Tujuan, syarat, indikasi pemberian, cara memesan diet, makanan yang boleh
dikonsumsi atau tidak.
Indikasi :
Diberikan kepada penderita tukak lambung (sakit maag). Dapat juga diberikan pada penderita
radang lambung (gastritis), diare, typhus abdominalis
Tujuan Diet :
1. menetralkan kelebihan asam lambung
2. memberikan makanan yang cukup
3. meringankan fungsi lambung
Prinsip Diet :
1. Mudah cerna, makanan lunak atau cair
2. Tidak merangsang
3. Porsi kecil dan diberikan sering
Jam 10.00
Snack 50 1 bh
Makan Siang
Beras / Penukar 50 3/8 gelas
Lauk Hewani 25 1/2 ptg
Lauk Nabati 25 1/2 ptg
Sayuran 100 1 gelas
Buah 100 1 ptg
Minyak 10 1 sdm
Gula 15 15 1 1/2 sdm
Jam 16.00
Snack 50 1 bh
Makan Malam
Beras / Penukar 50 3/8 gelas
Lauk Hewani 25 1/2 ptg
Lauk Nabati 25 1/2 ptg
Sayuran 100 1 gelas
Buah 100 1 ptg
Minyak 10 1 sdm
Gula 15 1 1/2 sdm
Contoh Menu
Makan Pagi : Nasi Tim
Semur bola-bola daging
Pepes tahu
Tumis tauge dan kc panjang
http://giziwebster.blogspot.com/2012/07/diet-penyakit-lambung.html
DIIT PADA PENYAKIT LAMBUNG
Posted on October 14, 2009 by Yayan_Akhyar | 1 Comment
Rate This
GAMBARAN UMUM
—–Penyakit lambung atau gastrointestinal meliputi gastritis akut dan kronik, ulkus peptikum,
pasca operasi lambung yang sering diikuti dengan ”dumping sindrome” dan kanker lambung.
Ganguan gastrointestinal sering dihubungkan dengan emosi atau psikoneurosis dan/atau
makan terlalu cepat karena kurang dikunyah sertta terlalu banyak merokok.
—–Gangguan pada lambung umumnya berupa sindrom dispepsia, yaitu kumpulan gejala
yang terdiri dari mual, muntah, nyeri epigastrium, kembung, nafsu makan berkurang, dan
rasa cepat kenyang.
—–
TUJUAN DIIT
—–Tujuan diet penyakit lambung adalah untukmemberikan makanan dan cairan secukupnya
yang tidak memberatkan lambung serta mencegah dan menetralkan sekresi asam lambungg
yang berlebihan.
—–
SYARAT DIIT
—–
Diit Lambung I
Diet lambung ini diberikan kepada pasien gastritis akut, ulkus peptikum, paska perdarahan,
dan tifus abdominalis berat.
Makanan diberikan dalam bentuk saring dan merupakan perpindahan dari Diet pasca
hematemesis-melena, atau setelah fase akut teratasi.
Makanan diberikan setiap 3 jam selama 1-2 hari saja karena membosankan serta kurang
energi, zat besi, tiamin, dan vitamin C.
—–
Diet Lambung II
Diet lambung II diberikan sebagai perpindahan dari diet lambung I, kepada pasien dengan
ulkus peptikum atau gastritis kronis dan tifus abdominalis ringan.
Makanan berbebtuk lunak, porsi kecil serta diberikan berupa 3 kali makanan lengkap dan 2-3
kali makanan selingan.
Makanan ini cukup energi, protein, vitamin C, tetapi kurang toamin.
—–
Diet lambung III diberikan sebagai perpindahan dari diet lambung II pada pasien dengan
ulkus peptikum, gastritis kronik, atau tifus abdominalis yang hampir sembuh.
Makanan berbentuk lunak atau biasa bergantung pada toleransi pasien
Makanan inii cukup energi dan zat gizi lainnya.
http://yayanakhyar.wordpress.com/2009/10/14/diit-pada-penyakit-lambung/
a. Diet lambung I : untuk kasus berat. Makanan yang diberikan dalam bentuk
makanan saring dan diberikan setiap 3 jam.
b. Diet lambung II : untuk kasus ringan. Makanan diberikan dalam bentuk makanan
lunak.
Sumber karbohidrat : Beras ketan, beras tumbuk, roti whole wheat, jagung,
ubi, singkong, talas, cake, dodol, dan berbagai kue yang terlalu manis dan
berlemak tinggi.
Sumber protein hewani : Daging, ikan, ayam yang diawetkan, digoreng,
daging babi, telur diceplok atau digoreng.
Sumber protein nabati : Tahu, tempe digoreng, kacang tanah, kacang merah,
kacang tolo.
Sayuran : Sayuran mentah, sayuran berserat tinggi, dan menimbulkan gas
seperti daun singkong, kacang panjang, kol, lobak, sawi, dan asparagus.
Buah-buahan : Buah yang tinggi serat dan/atau dapat menimbulkan gas
seperti jambu biji, nanas, apel, kedondong, durian, nangka, buah yang
dikeringkan.
Lemak : Lemak hewan dan santan kental
Minuman : yang mengandung soda dan alkohol sperti kopi, ice cream.
Bumbu : Lombok, bawang, merica, cuka, dan bumbu-bumbu yang tajam
lainnya.
Diet lambung III : diberikan pada penderita gangguan saluran cerna atas yang
hampir sembuh. Makanan berbentuk lunak atau biasa.
Makanan yang dianjurkan :
Karbohidrat : Beras ketan, beras tumbuk, roti whole wheat, jagung, ubi,
singkong, talas, kentang di goreng, dodol.
Protein hewani : Daging, ikan, ayam yang dikaleng, dikeringkan, diasap,
diberi bumbu-bumbu tajam, daging babi, telur goreng.
Protein nabati : Tahu, tempe digoreng, kacang tanah, kacang merah, kacang
tolo
Sayuran : Sayuran yang dikeringkan
Buah-buahan : Buah yang tinggi serat dan/atau dapat menimbulkan gas
seperti jambu biji, nenas, kedondong, durian, nangka dan buah yang
dikeringkan.
Lemak : Lemak hewan, santan kental
Minuman : Kopi, teh kental, minuman yang mengandung soda dan alkohol,
ice cream
Bumbu : Lombok, merica, cuka dan bumbu lainnya yang tajam
http://www.mausehat.com/diet-atasi-masalah-saluran-cerna/
Senyum & Semangat
Tak ada satu kata pun yang sia-sia dari mulutmu, semua berarti jika kau mensyukurinya.....
Jangan pernah merasa sendiri.... Karena Allah itu lebih dekat daripada urat nadi kita......
Tetaplah yakin dan berbaik sangka..... Karena kau akan selalu bersama dengan apa yang
paling engkau cintai....
Menurut Almatsier (2001), saluran cerna adalah system yang sangat kompleks dan merupakan
saluran yang berfungsi untuk mencerna makanan, mengabsorbsi zat gizi dan mengeksresi sisa-sisa
pencernaan. Gangguan pada lambung umumnya berupa sindroma dyspepsia, yaitu kumpulan gejala
yaitu kumpulan gejala yaitu mual, muntah, nyeri epigastum, kembung, nafsu makan berkurang dan
rasa cepat kenyang. Penyakit-penyakit saluran cerna yang terjadi antara lain demam tifoid, gastro
enteritis akut (GEA) dan gastritis.
a. Gastritis
Gastritis adalah inflamasi / peradangan mukosa gaster / lambung. Ada dua kalsifikasi
gastritis, yaitu:
1. Gastritis akut erosif : peradangan permukaan mukosa gaster yang akut dengan kerusakan –
kerusakan erosi. Disebut erosif apabila kerusakan yang terjadi tidak lebihdalam dari pada
mukosa muskularis.
Etiologi :
Etiologi :a. Obat aspirin b. Bahan kimiac. Rokok d. Alkohole. Stres fisik ( luka bakar, sepsis,
trauma pembedahan, dll )f. Stres psikologisg. Refluk isi usus. h Endotoksin
Metaplasia adalah salah satu mekanisme pertahanan tubuh terhadap iritasi, yaitu dengan
mengganti sel mukosa gaster, misalnya dengan sel desquamosa yang lebih kuat. Karena sel
desquamosa lebih kuat maka elastisitasnya juga berkurang. Pada saat mencerna makanan,
lambung melakukan gerakan peristaltik tetapi karena sel penggantinya tidak elastis maka akan
timbul kekakuan yang pada akhirnya menimbulkan rasa nyeri. Metaplasia ini juga menyebabkan
hilangnya sel mukosa pada lapisan lambung, sehingga akan menyebabkan kerusakan pembuluh
darah lapisan mukosa. Kerusakan pembuluh darah ini akan menimbulkan perdarahan.[1]
Ulkus peptikum merupakan keadaan di mana kontinuitas mukosa lambung terputus dan
meluas sampai di bawah epitel. Kerusakan mukosa yang tidak meluas sampai ke bawah epitel
disebut erosi, walaupun seringkali dianggap juga sebagai tukak(misalnya tukak karena
stress). Tukak kronik berbeda denga tukak akut, karena memiliki jaringan parut pada dasar
tukak. Menurut definisi, tukak peptik dapat ditemukan pada setiap bagian saluran cerna yang
terkena getah asam lambung, yaitu esofagus, lambung, duodenum, dan setelah
gastroduodenal, juga jejunum. Walaupun aktivitas pencernaan peptic oleh getah lambung
merupakan factor etiologi yang penting, terdapat bukti bahwa ini hanya merupakan salah satu
factor dari banyak factor yang berperan dalam patogenesis tukak peptic.
Penyebab terjadinya ulkus peptikum belum jelas tetapi banyak teori yang
menerangkan terjadinya ulkus peptikum diantaranya adalah :
1. Resistensi mukosa terhadap asam getah lambung ulkus kronis terjadi karena adanya
sekresi asam lambung yang berlebihan.
2. Kerusakan pada susunan saraf pusat seperti neoplasma dan hipertensi maligna
menyebabkan chusing,erosi akut dan ulkus lambung,esofagus,duodenum.
4. Infark pada dinding lambung karena asam lambung.infark tersebut menjadi jaringan
trombus dan meninggalkan ulkus pada dinding lambung.
2. Lapisan epitel, merupakan garis pertahanan kedua setelah preepitel dengan memproduksi
mucus yang memelihara PH intrasel dan produksi bikarbonat.
c. Tifus Abdominalis
Typhus Abdominalis (demam tifoid, enteric fever) ialah penyakit infeksi akut yang
biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu,
gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran. Demam tifoid adalah infeksi demam
sistemik akut yang nyata pada fogosit mononuclear dan membutuhkan tatanama yang
terpisah.
2. SYARAT DIET PENYAKIT LAMBUNG
Tujuan diet penyakit lambung adalah untuk memberikan makanan dan cairan secukupnya yang
tidak memberatkan lambung. Jika pasien penyakit lambung mengkonsumsi makanan dalam
jumlah banyak, maka hal ini dapat memberatkan lambung karena alat pencernaan termasuk
lambung selain mendorong makanan menuju usus halus juga secara periodic memeras isinya
sepanjang saluran, sehingga memungkinkan getah pencernaan bersentuhan baik dengan isi
saluran cerna. Semakin banyak makanan yang masuk maka lambung mendorong dan memeras
isinya atau akan melakukan gerak peristaltic semakin lama.
Energi
Sumber energy utama adalah karbohidrat. Karbohidrat yang diperoleh mempunyai kandungan
zat pati dan zat gula(malthosa-sukrosa-laktosa). Denganadanya amylase (=ptialin) yang
bercampur dengan makanan didalam mulut,pati dengan bantuan air ludah /saliva akan diubah
menjadi dekstrin. Dengan terdapatnya asam klorida (HCl) yang diproduksi lambung, sebelum
makanan bereaksi asam, pati sebesar mungkin akan diubah menjadi disakharida. Jadi, konsumsi
karbohidrat yang tinggi akan meningkatkan produksi asam lambung.Adanya peningkatan asam
lambung yang berlebihan menghasilkan gelembung-gelembung gas di dalam lambung sehingga
seseorang merasakan kembung. Hal ini tentu akan memperparah kondisi penderita.
Protein
Salah satu fungsi asam lambung adalah mengaktifkan beberapa enzim yang terdapat dalam
getahlambung, misalnya pepsinogendiubah menjadi pepsin. Enzimini aktif memecah protein
dalam bolus menjadi proteosa danpepton yang mempunyai ukuran molekul lebih kecil. Jika
penderita penyakit lambung atau gastrointestinal mengkonsumsi protein dalam jumlah besar
maka sekresi enzim pepsin akan meningkat dimana secara otomatis produksi asam lambung juga
akan meningkat. Itulah sebabnya diet untuk penyakit lambung konsumsi proteinnya tidak boleh
terlalu tinggi atau cukup sesuai kebutuhan agar sekresi asam lambungnya tidak meningkat
sehingga tidak memperparah keadaan penderita.
Makanan yang masuk ke dalam lambung akan bercampur dengan getah lambung yang
bersifat asam. Melalui gerakan kontraksi lambung, makanan akan dicerna hingga menjadi cair
(chymus). Walaupun pencernaan lemak di lambung sangat terbatas karena proses emulsifikasi
lemak tidak terjadi di lambung. Namun, proses pencernaan lipid pertama kali dilakukan di
lambung. Lambung mensekresikan getah lambung yaitu cairan jernih bewarna kuning pucat yang
mengandung HCL 0,2-0,5% dengan pH sekitar 1,0. Getah lambung terdiri atas 97-99% air.
Sisanya berupa musin (lendir) serta garam anorganik dan enzim pencernaan yaitu, pepsin renin
serta lipase. Enzim lipase inilah yang akan mencerna makanan yang mengandung lemak.
Panas lambung merupakan faktor penting untuk mencairkan massa lemak yang berasal dari
makanan dan proses emulsifikasinya terjadidengan bantuan kontraksi peristaltik. Lambung
menyekresikan lipase lambung (lipase gastrik) yang pada manusia merupakan lipase
prodeudenal utama. Lipase lingualdan gastrik memulai pencernaan lemak dengan menghidrolisis
triasilgliserol yang mengandung asam lemak rantai pendek, sedangdan pada umumnya asam
lemak tak jenuh rantai panjang untuk membentuk terutama asam lemak bebas dan 1,2-
diasilgliserol dengan ikatan sn-3 ester sebagai tempat hidrolisis utamanya. Enzim ini hancur pada
pH rendah, tetapi bekerja aktif setelah makan karena kerja pendaparan yang dimiliki protein
makanan di dalam lambung. Nilai optimum pH yang dimiliki cukup luas yaitu sekitar 3,0-6,0.
Lipase prodeudenal berperan penting selama periode neonatal, yaitu pada saat aktivitas
lipase pankreas masih rendah sementara lemak susu harus dicerna. Akibat waktu retensi selama
2-4 jam di dalam lambung, sekitar 30% triasilgliserol makanan dapat diserap pada selang waktu
tersebut, sebaian besar pada satu jam pertama. Lemak susu mengandung asam lemak rantai
sedang dan pendek yang cenderung mengalami esterifikasi pada posisi sn-3. Oleh sebab itu,
lemak susu merupakan substrat yang baik bagi enzim lipase gastrik. Asam lemak hidrofilik rantai
pendek dan sedang yang dilepas akan diserap melalui dinding lambung dan masuk ke vena
porta, sementara asam lemak rantai panjang larut di dalam droplet lemak dan terus melintas ke
duodenum.
Enzim lipase yang berperan dalam proses pencernaan lemak di lambung merupakan salah
satu komponen getah atau asam lambung. Jika orang yang menderita penyakit lambung
mengkonsumsi lemak tinggi, akan merangsang peningkatan produksi asam lambung. Padahal
tujuan diet penyakit lambung adalah untuk memberikan makanan dan cairan secukupnya yang
tidak memberatkan lambung dan mencegah dan menetralkan sekresi asam lambung yang
berlebihan. Pada penyakit lambung yang mensekresi asam lambung yang berlebihan, maka
makanan yang dikonsumsi haruslah makanan yang tidak merangsang lambung memproduksi
asam lambung lebih banyak. Lemak merupakan jenis makanan yang sulit dicerna yang dapat
memperlambat pengosongan lambung. Karena hal ini dapat menyebabkan peningkatan
peregangan di lambung yang akhirnya dapat meningkatkan asam lambung. Adanya peningkatan
asam lambung yang berlebihan menghasilkan gelembung-gelembung gas di dalam lambung
sehingga seseorang merasakan kembung. Itulah sebabnya mengapa orang yang sedang
melakukan diet penyakit lambung harus mengkonsumsi rendah lemak karena konsumsi lemak
yang tinggi akan merangsang produksi asam lambung yang tinggi juga dimana hal ini dapat
memperparah kondisi yang dialami penderita.
Selain itu, lemak akan memperlambat pergerakan makanan, gas, dan cairan ke saluran cerna
bawah yang mengakibatkan kembung. Itulah sebabnya pada diet penyakit lambung konsumsi
lemak rendah agar tidak memperparah rasa kembung yang dialami oleh penderita penyakit
lambung karena gangguan pada lambung umumnya berupa sindrom dyspepsia dimana salah
satu gejalanya adalah kembung.
Pada penderita penyakit lambung yang umumnya mengalami sindrom dyspepsia, dianjurkan
untuk konsumsi rendah serat karena serat yang digunakan untuk mengatasi sembelit juga dapat
menyebabkan kembung tanpa adanya peningkatan jumlah gas, namun adanya kembung ini
disebabkan oleh melambatnya aliran gas ke usus kecil akibat serat.
Konsumsi rendah serat berdasarkan syarat diet penyakit lambung bertujuan untuk
memcepat pengosongan lambung. Dalam keadaan pasien dengan penyakit lambung
memnugkinkan bahwa lambung sebagai organ pencernaan mengalami luka atau ulkus. Hal ini
mengharuskan adanya percepatan pengosongan lambung agar lambung dapat istirahat lebih
lama dari proses pencernaan, sehingga dibutuhkan diet rendah serat karena konsumsi tinggi
serat dapat memperlambat pengosongan lambung.
Makanan yang berbumbu tajam dapat merangsang pengeluaran asam lambung berlebih.
Peningkatan asam lambung yang berlebihan menghasilkan gelembung-gelembung gas di dalam
lambung sehingga seseorang merasakan kembung. Itulah sebabnya mengapa orang yang sedang
melakukan diet penyakit lambung harus menghindari makanan yang berbumbu tajam agar tidak
memperparah keadaan yang dialaminya.
f) Laktosa rendah bila ada gejala intoleransi laktosa, umumnya tidak dianjurkan minum susu terlalu
banyak.
Lactose intolerance disebabkan oleh kurangnya enzim lactase yang dibutuhkan tubuh
untuk mencerna lactose (gula susu). Lactose yang tak tercerna akan bertahan di usus dan
mengalami fermentasi sehingga dapat menimbulkan rasa kembung. Itulah sebabnya pada
penderita penyakit lambung yang umumnya merasa kembung, dianjurkan untuk
mengkonsumsi rendah laktosa agar tidak memperparah kondisi yang sedang dialaminya.
3. MAKANAN SARING
Makanan saring adalah makanan semi padat yang mempunyai tekstur lebih halus daripada
makanan lunak, sehingga lebih mudah ditelan dan dicerna. Diet saring mempunyai efek
signifikan pada keasaman lambung atau penyembuhan ulkus. Makanan saring banyak
mengandung air sehingga proses pencernaannya lebih mudah dan tidak membutuhkan
kontraksi lambung yang kuat sehingga kerja lambung menjadi tidak berat.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku pathofisiologi.EGC;
J a k a r t a Doengoes,
Marilynn,E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3,Jakarta : EGC
Mansjoer, Arief dkk.1999.Kapita Selekta Kedokteran.Edisi 3.Jilid I .Jakarta
F.K.U.I