PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
cacing dalam tubuh manusia dan hewan. Yang tercakup dalam istilah ini adalah
semua zat yang bekerja lokal menghalau cacing dari saluran cerna maupun obat-
obat sistemis yang membasmi cacing maupun larvanya yang menghinggapi organ
jadi tidak mematikannya. Guna mencegah jangan sampai parasit menjadi aktif lagi
atau sisa–sisa cacing mati dapat menimbulkan reaksi alergi, maka harus
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1
2. Untuk mengetahui macam macam obat yang lazim digunakan untuk penyakit
anthelmentik.
D. Manfaat Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Antelmintika
adalah obat yang dapat memusnahkan cacing dalam tubuh manusia dan hewan.
Dalam istilah ini termasuk semua zat yang bekerja lokal menghalau cacing dari
saluran cerna maupun obat-obat sistemik yang membasmi cacing serta larvanya,
antelmintik diberikan secara oral, pada saat makan atau sesudah makan. Beberapa
senyawa antelmintik yang lama, sudah tergeser oleh obat baru seperti
Infeksi cacing merupakan salah satu penyakit yang paling umum tersebar
dan menjangkiti lebih dari 2 miliar manusia diseluruh dunia. Walaupun tersedia
obat-obat baru yang lebih spesifik dangan kerja lebih efektif, pembasmian penyakit
ini masih tetap merupakan salah satu masalah antara lain disebabkan oleh kondisi
sosial ekonomi di beberapa bagian dunia. Jumlah manusia yang dihinggapinya juga
3
Terdapat tiga golongan cacing yang menyerang manusia yaitu matoda,
ditujukan pada target metabolic yang terdapat dalam parasite tetapi tidak
1. Piperazi1
menyebabkan blokade respon otot cacing terhadap asetilkolin _ paralisis dan cacing
mudah dikeluarkan oleh peristaltik usus. Absorpsi melalui saluran cerna, ekskresi
Piperazin juga terdapat sebagai heksahidrat yang mengandung 44% basa. Juga
didapat sebagai garam sitrat, kalsium edetat dan tartrat. Garam-garam ini bersifat
stabil non higroskopis, berupa kristal putih yang sangat larut dalam air, larutannnya
a. Efek antelmintik
sehinggga terjadi paralisis dan cacing mudah dikeluarkan oleh peristaltik usus.
Cacing biasanya keluar 1-3 hari setelah pengobatan dan tidak diperlukan pencahar
4
untuk mengeluarkan cacing itu. Cacing yang telah terkena obat dapat menjadi
normal kembali bila ditaruh dalam larutan garam faal pada suhu 37°C. (Anonim.A)
Pada suatu studi yang dilakukan terhadap sukarelawan yang diberi piperazin
ternyata dalam urin dan lambungnya ditemukan suatu derivat nitrosamine yakni N-
diketahui. (Anonim.A)
b. Farmakokinetik
(1958) tidak ada perbedaan yang berarti antara garam sitrat, fosfat dan adipat dalam
kecepatan ekskresinya melalui urin. Tetapi ditemukan variasi yang besar pada
kecepatan ekskresi antar individu. Yang diekskresi lewat urin sebanyak 20% dan
dalam bentuk utuh. Obat yang diekskresi lewat urin ini berlangsung selama 24
jam.(Anonim.A).
Piperazin memiliki batas keamanan yang lebar. Pada dosis terapi umumnya
dan alergi. Pemberian i.v menyebabkan penurunan tekanan darah selintas. Dosis
5
letal menyebabkan konvulsi dan depresi pernapasan. Pada takar lajak atau pada
akumulasi obat karena gangguan faal ginjal dapat terjadi inkoordinasi otot, atau
kelemahan otot, vertigo, kesulitan bicara, bingung yang akan hilang setelah
epilepsi. Karena itu piperazin tidak boleh diberikan pada penderita epilepsi dan
gangguan hati dan ginjal. Pemberian obat ini pada penderita malnutrisi dan anemia
nitrosamin, penggunaannya untuk wanita hamil hanya kalau benar-benar perlu atau
Piperazin sitrat tersedia dalam bentuk tablet 250 mg dan sirop 500 mg/ml,
sedangkan piperazin tartrat dalam tablet 250 mg dan 500 mg. Dosis dewasa pada
askariasis adalah 3,5 g sekali sehari. Dosis pada anak 75 mg/kgBB (maksimum 3,5
(enterobiasis) dosis dewasa dan anak adalah 65 mg/kgBB (maksimum 2,5 g) sekali
sehari selama 7 hari. Terapi hendaknya diulangi sesudah 1-2 minggu. (Anonim.A).
2. Pirantel Pamoat
6
Cara kerja pirantel pamoat adalah dengan melumpuhkan cacing. Cacing
yang lumpuh akan mudah terbawa keluar bersama tinja. Setelah keluar dari tubuh,
cacing akan segera mati.Pirantel pamoat dapat diminum dengan keadaan perut
kosong, atau diminum bersama makanan, susu atau jus. (Drugs.Com, 2007).
biasanya dihitung per berat badan (BB), yaitu 10 mg / kgBB. Walaupun demikian,
dosis tidak boleh melebihi 1 gr. Sediaan biasanya berupa sirup (250 mg/ml) atau
tablet (125 mg /tablet). Bagi orang yang mempunyai berat badan 50 kg misalnya,
membutuhkan 500 mg pirantel. Jadi jangan heran jika orang tersebut diresepkan 4
tablet pirantel (125 mg) sekali minum.Nama dagang pirantel pamoat yang beredar
lain (MIMS,1998) .
kemudian dikeluarkan dari tubuh oleh gerak peristaltik usus. Cacing yang lumpuh
akan mudah terbawa keluar bersama tinja. Setelah keluar dari tubuh, cacing akan
segera mati. Di samping itu pirantel pamoat juga berkhasiat laksans lemah. . (Tjay
Resorpsinya dari usus ringan kira – kira 50% diekskresikan dalam keadaan
utuh bersamaan dengan tinja dan lebih kurang 7% dikeluarkan melalui urin. Efek
sampingnya cukup ringan yaitu berupa mual, muntah, gangguan saluran cerna dan
7
kadang sakit kepala. (Tjay dan Rhardja, 2002:193). Dosis terhadap cacing kremi
dan cacing gelang sekaligus 2-3 tablet dari 250 mg, anak-anak ½ 2 tablet sesuai
usia (10mg/kg). (Tjay dan Rhardja, 2002:193). Dosis tunggal pirantel pamoat
3. Dietilkarbamazin
sitrat, kristal tak berwarna, mudah larut air, rasa tidak enak.
berulang akumulasi.
Efek samping : Pada dosis terapi : aman. Malaise, nyeri sendi, anoreksia,
8
Posologi : Sediaan : Tablet : 50mg, 200mg dan 400m. Dosis : Tergantung
4. Mebendazol
Mebendazol merupakan obat cacing yang paling luas spektrumnya. Obat ini
tidak larut dalam air, tidak bersifat higroskopis sehingga stabil dalam keadaan
terbuka (Ganirwarna, 1995). Mebendazol adalah obat cacing yang efektif terhadap
Senyawa ini merupakan turunan benzimidazol, obat ini berefek pada hambatan
cacing mati pelan-pelan, hasil terapi baru kelihatan sesudah 3 hari pemberian
9
obat, Menimbulkan sterilitas pada telur cacing T trichiura, cacing tambang dan
ascaris, gagal berkembang menjadi larva, Larva yg sudah matang tidak dapat
lintas pertama hepatik cepat. Ekskresi : urin Absorpsi meningkat bila diberikan
Efek non-terapi dan kontra indikasi : batas keamanan lebar, diare dan sakit
perut ringan, sementara, tidak dianjurkan pada wanita hamil trimester I, karena
efek embryotoxic dan teratogenik pd hewan uji, penggunaan pada anak < 2
Indikasi : Obat terpilih untuk enterobiasis dan tricuriasis, terutama pada anak-2,
askariasis, trichuris dan cacing tambang : pada dws dan anak sama :
5. Niklosamid
Niklosamid adalah obat pilihan untuk infeksi cestoda (cacing pita) pada
10
ADP yang menghasilkan energy untuk pembentukan ATP. Obat membunuh
skoleks dan segmen cestoda tetapi tidak telur-telurnya. Laksan diberikan sebelum
pemberian niklosamid oral. Ini berguna untuk membersihkan usus dari segmen-
segmen cacing yang mati agar tidak terjadi digesti dan pelepasan telur yang dapat
menjadi sistiserkosisi. Alcohol harus dilarang selama satu hari ketika niklosamid
fosforilasi ADP.
Efek non-terapi : Abs sangat sedikit hampir bebas dari efek samping, cukup
pencahar
Dosis : Dws : 2 gram, dosis tunggal, Anak BB > 34kg : 1,5 gram, Anak BB 11
– 34 kg : 1 gram.
6. Prazikuantel
merupakan obat pilihan untuk pengobatan semua bentuk skistosomiasis dan infeksi
11
meningkat menyebabkan parasite mengalami kontraktur dan paralisis. Prazikuantel
mudah diabsorbsi pada pemberian oral dan tersebar sampai ke cairan serebrospinal.
Kadar yang tinggi dapat dijumpai dalam empedu. Obat dimetabolisme secara
tidak aktif dan dikeluarkan melalui urin dan empedu (Mycek, 2001).
Efek samping yang biasa termasuk mengantuk, pusing, lesu, tidak mau
makan dan gangguan pencernaan. Obat ini tidak boleh diberikan pada wanita hamil
Efek antelmintik : Efektif terhadap cestoda dan trematoda pada hewan dan
manusia.
normal, pada dosis terapi yg lebih tinggi isi cacing keluar memacu
Farmakokinetik : Abs p.o.: baik, Ekresi : urin dalam waktu 24 jam (metabolit
efek samping : Sakit perut, anoreksia, sakit kepala dan pusing : ringan ,
12
Kontra indikasi : Jangan diberikan pada wanita hamil trimester I dan menyusui,
Posologi : Harus diminum dengan air, sesudah makan, tidak boleh dikunyah
7. Tiabendazol
larva migrans pada kuliat (atau erupsi menjalar) dan tahap awal trikinosis
Meskipun hamper tidak larut dalam air, obat mudah diabsorbsi pada pemberian per
oral. Obar dihidroksilasi dalam hati dan dikeluarkan dalam urine. Efek samping
yang dijum[pai ialah pusing, tidak mau makan, mual dan muntah. Terrdapat
beberapa laporan tentang gejala SSP. Diantara kasus eritema multiforme dan
13
Farmakokinetik : Abs melalui usus : baik, dapat diserap melalui kulit, ekskresi:
Indikasi : Obat terpilih untuk S stercoralis dan cutaneous larva migrans dari A
hipersensitif
8. Albendazol
Farmakokinetika : Abs per oral : baik oleh usus, ekskresi : urin, feses <<
14
Indikasi: Untuk infeksi cacing kremi, tambang, askaris atau trikuris, untuk
Efek samping: Untuk penggunaan 1-3 hari aman, efek samping : nyeri ulu
hati, diare, sakit kepala, mual, lemah, insomnia, pada pengobatan penyakit
1. Cacing Tambang
Adalah cacing parasit (nematoda) yang hidup pada usus kecil inang(korban
sebagai tempat makan)nya, dalam hal ini adalah manusia. Dalam Kamus Besar
pengisap darah yang mempunyai pengait yang kuat pada rongga mulut atau pipi
Cacing ini termasuk dalam kelas dari anggota hewan tak bertulang
15
menemukannya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI)pun Cacing Gelang
berada dalam sub pengertian cacing sebagai cacing yang hidup dalam usus halus
3. Cacing Cambuk
terdapat definisinya. Namun dari berbagai sumber yang ada Trichuris trichiura ini
memanjang seperti cambuk, yang panjangnya kira-kira mencapai 3/5 dari panjang
seluruh tubuhnya.
4. Cacing Jatung
atau Dirofilaria immitis didefinisikan sebagai cacing nematoda yang terdapat dalam
5. Cacing Pita
didefinisikan sebagai cacing berkepala, beruas-ruas, panjang dan pipih seperti pita,
anggotanya dikenal sebagai parasit vertebrata dan yang paling penting cacing ini
16
6. Cacing Pipih
Cestoda dan monogenea (cacing pita merupakan bagian dari cestoda). Dalam
adalah cacing kecil yang hidup sebaga parasit dalam perut, terutama pada anak-
anak.Penyakit ini sering disebutkremien di kalangan orang jawa. Cacing ini tumbuh
dan berkembangbiak di dalam usus manusia dan aktif pada malam hari(bergerak ke
Bentuk cacing ini gilig memanjang, seperti benang maka disebut cacing
benang atau filaria. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI) Cacing Benang
9. Cacing Tanah
Cacing Tanah adalah nama yang paling umum digunakan untuk hewan
dalam kelompok Oligochaeta, yang nama kelas dan subkelasnya tergantung dari
penemunya. Cacing ini tergolong dalam filum Annelida. Dalam Kamus Besar
17
Bahasa Indonesia(KBBI) Cacing Tanah didefinisikan sebagai cacing yang hidup di
Annelida memiliki segmen di bagian luar dan dalam tubuhnya. Antara satu
segmen dengan segmen lainya terdapat sekat yang disebut septa. Pembuluh darah,
sistem ekskresi, dan sistem saraf di antara satu segmen dengan segmen lainnya
saling berhubungan menembus septa. Rongga tubuh Annelida berisi cairan yang
(Anonim.B)
(longitudinal). Sistem pencernaan annelida sudah lengkap, terdiri dari mulut, faring,
esofagus (kerongkongan), usus, dan anus. Cacing ini sudah memiliki pembuluh
Sistem saraf annelida adalah sistem saraf tangga tali. Ganglia otak terletak
di depan faring pada anterior. Ekskresi dilakukan oleh organ ekskresi yang terdiri
organ ekskresi yang terdiri dari saluran. Nefrostom merupakan corong bersilia
18
dalam tubuh. Nefrotor merupaka npori permukaan tubuh tempat kotoran keluar.
Sebagian besar annelida hidup dengan bebas dan ada sebagian yang parasit
berada di dasar laut dan perairan tawar, dan juga ada yang segaian hidup di tanah
gamet. Namun ada juga yang bereproduksi secara fregmentasi, yang kemudian
beregenerasi. Organ seksual annelida ada yang menjadi satu dengan individu
(hermafrodit) dan ada yang terpisah pada individu lain (gonokoris). (Anonim.B)
19
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
cacing dalam tubuh manusia dan hewan. Yang tercakup dalam istilah ini adalah
semua zat yang bekerja lokal menghalau cacing dari saluran cerna maupun obat-
obat sistemis yang membasmi cacing maupun larvanya yang menghinggapi organ
jadi tidak mematikannya. Guna mencegah jangan sampai parasit menjadi aktif lagi
atau sisa–sisa cacing mati dapat menimbulkan reaksi alergi, maka harus
B. Saran
makalah selanjutnya.
20
3. Bagi pembaca/mahasiswa mungkin makalah ini cukup banyak kesalahan dan
karena itu, kami mengharapkan kritikan yang membangun bagi kami dalam
21
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2010.http://farmakologi.files.wordpress.com/2010/02/antelmintik.pdf
Tjay, Tan Hoan, Rahardja, Kirana, 2002, Obat – Obat Penting, PT. Elex Media
Komputindo, Jakarta
Kasim, Fauzi, dkk.,2009, ISO Indonesia, volume 44, Ikatan Sarjana Farmasi
Indonesia, Jakarta
Katzung BG. Farmakologi dasar dan klinik. Buku 3. Edisi VIII. Jakarta: Salemba
22