risiko yang
dapat dilakukan dengan cara pengendalian penyakit, pengendalian hama,
penggunaan dan perawatannethouse serta sistem diversifikasi tanaman. Selain
itu perusahaan pun menerapkan pelatihan bagi karyawan baru sebagai bentuk
strategi untuk mengatasi risiko kesalahan mekanis.
7.2 Saran
Saran yang dapat diajukan demi perbaikan dan kemajuan usaha yang
dilakukan oleh Ciapus Bromel adalah :
1. Perusahaan sebaiknya membuat laporan pembukuan produksi guna
mengetahui apa saja yang telah terjadi dan dapat memproyeksikan kegiatan
apa saja yang harus dilakukan di masa tanam berikutnya sehingga dapat
mengurangi kemungkinan terjadinya risiko produksi.
2. Perusahaan pun secara berkala memberikan pelatihan keterampilan budidaya
yang baik dan benar kepada seluruh pegawai dalam hal pengelolaan tanaman
77
indukan hingga pasca panen, baik tanaman yang terserang penyakit maupun
tidak. Dengan demikian akan dapat mengurangi risiko kesalahan mekanis,
penyakit dan serangan hama.
3. Perusahaan sebaiknya menggunakan jaring untuk setiap nethouse agar hama-
hama seperti belalang dapat diantisipasi sehingga mengurangi risiko terjadinya
serangan hama.
78
DAFTAR PUSTAKA
79
Kountur, R. 2008. Manajemen Risiko Operasional (Memahami Cara Mengelola
Risiko Operasional) Perusahaan. Jakarta: PPM.
Lakitan, B. 1995. Hortikultura, Teori Budidaya dan Pasca Panen. Grafindo Perda,
Jakarta.
Lestari, A. 2009. Manajemen Risiko dalam Usaha Pembenihan Udang Vannamei.
[Skripsi]. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
Institut Pertanian Bogor.
Markamah. 2010. Manajemen Risiko Bunga Potong Sebagai Bahan Baku Produk
Karangan Bunga Pada Florist X di Pasar Wastukencana Bandung.
[Skripsi]. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
Institut Pertanian Bogor.
Palungkun, et al. 2002. Menghijaukan Ruangan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rahardi, F. 1997. Agribisnis Tanaman Hias. Penebar Swadaya. Jakarta.
Ramli, Soehatman. 2010. Pedoman praktis manjemen risiko dalam perspektif K3.
Jakarta: PT. Dian Rakyat.
Rasa TM, D Renda, Nugroho YI. 15 September 2011. Permintaan Hortikultura
Terus Meningkat. AGRINA
Redaksi AgroMedia.2008. Pesona Bromelia. Jakarta: PT AgroMedia Pustaka.
Risk Management Agency. 1997. Inroduction to Risk Management :
Understanding Agricultural Risk. United States Department of
Agriculture.
Robison, L.J., P.J. Barry. 1987. The Competitive Firm’s Response to Risk. New
York : Macmillan Publishing Company.
Safitri, Nuramalia. 2009. Analisis Risiko Produksi Daun potong di PT Pesona
Daun Mas Asri, Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. [Skripsi].
Departeman Agronomi dan Hortikultura. Fakultas Pertanian. Institut
Pertanian Bogor.
Santi A, Kusumo. 1996. Komposisi Media Tumbuh yang Cocok untuk
Perbanyakan In Vitro Bromelia. Jurnal Hortikultura 5(5): 94-98.
Sembiring, Lustri. 2010. Analisis Risiko Produksi sayuran Organik pada The
Pinewood Farm di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. [Skripsi]. Departeman
Agronomi dan Hortikultura. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Verina S, Wiwit N. 2007. Daunnya Seindah Bunganya, Bromelia. Jakarta:
Gramedia.
Widya, Sri. 2009. Analisis Risiko Produksi Anggrek Phaleonopsi Pada PT.
Ekakarya Graha Flora di Cikampek, Jawa Barat. [Skripsi]. Departemen
Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.
80
Lampiran
81
Lampiran 1. Penilaian Risiko Produksi Berdasarkan Jumlah ProduksiKomoditi
NeogereliaTahun 2011
Periode musim tanam Jumlah produksi (pot) Peluang
1 363 0.125
2 151 0.125
3 209 0.125
4 119 0.125
5 332 0.125
6 184 0.125
7 169 0.125
8 228 0.125
Return 1755
Ex.Return 219.375
Varian 6504.234275
St.Deviation 80.64883369
CV 0.367630011
82
Lampiran 2. Perhitungan Dampak per Sumber Risiko Komoditi Neogereliadi
Ciapus Bromel Tahun 2011
Besaran
No Keterangan
Expert 1 Expert 2 Expert 3
1 Serangan Hama
a. Persentase kehilangan (%) 6 10 8
b. Rata-rata produksi
220 220 220
bromelia (pot)
c. Harga jual (Rp) 36.707,00 36.707,00 36.707,00
d. Dampak kerugian (Rp) 484.532,40 807.554,00 646.043,20
2 Serangan Penyakit
a. Persentase kehilangan (%) 25 40 30
b. Rata-rata produksi
220 220 220
bromelia (pot)
c. Harga jual (Rp) 36.707,00 36.707,00 36.707,00
d. Dampak kerugian (Rp) 2.018.885,00 3.230.216,00 2.422.662,00
3 Kesalahan Mekanis
a. Persentase kehilangan (%) 2 5 3
b. Rata-rata produksi
220 220 220
bromelia (pot)
c. Harga jual (Rp) 36.707,00 36.707,00 36.707,00
d. Dampak kerugian (Rp) 161.510,80 403.777,00 242.266,20
Intensitas Cahaya
4
Matahari
a. Persentase kehilangan (%) 8 15 10
b. Rata-rata produksi
220 220 220
bromelia (pot)
c. Harga jual (Rp) 36.707,00 36.707,00 36.707,00
d. Dampak kerugian (Rp) 646.043,20 1.211.331,00 807.554,00
Keterangan:
Expert 1 (O) = Manajer operasional Ciapus Bromel sebagai ahli yang
berpendapat optimis
Expert 2 (P) = Karyawan atau pegawai Ciapus Bromel sebagai ahli yang
berpendapat pesimis
Expert 3 (M) = Koordinator lapangan Ciapus Bromelia sebagai ahli yang
berpendapatmost likely
83
Lampiran 3. Nama Jenis dan Harga Bromelia Neogerelia di Ciapus Bromel
Tahun 2011
85
Lampiran 5. Sarana Produksi Bromelia pada Ciapus Bromel
86