Anda di halaman 1dari 101

ANALIS

SIS RISIK
KO PROD
DUKSI TANAMA
T AN HIAS BROMELIA
PADA CIAPUS
C BROMEL DESA TAMANSSARI KE
ECAMATTAN
TA
AMANSA ARI KABU
UPATEN
N BOGOR
R JAWA BBARAT

SKRIP
PSI

ICA DEW
WIANA
H34070097

DEPARTTEMEN AGRIBIS
A SNIS
FAKULLTAS EK
KONOMI DAN MAANAJEM
MEN
IN
NSTITUT
T PERTA
ANIAN BO
OGOR
BOGO
OR
2011
1
RINGKASAN

ICA DEWIANA. Analisis Risiko Produksi Tanaman Hias Bromelia pada


Ciapus Bromel Desa Tamansari Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor
Jawa Barat. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen,
Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan ANNA FARIYANTI).

Hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang sangat


berperan dalam upaya meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini
terbukti dengan meningkatnya kontribusi komoditas hortikultura terhadap Produk
Domestik Bruto (PDB) pertanian sebesar 5,92 persen. Salah satu komoditas
hortikultura yang memberikan kontribusi dalam PDB nasional dan sangat
prospektif adalah tanaman hias. Perkembangan minat konsumen dan peningkatan
kesadaran masyarakat tentang estetika dan keindahan tanaman hias menjadikan
permintaan terhadap komoditas ini terus mengalami peningkatan. Sampai dengan
tahun 2010, peningkatan komoditas tanaman hias mencapai 5,38 persen yang
didominasi oleh tanaman anggrek dan tanaman pot berdaun indah. Bromelia
merupakan salah satu tanaman hias pot berdaun indah yang banyak digemari
masyarakat pada tahun 2009 dan juga merupakan salah satu tanaman binaan
Direktorat Jendral Hortikultura berdasarkan Kepmentan
No.511/Kpts/PD.310/9/2006 tanggal 12 September 2006. Daerah yang menjadi
pusat budidaya bromelia di Indonesia adalah Bandung dan Bogor.
Ciapus Bromel merupakan salah satu produsen bromelia terbesar di
Kabupaten Bogor yang berdiri sejak tahun 2006. Perusahaan membudidayakan
philodendron dan beragam jenis bromelia yaitu neogerelia, guzmania, tillandsia,
aechmea, crypthantus dan vrisea. Produk yang menjadi unggulan di Ciapus
Bromel adalah jenis neogerelia. Hal ini dapat terlihat dari tingginya permintaan
terhadap komoditi tersebut. Pembudidayaan secara vegetatif dilakukan perusahaan
sebagai salah satu upaya agar dapat memenuhi permintaan pasar. Namun dalam
membudidayakan bromelia, Ciapus Bromel mengalami fluktuasi dalam
keberhasilan produksi bromelia yang mengindikasikan adanya risiko produksi.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi sumber-sumber
risiko produksi, tingkat risiko produksi dan dampak risiko produksi yang dihadapi
oleh Ciapus Bromel dalam menjalankan usahanya serta menganalisis alternatif
strategi yang diterapkan oleh perusahaan dalam mengelola risiko produksi yang
dihadapi.
Penelitian ini dilaksanakan di Ciapus Bromel yang berlokasi di Desa
Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Waktu
penelitian dilakukan selama bulan Mei hingga Juni 2011. Data yang digunakan
terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer berasal dari hasil observasi dan
wawancara dengan pihak perusahaan. Data sekunder diperoleh dari studi literatur
berbagai buku, skripsi, tesis, jurnal, internet, data produksi dari Ciapus Bromel,
serta instansi terkait. Perhitungan risiko produksi dapat dihitung dengan
menggunakan pendekatan nilai variance, standard deviation dan coefficient
variation. Selain itu, digunakan pula metode aproksimasi melalui pendekatan
metode Expert Opinion dalam menentukan besarnya dampak dan probabilitas
risiko. Metode Expert Opinion dilakukan dengan menanyakan kepada beberapa
orang yang dianggap ahli dalam bidangnya.
Hasil identifikasi sumber-sumber risiko pada Ciapus Bromel didapatkan
hasil bahwa risiko yang terdapat pada risiko produksi adalah risiko serangan
hama, risiko serangan penyakit, risiko intensitas cahaya matahari dan risiko
kesalahan mekanis. Keempat sumber risiko produksi tersebut dapat
diklasifikasikan ke dalam empat kuadran risiko berdasarkan tingkat kemungkinan
terjadinya dan dampak yang ditimbulkan oleh risiko tersebut. Sumber risiko yang
dianggap oleh Ciapus Bromel memiliki kemungkinan terjadinya besar dan
berdampak besar pula adalah risiko serangan penyakit yang terletak pada kuadran
I. Sumber risiko yang kemungkinan terjadinya kecil akan tetapi dampak yang
ditimbulkan besar adalah risiko akibat serangan hama dan risiko intensitas cahaya
matahari yang terletak pada kuadran III. Risiko yang kemungkinan terjadinya dan
dampak yang ditimbulkan kecil adalah risiko kesalahan mekanis yang terletak
pada kuadran IV. Sedangkan untuk kuadran II tidak terisi oleh risiko.
Nilai coefficient variation yang diperoleh pada komoditi neogerelia yaitu
sebesar 0.368. Tingkat probabilitas risiko terbesar budidaya bromelia terletak
pada risiko serangan penyakit sebesar 17 persen. Sedangkan probabilitas risiko
terkecil terjadi pada risiko kesalahan mekanis yaitu sebesar 9 persen. Dampak
atau kerugian terbesar terjadi pada risiko serangan penyakit yaitu sebesar
Rp 2.489.958,17. Sedangkan dampak risiko terkecil yang ditimbulkan terjadi pada risiko
kesalahan mekanis yaitu sebesar Rp 255.725,43.
Berdasarkan hasil analisis strategi manajemen risiko perusahaan, strategi
manajemen risiko yang diterapkan oleh perusahaan secara garis besar adalah
strategi preventif, strategi mitigasi, dan diversifikasi. Strategi preventif diterapkan
pada risiko serangan penyakit dengan cara pemeliharaan dan penyediaan media
tanam, serta memberikan vitamin pada tanaman indukan dan fungisida untuk
mencegah penyakit busuk akar. Strategi mitigasi diterapkan perusahaan dengan
cara pengendalian penyakit, pengendalian hama, penggunaan dan pemeliharaan
nethouse serta sistem diversifikasi tanaman bromelia dengan tanaman
philodendron. Pengendalian penyakit dilakukan perusahaan dengan
mengkarantina tanaman yang terjangkit penyakit. Hal ini bertujuan untuk
mencegah penularan penyakit pada tanaman lainnya. Pengendalian hama
dilakukan dengan pemberian insektisida dan moluksida, serta melakukan
penyiangan atau pembersihan helai daun pada masing-masing tanaman untuk
dapat mengetahui kondisi tanaman bromelia dan juga untuk mendeteksi ada atau
tidaknya hama pada tanaman tersebut. Penggunaan dan perawatan nethouse yang
diterapkan perusahaan berfungsi untuk mengurangi dampak dari risiko intensitas
cahaya matahari. Menerapkan SOP yang sesuai dengan masing-masing jenis
tanaman dan memberikan pelatihan bagi seluruh karyawan serta diterapkannya
sanksi jika terjadi kesalahan yang merupakan alternatif strategi yang diterapkan
perusahaan untuk mengatasi risiko kesalahan mekanis.
ANALISIS RISIKO PRODUKSI TANAMAN HIAS BROMELIA
PADA CIAPUS BROMEL DESA TAMANSARI KECAMATAN
TAMANSARI KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT

ICA DEWIANA
H34070097

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk


memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
Judul Skripsi : Analisis Risiko Produksi Tanaman Hias Bromelia
pada Ciapus Bromel Desa Tamansari Kecamatan
Tamansari Kabupaten Bogor Jawa Barat
Nama : Ica Dewiana
NIM : H34070097

Menyetujui,
Pembimbing

Dr. Ir. Anna Fariyanti, M.Si


NIP. 19640921 199003 2 001

Mengetahui,
Ketua Departemen Agribisnis
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS


NIP. 19580908 198403 1 002

Tanggal Lulus :
PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Risiko Produksi
Tanaman Hias Bromelia pada Ciapus Bromel Desa Tamansari Kecamatan
Tamansari Kabupaten Bogor Jawa Barat” adalah karya sendiri dan belum
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, November 2011

Ica Dewiana
H34070097
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 9 Oktober 1990. Penulis


merupakan anak tunggal dari pasangan (alm) Bapak Rochimat dan Ibu Ocah.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Ciluar 1 Bogor pada
tahun 2001 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2004 di
SMP Negeri 2 Sukaraja Bogor. Kemudian penulis menyelesaikan pendidikan
menengah atas di SMAN 6 Bogor pada tahun 2007.
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan
Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2007. Penulis mendapatkan kesempatan
untuk dapat menyelesaikan studi mayor di Departemen Agribisnis, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007.
Selama mengikuti pendidikan, penulis tercatat sebagai anggota divisi
produksi ECOAGRIFARMA periode kepengurusan 2008-2009, Himpunan
Profesi Mahasiswa Peminat Agribisnis (HIPMA) FEM IPB. Penulis juga tercatat
sebagai asisten dosen untuk mata kuliah Dasar-Dasar Komunikasi sejak tahun
2009-2011.
 
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala berkat dan karuniaNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Analisis Risiko
Produksi Tanaman Hias Bromelia pada Ciapus Bromel Desa Tamansari
Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor Jawa Barat”. Penyusunan skripsi ini
dilakukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan mendapatkan
gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sumber-sumber risiko
produksi bromelia, tingkat risiko produksi bromelia, dampak risiko produksi
bromelia serta menganalisis alternatif strategi yang diterapkan oleh perusahaan
dalam mengelola risiko produksi. Penelitian ini dilakukan dengan
mengidentifikasi dan menganalisis strategi manajemen risiko perusahaan dengan
menggunakan ukuran variance, standard deviation, coefficient variation dan
metode aproksimasi dengan pendekatan metode expert opinion. Akhir kata
penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, November 2011

Ica Dewiana
UCAPAN TERIMAKASIH
Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.
Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan
terima kasih dan penghargaan kepada :
1. Dr. Ir. Anna Fariyanti, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi atas segala
arahan, bimbingan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis
selama proses penyusunan skripsi ini.
2. Ir. Popong Nurhayati, MM selaku dosen penguji utama dan pembimbing
akademik, serta Siti Jahroh, PhD selaku dosen penguji komisi pendidikan pada
ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik
dan saran demi perbaikan skripsi ini.
3. Ibunda tercinta, Teh Sri, A Saepullah, Teh Ani, A Doddy, Dhika beserta
keluarga besar lainnya untuk setiap dukungan baik moril maupun materil,
cinta kasih dan doa yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan
studi di Departemen Agribisnis IPB
4. Pihak manajemen Ciapus Bromel, Pak Chandra Gunawan, Pak haji Ulih, Mas
Dendi, dan pihak lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu atas
segala bantuannya dan telah menerima penulis dengan tangan terbuka dalam
penyelesaian skripsi ini.
5. Eka Puspitasari selaku pembahas seminar, yang banyak memberikan masukan
saran maupun kritik untuk memperbaiki skripsi ini.
6. Sahabatku (Detasya, Harfiana, Risa, Salisa, Ihsan, Felicia, Anggi) kalian
adalah sahabat terbaik, terima kasih atas motivasi dan bantuan, dukungan serta
doanya dalam penyusunan skripsi ini, semoga silaturahmi kita tetap terjaga
selamanya.
7. Seluruh dosen, staf Departemen Agribisnis, dan rekan-rekan Agribisnis
Angkatan 44 dan 43 serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per
satu, namun tidak menghilangkan rasa hormat dan terima kasih atas bantuan
dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis.
Bogor, November 2011
Ica Dewiana
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................... xv
I PENDAHULUAN ................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ........................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................... 8
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................... 8
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ........................................... 9

II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................... 10


2.1 Pengertian dan Karakteristik Tanaman Hias ............... 10
2.2 Manfaat Tanaman Hias ................................................ 12
2.3 Gambaran Umum Bromelia ........................................ 13
2.4 Kajian Bromelia .......................................................... 15
2.5 Analisis Risiko Produksi ............................................. 16
2.6 Kajian Manajemen Risiko ........................................... 18

III KERANGKA PEMIKIRAN ............................................... 21


3.1 Definisi dan Konsep Risiko ........................................ 21
3.2 Klasifikasi Risiko ........................................................ 23
3.3 Manajemen Risiko ...................................................... 24
3.4 Pemetaan Risiko .......................................................... 27
3.5 Penanganan Risiko ...................................................... 27
3.6 Kerangka Pemikiran Operasional .............................. 29
IV METODE PENELITIAN .................................................... 32
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................... 32
4.2 Jenis dan Sumber Data ............................................... 33
4.3 Metode Pengolahan Data ........................................... 33
4.3.1 Analisis Deskriptif .......................................... 33
4.3.2 Pengukuran Risiko ........................................... 34
4.3.3 Pemetaan Risiko ............................................... 38
4.3.4 Penanganan Risiko ............................................ 39

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ............................. 42


5.1 Sejarah Perusahaan ..................................................... 42
5.2 Lokasi dan Sumberdaya Ciapus Bromel ..................... 43
5.2.1 Sumberdaya Fisik ............................................. 44
5.2.2 Sumberdaya Manusia ....................................... 46
5.2.3 Sumberdaya Keuangan ..................................... 48
5.3 Organisasi Ciapus Bromel ........................................... 48
5.4 Lingkup Kegiatan Ciapus Bromel ................................ 49
5.4.1 Kegiatan Pengadaan Input ................................ 50

 
 
5.4.2 Kegiatan Budidaya ........................................... 52
5.5 Pendapatan usahatani .................................................. 54

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI TANAMAN HIAS


BROMELIA ........................................................................... 57
6.1 Identifikasi Sumber-Sumber Risiko Produksi.............. 57
6.2 Analisis Probabilitas dan Dampak Risiko .................... 62
6.3 Pemetaan Risiko Produksi ........................................... 67
6.4 Strategi Penanganan Risiko ........................................ 70
6.4.1 Strategi Preventif .............................................. 71
6.4.2 Strategi Mitigasi ............................................... 72

VII KESIMPULAN DAN SARAN ............................................ 77


8.1 Kesimpulan ................................................................ 77
8.2 Saran ........................................................................... 77

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 79


LAMPIRAN ...................................................................................... 81

xii 
 
 

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman
1. Perkembangan PDB Hortikultura di Indonesia
Tahun 2005-2009 .................................................................. 1
2. Produksi Tanaman Hias di Indonesia Tahun 2004-2008 ...... 2
3. Luas Panen Tanaman Hias di Indonesia Tahun 2004-2008 .. 3
4. Studi Terdahulu yang Berkaitan dengan Penelitian .............. 20
5. Data Produsen Bromelia di Indonesia Tahun 2008 ............... 32
6. Biaya Usahatani Ciapus Bromel pada Komoditi Neogerelia
per 338 m2 pada Tahun 2011.................................................. 55
7. Perhitungan Expected Return Berdasarkan Produksi
Komoditi Neogerelia Tahun 2011 ......................................... 62
8. Penilaian Risiko Produksi pada Kegiatan Spesialisasi
di Ciapus Bromel Tahun 2011 ............................................... 63
9. Perhitungan Peluang dan Dampak per Sumber Risiko
di Ciapus Bromel Tahun 2011 .............................................. 64
10. Hasil Identifikasi Risiko Usaha Ciapus Bromel Tahun 2011 68

xiii 
 
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman
1. Perkembangan Produksi Tanaman Hias Berdaun Indah
di Kabupaten Bogor Tahun 2008-2010 ................................. 5
2. Tingkat Penjualan Tanaman Hias Ciapus Bromel
Periode Juli 2010-Maret 2011 ............................................... 6
3. Tingkat Keberhasilan Produksi Bromelia Ukuran Pot
Berdiameter 15 cm pada Ciapus Bromel Tahun 2008-2010 .. 7
4. Hubungan antara Expected Income dan Income Variance ... 22
5. Proses Pengelolaan Risiko Perusahaan ................................ 26
6. Peta Risiko ............................................................................. 27
7. Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Risiko Produksi
Tanaman Hias Bromelia pada Ciapus Bromel ....................... 31
8. Peta Risiko Menurut Kountur ............................................... 39
9. Strategi Preventif Risiko ........................................................ 40
10. Strategi Mitigasi Risiko ......................................................... 41
11. Sarana dan Prasarana Produksi Tanaman Bromelia di
Ciapus Bromel Tahun 2011 ................................................... 46
12. Struktur Organisasi Ciapus Bromel pada Tahun 2011 .......... 49
13. Induk Tanaman Bromelia Jenis Neogerelia di
Ciapus Bromel Tahun 2011 ................................................... 50
14. Pot Tanaman Bromelia di Ciapus Bromel pada Tahun 2011 51
15. Pupuk dan Obat-obatan Bagi Tanaman Bromelia di
Ciapus Bromel pada Tahun 2011 ........................................... 52
16. Media Tanam Bromelia di Ciapus Bromel Tahun 2011 ....... 52
17. Akibat Serangan Belalang pada Daun Bromelia di
Ciapus Bromel Tahun 2011 ................................................... 58
18. Penusukan pada Indukan Bromelia di Ciapus Bromel
Tahun 2011 ............................................................................ 60
19. Tanaman Bromelia yang Terbakar Akibat Terpapar Cahaya
Matahari Berlebih di Ciapus Bromel Tahun 2011 ................ 61
20. Nilai Status Risiko Produksi Bromelia pada Ciapus Bromel
Tahun 2011 ............................................................................ 67
21. Peta Risiko Usaha Ciapus Bromel pada Tahun 2011 ............ 70

xiv 
 
22. Strategi Preventif Risiko pada Usaha Ciapus Bromel
Tahun 2011 ........................................................................... 75
23. Strategi Mitigasi Risiko pada Usaha Ciapus Bromel
Tahun 2011 ........................................................................... 76

xv
 
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman
1. Penilaian Risiko Produksi Berdasarkan Jumlah Produksi
Komoditi Neogerelia Tahun 2011 ........................................ 82
2. Perhitungan Dampak per Sumber Risiko Komoditi Neogerelia
di Ciapus Bromel Tahun 2011 .............................................. 83
3. Nama Jenis dan Harga Bromelia Neogerelia
di Ciapus Bromel Tahun 2011 ............................................... 84
4. Gambar Jenis-Jenis Neogerelia di Ciapus Bromel Tahun 2011 85
5. Sarana Produksi Bromelia pada Ciapus Bromel Tahun 2011 86

xv 
 
I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang sangat
berperan dalam upaya meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Peranan
subsektor hortikultura dapat membantu memperluas kesempatan kerja,
meningkatkan pendapatan petani, memperbaiki gizi masyarakat dan
meningkatkan devisa negara yang dapat mendukung pertumbuhan pendapatan
nasional (Direktorat Jendral Hortikultura 2008). Bahkan secara nasional subsektor
hortikultura mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap Produk
Domestik Bruto (PDB), seperti yang terdapat pada Tabel 1.

Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura di Indonesia Tahun 2005-2009


Nilai PDB (Milyar Rp)
No Komoditas
2005 2006 2007 2008 2009
1 Buah-buahan 31.694 35.448 42.362 47.060 50.595
2 Sayuran 22.630 24.694 25.587 28.205 29.005
3 Tanaman Hias 4.662 4.732 4.741 4.960 5.348
4 Tanaman Biofarmaka 2.806 3.762 4.105 3.853 4.109
Hortikultura 61.792 68.639 76.795 84.078 89.057
Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010)

Berdasarkan Tabel 1, besarnya kontribusi subsektor hortikultura meliputi


buah-buahan, sayur-sayuran, tanaman obat-obatan, tanaman hias dan biofarmaka
terhadap PDB nasional menunjukkan peningkatan dari tahun 2005 hingga 2009.
Peningkatan pertumbuhan ini terjadi hampir pada setiap kelompok komoditi
dimana pada tahun 2006 terjadi peningkatan sebesar 11,08 persen, 11,88 persen
untuk tahun 2007, 9,48 persen pada tahun 2008 dan 5,92 persen terjadi pada tahun
2009. Namun untuk tanaman biofarmaka terjadi penurunan angka pertumbuhan
pada tahun 2008 sebesar 6,13 persen menjadi 2,853 triliun rupiah. Peningkatan ini
mengindikasikan bahwa subsektor hortikultura merupakan subsektor yang
mempunyai prospek baik dimasa mendatang.
Tanaman hias atau florikultura merupakan salah satu kelompok komoditi
hortikultura yang cukup prospektif dalam perkembangannya. Selain kontribusi

1
 
terhadap nilai PDB subsektor hortikultura, potensi pengembangan komoditas
tanaman hias pun dapat terlihat melalui peranan tanaman hias dalam kehidupan
masyarakat. Peranan tanaman hias selain untuk memperindah lingkungan sekitar
juga dapat berperan sebagai sarana penyalur emosi dan pengungkapan perasaan
suka maupun duka kepada orang lain. Serta tanaman hias pun dapat memberikan
ketenangan hati (Anonim 2008).
Keberadaan tanaman hias mulai menjadi daya tarik masyarakat untuk
mengembangkan industri florikultur dalam negeri. Hal ini dapat dilihat pada Tabel
2 yang menunjukkan peningkatan jumlah produksi tanaman hias di Indonesia,
baik yang berasal dari bunga potong, daun potong, bunga pot dan taman, maupun
bunga tabur. Berikut merupakan produksi tanaman hias di Indonesia dari tahun
2004 hingga 2008.

Tabel 2. Produksi Tanaman Hias di Indonesia Tahun 2004-2008


Produksi (unit)
Komoditi
2004 2005 2006 2007 2008
Bunga
158.522.843 173.240.364 166.645.684 179.374.218 205.564.659
potong
Daun
1.082.596 1.131.621 905.039 2.041.962 12.018.794
potong
Bunga
pot dan 530.325 751.505 986.340 1.171.768 11.159.352
taman
Bunga
29.313.103 22.552.537 24.795.996 15.775.751 20.338.119
tabur
Total 189.448.867 197.676.027 193.333.059 198.363.699 249.130.924
Sumber: Badan Pusat Statistik (2008)

Secara umum produksi tanaman hias tersebut mengalami peningkatan dari


tahun 2004 hingga 2008. Peningkatan jumlah produksi terbesar terjadi pada tahun
2008. Peningkatan ini diakibatkan oleh pola permintaan pasar terhadap tanaman
hias yang cenderung mengalami peningkatan. Jumlah produksi bunga potong
meningkat dari 179.374.218 unit menjadi 205.564.659 unit, atau meningkat
sebesar 14,6 persen. Sama halnya dengan bunga potong, jumlah produksi daun
potong pun meningkat dari 2.041.962 unit menjadi 12.018.794 unit dengan
peningkatan sebesar 488,6 persen. Peningkatan sangat besar terjadi pada tanaman
bunga pot dan taman yang meningkat dari 1.171.768 unit pada tahun 2007
menjadi 11.159.352 unit di tahun 2008 atau setara dengan 852,4 persen. Bunga
2
 
tabur pun turut mengalami peningkatan dari 15.775.751 unit menjadi 20.338.119
unit di tahun 2008 atau sebesar 25,6 persen.

Tabel 3. Luas Panen Tanaman Hias di Indonesia Tahun 2004-2008


Luas panen (m2)
Komoditi
2004 2005 2006 2007 2008
Bunga
15.219.133 14.791.004 6.205.093 9.189.977 10.877.306
potong
Daun
196.107 74.894 66.038 98.107 934.478
potong
Bunga pot
461.255 420.072 658.721 749.869 2.636.329
dan taman
Bunga
9.967.905 9.398.389 5.891.740 1.427.534 1.269.439
tabur
Total 25.844.400 24.584.359 12.821.592 11.465.487 15.717.552
Sumber : Badan Pusat Statistik (2008)

Berdasarkan Tabel 3 dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2005 hingga


2007, total luas panen tanaman hias di Indonesia mengalami penurunan.
Penurunan terbesar terjadi pada tahun 2006 dimana besarnya penurunan tersebut
mencapai 48 persen dari tahun sebelumnya. Namun pada tahun 2008 total luas
panen dari meningkat 11.465.487 m2 tahun sebelumnya menjadi 15.717.552 m2.
Penurunan total luas panen dan kecenderungan peningkatan total produksi
tanaman hias mengindikasikan bahwa besarnya luas panen tanaman hias tidak
memberi pengaruh yang signifikan terhadap jumlah produksi tanaman hias.
Perkembangan minat konsumen dan peningkatan kesadaran masyarakat
tentang estetika dan keindahan tanaman hias mengakibatkan permintaan terhadap
komoditas ini terus mengalami peningkatan. Sampai dengan tahun 2010,
peningkatan permintaan komoditas hortikultura khususnya tanaman hias mencapai
5,38 persen1. Permintaan tersebut terjadi pada 323 jenis komoditas hortikultura
dimana 117 jenis merupakan tanaman hias, 60 jenis tanaman buah, 80 jenis
tanaman sayuran dan sisanya merupakan tanaman biofarmaka.
Produk tanaman hias dapat berupa bunga ataupun daun. Tanaman hias
daun memiliki kelebihan dibandingkan tanaman hias bunga. Daun yang dihasilkan
oleh tanaman hias dapat berupa daun potong dan tanaman hias daun dalam pot.
Seiring dengan pesatnya perkembangan tren tanaman hias membuat tanaman hias
                                                            
1
www.agrina-online.com. Peningkatan Hortikultura Terus Meningkat 15 september 2011 (diakses
tgl 16 september 2011)
3
 
daun mulai banyak disukai oleh masyarakat. Penampilan bentuk yang beraneka
ragam, corak warna daun yang bervariasi merupakan daya tarik tersendiri bagi
konsumen tanaman hias. Tanaman hias daun memiliki kelebihan dibandingkan
tanaman hias lainnya yaitu keindahan yang lebih tahan lama bahkan dapat
dikatakan keindahan tanaman hias daun dapat dinikmati sepanjang usia hidup
tanaman tersebut (Ratnasari 2008).
Prospek tanaman hias yang menjanjikan ini membuat pemerintah terus
berupaya untuk dapat meningkatkan produksi tanaman hias di Indonesia. Dalam
beberapa dekade terakhir ini terjadi perkembangan jenis-jenis tanaman hias yang
diusahakan. Jenis tanaman hias yang dominan dikembangkan antara lain
kelompok tanaman anggrek dan tanaman pot berdaun indah. Permintaan akan
tanaman pot berdaun indah mengalami peningkatan. Indikasi terjadi peningkatan
ini adalah dimasukkannya tanaman pot berdaun indah menjadi komoditas
unggulan tanaman hias pada tahun 2008 dan peningkatan volume produksi
tanaman pot berdaun indah. Hal lain yang menyebabkan permintaan tanaman pot
berdaun indah meningkat adalah adanya perubahan tren dari tanaman hias pot
berdaun bunga menjadi tanaman hias pot berdaun indah. Dan juga fungsi tanaman
hias pot berdaun indah yang dapat dijadikan sebagai tanaman taman. Fungsi
tersebut yang akan mendorong kecenderungan peningkatan permintaan tanaman
hias pot berdaun indah jika dikaitkan dengan isu go green.2
Salah satu tanaman yang termasuk dalam kelompok tanaman pot berdaun
indah adalah bromelia. Tanaman yang lebih dikenal dengan nama ‘nanas-nanasan’
ini mulai digemari masyarakat pada tahun 2009 (Perhimpunan Florikultura
Indonesia 2010). Bromelia pun merupakan salah satu tanaman binaan Direktorat
Jenderal Hortikultura berdasarkan Kepmentan No.511/Kpts/PD.310/9/2006
tanggal 12 September 2006. Menurut Ditjen Budidaya Tanaman Hortikultura
(2010) daerah yang menjadi pusat budidaya bromelia adalah Bandung dan Bogor.

                                                            
2
Hasil wawancara dengan Kepala Sub Bidang Tanaman Hias Pot Direktorat Jendral Hortikultura
4
 
700000
600000

Total Produksi (pot)


500000
400000 Bromelia
Sanseviera
300000
Draceana
200000
100000
0
2008 2009 2010
Tahun

Gambar 1. Perkembangan Produksi Tanaman Hias Berdaun Indah di


Kabupaten Bogor Tahun 2008-2010
Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor (2011)

Pada Gambar 1 terlihat bahwa jumlah produksi bromelia di Kabupaten


Bogor cenderung lebih sedikit dan berfluktuatif dibandingkan tanaman hias
berdaun indah lainnya. Pada tahun 2008 produksi bromelia di Kabupaten Bogor
sebesar 14.400 pot dan merupakan jumlah produksi terkecil dibandingkan tahun-
tahun berikutnya. Sedangkan pada tahun 2009, jumlah produksi bromelia
mengalami peningkatan yang disebabkan oleh tingginya permintaan dengan
jumlah produksi mencapai 106.780 pot. Produksi bromelia pun mengalami
penurunan pada tahun 2010 yaitu sebesar 8,53 persen menjadi 97.670 pot.
Variasi produksi ini disebabkan karena perbedaan penggunaan teknologi
dalam proses produksi serta pengaruh eksternal. Fluktuasi produksi tanaman
bromelia ini mengindikasikan bahwa budidaya bromelia dihadapkan pada
permasalahan risiko. Pada umumnya risiko yang dihadapi oleh pelaku usaha
budidaya bromelia adalah risiko produksi. Risiko produksi merupakan risiko yang
muncul pada tahap produksi, sumbernya berupa serangan hama, penyakit dan
kegagalan dalam hal teknis produksi. Oleh sebab itu, perlu dikaji mengenai risiko
produksi pada tanaman hias bromelia.

5
 
1.2 Perumusan Masalah
Ciapus Bromel berdiri sejak tahun 2006 yang merupakan salah satu
perusahaan yang bergerak dibidang tanaman hias khususnya tanaman hias daun.
Perusahaan memilih tanaman hias daun karena melihat adanya kecenderungan
pergantian tren permintaan tanaman hias pot berdaun bunga menuju tren tanaman
hias pot berdaun indah. Produk yang dihasilkan oleh Ciapus Bromel ini yaitu
bromelia dan philodendron dengan beragam jenis, ukuran dan bentuk. Bromelia
yang dibudidayakan oleh Ciapus Bromel terdiri dari 6 jenis antara lain neogerelia,
guzmania, tillandsia, aechmea, crypthantus dan vrisea serta diproduksi dalam
beberapa ukuran pot plant. Komoditi unggulan perusahaan ini adalah bromelia
jenis neogerelia. Komoditi ini menjadi komoditi unggulan Ciapus Bromel
dikarenakan komoditi ini lebih banyak diminati dibandingkan jenis lainnya seperti
yang telihat pada Gambar 2.

20000000
18323500
Total Penjualan (Rp)

18000000
16000000
14000000
12000000
10000000 8207000
8000000
6000000 4356000 4084500
3199000 3199000
4000000 2163000
2000000
0
a
ia

ea

ia
n

us

ia
ise
ro
el

ns

an
m

nt
er

vr
la
ch

zm
a
en

th
og

til
ae
d

gu
yp
ne

ilo

cr
ph

Jenis Tanaman Hias

Gambar 2. Tingkat Penjualan Tanaman Hias Ciapus Bromel Periode


Juli 2010-Maret 2011
Sumber : Ciapus Bromel, 2011

Untuk memenuhi permintaan konsumen, perusahaan membudiyakan


bromelia secara vegetatif. Pembudidayaan secara vegetatif membutuhkan ekstra
perawatan dan ketelitian dibandingkan dengan cara generatif. Terjadinya
pembusukan pada anakan bromelia merupakan salah satu penyebab produksi

6
 
bromelia mengalami fluktuasi yang berdampak pada penerimaan perusahaan.
Fluktuasi produksi bromelia tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.

100
Tingkat Keberhasilan

80
Produksi (%)

60
40
20
0
1 2 3 4 6 7 8
Periode musim tanam

Gambar 3. Tingkat Keberhasilan Produksi Bromelia Ukuran Pot Berdiameter


15 cm pada Ciapus Bromel Tahun 2008-2010
Sumber : Ciapus Bromel, 2011

Gambar 3 menunjukan bahwa terjadi fluktuasi keberhasilan produksi


bromelia selama delapan periode musim tanam terakhir. Pada setiap musim tanam
jumlah indukan bromelia yang digunakan sebanyak 100 unit, dengan satu unit
tanaman indukan dapat menghasilkan anakan bromelia sebanyak 4-5 anakan.
Keberhasilan produksi tertinggi terjadi pada periode pertama musim tanam
bromelia yaitu sebesar 80,67 persen atau 363 pot tanaman bromelia. Sedangkan
keberhasilan produksi terendah terjadi pada periode keempat musim tanaman
bromelia yaitu sebesar 26,44 persen atau 119 pot tanaman dengan produksi
optimal per musim tanam sebanyak 450 pot. Hal ini dikarenakan bibit tanaman
bromelia rentan terhadap perubahan kelembaban sehingga mengakibatkan
serangan hama penyakit. Fluktuasi keberhasilan produksi yang dialami dapat
mengindikasikan terjadinya risiko produksi pada usaha bromelia tersebut.
Risiko produksi dapat disebabkan oleh perubahan cuaca yang tak pasti,
intensitas cahaya matahari, serangan hama dan penyakit serta kerusakan mekanis
atau perilaku pembudidaya. Oleh karena itu pengelolaan risiko sangat dibutuhkan
untuk meminimalkan risiko produksi yang mungkin dihadapi. Selain itu
dibutuhkan pula penilaian yang tepat untuk membantu perusahaan dalam

7
 
pengambilan keputusan untuk pengelolaan risiko. Dalam membudidayakan
bromelia perusahaan pun melakukan diversifikasi produk yaitu dengan
mengusahakan philodendron untuk mengurangi terjadinya risiko produksi. Hal ini
merupakan salah satu alternatif untuk meminimalkan risiko produksi yang
diakibatkan oleh proses produksi bromelia.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan berbagai permasalahan
yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu:
1. Sumber-sumber risiko apa saja yang terdapat pada produksi bromelia jenis
neogerelia di Ciapus Bromel?
2. Bagaimana tingkat probabilitas dan dampak risiko produksi terhadap kegiatan
produksi bromelia jenis neogerelia di Ciapus Bromel?
3. Bagaimana penanganan yang dilakukan Ciapus Bromel dalam mengatasi
risiko produksi tanaman bromelia jenis neogerelia?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi bromelia jenis neogerelia.
2. Menganalisis tingkat probabilitas dan dampak risiko produksi bromelia jenis
neogerelia.
3. Menganalisis manajemen risiko produksi yang dihadapi Ciapus Bromel
dalam menjalankan usahanya.

1.4 Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi perusahaan, penulis serta
pembaca. Bagi perusahaan, penelitian ini dapat membantu perusahaan dalam
mengidentifikasi sumber-sumber risiko yang dihadapi dalam usaha yang
dijalankan Ciapus Bromel. Serta dapat memberikan alternatif strategi dalam
mengendalikan risiko dan mempertimbangkan kebijakan yang diambil dalam
membudidayakan bromelia sehingga dapat meningkatkan penerimaan
perusahaan. Bagi penulis, sebagai salah satu pembelajaran dan pelatihan dalam
menganalisis masalah berdasarkan fakta dan data yang tersedia yang disesuaikan
dengan pengetahuan yang diperoleh selama perkuliahan. Bagi pembaca,

8
 
penelitian ini diharapkan dapat memberikan ilmu yang bermanfaat dan dapat
digunakan sebagai masukan serta literatur bagi penelitian-penelitian selanjutnya.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian


Beberapa ruang lingkup penelitian analisis risiko produksi tanaman hias
bromelia adalah:
1. Jenis tanaman bromelia yang dikaji adalah neogerelia dengan diameter 15 cm.
Hal ini dikarenakan pada ukuran 15 cm tanaman masih sangat rentan terhadap
hama, penyakit dan intensitas cahaya matahari yang terjadi. Komoditi ini
merupakan komoditi yang paling digemari oleh konsumen Ciapus Bromel.
2. Penelitian ini menggunakan data keberhasilan produksi selama siklus tanam
tahun 2008-2010 dimana satu siklus tanam membutuhkan waktu selama 3
bulan. Sehingga data yang digunakan sebanyak delapan periode musim tanam
bromelia.
3. Lingkup kajian masalah yang diteliti adalah analisis manajemen risiko
produksi yang diterapkan perusahaan sehingga mampu menghadapi risiko
yang disebabkan oleh sumber-sumber risiko produksi pada usaha
pembudidayaan bromelia.

9
 
II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian dan Karakteristik Tanaman Hias


Tanaman hias merupakan bagian dari hortikultur non pangan yang
digolongkan dalam florikultur. Florikuktur merupakan cabang ilmu hortikultura
yang mempelajari tanaman hias sebagai bunga potong, daun potong, tanaman pot
atau tanaman penghias taman. Komoditi ini dibudidayakan dalam kehidupan
sehari-hari untuk dinikmati keindahannya (Lakitan 1995). Menurut Soedarmono
(1997), tanaman hias didefinisikan sebagai jenis tanaman tertentu baik yang
berasal dari tanaman daun dan tanaman bunga yang dapat ditata untuk
memperindah lingkungan sehingga suasana menjadi lebih artistik dan menarik.
Ashari (1995) menyatakan bahwa industri tanaman hias meliputi budidaya
tanaman dalam pot, bunga potong, daun potong dan tanaman hias lainnya yang
kebanyakan dilakukan di areal tertentu seperti rumah kaca. Keindahan tanaman
tersebut dapat dipancarkan dari keseluruhan tajuk tanaman juga bentuk, warna
bunga dan kerangka tanaman. Definisi lain dari tanaman hias dikemukakan oleh
Rahardi (1997) yang menyatakan bahwa tanaman hias meliput tanaman pot,
bunga potong, kaktus, bonsai dan tanaman hidroponik.
Tanaman hias merupakan tanaman hortikultur non pangan, berbeda
dengan sayur-sayuran atau buah-buahan, tanaman ini dibudidayakan untuk
diminati keindahannya atau nilai estetikanya. Keindahan tanaman hias dapat
dinikmati dengan cara menghadirkan tanaman tersebut secara utuh di lingkungan
permukiman, misalnya dengan menanam tanaman hias tersebut di halaman rumah
atau taman-taman umum. Tanaman hias selain ditanam langsung di tanah juga
dapat ditanam dalam pot. Dengan demikian, panen tanaman hias dapat dilakukan
secara fisik atau non fisik dengan menikmati keindahannya (Lakitan 1995).
Menurut Rahardi (1997), tanaman hias dapat dibedakan kedalam dua
golongan yaitu:
1. Tanaman hias dalam ruangan (indoor)
Tanaman hias yang cocok ditanam dalam ruangan adalah tanaman hias
yang dapat hidup berhari-hari dalam ruangan dan mempunyai ukuran yang tidak
terlalu besar. Umumnya tanaman hias dalam ruangan merupakan tanaman

10
berdaun indah. Ragam tanaman hias dalam ruangan yang popular antara lain
aglonema, anthurium, palem dan paku-pakuan.
2. Tanaman hias luar ruangan (outdoor)
Pada dasarnya semua jenis tanaman hias dapat digunakan sebagai penghias
di luar ruangan, namun keberadaaan jenisnya seringkali ditentukan oleh model
dan sifat tanaman yang bisa tahan atau tidak terhadap sinar matahari. Tanaman
yang cocok untuk penghias luar ruangan adalah tanaman yang menyukai sinar
matahari secara langsung. Tanaman hias luar ruangan umumnya berwujud pohon-
pohonan, misalnya palem, sikas dan perdu-perduan, misalnya bougenvil, hibiscus,
mawar dan soka.
Berdasarkan tempat tumbuhnya tanaman hias dapat dibedakan menjadi
tanaman hias yang dapat tumbuh di tanah dan tanaman yang dapat hidup di air.
Tanaman air adalah jenis tanaman yang cocok hidup hidup di air atau
membutuhkan genangan air yang cukup banyak dalam pertumbuhannya. Pada
umumnya penempatan tanaman ini di kolam atau taman air, tetapi tanaman ini
juga dapat ditanam soliter atau dipadukan dalam kombinasi yang harmonis di
dalam pot yang indah. Penempatan pot yang biasanya terbuat dari gerabah dengan
berbagai bentuk dan ukuran yang dapat disesuaikan dengan selera konsumen dan
ruangan tempat penyimpanan.
Berdasarkan jenisnya, menurut Palungkun (2002), tanaman hias dapat
digolongkan menjadi tiga golongan besar, yaitu:
1. Tanaman Hias Bunga
Tanaman hias bunga adalah tanaman yang memiliki daya tarik atau nilai
eksotika yang terletak pada bunganya. Daya tarik tersebut dapat dilihat
berdasarkan keindahan warna yang memikat, bentuk bunga yang indah dan
mempesona, bau yang harum dan ukuran yang istimewa. Contoh tanaman hias
bunga diantaranya anggrek, krisan, adenium dan lainnya.
2. Tanaman Hias Daun
Tanaman hias daun merupakan jenis tanaman hias yang memiliki
keindahan atau daya tarik yang terletak pada daunnya. Daya tarik tersebut dapat
dilihat pada bentuk daun yang dimiliki, keadaan daun, warna daun yang menarik

11
maupun komposisi daun dengan batang yang indah. Contoh tanaman hias daun
diantaranya aglonema, puring, bromelia, anthurium, caladium dan lainnya.
3. Tanaman Hias Batang
Sama halnya seperti tanaman hias bunga dan daun, tanaman hias batang
memiliki keindahan tersendiri pada batangnya. Tanaman hias batang
mengandalkan keindahan perpanjangan batang, dimana keindahan batang
tanaman ini ditampilkan dalam bentuk atau warna batang tersebut. Contoh
tanaman hias batang diantaranya palem botol dan kaktus.

2.2 Manfaat Tanaman Hias


Tanaman hias berbunga dan berdaun indah telah lama dikenal masyarakat.
Tanaman hias dapat dijumpai di halaman rumah, di pinggir jalan, bahkan di
pemakaman. Selain sebagai komoditas estetika dalam melengkapi landscape
lingkungan hunian maupun komersil, tanaman hias juga digunakan sebagai simbol
dalam kehidupan sehari-hari. Simbol dapat berupa kegiatan formal yang terdapat
pada ritual adat atau keagamaan, kelahiran dan kematian sebagai tabur bunga.
Kegiatan informal seperti sebagai sarana pengungkapan ekspresi dan rasa. Selain
itu, manfaat yang paling besar dari keberadaan tanaman hias yaitu dapat menjadi
filter polusi udara kota (diacu dalam Safitri 2009).
Menurut Palungkun (2004) yang diacu dalam Safitri (2009), tanaman hias
mempunyai beberapa fungsi, yaitu :
1. Keindahan
Tanaman hias yang ditata dan dirangkai sedemikian rupa dan sesuai
dengan karakteristik tanamannya akan menimbulkan rasa indah dan puas bagi
individu yang memandangnya serta penyaluran jiwa seni.
2. Stabilisator atau pemeliharan lingkungan
Keberadaan tanaman hias dapat meredap suara, menyaring debu,
menyerap gas beracun serta memelihara suhu dan kelembaban. Tanaman hias juga
menyerap terik matahari sehingga menjadikan udara lebih sejuk dan nyaman.
3. Pendidikan
Tanaman dapat menumbuhkan rasa cinta pada alam dan membentuk watak
positif pada seseorang. Misalnya dengan melakukan kegiatan penataan taman di
sekolah terutama taman kanak-kanak ataupun playgroup.
12
4. Pemeliharaan Kesehatan
Keberadaan tanaman hias dapat menimbulkan rasa tentram dan tenaga
sehingga memelihara kesehatan jiwa manusia. Proses asimilasi yang dilakukan
tanaman menghasilkan gas oksigen dari penguraian gas asam arang sehingga
udara tetap segar.
5. Sosial dan Ekonomi
Komoditas tanaman hias merupakan bisnis yang potensial untuk
meningkatkan penghasilan. Keteraturan penataan tanaman hias pun dapat
menimbulkan citra yang lebih positif pada individu dan sekitarnya.
6. Tanaman Obat
Tanaman hias dapat dimanfaatkan sebagai obat penyembuh penyakit.
Misalnya tanaman kembang sepatu yang sari perasan bunganya dapat dijadikan
obat untuk menyembuhkan tubercolosa dan bronchitis.

2.3 Gambaran Umum Bromelia


Tanaman bromelia berasal dari Amerika Selatan terutama dari Brazilia dan
beberapa jenis lainnya ditemukan di Mexico dan Amerika Tengah. Menurut
Kramer (1991) yang diacu dalam Santi dan Kusumo (1996), spesies bromelia
yang dapat diidentifikasi sebanyak 150 jenis dari 27 genera. Kemudian
berkembang menjadi 1800 jenis spesies dari 46 genera yang telah diidentifikasi
(Prihmantoro 1991, diacu dalam Santi dan Kusumo 1996).
Menurut Verina (2007), bromelia adalah tanaman epifit yang termasuk
kedalam famili Bromeliaceae. Pada tanaman ini terdapat tiga subfamili, yaitu
Bromeliadeae, Pitcaimioideae dan Tillandsioideae. Bromelia merupakan jenis
tanaman tropis dan semusim yang umumnya hidup pada suhu 15-30 derajat
celcius dengan kelembaban sekitar 60 persen dan akan berbunga pada usia 3-4
tahun. Jenis bromelia yang sering ditemui memiliki susunan daun yang padat dan
dapat penyimpan air. Melalui simpanan air di ketiak daunnya tersebut, tanaman
ini dapat memperoleh nutrisi bagi pertumbuhannya dan dapat bertahan hidup pada
musim yang kering. Selain dapat hidup berdiri sendiri, bromelia juga dapat hidup
menempel pada batang pohon yang masih hidup atau pada batang yang telah mati.
Nutrisi yang dibutuhkan akan diperoleh dari air hujan, kabut, embun, atau tetesan
air dari pohon.
13
Penyiraman pengkabutan dilakukan untuk menjaga kelembaban udara
pada bromelia, namun tidak jarang digunakan pula kipas angin dengan kecepatan
putaran rendah. Penyiraman dapat dilakukan 2-3 kali dalam seminggu. Hal ini
diperuntukkan agar kebutuhan air dapat tercukupi sehingga tanaman dapat
bertahan dalam kondisi cuaca panas dan tetap memiliki kualitas daun yang indah3.
Bromelia termasuk dalam tanaman pot sekaligus tanaman taman (Mann
1994, diacu dalam Santi dan Kusumo 1996). Bromelia dapat berfungsi untuk
mempercantik ruangan, menghias sudut-sudut halaman rumah dan sebagai
penghias taman. Tidak hanya itu, keragaman jenis bentuk daun, ukuran dan corak
warna yang bervariasi serta bunganya yang cantik menyebabkan tanaman ini
memiliki ciri khas tersendiri yang hingga saat ini masih digemari4. Beberapa jenis
bromelia yang sudah dikenal dan popular diantaranya Neogerelia, Aechmea,
Vriesea, Guzmania, Tillandsia dan Nidularium (Evans 1993).
Guzmania merupakan salah satu genus bromelia yang berdaun hijau dan
memiliki bunga berwarna-warni yang berbentuk bintang. Tanaman jenis ini dapat
tumbuh menempel pada kayu-kayu atau tanaman yang sudah mati. Guzmania
dapat tumbuh hingga mencapai 38 cm dan lebar 25 cm dengan usia sekitar 2-3
tahun. Keunikan lainnya dari jenis ini adalah tanaman ini akan mati setelah
menghasilkan bunga pada musim panas.
Aechmea memiliki bunga yang berwarna merah muda dan warna daun
yang sedikit bergaris-garis hijau. Tanaman ini dapat hidup hingga 3-4 tahun dan
dapat tumbuh hingga 60 cm dengan panjang daun sampai 30 cm. Selain itu
tanaman ini dapat tumbuh di tempat yang langsung terkena sinar matahari atau
tidak langsung.
Neogerelia merupakan jenis yang sangat banyak diminati oleh para hobiis.
Tanaman ini termasuk jenis tanaman yang tidak tahan terhadap terpaan sinar
matahari langsung. Hal ini pula yang menyebabkan jenis ini memiliki warna daun
yang lebih mencolok, cerah dan bervariasi. Selain itu pada bagian tengah tanaman
ini terdapat pula bunga yang berwarna merah keunguan. Sebagai tanaman dalam
                                                            
3
Redaksi Agromedia. 2008. Pesona Bromelia. Hlm 7-10
4
AGRINA. Mei 2009. Bromelia Penghias Taman dan Interior. AGRINA: Vol 5 No. 103, 13-26
Mei 2009. Hlm 12 
14
ruangan, jenis ini dapat hidup sampai dengan usia 5 tahun dengan panjang
mencapai 60 cm tetapi pada umumnya hanya berkisar 38-46 cm .
Nidularium merupakan jenis bromelia yang jarang sekali ditemui. Seperti
neogerelia, jenis ini pun memiliki bagian tengah dimana terdapat daun yang jauh
lebih kecil ukurannya serta berwarna kekuningan. Nama tanaman ini berasal dari
bahasa latin nidus yang berarti ‘sarang’ sehingga tanaman ini lebih dikenal dengan
nama ‘bird’s nest’. Jenis tanaman bromelia ini dapat tumbuh hingga mencapai 30
cm dan memiliki bunga berwarna putih.
Tillandisia merupakan jenis bromelia yang berbentuk menyerupai
rerumputan dan bagian tengah dari tanaman yang berwarna merah muda dengan
bunga yang menjulang keatas berwarna biru keunguan dengan ketinggian
mencapai 30 cm. Tillandsia dapat tumbuh di daerah tropis dan subtropis, dan
merupakan tanaman epifit yang dapat hidup di bebatuan dan batang pohon.
Sedangkan vriseria merupakan jenis tanaman bromelia yang cenderung
lebih sulit dikembangkan dibandingkan dengan jenis lainnya dan bukan
merupakan jenis epifit. Tanaman ini memiliki bentuk daun yang runcing,
berwarna hijau bergaris dan bertekstur kasar.

2.4 Kajian Bromelia


Elva (2010) dalam penelitiannya mengenai strategi pengembangan pasar
tanaman hias bromelia di Kabupaten Bogor, menyatakan bahwa perusahaan
memiliki dua kekuatan yang paling penting dalam mewujudkan pengembangan
pasar Ciapus Bromel yaitu memiliki varietas terbanyak dan latar belakang
pendidikan dan pengalaman pemilik plus manajer pengelola. Kelemahan yang
paling penting untuk diatasi adalah perbaikan manajemen dan peningkatan
kapasitas produksi. Peluang yang paling mempengaruhi dan penting bagi
pengembangan pasar Ciapus Bromel adalah kecenderungan membaiknya kondisi
perekonomian tahun 2010-2014 serta adanya wawancara konsep green living dari
pemerintah. Ancaman yang harus diwaspadai Ciapus Bromel adalah keberadaan
tanaman hias substitusi.
Kemudian dengan menggunakan strategi arsitektur dihasilkan dua bagian
strategi yang diterapkan Ciapus Bromel selama kurun waktu 2010-2014. Pertama
strategi yang dominan berisi program yang dilakukan secara kontinu, yaitu: (1)
15
Memperbaiki manajemen dan kualitas SDM karyawan Ciapus Bromel; (2)
Menyediakan bromelia dengan harga kompetitif dan berkualitas; (3) Sosialisasi
mengenai manfaat keberadaan bromelia kepada masyarakat melalui kerjasama
dengan Perhimpunan Florikultura Indonesia. Bentuk strategi kedua berisi program
yang dilakukan secara bertahap, yaitu: (1) Aliansi pemasaran dengan perusahaan
landscape; (2) Penambahan kapasitas produksi untuk memenuhi permintaan
agregat pasar potensial; (3) Repositioning produk untuk menciptakan permintaan
kontraktor taman dan landscaper; dan (4) revitalisasi Promosi sebagai upaya
positioning produk Ciapus Bromel di benak kontraktor taman dan landscaper.

2.5 Analisis Risiko Produksi


Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan risiko produksi adalah
penelitian yang dilakukan oleh Fariyanti (2008). Penelitian ini meneliti tentang
risiko produksi dan harga kentang dan kubis di Bandung. Analisis yang digunakan
adalah analisis risiko model GARCH (1,1) dan menghitung nilai varian.
Berdasarkan analisis risiko dihasilkan bahwa risiko produksi kentang yang
diindikasikan oleh fluktuasi produksi kentang yang disebabkan oleh risiko
produksi pada musim sebelumnya dan penggunaan input. Input pupuk dan tenaga
kerja menjadi faktor yang menimbulkan risiko produksi, sedangkan lahan benih
dan obat-obatan menjadi faktor yang mengurangi risiko produksi. Pada komoditas
kubis, lahan dan obat-obatan menjadi faktor yang menimbulkan risiko sementara
benih, pupuk dan tenaga kerja menjadi faktor yang mengurangi risiko produksi.
Risiko pada komoditas kentang lebih tinggi dibandingkan komoditas kubis
sedangkan risiko harga pada komoditas kubis lebih tinggi dibandingkan
komoditas kentang. Perilaku rumahtangga petani dengan adanya risiko produksi
dan harga produk termasuk kedalam risk aversion dengan melakukan
penggurangan penggunaan luas lahan garapan, benih, pupuk, obat-obatan dan
tenaga kerja. Pengurangan tertinggi input, produksi, pendapatan dan pengeluaran
rumahtangga akibat pengurangan peningkatan risiko produksi dan harga produk
serta upah pada kegiatan usahatani terdapat pada rumahtangga petani lahan
sempit. Demikian juga pada peningkatan penggunaan tenaga kerja off farm dan
non farm yang paling rendah.

16
Wisdya (2009) menganalisis tentang risiko produksi anggrek phaleonopsis
pada PT Eka Graha Flora. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
analisis Variance, Standard Deviation dan Coefficient Variation pada kegiatan
spesialisasi dan portofolio. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa analisis
spesialisasi risiko produksi berdasarkan produktivitas tanaman anggrek yang
menggunakan bibit teknik seedling dan mericlone diperoleh risiko paling tinggi
terdapat pada tanaman anggrek teknik seedling yaitu sebesar 0,078. Artinya setiap
satu satuan yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi adalah sebesar 0,078.
Sedangkan risiko produksi anggrek berdasarkan pendapatan bersih memiliki
risiko yang tinggi pada anggrek dengan teknik seedling yaitu sebesar 1,319 yang
artinya setiap satu rupiah yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi adalah
sebesar 1,319.
Safitri (2009) meneliti tentang risiko produksi daun potong pada PT
Pesona Daun Mas Asri. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis Variance, Standard Deviation dan Coefficient Variation pada kegiatan
spesialisasi dan portofolio. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada analisis
spesialisasi produksi berdasarkan produktivitas pada Asparagus bintang dan
Philodendron marbel diperoleh risiko yang paling tinggi dari kedua komoditas itu
adalah Philodendron marbel yaitu sebesar 0,29 yang artinya setiap satu satuan
yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi sebesar 0,29. Sedangkan yang paling
rendah adalah Asparagus bintang yaitu sebesar 0,25 yang artinya setiap satu
satuan yang dihasilkan maka risiko yang akan dihadapi sebesar 0,25. Berdasarkan
pendapatan bersih diperoleh risiko yang paling tinggi adalah Philodendron marbel
yaitu 0,40 yang artinya setiap satu rupiah yang dihasilkan maka risiko yang
dihadapi akan sebesar 0,40. Sedangkan yang paling rendah adalah Asparagus
bintang yakni 0,48 yang artinya setiap satu rupiah yang dihasilkan maka risiko
yang dihadapi akan sebesar 0,48. Analisis produksi yang dilakukan pada kegiatan
portofolio menunjukan bahwa kegiatan diversifikasi dapat meminimalkan risiko.
Sembiring (2010) meneliti tentang risiko produksi sayuran organik pada
The Pinewood Organic Farm. Tujuan penelitian tersebut untuk menganalisis
risiko produksi sayuran organik yang dihadapi perusahaan serta menganalisis
alternatif strategi yang diterapkan perusahaan untuk mengatasi risiko produksi

17
tersebut. Analisis risiko yang dilakukan menggunakan analisis Variance, Standard
Deviation dan Coefficient Variation pada kegiatan spesialisasi dan portofolio.
Kegiatan produksi sayuran organik ini dianalisis risiko produksinya berdasarkan
nilai produktivitas dan pendapatan bersih perusahaan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada analisis spesialisasi risiko
produksi brokoli, caisin, sawi putih, dan tomat berdasarkan produktivitas dan
pendapatan bersih perusahaan, risiko tertinggi dari keempat komoditi tersebut
adalah brokoli sebesar 0,54 untuk risiko berdasarkan produktivitas dan 0,8 untuk
risiko berdasarkan pndapatan bersih. Hal ini dikarenakan brokoli sangat rentan
terhadap penyakit terutama kondisi cuaca yang tidak pasti. Selain itu, analisis
risiko pada kegiatan portofolio yang dilakukan pada tomat dengan caisin, tomat
dengan sawi putih, dan brokoli dengan tomat menunjukkan bahwa diversifikasi
dapat meminimalkan risiko.

2.6 Kajian Manajemen Risiko


Penelitian yang dilakukan Effendy (2010) mengenai manajemen risiko
dalam usaha perkebunan kelapa sawit PT Sawindo Kencana menggunakan metode
Expert Opinion melalui pendekatan metode Delphy. Metode Expert Opinion ini
digunakan dalam menentukan besarnya dampak dan probabilitas risiko. Hasil
identifikasi sumber-sumber risiko pada PT Sawindo Kencana didapatkan hasil
bahwa risiko yang terdapat pada perusahaan tersebut yaitu risiko produksi, risiko
sumber daya manusia, risiko pasar, risiko institusional dan risiko finansial. Risiko
produksi adalah risiko serangan hama, risiko serangan gulma, risiko serangan
penyakit pada tanaman kelapa sawit, risiko curah hujan, risiko kebakaran, risiko
usia tanaman dan risiko penambangan timah. Pada risiko sumberdaya manusia
terdapat risiko kesalahan manusia (human error), risiko perilaku menyimpang
(moral hazard), risiko keselamatan kerja, dan risiko losses manusia. Risiko pasar
yang dihadapi perusahaan adalah risiko fluktuasi harga dan ketersediaan input.
Pada risiko institusional, risiko yang dihadapi perusahaan adalah kebijakan
pemerintah daerah mengenai areal kebun perusahaan yang masih bersengketa
dengan PT Timah. Sedangkan pada risiko finansial, risiko yang dihadapi
perusahaan adalah UMR yang terus meningkat. Berdasarkan hasil analisis strategi
manajemen risiko perusahaan, strategi manajemen risiko yang diterapkan oleh
18
perusahaan secara garis besar adalah strategi preventif, strategi mitigasi, dan
beberapa alternatif strategi seperti detect and monitor dan monitoring.
Berdasarkan studi litelatur di atas, maka penelitian kali ini bertujuan untuk
melihat strategi manajemen risiko produksi yang diterapkan oleh perusahaan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Aproksimasi untuk
menghitung dampak dan probabilitas risiko dengan menggunakan metode Expert
Opinion, yang memiliki sedikit kemiripan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Effendy (2010) yang menggunakan metode Expert Opinion dengan pendekatan
Delphy dan juga penggunaan peta risiko sebagai alat bantu dalam pengelompokan
risiko. Selain itu, terdapat pula kesamaan pada komoditas dan lokasi penelitian,
sama seperti penelitian yang dilakukan oleh Elva (2010).
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Effendy
(2010) adalah dalam melakukan pengelompokan risiko. Effendy (2010)
melakukan pengelompokan berdasarkan pendekatan pada kemungkinan nilai
nominal dari dampak dan probabilitas risiko tersebut, sedangkan penelitian ini
melakukan pengelompokan berdasarkan nilai status risiko. Selain itu, perbedaan
lainnya yaitu terletak pada topik penelitiannya. Walaupun penelitian yang
dilakukan ini memiliki kesamaan lokasi dan jenis komoditas dengan yang
dilakukan oleh Elva (2010), namun belum ada yang melakukan penelitian dengan
topik risiko produksi di lokasi tersebut.

19
Tabel 4. Studi Terdahulu yang Berkaitan dengan Penelitian.
Nama
Tahun Judul Metode Analisis
Penulis
Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani
Analisis Risiko
Sayuran dalam Menghadapi Risiko
Anna model GARCH dan
2008 Produksi dan Harga Produk di
Fariyanti Menghitung Nilai
Kecamatan Pengalengan, Kabupaten
Varian
Bandung
Analisis Risiko Produksi Anggrek
Analisis Spesialisasi
Sri Wisdya 2009 Phalaonopsis pada PT Ekakarya Graha
dan Portofolio
Flora di Cikampek, Jawa Barat
Analisis Risiko Produksi Daun
Nur Amalia Analisis Spesialisasi
2009 POTONG di PT Pesona Daun Mas Asri,
Safitri dan Portofolio
Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat
Perencanaan Strategi Pembangunan
Strategi Arsitektur
Elva 2010 Pasar Tanaman Hias Bromelia melalui
Landscape
Pendekatan Arsitektur Strategi
Analisis Risiko Produksi Sayuran
Lustri Analisis Spesialisasi
2010 Organik pada The Pinewood Farm di
Sembiring dan Portofolio
Kabupaten Bogor, Jawa Barat
Hendra Manajemen Risiko dalam Usaha Metode Expert
Pratama 2010 Perkebunan Kelapa Sawit PT. Sawindo Opinion dan Metode
Effendy Kencana, Provinsi Bangka Belitung. Delphy

20
III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Definisi dan Konsep Risiko


Menurut Frank Knight yang dikutip dalam Robison dan Barry (1987), 
risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh
pembuat keputusan yang didasarkan pada data historis dan pengalaman selama
mengelola kegiatan usaha. Risiko juga menunjukkan peluang terjadinya peristiwa
yang menghasilkan pendapatan di atas atau di bawah rata-rata dari pendapatan
yang diharapkan. Sementara itu, Debertin (1986) menyatakan bahwa kejadian
berisiko adalah kejadian dimana peluang dan hasil dari kejadian tersebut dapat
diketahui oleh pembuat keputusan. Risiko dapat pula diartikan sebagai
kemungkinan kejadian yang merugikan. Menurut Basyib (2007), risiko
merupakan peluang terjadinya hasil yang tidak diinginkan sehingga risiko hanya
terkait dengan situasi yang memungkinkan munculnya hasil negatif serta
berkaitan dengan kemampuan memperkirakan terjadinya hasil negatif tersebut.
Ada tiga unsur penting dari suatu kegiatan yang dianggap masih sebagai risiko: 1)
merupakan suatu kejadian, 2) kejadian tersebut masih merupakan kemungkinan,
dan 3) jika terjadi, maka akan menimbulkan kerugian (Kountur 2004).
Risiko berhubungan dengan ketidakpastian, akan tetapi terdapat perbedaan
mendasar antara risiko dan ketidakpastian. Menurut Robison dan Barry (1987),
risiko adalah peluang dari suatu kejadian yang dapat diperhitungkan dan akan
memberikan dampak negatif yang dapat menimbulkan kerugian, sedangkan
ketidakpastian adalah peluang dari suatu kejadian yang tidak dapat diperhitungkan
oleh pebisnis selaku pengambil keputusan. Djohanputro (2006) menyatakan risiko
sebagai ketidakpastian yang telah diketahui tingkat probabilitas kejadiannya.
Menurut Kountur (2004) ketidakpastian ini terjadi akibat kurangnya atau
tidak tersedianya informasi yang menyangkut apa yang akan terjadi.
Ketidakpastian yang dihadapi oleh perusahaan dapat berdampak merugikan atau
menguntungkan. Apabila ketidakpastian yang dihadapi berdampak
menguntungkan maka disebut dengan istilah kesempatan (opportunity),
sedangkan ketidakpastian yang berdampak merugikan disebut sebagai risiko.

21
Darmawi (2008) menyimpulkan bahwa risiko dihubungkan dengan
kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan atau tidak
terduga. Dengan kata lain, kemungkinan itu sudah menunjukan adanya
ketidakpastian. Dan ketidakpastian tersebut merupakan kondisi yang
menyebabkan tumbuhnya risiko.
Dalam memilih strategi yang akan diterapkan, perusahaan akan memilih
strategi yang dapat meminimalkan risiko yang dihadapinya. Namun hal ini
mengandung ketidakpastian, sehingga dapat menimbulkan risiko bagi para
pemegang kepentingan perusahaan. Dalam menghadapi risiko setiap pelaku bisnis
atau usaha mempunyai perilaku yang berbeda-beda. Perilaku individu dalam
menghadapi risiko ini dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yakni risk
averse, risk neutral, dan risk preferer (Debertin 1986). Perilaku individu dalam
menghadapi risiko dapat dijelaskan berdasarkan teori utilitas seperti terlihat pada
Gambar 4
Risk Averse Risk Preferer 
Expected Income Expected Income

Income Variance        Income Variance 

 
Expected Income Risk Neutral

Income Variance

Gambar 4. Hubungan antara Expected Income dan Income Variance


Sumber : Debertin, 1986

22
Gambar 3 menunjukkan hubungan antara expected income dan income
variance. Expected income merupakan ukuran tingkat kepuasan para pembuat
keputusan, sedangakan income variance merupakan ukuran tingkat risiko.
Perilaku individu dalam menghadapi risiko dapat diklasifikasikan menjadi tiga
kategori, yaitu :
1. Risk Averse merupakan perilaku individu yang takut terhadap risiko, dan
cenderung akan menghindari risiko. sikap ini mrnunjukkan bahwa jika terjadi
kenaikan ragam (income variance) merupakan ukuran tingkat risiko akan
diimbangi dengan dengan menaikkan expected income.
2. Pembuat keputusan yang netral terhadap risiko (Risk Neutral), yaitu perilaku
individu yang apabila terjadi kenaikan income variance (ukuran tingkat
risiko) tidak akan diimbangi dengan menaikkan expected income. Artinya,
jika income variance semakin tinggi, maka expected income akan tetap.
3. Risk Preferer merupakan perilaku individu yang bersedia mengambil risiko.
sikap ini menunjukkan bahwa adanya kenaikan income variance akan
diimbangi oleh pembuat keputusan dengan bersedia menerima expexted
income lebih rendah. Risk preferer cenderung menganggap risiko sebagai
sesuatu hal yang tidak perlu dikhawatirkan.

3.2 Klasifikasi Risiko


Dalam bidang agribisnis, ada beberapa sumber risiko yang dapat
mempengaruhi perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung, antara
lain (Harwood et al 1999) :
1) Risiko pasar yaitu risiko pergerakan harga yang berdampak negatif terhadap
perusahaan. Risiko pasar atau yang lebih dikenal dengan market risk
merupakan risiko yang terjadi karena adanya pergerakan harga pada input
dan output yang dihasilkan oleh perusahaan..
2) Risiko produksi yaitu risiko yang berasal dari kejadian-kejadian yang tidak
dapat dikendalikan oleh perusahaan dan biasanya berhubungan dengan
keadaan alam, seperti curah hujan yang berubah secara tidak menentu,
perubahan cuaca yang tidak sesuai dengan perkiraan, serta serangan hama
dan gulma.

23
3) Risiko institusional, yaitu risiko yang terjadi akibat adanya perubahan
kebijakan pemerintah yang dapat mempengaruhi perusahaan baik secara
langsung maupun tidak langsung, seperti kebijakan harga bibit tanaman,
kebijakan harga, kebijakan penggunaan bahan kimia, maupun kebijakan
ekspor dan impor.
4) Risiko sumberdaya manusia, yaitu risiko yang dihadapi oleh perusahaan yang
berkaitan dengan perilaku manusia, maupun hal-hal yang dapat
mempengaruhi perusahaan, seperti kesalahan dalam pencatatan data,
kesalahan dalam memberikan pupuk, mogok kerja, ataupun meninggalnya
tenaga kerja dalam menjalankan pekerjaannya.
5) Risiko finansial, yaitu risiko yang dihadapi perusahaan dalam bidang
finansial, seperti perubahan modal, perubahan bunga kredit bank, maupun
perubahan UMR (Upah Minimum Regional).
Selain itu, menurut Kountur (2004), risiko dapat dikelompokan
berdasarkan beberapa sudut pandang diantaranya: 1) risiko dari sudut pandang
penyebab, 2) risiko dari sudut pandang akibat, dan 3) risiko dari sudut pandang
aktivitas. Risiko dari sudut pandang penyebab terdiri dari risiko keuangan dan
risiko operasional. Sedangkan risiko berdasarkan sudut pandang akibat terdiri: a)
risiko murni versus risiko spekulatif, b) risiko statis versus risiko dinamis, dan c)
risiko subjektif dan risiko objektif.

3.3 Manajemen Risiko


Manajemen risiko merupakan cara-cara yang digunakan manajemen untuk
menangani berbagai permasalahan yang disebabkan oleh adanya risiko.
Keberhasilan perusahaan ditentukan oleh kemampuan manajemen menggunakan
berbagai sumberdaya yang ada untuk mencapai tujuan perusahaan. Dengan
adanya penanganan risiko yang baik segala kemungkinan kerugian yang dapat
menimpa perusahaan dapat diminimalkan sehingga biaya lebih kecil dan pada
akhirnya perusahaan akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar (Kountur
2004).
Manajemen risiko adalah suatu bidang ilmu yang membahas tentang
bagaimana suatu organisasi menempatkan berbagai permasalahan yang ada

24
dengan menempatkan berbagai pendekatan manajemen secara komprehensif dan
sistematis (Fahmi 2010). Selain itu, menurut AS/NZS 4360 Risk Management
Standard dalam Soehatman Ramli (2010) menyebutkan bahwa manajemen risiko
menyangkut budaya, proses dan struktur dalam mengelola suatu risiko secara
efektif dan terencana dalam suatu sistem manajemen yang baik.
Terdapat beberapa cara untuk mengatasi risiko yaitu dengan cara
menghindari dengan tidak mengambil risiko, mencegah timbulnya risiko,
mengurangi kerugian akibat risiko untuk meminimalkan akibatnya dan
mengalihkan risiko ke pihak lain. Suatu risiko yang kemungkinan terjadinya
besar dan konsekuensinya juga besar maka cara yang terbaik untuk menangani
risiko tersebut adalah menghindar. Jika tidak dapat menghindar dan harus
menghadapi risiko tersebut maka cara yang bisa dilakukan adalah mencegah,
membuat kemungkinan terjadinya sekecil mungkin. Selain mencegah kerugian,
akibat dari kerugian itu harus dikurangi, pengurangan kerugian akibat risiko
dilakukan terutama jika konsekuensi dari risiko tersebut besar.
Selain itu, alternatif penanganan risiko pada produk pertanian dapat
dilakukan dengan diversifikasi usaha, integrasi vertikal, kontrak produksi, kontrak
pemasaran, perlindungan nilai dan asuransi. Dalam hal ini, Ciapus Bromel
melakukan penanganan risiko dengan cara diversifikasi.
Sedangkan menurut Darmawi (2005), manajemen risiko merupakan suatu
usaha untuk mengetahui, menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap
kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh efektivitas dan efisiensi
yang lebih tinggi dalam pengambilan keputusan. Secara khusus manajemen risiko
diartikan sebagai pengelolaan variabilitas pendapatan oleh seorang manajer
dengan menekan sekecil mungkin tingkat kerugian yang diakibatkan oleh
keputusan yang diambilnya dalam menggarap situasi yang tidak pasti.
Pemahaman manajemen risiko yang baik akan mengurangi kerugian atau akan
dapat menambah tingkat keyakinan bagi pembuat keputusan dalam mengurangi
risiko kerugian.
Menurut Kountur (2008), manajemen risiko perusahaan adalah cara
bagaimana menangani semua risiko yang ada dalam perusahaan tanpa memilih
risiko-risiko tertentu saja. Penanganan risiko dapat dianggap sebagai salah satu
25
fungsi dari manajemen. Ada beberapa fungsi manajemen yang sudah dikenal yaitu
perencanaan, mengorganisasi, mengarahkan dan melakukan pengendalian atau
planning, organizing, actuating, controlling (POAC). Dengan demikian
ditambahkan lagi satu fungsi yang sangat penting yaitu menangani risiko. Tujuan
dari diterapkannya manajemen risiko adalah untuk mengelola risiko sehingga
organisasi dapat bertahan atau dapat mengoptimalkan risiko (Hanafi 2009).
Selanjutnya Kountur dalam menangani risiko-risiko yang ada dalam
perusahaan diperlukan suatu proses yang dikenal dengan istilah proses
pengelolaan risiko. Proses manajemen atau pengelolaan risiko dapat dilakukan
dengan mengidentifikasi risiko-risiko apa saja yang dihadapi oleh perusahaan.
Kemudian mengukur risiko-risiko yang telah diidentifikasi untuk mengetahui
seberapa besar kemungkinan terjadinya risiko dan seberapa besar konsekuensi
dari risiko tersebut yang pada akhirnya akan menunjukkan status risiko dalam
perusahaan. Pengukuran status risiko ini akan dibantu oleh peta risiko yang akan
menunjukkan posisi risiko. Posisi risiko inilah yang selanjutnya akan membantu
membentuk perumusan manajemen risiko yang tepat sehingga dapat
meminimalkan segala kemungkinan kerugian. Lalu dilakukan evaluasi untuk
mengetahui sejauh mana manajemen risiko telah diterapkan dalam perusahaan.
Proses pengelolaan risiko perusahaan dapat dilihat pada Gambar 5.

Identifikasi Risiko 

Evaluasi  Pengukuran Risiko 

Penaganan Risiko 

Gambar 5. Proses Pengelolaan Risiko Perusahaan


Sumber : Kountur, 2004

26
3.4 Pemetaan Risiko
Salah satu cara yang dapat digunakan sebelum merumuskan strategi
manajemen risiko adalah dengan menggunakan peta risiko. Peta risiko merupakan
gambaran dari posisi suatu risiko dalam kegiatan usaha yang dilakukan
perusahaan. Peta risiko pada umumnya disusun berdasarkan ukuran probabilitas
dan dampak dari risiko tersebut. Kountur (2008) menyusun peta risiko dengan
menggunakan sumbu vertikal yang menggambarkan probabilitas dari suatu risiko
dan sumbu horizontal yang menggambarkan dampak risiko tersebut, dapat dilihat
pada Gambar 6.

Probabilitas (%)
Sangat Besar
Besar
Kuadran II Kuadran I

Normal
Kuadran IV Kuadran III
Kecil
Sangat Kecil
Kecil Normal Besar Sangat Besar
Dampak (Rp)
Gambar 6. Peta Risiko
Sumber : Kountur, 2008

3.5 Penanganan Risiko


Setelah menyusun peta risiko maka dapat dirumuskan strategi manajemen
risiko yang tepat untuk risiko tersebut. Secara garis besar, terdapat dua jenis
strategi yang dapat dilakukan untuk mengelola risiko, antara lain:
1. Preventif
Preventif dilakukan untuk menghindari terjadinya risiko. Strategi preventif
dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya: (1) membuat atau
memperbaiki sistem dan prosedur, (2) mengembangkan sumberdaya manusia, dan
(3) memasang atau memperbaiki fasilitas fisik. Strategi preventif dilakukan untuk
risiko yang tergolong dalam kemungkinan atau probabilitas risiko yang besar.
27
Strategi preventif dapat mengantisipasi risiko yang berada pada kuadran 1 dan 2
dalam peta risiko. Dengan menggunakan strategi preventif, maka risiko yang
berada pada kuadran 1 akan bergeser pada kuadran 3 dan risiko yang berada pada
kuadran 2 akan bergeser ke kuadran 4 (Kountur 2008).

2. Mitigasi
Mitigasi adalah strategi penanganan risiko yang bertujuan untuk
memperkecil dampak yang ditimbulkan dari risiko. Strategi mitigasi dilakukan
untuk menangani risiko yang memiliki dampak yang sangat besar. Adapun
beberapa cara yang termasuk dalam strategi mitigasi adalah:
a) Diversifikasi
Diversifikasi adalah cara menempatkan aset atau harta di beberapa
tempat sehingga jika salah satu kena musibah maka tidak akan
menghabiskan semua aset yang dimiliki. Diversifikasi merupakan salah
satu cara pengalihan risiko yang paling efektif dalam mengurangi
dampak risiko.
b) Penggabungan
Penggabungan merupakan salah satu cara penanganan risiko yang
dilakukan oleh perusahaan dengan melakukan kegiatan penggabungan
dengan pihak perusahaan lain, contoh strategi ini adalah perusahaan
yang melakukan merger atau dengan melakukan akuisisi.
c) Pengalihan risiko
Pengalihan risiko (transfer of risk) merupakan cara penanganan risiko
dengan mengalihkan dampak risiko ke pihak lain. Cara ini bertujuan
untuk mengurangi kerugian yang dihadapi oleh perusahaan. Cara ini
dapat dilakukan melalui asuransi, leasing, outsourcing, dan hedging.
Pengalihan risiko dapat dilakukan dengan cara mengasuransikan aset
perusahaan yang dampak risikonya besar, sehingga jika terjadi kerugian
maka pihak asuransi yang akan menanggung kerugian yang dialami
perusahaan sesuai dengan kontrak perjanjian yang disepakati oleh pihak
perusahaan dan pihak asuransi. Leasing adalah suatu cara dimana aset
digunakan namun aset tersebut dimiliki oleh pihak lain, sehingga jika

28
terjadi sesuatu dan lain hal pada aset tersebut maka pemilik aset
tersebutlah yang akan menanggung kerugian yang terjadi, sesuai dengan
perjanjian yang berlaku. Outsourcing merupakan suatu cara dimana
suatu pekerjaan diberikan pada pihak lain sehingga jika terjadi kerugian
maka kerugian tersebut ditanggung oleh pihak yang melakukan usaha
tersebut. Hedging merupakan cara pengalihan risiko dengan mengurangi
dampak risiko melalui transaksi penjualan dan pembelian.

Risiko yang berada pada kuadran dengan dampak yang besar dapat
bergerak ke kuadran yang memiliki dampak risiko kecil dengan menggunakan
strategi mitigasi risiko. Strategi ini akan mengantisipasi risiko sedemikian rupa
sehingga risiko yang berada pada kuadran 1 akan bergeser ke kuadran 2 dan risiko
yang berada pada kuadran 3 akan bergeser ke kuadran 4.

3.6 Kerangka Pemikiran Operasional


Ciapus Bromel mengusahakan tanaman hias bromelia diatas lahan dengan
luas ± 1 ha sejak tahun 2006. Tanaman hias bromelia yang dibudidayakan terdiri
dari 5 jenis antara lain neogerelia, aechmea, tillandsia, vrisea dan guzmania.
Komoditi unggulan pada perusahaan ini adalah neogerelia, karena komoditi ini
lebih banyak diminati dibandingkan jenis lainnya.
Perusahaan melakukan budidaya bromelia secara vegetatif dengan tujuan
dapat memenuhi permintaan konsumen. Namun kegiatan tersebut dirasakan
perusahaan menimbulkan risiko. Budidaya bromelia yang dilakukan oleh Ciapus
Bromel terjadi fluktuasi dalam segi keberhasilan produksi. Hal ini
mengindikasikan bahwa Ciapus Bromel dalam menjalankan usahanya memiliki
risiko yaitu risiko produksi. Risiko produksi yang dihadapi perusahaan
disebabkan oleh intensitas cahaya matahari, serangan hama dan penyakit, serta
kerusakan mekanis. Risiko produksi berpengaruh terhadap penurunan
keberhasilan produksi yang berdampak pula pada penerimaan perusahaan.
Hal ini menjadi permasalahan yang menarik untuk dilakukan pembelajaran
mengenai manajemen risiko yang telah dilakukan oleh Ciapus Bromel dalam
mengendalikan terjadinya risiko produksi. Analisis risiko pertama yang akan
dilakukan adalah mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi apa saja yang
29
dihadapi oleh Ciapus Bromel. Analisis dilanjutkan dengan analisis tingkat dan
dampak sumber risiko produksi yang kemudian dipetakan ke dalam peta risiko,
sehingga dapat diketahui seberapa krusial sumber risiko produksi pada Ciapus
Bromel. Pengukuran probabilitas dan dampak risiko dilakukan dengan
menggunakan metode aproksimitas yang berdasarkan pada pendapat atau
perkiraan para ahli atau yang lebih dikenal dengan metode expert opinion. Selain
itu dilakukan pula perhitungan tingkat risiko produksi yang dihadapi perusahaan
dengan menggunakan variance, standard deviation dan coefficient variation.
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan metode tersebut,
selanjutnya akan diketahui posisi atau nilai status risiko bagi tiap sumber-sumber
risiko yang telah diidentifikasi sebelumnya, dipetakan ke dalam peta risiko dan
kemudian ditentukan strategi penanganan risiko yang tepat untuk mengatasi
risiko produksi yang terjadi di Ciapus Bromel. Alur kerangka pemikiran
operasional dapat dilihat pada Gambar 7.

30
Ciapus Bromel
• Budidaya secara vegetatif
• Variasi keberhasilan produksi

Risiko Produksi
• Hama
• Penyakit
• Intensitas Cahaya Matahari
• Kesalahan Mekanis

Identifikasi Sumber-Sumber Risiko


Identifikasi Probabilitas dan
Dampak Risiko
• Metode Expert Opinion
• Variance, Standard Deviation
dan Coefficient Variation

Strategi manajemen risiko


perusahaan

Gambar 7. Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Risiko Produksi Tanaman


Hias Bromelia pada Ciapus Bromel

31
IV METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada perusahaan Ciapus Bromel yang berlokasi
di Jalan Tamansari, RT 03 RW 04, Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja
(purposive) dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan tempat
produksi tanaman hias bromelia dan perusahaan ini menjadi akan salah satu
produsen bromelia terbesar di Kabupaten Bogor.

Tabel 5. Data Produsen Bromelia di Indonesia Tahun 2008

No Nama Perusahaan Provinsi Kota/Kabupaten


1 Elegant Flora DKI Jakarta Jakarta Selatan
2 Harrys Bromeliad DKI Jakarta Jakarta Selatan
3 Sunda Kelapa Nursery Banten Tanggerang
4 Alpha Nursery Jawa Barat Bogor
5 Ciapus Bromel Jawa Barat Bogor
6 Kelompok Tani Vioces Jawa Barat Bogor
7 Aneka Nursery Jawa Tengah Semarang
Sumber: Ditjen Hortikultura, 2008 (diolah)

Tabel 5 menunjukkan bahwa salah satu wilayah di Indonesia yang paling


banyak membudidayakan bromelia adalah Provinsi Jawa Barat. Sebanyak 42,85
persen dari total produsen bromelia berdomisili di Jawa Barat. Hal ini disebabkan
iklim di Provinsi Jawa Barat yang cenderung lebih subur dan cocok untuk
budidaya bromelia, terutama daerah dataran tinggi bagian tengah. Salah satu
produsen bromelia di Jawa Barat yang termasuk sebagai salah satu produsen
terbesar adalah Ciapus Bromel.
Hal lain yang menjadi pertimbangan pemilihan lokasi adalah ketersediaan
data dan kesediaan pihak manajemen perusahaan untuk dijadikan lokasi
penelitian. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2011.

32
 
4.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung, pencatatan dan
wawancara langsung dengan pimpinan dan karyawan Ciapus Bromel untuk
mengetahui proses produksi, mengetahui risiko dan peluang risiko yang dihadapi
perusahaan, penyebab dan dampak risiko yang terjadi di perusahaan dan
mengetahui bagaimana penanganan risiko yang selama ini dilakukan oleh pihak
perusahaan.
Sedangkan data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini adalah
data yang diperoleh dari Ciapus Bromel meliputi luas lahan yang diusahakan,
harga produk, jumlah produksi yang diperoleh selama masa produksi berlangsung
serta data-data lainnya yang mendukung sehingga dapat mengetahui risiko yang
terjadi di perusahaan. Selain itu data sekunder dikumpulkan dari Badan Pusat
Statistik, Departemen Pertanian, Departemen Hortikultura, Perpustakaan LSI
Institut Pertanian Bogor, internet terkait situs-situs yang berhubungan dengan
penelitian dan literatur yang relevan.

4.3 Metode Pengolahan Data


4.3.1 Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran mengenai
keadaan umum perusahaan dan manajemen risiko yang diterapkan perusahaan.
Selain itu analisis ini pun digunakan untuk mengetahui penyebab terjadinya risiko
produksi yang terkait dengan kondisi pada Ciapus Bromel. Tujuan digunakannya
analisis ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara
sistematis, aktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan
antara fenomena yang diselidiki.
Analisis dilakukan dengan mengaitkan teori risiko yang ada dengan
kondisi lapang, sehingga didapatkan strategi penanganan risiko produksi untuk
memberikan solusi terhadap masalah yang timbul akibat risiko produksi di Ciapus
Bromel. Metode ini dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan diskusi
dengan pihak perusahaan serta pengisian kuisioner.

33
 
4.3.2 Pengukuran Risiko
Pengukuran dilakukan dengan menentukan probabilitas terjadinya risiko
dan mengetahui dampak risiko tersebut terhadap usaha tanaman hias bromelia.
Pengukuran selalu mengacu pada dua ukuran yaitu ukuran probabilitas dan ukuran
kuantitas risiko. Ukuran pertama merupakan ukuran probabilitas yang disebut
juga kemungkinan (likelihood). Ukuran kedua adalah dampak atau disebut juga
sebagai ukuran kuantitas risiko. Dampak adalah ukuran seberapa besar akibat
yang ditimbulkan bila risiko tersebut benar-benar terjadi.
Risiko dapat diukur bila diketahui kemungkinan suatu kejadian dan
besarnya dampak yang ditimbulkan oleh kejadian tersebut pada perusahaan.
Ukuran pertama dari risiko adalah besarnya kemungkinan terjadinya (probabilitas)
yang mengacu pada seberapa besar probabilitas risiko yang akan terjadi. Dengan
mengetahui besarnya kemungkinan terjadinya risiko dapat diketahui risiko apa
saja yang tergolong besar dan kecil, sehingga dalam penanganan risiko dapat
diketahui risiko mana yang perlu diperhatikan.
Metode aproksimasi adalah cara yang digunakan untuk mengetahui
probabilitas dan dampak risiko, metode ini dilakukan dengan cara menanyakan
kira-kira berapa dampak dan kemungkinan (probabilitas) dari suatu risiko kepada
orang lain (Kountur 2008). Pemilihan metode ini dikarenakan Ciapus Bromel
tidak memiliki data historis mengenai kemungkinan (probabilitas) dan dampak
risiko yang ada. Pengumpulan informasi pada metode aproksimasi ini dilakukan
dengan cara expert opinion. Cara ini merupakan salah satu cara pengumpulan
informasi dimana seseorang dianggap ahli diwawancarai untuk mendapatkan
informasi tentang berapa besar kemungkinan (probabilitas) dan dampak yang
terjadi dari suatu risiko. Beberapa sumber risiko yang terdapat pada kuesioner
diberikan kepada para ahli yang kemudian ahli tersebut memberikan pendapatnya
terhadap perkiraan dampak dan probabilitas risiko. Para ahli yang dimaksud
adalah pihak yang dianggap paham dan mengerti budidaya tanaman bromelia dan
kondisi perusahaan. Oleh karena itu, pihak yang menjadi ahli dalam hal ini adalah
manajer operasional, koordinator lapangan dan karyawan Ciapus Bromel.

34
 
Menurut Kountur (2008) salah satu cara untuk mengetahui kemungkinan
terjadinya risiko yaitu dengan meminta pendapat sekurang-kurangnya dari tiga
orang yang dapat merepresentasikan pendapat optimis (O), most likely (M) dan
pesimis (P). Pendapat yang menyatakan dengan optimis terhadap suatu kejadian
pada umumnya memberikan penilaian lebih kecil karena beranggapan bahwa
kejadian tersebut tidak akan terjadi dan dapat diantisipasi. Pihak yang menyatakan
pendapatnya secara optimis pada perusahaan yaitu manajer operasional.
Sebaliknya, bagi pendapat yang menyatakan pesimis akan memberikan nilai yang
relatif lebih besar dibandingkan pendapat yang optimis seperti yang dikemukakan
oleh karyawan dalam Ciapus Bromel. Sedangkan nilai dari pendapat most likely
berada diantara nilai optimis dan pesimis. Dan pihak ahli yang menyatakan
pendapat most likely yaitu koordinator lapang Ciapus Bromel. Kriteria penentuan
para ahli tersebut berdasarkan pada tingkat pengetahuan dan pengalaman yang
dimiliki selama bekerja di Ciapus Bromel. Setelah ketiga orang ini diwawancarai,
kemudian dirata-ratakan nilainya. Rata-rata yang dimaksud adalah rata-rata
tertimbang dengan rumus sebagai berikut (Kountur, 2008):

Probabilistas (P) = O + 4M + P , Dampak (D) = O + 4M + P


6 6

Penggunaan rumus di atas dilakukan agar data yang didapat tidak bias.
Nilai most likely dikalikan empat karena nilai tersebut diasumsikan sebagai nilai
yang dapat dipercaya dan nilai ini adalah nilai dari orang yang dianggap ahli dari
kebanyakan kejadian secara umum.
Penetapan dampak risiko tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan
apakah risiko tersebut akan berdampak pada penurunan penerimaan yang sangat
signifikan atau tidak. Selain itu, besarnya dampak risiko dapat diketahui melalui
perhitungan sebagai berikut:

Dampak = Persentase kehilangan * Rata-rata produksi bromelia * Harga jual

Persentase kehilangan yang dimaksud merupakan kehilangan produksi


yang diberikan berdasarkan perkiraan para ahli, sedangkan rata-rata produksi

35
 
diperoleh dari jumlah produksi bromelia selama 8 periode atau musim tanam
sehingga didapatkan rata-rata produksi bromelia per musim tanam. Harga jual
yang digunakan merupakan harga jual rata-rata dari jenis neogerelia yang
berdiameter 15 cm. Hal ini dilakukan karena banyaknya spesies neogerelia yang
terdapat pada Ciapus Bromel sehingga akan lebih mudah dalam proses
perhitungan apabila menggunakan harga jual rata-rata.
Selain itu, peluang dari suatu kejadian pada kegiatan usaha dapat diukur
berdasarkan pengalaman. Total peluang dari beberapa kejadian berjumlah satu.
Pengukuran peluang (P) diperoleh dari frekuensi kejadian pada setiap kondisi
yang dibagi dengan periode waktu selama kegiatan berlangsung. Secara sistematis
dapat dituliskan:

Keterangan : f = Frekuensi kejadian


T = Periode waktu proses produksi

Penyelesaian pengambilan keputusan yang mengandung risiko dapat


dilakukan dengan menggunakan expected return. Expected return adalah jumlah
dari nilai-nilai yang diharapkan terjadi dari peluang masing-masing dari suatu
kejadian. Rumus expected return dituliskan sebagai berikut :
n
E (Ri) = ∑ Pi . Ri
i=1

Pi menunjukkan nilai peluang dari suatu kejadian di masing-masing


kondisi. Bila tiap kejadian ada data historisnya, maka nilai peluang yang dari
suatu kejadian diasumsikan sama, yaitu satu dibagi dengan total periode waktu
proses produksi, sehingga nilai expected return-nya merupakan nilai rata-rata dari
total nilai produktivitas atau pendapatan tersebut

Dimana : E (Ri) = Expected return


Ri = Return (Produktivitas)
n = Jumlah kejadian (1,2,3,…...., 8)
i = Neogerelia

36
 
Penilaian risiko dilakukan dengan mengukur nilai penyimpangan yang
terjadi. Menurut Elton dan Gruber (1995), terdapat beberapa ukuran risiko
diantaranya sebagai berikut:
a. Variance
Pengukuran variance dari return merupakan penjumlahan selisih kuadrat dari
return dan expected return yang kemudian dikalikan dengan peluang dari
setiap kejadian. Nilai variance dapat dituliskan dengan rumus sebagai berikut:

n
σi2 = ∑ Pij (Rij - Ři) 2
i=1

Dimana : = Variance dari return


Pi = Peluang dari suatu kejadian
Ri = Return (Produktivitas)
Ři = Expected return
Dari nilai variance dapat menunjukkan bahwa semakin kecil nilai variance
maka semakin kecil penyimpangannya sehingga tingkat risiko yang dihadapi
dalam melakukan kegiatan usaha tersebut juga semakin rendah.
b. Standard Deviation
Standard deviation dapat diukur dengan menguadratkan nilai variance.
Risiko dalam penelitian ini berarti besarnya fluktuasi keuntungan, sehingga
semakin kecil nilai standard deviation maka semakin rendah risiko yang dihadapi
dalam kegiatan usaha. Rumus standard deviation adalah sebagai berikut :
σi = √ σi2
Dimana : = Variance
= Standard deviation

c. Coefficient Variation
Coefficient variation dapat diukur dari rasio standard deviation dengan
return yang diharapkan (expected return). Semakin kecil nilai coefficient
variation maka akan semakin rendah risiko yang dihadapi. Rumus coefficient
variation adalah :
CV = σi / Ři

37
 
Dimana : CV = Coefficient variation
= Standard deviation
Ři = Expected return
Variance dan standard deviation merupakan ukuran absolut dan tidak
mempertimbangkan risiko dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan.
Untuk mempertimbangkan aset dengan return yang diharapkan berbeda, pelaku
bisnis dapat menggunakan coefficient variation. Coefficient variation merupakan
ukuran yang sangat tepat bagi pengambil keputusan khususnya dalam memilih
salah satu alternatif dari berbagai kegiatan usaha dengan mempertimbangkan
risiko yang dihadapi dari setiap kegiatan usaha untuk setiap return yang diperoleh.

4.3.3 Pemetaan Risiko


Menurut Kountur (2008), peta risiko adalah gambaran tentang posisi risiko
pada suatu peta dari dua sumbu, yaitu sumbu vertikal yang menggambarkan
probabilitas dan sumbu horizontal yang menggambarkan dampak risiko. Peta
risiko dibagi dalam empat kuadran. Risiko yang memiliki probabilitas besar
dengan dampak yang kecil berada pada kuadran III dan risiko yang memiliki
probabilitas besar dengan dampak yang besar pula berada pada kuadran I. Risiko
yang memiliki probabilitas kecil dengan dampak yang kecil berada pada kuadran
IV dan risiko yang memiliki probabilitas kecil dengan dampak besar berada pada
kuadran II. Peta risiko dapat dilihat pada Gambar 8.
Probabilitas atau kemungkinan terjadinya risiko kemudian dibagi menjadi dua
bagian, yaitu besar dan kecil. Dampak risiko pun dapat dikelompokan menjadi
kelompok dampak besar dan dampak kecil (Djohanputro 2008). Dikatakan
berdampak kecil apabila dampak tersebut tidak mengganggu proses bisnis di
perusahaan. Sedangkan dikatakan berdampak besar apabila dampak tersebut
sangat berpengaruh dalam usaha tersebut. Batas antara besar dan kecilnya
probabilitas risiko ditentukan oleh pihak perusahaan. Nilai probabilitas dibatasi
oleh nilai 15 persen dan nilai dampak dibatasi oleh nilai Rp 500.000,00. Nilai
batas probabilitas sebesar 15 persen diperoleh berdasarkan rata-rata probabilitas
dari keempat sumber risiko yang telah dikonfirmasi sebelumnya kepada para ahli.
Sedangkan nilai yang membatasi dampak besar dan kecil diambil berdasarkan
pengalaman dan setengah dari nilai rata-rata perhitungan dampak risiko. para ahli
38
 
beranggapan bahwa batasan nilai sebesar 500.000 merupakan batasan yang sesuai
dengan kondisi di lapangan. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak
manajemen perusahaan, risiko probabilitas 15 persen atau lebih dianggap sebagai
risiko dengan probabilitas besar, dan probabilitas risiko dibawah 15 persen
dianggap sebagai risiko dengan probabilitas kecil. Begitu pula dengan besar
kecilnya dampak risiko pada perusahaan, berdasarkan hasil wawancara dengan
beberapa orang pihak manajemen perusahaan, risiko dengan dampak diatas
Rp 500.000,00 dianggap sebagai risiko dengan dampak besar dan risiko dengan
dampak dibawah Rp 500.000,00 dianggap sebagai risiko dengan dampak kecil.

Probabilitas (%)

Besar
Kuadran II Kuadran I

15
Kuadran IV Kuadran III
Kecil

Kecil 500.000 Besar


Dampak (Rp)
Gambar 8. Peta Risiko Menurut Kountur
Sumber: Kountur, 2008

Penempatan risiko pada peta risiko didasarkan pada perkiraan posisi dari
hasil perhitungan probabilitas dan dampak. Posisi suatu risiko dalam peta risiko
disebut status risiko. Berdasarkan hasil perhitungan status risiko, maka akan
diketahui mana risiko yang besar dan kecil. Serta status risiko hanya
menggambarkan urutan risiko dari yang paling berisiko sampai dengan yang tidak
berisiko. Secara matematis status risiko dapat dihitung dengan rumus (Kountur,
2008):

Status Risiko = Probabilitas x Dampak

39
 
4.3.4 Penanganan Risiko
Menurut Kountur (2006), salah satu aspek penting dalam manajemen
risiko perusahaan adalah penanganan risiko, bagaimana menangani risiko-risiko
yang dihadapi agar kerugian perusahaan menjadi seminimal mungkin. Jika
kerugian dapat diminimalkan, maka perusahaan akan memperoleh keuntungan
yang lebih besar. Berdasarkan peta risiko dapat diketahui strategi penanganan
risiko seperti apa yang paling tepat digunakan. Terdapat dua strategi penanganan
risiko, yaitu :
1. Penghindaran Risiko (Preventif)
Strategi preventif dilakukan untuk risiko yang tergolong dalam
kemungkinan atau probabilitasnya besar. Strategi preventif akan menangani risiko
yang berada pada kuadran I dan II. Penanganan risiko dengan menggunakan
strategi preventif, maka risiko yang terdapat pada kuadran I akan bergeser ke
kuadran III dan risiko yang terdapat pada kuadran II akan bergeser ke kuadran IV
(Kountur, 2008). Penanganan risiko menggunakan strategi preventif dapat dilihat
pada Gambar 9.

Probabilitas (%)
Besar
Kuadran II Kuadran I

Kuadran IV Kuadran III


Kecil

Kecil Besar
Dampak (Rp)
Gambar 9. Strategi Preventif Risiko
Sumber : Kountur, 2008

2. Mitigasi Risiko
Mitigasi risiko merupakan strategi penanganan risiko yang bertujuan untuk
meminimalkan dampak risiko yang ditimbulkan. Risiko yang berada pada kuadran
dengan dampak besar diusahakan dengan strategi mitigasi dapat bergeser ke

40
 
kuadran yang memiliki dampak risiko yang kecil. Risiko-risiko yang berada pada
kuadran I dan III yang memberikan dampak besar dapat ditangani dengan cara
mitigasi. Hal ini dimaksudkan agar risiko yang berada pada kuadran I dapat
bergeser ke kuadran II. Dan risiko-risiko yang berada pada kuadran III dapat
bergeser ke kuadran IV. Strategi mitigasi risiko dapat dilihat pada Gambar 10.

Probabilitas (%)
Besar
Kuadran II Kuadran I

Kuadran IV Kuadran III

Kecil
Kecil Besar
Dampak (Rp)

Gambar 10. Strategi Mitigasi Risiko


Sumber : Kountur, 2008

41
 
 

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

5.1 Sejarah dan Perkembangan Ciapus Bromel


Ciapus Bromel merupakan salah satu perusahaan yang membudidayakan
dan memasarkan tanaman hias bromelia di Indonesia. Perusahaan ini didirikan
oleh Chandra Gunawan Hendarto pada tahun 2006 dan berlokasi di Desa
Tamansari,Kabupaten Bogor. Berawal dari ketertarikan pemilik usaha terhadap
tanaman bromelia dan keinginan memperkenalkan tanaman tersebut kepada
masyarakat yang pada akhirnya melatarbelakangi didirikannya Ciapus
Bromel.Selain itu karakteristik yang dimiliki bromelia sebagai tanaman tropis
yang colourfull dan multifungsi dengan tingkat budidaya dan perawatan yang
relatif mudah merupakan salah satu alasan dalam pemilihan tanaman utama pada
Ciapus Bromel.Bromelia dapat digunakan sebagai tanaman pot indoor, tanaman
landscape, tanaman outdoor dan tanaman dekorasi. Karakterisitik bromelia
tersebut dianggap Chandra Gunawan sebagai peluang prospektif untuk terjun ke
industri bromelia, terlebih jika melihat adanya kecenderungan pergantian tren
permintaan tanaman hias pot berdaun bunga menuju tren tanaman hias berdaun
indah (Elva 2010).
Persiapan usaha Ciapus Bromel dimulai sejak tahun 2003 dengan luas
lahan yang dimiliki yaitu 400 m dengan indukan yang diperoleh berasal dari luar
negeri mengingat tanaman ini bukan merupakan tanaman asli Indonesia.Hal ini
bertujuan agar varietas bromelia yang ditawarkan Ciapus Bromel lebih beragam
dan berbeda dengan varietas yang ditawarkan oleh para pesaing dalam industri
sejenis. Perbedaan ini diharapkan akan memberikan nilai tambah di mata pasar
sasaran yang akan menguntungkan Ciapus Bromel.
Pada tahun 2006 Ciapus Bromel didirikan dengan luas lahan 0,5 ha dan
jumlah tanaman yang dimiliki sebanyak 600 pot.Jumlah tersebut hanya memenuhi
1/8 dari total keseluruhan lahan. Hal ini menyebabkan Ciapus Bromel hanya
menjual tanaman bromelia yang berusia 4-5 bulan dalam pot berdiameter 15 cm.
Namun sejak awal tahun 2010, Ciapus Bromel melakukan perluasan area
budidaya menjadi 1 ha dan penambahan jumlah serta jenis tanaman bromelia.
Setidaknya terdapat 300 spesies bromelia dengan jumlah tanaman bromelia

42 
 
 

sebesar 60.000 pot. Hal ini menjadikan Ciapus Bromel sebagai perusahaan
budidaya terlengkap di Indonesia.
Aktivitas pemasaran bromelia Ciapus Bromel dimulai pada bulan
Desember 2007.Pemasaran dilakukan melalui sistem konsingensi dengan pihak
PT Godong Ijo Asri.Kerjasama tersebut selain bertujuan untuk meningkatkan
penjualan juga bertujuan sebagai media promosi bromelia melalui katalog dan
pameran yang diikuti PT Godong Ijo Asri.Walaupun konsekuensinya bromelia
Ciapus Bromel diatasnamakan milik PT Godong Ijo Asri. Berkat kerjasama
dengan PT Godong Ijo Asriserta adanya hubungan baik pemilik dengan manajer
pengelola, pada tahun 2008 hingga tahun 2010 Ciapus Bromel tidak hanya
memasarkan produknya melalui PT Godong Ijo Asri, tetapi juga melakukan
penjualan secara pribadi di pulau Jawa, serta ke pulau Sumatera, Kalimantan dan
Bali (Elva 2010)
Sejak awal tahun pendiriannya hingga tahun 2010, usaha ini belum
memiliki badan hukum dikarenakan pemilik mempertimbangkan kondisi
perusahaan yang belum establish. Namun demikian, pemilik mempunyai
keinginan yang kuat untuk memiliki badan hukum agar memperoleh kemudahan
dalam menjalankan bisnisnya.

5.2 Lokasi dan Sumberdaya Ciapus Bromel


Lokasi usaha Ciapus Bromel terletak di Jalan Tamansari RT 03/04, Desa
Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa
Barat.Pemilihan lokasi ini didasarkan pada pertimbangan kondisi iklim di Ciapus
Bromel. Letak usaha Ciapus Bromel berada pada ketinggian 450 dpl dengan suhu
27°C. Kondisi tersebut sesuai dengan prasyarat pertumbuhan tanaman bromelia,
yaitu berkisar antara 20°C sampai 30°C.
Selain lokasi, Ciapus Bromel pun memiliki sumberdaya yang secara
keseluruhan dapat dibagi kedalam tiga kelompok, yaitu sumberdaya fisik,
sumberdaya manusia dan sumber daya keuangan.Sumberdaya fisik adalah
keseluruhan aset yang dimiliki oleh Ciapus Bromel untuk menjalankan usahanya
berupa bangunan (nethouse, bangunan kantor dan pendukung), sarana dan
prasarana produksi.Sumberdaya manusia adalah kekuatan tenaga kerja yang
dimiliki oleh Ciapus Bromel dalam menjalankan usahanya.Sumberdaya keuangan
43 
 
 

merupakan sumber-sumber keuangan yang dimiliki oleh Ciapus Bromel dalam


memulai dan menjalankan usaha.
5.2.1 Sumberdaya Fisik
Sarana dan prasarana yang digunakan oleh Ciapus Bromel dalam
menjalankan usahanya merupakan murni milik pemilik. Aset-aset tersebut
diantaranya :
a) Prasarana Pendukung
Prasarana pendukung yang dimilki Ciapus Bromel meliputi bangunan
kantor, bangunan mushola, lahan parkir, pagar beton, televisi, peralatan dapur,
satu set meja beserta kursi bagi pengunjung, meja dan kursi untuk kegiatan
administrasi, serta satu tempat tidur bagi karyawan yang menjaga kantor.
Bangunan kantor berukuran 45 m x 36 m yang terdiri dari lima ruangan.
Ruangan pertama berukuran 4 m x 4 m yang digunakan sebagai tempat bermalam
karyawan. Fasilitas kamar terdiri dari satu set tempat tidur dan meja. Ruangan
kedua berukuran 4 m x 4 m belum ada fungsi khusus.Ruangan ketiga digunakan
sebagai ruangan dapur bagi karyawan. Ruangan ini berukuran 8 m x 3 m dengan
fasilitas berupa peralatan makan, minum, satu buah dispenser dan satu buah
kompor minyak. Ruangan keempat berukuran 4 m x 4 m yang berfungsi sebagai
gudang penyimpanan pestisida, pupuk, pot dan cocopeat. Ruangan terakhir
digunakan sebagai toilet dengan ukuran 2,5 m x 2,5 m. Selain terdiri dari lima
ruangan bangunan kantor pun memiliki dua teras yang berukuran 8 m x 5 m dan
10 m x 6 m.
Teras depan yang berukuran 8 m x 5 m digunakan sebagai tempat
administrasi dan tempat istirahat bagi pengunjung. Di teras ini terdapat satu set
tempat duduk yang dapat digunakan oleh pengunjung untuk beristirahat dan satu
set tempat melakukan administrasi yang terdiri dari satu buah meja dan dua buah
kursi. Teras samping yang berukuran 10 m x 6 m digunakan sebagai tempat
penyimpanan anakan bromelia yang akan diangin-anginkan. Anakan bromelia
tersebut diletakan pada dua buah rak kayu berukuran 2,5 m x 2 m.Sedangkan
bangunan mushola berukuran 3 m x 3 m. Bangunan ini berfungsi sebagai fasilitas
peribadatan bagi karyawan Ciapus Bromel maupun para pelanggan yang
beragama Islam.

44 
 
 

b) Sarana dan Prasarana produksi pertanian


Untuk menunjang kegiatan usaha, alat-alat yang dimiliki perusahaan
meliputi mesin jet pump, nethouse, handsprayer, selang, sekop, rak bagi anakan
tanaman dan tender (bak). Perusahaan memilki dua mesin pompa air (jet pump),
mesin ini sangat dibutuhkan ketika musim kemarau karena jet pump berfungsi
memompa air tanah untuk mengisi sumur.Handsprayer digunakan untuk kegiatan
penyemprotan pestisida.Untuk membantu penyiraman, Ciapus Bromel
menggunakan selang sebagai alat perantara.Perusahaan memiliki dua sekop yang
dipergunakan untuk mencampur media tanam ataupun pupuk.Perusahaan juga
memiliki rak bagi anakan tanaman.Prasarana produksi terakhir yang dimiliki oleh
perusahaan adalah tender (bak).Tender berfungsi untuk mengangkut bromelia
terutama untuk kegiatan pameran.
Nethouse digunakan sebagai tempat budidaya dan penyimpanan
persediaan tanaman bromelia. Selain berfungsi sebagai tempat penyimpanan dan
budidaya, penggunaan nethouse bertujuan untuk menyaring cahaya matahari, agar
sinar matahari yang sampai ke tanaman sesuai dengan prasyarat tumbuh bagi
masing-masing varietas bromelia, yaitu 45-75 persen sinar matahari. Ciapus
Bromel memiliki sembilan buah nethouse yang letaknya menyebar.Nethouse yang
dimiliki oleh perusahaan ada dua jenis, yaitu nethouse dengan paranetbiasa
dannethouse dengan paranet dan plastik UV. Perbedaan ini terkait dengan
prasyarat penyerapan sinar matahari yang optimal bagi masing-masing
bromelia.Nethousedengan paranet biasa digunakan untuk tanaman bromelia
dengan kemampuan menerima 50-75 persen cahaya matahari.Sedangkan nethouse
yang menggunakan paranet dan plastik UV untuk tanaman bromelia dengan
kemampuan menerima 45 persen cahaya matahari.
Selain itu, input yang disediakan setiap bulannya oleh perusahaan meliputi
media tanam, pupuk, pestisida, indukan bromelia dan pot. Media tanam yang
digunakan oleh perusahaan adalah cocopeat, sekam bakar, sekam mentah dan akar
pakis. Sekam mentah digunakan sebagai bahan baku sekam bakar. Jenis pupuk
yang digunakan adalah NPK.Sedangkan pestisida yang digunakan adalah Cofidor,
Siputox, Dursbant, Curacron dan Agristick.Indukan bromelia berasal dari luar

45 
 
 

negeri seperti Filipina, Thailand, Australia, Belanda dan beberapa negara di


Amerika Latin. Pot yang dimiliki perusahaan terdiri dari ukuran S (15 cm2), M (20
cm2) , L (24 cm2), XL(30cm2) dan 35 cm2, 40 cm2, 50cm2, 60cm2 dan 70cm2.

a) b) c) d)
Gambar 11. Sarana dan Prasarana Produksi Tanaman Bromelia di Ciapus Bromel
Tahun 2011 a) Jet Pump; b) BesiTusuk; c) Pestisida dan
obat-Obatan;d) Rak Anakan Bromelia
Sumber : Ciapus Bromel, 2011

5.2.2 Sumberdaya Manusia


Ciapus Bromel memiliki 10tenaga kerja yang terdiri dari 1 pemilik dan 9
karyawan.Latar belakang pendidikan sumberdaya manusia di Ciapus Bromel
sangat beragam.
Chandra Gunawan Hendarto merupakan lulusan University of San
Fransisco dengan jurusan Intenational Business Manajement. Selain itu pemilik
pernah menjabat sebagai manajer pemasaran PT Indomarco serta sekarang
menjabat sebagai Direktur PT Godong Ijo Asri, pemilik Hara Nursery (tanaman
buah) dan pemilik Annisa Flora (tanaman aglonema). Selain itu, beliau pun aktif
di asosiasi terkait tanaman hias dan merupakan salah satu pendiri Perhimpunan
Florikultura Indonesia (PFI).
Latar belakang manajer pengelola hanya sampai pada tingkatan Sekolah
Menengah Atas (SMA). Akan tetapi Ulih Sunardi mempunyai pengalaman
sebagai produsen tanaman hias sejak 20 tahun yang lalu, sehingga beliau memiliki
kemampuan budidaya yang baik. Selain itu Ulih Sunardi merupakan pemilik
Ciapus Nursery dan keberadaannya sudah cukup dikenal dalam industri tanaman
hias di Jabodetabek.
Koordinator lapangan mempunyai latar belakang pendidikan khusus
pertanian (SPMA), sehingga koordinator lapangan mempunyai kemampuan cukup
baik dalam kegiatan budidaya. Koordinator lapangan juga memiliki kemampuan
yang baik dalam mengingat nama dan jenis varietas bromelia, mengestimasi

46 
 
 

varietas yang akan bernilai di mata konsumen dan mempunyai daya kreativitas
serta inisiatif dalam menjalankan kewajiban dan wewenangnya. Latar belakang
pendidikan enam karyawantetap lainnya dibawah tingkatan Sekolah Menengah
Atas (SMA).
Hari kerja karyawan tetap dimulai dari hari Senin hingga hari
Minggu.Karyawan bekerja mulai pukul 07.00 WIB hingga pukul 16.00
WIB.Terdapat pula sistem kerja malam yang dilakukan secara bergantian dari
pukul 18.00-06.00 WIB.Sedangkan karyawan harian jam kerja dimulai dari pukul
07.00-12.00 WIB. Hari kerja karyawan harian disesuaikan dengan kebutuhan
perusahaan terhadap karyawan harian tersebut.
Sistem gaji dan upah yang ditetapkan oleh perusahaan telah disesuaikan
dengan UMR yang berlaku.Gaji karyawan Ciapus Bromel berkisar antara Rp
950.000,00-Rp 1.300.000,00 yang disesuaikan berdasarkan tingkat jabatan
karyawan.Sedangkan untuk karyawan harian diberi upah sebesar Rp 15.000,00
per hari. Perusahaan pun memberikan biaya pengobatan bagi karyawan yang sakit
sebesar 50 persen dari biaya pengobatan karyawan. Khusus untuk manajer
pengelola, pemilik menerapkan sistem bagi hasil. Berdasarkan perjanjian antara
manajer pengelola dengan pemilik Ciapus Bromel, pembagian hasil dilakukan tiap
akhir tahun dengan perbandingan 1:3, dimana manajer pengelola mendapatkan 25
persen dari laba bersih sedangkan pemilik perusahaan mendapatkan 75 persen dari
laba bersih perusahaan.
Selain itu terdapat pula aturan dan sanksi bagi seluruh pegawai Ciapus
Bromel.Tetapi tata tertib tersebut tidak dituangkan dalam bentuk tulisan
melainkan hanya berupa lisan yang disampaikan ketika penerimaan karyawan
baru. SOP tersebut menyangkut jam kerja karyawan, kegiatan perizinan karyawan
dan attitude karyawan ketika berada di perusahaan tersebut. Perusahaan
menerapkan adanya sistem absen, dimana karyawan diberikan izin libur maksimal
sebanyak empat kali dalam sebulan dengan alasan yang jelas. Apabila karyawan
tidak masuk lebih dari empat hari tanpa keterangan maka akan dikenakan sanksi
pemotongan gaji.

47 
 
 

5.2.3 Sumberdaya Keuangan


Modal awal perusahaan hanya berasal dari pemilik perusahaan.Besarnya
modal pemilik adalah Rp 1.450.000.000,00.Modal tersebut digunakan untuk
keperluan pembelian tanah, pembangunan prasarana dan pembelian
indukan.Pembangunan dilakukan secara bertahap dengan pertimbangan nominal
budget yang harus dikeluarkan untuk investasi sangat besar sedangkan modal
pemilik cukup terbatas.Selain modal, sumberdaya keuangan pun berasal dari
pendapatan perusahaan.

5.3 Organisasi Ciapus Bromel


Struktur organisasi Ciapus Bromel disusun dengan tujuan untuk
memberikan gambaran secara menyeluruh mengenai hubungan antara satu bagian
dengan bagian yang lain sehingga diharapkan akan tercapai kerjasama yang baik
dan rasa tanggung jawab terhadap tugas masing-masing. Struktur organisasi
Ciapus Bromel terdiri dari pemilik, manajer pengelola, penanggung jawab
operasional, para karyawan bagian budidaya dan karyawan harian.Hubungan antar
bagian yang terdapat di Ciapus Bromel dapat dilihat pada Gambar 10.
Chandra Gunawan selaku pemilik perusahaan mempunyai wewenang
dalam hal perencanaan, pengambilan keputusan akhir, pemberian bimbingan,
pengarahan umum, saran-saran, dan perintah kepada karyawan melalui manajer
pengelola. Manajer pengelola memiliki wewenang dalam hal perencanaan
kegiatan usaha, melakukan perekrutan dan pemberhentian karyawan, menetapkan
harga bromelia bersama pemilik, mengawasi pelaksanaan aktivitas perusahaan,
meminta pertanggung jawaban kepada koordinator lapangan terkait dengan
aktivitas perusahaan. Selain wewenang tersebut manajer pengelola mempunyai
tanggung jawab memberikan laporan mengenai aktivitas perusahaan kepada
pemilik.
Koordinator lapangan mempunyai wewenang dalam pengambilan
keputusan yang terkait dengan aktivitas perusahaan baik keputusan internal
maupun eksternal.Akan tetapi koordinator lapangan harus meminta pertimbangan
manajer pengelola, apakah keputusan tersebut dapat dijalankan atau tidak.Selain
itu, koordinator lapangan mempunyai wewenang dalam hal pelaksanaan dan

48 
 
 

pengawasan jalannya aktivitas perusahaan dimulai dari budidaya, pemasaran


hingga administrasi.Sedangkan aktivitas keuangan lebih banyak ditangani oleh
manajer pengelola termasuk aktivitas penggajian, dalam hal ini koordinator
lapangan hanya mencatat pemasukan dan pengeluaran.Setiap bulannya,
koordinator lapangan bertanggung jawab memberikan laporan mengenai aktivitas
perusahaan kepada manajer pengelola.Namun, sering kali koordinator secara
langsung melaporkan aktivitas perusahaan kepada pemilik perusahaan.Hal ini
dilakukan jika mendapat instruksi dari manajer pengelola.
Enam karyawan tetap lainnya bertugas menjalankan aktivitas budidaya,
perawatan tanaman dan keamanan perusahaan.Sedangkan satu karyawan harian
bertugas membersihan gulma yang ada di sekitar greenhouse.

Pemilik

Manajer Pengelola

Koordinator

Karyawan Karyawan Karyawan  Karyawan Karyawan Karyawan

Karyawan

Gambar 12. Struktur Organisasi Ciapus Bromel pada Tahun 2011


Sumber: Data primer Ciapus Bromel, 2011 (diolah)

5.4 Lingkup Kegiatan Ciapus Bromel


Sejak berdirinya usaha Ciapus Bromel hingga saat ini, kegiatan yang
dilakukan perusahaan hanya sebatas membudidayakan dan menjual tanaman hias
bromelia dalam bentuk pot plant. Kegiatan perusahaan yang menjadi aktivitas
utama dalam membudidayakan bromelia yaitu kegiatan pengadaan input baik
berupa pengadaan indukan bromelia maupun media tanam, dan juga kegiatan
perbanyakan bromelia.
49 
 
 

5.4.1 Kegiatan Pengadaan Input


Kegiatan pengadaan input merupakan kegiatan pertama yang dilakukan
oleh perusahaan dalam menjalankan usaha. Kegiatan ini dilakukan perusahaan
untuk menjaga ketersediaan bahan baku dan mencegah terjadinya keterlambatan
dalam produksi bromelia. Berikut merupakan kegiatan pengadaan input yang
dilakukan oleh Ciapus Bromel:
1) Pengadaan indukan bromelia
Pengadaan indukan bromelia dilakukan Ciapus Bromel melalui pembelian
indukan, perbanyakan secara vegetatif dan perbanyakan secara generatif.
Pembelian indukan dilakukan perusahaan dengan tujuan untuk menambah ragam
varietas. Indukan tersebut diperbanyak untuk mendapatkan bibit anakan sebagai
bakal calon tanaman bromelia dewasa dan indukan baru. Perusahaan akan menjual
stok varietas bromelia jika sudah memenuhi prasyarat jumlah minimal stok, yaitu
anakan yang berukuran S dan M minimal 100 bromelia. Kegiatan perbanyakan
indukan bromelia lebih dominan dengan cara vegetatif dari pada dengan cara
generatif.Hal ini dikarenakan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk melakukan
perbanyakan melalui generatif walaupun hasilnya relatif lebih banyak
dibandingkan perbanyakan dengan cara vegetatif.Selain kegiatan pembelian dan
perbanyakan, perusahaan juga pernah melakukan kegiatan penyilangan antar
varietas dan mutasi tanaman dari perbanyakan indukan awal.Mutasi ini mencapai
15-30 persen dari perbanyakan indukan secara vegetatif.

Gambar 13. Induk Tanaman Bromelia Jenis Neogerelia di Ciapus Bromel


Tahun 2011
Sumber : Ciapus Bromel, 2011

50 
 
 

2) Pot bromelia
Ciapus Bromel Menggunakan pot berukuran S (15 cm2), M (20 cm2), L
(24cm2), XL (30cm2 dan 35cm2), 40cm2, 50cm2, 60cm2 dan 70cm2. Pot XL dibagi
menjadi dua, yaitu ukuran 30cm2 dan 35cm2. Bromelia yang telah ditanam dalam
pot 30cm2 tidak akan dimasukan kedalam pot berukuran 35cm2 akan tetapi
langsung dipindahkkan ke pot 40cm2 dan sebaliknya.
Ciapus Bromel membeli pot di toko Ibu Ulih. Harga satu lusin pot ukuran
S adalah Rp 6.800,00, satu lusin pot ukuran M adalah Rp 11.000,00, satu lusin pot
L adalah Rp 18.500,00 dan satu lusin ukuran XL adalah Rp 33.000,00 (pot 30
cm2) dan Rp 47.500,00 (pot 35cm2).

Gambar 14. Pot Tanaman Bromelia di Ciapus Bromel pada Tahun 2011
Sumber : Ciapus Bromel, 2011
3) Cocopeat, obat-obatan dan pupuk bromelia
Ciapus Bromel membeli cocopeat dari produsen cocopeat di
Tasikmalaya.Harga satu bungkus cocopeat adalah Rp 11.000,00.Pembelian
cocopeat rata-rata dilakukan Ciapus Bromel satu kali dalam satu tahun.Ciapus
Bromel membeli obat-obatan (Cofidor, Siputox, Durshbant, Curacron dan
Agristick) dan pupuk NPK dari PT. Godong Ijo Asri. Obat-obatan dan pupuk
tidak dibeli dalam jumlah besar. Pembelian pupuk NPK maksimal satu karung
dan obat-obatan masing-masing maksimal lima buah.

a) b) c) d)
Gambar 15. Pupuk dan obat-Obatan Bagi Tanaman Bromelia di Ciapus Bromel
pada Tahun 2011 a) Siputox; b) Pupuk NPK Mutiara; c) Pestisida;
d) Cocopeat
Sumber : Ciapus Bromel, 2011

51 
 
 

4) Media tanam bromelia


Media tanam (sekam mentah, sekam bakar dan akar pakis) dibeli dari toko
Syuaib yang lokasinya berada 1 km dari Ciapus Bromel.Ciapus Bromel membeli
sekam mentah 50 karung setiap bulannya dengan harga Rp 5.000,00 per
karung.Untuk sekam bakar Ciapus Bromel membeli 50-100 karung per bulannya
dengan harga satu karung sekam bakar adalah Rp 8.000,00.Sedangkan pembelian
akar pakis setiap bulannya adalah 20 karung dengan harga Rp 13.500,00 per
karungnya.Karung sekam mentah, sekam bakar dan akar pakis adalah karung
dengan ukuran muatan 25 kg.

a) b)
Gambar 16. Media Tanam Bromelia di Ciapus Bromel Tahun 2011; a) Sekam
Bakar danb) Akar Pakis
Sumber : Ciapus Bromel, 2011

5.4.2 Kegiatan Budidaya


Kegiatan budidaya Ciapus Bromel dilakukan melalui dua cara, yaitu
secara generatif dan vegetatif. Berikut ini merupakan proses budidaya bromelia
secara generatif dan vegetatif.

a) Generatif
Proses perbanyakan tanaman bromelia berawal dari biji bunga. Tanaman
ini akan berbunga setelah berumur 3-4 tahun. Bunga tersebut akan tua atau
matang setelah 1-3 bulan dari munculnya bunga. Setelah itu bunga yang telah tua
diambil dan dikeringkan dengan cara dijemur dan diangin-anginkan selama 3
sampai 6 hari, lalu disemai ke dalam pot yang berisi media cocopeat dan sekam

52 
 
 

bakar yang telah dicampur, kemudian tutup dengan plastik. Setelah 3 bulan,
tanaman akan tumbuh sehingga 2 cm dan siap dipindahkan ke dalam pot
berukuran 15 cm. Selanjutnya tanaman hanya disiram hingga 4-6 bulan, kemudian
dipupuk dengan menggunakan pupuk NPK sebanyak 1-2 gram. Tanaman tersebut
siap dijual setelah 3 bulan berikutnya. Setelah itu bromelia dapat dipindahkan
kembali ke pot yang berukuran lebih besar, yaitu pot 20 cm setelah 3 bulan dan
dipupuk kembali tanaman dengan dosis yang sama. Tiga bulan kemudian,
tanaman siap dipindahkan ke dalam pot berukuran 24 cm. Selama proses
pemeliharaan hingga siap jual.Tanaman disiram setiap tiga hari sekali untuk
musim hujan dan dua hari sekali untuk musim kemarau.Selain itu, tanaman pun
disemprot dengan menggunakan pestisida setiap dua minggu sekali.
b) Vegetatif
Proses perbanyakan tanaman bromelia secara vegetatif dilakukan melalui
penusukan pada titik tumbuh tanaman. Tanaman siap ditusuk setelah berumur
sekitar delapan bulan atau setelah tanaman berada pada pot 20 cm. Tanaman
ditusuk dengan menggunakan besi seukuran jari-jari sepeda dari titik tumbuh
tanamanhingga akar. Setelah 2-3 bulan penusukan akan muncul beberapa anakan
dari ketiak bromelia. Pada umumnya jumlah anakan yang mampu dihasilkan
dengan cara vegetatif ini sebanyak 3-10 buah.Selama menunggu munculnya
anakan, tanaman hanya disiram tanpa dipupuk atau disemprot pestisida. Setelah 2-
3 bulan, anakan bromelia diangkat dan diangin-anginkan selama 10-15 hari,
kemudian ditanam kedalam pot berukuran 15 cm. Setelah panen anakan pertama,
tanaman induk dipupuk dan akan menghasilkan anakan kembali setelah 2-3 bulan.
Tanaman indukan baru akan mati setelah panen anakan sebanyak 3-4 kali. Proses
yang dilakukan selanjutnya sama dengan perlakuan tanaman secara generatif,
dimana tanaman disiram dan dipupuk saat dipindahkan ke dalam pot yang
berukuran lebih besar hingga tanaman siap dijual. Pada umunya untuk pot
berukuran 15 cm, tanaman baru bisa dijual setelah 3-4 bulan dari bibit anakan.
Sedangkan untuk pot berukuran 20 cm dan 24 cm, tanaman baru bisa dijual
setelah 6 bulan dan 9 bulan dari bibit anakan. Media tanam bromelia harus diganti
setiap bulannya untuk menjaga kualitas tanaman.

53 
 
 

5.5 Pendapatan Usahatani


Dalam menjalankan usahanya, Ciapus Bromel memperoleh pendapatan
usahatani dari penerimaan dikurangi biaya produksi yang dikeluarkan selama
periode produksi berlangsung.Penerimaan berasal dari penjualan tanaman
bromelia.biaya yang dikeluarkan terdiri dari biaya tunai dan biaya yang
diperhitungkan. Biaya tunai terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap.Biaya
variabel terdiri dari biaya pembelian pupuk NPK, pestisida, media tanam dan pot
plastik.Biaya tetap merupakan keseluruhan biaya variabel yang dikeluarkan per
bulannya bernilai tetap dan tidak dipengaruhi oleh jumlah neogerelia yang
diproduksi. Biaya tetap ini terdiri dari biaya tenaga kerja, listrik dan lainnya.
Biaya yang diperhitungkan adalah biaya penyusutan peralatan dan biaya
pemeliharaan bibit.Biaya-biaya tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.
Berdasarkan Tabel 6, dapat dilihat total biaya yang dikeluarkan selama
satu siklus tanam neogerelia, yaitu sebesar Rp8.675.847,39, Total biaya tersebut
diperoleh dari penjumlahan total biaya tunai dengan total biaya yang
diperhitungkan. Pada biaya tunai, tercatat bahwa biaya pembelian pestisida
merupakan biaya terendah yang dikeluarkan oleh Ciapus Bromel. Pestisida yang
digunakan terdiri dari 3 jenis antara lainCuracron, Agristick dan Dithane M 45.
Harga curacron per 250 ml adalah Rp 110.000,00 dengan volume penggunaan
sebanyak 12 ml, harga agristick per liter sebesar Rp 65.000,00 dengan volume
penggunaan 18 ml dan harga dithane M 45 per kg adalah Rp 84.500,00 dengan
volume penggunaan sebanyak 12 gram. Dengan asumsi demikian, maka biaya
pestisida yang dikeluarkan untuk setiap pot tanaman neogerelia adalah Rp 21,65.

Berbeda halnya dengan biaya tenaga kerja, pada biaya tenaga kerja
perusahaan menggunakan dua jenis tenaga kerja yaitu tenaga kerja harian
sebanyak 2 orang untuk proses penyiangan dan tenaga kerja tetap sebanyak 2
orang. Berdasarkan perhitungan biaya untuk tenaga kerja harian sebesar Rp
60.000,00 untuk dua pegawai dalam waktu dua hari kerja.Sedangkan untuk tenaga
kerja tetap, biaya yang harus dikeluarkan perusahaan adalah sebesar Rp
5.700.000,00.Maka biaya tenaga kerja yang ditanggung oleh perusahaan yaitu
sebesar Rp 5.760.000,00 dan merupakan biaya terbesar yang harus dikeluarkan
pada biaya tunai.
54 
 
 

Tabel 6. BiayaUsahatani Ciapus Bromel pada KomoditiNeogereliaper 338 m2


pada tahun 2011

Harga/satuan Total Biaya


Keterangan Satuan Jumlah
(Rp) (Rp)
1. Biaya tunai
a. Pupuk NPK Mutiara Gram 200 80,00 16.000,00
b. Arang sekam karung 20 8.000,00 160.000,00
c. Cocopeat karung 15 15.000,00 225.000,00
d. Pestisida 7.464,00
e. Pot plastik Bal 10 11.800,00 1.770.000,00
f. Tenaga kerja Org 5.760.000,00
g. Listrik dan lainnya Bulan 3 50.000,00 150.000,00
Total biaya tunai (Rp) 8.088.464,00
2. Biaya yang
diperhitungkan
a. Penyusutan alat Tahun 3 (bulan) 620.059,57 150.014,89
b. Biaya pemeliharaan
437.369,50
bibit sebanyak 25 pot
Total biaya yang
587.384,39
diperhitungkan (Rp)
3. Total biaya (Rp) 8.675.847,39
4. Penerimaan (Rp) Pot 360 36.707,00 13.214.520,00
5. Pendapatan usahatani
4.538.673,61
(Rp)
Sumber: Ciapus Bromel (2011)

Selain biaya tunai, terdapat pula biaya yang diperhitungkan yang terdiri
dari biaya penyusutaan dan biaya pemeliharaan bibit.Biaya penyusutan yang
terdapat pada Ciapus Bromel merupakan biaya peralatan yang terdiri dari pisau,
sekop, besi tusukan, pompa air, torn air 5000 liter, tangki sprayer dan mesin
pestisida. Keseluruhan alat-alat tersebut merupakan alat yang dimiliki secara
pribadi oleh perusahaan.Perhitungan penyusutan alat dilakukan per tahun, namun
untuk dapat mengetahui pendapatan usahatani per musim tanam maka perhitungan
penyusutan alat pun disesuaikan. Dengan asumsi bahwa perhitungan tersebut
menggunakan metode garis lurus dan penyusutan yang digunakan merupakan nilai
rata-rata dari total penyusutan alat di Ciapus Bromel.Biaya pemeliharaan bibit
yang dimaksud adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk menghasilkan

55 
 
 

bibit. Karena bibit yang dimiliki perusahaan diperoleh dari perbanyakan tunas
secara mandiri, maka pada perhitungan ini diasumsikan bahwa perusahaan
melakukan perawatan bagi 25 tanaman yang senilai dengan biaya yang
dikeluarkan jika perusahaan membeli bibit tersebut. Sehingga biaya pemeliharaan
ini meliputi biaya pupuk, pestisida, pot, tenaga kerja dan media tanam.
Penerimaan yang diterima oleh Ciapus Bromel merupakan hasil perkalian
dari harga rata-rata dengan banyaknya tanaman yang terdapat di nethouse seluas
338 m2. Dengan asumsi bahwa banyaknya tanaman yang terdapat pada nethouse
adalah 360 pot,sehingga perusahaan mendapatkan penerimaan sebesar Rp
13.214.520,00. Dan besarnya pendapatan yang diterima perusahaan dalam
mengusahakan neogerelia adalah sebesar Rp 4.538.673,61.

56 
 
VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI TANAMAN HIAS
BROMELIA
6.1 Identifikasi Sumber-Sumber Risiko Produksi
Langkah awal dalam manajemen risiko adalah indentifikasi sumber-
sumber risiko pada usaha budidaya tanaman hias bromelia.Pengidentifikasian
risiko dilakukan untuk memperoleh sekumpulan informasi mengenai penyebab
risiko dan kejadian-kejadian yang dapat merugikan perusahaan. Ada begitu
banyak risiko dalam perusahaan, namun pada penelitian ini hanya akan dibahas
risiko mengenai produksi yang merupakan risiko paling krusial pada Ciapus
Bromel.
Identifikasi terhadap sumber-sumber risiko produksi dilakukan dengan
mengikuti alur kegiatan yang dilaksanakan pembudidaya untuk menghasilkan
tanaman bromelia yang berdiameter 15 cm. Alur kegiatan tersebut dimulai dari
proses seleksi indukan bromelia, proses penusukan indukan sebagai salah satu
teknik untuk menghasilkan anakan secara vegetatif, pengambilan tunas anakan,
mengangin-anginkan anakan hingga potting.
Risiko produksi yang terjadi pada Ciapus Bromel adalah penurunan
persentase produksi bromelia yang diakibatkan terjadinya kebusukan pada
anakan.Adapun faktor-faktor yang menjadi penyebab munculnya risiko produksi
pada usaha budidaya tanaman hias bromelia di Ciapus Bromel adalah sebagai
berikut:
1. Risiko serangan hama
Hama merupakan organisme pengganggu yang dapat menghambat
pertumbuhan dan produktivitas tanaman.Hewan ini dapat terlihat secara kasat
mata tanpa bantuan alat.Serangan hama merupakan salah satu faktor risiko
yang dihadapi dalam budidaya bromelia. Kondisi tersebut yang disebabkan
karakteristik tanaman bromelia yang rentan terhadap hama. Hal ini dapat
berdampak pada kualitas dan kuantitas produksi yang tidak sesuai dengan
harapan.Hama yang terdapat pada usaha Ciapus Bromel umumnya menyerang
bagian daun dari tanaman bromelia. Hama-hama tersebut diantaranya adalah:

57
 
a) Belalang
Belalang merupakan jenis hama yang banyak menyerang daerah
rerumputan atau dedaunan.Berdasarkan informasi di lapangan, belalang
menjadi hama utama yang menyerang tanaman bromelia di Ciapus
Bromel.Belalang melakukan serangan dengan cara memakan daun
bromeliasehingga tampilan daun menjadi rusak.

Gambar 17. Akibat Serangan Belalang pada Daun Bromelia di


Ciapus BromelTahun 2011
Sumber : Ciapus Bromel, 2011
Hal ini ditandai dengan daun tanaman menjadi rombengsehingga
tampilan tanaman tidak menarik.Jenishama ini yang paling sering
dijumpai pada tanaman hias bromelia.Efek yang ditimbulkan terhadap
produksi yaitu kualitas yang buruk karena daun menjadi rombeng atau
berlubang, serta terjadi penurunan jumlah produksi tanaman bromelia.
b) Kutu putih
Kutu putih yang memiliki nama latin Bemisia tabaci merupakan
serangga berukuran kecil, berwarna putih dan hidup berkoloni. Kutu
putih lebih banyak menyerang daerah dataran rendah dibandingkan
dengan di dataran tinggi.Kutu putih ini dapat ditemukan pada bagian
batang dan daun bagian bawah tanaman.Kutu tersebut menghisap cairan
tanaman sehingga daun menguning dan keriput.

58
 
c) Siput
Sama halnya dengan belalang, siput pun melakukan serangan terhadap
tanaman bromelia dengan memakan langsung daun bromelia hingga
habis.Umumnya serangan ini dilakukan pada malam hari.
2. Risiko serangan penyakit
Penyakit pada tanaman bromelia disebabkan oleh dua pathogen, yaitu
cendawan dan bakteri.Jumlah tanaman yang terserang cendawan lebih banyak
dibandingkan bakteri.Penyakit pada bromelia dapat menyerang induk maupun
anakan.Penyebab timbulnya penyakit tidak selalu dapat diketahui, tetapi pada
umumnya dikarena kondisi media tanaman yang terlalu lembab.Kondisi ini
menyebabkan penurunan terhadap kualitas dan kuantitas tanaman bromelia di
Ciapus Bromel.Selain itu, penyakit yang menyerang bromelia bukan saja
berdampak pada hasil tetapi juga menyebabkan kematian pada tanaman
sehingga tidak dapat berproduksi.Jenis-jenis penyakit yang sering menyerang
tanaman bromelia antara lain:
a) Busuk pangkal batang (Thielaviopsis paradixa)
Merupakan penyakit yang disebabkan oleh jamur Thielaviopsis
paradixa.Jamur ini menyerang pangkal batang dan daun. Kebusukan
batang terjadi akibat keadaan lembab disekitar tanaman dan juga luka
pada saat pemotongan tunas dari indukan atau panen.Akibat dari
serangan ini daun menjadi lunak, membusuk dan bauserta warna daun
berubah menjadi cokelat kehitaman.
b) Bercak daun (Fusarium sacchari var. Elongatum)
Merupakan penyakit yang disebabkan oleh jamur Fusarium sacchari
var. Elongatum.Jamur ini menyerang komponen terpenting pada
bromelia yaitu daun.Sesuai dengan namanya penyakit ini ditandai
dengan adanya bercak daun yang lama-kelamaan akan membusuk.
Akibat dari serangan ini terdapat bintik-bintik transparan pada daun yang
akan berubah menjadi berwarna kekuningan dan cokelat.
c) Busuk akar (Fusarium oxysporum)
Penyakit ini ditandai dengan daun yang menjadi pucat lalu busuk, batang
yang berlubang dan layu, serta akarnya berwarna coklat

59
 
kehitaman.Busuk akar disebabkan oleh media tanam yang terlalu lembab
sehingga menyebabkan jamur cepat berkembang.Jamur yang
menyebabkan penyakit busuk akar adalah jamur Fusarium
oxysporum.Jamur ini menyerang akar tanaman yang mengakibatkan
ujung daun tampak kekuningan, layu dan lama-kelamaan tanaman mati.
3. Kesalahan mekanis
Risiko kesalahan ini lebih kepada keterampilan atau teknis cara budidaya
bromelia yang baik dan benar.Keterampilan tenaga kerja sangat
mempengaruhi keberhasilan produksi karena tenaga kerja sangat berperan
dalam setiap kegiatan budidaya bromelia. Hal yang sangat butuh dikerjakan
secara teliti dari budidaya bromelia adalah saat penusukan jarum pada indukan
dan pemotongan tunas dari indukan atau panen. Saat penusukan jarum pada
tanaman indukan dibutuhkan teknik khusus agar dapat menghasilkan tunas
anakan yang berkualitas. Tenaga kerja yang telah terampil juga dapat
mempercepat proses pemeliharaan.

Gambar 18.Penusukan pada Indukan Bromelia di Ciapus Bromel Tahun 2011


Sumber : Ciapus Bromel, 2011

Risiko ini sering terjadi pada usaha Ciapus Bromel yang disebabkan oleh
tingkat pengetahuan tiap pegawai dan pengalaman yang dimiliki oleh masing-
masing pegawaikarena tidak jarang ada beberapa pegawai yang belum
memahami penuh cara dan proses budidaya bromelia. Hal ini dapat terlihat
pada bentuk tanaman anakan bromelia yang tidak simetris.Bentuk tersebut

60
 
diakibatkan oleh kesalahan pada saat reproduksi secara vegetatif, yaitu dengan
menusukan jarum yang telah disterilkan. Pada dasarnya untuk mendapatkan
anakan yang memiliki bentuk daun yang simetris satu dengan lainnya
sangatlah dipengaruhi oleh posisi atau letak pengambilan tunas anakan dari
tanaman indukan. Letak pengambilan yang tepat yaitu dilakukan dengan
mengambil hinggatunas terbawah dari anakan. Selain itu juga seringnya
terjadi anakan yang mengalami kebusukan baik pada saat proses pengeringan
anakan dengan cara diangin-anginkan maupun pada saat potting yang
diakibatkan kelalaian dari pegawai pembudidaya.
4. Intensitas cahaya matahari
Risiko intensitas cahaya matahari merupakan salah satu yang sangat
berpengaruh dalam budidaya bromelia.Pada dasarnya, famili Bromeliaceae
tidak tahan terhadap terpaan cahaya matahari dalam jangka waktu yang lama,
kecuali jenis tertentu. Ciri bromelia yang rentan terhadap cahaya matahari
adalah bromelia yang berdaun tipis, indah, berwarna cerah, halus dan berduri
kecil. Apabila terlalu lama berada dibawah cahaya matahari maka warna daun
akan berubah kecokelatan dan lama-kelamaan daun menjadi seperti terbakar
yang pada akhirnya tanaman tersebut mati.

Gambar 19. Tanaman Bromelia yang Terbakar Akibat Terpapar


Cahaya Matahari Berlebih di Ciapus Bromel Tahun 2011
Sumber : Ciapus Bromel, 2011

61
 
6.2 Analisis Probabilitas dan Dampak Risiko Produksi
Tingkat risiko produksi dapat diketahui dengan melakukan penilaian risiko
produksi berdasarkan tingkat produksi yang dihasilkan.Langkah awal yang
dilakukan adalah dengan mengukur peluang yang diperoleh dari frekuensi
kejaidan yang dibagi dengan periode waktu selama kegiatan berlangsung.Data
produksi yang digunakan untuk analisis risiko produksi adalah data produksi
neogerelia selama 8 periode. Tingkat produksi yang dihasilkan berbeda-beda tiap
periode sehingga peluang yang dihasilkan sama yaitu 0.125.
Nilai peluang yang telah diketahui dari produktivitas dan pendapatan
kemudian digunakan untuk mencari nilai expected return. Perhitungan expected
return pada peluang kondisi yang sama adalah peluang dikalikan dengan total
tingkat produktivitas tiap komoditi.Berikut ini adalah hasil perhitungan peluang
dan expected returnpada neogerelia dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7.Perhitungan Expected Return Berdasarkan Produksi KomoditiNeogerelia
Tahun 2011

Ukuran Nilai
Total Tingkat Produksi 1755
Peluang 0.125
Expected Return 219.375
Sumber : Ciapus Bromel, 2011

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa untuk memperoleh nilai


Expected Return berdasarkan ringkat produksi yang dihasilkan pada nkomoditi
neogerelia, maka perlu diketahui terlebih dahulu berapa total tingkat produksi dan
peluang kejadiannya. Peluang kejadian telah dijelaskan sebelumnya tentang cara
mendapatkan nilai peluang, sedangkan untuk total tingkat produksi diperoleh dari
penjumlahan hasil produksi neogerelia selama 8 periode.
Langkah selanjutnya setelah mengetahui nilai Expected Return, maka
dapat dilakukan perhitungan risiko dengan menggunakan Variance, Standard
Deviation, dan Coefficient Variation. Penilaian risiko produksi ini dapat dilihat
pada Tabel 8.

62
 
Tabel 8.Penilaian Risiko Produksi pada Kegiatan Spesialisasi di Ciapus Bromel
Tahun 2011

Ukuran Nilai
Variance 6504.234375
Standard Deviation 80.64883369
Coeff Variation 0.367630011
Sumber : Ciapus Bromel, 2011
Berdasarkan hasil perhitugan pada Tabel 8 diatas dapat dilihat bahwa nilai
variance yang diperoleh dari penilaian risiko berbanding lurus dengan nilai
standard deviation yaitu jika nilai variance tinggi maka nilai standard deviation
pun akan tinggi. Penilaian risiko produksi yang lebih baik adalah dengan
menggunakan coefficient variation karena perbandingan diantara kegiatan usaha
bromelia dengan ukuran yang sama yaitu risiko untuk setiap return yang diperoleh
Ciapus Bromel. Semakin besar coefficient variation maka akan semakin besar
pula risiko. Coefficient variationpada neogerelia adalah sebesar 0.367630011.nilai
tersebut mengandung arti bahwa satu pot hasil yang diperoleh Ciapus Bromel
akan menghadapi risiko sebanyak 0.367630011 pot pada saaat terjadinya risiko
produksi.
Selain itu, dilakukan perhitungan risiko dengan metode
aproksimasi.Metode aproksimasi digunakan untuk mengetahui nilai probabilitas
dan dampak terjadinya risiko.Penilaian sebagai pihak representasi optimis (O)
diperoleh dari manajer operasional.Hal ini dikarenakan manajer operasional tidak
mengetahui secara nyata kondisi di lapangan dan hanya mengetahui kondisi
tersebut secara finansial.Sehingga manajer operasional beranggapan bahwa risiko
tersebut jarang terjadi dan telah ditanggulangi dengan baik maka penilaian yang
diberikan merupakan penilaian yang paling kecil.
Koordinator lapangan sebagai pihak yang merepresentasikanmost likely
(M) merupakan pihak yang paling mengerti kejadian di lapangan sehingga nilai
yang diberikan lebih dapat bersifat objektif dibandingkan menurut ahli
lainnya.Pihak yang merepresentasikan pesimis (P) diperoleh dari karyawan
Ciapus Bromel. Nilai-nilai hasil perkiraan tersebut akan sangat membantu dalam
proses mengidentifikasi risiko-risiko yang memiliki kecenderungan
mendatangkan kerugian bagi perusahaan.
63
 
Berdasarkan Tabel 9 diperoleh bahwa pada risiko terkena serangan hama,
ahli optimis memberikan penilaian kemungkinan terjadinya serangan hama
sebesar 7 persen, karena ahli tersebut berpendapat bahwa hama yang menyerang
dapat dikatakan tidak ada karena telah diantisipasi dengan penyemprotan pestisida
secara berkala. Sedangkan menurut ahli pesimis berpendapat bahwa beberapa
bulan belakangan ini banyak dijumpai tanaman yang kondisinya buruk seperti
berdaun bolong atau menguning, sehingga penilaian yang diberikan pada
kemungkinan terjadinya serangan hama sebesar 17 persen. Lain halnya dengan
pihak most likely yang memberikan penilaian kemungkinan terjadinya serangan
hama sebesar 15 persen. Dengan demikian, kemungkinan tanaman bromelia yang
terkena serangan hama pada Ciapus Bromel diperkirakan sebesar 14 persen. Nilai
tersebut merupakan nilai rata-rata yang diberikan oleh para ahli dalam
memperkirakan kemungkinan terjadinya serangan hama dalam satu periode atau
musim tanam.
Tabel 9. Perhitungan Peluang dan Dampak per Sumber Risiko di Ciapus Bromel
Tahun 2011
Sumber- Dampak Probabilitas Rata-
N sumber Rata-rata rata
Expert 1 Expert 2 Expert 3 Expert Expert Expert proba
o risiko (O) (P) (M)
dampak 1 (O) 2 (P) 3 (M)
produksi bilitas
1 Risiko
erangan 484.532 807.554 646.043 646.043 7 17 15 0,14
hama
2 Risiko
serangan 2.018.885 3.230.216 2.422.662 2.489.958 12 20 18 0,17
penyakit
3 Kesalahan 5 13 10 0,09
161.510 403.777 242.266 255.725
Mekanis
4 Intensitas
cahaya 646.043 1.211.331 807.554 847.931 3 15 10 0,09
matahari
Sumber : Cipus Bromel, 2011

Kemudian kerugian yang diakibatkan oleh serangan hama ini sebesarRp


646.043,20 per musim tanam. Kerugian tersebut diperoleh dari hasil perhitungan
rata-rata kerugian dari masing-masing ahli.Dimana ahli pertama atau ahli pesimis
memberikan perkiraan persentase kehilangan jika terjadi serangan hama sebesar 6
persen sehingga dampak kerugian yang mungkin dihadapi oleh perusahaan
sebesar Rp 484.532,40. Ahli kedua menyatakan bahwa persentase kehilangan
yang terjadi sebesar 10 persen dapat mengakibatkan perusahaan mengalami
64
 
kerugian sebesar Rp 807.554,00 sedangkan ahli ketiga berpendapat bahwa nilai
persentase kehilangan akibat serangan hama diperkirakan sebesar 8 persen dengan
kerugian yang harus ditanggung perusahaan berkisar Rp 646.043,20. Berdasarkan
asumsi bahwa besarnya dampak kerugian yang dihadapi tergantung pada jumlah
tanaman yang diserang oleh hama,jumlah tanaman yang digunakan sebagai acuan
perhitungan merupakan rata-rata produksi bromelia per musim tanam yaitu
sebesar 220 pot.
Risiko serangan penyakit pada Ciapus Bromel memiliki probabilitas atau
kemungkinan terjadinya risiko diatas 15 persen yang dapat dikategorikan
memiliki probabilitas besar.Nilai tersebut didapatkan dari perhitungan rata-rata
kemungkinan terjadinya serangan penyakit oleh para ahli. Ahli pertama
menyebutkan bahwa kemungkinan terjadinya serangan penyakit pada tanaman
bromelia sebesar 12 persen, ahli kedua menyatakan 20 persen sebagai persentase
kemungkinan terjadinya serangan penyakit sedangkan ahli ketiga menilai bahwa
kemungkinan terjadinya serangan penyakit sebesar 18 persen. Hal ini dikarenakan
seringnya dijumpai tanaman bromelia yang busuk dan dianggap sebagai penyebab
utama menurunnya produksi bromelia.Selain itu, tanaman ini masih berusia 3
bulan dengan diameter sekitar 15 cm yang masih sangat rentan terhadap serangan
penyakit.Apabila terjangkit penyakit tanaman tersebut harus dikarantina atau
dipisahkan dari tanaman lainnya guna mengurangi tingkat penyebaran
penyakit.Selain itu, sepanjang siklus budidaya bromelia serangan penyakit ini
hampir dapat ditemui pada setiap tahap budidaya.
Tidak hanya kemungkinan terjadinya saja yang memiliki persentase tinggi
tetapi juga dampak kerugian yang diakibatkan oleh serangan
penyakit.Berdasarkan pemaparan yang diberikan oleh para ahli bahwa serangan
penyakit ini sangat sering dijumpai, bahkan tak jarang ditemukan tanaman yang
sudah layu dan mati.Serangan penyakit tersebut dengan cepat dapat menyebar dan
membuat tanaman disekitarnya ikut terjangkit.Persentase atau tingkat kehilangan
yang ditimbulkan oleh serangan ini sangatlah besar dibandingkan dengan sumber
risiko lainnya. Oleh karena itu, ahli pertama memberikan penilaian persentase
kehilangan sebesar 25 persen dengan kerugian sebesar Rp 2.018.885,00, ahli
kedua menilai 40 persen sebagai persentase kehilangan yang berdampak pada

65
 
perusahaan sebesar Rp 3.230.216,00 sebagai kerugian yang harus diterima.
Sedangkan ahli ketiga menyatakan bahwa sebanyak 30 persen pesentase
kehilangan yang dialami oleh perusahaan dengan kerugian mencapai Rp
2.422.662,00 sehingga dampak kerugian yang ditimbulkan oleh serangan penyakit
pada tanaman bromelia dapat mencapai Rp. 2.489.958,17.
Risiko yang disebabkan oleh kesalahan mekanis memiliki probabilitas
kecil yaitu sebesar 9 persen. Hal ini hanya terjadi pada saat proses penusukan
tanaman indukan dan proses pemisahan tunas anakan dari tanaman indukan.
Apabila terjadi kesalahan mekanis ini maka pihak perusahaan akan kehilangan
minimal satu pot tanaman bromelia.Kesalahan sedikit saja pada proses penusukan
indukan akan mengakibatkan hasil atau bentuk tanaman tidak melingkar sempurna
sehingga tidak layak untuk dipasarkan. Sama halnya dengan kesalahan yang
terjadi pada saat pemisahan anakan dari tanaman indukan, seperti salah posisi
memotong tunas, akan mengakibatkan kebusukan sehingga tunas-tunas tersebut
akan mati. Dengan asumsi tersebut, dampak kerugian yang diterima perusahaan
akibat kesalahan mekanis sebesar Rp 255.725,43.
Selain itu, terdapat pula risiko terhadap intensitas cahaya matahari yang
memiliki probabilitas 9 persen dan mengandung dampak kerugian sebesar Rp
847.931,70. Dengan asumsi, semua tanaman berada pada tempat dengan intensitas
cahaya yang sama.
Selanjutnya probabilitas dan dampak yang telah diperoleh dapat digunakan
untuk menghitung nilai status risiko produksi pada usaha Ciapus
Bromel.Berdasarkan hasil perhitungan nilai status risiko menunjukan bahwa nilai
probabilitas tertinggi dari keempat faktor penyebab risiko produksi (hama,
penyakit, kesalahan mekanis dan intensitas cahaya matahari) adalah pada risiko
serangan penyakit sebesar 17 persen.Tingginya probabilitas yang diperkirakan
oleh pihak manajemen terhadap faktor tersebut berdasarkan kejadian-kejadian
yang pernah dialami pada usaha Ciapus Bromel.Selain itu, nilai dampak risiko
pun jelas terlihat pada status risiko, dimana nilai dampak risiko tertinggi terjadi
pada faktor risiko serangan penyakit yaitu sebesar2.489.958,17. Tingginya
dampak risiko serangan penyakit dikarenakan bromelia yang berdiameter 15 cm
sangat rentan terhadap penyakit, dan apabila salah satu pot telah terjangkit

66
 
penyakit tertentu
t maaka kemunggkinan besaar pot tersebbut akan m
mati dan pen
nyakit
tersebut akan mennyebar sehhingga mengakibatkann perusahaaan mengalami
kehilangann penerimaaan sebanyyak jumlah
h tanaman yang terjaangkit dikaalikan
dengan haarga jual per
p pot. Seddangkan niilai probabiilitas terenddah terjadi pada
risiko kesalahan mekkanis dan inntensitas caahaya matahhari yaitu ssebesar 9 persen
p
dengan niilai dampakk risiko teerendah terjjadi pada kesalahan
k m
mekanis seebesar
Rp 255.7225,43.

Intenssitas 
Kesalah
han  Cahaaya 
Mekannis Matahari
23015.29 763133.85
Hama
5
90446.05
Pen
nyakit
4232
292.89

Gambar 20.
2 Nilai Status Risiko Produksi Bromelia
B di Ciapus Broomel Tahun 2011
Sumber : Ciapus Bromeel, 2011

Paada Gambarr 20,terlihatt jelas perb


bedaan secaara nyata nnilai status risiko
r
pada masiing-masing sumber risiiko. Selain itu,
i diketahuui pula bahw
wa sumber risiko
r
yang mem
miliki risiko tertinggi addalah risiko
o serangan penyakit
p seebesar423.292,05
dan sumbber risiko yang
y memiliki risiko terendah adalah kessalahan meekanis
sebesar 2
23.015,29. Prioritas utama yang
y perluu dipertim
mbangkan untuk
u
menghinddari kerugiann yang besaar adalah peenanganan terhadap
t sum
mber risiko yang
memiliki risiko terbbesar, yaituu serangan penyakit.P
Penanganann risiko lainnya
kemudian berlanjut hingga
h kepada penang
ganan risikoo dengan nnilai status risiko
r
terendah.S
Setelah dikketahui stattus risiko untuk massing-masingg sumber risiko
r
selanjutnyya dibutuhkkan alternatif penangan
nan yang teepat berdassarkan pem
metaan
risiko.Alteernatif tersebut dapat dijadikan rekomendaasi bagi peerusahaan untuk
u
menanganni risiko sesuuai dengan prioritas utaamanya.

67
 
6.3 Pemetaan Risiko Produksi
Pemetaan risiko pada dasarnya merupakan penyusunan risiko berdasarkan
kelompok-kelompok tertentu. Berdasarkan hasil identifikasi risiko, dapat
disimpulkan bahwa risiko produksi yang dihadapi oleh perusahaan memiliki
dampak dan probabilitas yang berbeda-beda seperti yang terdapat pada Tabel 10.

Tabel 10. Hasil Identifikasi Risiko Usaha Ciapus Bromel Tahun 2011

Sumber Risiko Dampak (Rp) Probabilitas (%)


Risiko serangan hama 646.043,20 <15%
Risiko serangan penyakit 2.422.662,00 >15%
Risiko kesalahan mekanis 255.725,43 <15%
Risiko intensitas cahaya matahari 847.931,70 <15%
Sumber : Ciapus Bromel, 2011

Langkah selanjutnya dalam manajemen risiko adalah melakukan pemetaan


terhadap risiko-risiko yang telah diidentifikasi sebelumnya. Pemetaan risiko pada
dasarnya merupakan alat bantu untuk mengukur probabilitas dan dampak risiko
sehingga dapat dilakukan penyusunan risiko berdasarkan kelompok tertentu yang
menentukan status risiko tersebut dalam perusahaan. Pengukuran status risiko ini
akan dibantu oleh peta risiko yang akan menunjukan posisi risiko. Posisi inilah
yang kemudian akan membantu perumusan manajemen risiko yang tepat untuk
pengelolaan risiko yang terjadi (Kountur 2008).
Batas yang digunakan untuk memisahkan dampak besar dan kecilnya
suatu risiko adalah sebesar Rp 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah).Sedangkan
batas yang digunakan untuk memisahkan besar kecilnya probabilitas adalah
sebesar 15 persen.Besarnya nilai tersebut diperoleh dari hasil wawancara dan
observasi selama penelitian di Ciapus Bromel.Penentuan besar atau kecilnya
probabilitas adalah berdasarkan tingkat persentase terjadinya sumber risiko pada
perusahaan yang ditentukan oleh beberapa pihak yang dianggap ahli karena
keterbatasan data yang dimiliki oleh pihak perusahaan.Sedangkan
pengklasifikasian dampak ke dalam dampak yang besar atau yang kecil adalah
berdasarkan tingkat kerugian yang dialami oleh Ciapus Bromel yang disebabkan
oleh terjadinya sumber risiko.
68
 
Risiko yang kemungkinan terjadinya risiko paling besar terjadi pada risiko
yang disebabkan serangan penyakit, urutan kedua ditempati oleh risiko yang
disebabkan oleh serangan hama dan urutan selanjutnya ditempati oleh risiko
karena kesalahan mekanis dan intensitas cahaya matahari. Risiko yang
memberikan dampak kerugian terbesar disebabkan oleh serangan penyakit dan
urutan selanjutnya disebabkan oleh risiko serangan hama, intensitas cahaya
matahari dan risiko kesalahan mekanis. Hasil pemetaan sumber-sumber risiko
yang terdapat di Ciapus Bromel dalam kegiatan budidaya bromelia dapat dilihat
pada Gambar 21.
Sumber-sumber risiko yang terdapat pada Ciapus Bromel dapat
diklasifikasikan kedalam empat kuadran risiko berdasarkan tingkat kemungkinan
terjadinya dan dampak yang ditimbulkan oleh risiko tersebut.Sumber risiko yang
terletak pada kuadran I atau risiko yang dianggap oleh Ciapus Bromel memiliki
kemungkinan terjadinya besar dan dampak yang ditimbulkan jika risiko tersebut
terjadi juga besar adalah risiko timbulnya penyakit yang menyerang baik induk
maupun anakan tanaman bromelia.Hal ini dikarenakan serangan penyakit yang
terjadi pada bromelia hampir dapat ditemukan selama siklus tanam terlebih saat
tahap pengeringan anakan bromelia.
Sumber risiko yang berada pada kuadran III atau risiko yang
kemungkinannya kecil tetapi dampak yang ditimbulkan besar menurut Ciapus
Bromel adalah pada risiko serangan hama dan intensitas cahaya matahari. Kedua
sumber risiko ini berada pada kuadran III dikarenakan karakteristik serangan
hama yang menjadikan tanaman rusak dan tidak menarik. Hasil pemetaan risiko
yang ada di Ciapus Bromel yang berada pada kuadran IV atau risiko yang
kemungkinan terjadinya kecil dan dampak yang ditimbulkan oleh risiko tersebut
juga kecil adalah risiko yang disebabkan oleh kesalahan mekanis.Kesalahan
mekanis yang terjadi pada saat melakukan penusukan dan pemotongan anakan
dari tanaman induk menyebabkan sumber risiko ini berada pada kuadran IV. Hal
ini dikarenakan pada tahap tersebut, sangat dibutuhkan ketelitian dan ketepatan

69
 
Probabilitas (%)

Besar Kuadran II Kuadran I


Risiko serangan penyakit

15 Kuadran IV Kuadran III


Risiko kesalahan mekanis Risiko serangan hama
Risiko intensitas cahaya
matahari
Kecil

Kecil 500.000,00 Besar


Dampak (Rp)
Gambar 21.Peta Risiko Usaha Ciapus Bromel pada Tahun 2011

6.4 Strategi Penanganan Risiko


Kegiatan selanjutnya yang juga menjadi bagian akhir dari proses
pengelolaan risiko produksi tanaman bromelia di Ciapus Bromel setelah
dilakukannya identifikasi dan pengukuran risiko adalah merumuskan usulan
strategi untuk menangani risiko produksi yang dihadapi. Usulan strategi
penanganan risiko produksi akan dirumuskan berdasarkan peta risiko yang telah
dibuat agar diperoleh strategi penanganan yang tepat untuk masing-masing risiko.
Secara garis besar terdapat dua jenis strategi penanganan risiko, yaitu
strategi preventif dan mitigasi.Strategi preventif dilakukan apabila probabilitas
risiko besar sehingga perlu adanya upaya-upaya pencegahan sedemikian rupa agar
risiko tidak terjadi. Sedangkan strategi mitigasi dilakukan apabila dampak risiko
yang ditimbulkan besar, dimana strategi ini bertujuan untuk memperkecil dampak
yang ditimbulkan oleh risiko. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka sumber
risiko produksi yang terletak pada kuadran I dan II akan ditangani dengan strategi
preventif, sedangkan sumber risiko yang terletak pada kuadran I dan III akan
ditangani dengan strategi mitigasi. Strategi-strategi yang dilakukan Ciapus Bromel
dalam menangani sumber-sumber risiko pada pembudidayaan bromelia meliputi:
70
 
6.4.1 Strategi Preventif
Strategi preventif risiko dapat dilakukan bagi risiko-risiko yang berada
pada kuadran dengan kemungkinan atau probabilitasnya besar. Kuadran yang
dapat ditangani dengan strategi preventifrisiko adalah risiko yang berada pada
kuadran I dan II.Berdasarkan hasil pemetaan, risiko serangan penyakit pada
Ciapus Bromel memiliki probabilitas besar dan dampak besar yang terletak di
kuadran I.Strategi yang dilakukan oleh Ciapus Bromel dalam menghadapi risiko
serangan penyakit sebagai berikut:
a) Pemeliharaandan penyediaan media tanam
Kegiatan pemeliharaan media tanam ini dilakukan pihak perusahaan
meliputi membersihkan atau mensterilkan pot yang akan digunakan. Kegiatan ini
dilakukan karena tidak semua pot yang digunakan adalah pot baru.Terkadang
pihak perusahaan melakukan pemanfaatan pot yang telah dipakai sebelumnya
untuk dapat dipakai kembali oleh tanaman generasi berikutnya sehingga dapat
mengefisiensikan biaya. Namun demikian, baik pot baru ataupun lama, keduanya
sama-sama melalui tahap pembersihan menggunakan air panas.
Selain itu, pemeliharaan pun berlaku pula bagi arang sekam dan
cocopeat.Pemeliharaan dilakukan oleh perusahaan lebih menitikberatkan pada
tempat penyimpanan media tanaman tersebut, dimana tempat penyimpanan
tersebut tidak terlalu lembab.Hal ini dilakukan guna mencegah terserangnya
anakan bromelia dari berbagai penyakit khususnya penyakit busuk akar yang
disebabkan oleh jamur.
b) Pemberian vitamin dan obat-obatan
Pemberian vitamin dan obat-obatan yang dilakukan perusahaan merupakan
salah satu langkah untuk mencegah terserangnya penyakit pada tanaman bromelia
baik bagi induk maupun anak tanaman.Kegiatan pemberian vitamin lebih
dominan dilakukan pada tanaman indukan.Hal ini berfungsi agar dapat
memperkuat kondisi fisik tanaman indukan sehingga dapat menghasilkan anakan
yang berkualitas dan tidak rentan terhadap serangan penyakit.
Selain itu, pihak perusahaan pun melakukan kegiatan pemeliharaan
tanaman dengan cara pemberian obat-obatan atau pestisida yang diperlukan
selama masa pembudidayaan tanaman bromelia.Fungisida dithane merupakan

71
 
salah satu jenis obat-obatan yang digunakan oleh Ciapus Bromel untuk
mengurangi kemungkinan terjadinya serangan penyakit.Fungisida ini dibutuhkan
selama masa pembudidayaan bromelia.

6.4.2 Strategi Mitigasi


Strategi mitigasi risiko merupakan strategi yang digunakan untuk risiko-
risiko yang berada pada kuadran I dan III.Mitigasi risiko ini diharapkan dapat
mengurangi atau memperkecil dampak yang ditimbulkan dari terjadinya
risiko.Strategi mitigasi dilakukan untuk menggeser posisi risiko pada peta risiko
yang berada pada kuadran dengan dampak risiko terbesar ke kuadran dengan
dampak risiko terkecil.
Berdasarkan hasil pemetaan risiko menunjukkan kuadran yang memiliki
dampak besar terisi oleh risiko serangan penyakit, risiko serangan hama dan risiko
kesalahan mekanis. Adapun penjabaran mengenai strategi yang dilakukan
perusahaan untuk menangani risiko tersebut antara lain adalah:
a) Pengendalian penyakit
Penyakit pada induk dan anakan tanaman bromelia merupakan masalah
utama yang harus ditangani dengan serius karena jika tidak ditangani dengan
tepat, maka akan mengakibatkan terganggunya proses produksi dan mengurangi
penerimaan perusahaan. Ciapus Bromel menerapkan salah satu cara untuk
meminimalkan angka kerugian dalam menghadapi permasalahan yang diakibatkan
oleh penyakit ini.
Jika ditemukan tanaman yang terjangkit penyakit, maka tanaman tersebut
langsung dikarantina atau bahkan dimusnahkan.Tanaman yang terinfeksi tetapi
tidak terlalu parah, pihak perusahaan melakukan pemangkasan atau pemotongan
hanya pada bagian yang terinfeksi saja.Selanjutnya tanaman tersebut dikering-
anginkan dan dapat ditanam kembali ke dalam pot (repotting) dengan media
tanam yang baru.Hal ini dilakukan untuk mencegah penularan penyakit pada
tanaman lainnya.Perlakuan pada tanaman yang terserang penyakit dilakukan
berdasarkan Standard Operational Procedure (SOP) yang telah ditetapkan oleh
perusahaan.

72
 
b) Pengendalian hama
Serangan hama yang terjadi pada usaha pembudidayaan bromelia cukup
merugikan bagi Ciapus Bromel. Oleh karena itu, Ciapus Bromel menggunakan
pestisida jenis insektisida dan moluksida berbentuk butiran. Kedua jenis pestisida
ini diperlukan selama masa pembudidayaan tanaman bromelia untuk mencegah
hama khususnya pada daun. Untuk insektisida, Ciapus Bromel menggunakan
curacron, insektisida ini digunakan untuk mencegah serangan hama kutu.
Penggunaan curacron dicampur dengan agristick.Perekat dan perata pestisida,
untuk merekatkan insektisida tersebut pada daun saat musim hujan. Sedangkan
moluksida berbentuk butiran yang digunakan adalah siputox yang ditaburkan di
setiap barisan pot untuk mencegah hama siput.
Selain itu, pihak perusahaan pun melakukan penyiangan atau pembersihan
daun pada masing-masing tanaman untuk dapat mengetahui kondisi tanaman
bromelia dan juga untuk mendeteksi ada atau tidaknya hama pada tanaman
tersebut.Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kerugian akibat serangan
hama yang membuat daun tanaman bromelia rombeng, layu dan tidak menarik
mengingat keistimewaan bromelia terletak pada keindahan daunnya.
c) Penggunaan dan perawatannethouse
Nethouse merupakan salah satu strategi yang digunakan Ciapus Bromel
dalam mengatasi risiko akibat intensitas cahaya matahari dan merupakan input
yang sangat berpengaruh terhadap kelangsungan pertumbuhan bromelia. Karena
bromelia membutuhkan intensitas cahaya matahari secara tidak langsung untuk
dapat tumbuh dengan baik, khususnya jenis neogrelia dengan intensitas
penyinaran 45-75 persen.
Nethouse yang terdapat di Ciapus Bromel menggunakan dua jenis
konstruksi yang berbeda.Nethouse pertama menggunakan konstruksi dari tiang
besi dengan tinggi yang berbeda-beda sehingga atapnya tampak landai.Hal ini
bertujuan untuk mengatur angin dan suhu agar sirkulasi udara merata dan
menjangkau keseluruh tanaman. Plastik UV Filter 14 digunakan untuk menahan
cahaya matahari pada nethousedengan siklus pergantian plastik UV setahun
sekali. Sedangkan konstruksi untuk nethousekedua terbuat dari beton dengan

73
 
tinggi yang sama dan dikombinasikan dengan seling besi untuk menahan paranet
yang mengelilingi nethouse.
d) Sistem diversifikasi
Metode mitigasi risiko lainnya yang dilakukan pula oleh Ciapus Bromel
adalah sistem diversifikasi tanaman.Sistem diversifikasi ini dilakukan dengan
dengan melakukan budidaya tanaman lainnya seperti philodendron. Penerapan
diversifikasi ini bertujuan untuk mengurangi dampak kerugian yang ditimbulkan
pada proses budidaya bromelia, sehingga kerugian tersebut masih dapat tertutupi
oleh penerimaan yang dihasilkan dari philodendron.
Strategi penanganan risiko yang dilakukan oleh Ciapus Bromel dapat
digambarkan sesuai dengan peta sumber-sumber risiko.Hasil pengelompokan
berdasarkan kuadran sumber risiko pada peta risiko dapat dilihat pada Gambar 22
dan Gambar 23.Strategi penanganan yang dilakukan Ciapus Bromel berdasarkan
hasil pemetaan sumber risiko yang terdapat pada kegiatan pembudidayaan
bromelia dapat disesuaikan dengan letak risiko pada kuadran yang ada dalam peta
risiko.
Strategi preventif risiko dilakukan Ciapus Bromel untuk mengurangi
kemungkinan terjadinya risiko, atau dengan kata lain strategi preventif dilakukan
perusahaan untuk menangani risiko yang berada pada kuadran dengan probabilitas
atau kemungkinan terjadinya besar. Kuadran yang dapat ditangani dengan strategi
preventif adalah risiko yang terdapat pada kuadran I dan kuadran II.
Risiko yang terdapat pada kuadran I atau risiko dengan probabilitas besar
dan dampak yang disebabkan besar pula dalam kegiatan budidaya tanaman
bromelia adalah risiko seranangan penyakit. Hasil identifikasi strategi penanganan
risiko yang dilakukan oleh perusahaan yang sesuai dengan jenis risiko pada
kuaran I ini adalah dengan melakukan pemeliharaan dan penyediaan media
tanam, serta pemberian vitamin dan obat-obatan.
Strategi penanganan risiko menggunakan strategi mitigasi yang dilakukan
oleh Ciapus Bromel bertujuan untuk mengendalikan risiko-risiko dengan dampak
besar.Risiko yang digolongkan ke dalam risiko dengan dampak besar adalah
risiko yang terdapat pada kuadran I dan kuadran III.Kuadran I merupakan risiko
dengan kemungkinan terjadinya besar dan dampak yang ditimbulkan besar

74
 
pula.Sedangkan kuadran III merupakan risiko dengan kemungkinan terjadinya
kecil tetapi dampak yang ditimbulkan oleh risiko ini besar.
Probabilitas (%)
Besar Kuadran II Kuadran I
-Pemeliharaan dan
penyediaan media tanam
-pemberian vitamin dan
15 obat-obatan
Kuadran IV Kuadran III
Kecil

Kecil 500.000,00 Besar


Dampak (Rp)
Gambar 22. Strategi Preventif Risiko Usaha Ciapus Bromel Tahun 2011

Risiko yang terdapat pada kuadran I dikendalikan oleh Ciapus Bromel


menggunakan strategi mitigasi melalui kegiatan pengendalian penyakit, sehingga
risiko timbulnya penyakit dapat diminimalkan. Risiko yang kemungkinan
terjadinya kecil akan tetapi dampak yang ditimbulkan besar adalah risiko serangan
hama dan risiko intensitas cahaya matahari. Risiko ini dikendalikan perusahaan
dengan menggunakan strategi mitigasi risiko melalui kegiatan pengendalian hama,
penggunaan dan pemeliharaan greenhouse, serta diversifikasi tanaman.
Risiko yang terdapat pada kuadran dengan probabilitas kecil dan dampak
yang disebabkan oleh risiko tersebut kecil pula atau risiko yang terletak pada
kuadran IV adalah risiko kesalahan mekanis. Risiko yang terdapat pada kuadran
ini merupakan risiko yang ringan atau dengan kata lain risiko ini tidak terlalu
berpengaruh pada Ciapus Bromel. Risiko ini tidak dapat ditangani dengan strategi
preventif maupun strategi mitigasi risiko.Kedua penanganan risiko ini dilakukan
untuk jenis risiko yang memiliki kemungkinan terjadinya besar atau risiko dengan
dampak besar.Akan tetapi untuk menangani risiko kesalahan mekanis, Ciapus
Bromel melakukan kegiatan pengenalan pada masing-masing jenis bromelia dan
pelatihan terhadap karyawan karena risiko ini lebih menitikberatkan pada

75
 
keterampilan atau keahlian para karyawan.Pola penanganan risiko menggunakan
strategi mitigasi dapat dilihat pada gambar berikut:
Probabilitas (%)

Besar Kuadran II Kuadran I


-pengendalian penyakit

15 Kuadran IV Kuadran III


-pengendalian hama
-penggunaan dan
pemeliharaangreenhouse
Kecil -diversifikasi tanaman

Kecil 500.000,00 Besar


Dampak (Rp)

Gambar 23. Strategi Mitigasi Risiko Usaha Ciapus Bromel Tahun 2011

76
 
VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
kesimpulan yang dapat ditarik demi menjawab tujuan penilitian adalah :
1) Sumber-sumber risiko dalam pembudidayaan tanaman hias bromelia yang
terdapat di Ciapus Bromel adalah risiko serangan hama, risiko serangan
penyakit, risiko serangan penyakit, risiko kesalahan mekanis dan risiko
intensitas cahaya matahari.
2) Berdasarkan hasil analisis risiko, risiko yang memiliki dampak dan
probabilitas besar adalah risiko serangan hama. Sementara itu, risiko yang
memiliki dampak besar dan probabilitas kecil adalah risiko serangan penyakit
dan risiko intensitas cahaya matahari. Sedangkan risikokesalahan mekanis
memiliki dampak kecil dan probabilitas kecil.
3) Penanganan risiko yang telah dilakukan oleh Ciapus Bromel dalam
menghadapi risiko produksi bromelia diantaranya melalui penghindaran dan
pengalihan risiko. Tindakan pengalihan risiko diantaranya dilakukan dengan
pemeliharaan dan penyediaan media tanam, serta pemberian vitamin dan
obat-obatan. Penanganan risiko lainnya melalui strategi mitigasi risiko yang
dapat dilakukan dengan cara pengendalian penyakit, pengendalian hama,
penggunaan dan perawatannethouse serta sistem diversifikasi tanaman. Selain
itu perusahaan pun menerapkan pelatihan bagi karyawan baru sebagai bentuk
strategi untuk mengatasi risiko kesalahan mekanis.

7.2 Saran
Saran yang dapat diajukan demi perbaikan dan kemajuan usaha yang
dilakukan oleh Ciapus Bromel adalah :
1. Perusahaan sebaiknya membuat laporan pembukuan produksi guna
mengetahui apa saja yang telah terjadi dan dapat memproyeksikan kegiatan
apa saja yang harus dilakukan di masa tanam berikutnya sehingga dapat
mengurangi kemungkinan terjadinya risiko produksi.
2. Perusahaan pun secara berkala memberikan pelatihan keterampilan budidaya
yang baik dan benar kepada seluruh pegawai dalam hal pengelolaan tanaman
77
 
indukan hingga pasca panen, baik tanaman yang terserang penyakit maupun
tidak. Dengan demikian akan dapat mengurangi risiko kesalahan mekanis,
penyakit dan serangan hama.
3. Perusahaan sebaiknya menggunakan jaring untuk setiap nethouse agar hama-
hama seperti belalang dapat diantisipasi sehingga mengurangi risiko terjadinya
serangan hama.

78
 
DAFTAR PUSTAKA

Ashari, S. 1995. Hortikultura, Aspek Budidaya. UI. Jakarta.


[Anonim]. 12 Juni 2008. Budidaya Keluarga bromeliaceae yang Minim
Biaya.Florikultura: Vol.II edisi 12/Juni 2008 (halaman 22-24).
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2008a. Produksi tanaman hias di Indonesia tahun
2004-2008. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2008b. Luas Panen Tanaman Hias di Indonesia
tahun 2004-2008. Jakarta: Badan Pusat Statistik
Crouhy, M., D.Galai, dan R.Mark. 2002. Risk Management. McGraw-Hill.
Darmawi, Herman. 2008. Manajemen Risiko. Jakarta: Bumi Aksara.
Debertin, D.L. 1986. Agricultural Productin Economics Macmillan Publishing
Company New York.
Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor. 2010. Produksi Tanaman Hias
Berdaun Indah di kabupaten Bogor tahun 2008-2010. Bogor: Dinas
Pertanian dan Kehutanan
Direktorat Jenderal Hortikultura. 2010. Nilai PDB Komoditi Hortikultura Tahun
2005-2009. Jakarta: Direktorat Jenderal Hortikultura.
Djohanputro, Bramantyo. 2004. Manajemen Risiko Koorporat Terintegrasi.
Jakarta: Penerbit PPM
Elton and Gruber. 1995. Modern Portfolio Theory and Investment Analysis Fifth
Edition. New York: John Wiley and Sons, Inc.
Elva. 2010. Perencanaan Strategi Pembangunan Pasar Tanaman Hias Bromelia
Melalui Pendekatan Arsitektur Strategi (Studi Kasus: Usaha Ciapus
Bromel, Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor).
[Skripsi]. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
Institut Pertanian Bogor.
Evans, John. 1993. The New Indoor Plant Book. Kyle Cathie Limited. London
Fariyanti, A. 2008. Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam
Menghadapi Risiko Produksi dan Harga Produk Di Kecamatan
Pangalengan Kabupaten Bandung. [Disertasi]. Sekolah Pasca Sarjana.
Institut Pertanian Bogor.
Hanafi, Mamduh. 2009. Manajemen Risiko. UPP STIM YKPN. Yogyakarta
Harwood J. Heifner R., Coble K., Perry J., Somwaru A. 1999. Managing Risk in
Farming: Concepts, Research, and Analysis. U.S: Economic Research
Service.

79
Kountur, R. 2008. Manajemen Risiko Operasional (Memahami Cara Mengelola
Risiko Operasional) Perusahaan. Jakarta: PPM.
Lakitan, B. 1995. Hortikultura, Teori Budidaya dan Pasca Panen. Grafindo Perda,
Jakarta.
Lestari, A. 2009. Manajemen Risiko dalam Usaha Pembenihan Udang Vannamei.
[Skripsi]. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
Institut Pertanian Bogor.
Markamah. 2010. Manajemen Risiko Bunga Potong Sebagai Bahan Baku Produk
Karangan Bunga Pada Florist X di Pasar Wastukencana Bandung.
[Skripsi]. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
Institut Pertanian Bogor.
Palungkun, et al. 2002. Menghijaukan Ruangan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rahardi, F. 1997. Agribisnis Tanaman Hias. Penebar Swadaya. Jakarta.
Ramli, Soehatman. 2010. Pedoman praktis manjemen risiko dalam perspektif K3.
Jakarta: PT. Dian Rakyat.
Rasa TM, D Renda, Nugroho YI. 15 September 2011. Permintaan Hortikultura
Terus Meningkat. AGRINA
Redaksi AgroMedia.2008. Pesona Bromelia. Jakarta: PT AgroMedia Pustaka.
Risk Management Agency. 1997. Inroduction to Risk Management :
Understanding Agricultural Risk. United States Department of
Agriculture.
Robison, L.J., P.J. Barry. 1987. The Competitive Firm’s Response to Risk. New
York : Macmillan Publishing Company.
Safitri, Nuramalia. 2009. Analisis Risiko Produksi Daun potong di PT Pesona
Daun Mas Asri, Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. [Skripsi].
Departeman Agronomi dan Hortikultura. Fakultas Pertanian. Institut
Pertanian Bogor.
Santi A, Kusumo. 1996. Komposisi Media Tumbuh yang Cocok untuk
Perbanyakan In Vitro Bromelia. Jurnal Hortikultura 5(5): 94-98.
Sembiring, Lustri. 2010. Analisis Risiko Produksi sayuran Organik pada The
Pinewood Farm di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. [Skripsi]. Departeman
Agronomi dan Hortikultura. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Verina S, Wiwit N. 2007. Daunnya Seindah Bunganya, Bromelia. Jakarta:
Gramedia.
Widya, Sri. 2009. Analisis Risiko Produksi Anggrek Phaleonopsi Pada PT.
Ekakarya Graha Flora di Cikampek, Jawa Barat. [Skripsi]. Departemen
Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.

80
Lampiran

81 
 
Lampiran 1. Penilaian Risiko Produksi Berdasarkan Jumlah ProduksiKomoditi
NeogereliaTahun 2011
Periode musim tanam Jumlah produksi (pot) Peluang
1 363 0.125
2 151 0.125
3 209 0.125
4 119 0.125
5 332 0.125
6 184 0.125
7 169 0.125
8 228 0.125

Return 1755
Ex.Return 219.375
Varian 6504.234275
St.Deviation 80.64883369
CV 0.367630011

82 
 
Lampiran 2. Perhitungan Dampak per Sumber Risiko Komoditi Neogereliadi
Ciapus Bromel Tahun 2011

Besaran
No Keterangan
Expert 1 Expert 2 Expert 3
1 Serangan Hama
a. Persentase kehilangan (%) 6 10 8
b. Rata-rata produksi
220 220 220
bromelia (pot)
c. Harga jual (Rp) 36.707,00 36.707,00 36.707,00
d. Dampak kerugian (Rp) 484.532,40 807.554,00 646.043,20
2 Serangan Penyakit
a. Persentase kehilangan (%) 25 40 30
b. Rata-rata produksi
220 220 220
bromelia (pot)
c. Harga jual (Rp) 36.707,00 36.707,00 36.707,00
d. Dampak kerugian (Rp) 2.018.885,00 3.230.216,00 2.422.662,00
3 Kesalahan Mekanis
a. Persentase kehilangan (%) 2 5 3
b. Rata-rata produksi
220 220 220
bromelia (pot)
c. Harga jual (Rp) 36.707,00 36.707,00 36.707,00
d. Dampak kerugian (Rp) 161.510,80 403.777,00 242.266,20
Intensitas Cahaya
4
Matahari
a. Persentase kehilangan (%) 8 15 10
b. Rata-rata produksi
220 220 220
bromelia (pot)
c. Harga jual (Rp) 36.707,00 36.707,00 36.707,00
d. Dampak kerugian (Rp) 646.043,20 1.211.331,00 807.554,00

Keterangan:
Expert 1 (O) = Manajer operasional Ciapus Bromel sebagai ahli yang
berpendapat optimis
Expert 2 (P) = Karyawan atau pegawai Ciapus Bromel sebagai ahli yang
berpendapat pesimis
Expert 3 (M) = Koordinator lapangan Ciapus Bromelia sebagai ahli yang
berpendapatmost likely

83 
 
Lampiran 3. Nama Jenis dan Harga Bromelia Neogerelia di Ciapus Bromel
Tahun 2011

No Nama Jenis Bromelia Neogerelia Harga


1 Bromelia bingomister 50,000
2 Bromelia dorothhy 50,000
3 Bromelia garnish 25,000
4 Bromelia flamingo myra 30,000
5 Bromelia flamingo celica green 25,000
6 Bromelia imperfecta 35,000
7 Bromalia johannis de rolfe 60,000
8 Bromelia raphael 40,000
9 Bromelia bobby dazzler 25,000
10 Bromelia pablito 35,000
11 Bromelia pink campagne 35,000
12 Bromelia pink royal 25,000
13 Bromelia eizel jan 30,000
14 Bromelia carolinae hyb sp 35,000
15 Bromelia pimiento 60,000
16 Bromelia purple haze 25,000
17 Bromelia paula 30,000
18 Bromelia dermant 2 40,000
19 Bromelia flamingo celecia red 40,000
20 Bromelia flamingo jan abigail 30,000
21 Bromelia flamingo orange jan 25,000
22 Bromelia flesia alba 30,000
23 Bromelia ink well 40,000
24 Bromelia arrel 25,000
25 Bromelia bobby dazzler spotted 50,000
26 Bromelia cherry lady 30,000
27 Bromelia neo regelia maya 30,000
28 Bromelia kamala black 25,000
29 Bromelia flamingo minnie 30,000
30 Bromelia carolina hybrid sp 30,000
31 Bromelia pinkie 50,000
32 Chilicon corne 60,000
33 Lila hybried 40,000
34 Lila select 35,000
35 Rose wood 40,000
36 Flamingo monette 30,000
37 Bobby dazzler paint 40,000
38 Bobby dazzler hyb 40,000
39 Neo ninja new 50,000
40 Marble 40,000 84
  41 Neo orange marmalade 40,000
Lampiran 4. Gambar Jenis-Jenis Neogerelia di Ciapus Bromel Tahun 2011

Bingo mister 2 Booby dazzler spot 2

Comet Predator booby

Cherry lady Carolin hybrid

85
 
Lampiran 5. Sarana Produksi Bromelia pada Ciapus Bromel

Alat Penyiram Tanaman Selang

Obat-obatan dan Pestisida Besi Tusuk

Pot Bromelia Rak Anakan Bromelia

86
 

Anda mungkin juga menyukai