Disusun oleh:
MAIZAT
2005902020024
2023
1
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN MAGANG ASUHAN GIZI KLINIK RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH CUT NYAK DHIEN MEULABOH
MENYETUJUI,
Kepala Prodi Gizi
Khairunnas, DCN.,M.Kes
NIP. 196310081988031008
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................................... 1
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ............................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................... 5
1.1. Latar Belakang .......................................................................................................... 5
1.2. Tujuan ...................................................................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................. 9
2.1. Pengertian Diabetes Melitus Tipe 2 .......................................................................... 9
2.2. Patofisiologi .............................................................................................................. 9
2.3. Tanda Dan Gejala.................................................................................................... 10
2.4. Etiologi .................................................................................................................... 10
2.5. Komplikasi Diabetes Melitus .................................................................................. 14
2.6 Pengertian Diabetes Melitus.............…………………………..……………………………..17
2.7 Prinsip diet Diabetes Melitus tipe 2…………………………………………..…...17
2.8 Prinsip diet Lambung……………………………………………………………..18
3
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 32
LAMPIRAN 1. DATA RECALL 24 JAM PASIEN ................................................................ 35
LAMPIRAN 2. PERENCANAAN MENU .............................................................................. 37
LAMPIRAN 3. DOKUMENTASI SISA MAKANAN DAN EDUKASI ................................ 39
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR I. Patway Penyakit Diabetes Melitus .................................................................... 19
GAMBAR II. Kerangka Konsep ............................................................................................... 20
GAMBAR III. Sisa Makanan Di Hari 2 ................................................................................. 39
GAMBAR IV. Sisa Makanan Di Hari 3 ................................................................................. 39
DAFTAR TABEL
TABEL I. IDENTITAS PASIEN.......................................................................................... 21
TABEL II. RIWAYAT GIZI PASIEN .................................................................................. 21
TABEL III. RIWAYAT PENYAKIT PASIEN ...................................................................... 22
TABEL IV. DATA ANTROPOMETRI ................................................................................. 22
TABEL V. DATA BIOKIMIA PASIEN ............................................................................... 22
TABEL VI. DATA KLINIS ................................................................................................... 22
TABEL VII. MONITORING DAN EVALUASI .................................................................... 26
TABEL VIII. EVALUASI PEMERIKSAAN KLINIS PASIEN ............................................. 28
TABEL IX. EVALUASI PEMERIKSAAN DATA BIOKIMIA AWAL ............................. 29
TABEL X. EVALUASI PEMERIKSAAN DATA BIOKIMIA SETELAH EDUKASI ..... 29
TABEL XI. EVALUASI PEMERIKSAAN RECALL PASIEN........................................... 30
TABEL XII. DATA RECALL 24 JAM SEBELUM MASUK RS......................................... 35
TABEL XIII. DATA RECALL 24 JAM 1 HARI SESUDAH MASUK RS ........................... 35
TABEL XIV. DATA RECALL 24 JAM 2 HARI SESUDAH MASUK RS .......................... 35
TABEL XIX. PERENCANAAN MENU 1 ............................................................................ 37
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit 5esehatan dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya.
Klasifikasi DM secara umum terdiri atas DM tipe 1 atau Insulin Dependent Diabetes Melitus
(IDDM) dan DM tipe 2 atau Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM). DM tipe 2
terjadi karena sel β 5esehata menghasilkan insulin dalam jumlah sedikit atau mengalami
resistensi insulin. Jumlah penderita DM tipe 1 sebanyak 5-10% dan DM tipe 2 sebanyak 90-
95% dari penderita DM di seluruh dunia (ADA, 2020). DM sebagai permasalahan global terus
meningkat prevalensinya dari tahun ke tahun baik di dunia maupun di Indonesia. Berdasarkan
data International Diabetes Federation (IDF) prevalensi DM global pada tahun 2019
diperkirakan 9,3% (463 juta orang), naik menjadi 10,2% (578 juta) pada tahun 2030 dan
10,9% (700 juta) pada tahun 2045 (IDF, 2019). Pada tahun 2015, Indonesia menempati
peringkat 7 sebagai negara dengan penyandang DM terbanyak di dunia, dan diperkirakan akan
naik peringkat 6 pada tahun 2040 (Perkeni, 2019). Laporan Riskesdas tahun 2018
menyebutkan terjadi peningkatan prevalensi pada penderita DM 2,0% pada tahun 2013
menjadi 3,4% pada tahun 2018, dengan jumlah penderita DM di Kepulauan Riau sebesar
1,68% (8.060 orang) dari seluruh jumlah penderita DM di Indonesia (Riskesdas, 2018).
hal ini diungkapkan oleh dunia World Health Organization (WHO) (Wicaksono, 2015). Data
yang didapatkan bahwa kematian yang disebabkan karena diabetes ada sekitar 1,3 juta dan
yang meninggal sebelum usia 70 tahun sebanyak 4 persen. Mayoritas kematian diabetes pada
usia 45-54 tahun terjadi pada penduduk kota dibandingkan pada penduduk yang tinggal di
pedesaan (Kistianita, Yunus, & Gayatri, 2018). IDF memprediksikan DM akan menepati
urutan ketujuh kematian dunia pada tahun 2030. Sejak Tahun 1980 terjadi peningkatan dua
5
kali lipat penderita diabetes di dunia yatu dari 4,7% menjadi 8,5% pada populasi orang
dewasa, hal ini juga merupakan 6esehatan peningkatan obesitas pada beberapa 6eseha ini
(Ogurtsova et al., 2017). WHO juga menyebutkan bahwa sekitar 150 juta orang di dunia telah
menderita diabetes mellitus (Saputri, Setiani, & Dewanti, 2018). Penderita yang semakin
meningkat jumlahnya setiap tahun 6esehata besar berasal dari negara berkembang. Penduduk
Amerika yang menderita diabetes sebanyak 29,1 juta jiwa dimana sebanyak 21 juta jiwa
katagori diabetes yang terdiagnosis, sedangkan sebanyak 8,1 juta jiwa termasuk katagori
diabetes tidak terdiagnosis (Andreas Pradipta et al., 2020). Prevalensi diabetes di Indonesia
menepati uruatan ketujuh tertinggi di dunia setelah China, India, USA, Brazil, Rusia dan
Mexico (Megawati, Agustini, & Krismayanti, 2020). Berdasarkan data IDF tahun 2015
tentang penderita DM, penduduk Indonesia yang sudah mengalami penyakit ini sebanyak 10
juta orang (Group, 2015). Saat ini DM tipe II yang banyak terjadi tidak hanya pada orang
dewasa saja tetapi pada usia anak dan remaja juga semakin meningkat (Fauziah & Anggraeni,
2018). Di Indonesia Prevalensi DM sekitar 4.8% dan lebih dari setengah kasus DM (58.8%)
Indonesia menyandang diabetes pada tahun 2030 (Prabowo & Hastuti, 2015). Di Indonesia,
diabetes juga masih menjadi persoalan 6esehatan yang cukup serius bahkan terus mengalami
pertambahan usia, meningkatnya gaya hidup tidak sehat, pola makan tidak sehat, diet yang
tidak sehat dan obesitas (Aryastami & Tarigan, 2017). Faktor risiko terjadinya DM tipe II
terdiri dari dua yaitu faktor yang tidak dapat dimodifikasi dan faktor yang dapat dimodifikasi
(Rovy, 2018). Faktor yang tidak dapat dimodifikasi adalah umur, jenis kelamin, dan faktor
keturunan (Ujani, 2016). Faktor risko DM akan sering muncul setelah usia ≥45 tahun. Sampai
saat ini memang belum ada mekanismes yang jelas tentang kaitan jenis kelamin dengan DM,
penyakit yang dapat ditularkan, tetapi penyakit ini dapat diturunkan pada generasi berikutnya
6
(Ramadhan, 2017). Seseorang yang keluarga kandungnya seperti orang tua maupun saudara
kandung yang memiliki 7esehat penderita DM akan berisiko lebih besar mengalami penyakit
DM (Sukmaningsih, Heru SubarisKasjono, & Werdani, 2016). Penelitian ini beda dengan
yang lainnya karena menggunakan studi case control yang menghasilkan nilai odds ratio
Penelitian yang dilakukan di Talang Bakung Jambi menyatakan bahwa ada hubungan
usia dan 7esehat keluarga dengan kejadian DM tipe II. Pada Usia ≥45 tahun lebih banyak
pertama kali didiagnosis DM dibandingkan orang yang berusia < 45 tahun. Hasil penelitin ini
juga menyatakan bahwa seseorang yang memiliki 7esehat keluarga DM akan mengalami
resiko 4 kali lebih besar menderita DM tipe II (Rini & Halim, 2018). Penelitian Kusnadi yang
menyatakan seseorang dengan 7esehat keluaraga DM akan berisiko 6 kali lebih besar
dibandingkan dengan seseorang tanpa ada 7esehat keluarga DM (Kusnadi, Murbawani, &
Fitranti, 2017). Faktor resiko lain yang dapat dimodifikasi adalah faktor pola makan,
kebiasaan merokok, obesitas, hipertensi, stress, aktifitas fisik, alcohol dan lain sebaginya.
Adanya kaitan obesitas dengan kadar glokosa darah dimana IMT > 23 dapat menyebabkan
Pasien dirawat pada RSUD Cut Nyak Dhien atas nama Tn.H.S dengan umur 80 tahun,
7esehatan7 terakhir SMA. Pasien dirawat diruang internis dengan 7esehata DM Tipe 2 dengan
1.2 Tujuan
12.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan manajemen asuhan gizi klinik PAGT diruangan internis
secara mendalam pada kasus Diabetes Melitus Tipe II dengan Abdul minal pain.
1.2.2 Tujuan Umum
a. Mahasiswa mampu melaksanakan assessment gizi pada pasien diabetes melitus tipe II dengan
Abdul minal pain.
7
b. Mahasiswa mampu memberikan diagnosis gizi pada pasien Diabetes Melitus Tipe II dengan
Abdulminal pain.
c. Mahasiswa mampu melaksanakan intervensi dan implementasi gizi pada pasien Diabetes
Melitus Tipe II dengan Abdulminal pain.
d. Mahasiswa mampu melakukan monitoring dan evaluasi pada pasien Diabetes Melitus Tipe II
dengan Abdulminal pain.
e. Mahasiswa mampu membuat laporan gizi klinik.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN DIABETES MELITUS TIPE II
Klasifikasi penyakit Diabetes Melitus dapat dijelaskan sebagai berikut (WHO, 2017):
- Tipe 1, detruksi sel beta yang umunya menjurus keistilah defisiensi insulin absolut
- Tipe 2, tipe ini bervariasi mulai dari yang terutama dominan resistensi insulin disertai
defisiensi insulin relative sampai yang terutama defeksekresi insulin disertai resistensi insulin
- Diabetes melitus gestasional pada ibu hamil, disebabkan oleh zat MPK Yang tidak berkerja
dengan baik, sehingga akan memicu resistensi insulin di fase kehamilan
- Tipe lain, yang bisa saja disebabkan oleh defekgenetik fumgsi sel beta, defekgenetik fungsi
insulin, penyakit eksokrin pankreasi, endokrinopati, karena obat atau zat kimia, sebab imulogi
yang jarang serta sindromagenetik lain yang berkaitan dengan DM.
2.2 PATOFISIOLOGI
Patofisiologi kerusakan sentral dari penyakit DMT2 terjadi akibat resistensi insulin pada
otot, liver dan kegagalan sel beta 9esehata serta organ lain seperti: sel alpha pancreas
(hiperglukagonemia), ginjal (kenaikan 9esehat glukosa), otak (resistensi insulin), dan jaringan
lemak (meningkatnya 9esehatan, gastrointestinal defisiensi incretin) (PERKENI, 2015).
Resistensi Resistensi insulin pada penderita DMT2 diikuti dengan penurunan reaksi intrasel.
9
2.3 TANDA DAN GEJALA
Menurut Mirza, terdapat 3 gejala yang ditimbulkan akibat dari penyakit diabetes melitus,
diantaranya yaitu poliuri (banyak kencing), polidipsi (banyak minum), dan polifagi (banyak
makan).
- Poliuri
Yaitu penderita akan sering mengalami buang air kecil. Hal ini terjadi karena
adanya gangguan osmolaritas darah yang menumpuk dan harus dibuang melalui buang air
kecil.
- Polidipsi
Yaitu dampak yang ditimbulkan dari poliuri (banyak kencing) mengakibatkan
penderita banyak mengeluarkan cairan dan akan merasakan kehausan yang berlebih
sehingga penderita menjadi lebih banyak minum dari normalnya.
- Polifagi
Yaitu penderita yang banyak mengeluarkan kalori karena sering buang air kecil,
mengakibatkan penderita akan sering merasakan lapar yang luar biasa, sehingga penderita
akan banyak makan dari porsi biasanya.
- Adapun gejala lain dari penyakit DMT2 yang dapat dirasakan yaitu :
• Turunnya berat badan
• Lemah atau somnolent
• Penglihatan menjadi kabur
• Luka yang lama sembuh
• Kaki mudah kesemutan, sering merasa gatal atau terasa terbakar
• Infeksi jamur pada saluran reproduksi perempuan
2.4 ETIOLOGI
Faktor risiko Diabetes Melitus Tipe 2 (DMT2) dikelompokkan menjadi 2 yaitu faktor yang tidak
dapat dimodifikasi dan faktor yang dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi
terbagi menjadi usia, jenis kelamin, ras dan etnik, 10esehat keluarga dengan diabetes melitus serta
10esehat melahirkan bayi dengan berat badan >4000 gram. Sedangkan faktor risiko yang dapat
dimodifikasi erat kaitannya dengan perilaku hidup yang kurang sehat diantaranya adalah hipertensi,
obesitas, merokok, diet tidak sehat/tidak seimbang, dan kurang aktivitas fisik (Kemenkes RI, 2014).
a. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi
- Usia
Peningkatan risiko diabetes melitus seiring dengan bertambahnya usia. Khusus pada
usia <40 tahun, dapat disebabkan karena terjadinya peningkatan intoleransi glukosa. Seiring
10
terjadinya penuaan dapat menyebabkan kemampuan sel β 11esehata dalam memproduksi
insulin menjadi berkurangnya. Individu yang berusia lebih tua mengalami penurunan fisiologi
aktivitas mitokondria di sel-sel. Otot sebesar 35%, hal ini dapat meningkatkan kadar lemak
sebesar 30% dan mengarah kepada resistensi insulin (Trisnawati & Setyorogo, 2013).
Berdasarkan penelitian Rosikhoh mengelompokkan usia menjadi 2 kategori yaitu kelompok
berisiko rendah <40 tahun dan yang berisiko tinggi ≥40 tahun (Rosikhoh, 2016).
- Jenis kelamin
Jenis kelamin merupakan salah satu faktor dari penyakit diabetes melitus. Pada jenis
kelamin laki-laki dan perempuan terdapat perbedaan dalam penyebaran masalah 11esehatan
yang disebabkan karena perbedaan anatomi dan fisiologi. Jenis kelamin perempuan lebih
berisiko terkena DMT2 karena secara fisiologis perempuan berpeluang dalam peningkatan
IMT yang lebih besar. Jenis kelamin perempuan juga mengalami premenstrual syndrome
(sindroma siklus bulanan) pasca menopause yang dapat membuat distribusi lemak tubuh
mudah terakumulasi akibat proses hormonal tersebut, sehingga perempuan lebih berisiko
terkena DMT2 (Nasution, 2018). Jenis kelamin laki-laki biasanya butuh kalori lebih banyak
daripada perempuan. Laki-laki memiliki lebih banyak otot sehingga membutuhkan lebih
banyak kalori untuk proses pembakaran. Walaupun berat badan perempuan sama dengan laki-
laki, tetapi jenis kelamin laki-laki membutuhkan 10% kalori lebih banyak dibandingkan
dengan jenis kelamin perempuan (Syamsiyah, 2017).
- Faktor keluarga menderita diabetes
Seorang dengan keluarga penderita diabetes memiliki risiko dua sampai enam kali
untuk terkena diabetes. Terdapat pendapat lain yang mengatakan jika kedua orang tuanya
menderita diabetes maka semua keturunannya akan menderita diabetes, namun jika hanya
salah satu orang tuanya saja atau kakek/nenek yang merupakan penderita diabetes maka
kemungkinan 50% dari anak-anaknya akan menderita diabetes baik diabetes tipe 1 ataupun
diabetes tipe 2. Hal ini dikarenakan organ kesehatan yang menghasilkan insulin dapat rusak
karena faktor keluarga. Kesalahan pesan yang diturunkan melalui kesehatan imun tubuh akan
menyerang kesehatan sehingga produksi insulin menurun atau bahkan tidak dihasilkan
(Syamsiyah, 2017). Riwayat keluarga atau kesehatan memainkan peran yang sangat kuat
dalam pengembangan diabetes melitus tipe 2, namun hal ini dipengaruhi juga pada faktor
perilaku/gaya hidup. Gaya hidup mempengaruhi perkembangan DMT2. Jika seseorang
memiliki kesehatan keluarga penderita DMT2, maka akan sulit untuk mengetahui penyebab
faktor utamanya, bisa saja disebabkan oleh faktor gaya hidup ataupun kerentanan kesehatan.
Kemungkinan besar adalah karena keduanya .
11
- Riwayat persalinan
Ibu yang sebelumnya pernah mengalami diabetes gestasional berisiko terkena diabetes
lebih besar dari pada ibu yang tidak memiliki 12esehat diabetes gestasional. Selain itu, ibu
yang pernah mengalami keguguran, melahirkan bayi cacat, dan melahirkan bayi yang berat
badan >4 kg juga lebih berisiko untuk terkena diabetes (Syamsiyah, 2017).
25. Faktor yang dapat dimodifikasi
- Hipertensi
Hipertensi adalah terjadinya peningka tan tekanan darah secara konsisten dalam dua
kali pengukuran dengan selang waktu lima menit pada saat kondisi cukup istirahat/tenang
dimana tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah 12esehatan lebih dari
90 mmHg. Peningkatan tekanan darah bila tidak dideteksi secara dini dan dibiarkan begitu
saja dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan timbulnya penyakit gagal ginjal,
jantung 12esehat dan stroke (Kemenkes RI, 2014).
Apabila hipertensi terus dibiarkan tanpa adanya perawatan, maka akan terjadi
penebalan pembuluh darah arteri yang menyebabkan diameter pembuluh darah menjadi
sempit. Akibatnya, proses pengangkutan glukosa dari dalam darah menjadi terganggu (Zieve,
2017).
- Obesitas
Diabetes tipe 2 sangat erat hubungannya dengan obesitas. Obesitas didefinisikan
sebagai berat badan yang berlebih dari batas normal. Obesitas adalah ketidakseimbangan
antara konsumsi kalori dengan kebutuhan energi lain yang disimpan dalam bentuk lemak
(Gusti & Erna, 2014). Sel beta 12esehata tidak dapat memproduksi insulin yang cukup untuk
mengimbangi kalori yang berlebihan didalam tubuh. Akibatnya kadar gula darah akan
meningkat sehingga dapat menimbulkan penyakit diabetes melitus (Waspadji, 2017).
Menurut Riskesdas (2018), pada usia dewasa yaitu usia diatas 18 tahun keatas
penilaian status gizi dilakukan dengan melihat Indeks Massa Tubuh (IMT). Obesitas dapat
diukur dengan melakukan pengukuran antropometri berat badan (BB) dan tinggi badan (TB)
yang disajikan dalam bentuk Indeks Massa Tubuh (IMT). Indeks Massa Tubuh dapat dihitung
dengan menggunakan formula berikut:
IMT=Berat Badan (Kg) – Tinggi Badan (m2)
- Merokok
Perilaku merokok merupakan faktor risiko yang erat kaitannya terhadap kejadian
diabetes melitus tipe 2. Besar faktor risiko merokok terhadap kejadian diabetes melitus dapat
dilihat berdasarkan jumlah rokok yang dihisap perharinya dan lama individu merokok.
Perilaku merokok dapat mencangkup kebiasaan merokok setiap hari atau kadang-kadang
12
dalam sebulan terakhir. Perilaku merokok di masa lalu mencangkup merokok setiap hari atau
kadang-kadang di masa lalu. Tidak pernah merokok yaitu individu tidak pernah mencoba
merokok sampai dengan saat penelitian dilakukan (Riskesdas, 2018). Jumlah rokok yang
dihisap individu dapat diukur dalam satuan batang, bungkus, atau banyaknya pak rokok yang
dikonsumsi perhari.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Alpionita, terdapat pengaruh lama merokok
terhadap kadar glukosa darah. Perokok yang merokok dalam waktu yang lama atau kronik
memiliki sensitivitas reseptor insulin lebih rendah dibandingkan dengan bukan perokok,
bahkan 1-2 minggu berhenti merokok sensitivitas insulin tidak 13esehat secara normal lagi
(Alpionita, 2017). Kandungan nikotin yang terdapat dalam asap rokok memiliki pengaruh
terhadap terjadinya diabetes melitus tipe 2. Pengaruh nikotin terhadap insulin diantaranya
menyebabkan penurunan pelepasan insulin akibat aktivasi hormon katekolamin, pengaruh
13esehata pada kerja insulin, gangguan pada sel beta 13esehata dan perkembangan 13esehat
resistensi insulin (Ario, 2014).
- Diet tidak sehat
Perilaku diet tidak sehat yaitu individu yang menjalani diet tidak disertai dengan
olahraga, sering menahan nafsu makan serta mengkonsumsi makan siap saji. Perilaku makan
yang buruk seperti inilah yang dapat merusak kerja organ 13esehata. Organ 13esehata
mempunyai sel beta yang berfungsi memproduksi insulin berperan membantu mengangkut
glukosa dari aliran darah ke dalam sel-sel tubuh untuk digunakan sebagai energi. Glukosa
yang tidak dapat diserap oleh tubuh karena ketidakmampuan hormon insulin mengangkutnya,
mengakibatkan glukosa terus berada dalam aliran darah, sehingga kadar gula menjadi tinggi
(Abdurrahman, 2014). Kebutuhan kalori basal perhari untuk laki-laki sebesar 30 kal/kgBB
sedangkan untuk perempuan sebesar 25 kal/kgBB (PERKENI, 2015).
- Pola makan
Kelebihan makanan dan minuman yang banyak mengandung gula dan protein akan
menyebabkan obesitas (kegemukan). Pada individu yang mengalami kondisi kelebihan
nutrisi, menyebabkan insulin akan bekerja lebih ekstra untuk memecah gula menjadi energi.
Jika kelebihan nutrisi berlangsung lama maka akan memperberat kerja 13esehata. Namun
kekurangan nutrisipun juga dapat menyebabkan terjadinya penyakit diabetes melitus. Dapat
disimpulkan bahwa penyakit diabetes melitus dapat terjadi pada pola makan yang salah.
- Kurang aktivitas fisik
Pada waktu melakukan aktivitas fisik, otot-otot akan memakai lebih banyak glukosa
dari pada waktu tidak melakukan aktivitas fisik, dengan demikian konsentrasi glukosa darah
akan menurun. Dengan beraktivitas fisik, maka kinerja insulin akan lebih baik sehingga
13
glukosa yang masuk dalam sel dapat dibakar menjadi energy. Aktivitas fisik dapat
dikategorikan menjadi dua, yaitu aktivitas fisik kurang dan aktivitas fisik cukup. Jika aktivitas
fisik <150 menit selama 5 hari dalam seminggu maka dikategorikan menjadi aktivitas fisik
rendah. Aktivitas fisik cukup dapat dilakukan selama ≥ 150 menit selama 5 hari dalam
seminggu. (Riskesdas, 2018).
2.5 KOMPLIKASI DIABETES MELITUS
Penyakit diabetes melitus jika tidak segera ditangani akan menyebabkan komplikasi. Adapun
komplikasi yang akan dialami oleh penderita DM diantaranya adalah :
a. Komplikasi Akut
1. Hipoglikemia akut, yaitu keadaan dimana penderita mengalami rendahnya kadar gula
darah yang tidak normal. Gejala yang akan ditimbulkan oleh penderita diantaranya
keringat dingin, merasa gemetar, pucat, jantung yang berdetak kencang, mengantuk
atau bahkan pingsan.
2. Hiperglikemia akut, yaitu keadaan dimana penderita mengalami tingginya kadar gula
darah yang tidak normal. Gejala yang akan dialami oleh penderita diantaranya
gangguan pernafasan, merasa mual, muntah, dan sensasi haus yang berlebihan hingga
pingsan atau koma (keadaan tidak sadar dalam jangka waktu yang lama). Pasien dalam
kondisi tersebut harus segera dirawat di rumah sakit secepat
b. Komplikasi Kronis
Jika penyakit DMT2 tidak segera dikendalikan dan kadar glukosa darah tetap
tinggi dalam jangka waktu yang lama, dapat menyebabkan pembuluh darah dan 14eseha
saraf dengan mudah terganggu sehingga mengakibatkan kerusakan organ bahkan
kegagalan organ tubuh.
1. Komplikasi Mikrovaskular. Komplikasi ini terdiri dari:
a. Kerusakan mata (retinopati 14esehata). Penderita DM 14esehata besar akan
memperburuk penyakit mata dan akan menyebabkan kebutaan. Kadar glukosa
darah yang tinggi, kolestrol tinggi, dan tekanan darah tinggi merupakan
penyebab utama retinopati. Kerusakan pada pembuluh darah mata dapat
menyebabkan gangguan penglihatan akibat kerusakan retina mata. Tanda
perubahan retina paling dini adalah permeabilitas kapiler mata yang
menyebabkan terjadinya penurunan kapiler retina mata yang diikuti oleh
pendarahan berbentuk titik dan noda-noda berbentuk perahu mendadak
meningkat akibat pendarahan 14esehatan14 (Pudiastuti, 2013).
b. Kerusakan saraf retinopati 14esehata, merupakan salah satu komplikasi kronis
yang paling sering ditemukan pada penderita DM. Lebih dari 40% penderita
14
DM tipe 2 mengalami neuropati 15esehata. Faktor-faktor resiko neuropati
15esehata pada penderita DM tipe 2 adalah usia, jenis kelamin, dan durasi lama
menderita. Dampak dari penderita DM dengan komplikasi ini antara lain infeksi
berulang, ulkus yang tidak sembuh-sembuh, dan amputasi jari/kaki. Kondisi ini
yang menyebabkan bertambahnya angka kesakitan dan kematian dan akan
berakibat pada meningkatnhya biaya pengobatan pasien Dm dengan neuropati
(Dewi dan Martiningsih, 2019).
c. Kerusakan ginjal neuropati 15esehata, atau penyakit ginjal 15esehata
merupakan salah satu komplikasi kronik DM yang dapat dideteksi dini.
Komplikasi ini ditandai dengan adanya mikroalbuminuria kemudian
berkembang menjadi proteinuria secara klinis lalu berlanjut dengan penurunan
fungsi laju filtrasi glomerular dan berakhir dengan keadaan gagal ginjal.
Nefropati diabetim disebabkan oleh oleh kerusakan pembuluh darah kecil di
ginjal menjadi kurang efisien atau bahkan rusak dan menjadi gagal ginjal
kerusakan ginjal pada pasien DM dapat meningkatkan resiko terjadinya anemia
(Rachmantoko et al, 2021).
d. Gagal ginjal kronis adalah penyakit kerusakan pada bagian ginjal yang dapat
menyebabkan ginjal tidak dapat membuuang racun dan produk sisa darah, yang
ditandai dengan adanya protein dalam urin dan penurunan laju filtrasi
glomelurus (LFG) yang berlangsung selama lebih dari tiga bulan ( Maryanti
,2020). Tanda dan gejala yang dapat terjadi adalah hipertensi, gagal jantung,
pericarditis ( Guswanti, 2019). Salah satu cara pengecekan Gejala lain yang
dapat terjadi pada saluan pencrenaan adalah anoreksia, nausea, vornitus yang
berhubungan dengan gangguan metabolism protein di dalam usus, faktor
uremik, dan gastritis erosife, ulkus peptic dan colitis uremik ( Ismail, 2018).
Tanda dan gejala pada kulit adalah kulit yang berwarna pucat, anemia,
kekuning-kuningan akibat penimbunan urokrom, gatal-gatal, ekimosis, ure
frost, bekas-bekas garukan karena gatal. Anemia didefinisikan sebagai
konsentrasi hemoglobin (HB) yang rendah didalam darah. National Institute of
Health (NIH) amerika menyatakan bahwa anemia terjadi 15eseha tubuh tidak
memiliki jumlah sel darah merah yang tidak cukup . ( Fikawati et al , 2017).
Anemia gizi adalah keadaan degan kadar hemoglobin darah yang lebih rendah
daripada normal sebagai akibat ketidakmamapuan jaringan pembentuk sel
darah merah dalam produksinya guna memperthankan kadar hemoglobin pada
tingkat normal. Anemia gizi besi adalah anemia yang timbul karena kekurangan
15
zat besi sehingga pembentukan sel-sel darah merha dan fungsi lain dalam tubuh
terganggu (Wulan , 2021).
2. Komplikasi Makrovaskular
a. Penyakit jantung 16esehat atau PJK, merupakan penyebab kematian dan
kesakitan utama pada penderita DM tipe 2 yang merupakan salah satu penyulit
makrovaskular pada penderita DM tipe 2. Penyulit makrovaskular ini
bermanifestasi sebagai aterosklerosis dini yang dapat mengenai organ-organ
vital (jantung dan otak). Diabetes melitus merusak dinding pembuluh darah
sehingga menyebabkan penumpukan lemak di dinding yang rusak dan
menyempitkan pembuluh darah. Jika pembuluh darah 16esehat menyempit,
otot jantung akan kekurangan oksigen dan makanan akibat dari suplai darah
yang kurang. Penyempitan pembuluh darah juga dapat mengakibatkan tekanan
darah meningkat, sehingga mengakibatkan kematian mendadak (Tandra, 2014).
b. Hipertensi. Penderita Dm cenderung terkena hipertensi dua kali lipat
16esehatan16 orang yang tidak menderita DM. hipertensi dapat merusak
pembuluh darah dan dapat memicu terjadinya serangan jantung, retinopati,
kerusakan ginjal dan stroke. Sekitar 35-75% komplikasi DM disebabkan oleh
hipertensi. Faktor-faktor yang mengakibatkan hipertensi pada penderita DM
yaitu nefropati, obesitas, dan pengapuran atau penebalan dinding pembuluh
darah (Tandra, 2014).
c. Ulkus 16esehata. Ulkus 16esehata atau yang dikenal dengan kaki diabetes,
merupakan salah satu komplikasi yang paling ditakuti karena sering berakhir
dengan kecacatan atau kematian. Komplikasi ini diawali dengan adanya
hiperglikemia pada penyandang DM yang menyebabkan terjadinya perubahan
pada kulit dan otot kemudian terjadi perubahan distribusi tekanan pada telapak
kaki dan selanjutnya mempermudah terjadinya ulkus. Kerentanan infeksi
menyebabkan infeksi mudah merebak menjadi infeksi yang luas (Hendra et all,
2019).
d. Gangguan pada paru. Penyakit DM tipe 2 juga dapat menimbulkan infeksi, hal
ini terjadi karena hiperglikemia di mana kadar gula darah tinggi. Kemampuan
sel untuk fagosit menurun. Infeksi yang biasa terjadi pada penderita DM tipe 2
adalah infeksi paru, sakit paru akan menaikkan glukosa darah (Lathifah, 2017).
e. Stroke. Aterosklerosis serebri merupakan penyebab mortalitas kedua tersering
pada penderita diabetes. Diabetes melitus merupakan faktor resiko terjadinya
stroke yang cukup sering. Resiko stroke iskemik pada penderita DM sebear dua
16
kali sampai enam kali dibandingkan dengan penderita non diabetes. DM dapat
menjadi salah satu faktor resiko penyakit stroke karena semakin tinggi kadar
gula darah seseorang, semakin mudah pula terserang penyakit stroke (Pinzon,
2019).
2.6 PENGERTIAN DIET DIABETES MELITUS
Diet diabetes melitus adalah diaet yang diberikan pada pasien DM dengan mengurangi jumlah
kadar glukosa yang diberikan pada pasien, sedangkan diet rendah protein nabati adalah diet yang
diberikan dengan mengurangi asupan makanan yang mengandung protein nabati diet ini diberikan
pada pasien yang mengalami kerusakan pada ginjal. Sedangkan diet tinggi protein diberikan pada
pasien dengan peningkatan kebutuhan protein pada pasien dengan stress metabolic, penurunan daya
tahan tubuh peningkatan kebutuhan protein seperti pada pasien dengan keadaan anemia, post operasi,
dan ibu hamil .Klasifikasi pemberian diet Diabetes: I energi 1100 Kkal, II energi 1300 Kkal , III
energi 1500 Kkal , IV energi 1700 Kkal , V energi 1900 Kkal, VI energi 2100 Kkal, VII energi 2300
Kkal dan VIII energi 2500 Kkal. (I Dewa dan Dian, 2019). Penatalaksanaan yang dapat diberikan
pada penyakit diabetes melitus adalah
- Pemberian Diet Yang Sesuai Dengan Prinsip Dan Syarat Diet
- Melakukan Olahraga
- Obat Anti Dibetik Oral
- Terapi Insulin
2.7 Prinsip diet Diabetes Melitus tipe 2
Anjuran diet untuk pasien DM adalah 3J yaitu tepat jumlah, jadwal, dan jenis (PERSAGI and
AsDI, 2019). Jenis makanan yang harus diperhatikan pada diet DM adalah makanan yang
memiliki rasa manis harus dihindari termasuk mengonsumsi buah golongan A (sawo, mangga,
jeruk, durian, rambutan, anggur, dan lainlain) sedangkan buah yang dianjurkan yaitu buah
golongan B (papaya, kedondong, pisang, apel, tomat, semangka yang kurang manis)
(Tjokroprawiro, 2012). Sumber karbohidrat yang diianjurkan adalah karbohidrat kompleks (nasi,
kentang, singkong, ubi), protein rendah lemak, sayuran golongan B bebas dikonsumsi (oyong,
mentimun, tomat, terong, sawi) sedangkan sayuran golongan A harus dibatasi (bayam, kangkung,
buncis) (Tjokroprawiro, 2012 & PERSAGI and AsDI, 2019). Berdasarkan asesmen yang telah
dilakukan dan dibandingkan dengan nilai standar atau kebutuhan pasien, dapat disimpulkan
bahwa pasien memiliki asupan oral kurang ditandai dengan hasil recall asupan pada Tabel 1, perlu
dilakukan pembatasan asupan lemak dan asupan karbohidrat, serta perlu peningkatan kebutuhan
protein karena berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium kadar hemoglobin dan albumin pasien
tergolong rendah. Mengonsumsi makanan dengan kandungan protein tinggi dapat membantu
pasien meningkatkan kadar hemoglobin (Matayane, Bolang and Kawengian, 2014) dan albumin
17
darah (Kusuma, et al., 2014). Selain itu asupan protein yang cukup dapat membantu mengontrol
gula darah.
2.8 Prinsip diet lambung
Prinsip diet lambung yaitu :
1. Makanan dalam bentuk lunak dan mudah dicerna, porsi kecil tapi sering.
2. Hindari mengkonsumsi makanan yang merangsang lambung seperti asam, pedas, terlalu
panas atau dingin.
3. Cara pengolahan makanan direbus, dikukus, dipanggang, dan ditumis.
1. Makanan pedas , mengkonsumsi makanan pedas secara berlebihan akan merangsang sistem
pencernaan untuk berkontraksi. Akibatnya timbul rasa panas dan nyeri di ulu hati yang
disertai dengan mual dan muntah lebih lanjut hal itu akan membuat seseorang berkurang
nafsu makannya.
2. Makanan asam , makanan dengan cita rasa asam akan meningkatkan keasaman saluran
pencernaan dan memiliki efek iritasi jika dikonsumsi. Akibatnya akan meningkatkan
pengeluaran asam lambungcontoh makananny yaitu jeruk, anggur, apel, tomat, strobery,
cuka.
3. Makanan yang sulit dicerna, jenis makanan ini membuat lambung membutuhkan waktu
lama untuk mencernanya akibatnya isi lambung dan asam lambung tinggal lama
menyebabkan rasa panas di ulu hati dan mengiritasi. Makanan yang sulit dicerna antara lain
makanan yang digoreng , daging,keju.
4. Makanan yang mengandung gas, makanan yang mengandung gas menyebabkan peningkatan
tekanan dalam perut yang berujung pada terjadinya reflux lambung. Makanan mengaandung
gas yang harus dihindari antara lain minuman bersoda, sawi, kol, nangka,pisang ambon,
kedondong, buah yang dikeringkan.
18
2.9 PATWAY PENYAKIT DIABETES MELITUS
DM tipe 1 DM tipe 2
Definisi insulin
Pembatasan diit
Penurunan BB
Pelepasan 02
Poliuria Deficit volume cairan
Nyeri
19
BAB III
KERANGKA KONSEP
3.1 KERANGKA KONSEP
Penyebab:
Faktor intermediet:
• Indeks Masa tubuh Pasien
• Anemia dan Hipertensi
• Kondisi Psikologis
20
BAB IV
STUDI KASUS (PAGT)
4.1 ASSESSMENT
a. Identitas Pasien
Tabel I. Identitas sPasien
Nama (Inisial) : Tn.HS No RM. : 06.49.05
Umur : 80 tahun Ruang : Internis (Beringin)
Jenis Kelamin : Laki-laki Tgl Masuk : 08/03/2023
Agama : Islam Tgl Kasus : 09/03/2023
Pekerjaan/Penghasilan : Pimpinan Alamat : Peunaga rayeuk
pasentren
Pendidikan : SMA Diagnosis Medis : DM Tipe II+
Abdulminal pain
Aktivitas Fisik : Ringan Suku bangsa : Aceh
21
c. Riwayat penyakit pasien
Table III. Riwayat Penyakit Pasien
Keluhan Utama Pasien nyeri di ulu hati,mual,muntah,BAB
berdarah,sesak dan pasien sering merasa
22eseh dan kurang bertenaga.
Riwayat Penyakit Dahulu Diabetes Melitus Tipe II+Abdulminal pain
Riwayat Penyakit Keluarga -
Riwayat Penyakit sekarang/Diagnosis Medis Diabetes Melitus Tipe II+Abdulminal pain
d. Data Antropometri
Tabel IV. Data Antropometri
Parameter Hasil Penilaian
Berat Badan (Lila) 27 Status gizi pasien Normal
Tinggi badan 150 cm
Lila 27
e. Data Biokimia
Table V. Data Biokimia
Parameter Hasil Normal Satuan Penilaian
Hemoglobin 7,2 g/dl 12-16 g/dl Rendah
Eritrosit 2,78 10^6/Ul 4.00-5.40 10^6/Ul Rendah
HCT 24,5 % 36.0-48.0 % Rendah
Monosit 0,80 10^3/Ul 0,10-0,80 mmol/L
Ureum 101,5 mg/dl 15-45 mg/dl Tinggi
Kreatinin 2,85 mg/dl 0.45-0.75 mg/dl Tinggi
Gula Darah 165 g/dl <140 g/dl Tinggi
Sewaktu
Penilaian DM tipe 2 dan Abdulminal pain
f. Data klinis
Tabel VI. Data Klinis
Parameter Hasil Normal Satuan Penilaian
Suhu 36,3 C 36 C-38C C Normal
HR 103 x/m 60-100 x/m x/m Sangat cepat
RR 22 x/m 12-20 x/m x/m Tidak normal
TD 102/56 mmHg 90/60 mmHg-120/80 mmHg mmHg Normal
SPO2 95 x/m >90 x/m x/m Normal
Keluhan Nyeri ulu hati, mual, muntah, BAB berdarah, sesak,pasien cepat Lelah dan
kurang bertenaga.
Penilaian Denyut nadi pasien sangat cepat,respirasi pasien tidak normal,dan tekanan
darah pasien normal.
22
4.2 DIAGNOSA
a. Domain intake :
• NI.1.2. Asupan energi inadekuat (P) berkaitan dengan Ku pasien muntah dan mual-
mual pada pasien I ditandai dengan asupan zat gizi kurang dari kebutuhan energi
771,1 kkal, lemak 5,3 gr, protein 37,2 gr dan karbohidrat 142,8 gr (s).
b.Domain klinik
• NC. 2.2 Perubahan nilai lab terkait zat gizi (p) berkaitan dengan pasien sering merasa
23eseh dan kurang bertenaga I di tandai dengan nilai hb pasien 7,2 rendah (s).
• NC. 1.4 Perubahan fungsi gastrointestinal (p) di tandai dengan pasien kurang makan
I berkaitan dengan pasien mual dan muntah (s)
c. Domain Behavior
• NB. 1.7.Pemilihan makanan yang salah (p) berkaitan dengan kurangya edukasi pada
pasien I ditandai dengan sering mengonsumsi kebiasaan makan nasi dalam porsi
banyak atau berlebihan (s).
4.3 INTERVENSI (MEAL DELIVERY DAN EDUKASI/KONSELING)
a. Tujuan diet
• Mempertahankan kadar glukosa darah supaya mendekati normal
• Mencapai dan mempertahankan kadar lioida serum normal
• Memberikan energi cukup untuk mempertahankan atau mencapai BB normal
• Meningkatkan derajat Kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang optimal
• Untuk memberikan makanan dan cairan secukupnya yang tidak memberatkan
lambung
• Mencegah dan menetralkan sekresi asam lambung yang berlebih
b. Prinsip dan Syarat Diet
1. Energi diberikan cukup, dengan perhitungan PERKENI
2. Protein dibutuhkan sebesar 10-15% total asupan energi.
3. Lemak cukup 20-25% kebutuhan kalori dengan komposisi lemak jenuh <7% dari
total kalori, kolestrol : <300 mg/hari dan membatasi asupan trans-fatty acids
4. Karbohirat sekitar 45-65 % dari total energi
5. Natrium dibatasi <2400 mg/hari. Pengontrolan pemberian kalium, pengontrolan
pemberian cairan dan vitamin cukup.
6. Tepat jumlah energy dan zat gizi
7. Tepat jenis makanan dan bahan makanan
23
8. Tepat jadwal makan
9. Tidak mngandung makanan yang marangsang dan bumbu yang tajam
10. Makanan yang di berikan mudah di cerna oleh lambung
c. Perhitungan kebutuhan zat gizi
1. Energi : BBI : (1,50)2 x 21 = 47,25 g
• Energy basal : 30 kkal/kg BB: 30 x 47,25 = 1.417,5 kkal
• Faktor aktivitas (Bedrest) : 10% x total energy = 141,75
• Faktor stress (infeksi) :10% x energy total = 141,75
• Koreksi umur pasien : 20% x energy total = 283,5
• Energy total : Energy basal + Faktor aktivitas + Faktor stress – Koreksi umur
pasien
TEE : 1.417,5 + 141,75 + 141,75 – 283,5 = 1.417,5 atau 1500 Kkal (diet DM
2)
2. Protein
• 15% x 1.500 : 4 = 56,25 gr
3. Lemak
• 25% x 1500 = 375 : 9 = 41,66 gr
4. Karbohidrat
• 60 % x 1500 = 900 :4 = 225 gr
d. Preskripsi diet
Jenis diet: Lambung III Dan DM tipe II
Bentuk makanan: MB (Makanan Biasa)
Frekuensi: 3x utama 2x selingan
Rute/cara pemberian: oral
Pemesanan diet: Lambung III dan DM tipe II diet 1.500 kkal
e. Implementasi
• Mempertahankan status gizi pasien yang normal
• Memberikan asupan zat gizi yang tidak memberatkan lambung dan juga
pengontrolan pemberian karbohidrat, lemak, protein dan kalori terkait penyakit DM
dan lambung pada pasien
• Memperbaiki hasil nilai lab terkiat gizi dan mengurangi terjadinya gejala klinis
penyakit pasien
f. Rencana edukasi
- Hari/tgl : Jumat/ 10 maret 2023
24
- Waktu : 14.00 – selesai
- Tempat : Ruang Internis
- Metode : Edukasi
- Media : Leaflet
- Sasaran : Pasien dan Keluarga
- Materi : Penalaksanaan diet Diabetes Melitus dengan diet lambung II.
25
4.4 MONITORING EVALUASI
Tabel VII. Monitoring dan Evaluasi
Parameter Hari 1 Hari 2 Hari 3
(09 maret 2023) (10 maret 2023) (01 Maret 2023)
Antropometri Monitoring: Monitoring Monitoring:
Lila : 27 Lila : 27 Lila : 25 Kg
TB: 150 Kg TB : 150 TB: 150 Kg
Lila :27 ( Normal ) Lila : 27 (Normal) Lila : 25 (Normal)
Biokimia Monitoring Hemoglobin : 7.2 g/dl -
(rendah) Monitoring Hemoglobin : 7.2 g/dl
Eritrosit : 2,78 10^6/Ul (rendah) (rendah)
HCT :24,5 % (normal) Eritrosit : 2,78 10^6/Ul (rendah)
Leukosit : 13,08 10^3/Ul (tinggi) HCT :24,5 % (normal)
Ureum: 101,5 mg/dl (tinggi) Leukosit : 13,08 10^3/Ul (tinggi)
Kreatinin: 2,85 mg/dl (tinggi) Ureum: 101,5 mg/dl (tinggi)
Gula Darah Sewaktu: 165 g/dl Kreatinin: 2,85 mg/dl (tinggi)
(tinggi). Gula Darah Sewaktu: 165 g/dl (tinggi).
Evaluasi: Evaluasi:
Pasien perlu dilakukan monitoring Pasien perlu dilakukan monitoring dan
dan perawatan tetap di rumah sakit perawatan tetap di rumah sakit
26
sangat cepat. Keadaan pasien masih
belum membaik pasien tetap harus
menjalankan perawatan selanjutnya
karena keadaan pasien yang belum
membaik
Asupan Monitoring : Monitoring : Monitoring :
Makanan Energi : 771,1 kkal ( 51,40%) Energi: 430,1 kkal (28,67%) Energi: 410,1 kkal (27,34%)
Protein : 37,2 gr (66,13%) Protein : 20,8 gr (36,9%) Protein : 19,0 gr (33,77%)
Lemak : 5,6 gr (12,72) Lemak : 8,8 gr (21,12%) Lemak : 10,9 gr (26,16%)
Karbohidrat : 142,8 gr (63,46%) Karbohidrat : 64,5 gr (28,66%) Karbohirat :57,2 gr (25,42 %)
27
4.5 PEMBAHASAN
4.5.1 Antropometri
Antropometri atau pengukuran tubuh manusia memberikan kesehatan penting status gizi
baik pada anak-anak maupun dewasa. Pengukuran tubuh mencerminkan status kesehatan
umum, kecukupan makanan, dan pertumbuhan dan perkembangan seiring berjalannya waktu.
Sedangkan pada dewasa, pengukuran tubuh digunakan untuk melihat 28esehatan dan status
gizi, risiko penyakit, serta komposisi tubuh manusia (CDC, 2016).
Status gizi pasien diukur menggunakan LILA yaitu 27 CM,masuk dalam kategori status
gizi pasien normal,dan status gizi pasien LILA dari awal hingga akhir monitoring mengalami
penurunan menjadi .
2. Klinis
Tabel IX. Evaluasi pemeriksaan klinis pasien
Parame Nilai normal 09 maret 2023 10 maret 2023 11 maret 2023
ter
Suhu 36 ℃ – 37 ℃ 36,3℃ normal 36,2℃ normal 36,1℃ normal
HR 80 – 100 mmHg 103 x/mnt cepat 76 x/mnt normal 98 x/mnt normal
RR 14 – 24 x / menit 22 x/mnt cepat 20 x/mnt Normal 20 x/mnt normal
TD < 102/56 mmHg 101/56 normal 102/79 normal 102/56 normal
SPO2 95 x/m - - -
Hasil pemeriksaan fisik dan klinis menunjukkan pasien merasakan nyeri ulu hati, mual,
muntah, BAB berdarah, pasien cepat Lelah dan kurang bertenaga. Pada hari kedua pasien nyeri ulu
28
hati, mual, muntah dan pasien mulai merasa sesak. Dan pada hari ke 3 pasien masih merasa sesak
nafas dan nyeri ulu hati.
4.5.4 Asupan
Asupan makanan adalah semua jenis mkanan dan minuman yang dikonsumsi tubuh setiap
hari, umumnya asupan makanan dipelajari untuk dihubungkan dengan keadaan gizi masyarakat
suwatu wilayah atau individu. Secara umum asupan makanan adalah informasi tentang jumlah
makanan serta jenis yang dikonsumsi pada waktu tertentu sehingga diperoleh zat gizi esensial yang
dibutuhkan oleh tubuh. Asupan makanan dilakukan pada pasien dengan menanyakan apa yang
dikonsumsi pasien selama 3 hari dengan metode Recall. Dapat dilihat sebagai berikut :
29
Tabel XII. Evaluasi pemeriksaan recall 24 jam pasien selama di RS
• Recall pertama
Energi dan zat gizi Hasil Recall Kebutuhan Persen pemenuhan Inter prestasi Cut off
Energi 771,1 kkal 1500 51,40 % Kurang Depkes
Protein 37,2 gram 56,25 66,13 % kurang 1999
Lemak 5,6 gram 41,66 12,72 % Kurang
• Recall kedua
Energi dan zat gizi Hasil Recall Kebutuhan Persen pemenuhan Inter prestasi Cut off
Energi 430,1 kkal 1500 28,67 % Kurang Depkes
Protein 20,8 gram 56,25 36,9 % kurang 1999
Lemak 8,8 gram 41,66 21,12 % Kurang
Karbohidrat 64,5 gram 225 28,66 % Kurang
• Recall ketiga
Energi dan zat gizi Hasil Recall Kebutuhan Persen pemenuhan Interprestasi Cut off
Energi 410,1 kkal 1500 27,34 % Kurang Depkes
Protein 19,0 gram 56,25 33,77 % kurang 1999
Lemak 10,9 gram 41,66 76,16 % Kurang
Karbohidrat 57,2 gram 225 25,42 % Kurang
30
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan setelah dilakukan proses asuhan gizi terstandar dapat dijabarkan
kesimpulan sebagai berikut:
1. Setelah dilakukan assessment diketahui bahwa pada assessment awal didapati lila pasien
27 cm dan setelah edukasi lila pasien 25 cm. Data klinis pasien juga membaik K/u pasien
membaik, TD pasien normal, suhu pasien normal,nyeri juga berkurang. Asupan pasien
membaik.
2. Setelah dilakukan diagnosis pasien mengalami diagnosis medis DM Tipe 2 + Abdulminal
pain.Asupan Intake pasien inadekuat, penurunan kebutuhan karbohidrat, perubahan nilai
zat gizi. Terkait domain behavior pasien yaitu kurangya pengetahuan terkait gizi
3. Dilakukan intervensi pasien sehingga diketahui diet yang tepat adalah diet DM 1500 +
Tinggi Protein + Rendah Lemak. Kebutuhan energi pasien 1500 kkal, protein 56,25 gr,
lemak 41,66 gr, dan karbohidrat 225 gr.
4. Pada monitoring dan evaluasi : antropometri pasien membaik namun belum mencapai
normal, data biokimia pasien membaik namun belum mecapai normal, data klinis pasien
sudah membaik, nyeri perut juga berkurang, asupan makanan pasien juga membaik namun
belum mencukupi kebutuhan pasien.
5.2 SARAN
Harapannya dengan adanya pengkajian diet terkait diet DM tipe 2 dan dengan komplikasi
abdulminal pain ini dapat lebih meningkatkan ilmu pengetahuan serta mengetahui bagaimana
kekurangan dalam penatalaksanaan diet yang tepat bagi pasien. Penatalaksanaan diet pada pasien
harusnya diberikan edukasi terlebih dahulu terkait sisa makanan, konsumsi makanan yang dapat
dikonsumsi dan tidak dapat dikonsumsi. Hal ini dikarenakan pasien sebelum di berikan edukasi
selama dirumah sakit masih seiring memakan makanan dari luar dan juga makanan yang seharusnya
tidak dapat dikonsumsi serta pengecekan sisa makanan terkadang makanan dari piring rumah sakit di
sisihkan ke wadah lain atau dikonsumsi oleh kerabat pasien. Oleh karena itu, pemebrian edukasi
terkait sisa makanan dan juga konsumsi makanan dari luar harus diberikan edukasi dan pemantauan
tepat. Pemberian diet kepada pasien perlu dilakukan pengecekan diet secara berkala karena kondisi
penyakit pasien tekadang dapat timbul komplikasi atau kondisi pasien membaik.
31
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, F. (2014). Faktor Pendorong Perilaku Diet Tidak Sehat Pada Mahasiswi.
Dipetik Okt 29, 2020, dari http://www.portal.fisip-unmul.ac.id.
Ario, M. D. 2014. Effect of Nicotine in Cigarette for Type 2 Diabetes Mellitus. Jurnal
Majority, 3 (7).
Fikawati S, Syafiq A, Veratamala A. 2017. Gizi Anak dan Remaja . Depok : Rajawali Pers
Gusti, & Erna. (2014). Hubungan Faktor Risiko Usia, Jenis Kelamin, Kegemukan dan
Hipertensi dengan Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas
Mataram. Media Bina ilmiah, 8 (1), 39-44.
Guswanti. 2019 . KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERWATAN PADA PASIAN GAGAL
GINJAL KRONIK DENGAN HEMODIALISA DI RUANG FLAMBOYANT RSUD
ABDUL WAHAB SIAHRANIE SAMARINDA. Samarinda
Hendra, M.,Nugraha, S., et all. 2019. Neuromuscular Facilitation Pada Ulkus Diabetikum
The Effectiveness Of Low Power Laser Therapy and Propioceptiv Neuromuscular
facilitation on grade 2 diabetic food ulcers. 44
Isnaini, N., & Ratnasari. 2018. Faktor Risiko Mempengaruhi Kejadian Diabetes Melitus Tipe
Dua. Jurnal Keperawatan dan Kebidanan Aisyiyah, 14 (1), 59-68.
Kemenkes RI. 2014. Infodatin-Situasi dan Analisis Diabetes. Jakarta: Kementerian Kesehatan
RI.
Kemenkes RI.2018. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia Tahun
2018. In Riset Kesehatan Dasar 2018 (Pp.182-183).
32
Keperawaatan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronis (GGK) Dalam Pemenuhan Aman Dan
Nyaman . Jurnal Of Chemical Information And Modeling, 01(01), 1699.
Kusuma, H. S., Maghfiroh and Bintanah, S. 2014. Hubungan Asupan Protein Dan Kadar
Albumin Pada Pasien.
Lathifah, N. L. 2017. Hubungan Durasi Penyakit Dan Kadar Gula Darah Dengan Keluhan
Subyektif Penderita Diabetes Melitus. Jurnal Berkala Epidemiologi, 5(2), 231
Matayane, S. G., Bolang, A. S. L. and Kawengian, S. E. 2014. Hubungan Antara Asupan Protein
dan Zat Besi.
dengan Kadar Hemoglobin Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Angakatan 2013
Fakultas
Nasution, L. K., Siagian, A., & Lubis, R. (2018). Hubungan Obesitas Terhadap Kejadian
Diabetes Melitus Tipe 2 Pada Wanita Usia Subur di Wilayah Kerja Puskesmas Pintu
Padang. Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kesehatan, dan Ilmu Kesehatan, 240-246.
PERKENI. 2019. Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 Dewasa
di Indonesia.
PERSAGI and AsDI. 2019. Penuntun Diet dan Terapi Gizi, Edisi 4. Edited by S. A. B. Hartati
et al. Jakarta:EGC
Rachmantoko R., Afif, Z., et all. 2021. Diabetic Neuropathic Pain. Jurnal of Pain Headche
and Vertigo. DOI : 10.21776/ub.jphv.2021.002.01.3. Hal.1:8
Riskesdas. 2018. Laporan Nasional RISKESDAS 2018. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Supariasa , Nyoman .Dewa I dan Handayani , D. 2019. Asuhan Gizi Klinik. EGC. Jakarta.
Tandra, H. 2014. Strategi Mengalahkan Komplikasi Diabetes. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Thomas, R., Kanso, a., & Sedor, J. R. 2018. Chronic Kidney Disease And Its Complications.
Prim Care, 35(2), 329-44.
Trisnawati, S. K., & Setyorogo, S. (2013). Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe II
di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2012.
Tjokroprawiro, A. 2012. Garis Besar Pola Makan dan Pola Hidup sebagai Pendukung Terapi
Diabetes Mellitus.Plenary Leacture, pp. 11–13
Widiasari. R.K, Wijaya.K, et al.2021. Diabetes Melitus Tipe 2. Faktor Risiko,Daignosis dan
Tatalaksana. Ganesha Medicina Journal. Vol 1.No 2.
Yuniarti, W. 2021. Anemia Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik. Jurnal Health And Science:
Gorontalo Journal Health & Science Community. ISSN E: 2656.9248. Vol.5. No.2.
Hal: 342.
34
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1. DATA RECALL 24 JAM PASIEN
1. Sebelum masuk RS (27 Febuari 2023)
Tabel XIII. Data Recall 24 Jam Sebelum Masuk RS
Jadwal Nama Berat Kandungan Zat Gizi
Makanan (gr) E P L KH
35
Tabel XV. Data Recall 24 Jam Sesudah 3 hari Masuk RS
Jadwal Nama Berat Kandungan Zat Gizi
Makanan (gr) E P L KH
36
LAMPIRAN 2. PERENCANAAN MENU
1. Menu 1 (09 Maret 2023)
Tabel XX. Perencanaan Menu 1
Jadwal Menu Gram Energi Protein Lemak Karbohidrat
Pagi Nasi 100 130.0 2.4 0.2 28.6
Telur rebus 40 62.0 5.0 4.2 0.4
Wortel 30 7.7 0.3 0.1 1.4
Kembang kol 30 7.5 0.4 0.1 1.6
Telur ayam 40 62.0 5.0 4.2 0.4
Sayur sop 30 31.2 0.5 2.1 3.2
Kerupuk udang 30 164.7 2.0 8.5 20.0
Selingan Bubur kacang 100 17.0 1.2 0.1 3.1
hijau
Siang Nasi 120 156.0 2.9 0.2 34.3
Ikan segar 40 39.2 7.2 1.0 0.0
Tahu 15 11.4 1.2 0.7 0.3
Kacang 30 10.5 0.6 0.1 2.4
panjamg
Labu siam 30 6.0 0.3 0.1 1.3
Jagung kuning 20 21.6 0.7 0.3 5.0
segar
Kacang tanah 30 124.2 5.6 10.8 3.5
muda kulit
Terong belanda 30 8.4 0.2 0.1 2.0
Malam Nasi 120 156.0 2.9 0.2 34.3
Ikan segar 40 39.2 7.2 1.0 0.0
Tempe gembus 30 59.7 5.7 2.3 5.1
Macaroni 70 247.1 8.4 1.3 49.6
Wortel 30 7.7 0.3 0.1 1.4
Kentang 40 37.2 0.8 0.0 8.6
Mie soun 30 114.3 0.1 0.0 27.4
Agar-agar 100 0.0 0.0 0.0 0.0
1.520,8 kkal 61,0 gr 37,6 gr 234,0 gr
Total Zat Gizi
37
Lampiran 3 : Leaflet
38
LAMPIRAN 4. DOKEMENTASI SISA MAKANAN DAN EDUKASI
39
Gambar 4.3 Edukasi Pada Hari ke 4 Pasien Di RS
40