Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KASUS

Hernia Nucleus Pulposus

OLEH :

Baiq Ria Raissa Fala

H1A 009 041

PEMBIMBING :

dr. Wayan Subagiartha, Sp.S

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK


MADYA

BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT SARAF

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

RSUD PROVINSI NTB

2016
PENDAHULUAN

Hernia Nukleus Pulposus (HNP) merupakan salah satu bagian dari


Low Back Pain. Hernia Nucleus Pulposus (HNP) dapat disebut herniasi
diskus intervertebralis, Lumbar Disc Syndrome atau Lumbosacral
radiculopathies adalah penyebab tersering nyeri pugggung bawah yang
bersifat akut, kronik atau berulang. HNP pada umumnya adalah penyakit
yang sering ditemukan pada usia 30 hinggan usia 55 tahun, 95 persen
hernia pada nucleus terjadi pada vertebrae segmen L4-L5 atau L5-S1
(Strayer, 2005).
Skiatika bukan merupakan suatu diagnosis melainkan suatu tanda
dari nyeri pada pinggul. Sebanyak 40% orang tua mengalami skiatika.
Skiatika terjadi kurang lebih 4%-6% pada keseluruhan penduduk. Banyak
faktor yang berhubungan dengan terjadinya nyeri pada punggung bawah
yaitu berat badan, tinggi badan, usia, gender, pekerjaan, kebiasaan
merokok dan genetik. Sebagian besar pasien dapat sembuh secara
sempurna, tetapi 20% dari total penderita skiatika terjadi karena terdapat
herniasi pada diskus intervertebralis pada segmen lumbal(Frymoyer,
1992).Prevalensi pasien dengan nyeri punggung bawah tiap tahunnya
adalah sekitar 15%-20% sedangkan insidensi brdasarkan kunjungan pasien
baru mencapai 14,3%. Inggris memiliki prevalnsi pasien dengan jumlah
16.500.000 per tahunnya(Lubis, 2003) Sampai saat ini data epidemiologik
di Indonesia belum ada. Tetapi dapat diperkirakan bahwa 40 % penduduk
Jawa Tengah antara usia 65 tahun pernah menderita nyeri punggung
dengan prevalensi nyeri punggung belakang pada laki laki sebanyak
18,2% dan pada wanita sebesar 13,6% (Maliawan S.2009).
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah suatu penyakit, dimana
bantalan yang berada diatara ruas tulang belakang biasa disebut nucleus
pulposus mengalami kompresi di bagian posterior atau lateral, kompresi
tersebut menyebabkan nucleus pulposus pecah sehingga terjadi penonjolan
melalui anulus fibrosus ke dalam kanalis spinalis dan mengakibatkan
iritasi dan penekanan radiks saraf sehingga di daerah iritasi terasa nyeri
yang menjalar(Benjamin, 2011). Berikut ini adalah sifat nyeri dari HNP
adalah:
1. Nyeri pinggang bawah yang intermiten (dalam beberapa minggu
sampai beberapa tahun). Nyeri menyebar sesuai dengan distribusi saraf
skiatik.
2. Sifat nyeri khan dari posisi berbaring ke duduk,nyeri mulai dari pantat
dan terus menjalar ke bagian belakang lalu kemudian ke tungkai
bawah.
3. Nyeri bertambah hebat karena pencetus seperti gerakan-gerakan
pinggang saat batuk atau mengedan, berdiri, atau duduk untuk jangka
waktu yang lama dan nyeri berkurang klien beristiraho berbaring.
4. Penderita sering mengeluh kesemutan (parostesia) atau baal bahkan
kekuatan otot menurun sesuai dengan distribusi persarafan yang
terlibat.
5. Nyeri bertambah bila daerah L5—S1 (garis antara dua krista iliaka)
ditekan.
Gambar 1.Gambaran herniasi pada nukleus pulposus
(sumber: UMM, 2009)

B. Etiologi dan Predisposisi


Herniasi dari diskus intervertrebalis membentuk tonjolan dari
anulus fibrosus. Dalam keadaan normal anulus fibrosus melindungi dari
letak nukleus yang terkandung di dalamnya. Pada saat terjadi herniasi pada
nukleus, terjadi kompresi pada jaras syaraf yang berdekatan dengan tempat
terjadinya herniasi sehingga terjadi iritasi yang menyebabkan rasa nyeri
yang bisa disebut skiatika, apabila semakin parah dapat terjadi disfungsi
sistem saraf(Sahrakar, 2011).
Faktor resiko terjadinya HNP terdiri dari faktor resiko yang dapat
dirubah dan yang tidak dapat dirubah yaitu:

Faktor risiko yang tidak dapat dirubah :


1. Umur: makin bertambah umur risiko makin tinggi
2. Jenis kelamin: laki-laki lebih banyak dari wanita
3. Riawayat cedera atau trauma pada punggung
Faktor risiko yang dapat dirubah :
1. Pekerjaan dan aktivitas: duduk yang terlalu lama, mengangkat atau
menarik barang-barang berta, sering membungkuk atau gerakan
memutar pada punggung, latihan fisik yang berat, paparan pada
vibrasi yang konstan seperti supir.
2. Olahraga yang tidak teratur, mulai latihan setelah lama tidak berlatih,
latihan yang berat dalam jangka waktu yang lama.
3. Merokok. Nikotin dan racun-racun lain dapat mengganggu
kemampuan diskus untuk menyerap nutrien yang diperlukan dari
dalam darah.
4. Berat badan berlebihan, terutama beban ekstra di daerah perut dapat
menyebabkan strain pada punggung bawah.

Gambar 2. Gambar proses terjadinya herniasi


(sumber: medscape)
C. Patofisiologi

Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya HNP :


1. Aliran darah ke discus berkurang
2. Beban berat
3. Ligamentum longitudinalis posterior menyempit
Jika beban pada discus bertambah, annulus fibrosus tidak kuat
menahan nukleus pulposus (gel) akan keluar, akan timbul rasa nyeri oleh
karena gel yang berada di canalis vertebralis menekan radiks. Bangunan peka
nyeri mengandung reseptor nosiseptif (nyeri) yang diberikan rangsang oleh
berbagai stimulus lokal (mekanis, termal, kimiawi). Stimulus ini akan
direspon dengan pengeluaran berbagai mediator inflamasi yang akan
menimbulkan persepsi nyeri. Mekanisme nyeri merupakan proteksi yang
bertujuan untuk mencegah pergerakan sehingga proses penyembuhan
dimungkinkan. Salah satu bentuk proteksi adalah spasme otot, yang
selanjutnya dapat menimbulkan iskemia. Nyeri yang timbul dapat berupa
nyeri inflamasi pada jaringan dengan terlibatnya berbagai mediator inflamasi;
atau nyeri neuropatik yang diakibatkan lesi primer pada sistem saraf. Iritasi
neuropatik pada serabut saraf dapat menyebabkan 2 kemungkinan. Pertama,
penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus saraf yang kaya nosiseptor
dari nervi nevorum yang menimbulkan nyeri inflamasi. Nyeri dirasakan
sepanjang serabut saraf dan bertambah dengan peregangan serabut saraf
misalnya karena pergerakan. Kemungkinan kedua, penekanan mengenai
serabut saraf. Pada kondisi ini terjadi perubahan biomolekuler di mana terjadi
akumulasi saluran ion Na dan ion lainnya. Penumpukan ini menyebabkan
timbulnya rangsang mekanik panas yang sangat peka terhadap rangsang
mekanikal dan termal(Sahrakar, 2011);(Foster 2012).

D. Penegakan Diagnosis
a. Anamnesis
Pada anamesis didapatkan nyeri diskogenik yang akan bertambah berat
apabila duduk, membungkuk, batuk, bersin atau kegiatan yang dapat
meningkatkan tekanan dari intradiscal. Lalu diperhatikan kapan mulai
timbulnya keluhan, bagaimana mulai timbulnya keluhan, lokasi nyeri, sifat
nyeri, kualitas nyeri, apakah nyeri yang diderita diawali kegiatan fisik, faktor
yang memperberat atau memperingan, ada riwayat trauma sebelumnya dan
apakah ada keluarga penderita penyakit yang sama. Perlu juga ditanyakan
keluhan yang mengarah pada lesi saraf seperti adanya nyeri radikuler, riwayat
gangguan miksi, lemah tungkai dan adanya saddle anestesi(windsor, 2012).

b. Pemeriksaan Fisik

1. Posisi berdiri:
a. Perhatikan cara penderita berdiri dan sikap berdirinya.
b. Perhatikan bagian belakang tubuh: adakah deformitas, gibus,
skoliosis, lordosis lumbal (normal, mendatar, atau hiperlordosis), pelvis
yang miring tulang panggul kanan dan kiri tidak sama tinggi, atrofi otot.
c. Derajat gerakan (range of motion) dan spasmus otot.
d. Hipersensitif denervasi (piloereksi terhadap hawa dingin).
e. Palpasi untuk mencari trigger zone, nodus miofasial, nyeri pada
sendi sakroiliaka, dan lain-lain.
f. Perhatikan cara penderita berjalan/gaya jalannya.
2. Posisi duduk:
 Perhatikan cara penderita duduk dan sikap duduknya.
 Perhatikan bagian belakang tubuhnya.
3. Posisi berbaring :
a. Perhatikan cara penderita berbaring dan sikap berbaringnya.
b. Pengukuran panjang ekstremitas inferior.
c. Pemeriksaan abdomen, rektal, atau urogenital.
4. Pemeriksaan neurologik,
a. Pemeriksaan sensorik
b. Pemeriksaan motorik à dicari apakah ada kelemahan, atrofi atau
fasikulasi otot
c. Pemeriksaan tendon
d. Pemeriksaan yang sering dilakukan
1. Tes untuk meregangkan saraf ischiadikus (tes laseque)
2. Tes untuk menaikkan tekanan intratekal (tes Nafzigger, tes
Valsava)
3. Tes Patrick dan Tes Contra Patrick
4. Tes Distraksi dan Tes Kompresi (windsor, 2012).

Gambar 3.Pemeriksaan patrik dan laseque


(sumber: meddic.jp)

c. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan lab untuk mengetahui adanya infeksi.
2. Skrining rheumatologi.
3. Tes neuroendokrin
4. Elektromiografi (EMG)
5. Somato Sensoric Evoked Potential (SSEP)
6. Magnetic resonance imaging (MRI) (windsor, 2012).
d. Pemeriksaan Gold standard
`` Untuk pemeriksaan terbaik adalah dengan menggunakan Magnetic
resonance imaging karena dengan pemeriksaan tersebut dapat mendiagnosis
terjadinya kompresi pada tulang belakang (windsor, 2012).
Gambar 4.Gambaran MRI HNP
(Sumber: Medscape)
E. Penatalaksanaan
a. Medikamentosa
OAINS dapat membantu mengurangi nyeri yang dirasakan oleh
pasien. OAINS yang dapat dipilih adalah bergantung pada dosis yang akan
digunakan dan harga yang akan diberikan. Apabila nyeri dirasakan sangat
menyiksa, dapat diberikan analgesic narkotik untuk mengurangi rasa nyeri
dengan cepat. Contoh obat anti inflamasi non steroid yang dapat diberikan
adalah:
1. Calecoxib
2. Ibuprofen
3. Naproxen
4. Ketoprofen
Selain diberikan terapi obat dapat juga dilakukan terapi bedah.
Terapi bedah yang dapat dilakukan apabila terjadi herniasi diskus
intravertebralis adalah microdiscectomy dan laminotomy
 non-medikamentosa
Memberikan program rehabilitasi untuk 3 waktu yang berbeda yaitu:
1. Fase akut dapat dilakukan terapi konservatif berupa pemberian
penanganan awal seperti pemberian analgetik, anti inflamasi, dan
terapi fisik.
2. Fase recovery fokus dari terapi pada fase ini adalah fungsi dari
biokimia dan deficit jaringan ikat . Dapat pula dimulai latihan fisik
ringan untuk memperkuat otot.
3. Fase maintenance fakus dari terapi pada fase adalah untuk
mencegah agar rasa nyeri kembali menyerang
(Windsor, 2012)
F. Prognosis

1. Sebagian besar pasien akan membaik dalam 6 minggu dengan terapi


konservatif.
2. Sebagian kecil dapat berkembang menjadi kronik meskipun sudah
diterapi.
3. Pada pasin yang dioperasi: 90 % membaik terutama nyeri tungkai,
kemungkinan terjadinya kekambuhan adalah 5%.

KESIMPULAN

1. HNP merupakan salah satu bagian dari Low Back Pain.


2. Herniasi pada diskus intervertebralis dapat menyababkan iritasi pada
jaring syaraf yang menibulkan sensai nyeri diskogenik.
3. MRI merupakan Gold Standard dari diagnosis HNP
4. Penatalaksanaan dari HNP adalah dengan OAINS, terapi bedah dan terapi
rehabilitasi.
DAFTAR PUSTAKA

Strayer, Andrea. 2005. Lumbar Spine: Common Pathology and


Interventions. Medscape. Available at
http://www.medscape.com/viewarticle/512033
Frymore JW.1992.Lumbar Disk
Disease:Epidemiology.Pubmed.Available at
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1534104

Maliawan S. 2009. Diagnosis dan tatalaksana HNP lumbal. Dalam :


Mahadewa TGB. Maliawan S.Editors. Diagnosis dan tatalaksana kegawat
daruratan tulang belakang. Jakarta. Sagung Seto.:p;62-87

Maliawan S. 2009. Diagnosis dan tatalaksana low back pain (LBP).


Dalam : Mahadewa TGB. Maliawan S. Editors. Diagnosis dan tatalaksana
kegawat daruratan tulang belakang. Jakarta. Sagung Seto.:p; 156-88.

Benjamin C. 2011.Herniated Disk.University of Maryland Medical


Center. Available at http://www.umm.edu/imagepages/9700.htm

Foster Mark. 2012. Herniated Nucleus Pulposus. Medscape


Reference. Available at http://emedicine.medscape.com/article/1263961-
overview#aw2aab6b3

Sahrakar, Kamran. 2011. Lumbar Disc Disease. Medscape


Reference. Available at http://emedicine.medscape.com/article/249113-
overview#a0112
LAPORAN KASUS

Hernia Nucleus Pulposus

OLEH :

Baiq Ria Raissa Fala

H1A 009 041

PEMBIMBING :

dr. Wayan Subagiartha, Sp.S

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK


MADYA

BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT SARAF

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

RSUD PROVINSI NTB

2016
LAPORAN KASUS

1. Identitas Pasien

Nama : Ny. N
Usia : 46 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : selagalas, cakranegara
Suku : Sasak
Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Status : Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
No. RM : 12 01 46
Tanggal pemeriksaan : 11 Maret 2016

2. Anamnesis
- Keluhan Utama : Nyeri pinggang
- Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poli Saraf RSUP NTB mengeluhkan nyeri punggung.
Nyeri punggung bagian bawah yang dirasakan pasien sejak satu bulan yang
lalu hilang timbul dan semakin memberat belakangan terakhir. Pasien
mengeluhkan sakit punggunnya saat melaksanakan solat atau sedang
membantu suami disawah, kemudia nyeri dirasakan menjalar hingga perut
dan biasanya membuat pasien sulit tidur di malam hari. Riwayat terjatuh
disangkal, trauma tumpul disangkal pasien. Keluhan lain seperti sakit kepala
(-), demam (-) mual (-) muntah (-). BAK dan BAB masih dalam batas normal.

- Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien memiliki riwayat Hipertensi dan pernah di diagnosis stroke ringan
pada bulan maret 2015 oleh dokter. Riwayat Diabetes Militus (-), Riwayat
penyakit jantung (-)
- Riwayat Penyakit Keluarga
Keluhan serupa seerti nyeri di bagian punggung disangkal pasien. Riwayat
Hipertensi (-), Diabetes Militus (-), penyakit jantung (-)

- Riwayat Pengobatan
Pasien pernah diirawat selama 5 hari di RS Kota saat di diagnosis stroke
ringan. Dan rutin mengkonsumsi obat hiertensi samapai saat ini.

- Riwayat Pribadi dan Sosial


Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga dan petani padi/ Pasien tidak
memiliki kebiasaan merokok dan minum alkohol.

3. Pemeriksaan Fisisk

Status Generalis

Keadaan Umum : Comppos Mentis

Kesadaran : GCS E4V5M6

Vital Signs

Tekanan darah : 160/90 mmHg

Nadi : 70 x/menit

Frekuensi nafas : 22 x/ menit

Suhu : 36,7 ºC

Status Lokalis

Kepala

Anemis : (-)

Ikterus : (-)
Sianosis : (-)

Bentuk dan ukuran : normal

Rambut : normal

Thorax

 Inspeksi :
- Bentuk & ukuran: normal, simetris antara sisi kiri dan kanan
- Gerakan dinding dada simetris, kelainan bentuk dada (-), ictus
cordis tidak tampak
- Permukaan dinding dada: jejas (-), papula (-), petechiae (-),
purpura (-), ekimosis (-), spider naevi (-), vena kolateral (-),
massa (-).
- Penggunaan otot bantu nafas: SCM tidak aktif, tak tampak
hipertrofi SCM, otot bantu napas abdomen tidak aktif
- Iga dan sela iga: simetris, pelebaran ICS (-)
- Fossa supraclavicularis, fossa infraclavicularis: simetris kiri dan
kanan.
- Tipe pernapasan: abdominal
 Palpasi:
- Pengembangan dinding dada simetris
- Trakea: deviasi (-)
- Nyeri tekan (-), benjolan (-), edema (-), krepitasi (-), getaran (-)
- Fremitus vocal: sde
 Perkusi:
- Paru-paru
- Perkusi sonor di semua lapang paru
- Jantung
- Batas kanan → ICS 2 parasternal dekstra
- Batas kiri → ICS 5 midklavikula sinistra
 Auskultasi:
- Vesikuler : +/+
- Rhonki : -/-
- wheezing : -/-
- Jantung: S1 S2 tunggal reguler, murmur (-), gallop (-).

Abdomen :

- Inspeksi : distensi (-), jejas (-)


- Auskultasi : bising usus (+) normal
- Palpasi : nyeri tekan (-), hepar/lien tidak teraba.
- Perkusi : timpani pada seluruh kuadran abdomen

Status Neurologis

- GCS : E4V5M6
- Kepala : Posisi  normal
Penonjolan  (-)
Jejas  (-)

Nervus Cranialis

- N. I (olfaktorius) : normal
- N. II (optikus) :
OD OS

Ketajaman 6/60 6/60


penglihatan
Lapang Sama dengan Sama dengan pemeriksa
pandang pemeriksa
Funduskopi Tde Tde

- N. III, IV dan VI
Celah kelopak mata
Ptosis : -/-
Exophthalmus : -/-
- Posisi bola mata : ortoforia
Pupil
Ukuran/bentuk : Ø 3 mm, bulat / Ø 3 mm, bulat
Isokor/anisokor : isokor
Refleks cahaya : RCL (+/+), RCTL (+/+)
- Gerakan bola mata
Paresis : tidak ada
Nistagmus : Tidak ada
- N. V (Trigeminus)
- Sensibilitas : N. V1 → normal
N. V2 → normal
N. V3 → normal
- Motorik : Inspeksi/palpasi (istirahat/menggigit) normal
- Refleks dagu/masseter : normal
- Refleks kornea : normal
- N. VII (fasialis) :
 Motorik m. frontalis m. orbicularis m. orbikularis
okuli oris

- Istirahat Normal Normal Normal

- Gerakan normal normal normal


mimic
 Pengecapan 2/3 lidah bagian depan : tde

- N. VIII (Auditorius) :
Pendengaran : tde
Tes Rinne/Weber : Tde
Fungsi vestibularis : Tde
- N. IX, X (Glodsofaringeus, Vagus) :
Posisi arkus faring (istirahat/AAH) : normal
Refleks menelan/muntah : normal
Pengecap 1/3 lidah bagian posterior : Tde
- Suara : normal
- N. XI (Accecorius) :
- Memalingkan kepala dengan/tanpa tahanan : normal
- Mengangkat bahu : normal
- N. XII (Hypoglosus) :
Deviasi lidah : normal
Fasikulasi : normal
Atrofi : (-)
Tremor : (-)
- Leher
Meningeal Sign : Kaku kuduk (-)
Tanda Brudzinski I : (-)
Tanda Brudzinski II : (-)
Kernig’s sign : (-)
- Abdomen
Refleks kulit dinding perut : Tde
- Kolumna Vertebralis
- Inspeksi : Jejas (-), massa (-), scoliosis (-), kifosis (-)
- Pergerakan : normal
- Palpasi : Nyeri tekan (+), massa (-)
- Perkusi : Tde
- Ekstremitas
- Otot yang terganggu : (-)
- Refleks Fisiologis
- Biceps : +2/+2
- Triceps: +2/+2
- Patella : +2/+2
- Achilles : +2/+2
- Refleks patologis
- Hoffman : (-/-)
- Trommer : (-/-)
- Babinsky : (-/-)
- Chaddock : (-/-)
- Gordon : (-/-)
- Schaefer : (-/-)
- Oppenheim : (-/-)
- Patrick : (-/+)
- Kontra Patrick : (-/+)
- Lassague test : (-/-)
- Tropic :
- Klonus
- Lutut : (-)
- Kaki : (-)
4. Pemeriksaan Penunjang

5. RESUME
Pasien wanita usia 46 tahun datang ke oli saraf RSUP NTB dengan
keluhan nyeri punggung yang dirasakan sejak satu bulan yang lau kemudian
nyeri menjalar hingga ke perut. Nyeri terasa memberat saat pasien
membungkuk dan nyeri juga membuat pasien susah tiduer pada malam hari.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran kompos mentis dengan GCS
E4V5M6, pemeriksaan thorak dan abdomen masih dalam batas normal. Pada
pemeriksaan neurologis tidak ada kelainan. Kemudian pada emeriksaan
refleks fisiologis tidak masih normal dan pada pemeriksaan refelek patologis
di dapatkan refleks postif pada test patrick dan kontra patrik. Kemudian pada
pemeriksaan rontgen terlihat adanya penyempitan didaeral lumbal 5 dan
sacral 1.

6. ASSESMENT

- Diagnosis Klinis : Ischialgia sinistra


- Diagnosis Topik : diskus intervetebralis L5-S1
- Diagnosis Etiologi : Hernia Nukleus Pulposus L5-S1
- Diagnosis banding :

7. PLANNING

Diagnostik

- Rontgen corpus vertebrae lumbosacral (AP/Lateral)


- CT – Scan

Farmakologi

- Anti nyeri
- Anti Hipertensi

Non farmakologi

- Fisioterapi
- Berenang

8. PROGNOSIS

Ad vitam : Dubia ad bonam

Ad funcionam : Dubia ad bonam


PEMBAHASAN DAN CLINICAL REASONING

Pasien wanita usia 46 tahun datang ke Poli saraf RSUP NTB dengan
keluhan nyeri punggung yang dirasakan sejak satu bulan yang lau kemudian
nyeri menjalar hingga ke perut. Nyeri terasa memberat saat pasien
membungkuk dan nyeri juga membuat pasien susah tidur pada malam hari.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran kompos mentis dengan GCS


E4V5M6, pemeriksaan thorak dan abdomen masih dalam batas normal. Pada
pemeriksaan neurologis tidak ada kelainan. Kemudian pada pemeriksaan refleks
fisiologis tidak masih normal dan pada pemeriksaan refleks patologis di
dapatkan refleks positif pada test patrick dan kontra patrik. Kemudian pada
pemeriksaan rontgen terlihat adanya penyempitan didaeral lumbal 5 dan
sacral 1.

Keluhan nyeri pinggang pada pasien ini disebabkan oleh adanya


penyimpatan pada corpus vertebrae pada lumbal lima dan sacral satu dimana
terdaat saraf yang melewatinya.

Terapi medikamentosa seperti anti nyeri yaitu untuk membantu meredakan


nyeri. Kemudian diberikan anti hipertensi karena tekanan darah pada pasien masih
tinggi jadi perlu diberikan obat penurun tekanan darah.

Terapi non medikamentosa seperti fisioterapi dan berenang membantu


perbaikan posisi tulang belakang agar tidak semakin menghimpit saraf yang ada
didaerah tersebut.

Anda mungkin juga menyukai