LP CKD Hipertensi
LP CKD Hipertensi
Nilai normal :
Laki-laki : 97 - 137 mL/menit/1,73 m3 atau
0,93 - 1,32 mL/detik/m2
Wanita : 88-128 mL/menit/1,73 m3 atau
0,85 - 1,23 mL/detik/m2
b. Diagnostik
1) Etiologi CKD dan terminal : Foto polos abdomen, USG, Nefrotogram, Pielografi
retrograde, pielografi antegrade, Mictuating Cysto Urography (MCU).
2) Diagnosis pemburuk fungsi ginjal : RetRogram dan USG.
9. Penatalaksanaan
Pengobatan gagal ginjal kronik dapat dibagi menjadi 2 tahap, yakni tindakan
konservatif, dialisis atau transplatansi ginjal (Suharyanto & Madjid, 2009).
a. Tindakan Konservatif
Tujuan pengobatan pada tahap ini adalah untuk meredakan atau memperlambat
gangguan fungsi ginjal progresif (Suharyanto & Madjid, 2009).
Misalnya : Jika jumlah urin yang dikeluarkan dalam waktu 24 jam adalah 400ml,
maka asupan cairan total dalam sehari adalah 400 + 500 ml = 900ml (Suharyanto
& Madjid, 2009).
2) Pencegahan dan pengobatan komplikasi
a) Hipertensi
Apabila penderita sedang mengalami terapi hemodialisis, pemberian anti
hipertensi dihentikan karena dapat mengakibatkan hipotensi dan syok yang
diakibatkan oleh keluarnya cairan intravaskular melalui ultrasi, Pemberian
diuretik : furosemid (lasix).
b) Hiperkalemia
Hiperkalemia dapat diobati dengan pemberian glukosa dan insulin intravena,
yang akan memasukan K+ ke dalam sel atau dengan pemberian Kalsium Glukonat
10 %.
c) Anemia
Pengobatannya adalah pemberian hormon eritropoeitin, yaitu rekombinan
eritropoeitin (r-EPO) (Eschbatch et al, 1987), selain dengan pemberian vitamin
dan asam folat, besi dan transfusi darah.
d) Asidosis
Asidosis ginjal biasanya tidak diobati kecuali dengan HCO 3- plasma turun
dibawah angka 15 mEq/l. Bila asidosis berat akan dikoreksi dengan pemberian
Na HCO3- (Natrium Bikarbonat) parenteral.
e) Pengobatan hiperuriesmia
Obat pilihan untuk mengobati hipeurismia pada penyakit ginjal lanjut adalah
pemberian alopurinol. Obat ini mengurangi kadar asam urat dengan menghambat
sebagian asam urat total yang hasilkan tubuh.
b. Dialisis dan Transplantasi
Dialisis dilakukan apabila kadar kreatinin serum diatas 6 mg/100 ml pada laki-laki
atau 4 mg/100 ml pada wanita, dan GFR kurang dari 4 ml/menit. Dialisis dapat
digunakan untuk mempertahankan penderita dalam keadaan klinis yang optimal sampai
tersedia donor ginjal (Suharyanto & Madjid, 2009).
1) Dialysis
a) Peritoneal dialysis
Biasanya dilakukan pada kasus-kasus emergency, sedangkan dialysis yang bisa
dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut adalah CAPD (Continues
Ambulatory Peritonial Dialysis).
Hemodialisa adalah suatu prosedur dimana darah dikeluarkan dari tubuh
penderita dan beredar dalam sebuah mesin di luar tubuh yang disebut dialyzer.
Prosedur ini memerlukan jalan masuk ke aliran darah. Untuk memenuhi
kebutuhan ini, maka dibuat suatu hubungan buatan diantara arteri dan vena
(fistula arteriovenosa) melalui pembedahan. Pada hemodialisa, darah penderita
mengalir melalui suatu selang yang dihubungkan ke fistula arteriovenosa dan
dipompa ke dalam dialyzer. Untuk mencegah pembekuan darah selama berada
dalam dialyzer maka diberikan heparin. Di dalam dialyzer, suatu selaput buatan
yang memiliki pori-pori memisahkan darah dari suatu cairan (dialisat) yang
memiliki komposisi kimia yang menyerupai cairan tubuh normal.
Tekanan di dalam ruang dialisat lebih rendah dibandingkan dengan tekanan di
dalam darah, sehingga cairan, limbah metabolic, dan zat-zat racun di dalam darah
disaring melalui selaput dan masuk ke dalam dialisat. Tetapi sel darah dan protein
yang besar tidak dapat menembus pori-pori selaput buatan ini. Darah yang telah
dicuci lalu dikembalikan ke dalam tubuh penderita. Dialyzer memiliki ukuran dan
tingkat efisiensi yang berbeda-beda. Mesin yang lebih baru sangat efisien, darah
mengalir lebih cepat dan masa dialisa lebih pendek (2-3 jam), sedangkan mesin
yang lama memerlukan waktu 3-5 jam. Sebagian besar penderita gagal ginjal
kronis perlu menjalani dialisa sebanyak 3 kali/minggu.
Komplikasi Hemodialisa
Komplikasi Penyebab
Demam Bakteri atau zat penyebab demam (pirogen) di dalam
darah
Dialisat terlalu panas
Reaksi anafilaksis yg berakibat Alergi terhadap zat di dalam mesin
fatal (anafilaksis) Tekanan darah rendah
Tekanan darah rendah Terlalu banyak cairan yang dibuang
Gangguan irama jantung Kadar kalium dan zat lainnya yang abnormal dalam
darah
Emboli udara Udara memasuki darah di dalam mesin
Perdarahan usus, otak, mata atau Penggunaan heparin di dalam mesin untuk mencegah
perut pembekuan
2) Transplantasi ginjal
B. Konsep Hemodialisis
1. Pengertian Hemodialisis
Hemodialisis merupakan terapi untuk pasien gagal ginjal tahap akhir. Metode ini
menggantikan kerja yang biasanya dijalankan ginjal, yaitu pembersihan darah dari sisa
metabolisme, zat toksik, dan pengeluaran timbunan air dalam tubuh (Agoes, 2010)
Hemodialisis adalah proses pembuangan zat-zat sisa metabolisme, zat toksik lainnya
melalui membran semi permeabel sebagai pemisah antara darah dan dialisat yang sengaja
dibuat dalam dializer (LeMone, Burke, & Bauldoff, 2016).
Hemodialisis merupakan suatu tindakan yang digunakan pada klien gagal ginjal untuk
menghilangkan sisa toksik, kelebihan cairan dan untuk memperbaiki ketidakseimbangan
elektrolit dengan prinsip osmosis dan difusi dengan menggunakan sistem dialisis eksternal
dan internal (LeMone, Burke, & Bauldoff, 2016).
Jadi kesimpulannya, hemodialisis merupakan terapi pengganti fungsi ginjal untuk
proses pembersihan darah dari zat sisa-sisa metabolisme, toksik, dan timbunan elektrolit
lainnya di dalam tubuh.
2. Tujuan Hemodialisis
Tujuan dari terapi hemodialisis untuk pasien gagal ginjal kronik yaitu (Wijaya & Putri,
2013):
a. Membuang sisa produk metabolisme protein seperti : urea, kreatinin dan asam urat
b. Membuang kelebihan air dengan mempengaruhi tekanan banding antara darah dan
bagian cairan
c. Mempertahankan atau mengembalikan sistem buffer tubuh
d. Mempertahankan atau mengembalikan kadar elektrolit tubuh
3. Indikasi Hemodialisis
Indikasi dilakukannya terapi hemodialisis adalah (Wijaya & Putri, 2013):
a. Pasien yang memerlukan hemodialisis adalah pasien GGK dan GGA untuk sementara
sampai fungsi ginjalnya pulih ( laju filtrasi glomerulus < 5 ml).
b. Pasien-pasien tersebut dinyatakan memerlukan terapi hemodialisis apabila terdapat
indikasi :
1) Hiperkalemia ( K+ darah 6 meq/l)
2) Asidosis Metabolik
3) Kegagalan terapi konservatif
4) Kadar ureum/ kreatinin tinggi dalam darah (Ureum > 200 mg%, kreatinin serum > 6
mEq/l
5) Kelebihan cairan
6) Mual dan muntah hebat
c. Indikasi obat dan zat kimia
d. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berat. Sindrom hepatorenal dengan kriteria :
1) K+ pH darah < 7,10 asidosis
2) Oliguri/anuria > 5 hr
3) GFR < 5ml/menit/1,73 m2 pada GGK
4) Ureum darah > 200 mg/dl
4. Kontra Indikasi Hemodialisis
Selain indikasi hemodialisa juga kontraindikasi pada:
a. Hipertensi Berat ( TD > 200/ 100 mmHg )
b. Hipotensi ( TD<100 mmHg )
c. Adanya perdarahan hebat
d. Demam tinggi
Agoes, A., Agoes, A., & Agoes, A. (2010). Penyakit di Usia Tua. Jakarta: EGC.
Suhartono, Toto. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta : CV. Trans info Media.
Price, S. A. & Wilson, L. 2006. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi
6, volume 1 & 2. Jakarta : EGC.
Tagor GM. 2013. Buku ajaran Kardiologi. Editor Lily IS., Faisal B., Santosa KK.,
Poppy SR. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.