Anda di halaman 1dari 56

PT PLN (Persero)

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Proteksi Sistem


Distribusi
3. PROTEKSI SISTEM DISTRIBUSI

3.1. PENDAHULUAN
Jaringan distribusi berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik ke pihak
pelanggan. Karena fungsinya tersebut maka keandalan menjadi sangat
penting dan untuk itu jaringan distribusi perlu dilengkapi dengan alat
pengaman
Ada tiga fungsi sistem pengaman dalam jaringan distribusi
a. Mencegah atau membatasi kerusakan pada jaringan beserta
peralatannya dari akibat adanya gangguan listrik
b. Menjaga keselamatan umum dari akibat gangguan listrik
c. Meningkatkan kelangsungan pelayanan tenaga listrik kepada
konsumen

Sistem pengaman yang baik harus mampu :


a. Melakukan koordinasi dengan sistim pengaman yang lain GI
b. Mengamankan peralatan dari kerusakan yang lebih luas akibat
gangguan
c. Membatasi kemungkinan terjadinya kecelakaaan
d. Secepatnya membebaskan pemadaman karena gangguan
e. Membatasi daerah pemadaman akibat gangguan
f. Mengurangi frekuensi pemutusan permanen karena gangguan

Persyaratan yang harus dimiliki oleh alat pengaman atau sistem pengaman
a. Sensitifitas (kepekaan)
Suatu pengaman bertugas mengamankan suatu alat atau bagian
tertentu dari sistem tenaga listrik termasuk dalam jangkauan
pengamanannnya merupakan daerah pengaman tugas suatu
pengaman mendeteksi adanya gangguan yang terjadi didaerah
pengamanannya harus cukup sensitif untuk mendeteksi dengan nilai
minimum dan bila perlu mentripkan PMT atau Pelebur untuk
memisahkan bagian yang terganggu dengan bagian yang sehat

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 1


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Proteksi Sistem
Distribusi
b. Selektifitas (ketelitian)
Selektifitas dari pengaman adalah kwalitas kecermatan dalam
mengadakan pengamanan bagian yang terbuka dari suatu sistem oleh
karena terjadinya gangguan diusahakan seminimal mungkin jika dapat
tercapai maka pengamanan demikian disebut pengamanan selektif.
c. Keandalan ( Realibilitas)
Dalam keadaan normal pengaman tidak boleh bekerja, tetapi harus
pasti dapat bekerja bila diperlukan. Pengaman tidak boleh salah
bekerja, jadi susunan alat-alat penga,man harus dapat diandalkan.
Keandalan keamanan tergantung kepada desain, pengerjaan dan
perawatannya
d. Kecepatan. (Speed)
Makin cepat pengaman bekerja tidak hanya dapat memperkecil
kerusakan tetapi juga dapat memperkecil kemungkinan meluasnya
akibat-akibat yang ditimbulkan oleh gangguan

3.2. PENGAMAN ARUS LEBIH


3.2.1. Fuse Cut Out
2.1 Pengertian Fuse Cut Out ( F C O )
Fuse Cut Out merupakan sebuah alat pemutus rangkaian listrik yang
berbeban pada jaringan distribusi yang bekerja dengan cara
meleburkan bagian dari komponennya (fuse link) yang telah
dirancang khusus dan disesuaikan ukurannya untuk itu.
Perlengkapan fuse ini terdiri dari sebuah rumah fuse (fuse support),
pemegang fuse (fuse holder) dan fuse link sebagai pisau pemisahnya
dan dapat diindetifikasi dengan hal-hal seperti berikut

 Tegangan Isolasi Dasar ( TID ) pada tingkat distribusi


 Utamanya digunakan untuk penyulang TM dan proteksi trafo
 Konstruksi mekanis didasarkan pemasangan pada tiang
/crossarm
 Dihubungkan ke sistim distribusi dengan batas-batas tegangan
operasinya

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 2


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Proteksi Sistem Distribusi

2.2 Klasifikasi Fuse Cut Out


Jenis-jenis fuse untuk tegangan tinggi dapat dilihat pada gambar 1 dibawah ini

High Voltage Fuses

Distribution cut out Power Fuses

Expulsion Current limiting Liquid filled


Liquid Filled Expulsion
i
sand
Fibre tube s
oil Boric Acid Non Vented Carbon
Fibre tube Open link tetrachloride
enclosed Vented
Vented Non
open Vented
open enclosed Single elemen Non Vented

Repeater
Single elemen Single elemen Double element
Single
Repeater elemen Single elemen Single elemen Non Dropout Single elemen
dropout
Single Drop
Non Dropout
elemen dropout out
dropout Non Drop dropout Non dropout
dropout out
Non dropout dropout
dropout Non Drop indicating indicating
out indicating Non
indicating dropout
indicating indicating Non indicating indicating indicating indicating
indicating indicating
indicating indicating indicating indicating

Gambar 1. Klasifikasi Fuse Tegangan Tinggi

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 3


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Proteksi Sistem
Distribusi
Pada gambar ini diperlihatkan fuse yang dirancang untuk
penggunaan pada tegangan tinggi dapat dibedakan dalam 2 ( dua )
macam yaitu Cutout Distribusi (Distribution Cutouts), dilapangan
sering disebut: Fuse Cut Out disingkat FCO dan Fuse TM
(Power Fuse ) yang sering disebut MV Fuse atau Fuse pembatas
arus. Dilapangan keperluan dan cara pemasangan kedua jenis fuse
ini berbeda. Fuse cut out banyak dipergunakan pada saluran saluran
percabangan dengan konstruksi saluran udara terbuka sedangkan
MV fuse banyak dipergunakan pada panel panel cubicle dengan
saluran kabel atau campuran .
Fuse cutout distribusi diklasifikasi dalam 2 macam fuse yaitu : Fuse
letupan (Expulsion Fuse) dan Fuse Liquid (Liquid Filled Fuse)
Namun pada kenyataannya dilapangan fuse cutout letupan
(expulsion) lebih banyak dipakai untuk jaringan distribusi dibanding
dengan power fuse, istilah letupan (expulsi) merupakan suatu tanda
yang dipergunakan fuse sebagai tanda adanya busur listrik yang
melintas didalam tabung fuse yang kemudian dipadamkannya.
Peristiwa yang terjadi pada bagian dalam tabung fuse ini adalah
peristiwa penguraian panas secara partial akibat busur dan timbulnya
gas yang di deionisasi pada celah busurnya sehingga busur api
segera menjadi padam pada saat arus menjadi nol. Tekanan gas
yang timbul pada tabung akibat naiknya temperatur dan
pembentukan gas menimbulkan terjadinya pusaran gas didalam
tabung dan ini membantu deionisasi lintasan busur api. Tekanan yang
semakin besar pada tabung membantu proses pembukaan
rangkaian, setelah busur api padam partikel-partikel yang dionisasi
akan tertekan keluar dari ujung tabung yang terbuka.
Klasifikasi fuse cutout yang kedua adalah fuse cutout liquid, fuse jenis
ini tidak dikenal di wilayah PT PLN . Namun menurut referensi Fuse
Cut Out semacam ini dapat digunakan untuk jaringan distribusi
dengan saluran kabel udara .

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 4


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Proteksi Sistem
Distribusi
2.3 Fuse Cut-Out Letupan Bertabung Fiber
Ada 2 jenis fuse letupan (expulsion) yang diklasifikasi sebagai Fuse
Cut-Out (FCO) distribusi yaitu

 Fuse cutout bertabung fiber (Fibre tube fuse)


 Fuse link terbuka (Open link fuse)

Fuse cut-out bertabung fiber mempunyai fuse link yang dapat diganti-
ganti (interchangeability) dan terpasang didalam pemegang fuse
(fuse holder) berbentuk tabung yang terbuat dari bahan serat
selulosa. Fuse ini dapat dipergunakan baik untuk Fuse Cut-Out
terbuka (open fuse cut-out) atau Fuse Cut-Out tertutup (enclosed
fuse cutout), fuse cut-out terbuka dapat dilihat pada gambar 2.Pada
gambar ini terlihat fuse bertabung fiber dipasang diantara 2 (dua)
isolator dan jaringan listrik dihubungkan pada kedua ujung fuse
holdernya pada fuse cutout tertutup, tabung fuse terpasang disebelah
dalam pintu fuse cutout dan seluruh kontak listriknya terpasangkan
pada rumah fuse yang terbuat dari porselain seperti terlihat pada
gambar 3
Kedua Fuse Cutout ini dapat dipergunakan pada jaringan-jaringan dengan
sistim delta atau jaringan dengan sistim bintang tanpa pentanahan demikian
juga pada jaringan - jaringan yang menggunakan sistim netral ditanahkan
apabila tegangan pemutusan fuse cutout secara individual tidak melebihi
tegangan maksimum pengenal rancangan dan tahanan isolasi ketanah sesuai
dengan kebutuhan operasinya

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 5


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Proteksi Sistem
Distribusi

Gambar 2 Gambar 2.
Fuse Cutout terbuka Fuse Cutout tertutup

2.4 Fuse Cut-Out Link Terbuka (Open Link)


Fuse cutout link terbuka terdiri dari sebuah fuse link yang tertutup
didalam sebuah tabung fiber yang relatif kecil dengan dilengkapi
kabel penghubung tambahan pada fuse link-nya untuk
memperpanjang kedua ujung tabungnya.terlihat pada gambar 4

Gambar. 4

Fuse Cutout tipe Open Link

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 6


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Proteksi Sistem
Distribusi
Kabel penghubung tambahan ini kemudian dihubungkan ke pegas
kontak beban pada rumah fuse (fuse support) untuk kerja secara
mekanik. Kerja pegas ini dimaksudkan untuk menjamin pemisahan
agar kedua ujung dari fuse terbuka pada saat fuse bekerja dan ini
dipakai karena kemampuan pemutusan pada tabung fiber yang kecil
relatif terbatas. Fuse cutout ini dirancang untuk dipakai pada
tegangan 17 kV, selain itu fuse ini mempunyai arus pengenal
pemutusan yang lebih rendah dari pada fuse cutout bertabung fiber

2.5 Standar Fuse link


Ada sejumlah standar yang dianut fuse link, salah satu standar
pengenal fuse link yang terdahulu dikenal dengan sebutan pengenal
N. Pengenal N dispesifikasi fuse link tersebut mampu untuk
disalurkan arus listrik sebesar 100 % secara kontinue dan akan
melebur pada nilai tidak lebih dari 230 % dari angka pengenalnya
dalam waktu 5 menit [1]. Pada praktek dilapangan ketentuan tersebut
kurang memuaskan penggunanya karena hanya satu titik yang
dispesifikasi pada kerakteristik arus-waktu sehingga fuse link yang
dibuat oleh sejumlah pabrik yang berbeda mempunyai keterbatasan
dalam memberikan jaminan koordinasi antar fuse link. Setelah fuse
link dengan pengenal N kemudian muncul standar industri fuse link
dengen pengenal K dan pengenal T pada tahun 1951
Pengenal K untuk menyatakan fuse link dapat bekerja memutus
jaringan listrik yang berbeban dengan waktu kerja lebih “cepat” dan
pengenal T untuk menyatakan fuse link bekerja memutus jaringan
listrik yang berbeban dengan waktu kerja lebih ”lambat”. Fuse link
tipe T dan tipe K ini merupakan rancangan yang universal karena
fuse link ini bisa ditukar tukar (interchangeability) kemampuan
elektris dan mekanisnya yang dispesifikasi dalam standar.
Fuse link tipe K dan tipe T yang diproduksi suatu pabrik secara
mekanis akan sama dengan fuse link tipe K dan tipe T yang
diproduksi pabrik lain.
Karakteristik listrik link tipe K dan fuse link tipe T sudah
distandarisasi dan sebagai titik temu nilai arus maksimum dan

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 7


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Proteksi Sistem
Distribusi
minimum yang diperlukan untuk melelehkan fuse link ditetapkan
pada 3 titik waktu dalam kurva karakteristik Kondisi ini lebih
menjamin koordinasi antara fuse link yang dibuat oleh beberapa
pabrik menjadi lebih baik dari pada yang dimiliki fuse link N.

Tabel 1. Arus Leleh Fuse Link Tipe K


Arus pengenal (rating) Fuse yang disarankan / disukai
Arus Arus leleh Arus leleh Arus leleh
Pengenal 300 – 600 detik1 10 detik 1 0,1 detik1 Rasio
fuse link Minimum Maksimum Minimum Maksimum Minimum Maksimum Kecepatan
Arus Pengenal yang disarankan / disukai

6 12. 0 14. 4 13. 5 20. 5 72 86 6. 0


10 19. 5 23. 4 22. 5 34 128 154 6. 6
15 31. 0 37..2 37 55 215 258 6. 9
25 50 60 60 90 350 420 7. 0
40 80 96 98 146 565 680 7. 1
65 128 153 159 237 918 1100 7. 2
100 200 240 258 388 1520 1820 7. 6
140 310 372 430 650 2470 2970 8. 0
200 480 576 760 1150 3880 4650 8. 1

Tabel 2.. Arus Leleh Fuse Link Tipe K

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 8


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Proteksi Sistem
Distribusi
Arus pengenal (rating) Fuse yang tidak disarankan / disukai - intermediate

Arus Arus leleh Arus leleh Arus leleh


1 1
Pengenal 300 – 600 detik 10 detik 0,1 detik1 Rasio
fuse link Minimum Maksimum Minimum Maksimum Minimum Maksimum Kecepatan
Arus Pengenal yang tidak disarankan / tidak disukai / Intermediate

8 15 18 18 27 97 116 6. 5
12 25 30 29. 5 44 166 199 6. 6
20 39 47 48 71 273 328 7. 0
30 63 76 77. 5 115 447 546 7. 1
50 101 121 126 188 719 862 7. 1
80 160 192 205 307 1180 1420 7. 4

Arus Pengenal dibawah 6 Amper


1 2 2. 4 .(2) 10 .(2) 58 -
2 4 4. 8 .(2) 10 .(2) 58 -
3 6 7. 2 .(2) 10 .(2) 58 -

Tabel 3. Arus Leleh Fuse Link Tipe T


Arus pengenal (rating) Fuse yang disarankan / disukai
Rasio
Arus Arus leleh Arus leleh Arus leleh Kecepatan
Pengenal 300 – 600 detik1 10 detik1 0,1 detik1
fuse link Minimum Maksimum Minimum Maksimum Minimum Maksimum
Arus Pengenal yang tidak disarankan / tidak disukai / Intermediate

8 15 18 20. 5 31 166 199 11.1


12 25 30 34. 5 52 296 355 11. 8
20 39 47 57. 0 85 496 595 12. 7
30 63 76 93. 0 138 812 975 12. 9
50 101 121 152 226 1310 1570 13. 0
80 160 192 248 370 2080 2500 13. 0
Arus Pengenal dibawah 6 Amper
1 2 2. 4 .(2) 11 .(2) 100
2 4 4. 8 .(2) 11 .(2) 100 -
3 6 7. 2 .(2) 11 .(2) ` -
-

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 9


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Proteksi Sistem
Distribusi
Tabel 4 Arus Leleh Fuse Link Tipe T Intermediate – Tidak disarankan

Arus Arus leleh Arus leleh Arus leleh


Pengenal 300 – 600 detik 1 10 detik 1 0,1 detik 1 Rasio
fuse link Minimum Maksimum Minimum Maksimum Minimum Maksimum Kecepatan
Arus Pengenal yang disarankan / disukai

6 12. 0 14. 4 15. 3 23 120 144 10


10 19. 5 23. 4 26. 5 40 224 269 11. 5
15 31. 0 37..2 44. 5 67 388 466 12. 5
25 50 60 73. 5 109 635 762 12. 7
40 80 96 120 178 1010 1240 13
65 128 153 195 291 1650 1975 12. 9
100 200 240 319 475 2620 3150 13. 1
140 310 372 520 775 4000 4800 12. 9
200 480 576 850 1275 6250 7470 13. 0

Tiga titik operasi fuse link untuk tipe K dan tipe T yang distandarkan
dalam karakteristik arus – waktu adalah :

 300 detik untuk fuse link 100 amper dan dibawahnya , 600
detik untuk fuse link 140 amper dan 200 amper
 10 detik
 0.1 detik seperti yang dirancang pada tabel 1 dan tabel 2.
untuk fuse link tipe K dan tabel tabel 3 dan tabel 4 untuk fuse
link tipe T

Karakteristik arus – waktu lebur minimum fuse link tipe K dan T yang
dibuat semestinya tidak kurang dari nilai-nilai minimum yang
ditampilkan dan karakteristik lebur minimum fuse link ini ditambah
dengan toleransi dari pabrikan seharusnya tidak lebih besar dari
nilai maksimum seperti pada tabel 1 dan tabel 2. untuk fuse link tipe
K dan tabel 3 dan tabel 4 untuk fuse link tipe T
Untuk memperoleh kerja yang selektif dapat dipergunakan
sederetan fuse link dengan nilai arus pengenal yang disarankan
(prefered continues rating) :
6 - 10 – 15 – 25 – 40 – 65 – 100 – 140 dan 200 amper., nilai arus
pengenal kontinyu 8 – 12 – 20 – 30 – 50 – dan 80 amper
merupakan nilai arus pengenal yang tidak disarankan (non prefered
countinues rating).sebagai standar intermediate.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 10


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Proteksi Sistem
Distribusi
Nilai-nilai arus pengenal fuse ini disediakan dengan maksud agar
setiap nilai arus penganal fuse link yang disarankan dapat diproteksi
oleh nilai arus pengenal fuse link yang disarankan dengan nilai arus
pengenal yang lebih besar dan setiap nilai arus pengenal fuse link
yang tidak disarankan akan diproteksi oleh nilai arus pengenal fuse
link yang tidak di sarankan dengan nilai arus pengenal yang lebih
besar dalam beberapa kasus kerja selektif dapat juga diperoleh
antara fuse link yang disarankan dengan fuse link yang tidak
disarankan
Nilai arus pengenal fuse link di bawah 6 amper : 1, 2 dan 3 sudah
distandarisasi, nilai-nilai arus pengenal yang rendah ini tidak
dimaksudkan untuk berkordinasi satu dengan yang lain namun
koordinasi lebih baik dengan nilai arus pengenal 6 ampere atau
diatasnya

Karakteristik kerja fuse link fuse cutout type K , T dan H masing


masing dapat dilihat pada gambar 5 , gambar 6 dan pada gambar
7 seperti berikut :

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 11


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Proteksi Sistem
Distribusi

Kurva Leleh Minimum


Kurva Leleh Maksimu
Pemutusan Rampung

Gambar 5 Kurva Karakteristik Arus – Waktu Fuse link tipe K ( kerja cepat )

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 12


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Proteksi Sistem
Distribusi

Gambar 6 Fuse link tipe T (kerja lebih lambat)

Kurva Leleh Minimum


Kurva Leleh Maksimu
Pemutusan Rampung

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 13


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Proteksi Sistem
Distribusi

Gambar 7 Fuse link tipe H ( Tahan Surja )


Dari kedua Karakteristik kerja fuse ini masing-masing memiliki

 Kurva waktu leleh minimum ( minimum melting time )


Yaitu kurva yang menunjukkan waktu yang dibutuhkan mulai
dari saat terjadinya arus lebih sampai dengan mulai
meleburnya pelebur untuk harga arus tertentu.

 Waktu busur
Waktu antara saat timbulnya busur permulaam sampai saat
pemadaman

 Kurva waktu pembebasan maksimum ( maximum clearing


time )
Yaitu kurva yang menunjukkan waktu yang dibutuhkan dari
saat terjadinya arus lebih sampai dengan padamnya bunga
api untuk harga arus tertentu

2.6 Ketersediaan Tipe Dan Angka Pengenal Fuse Link


Seiring dengan perubahan teknologi dan kebutuhan dalam
peningkatan mutu pelayanan tenaga listrik. beragam tipe dan angka
pengenal fuse cutout letupan (expulsion) yang diproduksi dan dijual
dipasaran pada masa kini. Salah satu perusahaan pembuat fuse link
menyediakan beberapa tipe yang diantaranya adalah tipe K, T, H, N,
D, S untuk sistim distribusi dengan tegangan sampai 27 kV dan tipe
EK, ET dan EH untuk sistem distribusi dengan tegangan sampai 38
kV dengan pengenal seperti terlihat pada tabel 5

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 14


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Proteksi Sistem
Distribusi

Tabel 5
Ketersediaan tipe dan rating fuse link yang diproduksi pabrik

Arus kontinyu yang di


ijinkan Jenis waktu
Arus Pengenal ( % Pengenal ) kerja Rasio Kecepatan
Tipe Fuse Link (A) Kerja
H
( Tahan Surja ) 1-2-3-5-8 100 Sangat lambat 6 s/d 18
D - Timah
(Tahan Surja ) 1-1,5-2-3-4-5-7-10-15-20 100 Sangat lambat 7 s/d 46
K – Timah
( Cepat ) 1 s/d 200 150 Cepat 6 s/d 8,1
K – Perak
( Cepat ) 6 s/d 100 100 Cepat 6 s/d 8,1
N – Timah
( Cepat ) 5 s/d 200 100 Cepat 6 s/d 11
T – Timah
( Lambat ) 1 s/d 200 150 Lambat 10 s/d 13.1
S – Tembaga
( Sangat Lambat ) 3 s/d 200 150 Sangat lambat 15 s/d 20
EK
( Cepat ) 6 s/d 100 150 Cepat 6 s/d 8.1
ET
( Lambat ) 6 s/d 100 150 Lambat 10 s/d 13.1
EH
(Sangat Lambat) 1,2,3,5 100 Sangat lambat 13 s/d 22
A. Standar PLN : SPLN 64 1985
Untuk keperluan peningkatan efisiensi dan tingkat keandalan
pelayanan sistem di PT PLN (Persero), jenis,tipe dan karakteristik
perlu dipilih Fuse Cut out yang sesuai dengan sistem dan kondisi
yang ada di lingkungan PT PLN (Persero) sebagai perusahaan yang
mengelola distribusi tenaga listrik. Untuk keperluan ini PLN
merumuskan kebijaksanaanya dalam standar PLN : SPLN 64 : 1985
mengenai Petunjuk dan Penggunaan Pelebur Pada Sistem Tegangan
Menengah dengan spesifikasinya adalah sebagai berikut:

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 15


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Proteksi Sistem
Distribusi

 Ketentuan Umum
 Frekwensi kerja : 50 Hz
 Tegangan pengenal : 20 kV, 24 kV untuk sistim 20 KV 3
fasa dengan netral ditanahkan
 Tingkat isolasi pengenal :
- Tegangan ketahanan impulse : polaritas positif dan
negatif
 Antara kutub - tanah dan kutub – kutub ( TID )
125 kV (puncak)
 Antara jarak isolasi dari rumah fuse
60 kV (efektif )
- Tegangan ketahanan sistim 50 Hz ( kering/ basah
selama 1 menit )
 Antara kutub - tanah dan kutub – kutub ( TID ) 50
kV (efektif)
 Antara jarak isolasi dari rumah fuse
60 kV (efektif )
Kondisi standar suhu, tekanan dan kelembaban 20 0 C, 760
mmHg dan 11 g /m3 Air
0
 Suhu : suhu udara maksimum 40 C suhu udara rata-rata
24 jam maks 37 0 C
 Arus pengenal dalam amper dan arus pemutusan dalam kilo
amper : fuse link
Arus pengenal dan arus pemutusan pengenal fuse link
dipilih dari seri R10 Bagi jenis pembatas arus dalam
keadaan khusus bila diperlukan tambahan boleh diambil
dari seri R 20

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 16


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Proteksi Sistem
Distribusi
Seri R 10. : 1 - 1,25 – 1,6 – 2 – 2,5 – 3,15 – 4 – 6,3 – 8
dan kelipatan 10 nya
Seri R 20 : 1 – 1,12 – 1,25 – 1,4 – 1,6 – 1,8 – 2 – 2,24 –
2,5 – 2,8 – 3.15 – 3,55 – 4 – 4,5 – 5 – 5,6 – 6,3 – 7,1- 8 – 9
dan kelipatan 10 nya
 Batas kenaikan suhu
Fuse link dan rumah fuse (fuse support) harus dapat
dilewati arus pengenalnya secara terus menerus tanpa
melewati batas kenaikan suhunya seperti tertera pada tabel
4

Untuk pasangan luar tekanan angin tidak melebihi 700 N / m
2

 Udara sekitar tidak tercemar oleh debu, asap, gas korosif,


gas mudah terbakar uap atau garam
 Ketinggian dari permukaan laut tidak melebihi 1000 m

 Spesifikasi Fuse Cutout Jenis Letupan ( Expulsion Fuse )


 Macam macam angka pengenal
 Pengenal fuse
 Tegangan pengenal : 24 KV
 Arus pengenal fuse dalam amper
Seri R 10. ( A ) :
1 - 1,25 – 1,6 – 2 – 2,5 – 3,15 – 4 – 6,3 – 8 dan
kelipatan 10 nya
Seri R 20. ( A ) :
1 – 1,12 – 1,25 – 1,4 – 1,6 – 1,8 – 2 – 2,24 – 2,5 –
2,8 – 3.15 – 3,55 – 4 – 4,5 – 5 – 5,6 – 6,3 – 7,1- 8
– 9 dan kelipatan 10 nya

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 17


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Proteksi Sistem
Distribusi

 Kemampuan pemutusan pengenal dalam kilo


ampere
Seri R 10. ( kA ) :
1 - 1,25 – 1,6 – 2 – 2,5 – 3,15 – 4 – 6,3 – 8 dan
kelipatan 10 nya
Seri R 20. ( kA ) :
1 – 1,12 – 1,25 – 1,4 – 1,6 – 1,8 – 2 – 2,24 – 2,5 –
2,8 – 3.15 – 3,55 – 4 – 4,5 – 5 – 5,6 – 6,3 – 7,1- 8
– 9 dan kelipatan 10 nya
 Frequensi pengenal : 50 Hz

 Pengenal rumah fuse ( Fuse


Support )

 Tegangan pengenal : 24 KV

 Arus maksimum pengenal :

Nilai-nilai standar dari arus pengenal rumah fuse


adalah :
50 A, 100 A, 200A, 400A.

 Tingkat isolasi pengenal

o Tegangan Ketahanan Impulse : Polaritas


positif dan negatif
 Antara kutub - tanah dan kutub – kutub ( TID )
125 kV (puncak)
 Antara jarak isolasi dari rumah fuse 145 kV
( puncak )
o Tegangan Ketahanan sitim 50 Hz ( kering /
basah selama 1 menit )

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 18


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Proteksi Sistem
Distribusi
 Antara kutub - tanah dan kutub – kutub ( TID ) 50
kV (puncak)
 Antara jarak isolasi dari rumah pelebur 60 kV
( efektif )
 Pengenal pemikul batang
pelebur ( fuse holder )
 Tegangan pengenal : 24 KV
 Arus maksimum
Seri R 10. ( A ) :
1 - 1,25 – 1,6 – 2 – 2,5 – 3,15 – 4 – 6,3 – 8 dan
kelipatan 10 nya

Seri R 20. ( A ) :
1 – 1,12 – 1,25 – 1,4 – 1,6 – 1,8 – 2 – 2,24 – 2,5 –
2,8 – 3.15 – 3,55 – 4 – 4,5 – 5 – 5,6 – 6,3 – 7,1- 8
– 9 dan kelipatan 10 nya
 Kemampuan pemutusan pengenal dalam KA
Seri R 10. ( kA ) :
1 - 1,25 – 1,6 – 2 – 2,5 – 3,15 – 4 – 6,3 – 8 dan
kelipatan 10 nya
Seri R 20. ( kA ) :
1 – 1,12 – 1,25 – 1,4 – 1,6 – 1,8 – 2 – 2,24 – 2,5 –
2,8 – 3.15 – 3,55 – 4 – 4,5 – 5 – 5,6 – 6,3 – 7,1- 8
– 9 dan kelipatan 10 nya

 Pengenal fuse link


 Arus pengenal
Seri R 10. ( A ) :
1 - 1,25 – 1,6 – 2 – 2,5 – 3,15 – 4 – 6,3 – 8 dan
kelipatan 10 nya

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 19


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Proteksi Sistem
Distribusi
Seri R 20. ( A ) :
1 – 1,12 – 1,25 – 1,4 – 1,6 – 1,8 – 2 – 2,24 – 2,5 –
2,8 – 3.15 – 3,55 – 4 – 4,5 – 5 – 5,6 – 6,3 – 7,1- 8
– 9 dan kelipatan 10 nya
 Tegangan maksimum : 24 kV
 Karakteristik pelebur
 Batas kenaikan suhu
Anak dan rumah pelebur ( Fuse link dan Fuse
holder ) harus dapat dilewati arus pengenalnya
secara terus menerus tanpa melewati batas
kenaikan suhunya seperti tertera pada tabel Batas
Suhu dan Kenaikan Suhu berbagai komponen
 Kelas pelebur jenis letupan dibagi
dalam dua kelas yaitu :
o Fuse letupan (expulsion ) kelas
1 dipergunakan untuk proteksi sekelompok
trafo berkapasitas besar
o Fuse letupan (eexpulsion )
kelas 2 dipergunakan untuk proteksi trafo-
trafo kecil untuk proteksi kapasitor atau untuk
keperluan seksionalisasi jaringan distribusi
tegangan menengah dengan saluran udara
 Karakteristik waktu–arus
fuse link
Pabrik harus menyediakan kurva-kurva yang diperoleh
dari pengujian jenis karakteristik waktu sesuai yang
ditentukan pada publikasi IEC 282-2 1974 .
 Konstruksi
 Pelebur yang dipilih pada umumnya tipe buka-
jatuh (drop out) dimana tabung, fuse holder dan

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 20


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Proteksi Sistem
Distribusi
fuse linknya akan jatuh dan menggantung bila fuse
linknya telah bekerja (putus)
 Pembukaan tanpa pemadaman dapat dilakukan
dengan tambahan alat kerja kerja keadaan
bertegangan (hot stick) yang dilengkapi dengan
alat pemadam busur atau dengan dengan lengan
pemutus pelebur.
 2.8. Pemasangan FCO

FCO pada jaringan distribusi tegangan menengah biasanya


dipergunakan pada saluran saluran percabangan untuk
mengamankan saluran percabngan dari adanya gangguan
hubung singkat dan untuk mengamankan sistim dari gangguan
hubung singkat pada trafo distribusi .
Konstruksi Pemasangan dari Fuse Cut Out ini dapat dilihat
seperti gambar gambar berikut

Gambar 8 bagian bagian dari konstruksi FCO

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 21


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Proteksi Sistem
Distribusi

Porcelain insulator with higher


Crank shaft support / lower
Creepage distance and greater
A. Gambar 9 Pemasangan FCOG. housing
untuk in Brass.
Proteksi Saluran
insulation properties.
Upper eye bolt connector in Tin
Trigger in stainless steel.
B. plated brass. H.
Stainless steel spring provides
Upper contact - silver plated ETP
I. toggle action for fuse link
C. Copper.
ejector.
Galvanized steel hooks for load
Lower eye bolt connector in Tin
D. break tools & guiding the fuse J.
plated Brass.
tube during closure. A 36 AD A 12 AD

Fuse tube holder coated with UV


resistant paint, impervious to water &
E. K. Crank shaft.
constructed in Epoxy resin with
special arc quenching liner.
Lower contact in ETP grade copper
F. L. Galvanized mounting Brackets.
duly silver plated.
A 36 AD A 12 AD

Gambar 12 Load Buster alat untuk membuka Fuse Holder Cut Out pada kondisi
berbeban dengan peredam busur api
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 22

Gambar 11. Pelepasan / Pemasukan Fuse Holder FCO


Dengan Load Buster
PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Proteksi Sistem
Distribusi
B. Cara Pemilihan Arus Pengenal ( Rating ) Fuse Link FCO

 Pemilihan Arus Pengenal Fuse link


FCO untuk Proteksi Percabangan
Pemilihan arus pengenal (Rating) fuse link Cut Out ( FCO )
untuk saluran cabang sangat penting untuk dilakukan dengan
sebaik baiknya dalam rangka koordinasi sistem untuk
memperoleh penampilan sistem yang optimal dengan harapan
target perusahaan dalam pencapaian kepuasan pelanggan dan
peningkatan penjualan KWh dengan mengecilkan tingkat SAIDI
dan SAIFI di harapkan dapat terpenuhi
Salah satu metode pemutusan arus hubung singkat permanen
(persistant) yang efektif adalah dengan memasang fuse pada
tiap tiap percabangan atau anak cabangnya ( sub branch )
Kesalahan dalam menentukan pilihan rating fuse link tentu akan
memupus harapan perusahaan. Sering kerjanya (Trip) PMT
Penyulang di Gardu Induk oleh karena sering terjadi gangguan
di saluran saluran cabang atau terutama saluran saluran anak
cabang perlu dipertimbangkan untuk penempatan FCO yang
sesuai dengan kebutuhan
Salah satu yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan arus
pengenal FCO untuk proteksi saluran cabang atau saluran anak
cabang adalah besarnya nilai arus beban maksimum yang akan
atau dapat mengalir pada saluran cabang atau anak cabang
yang dimaksud .
Sesuai dengan Standard kemampuan dari fuse link Cut out
(FCO) yang diproduksi oleh sejumlah pabrik yang telah
dikemukakan di fuse cut out dan pada pemilihan arus pengenal
fuse link FCO. Untuk menentukan arus pengenal (rating) fuse
link yang dipilih dapat dilakukan sebagai berikut :
- Pilih fuse link Cut Out ( FCO ) yang sesuai dengan standar
dalam hal ini PLN dalam SPLN 64 :1985 menentukan
pilihan type K T dan H

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 23


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Proteksi Sistem
Distribusi
- Bagilah Arus beban maksimum yang sudah ditentukan
dengan kemampuan arus kontinue fuse link
- Koordinasi yang sebaik baiknya dengan alat proteksi yang
lain (PMT, PBO dan Fuse Cut out ) baik yang berada di sisi
sebelah hulu (sumber) dan sebelah hilirnya (beban)
- Perhatikan Batas ketahanan penghantar terhadap arus
hubung singkat
- Perhatikan pula kemampuan pemutusan dari Fuse Cut Out
khususnya bagi FCO yang terpasang dekat dengan
sumber tenaga

Dengan demikian fuse link cutout yang dipilih selain harus tahan
terhadap arus beban, juga harus bisa dikoordinasikan dengan
alat proteksi yang lain dan mempunyai kemampuan pemutusan
terhadap arus hubung singkat yang mungkin terjadi dan dapat
melindungi penghantar yang diamankan dari kerusakan akibat
arus lebih.
Pemilihan rating arus fuse link yang benar adalah tidak akan
lebur atau terjadi kerusakan oleh gangguan sesaat (no-
persistant) yang terjadi disebelah hilirnya karena recloser yang
akan membuka rangkaian dengan operasi instantaneous tanpa
memutuskan fuse link Pada saat gangguan tetap fuse link
pertama pada sebelah sumber dari gangguan akan melebur
dan membuka rangkaian setelah operasi recloser

2.7 Koordinasi Proteksi Antar Fuse Cut-0ut


Penggunaan fuse link yang benar membutuhkan sejumlah informasi
tentang karakteristik sistim dan karakteristik peralatan yang akan
diproteksi seperti yang telah dituliskan mengenai dasar pemilihan
fuse link dengan definisi : Bila dua atau lebih fuse link atau alat
proteksi lain digunakan pada suatu sistim alat proteksi yang paling
dekat dengan titik gangguan dari arah sumber disebut peralatan
pemproteksi dan yang paling dekat selanjutnya disebut : backup atau
diproteksi seperti digambarkan pada gambar 12 dibawah ini

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 24


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Proteksi Sistem
Distribusi

Protected
Gardu Induk (Back up)
Fuse Link Protecting
Fuse Link

Protecting
Fuse Link

Gambar 12 Koordinasi Fuse Dengan Fuse

Salah satu aturan yang sangat penting dalam aturan penggunaan


fuse link adalah : Clearing time maksimum dari fuse link pemroteksi
tidak lebih dari 75 % waktu leleh minimum dari fuse link diproteksi.
Prinsip ini untuk menjamin Fuse link pemroteksi akan memutuskan
dan menghilangkan gangguan sebelum fuse link diproteksi rusak.
Aturan lain yang harus dipegang adalah arus beban pada suatu titik
pemakaian semestinya tidak lebih besar dari kapasitas arus kontinyu
yang dimiliki fuse link nya. Apabila arus melebihi kapasitasnya maka
semestinya fuse link akan mengalami pemanasan lebih, membuat
pemutusan dan rangkaian menjadi terpisah dari sistem Kapasitas
arus kontinue fuse link rata–rata adalah 150 % dari arus pengenalnya
untuk fuse link type K dan type T dengan elemen pelebur dari timah
dan 100% untuk fuse link tipe H, N dan type K perak seperti terlihat
pada tabel 5 pada SPLN 64 : 85 Kemampuan hantararus terus
menerus pelebur ( FCO ) jenis letupan ( expulsion) tipe T (lambat)
dan tipe K (cepat) ditetapkan sebagai berikut :

 1.5 kali arus pengenalnya, bagi pelebur


dengan arus pengenal 6.3 A sampai dengan 100 A.
 1.3 kali arus pengenalnya bagi pelebur
dengan arus pengenal 125 A sampai dengan 160 A
 Sama dengan nilai arus pengenalnya bagi
pelebur dengan arus pengenal 200 A
 Pelebur ltupan tipe H sama dengan arus
pengenalnya

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 25


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Proteksi Sistem
Distribusi
 Pelebur jenis Pembatas Arus ( limmiting
Current) atau disebut MV Fuse ( Power Fuse) sama dengan
arus pengenalnya
 Kemampuan hantararus terus menerus
dari pelebur harus sama atau lebih besar dari arus beban
maksimum terus menerus yang akan melewatinya

Koordinasi operasi suatu proteksi dengan proteksi lain penting untuk


dilasanakan untuk menjaga hal yang tidak diinginkan misalnya
adanya pemutusan yang tidak di inginkan demikian juga koordinasi
operasi proteksi fuse cut out dimana prinsipnya adalah : Memberi
kesempatan pada fuse pemroteksi (protecting) pada sisi beban yang
berada di depan terdekat dari titik gangguan untuk bekerja
sepenuhnya (memutus rampung) terlebih dahulu sebelum fuse
sebelah hulu (sisi sumber) yang diproteksi bertindak sebagai
cadangannya mulai bekerja.
Untuk memenuhi koordinasi hendaknya dipilih waktu leleh arus
pengenal yang memiliki kerenggangan waktu minimum 25 % antara
waktu pemutusan maksimum Fuse pemroteksi pada sisi terdekat
dengan gangguan dengan waktu leleh minimum pelebur yang
diproteksi atau dengan kata lain waktu pemutusan maksimum dari
fuse pemroteksi hendaknya tidak melebihi 75 % dari minimum fuse
yang diproteksi
Untuk pelaksanaan koordinasi dapat dilakukan dengan
menggunakan tabel 6 dan tabel 7 dan 8 seperti berikut

Tabel 6
Koordinasi Proteksi Antara Fuse Cutout

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 26


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Proteksi Sistem
Distribusi

Tabel 7
Koordinasi Proteksi Antara Fuse Cutout
Fuse link tipe T Koordinasi dengan Fuse Link Tipe T

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 27


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Proteksi Sistem
Distribusi

Tabel 8
Koordinasi Fuse link tipe H dengan tipe K dan tipe K dengan K

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 28


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Proteksi Sistem
Distribusi

 Pemilihan Arus pengenal ( Rating ) fuse


link FCO untuk Proteksi Trafo Distribusi
 Dilihat dari karakteristik waktu –arusnya proteksi trafo
dibatasi dua garis kerja yaitu :
o Garis batas ketahanan pelebur yang merupakan
batas ketahanan pelebur dimana pelebur FCO tidak
boleh bekerja pada beban lebih yang masih dan
harus dapat ditahan oleh trafo tersebut yaitu :
- Beban lebih ( Beban Maksimum )
- Arus Beban Peralaihan ( Cold Load pick up )
- Hubung singkat JTR
- Arus Masuk Awal ( Inrush ) trafo
- Arus asutan motor

o Garis Batas Ketahanan Trafo yang merupakan


batas ketahanan trafo dimana pelebur ( FCO )
harus sudah bekerja / melebur gangguanh yang
dapat melebihi batas tersebut adalah hubung
singkat pada sisi primeratau sekunder trafo

 Garis batas ketahanan pelebur bagi trafo distribusi umum


ditentukan oleh titik titik berikut :

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 29


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Proteksi Sistem
Distribusi
2 x In selama 100 detik ............beban lebih
3 x In selama 10 detik ............Arus beban peralihan
6 x In selama 1 detik ........... Arus beban peralihan
12 x In selama 0.1 detik .......Arus Inrush trafo
25 x In selama 0.01 detik .........Arus Inrush trafo

Bila Beban Trafo berupa motor listrik maka :


3 x In selama 100 detik .........Arus beban peralihan
6 x In selama 10 detik ........ Arus beban peralihan
10 x In selama 1 detik .........Arus Inrush trafo
 Ketahanan Pelebur terhadap
surja kilat
Bagi trafo trafo berdaya kecil dibawah 100 KVApemilihan
pelebur harus memperhatikan ketahanan terhadap arus
surja kilat :
o minimum 74 A selama 0.01 detik untuk surja kilat 2
KA
o minimum 370 A selama 0.01 detik untuk surja kilat
10 KA

 Garis batas ketahanan trafo


ditentukan oleh kondisi sebagai berikut :
2 x In selama 300 detik …...beban lebih, arus Hs JTR
4.75 x In selama 60 detik .....beban lebih, arus Hs JTR
6.7 x In selama 30 detik ....... beban lebih, arus Hs JTR
11.3 x In selama 10 detik ....Beban lebih, arus Hs JTR
25 x In selama 2 detik ......Hubung singkat pada trafo

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 30


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Proteksi Sistem
Distribusi

Tabel 9

Tabel 10.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 31


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Proteksi Sistem
Distribusi
Rekomendasi pemilihan arus pengenal pelebur 24kv jenis letupan
(publikasi iec 282-2 (1970) / nema) di sisi primer berikut pelebur jenis letupan
publikasi iec 269-2 (1973) di sisi sekunder (230/400 v) yang merupakan
pasangan yang diselaraskan sebagai pengaman trafo distribusi

Tabel 11.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 32


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Proteksi Sistem
Distribusi
Rekomendasi pemilihan arus pengenal anak pelebur 24 kv, jenis pembatasan
arus, rujukan plubikasi iec 282-1(1974), vde dan ute (perancis) di sisi prier 20
kv, berikut pelebur jenis pembatasan arus rujukan iec 269-2 (1973) di sisi
sekunder (230/400 v) yang diselaraskan sebagai pengaman trafo distribusi.

Catatan : pemilihan nilai maksimum pelebur sekunder perlu di


kombinasikan dengan nilai maksium pelebur primer

C. Proteksi terhadap saluran jaringan tegangan rendah


Sebagai penghantar saluran biasanya digunakan jenis kabel udara
dengan isolasi dari bahan XLPE atau kabel tanah dengan isolasi dari
bahan PVC.
Arus hubung singkat akajn menyebabkan pelunakan pada isolasi,
maka pengamanan dilakukan dengan pembatasan besarnya arus
dan lamanya waktu tejadinya arus gangguan yang dikoordinasikan
dengan karakteristik fuse yang mengamankannya.
Fuse yang digunakan adalah jenis pembatasan arus TR , dengan
persyaran sebagai berikut :

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 33


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Proteksi Sistem
Distribusi
 Tegangan pengenal pelebur harus sesuai dengan tegangan
jaringan
 Arus pengenal harus lebih besar dari arus beban penghantar
(1,1 ¸ 1,2 arus beban maksimum)
 Arus beban maksimum sebaiknya sebesar 0,8 x kha penghantar
 Arus pengenal pelebur harus lebih kecil dari arus hubung
singkat di titik terjauh
 Besarnya arus hubung singkat pada JTR ditentukan oleh jarak
gangguan.
1,1U
Hubung singkat 3 phasa I hs 3F = --------
R

1,1V3U
Hubung singkat fasa-fasa I hs F-F = -----------
2R

1,1U
Hubung singkat 3 fasa ke tanah I hs 3F- T = -----------------
R + RN + RS

1,1U
Hubung singkat fasa netral I hs F- N = -----------
R + RN

Karakteristik listrik untuk kabel udara twisted alumunium


Arus yang diizinkan pada

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 34


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Proteksi Sistem
Distribusi
Penampang Tahanan pada Reaktansi pada
20°C 30°C 40°C
nominal 850c 50 hz
Mm2 Ohm / km Ohm / km A A A
16 2,41 0,1 85 80 70
25 1,52 0,1 110 100 95
35 1,10 0,1 135 125 110
50 0,81 0,1 160 145 135
70 0,54 0,1 200 185 170

Karakteristik Kabel NYFGbY


Current Carying AC
Resistance 200c Short
Capacity * Voltage
No of Size Circuit
In In Air Test
Cores Current
Conductor Insulation Ground at 200
at 1 Sec
at 200 C C
- Mm2 Ohm/Km Meg.Ohm.Km A A kA kV/10
min
1.5 12.1 26 27 20.2 0.17 4
2.5 7.28 57 36 28 0.29 4
4 4.56 52 46 38 0.46 4
6 3.03 44 58 49 0.70 4
10 1.81 36 77 67 1.16 4
16 1.14 26 100 90 1.86 4
25 0.74 26 130 118 2.91 4
35 0.524 22 155 146 4.07 4
4
50 0.387 22 185 176 5.81 4
70 0.286 19 230 224 8.14 4
95 0.193 18 274 274 11.05 4
120 0.153 16 314 319 13.95 4
150 0.124 16 358 364 17.44 4
185 0.0991 16 275 414 21.51 4
240 0.754 16 465 487 27.91 4
300 0.0601 15 521 560 34.88 4

Karakteristik Ketahanan kabel terhadap arus hubung singkat


Jenis Jenis isolasi Persamaan kurva
Penghant ketahanan kabel / Keterangan

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 35


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Proteksi Sistem
Distribusi

kawat
Alumunium Kertas karet A = 11,702 I Öt
kain yang
dipernis A = 14,632 I Öt Kurva batas ketahanan
PVC A = 10,772 I Öt isolasi
XLPE, EPR
Tembaga Kertas karet A = 7,654 I Öt
kain yang Kurva batas ketahanan
dipernis A = 9,571 I Öt isolasi
PVC A = 7,042 I Ö
XLPE, EPR
AAC - A = 7,972 I Öt Kurva penglunakan
AAAC - A = 8,940 I Öt Kurva penglunakan
ACSR - A = 6,406 I1 Öt Kurva saat leleh

Dimana :
A : Luas penampang Penghantar ( mm ² )
I : Arus hubung singkat ( kA )
T : Lamanya waktu hubung singkat ( detik )
Kabel
 Kabel saluran masuk / keluar 20 kv - 3 inti dengan jenis kabel :
N (NA)2X SE FBY, N (NA) 2X SEFGbY, N (NA) 2X SEBY
 Kabel penghubung kubikel dengan trafo 20 kv - 1 inti jenis kabel
N2XSY dengan penampang 25, 35, 50 mm2
 Kabel penghubung trafo dengan rak tr 220 v 1 inti jenis kabel
nyy dengan penampang 70, 95, 150, 240 mm2
 Kabel penghubung rak tr dengan saluran keluar jenis kabel
NYFGbY dengan penampang maksimal 95 mm2 untuk saluran
TIC

3.3. RELAI ARUS LEBIH

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 36


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Proteksi Sistem
Distribusi
Relai arus lebih adalah suatu relai yang bekerja berdasarkan adanya
kenaikan arus yang melebihi nilai arus dan waktu setingnya. Relai arus lebih
ini berfungsi sebagai proteksi terhadap gangguan hubung singkat, baik
hubung singkat antar fasa maupun fasa ke tanah.
Berdasarkan karakteristik waktu kerjanya relay arus lebih dapat dibagi
menjadi :
a. Relai arus lebih seketika (instanstaneous over current relay).
b. Relai arus lebih dengan tunda waktu tertentu (definite time over
current relay).
c. Relai arus lebih dengan tunda waktu terbalik (inverse time over
current relay).

3.3.1. Relai Arus Lebih Seketika


Relai arus lebih seketika adalah relai arus lebih yang bekerja tanpa
penundaan waktu, atau jangka waktu relai mulai saat arusnya pick-up
sampai selesai sangat singkat (sekitar 20 sampai 100 ms).
.t detik

I ampere

Gambar : Karakteristik Rele Arus Lebih Seketika

3.3.2. Relai Arus Lebih Waktu Tertentu


Jangka waktu relai mulai pick-up sampai selesai diperpanjang dengan
nilai tertentu dan tidak tergantung besarnya arus yang
menggerakkannya. Relai arus lebih jenis ini terdiri dari elemen arus lebih
dan elemen relai waktu

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 37


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Proteksi Sistem
Distribusi

.t detik

I ampere

Gambar : Karakteristik Relai Arus Lebih Waktu Tertentu

3.3.3. Relai Arus Lebih dengan Tunda Waktu Terbalik


Jangka waktu relai mulai pick-up sampai selesai kerjanya diperpanjang
dengan nilai yang berbanding terbalik dengan besarnya arus yang
menggerakkannya.

.t detik

t1

t2

I ampere

If1 If2

Gambar : Karakteristik Relai Arus Lebih Waktu Terbalik

Relai arus lebih waktu terbalik pada dewasa ini dalam suatu relai dapat
memiliki beberapa jenis kurva yang dapat dipilih sesuai dengan
kebutuhannya berkat kemajuan tekonologi elektronika dan micro prosesor
Dimana kurva kurva tersebut dapat diubah kedalam bentuk bentuk
persamaan diantaranya adalah :

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 38


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Proteksi Sistem
Distribusi
a. Kurva standar Inverse

 0.14 
tp  TD. 0.02  ( 3.1 )
M  1

b. Kurva Very Inverse


 13.5 
tp  TD. 
 M  1
( 3.2 )

c. Kurva Extremely Invers


 80.0 
tp  TD. 2  ( 3.3 )
 M  1

d. Kurva long time inverse


 80.0 
tp  TD. 2  ( 3.4 )
 M  1

Dimana :
. tp = waktu kerja relai dalam detik
TD = Time Dial Seting
M = Perkalian arus kerja relai (Pick-Up) M >1

Diagram prinsip kerja OCR

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 39


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Proteksi Sistem
Distribusi

PMT CT
Penyulang

T.C

OCR

+ Sumber
DC
-

3.4. P B O (Penutup Balik Otomatis)

Alat ini digunakan sebagai pelengkap untuk pengaman gangguan temporer


dan juga untuk membatasi luas daerah yang padam akibat gangguan, dilihat
dari peredam busur apinya PBO adalah :
a. PBO dengan media minyak
b. PBO dengan media Vaccum
c. PBO dengan media Gas SF6
Dilihat dari peralatan kontrolnya adalah :
d. PBO dengan kontrol hidroulick
e. PBO dengan kontrol elektronik
Dilihat dari peralatan sensornya adalah :
f. PBO dengan sensor arus listrik
g. PBO dengan sensor tegangan

3.5. PENGAMAN TERHADAP TEGANGAN SENTUH

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 40


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Proteksi Sistem
Distribusi
a. Pengertian.
Jika suatu tegangan tersentuh tubuh manusia maka pada umumnya
mengalir arus listrik kedalam tubuh yang berbahaya bagi tubuh
sebenarnya bukan tegangannya melainkan arus listrilk yang mengalir
didalam tubuh.
Tegangan akan berbahaya akibat sentuhan dengan tegangaan itu
menyebabkan mengalirnya arus listrik yang cukup besar didalam tubuh,
jika tidak menyebabkan aliran arus tegangan tidak berbahaya.
b. Akibat arus listrik dalam tubuh
Berdasarkan penelitian didapat kesimpulan bagaimana akibat arus
mengalir dalam tubuh manusia digambarkan sebagai berikut :

Daerah 1 menunjukkan arus tidak menimbulkan reaksi apapun


Daerah 2 Menunjukkan arus sudah terasa tetapi umumnya tidak
menimbulkan bahaya .
Daerah 3 menunjukkan arus terasa dan belum mengakibatkan bahaya
fibrilasi (denyuk jantung tak teratur).

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 41


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Proteksi Sistem
Distribusi
Daerah 4 menunjukkan arus terasa dan bisa terjadi bahaya fibrilasi
dengan kemungkinan sampai 50 %
Daerah 5 menunjukkan bahaya fibrilasi lebih dari 50 %.
Dalam gambar ini terlihat bahaya akibat arus mengalir ( tidak hanya
tergantung kepada besarnya arus tetapi juga lamanya arus mengalir )

 Tegangan Sentuh Yang Berbahaya

Jika tegangan sentuh tersentuh bagian tubuh sedangkan kaki


menginjak ketanah maka akan mengalir arus listrik krdalam tubuh
yang besarnya tergantung dari tahanan tubuh dan tahan kontak pada
kedua titik sentuhan. Bila tubuh tersengat aliran listrik besar arus
listrik yang melewati tergantung kepada tegangan listrik yang
mengenai dan lintasan yang dilalui arus listrik dengan demikian
beasar tahan tubuh manusia sangat dipengaruhi oleh keadaan
kelembaban tubuh.
Lintasan tubuh yang dilalui arus dan besar tegangan yang disentuh
dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 42


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Proteksi Sistem
Distribusi
Tabel batas tegangan sentuh dan lamanya sentuhan maksimum
Lama Sentuhan Besar Tegangan Sentuh
Arus Bolak-Balik (V) / harga Arus Searah (V)
Maksimum (detik)
efektif
< 50 < 120
5 50 120
1 75 140
0,5 90 160
0,2 110 175
0,1 150 200
0,05 220 250
0,03 280 310

 Cara Pengamanan Terhadap Tegangan Sentuh


Sentuhan dengan tegangan dapat terjadi secara langsung atau tidak
langsung. Pengamanan terhadap sentuhan langsung adalah
pengamanan terhadap sentuhan pada bagian yang aktif dari suatu
peralatan atau instalasi yang dalam kondisi normal bertegangan.
Sedangkan pengaman terhadap sentuhan tidak langsung adalah
pengamanan terhadap sentuhan pada badan peralatan atau instalasi
yang menjadi bertegangan pada waktu ada gangguan (hubung
singkat ke badan tersebut).kebadan instalasi yang bersifat konduktif.
Pengaman terhadap sentuhan langsung :
 Pengamanan dengan isolasi pada bagiuan bagian yang aktif
 pengamanan dengan selungkup atau sekat
 Pengamanan dengan penghalang
 Pengamanan dengan penempatan diluar jangkauan tangan
 Pengamanan tambahan dengan saklar pengaman arus ke
tanah

Pengamanan terhadap sentuhan tak langsung

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 43


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Proteksi Sistem
Distribusi
 Pengamanan dengan pemutusan otomatis
 pengamanan dengan isolasi pengaman
 pengamanan dengan alas isolasi
 pengamanan dengan pemisah pengaman (trafo pemisah)
 pengamanan dengan pentanahan

3.6. PENTANAHAN TR

Fungsi Pentanahan TR
Pentanahan TR berfungsi untuk menghindari bahaya tegangan sentuh bila
terjadi gangguan atau kegagalan isolasi pada peralatan atau pada instalasi
Dalam SPLN 3 1978 pentanahan netral pada jaringan tegangan rendah
adalah pentanahan efektif yang mempunyai tahanan pentanahan
dibawah 5 
Semua JTR dan instalasi harus menggunakan sistem pentanahan netral
pengaman ( PNP) PNP adalah sistem pentanahan dengan cara
menghubungkan badan peralatan atau instalasi dengan hantaran netral yang
ditanahkan (disebut hantaran nol) sehingga jika terjadi kegagalan isolasi
tercegahlah bertahannya tegangan sentuh yang terlalu tinggi karena
pemutusan arus oleh alat pengaman arus lebih
Tegangan sentuh yang timbul akibat gangguan atau kegagalan isolasi
tergantung kepada pentanahan. Bekerjanya peralatan pengaman juga
ditentukan oleh sistim pentanahan yang dipergunakan

3.7. PENGAMAN TERHADAP TEGANGAN LEBIH TRANSIENT

3.7.1. Sebab Timbulnya Tegangan Lebih Transient


Dalam keadaan operasi, suatu sistem tenaga listrik sering mengalami
gangguan yang dapat mengakibatkan terjadinya pelayanan-pelayanan
daya. Gangguan tersebut lebih sering terjadi pada jaringan distribusi.
Terjadinya gangguan adalah disebabkan oleh peninggian tegangan lebih,
dimana tegangan itu melampaui tingkat ketahanan isolasi dari hantaran
distribusi. Dengan demikian terjadi hubung singkat kawat-kawat fasa ke
tanah yang dapat menyebabkan PMT membuka.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 44


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Proteksi Sistem
Distribusi
Tegangan lebih ini antara lain ditimbulkan oleh :
a. Sambaran petir pada hantaran distribusi baik merupakan sambaran
langsung atau tidak langsung.
b. Surja hubung

Oleh sebab itu, kebutuhan tingkat ketahanan isolasi dari suatu sistem
tenaga biasanya ditentukan oleh tegangan lebih akibat sambaran petir
(tegangan lebih atmosfir ) dan tegangan lebih akibat transien pada waktu
switching.

 Tegangan lebih atmosfir ( petir )

Tegangan lebih ini timbul pada JTM karena JTM terkena sambaran
petir baik langsung ( jarang terjadi ) maupun sambaran tidak lansung
( sering terjadi ), misalnya petir menyambar pohon atau benda lain
yang lebih tinggi dari JTM lalu menginduksi ke JTM yang ada di
sekitar lokasi sambaran petir.
Teganganlebih atmosfir ini sekitar 345 kV.

 Tegangan lebih hubung.

Di dalam jaringan listrik ada dua macam yang dapat dibedakan, yaitu
keadaan stasioner ( misalnya keadaan masa kerja suatu jaringan )
dan keadaan sementara atau proses menuju keseimbangan
( transien ), yang timbul pada waktu switching atau memutus arus.
Proses transien adalah peralihan dari keadaan stasioner I ke
keadaan stasioner II, yang hampir selalu menyebabkan ossillasi
tegangan dan arus, karena itu dapat menimbulkan kenaikan
tegangan G.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 45


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Proteksi Sistem
Distribusi

G Trafo

G Trafo

Gambar 1 : Keadaan I dan II dari distribusi daya

Karena adanya tahanan dalam jaringan, maka tegangan lebih


diredam dan setelah beberapa waktu tertentu tegangan itu
menghilang. Dalam gambar 1 digambarkan keadaan stasioner I dan
II. Dalam keadaan I generator memberikan daya melelui suatu
penghantar trafo terus ke pemakai melalui penghantar, melainkan
dalam distribusi daya itu ada juga medan magnit yang mengelilingi
penghantar-penghantar dan medan listrik antara penghantar-
penghantar sendiri dan penghantar-penghantar dengan tanah.

Medan listrik dan medan magnet itu mengandung energi yang


berpulsa sebesar harga rata-rata dari frekuensi yang 2 x sebesar
frekuensi jaringan. Selama keadaan stasioner I, energi dari
pembangkit itu disimpan pada trafo, penghantar dan pemakai.
Sesudah membuka sakelar S ( keadaan II ) generator itu tidak
menyerahkan daya lagi kepada pemakai, tetapi generator itu tetap
memberi energi medan listrik pada penghantar, walaupun energi
tersebut hanya sedikit. Proses keseimbangan itu membawa keadaan
energi dari keadaan I ke keadaan II, yang dimulai dengan proses
switching ( pemutus arus ).

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 46


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Proteksi Sistem
Distribusi
Jadi dapat dikatakan, bahwa proses transien adalah proses
keseimbangan energi antara dua keadaan stasioner yang masing-
masing mempunyai muatan-muatan energi yang berbeda-beda.

3.8. KARAKTERISTIK TEGANGAN LEBIH

3.8.1. Karakteristik Tegangan Lebih Atmosfir ( petir )


Teori yang dapat diterima tentang petir yaitu bahwa awan terdiri dari
daerah bermuatan positif dan negatif. Pusat-pusat muatan ini
menginduksikan muatan berpolaritas berlawanan ke awan terdekat atau ke
bumi. Gradien potensial di udara antara pusat-pusat muatan di awan atau
antara awan dan bumi tidak seragam tapi gradien tersebar timbul pada
bagian konsentrasi muatan tinggi.
Dimana konsentrasi muatan tertinggi dan gradien tegangan tinggi dari
awan ke bumi, timbul muatan pelepasan yang secara umum terjadi di
awan. Ketika gradien mencapai batas untuk udara, udara di daerah
konsentrasi stres tinggi mengionisasi atau tembus ( break down ).
Muatan dari pusat muatan mengalir ke dalam kanal terionisasi,
mempertahan-kan gradien tegangan tinggi pada ujung kanal dan
melanjutkan proses tembus listrik. Formasi suatu sambaran petir
berikutnya adalah tembus listrik pro-gresif pada jalur busur api lebih kecil
dari pada tembus listrik sesaat dan komplit di udara sepanjang kanal.
Sambaran petir ke bumi mulai ketika suatu muatan sepanjang pinggir
awan menginduksikan muatan lawan ke bumi, seperti diperlihatkan pada
gambar 2. Lidah arah bawah menyebar dari awan ke arah bumi seperti
diperlihatkan pada gambar 3. Jika pusat muatan kecil, semua muatan bisa
saja dilepaskan selama lidah utama ( pilot leader ) terbentuk dan
sambaran tidak lengkap. Ketika sambaran lengkap, muatan kecil
tampaknya dikosongkan. Akibatnya lidah petir juga terhenti. Begitu pusat
muatan baru terbentuk dan lidah petir terbentuk lagi secara cepat.
Begitu lidah petir mendekati bumi, sambaran ke arah atas terbentuk,
biasanya dari titik tertinggi di sekitarnya bila lidah petir ke arah atas dan ke
arah bawah bertemu seperti terlihat pada gambar 4.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 47


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Proteksi Sistem
Distribusi
Suatu hubungan awan ke bumi terbentuk dan energi muatan awan
dilepaskan ke dalam tanah. Muatan-muatan dapat terinduksi ke jaringan
listrik yang ada di sekitar sambaran petir ke tanah. Walaupun muatan
awan dan bumi dinetralisir lewat jalur awan ke tanah, muatan dapat
terjebak pada jaringan listrik, seperti terlihat pada gambar 5. Besar muatan
yang terjebak ini tergantung pada gradien mula awan ke bumi dan jarak
sambarangan terhadap jaringan. Tegangan terinduksi pada jaringan listrik
dari sambaran ke tempat jauh, akan menjalar sepanjang jaringan dalam
bentuk gelombang berjalan sampai dihilangkan oleh pengurangan
( atennuasi ), kebocoran, isolator rusak/ pecah, atau arrester beroperasi.
Bila sambaran langsung ke jaringan listrik, tegangan naik secara cepat
pada titik kontak. Tegangan ini juga menjalar dalam bentuk gelombang
berjalan dalam dua arah dari titik sambaran, berusaha menaikkan
potensial jaringan terhadap tegangan lidah petir arah ke bawah.
Tegangan ini melampaui ketahanan tegangan jaringan terhadap tanah dari
isolasi sistem dan jika tidak cukup dilengkapi dengan pengaman tegangan
lebih, dapat mengawali kerusakan isolasi. Kerusakan isolasi ( kegagalan ),
atau operasi arrester lebih baik, akan di bentuk suatu jalur dari kawat
jaringan ke tanah untuk sambaran petir. Ini menyempurnakan mata rantai
antara awan dan bumi untuk melepas energi awan dalam bentuk arus
surja. Karena titik hubung jaringan ke tanah makin jauh dari titik kontak
sambaran, sebagian kawat jaringan dapat membentuk suatu bagian dan
jurus arus petir.
Arrester surja, dengan karakteristik tembus listrik terkontrol, loncatan listrik
(spark over) terjadi pada tegangan di bawah ketahanan isolasi sistem.
Loncatan listrik yang rendah, tahanan yang rendah selama arus surja
mengalir menyebabkan arrester surja begitu penting dalam sistem
distribusi.
Tegangan yang dihasilkan oleh sambaran petir secara karakteristik naik
mencapai nilai puncak secara cepat dan kemudian menurun menuju nol
pada laju yang sangat lambat.
Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tegangan puncak biasanya
beberapa mikro detik atau kurang. Waktu ekor gelombang dapat mencapai

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 48


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Proteksi Sistem
Distribusi
sepuluh atau ratusan mikro detik. Tegangan pada penghantar jaringan
distribusi yang tersambar petir tidak seragam kenaikannya menuju puncak
gelombang. Ketika lidah sambaran mendekati penghantar, terjadi induksi
muatan. Ketika lidah ini mendekati penghantar pada kecepatan 0,3048 m /
mikrodetik, terjadi kenaikan tegangan induksi.
Bila sambaran petir mencapai penghantar, kenaikan tegangan menjadi
lebih cepat. Karena arrester yang biasa dipakai pada jaringan distribusi
mempunyai tegangan pengenal yang rendah, maka bisa saja arrester
beroperasi pada tegangan terinduksi tersebut.
Jadi perbandingan kenaikan tegangan terhadap beroperasinya arrester
akan lebih rendah pada JTM dari pada JTT. Untuk mengetahui ketahanan
tegangan isolasi terhadap tegangan petir, dilakukan uji tegangan impuls di
laboratorium. Bentuk gelombang tegangan impuls ini distandarisir (SPLN)
1,2 x 50 mikrodetik, seperti terlihat pada gambar 6, bentuk gelombang dan
besar arus sambaran petir juga bervariasi. Hal ini juga telah distandarisir
untuk gelombang arus uji yaitu naik dari nol mencapai nilai puncak dalam 8
mikrodetik dan menurun mencapai nilai ½ puncak dalam 20 mikro detik
sejak awal.

+
+ + + +
+ ++ + +
++

+++++++++ ++++++++
+ +

Gambar 2 : Muatan sepanjang pinggir awan menginduksi


muatan lawan pada bumi

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 49


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Proteksi Sistem
Distribusi

++++++++ ++++++

Gambar 3 : Lidah petir menjalar ke arah bumi

3.8.2. Karakteristik Tegangan Surja Hubung


Ketika suatu sakelar dalam rangkaian listrik dibuka atau ditutup akan
terjadi suatu transien hubung. Hal serupa juga akan terjadi pada JTM atau
JTT. Kombinasi dari kapasitansi, induktansi dan resistansi JTM secara
umum sedemikian rupa sehingga teganga lebih surja hubung yang
merusak isolasi sistem tidak terjadi. Akan tetapi tegangan lebih surja
hubung yang dapat merusak isolasi sistem dapat terjadi akibat dari
pukulan balik ketika proses buka/tutup (switching) saklar bangka kapasitor
perbaikan faktor daya. Pukulan balik yang terjadi pada saat buka/tutup
saklar kapasitor menunjukkan suatu pemakaian tidak sempurna dari
saklar. Mengatasi masalah ini sebaiknya dengan cara mendapatkan saklar
yang bebas pukulan balik dan mencegah tegangan lebih dari pada
mencoba mempro-teksinya.

Ferroresonansi dapat menghasilkan tegangan lebih merusak pada JTM.


Tegangan lebih ini tidak benar-benar transien ( peralihan ) karena bersiklus

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 50


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Proteksi Sistem
Distribusi
dan tetap ada dalam periode panjang. Tegangan lebih ini dapat terjadi
ketika kapasitansi dienerjais secara hubungan seri dengan kumparan
primer dari trafo tanpa beban atau berbeban rendah. Ini biasanya terjadi
ketika proses hubung ( switching ) sebagai akibat dari suatu pelebur putus
atau suatu penghantar JTM putus. Penyelesaian dari masalah ini adalah
merubah hubungan jaringan atau merevisi operasi saklar ( switching )
sehingga tegangan lebih tidak dapat terjadi. Cara ini tidak dapat
mengamankan isolasi terhadap tegangan lebih tersebut.

3.9. PENGAMANAN TERHADAP TEGANGAN LEBIH

3.9.1. Pengaman Surja dari Saluran Distribusi ( Metode Lama ).


Pengaman saluran distribusi menurut metode lama adalah merupakan
pengembangan dari metoda yang digunakan pada saluran transmisi. Ada
beberapa metoda pengaman yang digunakan metoda lama ini, yaitu kawat
tanah, kawat netral dan sela batang.
a. Kawat Tanah ( Overhead Statics )
Metoda pertama yang digunakan untuk pengaman saluran distribusi
adalah kawat tanah. Metoda ini yang biasanya digunakan pada
saluran transmisi, memerlukan ketahanan impuls isolasi sangat
tinggi. Untuk saluran distribusi hal ini tidak mungkin dipenuhi,
khususnya pada tempat-tempat peralatan seperti transformator.
Kriteria utama perencanaan dalam mengevaluasi kawat tanah adalah
persoalan back flash over ke tanah. Penggunaan kawat tanah
memerlukan tahanan pentanahan yang sangat rendah untuk setiap
struktur dan ketanahan impuls isolasi yang tinggi. Pada sistem multi
grounded Y, kawat netral dihubungkan pada banyak titik tanah, yang
selanjutnya berlaku mempengaruhi arus petir pada seluruh peralatan
di saluran. Dan hasilnya tidak seberapa untuk mengamankan saluran
dari flash over bila arus petir yang besar mengenai transformator dan
peralatan-peralatan.

b. Kawat Netral

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 51


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Proteksi Sistem
Distribusi
Dalam hal ini kawat netral ditempatkan di atas fasa menggantikan
kedudukan kawat tanah. Persoalan sama yang mencakup back flash
over juga tetap terjadi. Penelitian yang telah dilakukan ( di Australia )
menunjukkan bahwa baik kawat tanah ( di atas kawat fasa ) maupun
kawat netral ( di bawah kawat fasa ) keduanya meredam sedikit
gelombang surja. Kawat netral di atas kawat fasa ternyata tidak
ekonomis atau tidak merupakan metoda yang baik untuk melindungi
peralatan terhadap sambaran petir.

c. Sela Batang.
Latar belakang dari metoda ini adalah apabila saluran harus juga
flash over, maka buatlah ketahanan impuls dari saluran tinggi dan
buat pada beberapa titik dari saluran ketahanan impuls yang lebih
rendah tersebut yaitu pada sela batang. Hal ini memerlukan
beroperasinya pemutus daya (circuit breaker) untuk menghilangkan
gangguan 50 Hz itu.
Ada beberapa persoalan dengan sela batang ini pertama adalah
jarak sela batang karena hal ini terutam menentukan flash over.
Dengan adanya arus gangguan yang besar bunga api pada sela
batang ( rod gap ) bunga api pada alat tersebut dapat merusak
peralatan di sekitarnya.

d. Arrester Pada Trafo Distribusi


Terminal pentanahan arrester dihubungkan dengan terminal trafo dan
terminal pentanahan netral trafo ( netral ditanahkan langsung ) jika
tidak ditanahkan bersama maka arus surja akan mengalir ke tanah
melalui impedansi Z menyebabkan drop tegangan pada impedansi
tersebut sehingga timbul tegangan tinggi pada kumparan primer trafo
karena kumparan sekunder dan tangki mempunya beda potensial
terhadap tanah maka timbul beda potensial di antara keduanya. Jika
ditanahkan bersama seperti Gambar 8, maka akan menurunkan drop
tegangan pada impedansi tersebut. Sehingga menghilangkan beda
potensial yang dihasilkan drop tegangan pada impedansi tanah, lihat
gambar 9.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 52


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Proteksi Sistem
Distribusi
Jika interkoneksi ( solid ) antara tangki dan titik pentanahan bersama
tidak diizinkan dapat digunakan cela antara titik pentanahan dan
netral kumparan sekunder, lihat gammbar 10. Hal ini menyebabkan
arus surja dilewatkan melalui beberapa impedansi pentanahan
paralel. Dan bahaya terhadap kerusakan isolasi diminimalkan
walaupun dalam koneksi arus surja besar dan impedansi pentanahan
tinggi.
Arrester dipasang pada tiap-tiap penghantar baik pada trafo tiga fasa
maupun satu fasa untuk sistem Y ditanahkan, lihat gambar 11 untuk
seistem delta arrester pada jaringan tidak ditanahkan.
Tegangan pada arrester adalah tegangan fasa-fasa jika salah satu
penghantar mengalami gangguan fasa ke tanah dan arrester tetap
harus dipasang tiap fasa. Untuk trafo satu fasa juga memerlukan
arrester pada tiap kawat fasa di sisi primer.

e. Arrester pada SUTM


Penempatan arrester pada jaringan dilaksanakan sebagai berikut :
Arrester sedapat mungkin dipasang pada titik percabangan dan pada
ujung-ujung saluran yang panjang, baik saluran utama maupun
saluran percabangan, jarak arrester yang satu dan yang lain tidak
boleh lebh dari 500 meter. Jika terdapat kabel tanah sebagai bagian
dari sistem, arrester sebaiknya dipasang pada ujung kabel. Arrester
yang dipasang pada tiap kawat fasa.

f. Arrester SKTM
Saluran kabel bawah tanah tahan terhadap gangguan petir jika
saluran kabel bawah tanah mulai dari generator sampai pelanggan.
Akan tetapi jika SKTM digabung dengan SUTM, maka petir dapat
masuk ke SKTM melalui SUTM tiang naik.
Jadi arrester harus dipasang pada tiang naik dan di tiap kawat fasa.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 53


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Proteksi Sistem
Distribusi

Gambar 14 : Tegangan pada SKTM akibat sambaran petir pada SUTM

3.10. KEGAGALAN PENGAMANAN DAN SEBAB-SEBABNYA.

Pengaman tegangan lebih yang terbaik adalah arrester jika pengaman


terpasang tapi alat yang diamankan juga mengalami kerusakan saat terkena
sambaran petir baik langsung maupun tidak langsung disebabkan oleh
kekurangan, antara lain :
a. Arrester.

 Sambungan kawat arrester pada terminal arrester tidak baik ( tidak


cukup kencang )
 Sambungan kawat arrester pada kawat fasa jaringan tidak baik
( tidak cukup kencang )
 Sambungan kawat arrester ke terminal tanah arrester tidak baik
(tidak cukup kencang)
 Sambungan kawat pentanahan arrester yang satu dengan kawat
pentanahan arrester lain tidak baik ( tidak cukup kencang).
 Sambungan kawat pentanahan arrester dengan kawat batang /
batang pentanahan tidak baik ( tidak cukup kencang ).
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 54
PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Proteksi Sistem
Distribusi
 Tahanan pentanahan arrester lebih besar dari 1 ohm.
 Jarak arrester terlalu jauh dari trafo.
 Jarak panjang arrester pada tiang yang satu dengan arrester pada
tiang yang lain terlalu jauh.
 Arrester tidak bekerja optimal, yaitu walaupun tidak ada petir
menyambar langsung maupun tidak langsung, langsung arrester
bekerja. Atau juka ada sambaran dan arrester bekerja tapi alat
yang diamankan juga rusak, ini disebabkan oleh jarak celah
arrester tidak sesuai atau arrester sudah rusak, karena itu perlu
diganti dengan yang baik/baru. Jika arrester meledak karena
terkena sambaran langsung atau tidak langsung baik pada JTM
maupun pada arrester maka berarti arrester tidak dapat bekerja,
tidak dapat merubah dirinya menjadi penghantar lagi jadi arrester
harus diganti.

b. Bila turun (trafo, isolator, bushing) Rodgap/Sparkgap.

 posisi dan jarak antara rod gap pada terminal sekunder trafo GI
maupun pada terminal primer trafo distribusi perlu dikembangkan
ke posisi dan jarak semula yang benar.

 Rod gap perlu dibersihkan dari akumulasi kotoran/polusi bushing :


tua, kotor, retak rambut dan lain-lain.

Isolator.

Kotor, jadi perlu dibersihkan dari akumulasi kotoran / polusi.


Retak/pecah, perlu diganti.

Trafo :
Trafo sudah tua/isolasi kumparan menurun tahanan isolasinya.
Minyak trafo kotor, banyak mengandung bahan konduktif, endapan
karbon dan uap/air.

Kawat tanah :

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 55


PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Proteksi Sistem
Distribusi
Jarak kawat tanah dari kawat fasa kurang dari standar ( sudut
perlindungan maksimum 45o ).
Terjadi perubahan konstruksi JTM karena gangguan alam, tiang
miring, dll.
Pentanahan kawat tanah tidak sempurna ( lebih besar dari 1 ohm )
misalnya sambungan pada konnektor longgar, elektroda bumi
berkarat, perubahan kondisi tanah, dll.
 Perencanaan salah yaitu penempatan pengaman, jenis/ukuran
pengaman, koordinasi isolasi salah pemilihan dan survey
tahanan tanah tidak akurat.
 Pemeliharaan tidak baik pada jaringan, trafo, penghantar
maupun pada alat pengaman.

Minyak trafo kotor, banyak mengandung bahan konduktif, endapan


karbon dan uap/air.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 56

Anda mungkin juga menyukai